Usia Kehamilan Saat Melahirkan Dan Outcome Perinatal Pada Kehamilan Kembar

25
Terjemahan Jurnal USIA KEHAMILAN SAAT MELAHIRKAN DAN OUTCOME PERINATAL PADA KEHAMILAN KEMBAR Presentan : dr. Cita Rahma Counterpart : dr. F. Fionna BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO RSUP DOKTER KARIADI

Transcript of Usia Kehamilan Saat Melahirkan Dan Outcome Perinatal Pada Kehamilan Kembar

Page 1: Usia Kehamilan Saat Melahirkan Dan Outcome Perinatal Pada Kehamilan Kembar

Terjemahan Jurnal

USIA KEHAMILAN SAAT MELAHIRKAN DAN

OUTCOME PERINATAL

PADA KEHAMILAN KEMBAR

Presentan :

dr. Cita Rahma

Counterpart :

dr. F. Fionna

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

RSUP DOKTER KARIADI

SEMARANG

2013

Page 2: Usia Kehamilan Saat Melahirkan Dan Outcome Perinatal Pada Kehamilan Kembar

USIA KEHAMILAN SAAT MELAHIRKAN DAN

OUTCOME PERINATAL PADA KEHAMILAN KEMBAR

Amy E. Doss, MD; Melissa S. Mancuso, MD; Suzanne P. Cliver, BA; Victoria C.

Jauk, MPH, BSN; Sheri M. Jenkins, MD

TUJUAN

Durasi kehamilan yang optimal untuk kehamilan kembar tidak diketahui. Studi

epidemiologi menunjukkan bahwa angka kematian perinatal terendah untuk

kehamilan kembar adalah pada usia 37-38 minggu, tetapi studi ini kurang

menginformasikan tentang komplikasi kehamilan dan morbiditas neonatal. Studi

ini mengevaluasi karakteristik kehamilan dan outcome perinatal pada kehamilan

kembar untuk menilai usia kehamilan yang optimal untuk persalinan.

DESAIN PENELITIAN

Studi ini merupakan studi retrospektif dari kehamilan kembar yang dilahirkan

pada usia kehamilan ≥ 36 minggu di institusi kami pada tahun 1991-2009. Tingkat

morbiditas dan mortalitas perinatal gabungan (meliputi kematian perinatal,

gangguan pernapasan, suspek sepsis, dan kebutuhan untuk perawatan intensif

neonatal) ditentukan untuk interval mingguan 36-39 minggu.

HASIL

Terdapat 377 kehamilan kembar yang diikutsertakan. Sebanyak 83% dari mereka

adalah dikorionik. Lima puluh tiga persen mengalami persalinan spontan dan 48%

dilahirkan dengan operasi caesar. Outcome perinatal meningkat saat usia

kehamilan maju mencapai 38 minggu.

KESIMPULAN

Tingkat morbiditas perinatal dan mortalitas menunjukkan bahwa waktu yang

optimal untuk persalinan kembar adalah pada 38 minggu atau lebih.

Kata kunci: persalinan, usia kehamilan, morbiditas perinatal, kematian perinatal,

kembar

Page 3: Usia Kehamilan Saat Melahirkan Dan Outcome Perinatal Pada Kehamilan Kembar

Durasi optimal untuk kehamilan kehamilan kembar tidak diketahui dan

mungkin lebih pendek daripada kehamilan tunggal. Beberapa studi epidemiologi

besar telah menunjukkan bahwa angka kematian perinatal terendah pada kembar

terjadi pada usia kehamilan (GA) yang lebih dini daripada kehamilan tunggal.

