BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Palsi Serebral 2.1.1. Definisi Palsi ...
ung, 14-15, Save the Chi/dIsBrain -...
Transcript of ung, 14-15, Save the Chi/dIsBrain -...
ung, 14-15,
KESEHAT AN AN~K'BERi<ELANJUT AN (PIKAB) X
Save the Chi/dIs Brainwithin
Golden Period
DAFTARISI
Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak Berkelanjutan (PIKAB) x
Sambutan Ketua PanitiaSambutan Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Anak iiFKUPIRSUP Dr. Hasan Sadikin BandungDaftar lsi III
Susunan Panitia IV
Susunan Acara VI
Simposium Hari Pertama
Peranan HIE Sebagai Penyebab Neonatal Seizure 1Neonatal Seizure: Correlated to EEG and not Correlate to 20EEG, How to Recognize?Tatalaksana Kejang di Emergensi Anak 34Penatalaksanaan Kejang pada Neonatus 51Follow up Care of High Risk Infant After Neonatal Brain 68InjuryTatalaksana Status Epileptikus Refrakter pada Anak 70
Simposium Hari Kedua
Brain Insult in Altered Mental Status: What Happened? 91Neonatal unconsciousness: State of The Arts 104Anatomical Lesion vs Neurological Signs 119Penurunan Kesadaran Berat Akibat Cedera Otak pada Anak 135Penggunaan Cerebral Function Monitor untuk Mendeteksi 179Brain Disturbance pada NeonatusTatalaksana Cedera Otak Berbasis Bukti 201
Bandung. 14-15 Desember 2013 iii
~lf~iTf"';;:::;:~;''_"_:"::,""
V:};':j"'·<:~"';""
·)i};1(::';~-;'~~}i~,:',';"::,,':.:.','::.'
Sjarif Hidajat Effendi
Divisi Neonatologi
Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak Berkelanjutan (PIKAB) X
I ..:"
I
PERANAN HIPOKSIK ISKEMIK ENSEFALOPATISEBAGAI PENYEBAB NEONATAL SEIZURE
! ",
Pendahuluan
Kejang adalah suatu disfungsi neurologis yang sering dijumpai pada neonatus.
Masa neonatal menghadapi risiko kejang lebih tinggi dibandingkan dengan
periode kehidupan lain.I-3 Terkadang pada neonatus hanya didapatkan kejang
sebagai tanda suatu disfungsi neurologis sehingga pemahaman mengenai kejang
sangat penting. Pada kenyataannya, kejang pada neonatus sulit dikenali karen a
bentuk klinis maupun gambaran elektroensefalografi (EEG) yang sering tidak
khas. Proses pertumbuhan akson dan tonjolan dendrit serta mielinisasi belum
sempurna pada otak neonatus sehingga letupan kejang tidak dapat dengan
mudah dijalarkan ke seluruh otak neonatus untuk menimbulkan kejang
menyeluruh.Y Dalam menghadapi kejang neonatus sering ditemukan keraguan
dalam menegakkan diagnosis, evaluasi, tatalaksana sehingga mengakibatkan
luaran yang buruk. Dalam hal ini maka penting diketahui hal yang mendasar
termasuk patofisiologi terjadinya kejang pada neonatus atau neonatal seizure. 1,6
Kejang pada periode neonatus merupakan keadaan darurat medis yang dapat
mengakibatkan hipoksia otak yang cukup berbahaya bagi kelangsungan hidup
bayi atau dapat mengakibatkan sekuele di kemudian hari, disamping itu kejang
dapat merupakan tanda atau gejala dari satu masalah atau lebih.5.7 Pada neonatus
cukup bulan maupun neonatus kurang bulan 2/3 kasus kejang ini menyebabkan
gejala sisa berupa retardasi mental, palsi serebral, dan epilepsi. Prognosis sangat
tergantung pada etiologi, bentuk klinis kejang, dan gambaran EEG. 5,7-9
II
I
III
Bandung,14-15 Desember 2013
Bandung, 14-15 Desember 2013 3
iftrfflt'BK"? '..::.:::::.:-~.?~~.'
, ,:<,,'.
