Usg Obstetri Dan Biometri Janin
-
Upload
lizasartika -
Category
Documents
-
view
231 -
download
18
description
Transcript of Usg Obstetri Dan Biometri Janin
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak diperkenalkan pertama kali dibidang obstetri oleh Ian Donald sekitar 50 tahun
yang lalu, USG telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik dalam hal tekhnik
maupun kualitas resolusi yang dihasilkan. Hal ini telah membawa kemajuan yang sangat
dramatis didalam hal diagnosis dang penanganan kehamilan.
Dengan ultrasonografi memungkinkan untuk melakukan pengukuran terhadap tulang
dan struktur jaringan lunak janin secara cepat dan akurat dibandingkan dengan pemeriksaan
rontgen. Melalui pemeriksaan biometri janin dengan USG, maka dapat diperoleh keterangan
penting, antara lain : umur kehamilan, kesesuaian besarnya janin dengan usia kehamilan, dan
malformasi janin.
Umur janin adalah pertanyaan pertama yang penting dalam praktek obstetri modern
dan merupakan satu pertanyaan yang paling sering dalam pelayanan rujukan di negara-negara
dimana pemeriksaan ultrasonografi secara rutin pada kehamilan tidak dilakukan. Evaluasi
pertumbuhan janin dan deteksi pertumbuhan janin yang terhambat juga merupakan perhatian
utama karena janin yang mengalami hambatan pertumbuhan mempunyai risiko morbiditas
dan mortalitas yang tinggi. Bila penyebab kematian perinatal oleh karena prematuritas dan
infeksi dapat dikendalikan maka deteksi malformasi akan menjadi satu hal yang penting.
Biometri janin mempunyai tabel normal yang sudah dibuat oleh beberapa peneliti
seperti Jeanty, Hadlock dan lain-lain yang bisa digunakan sebagai pegangan, namun yang
paling akurat apabila tabel tersebut diperoleh dari masyarakat kita sendiri. Tabel
pertumbuhan yang digunakan atau dibuat di negara lain belum tentu sesuai dengan
masyarakat Indonesia.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Defenisi
Pemeriksaan USG merupakan suatu metode diagnostik dengan menggunakan
gelombang ultrasonic untuk mempelajari morfologi dan fungsi suatu organ berdasarkan
gambaran eko dari gelombang ultrasonic yang dipantulkan oleh organ.
Morfologi dan fungsi organ janin dapat dipelajari kasat mata dengan menggunakan
USG 2-Dimensi (USG 2-D) jenis real-time. Fungsi hemodinamik uterus plasenta-janin dapat
dipelajari dengan lebih mudah dan akurat dengan tekhnik pemeriksaan doppler (color
doppler dan pulsed doppler). Dalam dekade terakhir ini telah dikembangkan tekhnik
pemeriksaan USG 3-Dimensi (USG 3-D), baik jenis 3-D statik maupun 3-D real-time (USG
4-Dimensi atau life 3-D). Melalui USG 3-D morfologi, perilaku, dan sirkulasi janin-plasenta
dapat dipelajari dengan lebih mudah dan jelas berdasarkan aspek 3-Dimensi.
II.2. Fisika Dasar Gelombang Suara
Frekuensi gelombang ultrasonic yang digunakan pada alat USG diagnostik
disesuaikan dengan keperluan. Pemeriksaan USG pada kehamilan trimester II dan III
dilakukan melalui dinding perut ibu (transabdominal). Frekuensi gelombang ultrasonic yang
digunakan berkisar antara 3-5 Mhz, yang mampu memberikan kedalam penetrasi hingga 15-
20 cm. Pada kehamilan trimester I pemeriksaan USG paling baik dikerjakan melalui vagina
(transvaginal). Frekuensi gelombang ultrasonic yang digunakan adalah 7,5 Mhz atau lebih,
yang mempunya kedalaman penetrasi sekitar 5-10 cm, tetapi memberikan kualitas resolusi
yang lebih baik.
