urogenital

43
MAKALAH PBL Blok 10 “UROGENITAL 1”

description

urogenital

Transcript of urogenital

Page 1: urogenital

MAKALAH PBL

Blok 10

“UROGENITAL 1”

Universitas Kristen Krida Wacana

Page 2: urogenital

Struktur Makroskopik Tractus Urinarius

REN (GINJAL)

Lokasi dan Deskripsi

Kedua Ren berfungsi mensekresikan sebagian besar produk sisa metabolism. Ren

mempunyai peran penting mengatur keseimbangan air dan elektrolit di dalam tubuh dan

mempertahankan keseimbangan asam basa darah. Produk sisa meninggalkan ren sebagai urine

yang mengalir ke bawah di dalam ureter menuju vesica urinaria (kandung kemih) yang terletak

di dalam pelvis. Urine keluar dari tubuh melalui urethra.

Ren berwarna coklat kemerahan dan terletak di belakang peritomeum, tinggi pada

dinding posterior abdomen di samping kanan dan kiri columna vertebralis; dan sebagian besar

tertutup oleh arcus costalis. Ren dextra terletak sedikit lebih rendah di bandingkan ren sinistra,

karena adanya lobus hepatis dexter yang besar. Bila diaphragma berkontraksi pada waktu

respirasi, kedua ren turun kea rah vertical sampai sejauh 1 inci (2,5 cm). Pada kedua margo

medialis yang cekung, terdapat celah vertical yang dibatasi oleh pinggir – pinggir substansi ren

yang tebak dan disebut hilum renalis. Hilum renale meluas ke suatu ruangan yang besar disbut

sinus renalis. Hilum renale dilalui, dari depan ke belakang, oleh vena renalis, dua cabang arteri

renalis, ureter, dan cabang ketiga arteri renalis (V.A.U.A). Pembuluh – pembuluh limfatik dan

serabut - serabut simpatis juga melalui hilum ini.

Selubung

Ren mempunyai selubung sebagai berikut :

1. Capsula Fibrosa : meliputi dan melekat dengan erat pada permukaan luar ren.

2. Capsula Adiposa : meliputi capsula fibrosa

3. Fascia renalis : Merupakan kondensasi jaringan ikat yang terletak di luar capsula adipose

serta meliputi ren dan glandula suprarenalis. Di lateral fascia ini melanjutkan diri sebagai

fascia transversalis.

4. Corpus Adiposum Pararenale : Terletak di luar fascia renalis dan sering didapatkan dalam

jumlah besar. Corpus adoposum pararenale membentuk sebagian lemak retroperotoneal.

Page 3: urogenital

Capsula adipose, fascia renalis, dan corpus adipose pararenale menyokong dan memfiksasi

ren pada posisinya di dinding posterior abdomen.

Struktur Ren

Masing – masing ren mempunyai cortex renalis di bagian luar, yang berwarna coklat

gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna coklat lebih terang dibandingkan

cortex. Medulla renalis terdiri atas kira – kira selusin pyramides renalis yang masing – masing

mempunyai basis yang menghadap ke cortex renalis, dan apex yaitu papilla renalis yang

menonjol ke medial. Bagian cortex yang menonjol ke medulla di antara pyramides yang

berdekatan disebut columnae renales. Bagian bergaris – garis yang membentang dari basis

pyramides renales sampai ke cortex disebut radii medullares.

Sinus Renalis merupakan ruangan di dalam hilum renale , berisi pelebaran ke atas ureter

yang disebut pelvis renalis. Pelvis renalis dibagi menjadi dua atau tiga calices renales majors

yang masing – masing akan bercabang dua atau tiga calices renales minores. Setiap calyx minor

diinvaginasi oleh apex pyramid renalis yang disebut papilla renalis.

Hubungan Penting, Ren Dextra

Ke anterior : Glandula suprarenalis, hepar, pars descendens duodenum, dan flexura coli

dextra.

Ke posterior : Diaphragma, recessus costodiaphragma, costa XII, musculus psoas major,

musculus quadrates lumborum, dan musculus tranversus abdominis. Nervus subcostalis

(T12), nervus iliohypogastricus, dan nervus ilioinguinalis (L1) berjalan ke bawah dan

lateral.

Hubungan Penting, Ren Sinistra

Ke anterior : Glandula suprarenalis, lien, gaster, pancreas, fleksura coli sinistra, dan

lengkung – lengkung jejunum.

Ke posterior : Diaphragma, recessus costodiaphragmaticus; costa XI (ren sinstra lebih

tinggi dibandingkan ren dexter) dan costa XII; dan musculus transverses abdominis.

Nervus subcostalis (T12), nervus iliohypogastricus, dan nervus ilioinguinalis (L1)

berjalan ke bawah dan lateral.

Page 4: urogenital

Pendarahan

Arteriae

Arteri renalis berasal adri aorta setinggi vertebra lumbalis II. Masing – masing arteria

renalis biasanya bercabang manjadi lima artriae segmentalis yang masuk ke dalam hilum renale,

empat di depan dan satu di belakang pelvis renale. Arteriae ini mendarahi segmen – segmen atau

area renalis yang berbeda. Arteriae lobares berasal dari arteriae lobares berasal dari arteria

segmentalis, masing – masing satu buah untuk satu pyramid renalis. Sebelum masuk substansia

renalis, setiap arteria lobaris mempercabangkan dua atau ketiga arteriae interlobares. Arteriae

interlobares berjalan menuju cortex antarapyramides renalies. Pada perbatasan cortex dan

medulla renalis, arteriae interlobares bercabang menjadi arteriae arcuatae yang melengkung di

atas basis pyramides renales. Arteriae arcuatae mempercabangkan sejumlah arteriae

interlobulares yang berjalan ke atas di dalam cortex. Arteriolae aferen glomerulus merupakan

cabang arteriae interlobulares.

Venae

Vena renalis keluar dari hilum renale di depan arteria renalis dan mengalirkan darah ke

vena cava inferior.

URETER

Lokasi dan deskripsi

Kedua ureter merupakan saluran muscular yang terbentang dari ren ke facies posterior

vesica urinaria. Urine di dorong sepanjang ureter oleh konstraksi peristaltic tunica musclaris,

dibantu oleh tekanan filtrasi glomeruli.

Setiap ureter mempunya panjang sekitar 10 inci (25cm) dan menyerupai oesophagus

(panjang oesophagus 10 inci) karena mempunya tiga penyempitan sepanjang perjalannannya :

(1) di tempat pelvis renalis berhubungan dengan ureter, (2) di tempat ureter melengkung pada

waktu menyilang aperture pelvis superior, dan (3) di tempat ureter menembus dinding vesica

urinaria.

Page 5: urogenital

Pelvis renalis berbentuk corong dan merupakan ujung atas ureter yang melebar. Pelvis

renalis terletak di dalam hilum renale dan menerima calices renales majors. Ureter keluar dari

hilum renale dan berjalan vertical ke bawah di belakang peritoneum pariatale yang (melekat

padanya) pada musculus psoas major, yang memisahkan ureter dari ujung processus tranversus

vertebra lumbalis. Ureter masuk ke pelvis dengan menyilang bifurcation arteria iliaca communis

di depan articulatio sacroiliaca. Ureter kemudian bejalan ke bawah pada dinding lateral pelvis

menuju daerah spina ischiadica dan berbelok ke depan untuk masuk ke angulus lateralis vesica

urinaria.

Hubungan, ureter dexter

Ke Anterior : Duodenum, pars terminalis ileum, arteria dan vena colica dextra serta

arteria dan vena ileocolica; arteria, vena testicularis atau ovarica dextra dan radix

mesenterii intestinum tenue.