, . '.;.Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak Berkelanjutan (PIKAB) X
hingga 70% bayi kurang bulan yang mengalami kejang. Status epileptikus
didapatkan 5% dari keseluruhan bayi dengan kejang, dimana keadaan ini akan
lebih meningkat pada pemantauan dengan EEG.12
. Patofisiologi
Hipoksik iskemik ensefalopati dahulu senng digunakan sebagai patokan
mekanisme utama yang mendasari neonatal seizure namun saat ini diperlukan
mengenai mekanisme patofisiologi lain yang mendasari sesuai dengan usia lahir
yang didasarkan pada tahapan perkembangan otak untuk identifikasi yang lebih
tepat. 13 Saat ini banyak perhatian mengenai efek samping penggunaan barbiturat
dan benzodiazepin pada perkembangan otak sehingga mekanisme, etiologi, dan
tatalaksana neonatal seizure juga didasarkan sesuai dengan perkembangan
maturitas otak.14,15
Pertumbuhan otak pada mas a neonatus merupakan masa perkembangan
pesat dari sinaptogenesis eksitator. Pada manusia sinaps eksitator ini terjadi
pada sekitar masa neonatal matur hingga usia 1 bulan kehidupan. Pada masa
awal kelahiran faktor eksitator lebih mendominasi terhadap faktor inhibitor yang
menyebabkan sinaptogenesis dan plastisitas terjadi pada proses perkembangan
otak.':'
Patofosiologi terjadinya neonatal seizure dapat dijelaskan pada mekanisme
berikut ini:
1. Peningkatan rangsangan pada otak neonatus.
Reseptor glutamat sangat penting untuk plastisitas otak dan dalam
kondisi over expressed pada masa neonatal dibandingkan saat dewasa."
Reseptor glutamat akan menyebabkan influks dari ion Na + dan Ca2+
sehingga neuron post sinaps berada pada keadaan depolarisasi
Bandung. 14-15 Desember 2013 5
_' ,..-,.: •• J Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak Berkelanjutan (PIKAB) X
i .'
2. Penurunan aktivitas inhibitor pada otak imatur.
Ekspresi dan fungsi dari reseptor GABA inhibitor juga diatur sesuai
dengan perkembangan otak. Pada suatu studi dikatakan aktivitas GABA
rendah pada awal kehidupan, Reseptor GABA terdiri dari subunit u l, a2,
a3 dan a4. Subunit a4 dan a2 dalam keadaan over expressed
dibandingkan n l . Subunit a4 pada suatu penelitian lebih rendah
sensitivitasnya terhadap golongan benzodiazepin sehingga secara klinis
penggunaan golongan benzodiazepin menjadi tidak tepat. Efek dari
ekspresi reseptor GABA pada otak matur dan neonatus berbeda. Pada
otak matur ekspresi GABA akan menyebabkan influks ion cr yang
menyebabkan hiperpolarisasi sementara pada neonatus. Aktivitas GABA
akan menyebabkan depolarisasi.i'r? (Lihat gambar 1)
Gambar 1. Dinamika Transmisi Sinaptik pada Sinapsis Kortikal dalam PeriodeNeonatalSurnber: Sanjay."
Bandung, 14-15 Desember 2013 7
!~f.~:.-:"
':' \'
Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak Berkelanjutan (PIKAB) X
3. Konfigurasi saluran ion.
Saluran ion pada pre dan post sinaps akan meregulasi eksitabilitas
neuron dan seperti reseptor neurotransmiter konfigurasi ini juga
mengikuti perkembangan otak neonatus. Mutasi ion KCNQ2 dan
KCNQ3 berhubungan dengan kejang neonatal benign familial. Mutasi
pada gen ini akan menyebabkan adanya gangguan hiperpolarisasi ion K+
yang menyebabkan letupan aksi potensial berulang. Sehingga pada
keadaan fisiologis reseptor eksitator dan inhibitor, mutasi gen ini akan
meyebabkan kejang dini pada neonatus.f Saluran ion lain yang penting
dalam patomekanisme neonatal seizure adalah ekspresi saluran H
(HCN). Pada perkembangan otak ekspresi saluran H meningkat yang
menyebabkan eksitabilitas neuron meningkat dan mudah terjadi kejang.
Suatu penelitian pada tikus membuktikan bahwa penghambat saluran
HCN akan menyebabkan turunnya aktivitas gelombang epileptiform di
hipokampus. Saluran ion lainnya adalah saluran ion Ca2+ (saluran tipe
P/Q). Mutasi pada saluran ini menunjukkan aktivitas epilepsi absans
yang meningkat. 24
4. Peranan neuropeptida dalam hipereksitabilitas otak imatur.
Sistem neuropeptida secara dinamis berfluktuasi selama masa perinatal.
Hormon kortikotropin merupakan salah satu neuropeptida poten untuk
eksitasi. Pada suatu studi dikatakan bahwa ekspresi dari CRH meningkat
terutama pada dua minggu paska lahir. Peranan klinis dari neuropeptida
khususnya sebagai terapi neonatal seizure saat ini sedang dalam tahap
penelitian.25,26
Bandung. 14-15 Desember 2013 9
- ...':-~-~.- .
Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak Berkelanjutan (PIKAB) X
. '. ~
janngan kortikal dan memiliki kadar tinggi dari AMP ARs dan
NMDARs.35 Selain itu, sel-sel ini juga rentan terhadap stres oksidatif.
Pada keadaan ini ekspresi neuron subplate yang tinggi akan
menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap kejang."
I'
I
Jika dikaitkan dengan etiologi seeara umum neonatal seizure dapat disebabkan
oleh lompatan elektrik yang berlebihan pada sistem saraf pusat akibat
depolarisasi yang berlebih. Depolarisasi yang berlebih disebabkan oleh beberapa
hal:11
1. Gangguan produksi energi yang menyebabkan gangguan pada pompa
ion Na+/K-.
Keadaan yang menyebabkan hal ini di antaranya hipoglikemia, sepsis,
distres nafas.
2. Gangguan neurotransmiter eksitator yang berlebihan.
Keadaan yang menyebabkan hal ini di antaranya hipoksia jaringan,
hipoglikemia. Keadaan ini dapat meningkatkan produksi glutamat yang,
dapat meneetuskari kejang,
3. Gangguan produksi neurotransmiter inhibitor.
Keadaan yang menyebabkan ini di antaranya pada keadaan kekurangan
pyridoxine.
4. Interaksi ion yang menyebabkan gangguan pompa ion Na+/K-.
Keadaan hipokalsemia dan hipomagnesemia menyebabkan influks
natrium yang berlebih sehingga terjadi depolarisasi .
Bandung. 14-15 Desember 2013 11
Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak Berkelanjutan (PIKAB) X
! '..~.elektrolit lain atau asam ammo. Penyebab metabolik pada umumnya akan
mudah diatasi dan tidak berkaitan dengan efek jangka panjang. Penyebab
metabolik lainnya adalah pyridoxine-dependent seizures yang bersifat tidak
berulang namun sering refrakter dan sangat berespon terhadap pemberian
piridoksin intravena. Inborn error metabolism pada gangguan asam amino
seperti hiperglisinemia, glutaric aciduria tipe 2 dan gangguan siklus asam urat
sering juga menyebabkan kejang pada awal kehidupan.':'
Beberapa penyebab neonatal seizure lainnya yang jarang di antaranya
benign familial neonatalconvulsions, suatu gangguan yang diturunkan bersifat
autosomal dominan yang berhubungan dengan gangguan perkembangan di
kemudian hari." Analisis genetik pada penderita ini diketahui berhubungan
dengan mutasi ion channel khususnya kalium pada gen KCNQ2 or KCNQ3.
Sindrom lainnya yang, lebih ringan dan berhubungan dengan mutasi gen
KCNQ2 adalah "fifth day fits", yang terjadi selama 2 hari sekitar hari kelima,
dan keenam paska lahir.42-45 Berikut ini adalah tabel mengenai penyebab dari
neonatal seizure yang perlu diperhatikan:
, '
[ ."
I,! :,
,L
Bandung. 14-15 Desember 2013 13
l;~I?;;}~:',:;:"". ,..,-,~,:\;'·.r~--_:.~
- -~.:~
;..:- ....
~;.-;,-, ..'. '," '."
,r" :<!/,:. (:.-;-,,:.! .':' ,.~.., '.
!';!'
Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak Berkelanjutan (PIKAB) X
,. .. ,
'"'1',:>..';'Manifestasi kejang pada neonatus tergantung pada berat badan bayi dan
waktu terjadinya kejang. Etiologi kejang pada neonatus berdasarkan umur bayi
dapat dilihat pada tabel2 berikut ini:"I.I:
I'
!I)
Tabel 2. Etiologi Kejang pada Bayi Baru Lahir Berdasarkan Umur
Dalam Harl ke 1
kandunganHarf ke 1 Harf ke 3 Harf ke 4 Harf ke 5 Harf ke 6
danselanJutnyaI
Malformasi serebral/disgenesis
Infeksl kongenital
Kelergantungan/defisiensi piridoksin/piridoksamin
Asfiksia perinatal
Sepsis
Hipoglikemia
Ketergantungan obat saat kehamilanPerdarahan periventrikular
Hlpokafsemfa
Benign familial neonatal seizure
Aminoasidopati
Galaktosemia
Ketotik dan non ketotIk hipergllslnemia
Early infantile epileptic encepholopathy
Folinic acid· responsive neonatal seizures
Defisiensi protein transpor glukosa
Migrating partial seizures of infancy
Sumber: Appleton."