Sebuah studi mengenai data dari US National Center for Health Statistics,

mengikutsertakan 11,1 juta kelahiran tunggal dan 297.622 kelahiran kembar,

menunjukkan bahwa tingkat kematian perinatal terendah untuk kehamilan tunggal

berada pada usia 39-41 minggu, tetapi untuk kehamilan kembar berada pada usia

37-38 minggu. Selain itu, pada usia 39 minggu, risiko prospektif kematian janin

dalam kehamilan kembar yang sedang berlangsung melebihi risiko kematian

neonatal, menunjukkan bahwa persalinan pada usia 39 minggu dapat

meningkatkan outcome perinatal. Studi lain dari 88.936 bayi dari kehamilan

multipel (96% kembar) dari Jepang menemukan bahwa kejadian lahir mati dan

kematian neonatal dini secara bertahap menurun sampai usia 37-38 minggu dan

kemudian meningkat. Outcome yang sama untuk kehamilan tunggal menurun

sampai 39 minggu sebelum akhirnya meningkat. Sebuah review dari Swedish

Medical Birth Registry yang mengikutsertakan 32.942 kembar menunjukkan

bahwa angka kematian perinatal terendah berada pada usia 37-38 minggu. Studi

epidemiologi lain yang lebih kecil juga menunjukkan bahwa tingkat kematian

perinatal terendah untuk kembar dua adalah pada usia 37-38 minggu.

Studi-studi epidemiologi tersebut menunjukkan bahwa tingkat kematian

perinatal terendah untuk kehamilan kembar terjadi pada usia 37-38 minggu.

Namun, karena sifat epidemiologi mereka, studi ini dibatasi oleh kurangnya

informasi mengenai tanggal kehamilan, korionisitas, dan komplikasi kehamilan.

Selain itu, mereka tidak memiliki informasi tentang outcome penting dari

morbiditas neonatal. Studi sebelumnya telah membahas morbiditas neonatal,

tetapi mengungkapkan hasil yang bertentangan. Beberapa studi telah

mengindikasikan bahwa kembar lebih cepat matur daripada kehamilan tunggal,

oleh karena itu, mungkin lebih siap untuk persalinan lebih awal. Penelitian lain

menunjukkan peningkatan morbiditas neonatal untuk kembar yang dilahirkan

sebelum 38 minggu bila dibandingkan dengan persalinan yang lebih lama. Karena

Page 4: Usia Kehamilan Saat Melahirkan Dan Outcome Perinatal Pada Kehamilan Kembar

informasi yang bertentangan tentang morbiditas neonatal, keterbatasan studi

epidemiologi untuk mengevaluasi kematian perinatal, dan kurangnya penelitian

terkontrol acak yang besar, belum ada konsensus mengenai lama kehamilan yang

optimal untuk kehamilan kembar. Penelitian ini dirancang untuk menguji

morbiditas dan mortalitas perinatal kembar yang dilahirkan pada atau mendekati

aterm di institusi kami untuk menentukan durasi kehamilan yang optimal pada

kehamilan kembar.

BAHAN DAN METODE

Studi ini adalah studi kohort retrospektif yang telah disetujui oleh Dewan

Peninjau Institutional kami. Catatan obstetrik elektronik kami digunakan untuk

mengidentifikasi kehamilan kembar yang dilahirkan di Universitas Alabama,

Birmingham, tahun 1991-2009. Hanya kehamilan kembar yang dilahirkan pada

usia 36 minggu atau lebih yang dimasukkan. Kriteria eksklusinya adalah anomali

janin mayor, aneuploidi, dan kematian dari 1 atau kedua kembar sebelum 36

minggu. Persalinan dikategorikan menurut jumlah minggu kehamilan yang

lengkap. GA ditentukan oleh penyedia layanan obstetrik dengan menggunakan

kriteria standar yang mempertimbangkan riwayat klinis dan hasil pemeriksaan

USG awal (USG). Jika temuan pada pemeriksaan USG konsisten dengan GA

yang didasarkan pada tanggal tertentu dari periode menstruasi terakhir (LMP),

GA ditentukan menurut tanggal LMP, jika tanggal LMP sudah pasti atau temuan

pada pemeriksaan USG tidak konsisten dengan GA yang didasarkan pada tanggal

LMP, GA ditentukan menurut hasil pemeriksaan USG. Tanggal menstruasi

digunakan jika pengukuran USG ± 7 hari dari LMP sebelum 22 minggu; jika

pengukuran AS ± 10 hari dari LMP pada 22-24 6/7 minggu; dan jika pengukuran

AS ± 14 hari dari LMP di atas 25 minggu.