Ke Posterior : Musculus psoas major dextra, yang memisahkan ureter dari processus

transverses vertebra lumbalis, dan bifurcation arteria iliaca communis.

Hubungan, ureter sinistra

Ke Anterior : colon sigmoideum dan mesocolon sigmoideum, arteria dan vena colica

sinistra, arteri testicularis atau ovarica dextra.

Ke Posterior : Musculus psoas major sinistra yang memisahkan ureter dan processus

transverses vertebra lumbalism dan bifurcatio arteriea iliaca communis.

Pendarahan

Arteriae

Arteria yang mendarahi ureter adalah sebagai berikut (a) ujung atas oleh arteria renalis; (b)

bagian tengah oleh arteria testicularis atau arteria ovarica; dan (c) di dalam pelvis oleh arteria

vesicalis superior.

Venae

Darah vena dialirkan ke dalam venae yang sesuai dengan artriae.

Page 6: urogenital

VESICA URINARIA

Vesica urinaria terletak tepat di belakang pubis di dalam cavitas pelvis. Vesica urinaria

cukup baik untuk menyimpan urin dan pada orang dewasa kapasitas maksimumnya kurang lebih

500 ml. vesica urinaria mempunyai dinding otot yang kuat. Bentuk dan batas-batasnya sangat

bervariasi sesuai dengan jumlah urin di dalamnya.

Pada orang dewasa, vesica urinaria yang kosong termasuk organ pelvis dan terletak

posterior terhadap symphysis pubica. Jika vesica urinaria terisi, organ ini akan naik, keluar dari

pelvis, dan terletak di abdomen; bila vesica urinaria terletak di dalam abdomen, organ ini dapat

dipalpasi melalui dinding anterior abdomen di atas symphysis pubica. Peritoneum yang meliputi

vesica urinaria yang terisi menjadi terangkat dari dinding anterior abdomen sehingga permukaan

depan vesica urinaria berhubungan langsung dengan dinding abdomen.

Pada anak-anak sampai umur 6 tahun, vesica urinaria merupakan organ abdomen

meskipun dalam keadaan kosong. Hal ini karena kapasitas cavitas pelvis tidak cukup besar untuk

menampungnya. Leher vesica urinaria terletak tepat di bawah pinggir atas symphysis pubica.

Vesica urinaria yang kosong berbentuk pyramid, mempunyai apex, basis, dan sebuah

facies superior serta dua buah facies inferolateralis, juga mempunyai collum.

Apex vesicae mengarah ke depan dan terletak di belakang pinggir atas symphysis pubica.

Apex vesicae dihubungkan dengan umbilicus oleh ligamentum vesico umbilicale medianum.

Basis atau facies posterior vesicae, menghadap ke posterior dan berbentuk segitiga. Sudut

superolateralis merupakan tempat muara ureter, dan sudut inferior merupakan tempat asal

urethra. Kedua ductus deferens terletak berdampingan di facies posterior vesicae dan

memisahkan vesicular seminalis satu dengan yang lain. Bagian atas facies posterior vesicae

diliputi oleh peritoneum, yang membentuk dinding anterior excavatio rectovesicalis. Bagian

bawah facies posterior dipisahkan dari rectum oleh ductus deferens, vesica seminalis, dan fascia

rectovesicalis.

Facies superior vesicae diliputi peritoneum dan berbatasan dengan lengkung ileum atau

colon sigmoideum. Sepanjang pinggir lateral permukaan ini, peritoneum melipat ke dinding

lateral pelvis.

Page 7: urogenital

Bila vesica urinaria terisi, bentuknya menjadi lonjong, facies superiornya membesar dan

menonjol ke atas, ke dalam cavitas abdominalis. Peritoneum yang meliputinya terangkat pada

bagian bawah dinding anterior abdomen sehingga vesica urinaria berhubungan langsung dengan

dinding anterior abdomen.

Facies inferolateralis di bagian depan berbatasan dengan bantalan lemak retropubica dan

pubis. Lebih ke posterior, facies tersebut berbatasan di atas dengan musculus obturatorius

internus dan dibawah dengan musculus levator ani.

Collum vesicae berada di inferior dan terletak pada facies superior prostatae. Di sini,

serabut otot polos dinding vesica urinaria dilanjutkan sebagaiserabut otot polos prostate. Collum

vesicae dipertahankan pada tempatnya oleh ligamentum puboprostaticum pada laki-laki dan

ligamentum pubovesicale pada perempuan. Kedua ligamentum ini merupakan penebalan fascia

pelvis.

Bila vesica urinaria terisi, posisi facies posterior dan collum vesicae relative tetap, tetapi

facies superior vesicae naik ke atas, masuk ke dalam cavitas abdominalis.

Pendarahan

Arteria

Arteria vesicalis superior dan inferior, cabang arteria iliaca interna.

Venae

Venae membentuk plexus venosus vesicalis, di bawah berhubungan dengan plexus venosus

prostaticus, dan bermuara ke vena iliaca interna.

URETHRA

o Urethra Masculina

Urethra masculina panjangnya sekitar 8 inci (20 cm) dan terbentang dari collum vesicae

urinaria sampai ostium urethra externum dibagi menjadi 3 bagian :

1. Urethra pars prostarica

Page 8: urogenital

Panjangnya 1 ¼ inci (3 cm) dan berjalan melalui prostat dari basis sampai apex nya.

Bagian ini merupakan bagian yang paling lebar dan yang dapat dilebarkan dari

urethra.

2. Urethra pars membranacea

Panjangnya sekitar ½ inci (1,25 cm), terletak di dalam diaphragm urogenitale, dan

dikelilingi oleh musculus sphincter urethrae. Bagian ini adalah bagian urethra yang

paling tidak bias dilebarkan.

3. Urethra pars spongiosa

Panjangnya sekitar 6 inci ( 15,75 cm) dan dibungkus di dalam bulbus dan corpus

spongiosum penis.

o Urethra Feminia

Panjang urethra feminia kurang lebih 1 ½ inci (3,8 cm). Urethra terbentang dari collum

vesicae urinaria sampai ostium urethrae externum yang bermuara ke dalam vestibulum

sekitar 1 inci (2,5 cm) distal dari clitoris. Urethra menembus musculus sphincter urethrae

dan terletak tepat di depan vagina. Di samping ostium urethrae externum terdapat muara

kecil dari ductus glandula paraurethralis.

Struktur Mikroskopik Tractus Urinarius

GINJAL

Ginjal dibagi menjadi korteks di luar dan medulla di dalam. Medulla ginjal berbentuk

kerucut atau pyramid, yaitu pyramid medulla. Dari dasar setiap pyramid medulla, terjulur berkas-

berkas tubulus yang parallel, yaitu berkas medulla, yang menyusup ke dalam korteks. Setiap

ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron. Setiap nefron terdiri atas bagian yang melebar, yakni korpuskel

renalis, tubulus kontortus proximal; segmen tipis dan tebal ansa henle; tubulus kontortus disatal;

dan tubulus dan duktus koligentes.

Korpuskel renalis

Setiap korpuskel renalis terdiri atas seberkas kapiler, yaitu glomerulus, yang dikelilingi

oleh epitel berdinding ganda yang disebut kapsula bowman. Lapisan dalam kapsul ini (lapisan

Page 9: urogenital

visceral) menyelubungi kapiler glomerulus. Lapisan luar membentuk batas luar korpuskel renalis

dan disebut lapisan parietal kapsula bowman. Setiap korpuskel ginjal memiliki kutub vascular,

tempat masuknya arteriol aferen dan keluarnya arteriol eferen, dan memiliki kutub urinarius,

tempat tubulus kontortus proximal berasal.