Simp ulan
Sampai saat ini belum ada panduan yang menyeluruh mengenai diagnostik dan
tatalaksana neonatal seizure sehingga penggunaan obat anti kejang menjadi
sangat luas dan terkadang menjadi kurang tepat harus dapat menentukan etiologi
kejang, sehingga tatalaksana menjadi tepat." Hipoksik iskemik ensefalopati
merupakan etiologi kejang tersering pada I1;eonatus yakni sekitar 1-3 per
1000 kelahiran hidup pada bayi matur.46 Pada saat ini terjadinya neonatal
seizure tidak hanya didasarkan pada mekanisme HIE tersebut melainkan
semakin berkembang serta disesuaikan dengan perkembangan otak neonatus.l''
Bandung, 14-15 Desember 2013 15
Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak Berkelanjutan (PIKAB) X
9. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Neonatal Seizure.
Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders
Elsevier; 2007. him. 2471-3.
Mosley M. Neonatal seizures. Peds In Rev. 2010;31:127-8.10.
11. Begum N, Begum T, Khatoon S. Seizures in newborn: an update.
Shaheed suhrawardy Med ColI. 2012;4(1):26-31.
12. Queensland Maternity and Neonatal Clinical Guidelines Program.
Neonatal seizures. Queensland guideline. 2011: 1-18.
13. Jensen FE. Neonatal seizures: an update on mechanisms and management.
cue PerinatoI2009;36(4): 1-20.
14. Sanjay R, Jensen F. Epileptogenesis m the immature brain: emerging
mechanisms. Nat Rev Neural. 2009; 5(7): 380-404.
15. Sankar R, Painter MJ. Neonatal seizures: After all these years we still love
what doesn't work. Neurology 2005;64(5):776-7.
16. Sanchez RM, Koh S, Rio C, et al. Decreased glutamate receptor 2
expression and enhanced epileptogenesis in immature rat hippocampus
after perinatal hypoxia-induced seizures. lNeurosci. 2001;21(20):8154-
63.
17. Mares P, Mikulecka A. Different effects of two N-methy1-D-aspartate
receptor antagonists on seizures, spontaneous behavior, and motor
performance in immature rats. Epilepsy Behav 2009;14(1):32-9.
18. Chen HS, Wang YF, Rayudu PV, et al. Neuroprotective concentrations of
the N-methyl-D-aspartate open-channel blocker memantine are effective
without cytoplasmic vacuolation following post ischemic administration
and do not block maze learning or long-term potentiation. Neuroscience.
1998;86(4):1121-32.
Bandung. 14-15 Desember 2013 17
Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak Berkelanjutan (PIKAB) X
of corticotropin-releasing hormone reproduce the effects of early-life
stress. Proc.Natl.Acad.Sci.U.S.A 2001;98(15):8856-61.
27. Dommergues MA, Plaisant F, Verney C, et al. Early microglial activation
following neonatal excitotoxic brain damage in mice: a potential target for
neuroprotection. Neuroscience 2003;121(3): 619-28.
28. Debillon T, Gras-Leguen C, Leroy S, et al. Patterns of cerebral
inflammatory response in a rabbit model of intrauterine infection-
mediated brain lesion. Brain Res.Dev.Brain Res 2003;145(1):39-48.
29. Shapiro LA, Wang L, Ribak CE. Rapid astrocyte and microglial activation
following pilocarpine induced seizures in rats. Epilepsia 2008;49:33-41.
30. Vezzani A, Balosso S, Ravizza T. The role of cytokines in the
pathophysiology of epilepsy. Brain Behav.Imrnun 2008;22(6):797-803.
31. Pfrieger FW, Barres BA. Synaptic efficacy enhanced by glial cells in
vitro. Science 1997;277(5332): 1684-87.
32. Stevens B, Allen NJ, Vazquez LE, et al. The classical complement
cascade mediates CNS synapse elimination. Cell 2007; 131(6): 1164-78.
33. Wasterlain CG, Niquet J, Thompson KW, et al. Seizure-induced neuronal
death in the immature brain. Prog.Brain Res 2002;135:335-53.
34. Stone BS, Zhang J, Mack DW, et al. Delayed neural network degeneration
after neonatal hypoxia ischemia. Ann.NeuroI2008;64(5):535-46.
35. Talos DM, Follett PL, Folkerth RD, et al. Developmental regulation of
alpha-amino-3-hydroxy-5- methyl-4-isoxazole-propionic acid receptor
subunit expression in forebrain and relationship. to regional susceptibility
to hypoxic/ischemic injury. II. Human cerebral white matter and cortex. J
Comp NeuroI2006;497(1):61-77.
Bandung, 14-15 Desember 2013 19
Pendidikan llmu Kesehatan Anak Berkelanjutan (PIKAB) X
44. Claes LR, Ceulemans B, Audenaert D, et al. De novo KCNQ2 mutations
in patients with benign neonatal seizures. Neurology 2004;63(11 ):2155-8.