II.3. Bioefek Gelombang Ultrasonik
Pada peristiwa perambatan gelombang ultrasonik, didalam medium terjadi perubahan-
perubahan siklik berupa getaran partikel, perubahan tekanan, perubahan densitas, dan
perubahan suhu. Secara teoritis, gelombang ultrasonik mempunyai potensi yang dapat
merusak struktur jaringan tubuh janin, terutama pada kehamilan trimester I dimana proses
organo-genesis sedang terjadi dan merupakan saat yang paling rentan untuk mengalami
gangguan.
2
Dari penelitian epidemiologik pada manusia dan penelitia in-vivo pada mamalia tidak pernah
terbukti bahwa pemeriksaan dengan USG diagnostik komersial dapat menyebabkan cacat
bawaan atau kematian janin. Hal yang perlu diwaspadai adalah pemeriksaan doppler, dimana
pemeriksaan tidak dilakukan dengan cara scanning dan intensitas gelombang ultrasonic yang
digunakan lebih besar dari alat USG diagnostik. Pemeriksaan doppler pada kehamilan
trimestel I (terutama transvaginal) sebaiknya dihindari atau dikerjakan hati-hati, apabila
pemeriksaan tersebut mempunyai manfaat yang besar dibandingkan resikonya.
Pada prinsipnya pemeriksaan USG dalam kehamilan sebaiknya hanya dikerjakan bila ada
indikasi yang jelas ; dengan menggunakan intensitas (power) yang serendah mungkin dalam
waktu sesingkat mungkin, sejauh hasil pemeriksaan dapat diperoleh dengan cukup
memuaskan (ALARA, As Low As Reasonably achieviable).
II.4 Teknik Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG obsstetri daoat dikerjakan melalui cara transabdominal (USG-TA)
atau transvaginal (USG-TV).
II.4.1. Pemeriksaan USG Transabdominal
Pada kehamilan trimester 1 pemeriksaan USG-TA sebaiknya dikerjakan melalui
kandung kemih yang terisi penuh ( sehingga dapat disebut juga pemeriksaan USG
transvesikal), gunanya untuk menyingkirkan usus keluar dari rongga pelvik, sehingga tidak
menghalangi pemeriksaan genitalia interna.Massa usus yang berisi gas akan menghambat
transmisi gelombang ultrasonik.
Sebelum memulai pemeriksaan, dinding abdomen ibu harus dilumuri jel (gel) untuk lubrikasi
dan menghilangkan udara diantara permukaan transduser dan dinding abdomen.
Pada kehamilan trimester II dan III uterus telah cukup besar letaknya di luar rongga
pelvik.volume cairan amnion sudah cukup banyak.pemeriksaan USG-TA dapat dikerjakan
tanpa memerlukan persiapan kandung kemih.
II.4.2. Pemeriksaan USG Transvaginal
Berbeda dengan USG –TA, pemeriksaan USG-TV harus dilakukan dalam keadaan
kandung kemih yang kosong agar organ pelvik berada dekat dengan permukaan transduser
dan berada di dalam area penitrasi transduser.Jika dibandingkan USG-TA (yang harus
3
dikerjakan dalam keadaan kandung kemih terisi penuh), pemeriksaan USG-TV pada
kehamilan trimester I lebih dapat diterima oleh pasien.Pemeriksaan USG-TV dapat dilakukan
setiap saat, dan organ pelvik berada dalam posisi yang sebenarnya.