Tubulus Kontortus Proximal

Pada kutub urinarius di korpuskel ginjal, epitel gepeng di lapisan parietal kapsula

bowman berhubungan langsung dengan epitel tubulus kontortus proximal berbentuk kuboid, atau

silindris rendah. Sel-sel epitel ini memiliki sitoplasma asidofilik yang disebabkan oleh adanya

mitokondria panjang dalam jumlah besar. Apeks sel banyak memiliki mikrovili yang membentuk

suatu brush border. Tubulus kontortus proksimal menyekresi kreatinin dan substansi asing bagi

organism, seperti asam para aminohippurat dan penisilin, dari plasma interstitial ke dalam

filtrate.

Ansa Henle

Terdiri dari segmen tebal desendens, segmen tipis desendens, dan segmen tebal

descendens. Segmen tebal memiliki struktur yang sangat mirip dengan tubulus kontortus distal.

Lumen di segmen nefron ini lebar karena dindingnya terdiri atas sel epitel selapis gepeng dengan

inti yang hanya sedikit menonjol ke dalam lumen. Kira-kira sepertujuh dari semua nefron

terletak dekat perbatasan korteks medulla dan disebut nefron jukstamedula. Nefron lainnya

disebut nefron kortikal.

Tubulus kontortus distal

Tubulus ini, seperti segmen asendens, dilapisi oleh epitel selapis kuboid. Tubulus

kontortus distal tidak memiliki brush border, tidak ada kanalikuli apikal, dan ukuran sel yang

lebih kecil. Karena sel tubulus distal lebih gepeng dan lebih kecil dari sel tubulus proksimal.

Tubulus kontortus distal mengadakan kontak dengan kutub vascular di kopuskel ginjal yang

berasal dari induk nefronnya. Pada tempat kontak ini, tubulus distal mengalami modifikasi,

seperti halnya dengan arteriol aferennya. Di daerah jukstaglomerular ini, sel-sel tubulus

kontortus distal biasanya menjadi silindris dan intinya berhimpitan. Kebanyakan selnya menjadi

Page 10: urogenital

kompleks golgi di bagian basal. Dinding sel tubulus distal yang termodifikasi ini, yang tampak

lebih gelap disebut makula densa.

Tubulus dan duktus koligentes

Urin mengalir dari tubulus kontortus distal ke tubulus koligentes, yang saling bergabung

membentuk duktus koligentes yang lebih besar dan lebih lurus, yang berangsur dan melebar

sewaktu mendekati puncak pyramid. Tubulus koligentes yang lebih kecil dilapisi oleh kuboid.

Sewaktu tubulus memasuki medulla lebih dalam, sel-selnya meninggi sampai berbentuk silindris.

Apparatus Jukstaglomerulus

Dekat korpuskel ginjal. Tunika media arteriol aferen memiliki sel-sel otot polos yang

termodifikasi. Sel-sel ini disebut sel jukstaglomerulus, dan memiliki sitoplasma yang penuh

dengan granula sekretoris. Macula densa tubulus kontortus distal biasanya terletak dekat pada

daerah arteriol aaferen yang mengandung sel-sel jukstaglomerulus.sel jukstaglomerulus

menunjukkan ciri sel penghasil protein, yang mencakup sejumlah besar reticulum endoplasma

kasar, kompleks golgi yang berkembang baik. Sel jukstaglomerulus menghasilkan enzim rennin,

yang bekerja pada suatu protein plasma; angiotensinogen menghasilakn suatu dekapeptida non

aktif.

URETER

Ureter yang tidak diregangkan memiliki lumen berkelok karena adanya lipatan

memanjang. Dinding ureter terdiri atas mukosa, muskularis, dan adventisia.

Mukosa terdiri atas epitel transisional dan lamina propia yang lebar. Epitel transisional

terdiri atas beberapa lapis sel, lapisan sel luar ditandai sel-sel kuboid besar. Sel-sel intermediat

berbentuk polihedral karena sel di basal berbentuk kuboid atau silindris rendah. Permukaan basal

epitel ini licin, tanpa lekukan papil-papil jaringan ikat.

Lamina propia rerdiri dari jaringan ikat fibroelastis dengan fibroblas lebih padat di bawah

epitel dibandingkan dengan fibroblas di dekat muskularis yang lebih longgar. Jaringan limfoid

difus dan kadang-kadang limfonodus kecil mungkin terlihat di lamina propia.

Page 11: urogenital

Pada ureter bagian atas. Muskularis terdiri atas lapisan otot polos longitudinal dalam dan

sirkular luar; lapisan-lapisan ini tidak terlalu jelas. Lapisan longitudinal luar tambahan terdapat

pula sepertiga ureter bagian bawah.

Adventisia menyatu dengan jaringan ikat fibroelastis dan jaringan lemak di sekitarnya

yang mengandung banyak arteri, vena, dan saraf kecil.

VESICA URINARIA

Mukosa organ-organ ini terdiri atas epitel transisional dan lamina propia di jaringan ikat

yang padat sampai longgar. Epitel transisional kandung kemih dalam keadaan tidak teregang,

memiliki tebal lima atau enam sel; sel superficial membulat dan menonjol ke dalam lumen.

Tunica mucosa sebagian besar berlipat-lipat pada vesica urinaria yang kosong dan

lipatan-lipatan tersebut akan menghilang bila vesica urinaria terisi penuh. Area tunica mukosa

yang meliputi permukaan dalam basis vesica urinaria dinamakan trigonum vesicae Liutaudi. Di

sini, tunica mukosa selalu licin, walaupun dalam keadaan kosong karena membrane mukosa pada

trigonum ini melekat dengan erat pada lapisan otot yang ada di bawahnya.

Sudut superior trigonum ini merupakan tempat muara ureter dan sudut inferiornya

merupakan ostium urethrae internum. Ureter menembus dinding vesica urinaria secara miring

dan keadaan ini yang membuat fungsinya seperti katup yang mencegah aliran balik urine ke

ginjal pada waktu vesica urinaria terisi.

Trigonum vesicae dibatasi di sebelah atas oleh rigi muscular yang berjalan dari muara

ureter yang satu ke muara ureter yang lain dan disebut sebagai plica interureterica. Uvula vesicae

merupakan tonjolan kecil yang terletak tepat di belakang ostium urethrae yang disebabkan oleh

lobus medius prostatae yang ada di bawahnya.

Tunica muscularis vesica urinaria terdiri atas otot polos yang tersusun dalam tiga lapisan

yang saling berhubungan yang disebut sebagai musculus detrusor vesicae. Pada collum vesicae,

komponen sirkular dari lapisan otot ini menebal membentuk musculus sphincter vesicae.

Page 12: urogenital

URETHRA

Uretra adalah suatu tabung yang membawa urin dari kandung kemih ke luar. Uretra pria

terdiri atas 4 bagian: pars prostatika, pars membranosa, pars bulosa, dan pars pendulosa. Di

bagian distal dan dorsal uretra pars prostatika, terdapat bagian yang meninggi, yaitu

verumontanum, yang menonjol ke bagian dalam uretra. Uretra pars membranosa dilapisi epitel

berlapis atau bertingkat silindris. Di sekeliling uretra bagian ini terdapat sfingter otot rangka

yaitu sfingter uretra eksterna. Uretra pars bulbosa dan pendulosa berlokasi di korpus

spongiosumpenis. Lumen uretra melebar kea rah distal, yang membentuk fossa naviculare. Epitel

di bagian uretra ini kebanyakan berupa epitel bertingkat dan silindris, dengan daerah

epitelgepeng dan berlapis. Kelenjar littre adalah kelenjar mukosa yang dijumpai di sepanjang

uretra namun kebanyakan berada di uretra pars pendulosa. Bagian sekresi dari beberapa kelenjar

ini langsung terhubung dengan laoisan epitel uretra, sebagai kelenjar lainnya memiliki duktus

ekskretorius.