45. Appleton E, McLennan A. Investigation of seizures in infants. 2011: 1-9.
46. Lai MC, Yang SN. Perinatal hypoxic-ischemic encephalopathy. Jour
Biomed and Biotech. 2011. 1-6.
Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak Berkelanjutan (PIKAB) x
PENGGUNAAN CEREBRAL FUNCTION MONITOR UNTUKMENDETEKSI BRAIN DISTURBANCE PADA NEONATUS
Sjarif Hidajat Effendi
Divisi Neonatologi
Pendahuluan
Periode neonatal merupakan periode yang sangat rawan karena adanya hal-hal
yang dapat menimbulkan gangguan berat disertai gejala sisa bahkan sampai
pada kematian. Salah satu penyebabnya adalah hypoxic ischemic
encephalopathy (HIE) akibat asfiksia perinatal. Kejadian hipoksia dan iskemia
peripartum terjadi pada 2,9-9 per 1000 bayi aterm lahir hidup. Sedangkan
derajat sedang sampai berat terjadi pada 1-2 per 1000 bayi aterm dan
menyebabkan kematian pada 37-39%. Penderita yang dapat bertahan hidup, 38-
45% menderita gejala sisa gangguan neurologik jangka panjang, termasuk salah
satunya cerebral paisy.l,2
Selain itu HIE juga merupakan penyebab kejang neonatal yang paling
sering terjadi pada bayi aterm.v'Penelitian oleh Legido dkk. pada 40 bayi
dengan kejang neonatal yang dikonfirmasi dengan Electroencephalography
(EEG), menunjukkan mortalitas sebesar 33%, dan 70% dari yang hidup
menderita epilepsi(56%), cerebral palsy (63%), dan developmental delay
(67%).4
Cerebral Function Monitor
Cerebral Function Monitor (CFM) adalah alat EEG yang disederhanakan yang
digunakan untuk memonitor fungsi serebral dengan teknik Amplitude-integrated
EEG (aEEG).5
Bandung. 14-15 Desember 2013 179
Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak Berkelanjutan (PIKAB) x
yang sebelumnya telah dibersihkan. Penggunaan CFM pada neonatus meningkat
pada beberapa dekade ini. Prosedur ini merupakan bagian dari penegakkan
diagnostik yang dianggap lebih baik pada keadaan akut dan subakut. II
Nilai dari pola aEEG untuk memprediksi neurodevelopmental outcome
dapat dilakukan dengan pemeriksaan EEG standar. Pola aktivitas yang buruk,
menetap antara 12 - 24 jam setelah lahir (burst suppression), low voltage dan
gelombang datar, diketahui memiliki nilai prognostik yang buruk. Beberapa
studi mengemukakan tentang perbandingan EEG dan aEGG cara simultan,
dengan kesimpulan terdapat korelasi yang baik antara gelombang yang
dihasilkan EEG dan aEEG pada term infant yang mengalami ensefalopati
sedang dan berat. II
Indikasi
Cereberal Function Monitoring telah secara luas digunakan untuk memonitor fungsi
otak pada neonatus, terutama neonatus yang termasuk dalam risiko tinggi. Menurut
Shellhaas beberapa contoh neonatus yang merupakan risiko tinggi untuk pemantauan
aEEG adalah sebagai berikut: 12,13
• Sindroma klinis dari ensefalopati neonatal akut
Depresi neonatal dari kecurigaan asfiksia perinatal
Neonatus yang telah menjalani resiusitasi kardiopulmonal
• Risiko kardio dan pulmonal untuk cedera otak dan ensefalopati klinis
Kondisi pemapasan yang signifikan seperti hipertensi pulmonal persisten
Kelainan jantung bawaan yang memerlukan tindakan operatif segera dengan
menggunakan cardiopulmonary bypass
Kebutuhan akan ECMO (extracorporeal Membranous oxygenation)
Bandung, 14-15 Desember 2013 181
',- ,.:• r " J' ~ , { .....
". . -:. . " ~~:- -'. :::'.;' "': 'j ,: :','-.\ ":"!:':\,",(;':,::<_",.\:,: -;:';'
Pendidikan I1mu Kesehatan Anak Berkelanjutan (PlKAB) x
hernia diapraghmatica, malformasi jantung, hipoglikemia, ataupun kejang).
Juga aEEG terbukti lebih sensitif untuk prediksi awal dari asfiksia neonatorum.
Pola aEEG kontinyu atau diskontinyu ringan pada 6 jam pertama berhubungan
dengan prognostik yang lebib baik untuk terjadinya recovery atau perbaikan
kearah normal.