Dalam persiapan transduser terlebih dahulu diberi jel pada permukaan elemennya ( untuk
menghilangkan udara di permukaan transduser), kemudian dibungkus dengan alat
pembungkus khusu atau kondom ( berfungsi sebagai alat pelindung).Sebelum di masukkan ke
dalam vagina, ujung pembungkus transduser diberi jel.Transduser dimasukkan kedalam
hingga mencapai daerah forniks.Manuver gerakan transduser di dalam vagina merupakan
kombinasi gerakan maju mundur, gerakan memutar (rotasi), dan gerakan angulasi kesamping
kiri-kanan atau keatas-bawah
II.5. Indikasi Pemeriksaan USG
II.5.1 Indikasi Pemeriksaan USG Pada Kehamilan Trimester I
1. Penentuan adanya kehamilan intrauterin.
2. Penentuan adanya denyut jantung mudigah atau janin
3. Penentuan usia kehamilan
4. Penentuan kehamilan kembar
5. Perdarahan pervaginam
6. Terduga kehamilan ektopik
7. Terdapat nyeri pelvik
8. Terduga kehamilan mola
9. Terduga adanya tumor pelvik / kelainan uterus
10. Membantu tindakan invasif seperti pengambilan sampel jaringan vili koriales
(chorionic villus sampling), pengangkatan IUD4.
II.5.2. Indikasi Pemeriksaan USG Pada Kehamilan Trimester II Dan III
1. Penentuan Usia kehamilan
2. Evaluasi pertumbuhan janin
3. Terduga kematian janin
4. Terduga kehamilan kembar
5. Terduga kelainan volume cairan amnion
6. Evaluasi kesejahteraan janin
7. Ketuban pecah dini atau persalinan preterm
4
8. Penentuan persentasi janin
9. Membantu tindakan versi luar
10. Terduga inkompetensia serviks
11. Terduga plasenta previa
12. Terduga solutio plasenta
13. Terduga kehamila mola
14. Terdapat nyeri pelvik / nyeri abdomen
15. Terduga kehamilan ektopik
16. Kecurigaan ada kelainan kromosomal (usia ibu > 35 tahun, atau hasil test biokimiawi
abnormal)
17. Evaluasi kelainan kongenital
18. Riwayat kelainan kongenital pada kehamilan sebelumnya
19. Terduga adanya tumor pelvik atau kelainan uterus
20. Membantu tindakan invasif, seperti amniosentesis, kordosentesis atau amnioinfusi.
II.6. Ultrasografi Kehamilan Trimester I
II.6.1. Kantung Gestasi / Kantong Kehamilan (Gestational Sac, GS)
Dengan USG-TV yang cukup baik kualitasnya, struktur kantung gestasi (KG) intrauterin
dapat terlihat mulai kehamilan 4,5 minggu (17 hari pasca konsepsi, atau sekitar 10 hari sejak
blostosis bernidasi kedalam lapisan endometrium). Pada saat itu diameter mencapai 2-3 mm.
Struktur KG intrauterin secara konsisten terlihat mulai kehamilan 5 minggu, saat diameter
mencapai > 5 mm. Dengan USG-TA kehamilan intrauterin dapat terlihat setelah diameter KG
mencapai 5 mm; dan secara konsisten terlihat mulai kehamilan 6 minggu, saat diameter KG
mencapai > 10 mm.
Kantung Gestasi terlihat sebagai struktur kistik (anekoik) berbentuk bundar atau oval, dengan
dinding yang hiperekoik, dan letak eksentrik didalam lapisan endometrium yang menebal.
Struktur tersebut berasal dari kantung korion yang berisi cairan korion. Gambaran hiperekoik
dinding KG berasan dari lapisan korion, jaringan trofoblast, dan desidua kapsularis. Sering
kali dinding KG terlihat sebagi dua lapisan konsentrik (double decidual sac), dimana lapisan
sebelah dalam berasal dari chorion laeve dan desidua kapsularis; sedangkan lapisan sebelah
luar berasal dari desidua parietalis atau desidua vera.
5
Struktur KG harus dibedakan dari struktur anekoik lainnya didalam cavum uteri, seperti
hematometra, hidrometra, kista endometrial, endometritis, atau kantung gestasi palsu
(Pseudo-gestational Sac), pada kehamilan ektopik (Gambar 1).
Perhitungan umur kehamilan dengan mengukur kantong kehamilan dapat diperoleh dengan
cara :
1. Mengukur diameter kantong kehamilan, selanjutnya digunakan rumus :
Umur kehamilan (minggu) = rata-rata GS (mm) + 25,43 / 7,02 minggu atau umur
kehamilan (minggu) = diameter kantong kehamilan (cm) x 1,384 + 4,452.