Uretra wanita merupakan suatu tabung dengan panjang 4-5 cm, yang dilapisi dengan

epitel gepeng berlapis dan memiliki area dengan epitel silindris bertingkat. Bagian tengah uretra

dikelilingi sfingter lurik volunter eksterna.

PEMBENTUKKAN URIN

Ginjal membentuk urin; bagian lain dari sisten kemih adalah saluran – saluran yang

mengangkut urin keluar.

Sistem kemih terdiri dari organ pembentuk urin dan struktur – struktur yang menyalurkan

urin dari ginjal ke luar tubuh. Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang terletak di

belakang rongga abdomen, satu di setiap sisi kolumna vertebralis sedikit di atas garis pinggang.

Setiap ginjal di pasok (di pendarahi) oleh arteri renalis dan vena renalis, yang masing – masing

masuk dan keluar ginjal di lekukan medialis menyebabkan organ ini berbentuk seperti buncis.

Ginjal mengolah plasma yang mengalir masuk ke dalamnya untuk menghasilkan urin, menahan

bahan – bahan tertentu dan mengeleminasi bahan – bahan yang tidak di perlukan ke dalam urin.

Page 13: urogenital

Setelah terbentuk, urin mengalir ke sebuah rongga pengumpul sentral, pelvis ginjal, yang

terletak pada bagian dalam sisi medial di pusat kedua ginjal. Dari situ urin di salurkan ke dalam

ureter, sebuah duktus berdinding otot polos yang keluar dari batas medial dekat pangkal (bagian

proksimal) arteri dan vena renalis. Terdapat 2 ureter, yang menyalurkan urin dari setiap ginjal ke

sebuah kandung kemih.

Kandung kemih ( (buli – buli), yang menyimpan urin secara temporer, adalah sebuah

kantung berongga yang dapat diregangkan dan volumenya disesuaikan mengubah – ngubah

status kontraktil otot polos dindingnya. Secara berkala, urin dikosongkan dari kandung kemih ke

luar tubuh melalui sebuah saluran, uretra. Uretra pada wanita berbentuk lurus dan pendek,

berjalan secara langsung dari leher kandung kemih ke luar tubuh. Pada pria uretra jauh lebih

panjang dan melengkung dari kandung kemih ke luar tubuh, melewati kelenjar prostat dan penis.

Uretra pria juga memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai saluran untuk mengeluarkan urin dari

kandung kemih dan saluran untuk semen dari organ reproduksi. Kelenjar prostat terletak di

bawah leher kandung kemih dan mengelilingi uretra.

Bagian – bagian system kemih di luar ginjal memiliki fungsi hanya sebagai saluran untuk

memindahkan urin ke luar tubuh. Setelah terbentuk ginjal, komposisi dan volume urin tidak

berubah pada saat urin mengalir ke hilir melintasi sisa system kemih.

Tiga proses dasar ginjal

Terdapat 3 proses dasar yang berperan dalam pembentukkan urin : filtrasi glomerulus,

reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus.

Pada saat darah mengalir melalui glomerulus, terjadi filtrasi plasma bebas-protein

menembus kapiler glomerulus ke dalam kapsula bowman. Proses ini yang dikenal sebagai

filtrasi glomerulus, yang merupakan langkah pertama dalam pembentukkan urin. Setiap hari

terbentuk rata – rata 180 liter (sekitar 47,5 galon) filtrate glomerulus (cairan yang difiltrasi).

Dengan menganggap bahwa volume plasma rata – rata pada orang dewasa adalah 27,5 liter. Hal

ini berarti bahwa seluruh volume plasma tersebut difiltrasi sekitar enam puluh lima kali oleh

ginjal setiap harinya. Apabila semua yang difiltrasi dikeluarkan sebagai urin, volume plasma

Page 14: urogenital

total akan habis keluar melalui urin hanya dalam waktu setengah jam. Namun, hal ini tidak tejadi

karena tubulus – tubulus ginjal dan kapiler peritubulus.

Pada saat filtrate mengalir melalui tubulus, zat – zat yang bermanfaat bagi tubuh

dikembalikan ke plasma kapiler peritubulus. Perpindahan bahan – bahan yang bersifat selektif

dari bagian daloam tubulus (lumen tubulus) ke dalam darah ini disebut reabsorpsi tubulus. Zat

– zat yang direabsorpsi tidak keluar dari tubuh melalui urin, tetapi di angkut oleh kapiler

peritubulus ke system vena dan kemudian ke jantung untuk kembali di edarkan. Dari 180 liter

plasma yang di filtrasi setiap hari, rata – rata 178,5 liter diserap kembali, dengan 1,5 liter sisanya

terus mengalir ke pelvis ginjal untuk dikeluarkan sebagai urin. Secara umum, zat – zat yang

perlu di simpan oleh tubuh akan secara selektif direabsorpsi, sedangkan zat – zat yang tidak

dibutuhkan dan perlu di eleminasi akan tetap berada dalam urin.

Proses ketiga ginjal , sekresi tubulus, yang mengacu pada perpundahan selektif zat – zat

dari darah kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus, merupakan rute kedua bagi zat dari darah

untuk masuk ke dalam tubulus ginjal. Cara pertama zat berpindah dari plasma ke dalam lumen

tubulus adalah melalui filtrasi glomerulus. Namun, hanya sekitar 20% dari plasma yang mengalir

melalui kapiler glomerlus disaring ke dalam kapsul Bowman; 80% sisanya terus mengalir

melalui arteriol eferen ke dalam kapiler peritubulus. Beberapa zat mungkin secara diskriminatif

dipindahkan dari plasma di kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus melalui mekanisme yang

dapat lebih cepat mengeliminasi zat – zat tertentu dari plasma dengan mengekstrasi lebih banyak

zat tertentu dari 80% plasma yang tidak difiltrasi di kapiler peritubulus dan menambahkan zat

yang sama ke jumlah yang sudah ada di dalam tubulus akibat proses filtrasi.

Ekskresi Urin mengacu pada eliminasi zat – zat dari tubuh di urin. Proses ini bukan

suatu proses terpisah tetapi merupakan hasil dari ketiga proses pertama. Semua konstituen yang

mencapai tubulus – yaitu, yang difiltrasi atau diekskresi-tetapi tidak direabsopsi, akan tetap

berada di dalam tubulus dan mengalir ke pelvis ginjal untuk diekskresikan sebagai urin.

Filtrasi Glomerulus

Filtrasi glomerulus terbentuk sewaktu sebagian plasma mengalir melalui tiap – tiap glomerulus

terdorong secara pasif oleh tekanan menembus glomerulus untuk masuk ke dalam lumen kapsul

Bowman di bawahnya. Tekanan filtrasi netto yang memicu filtarasi ditimbulkan oleh

Page 15: urogenital

ketidakseimbangan dalam gaya – gaya fisik yang bekerja pada membran glomerulus. Tekanan

darah kapiler glomerulus yang tinggi dan mendorong filtrasi mengalahkan kombinasi dari

tekanan osmotic koloid plasma dan tekanan hidrostatik kapsul Bowman yang bekerja

berlawanan.