Review grafik Ibu dan bayi digunakan untuk memperoleh informasi

demografis, komplikasi kehamilan, dan outcome kehamilan. Kami

mengumpulkan informasi tentang jenis konsepsi (reproduksi spontan vs dengan

bantuan), kondisi medis ibu, status merokok, dan tingkat obesitas (indeks massa

Page 5: Usia Kehamilan Saat Melahirkan Dan Outcome Perinatal Pada Kehamilan Kembar

tubuh [BMI] >30 kg/m2 pada kunjungan antepartum awal). Kami juga

mengumpulkan informasi tentang kehamilan dan komplikasi persalinan meliputi

korioamnionitis, gangguan hipertensi, kelahiran caesar sebelumnya, restriksi

pertumbuhan janin (FGR) (perkiraan berat janin <10% untuk GA yang didasarkan

data Brenner et al), oligohidramnion (kantong vertikal terbesar ≤ 2,0 cm),

polihidramnion (kantong vertikal terbesar > 8 cm), dan cairan ketuban bercampur

mekonium. Korioamnionitis ditentukan secara klinis berdasarkan suhu ibu 100.4 °

F, takikardia ibu atau janin dan nyeri uterus. Ampisilin dan gentamisin diberikan

sesuai protokol pengobatan standar kami untuk korioamnionitis. Hipertensi

gestasional, preeklamsia, dan hipertensi kronis didefinisikan sesuai pedoman dari

American College of Obstetricians dan Gynecologists. Korionisitas ditentukan

oleh kriteria USG dan / atau pemeriksaan patologis selaput janin (bila tersedia di

review grafik). Jika ibu diberi kortikosteroid antenatal selama kehamilan, nama

steroid dan jumlah dosis akan dicatat. Jenis persalinan ditentukan untuk setiap

pasien (induksi vs spontan vs tidak ada bagi mereka dengan caesar elektif) dan

indikasi untuk induksi persalinan juga dicatat. Cara persalinan dan indikasi untuk

kelahiran caesar juga ditentukan. Catatan mengenai GA pada saat permulaan

pengawasan janin antepartum dan jenis tes yang diterima selama kehamilan juga

dicatat.

Morbiditas dan mortalitas perinatal untuk kembar yang dilahirkan pada

setiap minggu GA dikumpulkan. Tiga puluh sembilan sampai 41 minggu

kehamilan dikelompokkan menjadi 1 kelompok karena rendahnya jumlah

persalinan di atas 39 minggu (n= 6). Outcome utama adalah tingkat morbiditas

dan mortalitas perinatal gabungan (meliputi kematian perinatal, gangguan

pernapasan apapun, suspek sepsis, dan perawatan di neonatal intensive care unit

[NICU]) pada interval mingguan dari 36 hingga 39 minggu. Angka kematian

perinatal meliputi lahir mati dan kematian neonatal sampai dengan 28 hari. Bayi

yang memiliki "gangguan pernapasan" adalah mereka yang dirawat di NICU

dengan diagnosis gangguan pernapasan yang dikeluarkan oleh dokter yang

menangani. Dibuat catatan mengenai jenis bantuan pernapasan yang diberikan,

jika memerlukan. Diagnosis sindrom gangguan pernapasan (RDS) diperoleh dari

Page 6: Usia Kehamilan Saat Melahirkan Dan Outcome Perinatal Pada Kehamilan Kembar

ditemukannya tanda-tanda gangguan pernapasan, gambaran radiologis yang

konsisten, dan terapi oksigen dengan fraksi oksigen inspirasi (FIO2) dari 0,40 atau

lebih besar untuk setidaknya 24 jam. Bayi dengan "suspek sepsis" jika mereka

memiliki temuan klinis yang menunjukkan infeksi dan sepsis menjalani

pemeriksaan meliputi kultur darah dan / atau cairan serebrospinal dan diberi

antibiotik spektrum luas. Outcome perinatal kembar dibandingkan dengan

kelompok kehamilan tunggal yang cocok dari institusi kami dalam rangka

menentukan apakah kembar tampak matur lebih awal daripada kehamilan tunggal,

yaitu, mengalami morbiditas lebih rendah dari kehamilan tunggal pada GA yang

diketahui. Kembar dicocokkan dengan rasio 1:1 dari kehamilan tunggal yang

dipilih secara acak berdasarkan tahun kelahiran, minggu GA pada saat persalinan,

ras, dan jenis kelamin janin.