2. Bila diameter kantong kehamilan belum mencapai 25 mm, maka secara kasar umur
kehamilan dapat dihitung dengan rumus :
Umur kehamilan (hari) = Diameter kantung kehamilan + 30
3. Mengukur volume kantong kehamilan dan diperlukan pengukuran 2 dimensi dengan 3
ukuran (L, T dan AP), selanjutnya dimasukkan dalam rumus : GS volume (ml) =
L(cm) x T(cm) x AP (cm) x 0,5233. Hasil ini kemudian dimasukkan dalam tabel yang
sudah tersedia untuk menentukan umur kehamilan.
Selain untuk menentukan umur kehamilan, pemeriksaan keadaan kantong kehamilan juga
untuk konfirmasi kehamilan intrauterin dan untuk menyingkirkan blighted ovum.
Gambar 1. Kantong kehamilan
6
Gambar 2. Pengukuran kantong kehamilan
II.6.2. Yolk Sac
Suatu kehamilan intrauterin baru dapat dipastikan setelah terlihat struktur yolk sac didalam
KG. Yolk sac berbentu cincin berdinding tipis yang letaknya didalam ruang korion. Dengan
USG-TV akan konsisnten terlihat mulai kehamilan 5,5 minggu, saat diameter KG > 10 mm;
sedangkan dengan USG-TA akan konsisten terlihat mulai kehamilan 6 minggu setelah
diameter KG > 20 mm.
Selama kehamilan 5-10 minggu diamter yolk sac mencapai 5-6 mm. Setelah itu yolk sac akan
menyusut dan pada kehamilan 12 minggu biasanya tidak terlihat lagi.
Apabila yolk sac tidak ditemukan dalam kantung gestasi yang diameternya > 10 mm (USG-
TV) atau > 20mm (USG-TA), maka kemungkinan besar kehamilan tidak akan berkembang
normal dan akan mengalami abortus.
II.6.3. Crown Rumph Lenght (CRL)
CRL adalah ukuran terpanjang janin dari kepala sampai bokong tanpa menyertakan
anggota gerak. Dengan USG-TV struktur janin pertama kali dapt terlihat pada kehamilan 5,5
minggu, berupa penebalan pada dinding yolk sac. Panjangnya sekitar 2-3 mm dan belum
memperlihatkan denyut jantung. Panjang janin akan bertambah sekitar 1-2 mm perhari.
Panjang mudigah dinyatakan dengan ukuran jarak kepala-bokong (JKB) atau Crown-Rump
Lenght (CRL). Janin mulai menunjukkan aktivitas denyut jantung pada usia kehamilan
sekitar 6 minggu. Setelah CRL mencapai 5 mm dan diameter KG sekitar 18 mm. Sejak itu
struktur Janin dan aktivitas denyut jantung akan konsisten terlihat dengan USG-TV. Dengan
USG TA struktur mudigah akan konsisten terlihat setelah diameter KG > 25 mm.
Cara mendapatkan bidang potong untuk pengukuran CRL adalah sebagai berikut :
1. Usahakan janin ditampilkan pada potongan sagital.
2. Janin dalam sikap ekstensi.
3. Janin diukur pada jarak terpanjang.
4. Kaliper ditempatkan pada tepi luar kepala dan bokong janin tanpa mengukur anggota
gerak atau yolk sac.
5. Hasil yang dipakai merupakan rata-rata dari 3 pengukuran.
Perhitungan umur kehamilan dengan mengukur CRL dapat diperoleh dengan cara :
7
1. Setelah mengukur CRL, selanjutnya digunakan rumus :
Umur kehamilan (hari) = 8,052 x (CRL)1/2 + 23,73.
2. Menggunakan the rule of thumb untuk mendapatkan umur kehamilan secara kasar,
yaitu :
Umur kehamilan (minggu) = CRL (cm) + 6,5.