Biasanya, 20% sampai 25% curah jantung di salurkan ke ginjal untuk mengalami proses

regulatorik dan ekskretorik ginjal. Dari plasma yang mengalir melalui ginjal, dalam keadaan

normal 20% difiltrasi melalui glomerulus, menghasilkan laju filtrasi glomerulus (GFR) 125

ml/menit. Komposisi filtrat tersebut identik dengan plasma, kecuali protein plasma yang tertahan

oleh membran glomerulus.

GFR dapat secara sengaja diubah dengan mengubah tekanan darah kapiler glomerulus

sebagai hasil dari pengaruh simpatis pada arteriol aferen. Vasokonstriksi arteriol aferen

menurunkan aliran darah ke glomerulus, sehingga tekanan darah glomerulus menurun dan GFR

juga menurun. Sebaliknya, vasodilatasi arteriol aferen meningkatkan aliran darah glomerulus dan

GFR. Kontrol simpatis atas GFR merupakan bagian dari respon reflex baroreseptor untuk

mengkompensasi perubahan tekanan darah arteri. Jika GFR berubah, jumlah cairan yang keluar

melaui urin juga berubah, sehingga volume plasma dapat diatur sesuai kebutuhan untuk

membantu memulihkan tekanan darah ke normal dalam jangka panjang.

Reabsorpsi Tubulus

Setelah plasma bebas - protein di filtrasi melalui glomerulus, setiap zat ditangani secara

tersendiri oleh tubulus sehingga walaupun konsentrasi semua konstituen dalam filtrate

glomerulus awal identik dengan konsentrasinya dalam plasma (dengan kekecualian protein

plasma), konsentrasi berbagai konstituen mengalami perubahan – perubahan saat cairan filtrasi

mengalami melalui system tubulus. Kapasitas reabsorpsi system tubulus sangat besar. Lebih dari

99% plasma yang difiltrasi dikembalikan ke darah melalui reabsorpsi. Zat – zat utama yang

secara aktif direabsorpsi adalah Na+ (kation utama CES), sebagian besar elektrolit lain, dan

nutrient organic, misalnya glukosa dan asam amino. Zat terpenting yang direabsorpsi secara pasif

adalah Cl-,H2O, dan urea.

Hal utama yang berkaitan dengan sebagian besar proses reabsorpsi adalah reabsorpsi

aktif Na+. Suatu pembawa Na+-K+ ATPase bergabtung- energy yang terletak di membran

Page 16: urogenital

basolateral setiap sel tubulus proksimal mengangkut Na+ ke luar sel ke dalam ruang lateral di

antara sel – sel yang berdekatan. Perpindahan Na+ ini memicu reabsorpsi netto Na+ dari lumen

tubulus ke plasma kapiler peritubulus, yang di memasok pembawa Na+-K+ ATPase akhirnya

bertanggung jawab untuk mereabsorpsi Na+, glukosa, asam amino, Cl-, H2O, dan urea dari

tubulus proksimal. Pembawa kontransportasi spesifik yang terletak di batas luminal sel tubulus

proksimal terdorong oleh gradien konsentrasi Na+ untuk secara selektif mengangkut glukosa

atau asam amino dari cairan luminal ke dalam sel tubulus. Dari sel tubulus, zat – zat tersebut

akhirnya masuk ke plasma. Klorida direabsorpsi secara pasif mengikuti penurunan gradient

listrik yang diciptakan oleh reabsorpsi aktif Na+. Air secara pasif direabsorpsi akibat gradient

osmotic yang diciptakan oleh reabsorpsi aktif Na+. 65% H2O yang difiltrasi akan direabsorpsi

dari tubulus proksimal melalui cara ini. Reabsorpsi ekstensif H2O meningkatkan konsentrasi zat

– zat lain yang tertinggal di dalam cairan tubulus, yang sebagian besar adalah zat – zat sisa.

Molekul urea yang kecil merupakan satu – satunya zat sisa yang dapat secara pasif menembus

membran tubulus. Dengan demikian, urea adalah satu – satunya zat sisa yang direabsorpsi secara

parsial akibat efek pemekatan ini; sekitar 50% urea yang difiltrasi akan direabsorpsi. Zat – zat

sisa lain yang tidak dapat direabsorpsi, akan tetap berada di urin dalam konsentrasi yang tinggi.

Di awal nefron, reabsorpsi Na+ terjadi secara konstan dan tidak dikontrol, tetapi di

tubulus distal dan pengumpul, reabsorpsi sebagian kecil Na+ yang difiltrasi berubah – ubah dan

dapat dikontrol. Tingkat reabsorpsi Na+ yang dapat dikontrol ini terutama bergantung pada

system rennin-angiotensin-aldosteron yang kompleks. Karena Na+ dan anion penyertanya Cl-,

merupakan ion – ion yang paling aktif secara osmotis di CES, volume CES ditentukan oleh

beban Na+ dalam tubuh. Pada gilirannya, volume plasma, yang mencerminkan volume CES

total, penting untuk penentuan jangka panjang tekanan darah. Apabila beban Na+/ volume CES/

volume plasma/ tekanan darah arteri di bawah normal, ginjal mensekresikan rennin, suatu

hormone enzimatik yang memicu serangkaian proses yang berakhir pada peningkatan sekresi

aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron meningkatkan reabsorpsi Na+ dari bagian distal

tubulus, sehingga memperbaiki beban Na+/ volume CES/ tekanan darah yang semula turun.

Sekresi Tubulus

Tubulus ginjal mampu secara selektif menambahkan zat – zat tertentu ke dalam cairan

filtrasi melalui proses sekresi tubulus. Sekresi suatu zat meningkatkan ekskresinya ke dalam urin.

Page 17: urogenital

Sistem sekresi yang terpenting adalah untuk (1) H+, yang penting untuk mengatur keseimbangan

asam basa; (2) K+, yang menjaga konsentrasi K+ plasma pada tingkat yang sesuai untuk

mempertahankan eksitabilitas normal membran sel dan saraf; (3) anion dan kation organic, yang

melaksanakan eliminasi senyawa – senyawa organic asing dari tubuh.

Mekanisme Berkemih

Miksi (berkemih)

Miksi adalah proses pengosongan kantung kemih bila kantung kemih terisi. Proses ini

terdiri dari dua langkah utama:

1. Kantung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat di atas

nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua

2. Timbul refrelks sarah yang disebut reflex miksi (reflex berkemih) yang berusaha

mengosongkan kantung kemih atau, jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan

kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refrelx miksi adalah refreks

autonomic medula spinalis, reflex ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat

korteks serebri atau batang otak.

Refleks berkemih

Kita dapat melihat bahwa selama kantung kemih terisi, banyak yang menyertai kontraksi

berkemih mulai tampak, seperti yang diperlihatikan oleh gelombang tajam dengan garis putus-

putus. Keadaan ini disebabkan oleh reflex peregangan yang dimulai oleh reseptor regang

sensorik pada dinding kantung kemih, khususnya oleh reseptor pada uretra posterior ketika

daerah ini mulai terisi urin pada tekanan kantung kemih yang lebih tinggi. Sinyal sensorik dari

reseptor regang kantung kemih dihantarkan ke segmen sacral medulla spinalis melalui nervus

pelvikus dan kemudian secara reflex kembali lagi ke kantung kemih melalui serat saraf

parasimpatis melalui saraf yang sama ini.

Ketika kandung kemih hanya terisi sebagian,kontraksi berkemih ini biasanya secara

spontan berelaksasi setelah beberapa detik ,otot detrusor berhenti berkontraksi ,dan tekanan

Page 18: urogenital

turun kembali ke garis basal.Karena kandung kemih terus terisi,refleks berkemih menjadi

bertambah sering dan menyebabkan kontraksi otot detrusor lebih kuat.