Cara Kerja Cerebral Function Monitor
Alat CFM menggunakan single-channel recording yang berasal dari sepasang
elektroda biparietal. Sinyal EEG diamplifikasi dan diteruskan melalui filter yang
melemahkan aktivitas di bawah 2Hz dan di atas 15 Hz (untuk mengurangi
artefak). Sinyal EEG kemudian diproses lebih lanjut dengan amplitude and time
compression sebelum direkam pada skala semilogaritmik pada keeepatan yang
relatif rendah, biasanya 6 cm/jam.v'"
Gambar 1. Alat Cerebral Function Monitor
Interpretasi
Pada layar CFM terdapat 2 garis utama. Pada garis pertama (garis sebelah atas)
adalah cerebral function graph yang mengukur aktivitas elektrikal otak. Pada
garis kedua (garis sebelah bawah) adalah grafik pengukuran impedansi lead
Bandung, 14-15 Desember 2013 183
Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak Berkelanjutan (PIKJ\B) x
b) Gelombang abnormal sedang
Pertanyaan yang harus dijawab untuk melakukan analisis dan intepretasi
gelombang normal antara lain:
• Apakah lower margin dibawah 5 ).1V?
. Jika ya maka gelornbang ini termasuk gelombang abnormal sedang
'Moderately abnornial trace; Upper margin Is> 10 tJV& .•ower marghlls < 6 J)Vthroughout thetraCG. There'$ no sws~
c) Gelombang abnormal berat
Beberapa pertanyaan yang harus dijawab untuk melakukan analisis dan
intepretasi gelombang ini antara lain:
• Apakah batas atas dibawah 10 11V?
• Apakah bagian yang paling tebal dari delombang muncul dlam
bentuk yang lebih tip is?
• Apakah gelombang yang ada tampak lebih datar?
Jika semua pertanyaan tersebut ya, maka gelombang tersebut adalah
gelombang abnormal berat.
Bandung, 14·15 Desember 2013 185
Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak Berkelanjutan (PIKAB) x
Gelombang aEEG yang dihasilkan memiliki beberapa pola yang
diklasifikasikan dalam 5 kategori pada bayi cukup bulan:
a) Continous normal voltagepattern (eVN)
Merupakan gelombang kontinyu dengan voltase 10 - 25 (-50~ V)
b) Discontinous normal volatagepattern (DVN)
Merupakan gelombang diskontinyu dengan voltase secara predominan di
atas 5 ~V dengan tidak adanya burst suppression
c) Discontinous background pattern
Periode gelombang denga voltase rendah disertai dengan burst dari
amplitudo tinggi
Bandung, 14-15 Desember 2013 187
Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak Berkelanjutan (PIKAB) x
Indikasi aEEG
Indikasi penggunaan aEEG adalah HIE; kejang atau gejala yang menyerupai
kejang seperti apnea, hipertensi, takikardia; gangguan neurologik yang berat
seperti malformasi otak kongenital, lesi vaskuler; post cardiac arrest; inborn
error of metabolism seperti urea cycle disorder, hipoglikemia, hipokalsemia;
neonatal abstinence syndrome seperti alcohol withdrawal. IS
Dibandingkan dengan EEG konvensional, CFM dengan metode aEEG
merupakan alat yang dapat dipercaya untuk memonitor baik pola background
(khususnya normal dan severely abnormal) maupun bangkitan kejang.