II.7. Ultrasonografi Kehamilan Trimestrer II Dan III
II.7.1. Diameter Biparietal (BPD)
BPD adalah jarak maksimal antara tulang parietal depan dan belakang pada posisi
kepala oksiput transversa. Pengukuran BPD paling akurat dalam penentuan usia kehamilan
antara 12-28 minggu dimana pertumbuhan BPD menunjukkan garis yang linier. Disamping
untuk menentukan umur kehamilan, pengukuran ini dapat juga digunakan untuk menentukan
berat janin dan deteksi kelainan kepala janin (makrosefalus, mikrosefalus atau hidrosefalus).
Cara mendapatkan bidang potong untuk pengukuran BPD adalah sebagai berikut
(Gambar 3) :
1. Cari potongan kepala sampai mendapatkan bentuk paling simetris, yaitu jarak antara
garis tengah dan tulang kepala pada kedua sisi harus sama.
2. Pengukuran DBP dilakukan pada penampang aksial kepala setinggi thalamus (bidang
transtalamik), karena melalui bidang ini akan diperoleh ukuran DBP yang terbesar.
Potongan harus tegak lurus pada garis tengah.
3. Gunakan gain yang rendah untuk mencegah penebalan tulang tengkorak karena
artefak.
4. Bentuk kepala harus oval yang dikonfirmasi dengan indeks sefalik (normal antara 75-
85).
5. Pengukuran dilakukan pada jarak biparietal yang terbesar, dari permukaan luar tulang
parietal bagian proksimal kearah permukan dalam parietal bagian distal (‘luar
kedalam’), tegak lurus falx cerebri. Penelitian lain melakukan pengukuran DBP pada
permukaan luar tulang parietal bagian proksimal dan distal (‘luar ke-luar’).
Pada waktu mencari BPD kita akan melihat thalamus sebagai suatu struktur
berbentuk “hati” atau “anak panah “. Ujung dari bentuk “anak panah” tersebut adalah
arah daerah tulang belakang janin, sehingga dengan memeriksa BPD kita dapat pula
sekaligus mengetahui presentasi dan posisi janin.
8
Gambar 3. Bidang potong untuk pengukuran BPD
Tabel 1. Daftar tabel biometri janin; ukuran BPD normal sesuai usia kehamilan
Weeks 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
BPD
(mm)21 25 28 32 35 39 42 46 49 52 55 58 61 64 67 69
Weeks 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
BPD
(mm)72 74 77 79 82 84 86 88 90 92 94 95 97 98 100
II.7.2. Lingkar Kepala (Head Circumference, HC)
HC digunakan pada keadaan dimana indeks sefalik diluar batas normal, yaitu terlalu
bulat (brakhisefalus) atau terlalu oval (dolikosefalus). Pengukuran pada keadaan ini memberi
hasil yang lebih baik dari BPD untuk menentukan umur kehamilan. Selain untuk menentukan
umur kehamilan, HC juga digunakan untuk mendiagnosis mikrosefalus atau PJT.
Untuk menentukan bidang yang baik untuk pengukuran BPD perlu ditentukan indeks
sefalik, yaitu perbandingan antara diameter biparietal (BPD) dengan diameter oksipito-
frontalis (OFD). Indeks ini tidak berubah selama kehamilan, yaitu 0,75-0,85. Bila indeks
lebih kecil atau lebih besar maka BPD tidak digunakan untuk menentukan umur kehamilan
dan digantikan dengan HC.
9
Perhitungan umur kehamilan dengan mengukur HC dapat diperoleh dengan cara :
1. Menggunakan rumus :
HC = 1,57 (BPD + OFD)
2. Mengukur lingkar kepala secara langsung menggunakan tracing.
Tabel 2. Daftar tabel biometri janin; ukuran HC normal sesuai usia kehamilan
Weeks 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
HC
(mm)70 84 98 11
1124 13
7150
162 175 187 198 210 221 232 242 252
Weeks 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
HC
(mm)262 27
1280
288
296 304
311
318 324 330 335 340 344 348 351
II.7.3. Lingkar Perut (Abdominal Circumference, AC)
Pengukuran AC biasanya untuk menaksir besarnya janin setinggi hepar. Pada keadaan
dimana terjadi gangguan nutrisi yang lama maka hepar janin akan mengecil. Dengan
demikian pengukuran AC dimaksudkan untuk menilai status gizi atau nutrisi dari janin.