Sekali refleks berkemih mulai timbul,refleks ini akan”menghilang

sendiri”.Artinya ,kontraksi awal kandung kemih selanjutnya akan mengaktifkan reseptor

regang untuk menyebabkan peningkatan selanjutnya pada implus sensorik ke kandung

kemih dan uretra posterior ,yang menimbulkan peningkatan refleks kontraksi kandung kemih

lebih lanjut;jadi,siklus ini berulang dan berulang lagi sampai lebih dari semenit,refleks yang

menghilang sendiri ini mulai melemah dan siklus regenerative dari refleks miksi ini

berhenti,menyebabkan kandung kemih berelaksi.

Jadi,refleks berkemih adalah suatu siklus tunggal lengkap dari(1) peningkatan tekanan

yang cepat dan progresif,(2) periode tekanan dipertahankan,dan(3) kembalinya tekanan ke tonus

basal kandung kemih.sekali refleks berkemih terjadi tetapi tidak berhasil mengosongkan

kandung kemih ,elemen saraf dari refleks ini biasanya tetap dalam keadaan terinhibisi selama

beberapa menit sampai satu jam atau lebih sebelum refleks berkemih lainya terjadi.Karena

kandungan kemih menjadi semakin terisi,refleks berkemih menjadi semakin sering dan semakin

kuat.

Sekali refleks berkemih menjadi cukup kuat ,hal ini juga menimbulkan refleks lain,yang

berjalan melalui nervus pudendal ke sfinger eksternus untuk menghambatnya.jika inhibasi ini

lebih kuat dalam otak dari pada sinyal kontrikstor voluter ke sfingter eksterna,berkemih pun akan

terjadi,jika tidak ,berkemih tidak akan terjadi sampai kandung kemih terisi lagi dan refleks

berkemih menjadi makin kuat.

Kandungan Urin

Urin mengandung sekitar 95% air. Komposisi lain dalam urin normal adalah bagian padaat yang

terkandung didalam air. Ini dapat dibedakan beradasarkan ukuran ataupun kelektrolitanya,

diantaranya adalah :

Page 19: urogenital

Molekul Organik : Memiliki sifat non elektrolit dimana memiliki ukaran yang reativ besar,

didalam urin terkandung : Urea CON2H4 atau (NH2)2CO, Kreatin, Asam Urat C5H4N4O3, Dan

subtansi lainya seperti hormone.

Ion : Sodium (Na+), Potassium (K+), Chloride (Cl-), Magnesium (Mg2+, Calcium (Ca2+). Dalam

Jumlah Kecil : Ammonium (NH4+), Sulphates (SO4

2-), Phosphates (H2PO4-, HPO4

2-, PO43-).

Warna : Normal urine berwarna kekuning-kuningan. Obat-obatan dapat mengubah warna urine

seperti orange gelap. Warna urine merah, kuning, coklat merupakan indikasi adanya penyakit.

Bau : Normal urine berbau aromatik yang memusingkan. Bau yang merupakan indikasi adanya

masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu.

Berat jenis : Adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan suatu

volume yang sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai standar. Berat jenis air suling

adalah 1, 009 ml. Normal berat jenis : 1010 – 1025.

Kejernihan : Normal urine terang dan transparan. Urine dapat menjadi keruh karena ada mukus

atau pus.

pH : Normal pH urine sedikit asam (4,5 - 7,5). Urine yang telah melewati temperatur ruangan

untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktifitas bakteri. Vegetarian urinennya sedikit

alkali.

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Urine adalah :

Hormon

ADH

Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan

keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus yang ada di hipofisis

Page 20: urogenital

posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan

ekstrasel

Aldosteron

Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus

ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium,

natrium, dan sistem angiotensin rennin

Prostaglandin

Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi merespons radang,

pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada

ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal

Gukokortikoid

Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan

volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium

Renin

Selain itu ginjal menghasilkan Renin; yang dihasilkan oleh sel-sel apparatus jukstaglomerularis

pada :

1. Konstriksi arteria renalis ( iskhemia ginjal )

2. Terdapat perdarahan ( iskhemia ginjal )

3. Uncapsulated ren (ginjal dibungkus dengan karet atau sutra )

4. Innervasi ginjal dihilangkan

5. Transplantasi ginjal ( iskhemia ginjal )

Sel aparatus juxtaglomerularis merupakan regangan yang apabila regangannya turun akan

mengeluarkan renin. Renin mengakibatkan hipertensi ginjal, sebab renin mengakibatkan aktifnya

Page 21: urogenital

angiotensinogen menjadi angiotensin I, yg oleh enzim lain diubah menjadi angiotensin II; dan ini

efeknya menaikkan tekanan darah (sherwood, 2001).

Zat - zat diuretik

Banyak terdapat pada kopi, teh, alkohol. Akibatnya jika banyak mengkonsumsi zat diuretik ini

maka akan menghambat proses reabsorpsi, sehingga volume urin bertambah.

Suhu internal atau eksternal

Jika suhu naik di atas normal, maka kecepatan respirasi meningkat dan mengurangi volume urin.

Konsentrasi Darah

Jika kita tidak minum air seharian, maka konsentrasi air dalam darah rendah.Reabsorpsi air di

ginjal mengingkat, volume urin menurun.

Emosi

Emosi tertentu dapat merangsang peningkatan dan penurunan volume urin.

Pemeriksaan

Pemeriksaan fisik

Keluhan-keluhan traktus urinarius

Pemeriksaan dasar ginjal dengan palpasi bagian belakang panggul dengan teliti dan tekan

ke dalam karena ginjal terlindung dengan baik. Perkusilah dengan kuat sudut costovertebral

dengan telapak tangan. Hal ini hanya dilakukan sekali saja pada kasus pielonefritis yang jelas.

Pada bagian depan, tehnik terbaik adalah palpasi bimanual. Satu tangan diletakkan di belakang,

menekan dari belakang panggul belakang pasien, dan tangan lainnya menekan melalui dinding

abdomen. Lakukan balotemen dengan tangan terletak di belakang mendorong ginjal ke tangan

yang terletak di depan.

Page 22: urogenital

Distensi kandung kemih mengisi ruang suprapubis dan dapat segera ditentukan dengan

perkusi pada pasien yang berbaring. Suara perkusi pekak di daerah kandung kemih yang berisi

cairan dikelilingi oleh suara perkusi timpani di daerah usus yang berisi udara. Mulailah perkusi

di atas umbilikus.

Periksa meatus urethra untuk melihat adanya inflamasi atau pergetahan dan lengkapi

pemeriksaan dengan analisis contoh urin yang baru dikeluarkan.

Pemeriksaan laboratorium

Panel/profil yang umumnya dilakukan pada laboratorium untuk evaluasi ginjal, meliputi

uji protein urin, uji clearance dan uji elektrolit urin.

Uji elektrolit urin

Natrium

Ekskresi natrium bervariasi sesuai dengan asupan natrium, sekresi aldosteron, volume

urin, dan penyakit, seperti gagal ginjal kronik, disfungsi kelenjar adrenal (syndroma Cushing),

sirosis hati dan gagal jantung kongestif. Nilai rujukan natrium dewasa maupun anak-anak adalah

40-220mEq/1/24jam

Bila kadar natrium urin <40 mEq/24jam, penurunan ekskresi natrium dapat terjadi akibat

retensi natrium atau kurang asupan natrium. Kadar natrium urin harus dipantau jika terdapat

edema dan jika kadar natrium serum rendah atau normal.

Pemeriksaan menggunakan spesimen urin 24 jam dan perlu diperhatikan beberapa faktor

yang mempengaruhi spesimen seperti diet natrium, obat (kortison atau diuretik kuat) dan

disfungsi ginjal.