Analisis statistik untuk penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

software statistik SAS (versi 9.1; SAS Institute Inc, Cary, NC). Tingkat outcome

primer gabungan dan komponennya dibandingkan dengan menggunakan X2,

Fisher exact tes, dan uji kecenderungan. Metode yang sama digunakan untuk

membandingkan outcome dari kembar dengan kehamilan tunggal. Analisis regresi

dilakukan dengan menggunakan kerangka persamaan umum untuk mengendalikan

korelasi klaster kembar. Odds ratio (OR) ditentukan dan disesuaikan dengan

faktor-faktor yang paling mungkin mempengaruhi outcome perinatal yang

termasuk ras, korionisitas, FGR, diabetes, korioamnionitis, penggunaan steroid,

induksi persalinan, dan cara persalinan. Untuk lebih mengevaluasi pengruh

korionisitas pada outcome, uji Breslow-Day untuk homogenitas dilakukan setelah

stratifikasi oleh korionisitas kembar. Alpha ditetapkan sebesar 05.

HASIL

Dari 435 kehamilan kembar yang diidentifikasi dari catatan obstetrik

elektronik, 58 dieksklusikan (31 untuk GA yang tidak diketahui atau GA <36

minggu, 18 untuk anomali, 2 untuk kematian janin untuk 1 atau kedua kembar

<36 minggu, 2 untuk persalinan diluar institusi kami, 1 untuk kehamilan multipel

Page 7: Usia Kehamilan Saat Melahirkan Dan Outcome Perinatal Pada Kehamilan Kembar

yang lebih banyak, 3 untuk beberapa pengecualian, dan 1 untuk alasan yang tidak

diketahui). Tiga ratus tujuh puluh tujuh kehamilan kembar (754 bayi) memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi. Tabel 1 menunjukkan demografi pasien. Kehamilan

kembar dikorionik sebanyak 83% kasus dan monokorionik 17%, dengan 0,8%

dari seluruh kehamilan monoamniotik. Rata-rata GA saat melahirkan adalah 37,5

minggu. Ada 5 persalinan pada 40 minggu dan 1 persalinan pada 41 minggu.

Lima puluh enam persen wanita (210 dari 377 kehamilan kembar)

mengalami kehamilan tanpa komplikasi, tidak terpengaruh oleh kondisi medis ibu

atau komplikasi obstetrik. Untuk 44% dari wanita dengan komplikasi, kondisi

medis penyerta dan komplikasi kebidanan ditunjukkan pada Tabel 1. Tidak

persalinan elektif – semua pasien mengalami persalinan spontan atau persalinan

dengan indikasi medis. Secara spesifik, 52,5% dari kehamilan kembar mengalami

persalinan spontan, 24,2% memiliki induksi persalinan, dan 23,3% tidak ada

inpartu. Dari 91 pasien yang menjalani induksi persalinan, 3 indikasi yang paling

umum adalah preeklamsia atau hipertensi (42 pasien, 46,2%) kehamilan, suspek

FGR (25 pasien, 27,4%), dan komplikasi medis ibu lainnya (21 pasien, 23,1%).

Persalinan pervaginam (operasi atau spontan) pada 52% bayi dan persalinan

caesar sebanyak 48%. Dua indikasi yang paling umum untuk persalinan caesar

adalah malpresentasi (58%) atau kelahiran caesar berulang (27%). Komplikasi

intrapartum jarang ditemui – yang paling sering adalah cairan ketuban bercampur

mekonium (7%) dan korioamnionitis (4%). Sepuluh persen dari pasien menerima

betametason di beberapa titik selama kehamilan dan jumlah dosis rata-rata adalah

2 suntikan. Sembilan puluh lima persen dari pasien mendapat monitoring janin

antepartum yang dimulai pada rata-rata 33 minggu dan tes kontraksi stres dan tes

non-stres adalah metode yang paling umum digunakan. Tidak ada kasus sindrom

transfusi twin-to-twin yang memenuhi kriteria inklusi, semua dieksklusikan untuk

memenuhi 1 atau lebih kriteria eksklusi.