Untuk menentukan umur kehamilan maka parameter ini mempunyai nilai diagnostik
yang paling rendah dibandingkan dengan BPD, FL atau HC akan tetapi sangat bermanfaat
untuk menentukan pertumbuhan janin dan taksiran berat badan janin serta diagnosis
mikrosefsalus.
Cara mendapatkan bidang potong untuk pengukuran AC adalah sebagai berikut
(Gambar 4) :
1. Bidang yang diambil adalah potongan transversal abdomen melalui pertemuan vena
umbiilikalis dan vena porta kiri yang tampak seperti tongkat hoki.
2. Sudut pengambilan harus tepat dimana potongan transversal tulang belakang terlihat
jelas dan tulang rusuk tidak terlihat.
3. Bentuk sebulat mungkin karena bila tidak dapat menambah ukuran antero-posterior.
4. Tidak tampak jantung (terlalu tinggi) dan ginjal janin (terlalu rendah).
5. Lambung akan terlihat bila berisi cukup cairan.
10
6. Diameter antero-posterior diambil dari prosesus spinosus vertebra ke arah tepi luar
dinding perut didepannya sedangkan diameter transversa diambil pada bidang tegak
lurus dan pertengahan diameter antero-posterior, dari tepi luar ke tepi luar abdomen
janin (outer to outer).
Gambar 4. Bidang potong untuk pengukuran AC
Cara pengukuran AC untuk perhitungan umur kehamilan adalah :
1. Langsung mengukur keliling abdomen janin menggunakan tracing.
2. Menggunakan rumus :
AC = 1,57 (Diameter Transversa + Diameter Antero-posterior) x 1,57
selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel yang tersedia.
Tabel 3. Daftar tabel biometri janin; ukuran AC normal sesuai usia kehamilan
Weeks 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
AC(mm) 56 69 81 93 105 117
129
141 152 16
4175 186 197 208 219 229
Weeks 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
AC(mm) 240
250
260
270 280 29
0299
309 318 32
7336 345 354 362 371
II.7.4. Panjang Femur (Femur Lenght, FL)
Akurasi pengukuran FL cukup lebar, yaitu 4-5 minggu dan tidak dapat
menggantikan BPD, tetapi dapat sebagai pembanding atau bila BPD tidak dapat diukur
dengan baik, misalnya kepala sudah jauh masuk panggul atau kelainan kepala seperti
anensefalus.
11
Cara untuk mendapatkan tulang femur dan mengukur FL adalah sebagai berikut
(Gambar 5) :
1. Ikuti tubuh janin secara longitudinal sepanjang tulang vertebra sampai terlihat vesika
urinaria.
2. Cari krista iliaka yang berupa dua gema yang ekogenik pendek sepanjang vesika
urinaria.
3. Gerakkan transduser sedikit ke arah distal. Gema ekogenik yang tampak dekat krista
iliaka adalah femur.
4. Kalau pangkal femur telah ditemukan, transduser diputar 90o sampai terlihat seluruh
panjang femur.
5. Tanda seluruh panjang femur telah diambil bila dibawahnya tampak bayangan
akustik.
6. Seluruh panjang femur terlihat utuh dan tidak terputus serta ujung tulang tampak
tegas.
7. Pengukuran panjang femur diambil dari trokanter mayor sampai kondilus lateralis.
Kaput femoris dan epifisis tidak termasuk dalam pengukuran.
8. Apabila dalam satu bidang terlihat kedua femur kiri dan kanan, maka yang diukur
adalah femur yang paling dekat dengan transduser.