Kalium

Nilai rujukan kalium pada orang dewasa yaitu pada rentang luas 25-100 mEq/24 jam,

sedangkan anak-anak: 17-57 mEq/24 jam.

Delapan puluh sampai 90% kalium tubuh diekskresikan melalui urin. Kadar kalium urin

24 jam merupakan indikator yang berharga terhadapa status kalium serum. Penurunan kadar

Page 23: urogenital

kalium urin dapat mengindikasikan hiperkalemia (peningkatan kalium serum), dan peningkatan

kadar kalium uri dapat mengindikasikan hipokalemia (penurunan kalium serum) atau dapat

terjadi akibat peningkatan asupan kalium. Jika ginjal tidak berfungsi dengan baik dan terdapat

oliguria, jumlah kalium yang diekskresikan melalui urin akan menurun dan kadar kalium seruma

akan meningkat

Pemeriksaan menggunakan spesimen urin 24 jam dan tidak ada pembatasan asupan

hanya suplemen kalium yang diberikan sebagai pengganti garam tidak boleh dikonsumsi dulu

dalam 48 jam.

Uji protein urin

Uji protein urin ini ditujukan untuk membandingkan kadar protein urin dengan kadar

protein serum dalam kaitan dengan masalah klinis. Tes ini juga bertujuan mengidentifikasi

disfungsi ginjal yang disertai dengan peningkatan kadar protein urin. Tes ini menggunakan dua

spesimen, yaitu spesimen urin secara acak dan spesimen urin 24 jam (uji analisis kuantitatif).

Nilai rujukan uji protein spesimen acak: negatif 0-5mg/dl dan positif 6-2000mg/dl dan untuk

spesimen urin 24 jam: 25-50 mg/24 jam.

Proteinuria biasanya disebabkan oleh penyakit ginjal akibat kerusakan glomerulus

dan/atau gangguan reabsorbsi tubulus ginjal. Dengan menggunakan spesimen urin acak, protein

dapat dideteksi dengan strip reagen atau dipstik. Normalnya albumin diukur dengan

menggunakan dipstik karena bersifat sensitif terhadap strip reagen. Spesimen urin yang

menunjukkan temuan positif (proteinuria) perlu mempertimbangkan pengambilan spesimen urin

24 jam untuk uji analisis kuantitatif protein.

Jumlah proteinuria dalam 24 jam digunakan sebagai indikator untuk menilai tingkat

keparahan ginjal. Proteinuria berkadar ringan (<500mg atau 0,5 g/24 jam) dapat berkaitan

dengan pielonefritis kronis; proteinuria sedang (500 sampai 4000mg atau 0,5 sampai 4g/24jam)

dapat berkaitan dengan glomerulonefritis akut atau kronis serta kadar proteinuria tinggi

(>4000mg atau >4g/24jam) dapat berkaitan dengan sindrom nefrotik, selain itu terdapat

pengaruh obat tertentu seperti Penisilin, Diamox dan natrium bikarbonat. Sedangkan, penurunan

kadar urin sering dikaitkan dengan urin yang terlalu encer atau ada pengaruh asam sulfosalisilat.

Page 24: urogenital

Stres, emosi dan fisiologi dapat meningkatkan proteinuria transien. Bayi baru lahir dapat

mengalami peningkatan proteinuria selama usia 3 hari pertama.

Prosedur pemeriksaan

Sebelum pemeriksaan tidak perlu dilakukan pembatasan makanan atau minuman dan

melakukan perincian obat konsumsi pasien. Spesimen urin acak diambil pada urin aliran tengah

atau yang bersih, kemudian, celupkan strip reagen/dipstik dalam spesimen urin dan cocokan

temuan yang terdapat pada dipstik dengan bagan warna yang terdapat pada botol. Sedangkan,

spesimen urin 24 jam berdasarkan keseluruhan urin seharian.

Uji clearance

kreatinin

Kreatinin merupakan produk metabolik kreatin fosfat dalam otot rangka dan substansi

tersebut diekskresikan oleh ginjal. Clearance kreatinin dipandang sebagai pemeriksaan yang

andal untuk mengestimasi LFG (Laju Filtrasi Glomerulus).

Nilai clearance kreatinin normal pada anak-anak dan dewasa yaitu 85-135ml/menit. Pada

insufisiensi ginjal, LFG akan menurun, sementara kadar kreatinin serum meningkat. LFG

menurun seiring pertambahan usia, dan pada dewasa tua, clearance kreatinin mungkin akan

berkurang sampai serendah 60 ml/menit.

Uji clearance kreatinin memerlukan pengumpulan urin selama 12 atau 24 jam dan

pengumpulan sampel darah.

Rumus untuk menghitung clearance kreatinin adalah:

Clearance kreatinin = Kreatininurin(mg /dl)x volume urin(dl)

kreatinin serum(mg /dl)

Clearance kreatinin <40 ml/menit menunjukkan adanya kerusakan ginjal sedang sampai

berat. Selain itu, penurunan kadarnya dapat akibat hipertiroidisme dan distrofi otot progresif, dan

pengaruh obat tertentu, seperti Fenasetin, steroid dan Thiazide.

Page 25: urogenital

Prosedur pemeriksaan

Beri minum pasien sebelum pemeriksaan, kemudian anjurkan klien tidak mengkonsumsi

makanan dengan protein tinggi selama 6 jam sebelum pengujian. Minta klien berkemih sebelum

uji dimulai dan buang urin yang keluar. Tampung semua urin yang dikeluarkan selama waktu

tertentu (12 atau 24jam) dalam wadah urin, tanpa penambahan zat pengawet, yang kemudian

disimpan dalam lemari pendingin. Selama pengujian usahakan klien banyak minum sekitar

100ml/jam.

Inulin

Uji clearance inulin merupakan uji andal untuk mengkaji laju filtrasi glomerulus (LFG).

Zat yang diberikan untuk uji ini adalah inulin, gula inert yang tidak dimetabolisme atau diserap

di tubulus ginjal tetapi dengan cepat difiltrasi melalui glomerulus. Jika filtrasi glomerulus

normal, clearance inulin harus ekuivalen dengan LFG. Penurunan kadar terjadi jika sel ginjal

sebesar >50% tidak berfungsi sehingga mengindikasikan terjadinya kerusakan filtrasi

glomerulus, seperti pada glomerulonefritis akut dan kronis, nekrosis tubular akut, nefrosklerosis

dan juga pengaruh obat tertentu seperti fenasetin dan obat penisilin. Penurunan normal filtrasi

glomerulus dapat terjadi selama penuaan. Uji clearance inulin sangat menghabiskan waktu dan

jarang dilakukan.

Prosedur pemeriksaan

Sebelum pemeriksaan klien harus dianjurkan tidak boleh makan selama 4 jam dan latihan

fisik harus dihindari. Kumpulkan 7 ml darah vena dalam tabung bertutup hijau sebagai sampel

darah kontrol. Klien minum sebanyak empat gelas air penuh selama 30 sampai 60 menit sebelum

uji dilakukan. Masukkan kateter Foley (kateter urin menetap) dan simpan urin untuk uji. Pasang

set IV dan berikan 500 ml cairan dekstrosa 5% dalam air dengan menggunakan set selang.