Keuntungan penggunaan metode ini adalah kemudahan penggunaan dan
kemampuan untuk memonitor secara terus menerus, kemudahan dalam
integrasi, dan kemampuan untuk mendeteksi kejang, ensefalopati yang relatif
berat, efek dari obat obatan, dan prediksi luaran.S,16
a). Evaluasi Bayi Aterm dengan Asfiksia
Rekaman aEEG merupakan metode diagnostik yang sederhana dan akurat
untuk menilai ekstensi dari kerusakan otak akibat hypoxic ischemic brain
damage dan identifikasi dini neonatus dengan HIE yang berisiko untuk
menderita gangguan perkembangan neurologik.17-19 Gambaran background
aEEG yang menandakan prognosis yang buruk adalah burst suppression,
continuous low-voltage, danflat trace patterns. Dalam suatu penelitian yang
besar, positive predictive value untuk luaran yang buruk untuk aEEG dengan
gangguan yang berat pada usia 3 jam adalah 78%, dan pada usia 6 jam dalah
86%. Sekitar 10-40% bayi dengan gangguan background yang bermakna
dapat menjadi normal setelah 24 jam dan lebih dari 50% dari kelompok ini
akan mempunyai luaran yang baik. Karena itu pemantauan perjalanan aEEG
Bandung, 14-15 Desember 2013 189
Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak Berkelanjutan (PlKAB) x
Tabel 4. Gambaran aEEG Pada Usia 48 jam Pada 8ayi dengan HIE danPrognosis
Mild Moderate Moderate to Severe{Sarnat I} {Sarnat 2} Severe {Sarnat 3}
Status Mental Hyperalert Letargik Letargik KamaPerlu Ventilator Tidak Tidak Ya YaFeeding Ringan Sedang Sedang BeratProblemsTonus Jittery Meningkat Meningkat FlaksidKejang Tidak Ya Ya Ya (pada
awal)Kemungkinancacat berat ataukematianberdasarkan 25% 50% 75%derajat k1inis* < 1% Odds of 1:3 Odds of50:50 Oddsof3:1Kemungkinancacat berat ataukematian jikaaEEG severely 73% 89% 96%abnormal t Odds of 2.7: 1 Odds of8:1 Odds of
24:1Kemungkinancacat berat ataukematian jikaaEEG tidakseverelyabnormal t
3%Odds ofl:30
9%Odds 0[1:10
25%Odds 0[1:3
* Sumber: Levene MI 21
t Sumber: Allan we 22
b). Deteksi Kejang
Kegunaan aEEG untuk deteksi kejang sudah dievaluasi terutama pada bayi
aterm dengan asfiksia." Beberapa laporan menunjukkan bahwa aEEG
memiliki spesifisitas yang tinggi namun sensitivitas yang kurang, dimana
hanya bisa mendeteksi kejang pada 75% dari kejang yang dapat dilihat pada
EEG konvensional. 5 Prolonged video-EEG tetap merupakan baku emas
dalam mendeteksi kejang, dan disarankan untuk dilakukan EEG formal
selama minimall jam pada bayi yang berisiko kejang. 23-26 Selain itu, kejang
Bandung, 14-15 Desember 2013 191
Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak Berkelanjutan (PlKAB) x
prematur. 5,29,32,33, prediksi outcome pada bayi prematur dengan perdarahan
intraventrikular [uas.5,34
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kejang neonatal awalnya bersifat
klinikal, namun setelah pemberian antikejang, kejang selanjutnya bisa
bersifat subklinikal. Beberapa penelitian menunjukkan berkurangnya
aktivitas kejang secara klinik setelah pemberian antikejang.Y Menggunakan
alat video EEG monitoring, ditemukan bahwa 85% aktivitas kejang tidak
menunjukkan manifestasi kejang secara kIinik.29 Boylan menunjukkan bahwa
electrographic seizure sering terjadi pada bayi dengan HIE setelah terapi
awal dengan phenobarbital. Selain itu aEEG dapat berperan pada deteksi
kejang subklinikal. Efek dari antikejang dapat dievaluasi saat continuous
aEEG atau EEG standar digunakan.r"
Rekaman aEEG juga bisa digunakan untuk menilai kelainan fungsi otak
pada bayi dengan Bronchopulmonary Dysplasia (BPDi6, demikian juga
dapat mendeteksi kelainan fungsi otak pada inborn error of metabolism yang
disertai gejala ensefalopati.f
Di Inggris, telah ada pedoman atau indikasi penggunaan CFM. Pedoman
tersebut dijabarkan dalam tabel 5.38
Bandung, 14-15 Desember 2013 193
Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak Berkelanjutan (PIKAB) x
d). Penggunaan CFM di NICU.39
• Memprediksi prognosis dari Hypoxic Ischemic Encephalopathy
Pada neonatus dengan HIE sedang berat secara klinis, gambaran CFM
abnormal berat memberikan prognostik yang buruk. Perbaikan spontan .
dari gambaran gelombang abnormal berat pada beberapa jam pertama
tidak jarang terjadi. Dalam sebuah studi, 6 dari 65 bayi dengan gambaran
gelombang aEEG sedang berat dalam waktu pemantauan 6 jam pertama,
mengalami perubahan pola kearah normal dalam waktu 24 jam pertama.
• Terapeutik Hipotermia
Cerebral function monitor memberi peranan besar dalam memonitor
terapi hipotermia pada neonatus. Walaupun diketahui pada hipotermia
berat dapat menekan gelombang aEEG, temperatur diatas 33,5° C tidak
mengganggu pembacaan gambaran normal dari upper & lower margin
dan menjadi alat monitor yang efektif dalam memantau teraputik.
• Pad a Bayi Kurang Bulan
Juga aEEG berguna untuk memantau aktivitas otak di perawatan intensif.