Karakteristik neonatus dari 754 bayi ditunjukkan pada Tabel 1. Tiga

alasan paling umum untuk masuk NICU adalah gangguan pernapasan atau

takipnea transien (91 bayi), curiga sepsis (83 bayi), dan bayi kecil untuk usia

Page 8: Usia Kehamilan Saat Melahirkan Dan Outcome Perinatal Pada Kehamilan Kembar

kehamilan (SGA) (42 bayi). Beberapa bayi memiliki lebih dari 1 indikasi untuk

masuk NICU. Terdapat 6 kematian perinatal (0,8% dari semua bayi), dengan

penyebab yang tidak diketahui (1 kematian pada 38 minggu), kelainan tali pusat

(pada 37 minggu), kematian satu janin pada sepasang monokorionik (pada 36

minggu), dan kematian kedua janin dari uterus yang ruptur setelah tabrakan

kendaraan bermotor (pada 36 minggu). Akhirnya, bayi laki-laki SGA dari

sepasang kembar dikorionik, lahir pada 40 minggu 0 hari, meninggal pada hari

kehidupan 5 karena hipertensi pulmonal persisten. Cairan ketubannya bercampur

mekonium.

Analisis univariat dari penyakit ibu dan kondisi obstetri ditunjukkan pada

Tabel 2 dan outcome perinatal ditunjukkan pada Tabel 3. Tingkat outcome

perinatal gabungan, perawatan di NICU, suspek sepsis, gangguan pernapasan

apapun, dan hiperbilirubinemia yang menurun seiring dengan GA yang semakin

bertambah. Analisis regresi logistik menunjukkan bahwa outcome utama kami

(tingkat kematian perinatal gabungan, suspek sepsis, gangguan pernapasan, dan

perawatan di NICU) berada pada nilai terendah pada usia kehamilan 38 minggu.

Pada 38 minggu, outcome perinatal secara signifikan lebih baik daripada daripada

usia 36 atau 37 minggu, tetapi secara statistik tidak berbeda signifikan dari GA 39

minggu atau lebih. Tabel 4 menunjukkan OR yang sesuai. Ketika dikelompokkan

berdasarkan korionisitas, uji Breslow-Day untuk homogenitas menunjukkan tidak

ada perbedaan yang signifikan untuk semua outcome antara kembar

monokorionik dan dikorionik (nilai P berkisar 0,19-0,70). Ketika outcome hanya

dievaluasi untuk kehamilan tanpa komplikasi (210 wanita tanpa komplikasi medis

atau obstetrik), terdapat peningkatan risiko untuk outcome gabungan dan

perawatan di NICU pada usia 36 minggu dibandingkan dengan 38 minggu,

masing-masing OR, 3.1, interval kepercayaan 95%, 1.2-7.8 dan OR, 3,5, interval

kepercayaan 95%, 1,3-9,3 untuk outcome ini. Hasil untuk 37 dan 39+ minggu

tidak berbeda secara statistik dari 38 minggu.

Ketika outcome kembar cocok dengan kehamilan tunggal yang sama, Tabel 5

menunjukkan bahwa terdapat komplikasi perinatal yang lebih pada anak kembar

Page 9: Usia Kehamilan Saat Melahirkan Dan Outcome Perinatal Pada Kehamilan Kembar

pada usia 36 minggu, tetapi outcomenya sama dengan 37 minggu dan seterusnya.

Secara spesifik, kembar memiliki tingkat outcome perinatal gabungan dan

perawatan di NICU yang jauh lebih tinggi daripada kehamilan tunggal pada usia

36 minggu, terdapat juga kecenderungan menuju tingkat yang lebih tinggi untuk

"gangguan pernapasan apapun" dan hiperbilirubinemia pada kelahiran kembar

pada usia 36 minggu. Namun, tidak ada perbedaan signifikan secara statistik

dalam outcome primer atau outcome individual antara kembar dan kehamilan

tunggal pada 37, 38, atau 39+ minggu.

PEMBAHASAN

Studi ini menunjukkan bahwa tingkat morbiditas dan mortalitas perinatal

gabungan terendah untuk kehamilan kembar adalah pada usia 38 minggu.