Gambar 5. Bidang potong untuk pengukuran FL
12
Tabel 4. Daftar tabel biometri janin; ukuran FL normal sesuai usia kehamilan
Weeks 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
FL (mm) 8 11 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 44 47 49 52
Weeks 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
FL (mm) 54 56 59 61 63 65 67 68 70 72 73 75 76 78 79
II.7.5. Detak Jantung Janin (HR)Merupakan jumlah detakan jantung janin yang dihitung dalam satu menit. satuannya beat per menit (bpm). HR normal memiliki nilai 120-160 Bpm. jika HR diluar range tersebut, maka dicurigai adanya kelainan pada perkembangan janin.
Gambar 6. Bidang potong untuk pengukuran HR
II.7.6. Parameter Lain Pada Trimester II dan III
Selain parameter yang diuraikan diatas, untuk menentukan umur kehamilan bisa
dilakukan pengukuran dari :
1. Fetal Ocular Biometry ( Jarak kedua bola mata)
2. Humerus Length (Panjang humerus)
3. Tibia and Fibula Length (Panjang tibia dan fibula)
4. Ulna and Radius Length (Panjang radius dan ulna)
5. Fetal Kidney Biometry (Volume, ketebalan, panjang dan lebar )
6. Fetal Adrenal Biometry.
II.7.7. Kesesuaian Besar Janin Dengan Umur Kehamilan
Kebanyakan jenis-jenis tindakan obstetri yang diambil sangat dipengaruhi oleh
taksiran berat badan janin, oleh karena itu berbagai cara telah dikembangkan untuk
13
menentukan taksiran berat janin secara USG. Beberapa formula yang dibuat dan dikenal
antara lain : Osaka, Tokyo, Chambell, Hansmann, Hadlock, dan Shepard.
Beberapa cara-cara pengukuran biometri yang digunakan untuk menghitung taksiran
berat badan janin antara lain :
1. Pengukuran BPD dan AC. Cara ini adalah yang paling banyak dianut oleh karena
sangat sederhana pemakaiannya dan cukup baik nilai diagnostiknya. Kelemahan cara
ini adalah kesulitan pengukuran dari BPD pada janin tertentu dan tidak menggunakan
HC atau FL.
2. Pengukuran HC dan AC. Tabel yang disusun didasarkan pada perhitungan rumus
TBBA = 94,593 (HC) + 34,226 (AC) – 2134,616
3. Pengukuran AC, FL, dan HC. Tabel yang disusun didasarkan pada perhitungan
rumus :
Log 1 o TBBA = 1,326 – 0,00326 AC x FL + 0,0107 HC + 0,0438 AC +
0,158 FL
Dengan menaksir berat badan janin, maka dapat diduga kemungkinan terjadinya
pertumbuhan janin terhambat sehingga dapat dilakukan evaluasi lebih lanjut.
II.7.8. Malformasi Janin
Biometri janin yang abnormal dapat juga digunakan untuk mendiagnosis adanya
kelainan kongenital secara USG. Kelainan biometri janin bisa berupa ukuran yang tidak
normal atau perbandingan dengan bagian-bagian tubuh lain yang tidak proporsional.
II.7.9. Plasenta
II.7.9.1. Ukuran Plasenta
Sampai kehamilan 20 minggu plasenta menempati sekitar ¼ luas permukaan miometrum, dan
ketebalannya tidak lebih dari 2-3 cm. Menjelang kehamilan aterm plasenta menempati sekitar
1/8 luas permuakaan miometrium, dan ketebalannya dapat mencapai 4-5 cm, ketebalan
plasenta normal jarang melebihi 4 cm. Plasenta yang menebal (plasentomegali) dapat
dijumpai pada ibu yang menderita diabetes melitus, ibu anemia (Hb < 8 g%), hidrops fetalis,
tumor plasenta, kelainan kromosom, infeksi (sifilis, CMV), dan perdarahan plasenta. Plasenta
yang menipis dapat dijumpai pada preeklampsia, pertumbuhan janin terhambat (PJT), infark
14
plasenta, dan kelainan kromosom. Belum ada batasan yang jelas mengenai ketebasan
minimal plasenta yang dianggap normal. Beberapa penulis memakai batasan tebal minimal
plasenta normal 1,5-2,5 cm dan berat plasenta rata-rata 500 gra.