Secara paralel dengan EEG, latar belakang aktivitas aEEG lebih
menunjukan hasil yang diskontinyu pada bayi kurang bulan. Sleep wake
cycling dapat diidentifikasi dengan jelas pada aEEG sekitar gestasi 30
minggu, tetapi juga dapat terdeteksi pada usia kehamilan 25-26 minggu
pada bayi stabil.
Keterbatasan
Keterbatasan CFM adalah bangkitan kejang yang bersifat fokal, low amplitude,
atau waktu yang sangat singkat dapat tidak terdeteksi. Karena hal 101,
Bandung, 14-15 Desember 2013 195
i!f
i,~
'j
I~:,
Bandung, 14-15 Desember 2013 197
Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak Berkelanjutan (PIKAB) X
5. Volpe JJ, penyunting. Specialized Studies in Neurological Evaluation.
Dalam:Neurology of The Newborn. Edisi ke-5. Elsevier; 2008, hIm. 169-
72.
6. Hellstrom-Westas L, Rosen I, de Vries LS, Greisen G. Amplitude-
Integrated EEG Classification and Interpretation in Preterm and Term
Infants. NeoReviews. 2006; 7(2):76-87
7. Friedman D, Claassen J, Hirsch LJ. Continuous Electroencephalogram
Monitoring in the Intensive Care Unit. Anesth Analg. 2009; 109:506 -23.
8. Toet MC, Lemmers PMA. Brain monitoring in neonates. Early Human
I'I","
I,I!,
Development. 2009; 85:77-84.
9. Spitzer AR. Neonatal Cerebral Function Monitoring. Neonatology Today.
2006; 1(1):1-5
10. Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE. penyunting.Perinatal
Asphyxia. Dalam: Neonatology: Management, Procedures, On-Call
Problems, Diseases and Drugs. Edisi ke-5. USA:McGraw-Hill Company;
2004. hlm 512-23i
IIIjj
~,,I
!J
11. Hellstrom- Westas L, Rosen I, Vries LSd, Greisen G. Amplitude-integrated
EEG Classification and Interpretation in Pre term and Term Infant.
Neoreviews.2006;7(76):76-87.
12. Shellhaas RA, Chang T, Tsuchida T, Scher MS, Riviello JJ, Abend NS, et
al. The American Clinical Neurophysiology Society'S Guideline on
Continuous Electroencephalography Monitoring in Neonates. J Clin
Neurophysiol
2011 ;28:611-7.
13. Vries LSd, Hellstrorn-Westas L. Role of cerebral function monitoring in
the newborn. Arch Dis Child Fetal Neonatal.20 11;90(90):20 1-7.
Bandung, 14-15 Desember 2013 199
Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak Berkelanjutan (PIKAB) X
22. Allan WC. The clinical spectrum and prediction of outcome in hypoxic-
ischaemic encephalopathy.NeoReviews. 2002;3:e 108-15
23. Neubauer D, Osredkar D, Paro-Panjan D, Skofljanec A, Derganc M.
Recording conventional and amplitude-integrated EEG in the neonatal
intensive care unit. J.EJPN. 2011;15:405-16
24. Glass HC, Wirel E.. Controversies in Neonatal Seizure Management. J
Child Neurol. 2009;24:591-9
25. Sheilhaas RA. Continuous Electroencephalography Monitoring In
Neonates. CUITNeurol Neurosci Rep. 2012;12:429-35
26. Ray S. Question I Is Cerebral Function Monitoring as accurate as
conventional EEG in the detection of neonatal seizure? Arch Dis Child.
2011; 96:314-6
27. Mathur AM, Morris LD, Teteh F, Inder TE, Zempel D. Utility of Prolonged
Bedside Amplitude-Integrated Encephalogram in Encephalitic Infants. Am
J Perinatol. 2008; 25:611-5
28. Ter Horst HJ~ Mud M, Roofthooft MTR. Amplitude integrated
electroencephalographic activity in infants with congenital heart disease
before surgery. J.Earlhumdev; 2010;86:759-64
29. de Vries LS,Hellstrom-Westas L.Role of Cerebral Function Monitoring in
The Newborn. Arch Dis Child Fetal Neonatal. 2005; 90:F201-7
30. Kazanci E, Kolsa E, Ergenekon E, Vural 0, Gucuyener K. Long Term
Monitoring of a Critically III Preterrn Infant with Two Channel Amplitude
Integrated Electroencephalograhy. Neuropediatrics. 2011;42:237-9
31. Cui H, Ding Y, Yu Y, Yang L. Changes of Amplitude Integration
Electroencephalogram (aEEG) in Different Maturity Preterm Infant. Child
Nerv Syst. 2013
IIiI
II
II,!!
I!iil;
f'