Dibandingkan dengan 38 minggu, terjadi peningkatan 6 kali lipat dalam outcome

gabungan pada 36 minggu dan peningkatan hampir 3 kali lipat pada 37 minggu.

OR untuk masing-masing komponen outcome gabungan, seperti suspek sepsis,

gangguan pernapasan apapun, dan perawatan di NICU, juga memiliki nilai

terendah pada 38 minggu. Outcome yang sama ini tidak berbeda secara statistik

dari kehamilan 39+ minggu, yang mungkin merupakan diakibatkan dari terlalu

sedikitnya pasien dengan GA yang lebih lanjut. Demikian pula, tidak ada

perbedaan dalam tingkat kematian perinatal pada seluruh GA, mungkin karena

rendahnya jumlah kematian perinatal pada keseluruhan kelompok.

Induksi persalinan pada wanita dengan kehamilan tunggal melebihi 41

minggu telah terbukti mengurangi angka kematian perinatal. Untuk kehamilan

kembar, durasi kehamilan postterm belum ditetapkan dan peran persalinan elektif

dalam mengurangi angka kematian perinatal belum dievaluasi. Studi epidemiologi

menunjukkan bahwa GA optimal untuk persalinan kembar pada 37-38 minggu

berdasarkan tingkat kematian perinatal terendah. Namun, penelitian ini tidak

membahas outcome penting dari morbiditas neonatal. Selain itu, peneliti tidak

memiliki informasi spesifik tentang kehamilan pada setiap individu yang dapat

mempengaruhi hasil mereka.

Page 10: Usia Kehamilan Saat Melahirkan Dan Outcome Perinatal Pada Kehamilan Kembar

Salah satu kekuatan dari studi kami adalah bahwa studi ini melibatkan

populasi besar kehamilan kembar dikelola pada institusi tunggal dengan riwayat

individual maternal dan medis perinatal yang diketahui. Data yang dikumpulkan

seperti tanggal kehamilan, korionisitas, komplikasi ibu dan janin, manajemen

kehamilan, dan morbiditas neonatal dan kematian menurut GA. Dengan telah

diketahuinya tanggal kehamilan dan dengan mengendalikan faktor-faktor ibu dan

janin lainnya, hasil kami mungkin lebih dapat diaplikasikan dalam kondisi klinis

yang sebenarnya daripada studi epidemiologi sebelumnya. Penelitian kami

memberikan informasi yang lebih lengkap tentang outcome neonatal pada

kehamilan kembar pada berbagai usia kehamilan aterm atau mendekati aterm,

yang memungkinkan untuk perbaikan/peningkatan pada saat persalinan untuk

beberapa pasien. Sebuah kekuatan tambahan dari studi kami adalah bahwa

outcome kembar dicocokkan dengan kehamilan tunggal yang serupa yang

dilahirkan pada insititusi kami. Pencocokan ini memungkinkan kita untuk

memeriksa morbiditas dan mortalitas perinatal kembar dibandingkan dengan

kehamilan tunggal pada GA persalinan tertentu. Jika tingkat kematian perinatal

untuk kembar lebih rendah pada GA yang lebih awal relatif terhadap kehamilan

tunggal (seperti terlihat dalam studi epidemiologi besar) dan jika morbiditas

perinatal lebih rendah dengan segera, hal ini akan menambahkan dukungan untuk

persalinan kembar sebelumnya.

Kami mengakui keterbatasan penelitian kami, terutama karena sifat

retrospektifnya. Komplikasi neonatal yang terjadi setelah keluar dari perawatan di

rumah sakit tidak tersedia untuk ulasan. Meskipun kami mengontrol korionisitas

pada analisis regresi dan uji homogenitas tidak menunjukkan perbedaan outcome

berdasarkan korionisitas, penelitian yang lebih besar akan diperlukan untuk

mengkonfirmasi outcome perinatal yang serupa antara kembar monokorionik dan

dikorionik, karena kami hanya memiliki sejumlah set kembar monokorionik yang

terbatas (64 dari 377). Selain itu, penelitian ini memasukkan beberapa pasien

dengan komplikasi kehamilan sehingga dengan demikian, hasilnya mungkin tidak

sepenuhnya dapat digeneralisasikan untuk kehamilan kembar tanpa komplikasi

yang dipertimbangkan untuk persalinan elektif. Namun, penting untuk dicatat

Page 11: Usia Kehamilan Saat Melahirkan Dan Outcome Perinatal Pada Kehamilan Kembar