Setelah itu, injeksikan 25 ml inulin 10% per intravena selama 4 menit dan tunggu selama 30

menit dan mulai berikan cairan infus inulin 1,5% sebanyak 500ml, dengan menggunakan pompa

IV dengan kecepatan 4 ml/menit. Kumpilkan 4 sampel urin: saat 30, 50, 70, dan 90 menit setelah

larutan inulin 1,5% dimulai. Masukkanempat sampel darah yang masing-masing berjumlah 10

ml dalam tutup bertutup hijau, dengan jarak masing-masing 40, 60, 80 dan 95 menit setelah

larutan inulin 1,5% mulai diberikan. Setelah selesai, lepas kateter Foley.

Page 26: urogenital

Pemeriksaan radiologi

Cara-cara pemeriksaan traktus urinarius dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: foto

polos abdomen, pielografi intravena, angiografi ginjal dan computed tomography (CT-Scan).

Foto polos abdomen

Setiap pemeriksaan traktus urinarius sebaiknya dibuat terlebih dahulu foto polos

abdomen. Yang harus diperhatikan pada foto ini adalah bayangan, ukuran dan posisi kedua

ginjal. Dapat pula dilihat kalsifikasi dalam kista atau tumor. Harus diperhatikan batas Mm. Psoas

kanan dan kiri. Batu radioopak di daerah ureter dan buli-buli.

Pielografi Intravena (PIV)

Pemeriksaan PIV untuk memperlihatkan anatomi dan fungsi ginjal. PIV menggunakan

media kontras intravena. Indikasi untuk pemeriksaan PIV ini adalah hematuria, batu ginjal, kolik

ureter atau kecurigaan adanya batu. Pasien dengan retensi urin dan infeksi saluran kemih

dianjurkan untuk melakukan ultrasonografi dibandingkan IVU. Kontra indikasi pemeriksaan ini

pada kasus gagal ginjal (kadar ureum dan kreatinin) disebabkan penggunaan media kontras yang

dikhawatirkan tidak tersaring baik oleh ginjal sehingga menjadi bahan toksik di tubuh.

Pemeriksaan PIV memerlukan persiapan yaitu malam sebelum pemeriksaan diberikan

kastor oil (catharsis) atau laksans untuk membersihkan kolon dari feses yang menutupi daerah

ginjal. Untuk mendapatkan keadaan dehidrasi ringan, pasien tidak diberikan cairan mulai dari

jam 10 malam sebelum pemeriksaan. Keesokan harinya penderita harus puasa. Untuk bayi dan

anak diberikan minum mengandung karbonat, tujuannya untuk mengembangkan lambung

dengan gas. Usus akan berpindah, sehingga bayangan kedua ginjal dapat dilihat melalui lambung

terisi gas.

Bahan kontras conray (Meglumine iothalamat 60% atau hypaque sodium/sodium

diatrizoate 50%), urografin 60 atau 76 mg% (methyl glucamine diatrizoate), dan urografin 60-70

mg%. Sebelum pasien disuntik urografin 60 mg% harus dilakukan terlebih dahulu uji kepekaan.

Dapat berupa pengujian subkutan atau intravena. Jika penderita alergi terhadap bahan kontras,

pemeriksaan pielografi intravena dibatalkan.

Page 27: urogenital

Dosis urografin 60 mg% untuk orang dewasa adalah 20 ml. Kalau perlu dapat diberikan

dosis rangkap yaitu 40 ml. Tujuh menit setelah penyuntikan dibuat film bucky antero-posterior

abdomen. Foto berikutnya diulangi pada 15-30 menit, dan 1 jam. Sebaiknya segera setelah

pasien pasien disuntik kontras, kedua ureter dibendung, baru dibuat foto 7 menit. Kemudian

bendungan dibuka , langsung dibuat foto di mana diharapkan kedua ureter terisi. Dilanjutkan

dengan 15 dan 30 menit. Pada kasus tertentu dibuat foto 1 dan 2 jam, malahan foto 6, 12 dan 24

jam.

Film bucky antero-posterior abdomen digunakan setelah penyuntikan, ulangi pemotretan

film antero-posterior abdomen dengan jarak waktu setelah disuntik kontras intravena, masing-

masing:

a. Empat-5 menit

b. Delapan-15 menit

c. Duapuluh lima-30 menit

d. foto terlambat, jika konsentrasi dan ekskresi sangat kurang pada 1-8 jam

e. foto terkhir biasanya film berdiri

Pada pasien hipertensi, film harus dibuat setelah penyuntikan 30 detik sampai 1 menit, dan

tiap-tiap menit setelah itu, untuk 5 menit pertama.

Angiografi ginjal

Suatu kateter opak ditembuskan ke dalam aorta secara perkutaneus dengan ujung kateter

yang dibentuk lebih dahulu dan diatur dengan layar ke dalam pangkal arteri ginjal dengan suatu

alat penguat bayangan. Semua peredaran darah ginjal dapat diperlihatkan dengan hanya

menggunakan zat kontras konsentrasi rendah dalam jumlah sedikit.

Angiogram ginjal pada masa lampau menyediakan cara untuk membuat diagnosis

banding sebelum dilakukan pembedahan pada kasus sulit di mana telah diperlihatkan suatu

massa pada ginjal, tatapi hal tersebut tidak psti apakah tumor atau kista. Hipernefroma yang khas

memperlihatkan vaskularisasi yang berlebihan dengan pembuluh darah patologis pada seluruh

daerah tumor. Kista yang khas ditemukan sebagai kerusakan melingkar yang besar pada

angiogram. Cara tersebut mempunyai ketelitian tinggi dalam membedakan antara tumor dan

Page 28: urogenital

kista, walaupun kadang-kadang suatu tumor tanpa vaskularisasi yang ditemukan dapat

memberikan kesulitan. Namun, USG atau CT sekarang menyediakan cara yang lebih sederhana

untuk menegaskan diagnosis kista atau tumor pada ginjal.

Computed tomography (CT-Scan)

Pada CT, ginjal-ginjal akan tampak transversal oval pada kedua kutub (pool) dan

bayangan bulan sabit di daerah hilus. Densitas parenkim 10-30 HU (Hounsfield) bergantung

pada stadium hidrasi. Pada foto polos tampak densitas yang homogen. Dengan menyuntikkan

kontras urografin 50 ml, maka di daerah korteks tampak opak; medula piramid, hipodens, pada

fase arterial yang dini, yang analog dengan arteriografi. Korteks yang opak akan berkurang pada

fase lanjut.

Page 29: urogenital

DAFTAR PUSTAKA

1. Snell RS; editor bahasa Indonesia: Huriawati Hartanto...(et al.). Anatomi klinik untuk

mahasiswa kedokteran. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2006.h.250-6, 344-9, 397-9.

2. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar teks & atlas. Edisi 10. Bab : Sistem Urinaria. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2003.

3. Eroschenko VP. Atlas histologi di fiore. Edisi ke-9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC; 2003.

4. Sherwood, Lauree. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

5. Guyton, Arthur C. Buku ajar fisiologi kedokteran / Arthur C. Guyton, John E. Hall ;

editor bahasa Indonesia: Iriawati Setiawan – Ed. 9 – Jakarta : EGC 1997.

6. Kandungan Urin. Diunduh dari http://eni.web.ugm.ac.id/wordpress/?p=38. 2009.

7. Rasad S. Radiologi diagnostik. Edisi ke-2. Jakarta: FKUI; 2008.

8. Patel PR; editor bahasa Indonesia: Amalia Safitri. Lecture notes: Radiologi. Edisi ke-2.

Jakarta: EMS; 2007.

9. Burnside JW, Thomas JM; alihbahasa, Henny Lukmanto. Physical diagnosis. Edisi ke-

17. Jakarta: EGC;2004

10. Kee JL; editor bahasa Indonesia: Ramona P. Pedoman pemeriksaan laboratorium dan diagnostik. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2007