II.7.9.2. Letak (posisi) Plasenta
1Identifikasi letak placenta sangat penting. Plasenta bisa berkembang dibagian mana saja
pada permukaan endometrium, sesuai dengan letak implantasi blostosis. . Ada kasus dimana
placenta menghalangi jalan lahir janin. Ini disebut dengan placenta previa. Letak plasenta
yang menutupi ostium uteri internum (OUI) pada kehamilan trimester I tidak akan selamanya
menjadi plasenta previa. Dengan bertambahnya usia kehamilan, sebagian besa vili akan
mengalami atrofi, uterus semakin membesar, dan segmen bawah uterus akan terbentuk,
plasenta yang semula menutupi OUI akan bergeser keatas, sehingga letaknya menjadi
normal.
Gambar 7. Bidang potong gambaran plasenta
II.7.10. Tali Pusar
Tali pusar adalah penghubung janin dengan ibunya. Tali pusar terdiri dari 2 arteri 1 vena. Kelainan yang dapat terlihat dalam USG contohnya adalah melilitnya tali pusar pada leher. Hal ini akan berbahaya karena dapat mencekik janin. Pemeriksaan lilitan tali pusar dapat dilakukan dengan colour dopler. Jika terlihat warna disekeliling leher janin, mungkin itu adalah lilitan tali pusar.
15
Gambar 8. bidang potong pemeriksaan lilitan tali pusar dengan colour dopler
II.7.11. Pemeriksaan Cairan Amnion
Pengukuran volume cairan amnion telah menjadi suatu komponen integral dari
pemeriksaan kehamilan untuk melihat adanya resiko kematian janin. Hal ini didasarkan
bahwa penurunan perfusi uteroplasenta dapat mengakibatkan gangguan aliran darah ginjal
dari janin , menurunkan volume miksi dan menyebabkan terjadinya oligohidroamnion.
Pemeriksaan cairan amnion dapat dilakukan dengan cara metode AFI (Amniotic Fluid
Indeks) yang diperkenalkan oleh Phelan :
1. Abdomen dibagi atas 4 kuadran
2. Setiap kuadran diukur indeks cairan amnionnya
3. Pengukuran harus tegak lurus dengan bidang horizontal dan tidak ada boleh ada bagian
janin diantaranya
Gambar 9. 4 kuadrant abdomen
Tabel 5. Interpretasi Pengukuran cairan amnion dengan metode AFI
Hasil Pengukuran Interpretasi
>2cm , <8cm Volume cairan amnion normal
>8cm Polihidramnion
8-12cm Polihidramnion ringan
12-16cm Polihidramnion sedang
>16cm Polihgidramnion berat
>1cm , <2cm Borderline, evaluasi ulang
<1 cm Oligohidramnion
16
BAB III
KESIMPULAN
Telah dibahas sejumlah parameter janin yang dipakai sehari-hari dalam menentukan
umur kehamilan secara USG. Setiap parameter mempunyai tingkat kepercayaan dan
kemudahan dalam pengukurannya pada umur kehamilan tertentu. Pengukuran biometri janin
secara tepat dapat mengurangi kesalahan dalam prakiraan umur kehamilan.Selain untuk prakiraan
umur kehamilan, pengukuran biometri janin juga dapat digunakan untuk menentukan adanya
hambatan pertumbuhan janin dan adanya malformasi. Teknik pengukuran penting diperhatikan
karena kesalahan pengukuran menyebabkan kesalahan mengambil kesimpulan. Menentukan
biometri janin juga berguna untuk menaksir berat janin serta melihat kemungkinan adanya
kelainan kongenital dari organ-organ yang diperiksa.
17