bahwa lebih dari setengah (56%) kehamilan kembar dalam penelitian ini tidak

memiliki komplikasi kondisi medis atau obstetrik ibu. Saat kelompok ini

dianalisis secara terpisah, masih ada risiko yang lebih tinggi untuk outcome

gabungan dan perawatan di NICU pada bayi yang dilahirkan pada 36 minggu

dibandingkan dengan 38 minggu. Terakhir, 93,6% dari kembar yang dimasukkan

dalam studi ini dikandung secara spontan dan dengan demikian, hasilnya mungkin

tidak dapat digeneralisasikan untuk kembar yang dikandung menggunakan teknik

reproduksi dengan bantuan. Idealnya, penelitian acak terkontrol multicenter besar

sebaiknya dilakukan untuk menetapkan GA yang optimal untuk persalinan

kembar.

Sebagai kesimpulan, morbiditas perinatal gabungan dan tingkat kematian

terendah untuk kehamilan kembar dalam penelitian ini adalah pada usia

kehamilan 38 minggu. Morbiditas perinatal pada 38 minggu lebih rendah dari

pada 36 atau 37 minggu, namun secara statistik tidak berbeda dari usia 39+

minggu. Penelitian kami juga tidak menunjukkan morbiditas perinatal yang lebih

rendah pada kembar dengan kehamilan tunggal yang cocok pada GA yang sama.

Bahkan, morbiditas dan mortalitas gabungan lebih tinggi untuk kembar pada 36

minggu dibandingkan kehamilan tunggal dan tidak berbeda nyata pada 37 minggu

dan seterusnya. Hal ini menunjukkan bahwa kembar tidak selalu matur lebih awal

dari kehamilan tunggal dan bahwa, mirip dengan kehamilan tunggal, persalinan

yang lebih dini dapat meningkatkan risiko morbiditas neonatal. Oleh karena itu,

waktu yang optimal untuk melahirkan kehamilan kembar sepertinya pada 38

minggu atau di atas itu.

Page 12: Usia Kehamilan Saat Melahirkan Dan Outcome Perinatal Pada Kehamilan Kembar

Tabel 1. Karakteristik demografi ibu, komplikasi medis dan obstetrik ibu dan karakteristik neonatal

Demografi N = 377 (%)

Usia ibu, tahun 25.9 ± 6.3,14 – 49

Ras

Afrika-Amerika

Putih

Lainnya

223 (59.2)

120 (31.8)

34 (9.0)

Asuransi

Publik

Privat

Tidak ada

Tidak diketahui

280 (74.3)

64 (17.0)

25 (6.6)

8 (2.1)

Tipe konsepsi

Spontan

Dengan bantuan

Tidak diketahui

353 (93,6)23 (6.1)

1(0.3)

Kompilikasi medis dan obstetrik ibu

Diabetes

Gestasional

Telah ada sebelumnya

21 (5.6)

6 (1.6)

Hipertensi kronik 25 (6.6)

Page 13: Usia Kehamilan Saat Melahirkan Dan Outcome Perinatal Pada Kehamilan Kembar

Merokok 74 (19.7)

Obesitas (BMI >30 kg/m2) 131 (34.7)

Hipertensi gestasional 57 (15.1)

Preeklamsia

Ringan

Berat

52 (13.8)

7 (1.9)

Persalinan caesar sebelumnya 60 (15.9)

Restriksi pertumbuhan intrauterin 43 (11.4)

Oligohidramnion 31 (8.2)

Polihidramnion 3 (0.8)

Ketuban pecah dini 17 (4.5)

Karakteristik neonatal

Berat lahir rata-rata, gram

Skor Apgar <7 setelah 5 menit

Kecil untuk masa kehamilan

Perawatan di NICU

Suspek sepsis

Distress respirasi

2594 ± 416

21 (2.8)

193 (25.6)

129 (17.1)

83 (11.0)

76 (10.1)

Tabel 2. Kondisi ibu dan kondisi obstetrik menurut usia kehamilan saat melahirkan

Page 14: Usia Kehamilan Saat Melahirkan Dan Outcome Perinatal Pada Kehamilan Kembar

Kondisi 36 minggu, %

(n=130)

37 minggu, %

(n=118)

38 minggu, %

(n=84)

39+ minggu, %

(n=46)

Kecenderungan

nilai P

Diabetes 11.5 5.9 6.0 0 <.01

Hipertensi kronik 5.4 11.0 4.8 2.2 .43

Hipertensi gestasional 13.1 17.8 15.5 13.3 .85

Preeklamsia 19.2 19.5 10.7 6.7 .02

Penerima steroid 16.9 10.2 6.0 0 <.01

Persalinan spontan 59.2 53.4 47.6 40.0 .02

Sectio caesar 43.9 50.9 50.0 46.7 .54

Restriksi pertumbuhan 15.4 11.9 8.3 4.4 .03

Oligohidramnion 6.2 5.9 13.1 11.1 .08

Polihidramnion 1.5 0.9 0 0 .18

Mekonium 4.6 4.3 9.5 13.3 .02

Tabel 3. Outcome perinatal menurut usia kehamilan saat melahirkan

Outcome perinatal 36 minggu, %

(n=260)

37 minggu, %

(n=236)

38 minggu, %

(n=168)

39+ minggu, %

(n=90)

nilai P

Gabungan 30.0 15.7 7.1 7.8 <.01

Perawatan di NICU 28.9 15.3 6.6 7.8 <.01

Suspek sepsis 18.5 9.3 5.4 4.4 <.01

Distress respirasi apapun 16.2 9.8 3.6 5.6 <.01

Bantuan respirasi 5.4 4.2 2.4 2.2 .41

Page 15: Usia Kehamilan Saat Melahirkan Dan Outcome Perinatal Pada Kehamilan Kembar

Takipneu transien 1.9 2.1 3.0 3.3 .76

hiperbilirubinemia 5.8 1.3 0.6 0.0 <.01

SGA 31.9 19.0 25.5 32.6 .71

Kematian perinatal 1.2 0.4 0.6 1.1 .79

Tabel 4. OR dan CI dari outcome perinatal pada kehamilan kembar

Outcome perinatal 36 minggu 37 minggu 38 minggu 39+ minggu

Gabungan 6.0 (2.8-13.0) 2.6 (1.2-5.9) referensi 1.6 (0.6-4.6)

Perawatan di NICU 6.3 (2.8-13.8) 2.8 (1.2-6.4) referensi 1.8 (0.6-5.2)

Suspek sepsis 4.4 (1.7-11.0) 2.1 (0.8-5.6) referensi 1.3 (0.4-4.7)

Distress respirasi apapun 4.7 (1.9-11.2) 3.0 (1.2-7.9) referensi 2.1 (0.6-0.7)

Tabel 5. Outcome perinatal pada kembar dibandingkan dengan kehamilan tunggal menurut usia kehamilan saat melahirkan

Outcome perinatal 36 minggu 37 minggu 38 minggu 39+ minggu

Page 16: Usia Kehamilan Saat Melahirkan Dan Outcome Perinatal Pada Kehamilan Kembar

kembar %

(n=260)

tunggal %

(n=250)

P kembar%

(n=236)

tunggal %

(n=228)

P kembar %

(n=168)

tunggal %

(n=167)

P kembar

% (n=90)

tunggal %

(n=126)

P

Gabungan 30.0 18.8 <.01 15.7 12.3 .29 7.1 7.8 .83 7.8 6.4 .68

Perawatan di NICU 28.9 18.9 <.01 15.3 12.3 .35 6.6 7.8 .66 7.8 6.4 .68

Suspek sepsis 18.5 15.6 .39 9.3 9.7 .90 5.4 5.4 .99 4.4 5.6 .77

Distress respirasi

apapun

16.2 10.8 .08 9.8 9.7 .97 3.6 6.0 .30 5.6 3.2 -

hiperbilirubinemia 5.8 2.4 .06 1.3 3.5 .11 0.6 0.0 >.99 0.0 0.0 -

kematian perinatal 1.2 0.0 .25 0.4 0 >.99 0.6 0.0 >.99 1.1 0.0 .42