Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

54
1 TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi Panggul 1. Ukuran-Ukuran Dalam Panggul Pada tiap persalinan harus diperhatikan 3 faktor penting (1) jalan lahir; (2) janin; dan (3) kekuatan yang ada pada ibu. Jalan lahir dibagi atas (a) bagian tulang, terdiri dari tulang-tulang panggul dengan persendiannya (artikulasio); dan (b) bagian lunak, terdiri atas otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen (Winkjosastro H, 2010; Rachimhadhi T, 2010). Tulang-tulang panggul terdiri atas 3 buah tulang yaitu (1) os koksa (disebut juga tulang innominata) 2 buah kiri dan kanan; (2) os sakrum, dan (3) os koksigis. Os koksa merupakan fusi dari os ilium, os iskhium, dan os pubis (Winkjosastro H, 2010; Rachimhadhi T, 2010). Tulang-tulang ini satu dengan lainnya berhubungan dengan suatu persendian panggul. Di

description

sa

Transcript of Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

Page 1: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

1

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Panggul

1. Ukuran-Ukuran Dalam Panggul

Pada tiap persalinan harus diperhatikan 3 faktor penting (1) jalan

lahir; (2) janin; dan (3) kekuatan yang ada pada ibu. Jalan lahir dibagi atas

(a) bagian tulang, terdiri dari tulang-tulang panggul dengan persendiannya

(artikulasio); dan (b) bagian lunak, terdiri atas otot-otot, jaringan-jaringan

dan ligamen-ligamen (Winkjosastro H, 2010; Rachimhadhi T, 2010).

Tulang-tulang panggul terdiri atas 3 buah tulang yaitu (1) os koksa

(disebut juga tulang innominata) 2 buah kiri dan kanan; (2) os sakrum, dan

(3) os koksigis. Os koksa merupakan fusi dari os ilium, os iskhium, dan os

pubis (Winkjosastro H, 2010; Rachimhadhi T, 2010).

Tulang-tulang ini satu dengan lainnya berhubungan dengan suatu

persendian panggul. Di depan terdapat hubungan antara kedua os pubis

kanan dan kiri, disebut simfisis. Simfisis terdiri atas jaringan fibrokartilago

dan ligamentum pubikum superior di bagian atas serta ligamentum

pubikum inferior di bagian bawah. Kedua ligamentum ini sering disebut

sebagai ligamentum arkuatum. Di belakang terdapat artikulasio sakro-

iliaka yang menghubungkan os sakrum dengan os ilium. Diluar kehamilan

artikulasio ini hanya memungkinkan pergeseran sedikit, tetapi pada

kehamilan persendian ini mengalami relaksasi akibat perubahan hormonal,

sehingga pada waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih

longgar, misalnya ujung os koksigis dapat bergerak ke belakang sampai

Page 2: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

2

sejauh lebih kurang 2,5 cm. Hal ini dapat dilakukan bila ujung os koksigis

menonjol ke depan. Pada partus dan pada pengeluaran kepala janin dengan

cunam ujung os koksigis itu dapat ditekan ke belakang. Selain itu, akibat

relaksasi persendian ini, maka pada posisi dorso litotomi memungkinkan

penambahan diameter pintu bawah panggul sebesar 1,5 sampai 2 cm. Hal

ini yang menjadi dasar pertimbangan untuk menempatkan perempuan

bersalin dalam posisi dorso litotomi. Penambahan diameter pintu bawah

panggul hanya dimungkinkan apabila os sakrum dimungkinkan untuk

bergerak bergerak ke belakang yaitu dengan mengurangi tekanan alas

tempat tidur terhadap os sakrum. Hal inilah yang menjadi dasar tindakan

maneuver McRoberts pada distosia bahu (Winkjosastro H, 2010;

Rachimhadhi T, 2010).

Secara fungsional panggul terdiri dari 2 bagian yang disebut pelvis

mayor dan pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di

atas linea terminalis, disebut pula false pelvis. Bagian yang terletak di

bawah linea terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis. Bagian akhir

ini adalah bagian yang mempunyai peranan penting dalam obstetri dan

harus dapat dikenal dan dinilai sebaik-baiknya untuk dapat meramalkan

dapat-tidaknya bayi melewatinya (Winkjosastro H, 2010; Rachimhadhi T,

2010).

Bentuk pelvis minor ini menyerupai suatu saluran yang mempunyai

sumbu melengkung ke depan (sumbu Carus). Sumbu ini secara klasik

adalah garis yang menghubungkan titik persekutuan antara diameter

transversa dan konjugata vera pada pintu atas panggul dengan titik-titik

Page 3: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

3

sejenis di Hodge II, III dan IV. Sampai dekat Hodge III sumbu itu lurus,

sejajar dengan sakrum untuk selanjutnya melengkung ke depan, sesuai

dengan lengkungan sakrum. Hal ini penting untuk diketahui bila kelak

mengakhiri persalinan dengan cunam agar arah penarikan cunam itu

disesuaikan dengan arah sumbu jalan lahir tersebut (Winkjosastro H, 2010;

Rachimhadhi T, 2010).

(Winkjosastro H, 2010; Rachimhadhi T, 2010).

Gambar 1Pelvis mayor dan pelvis minor

Bidang atas saluran ini berupa suatu bidang datar, normal

berbentuk hampir bulat, disebut pintu atas panggul (pelvic inlet). Bidang

bawah saluran ini tidak merupakan suatu bidang seperti pintu atas panggul,

akan tetapi terdiri atas dua bidang, disebut pintu bawah panggul (pelvic

outlet). Di antara kedua pintu ini terdapat ruang panggul (pelvic cavity).

Ukuran ruang panggul dari atas ke bawah tidak sama. Ruang panggul

mempunyai ukuran yang paling luas dibawah pintu atas panggul, akan

tetapi menyempit di panggul tengah, untuk kemudian menjadi luas lagi

sedikit. Penyempitan di panggul tengah ini setinggi spina iskiadika yang

Page 4: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

4

jarak antara kedua spina iskiadika (distansia interspinarum) normal ±10,5

cm (Winkjosastro H, 2010; Rachimhadhi T, 2010).

(Winkjosastro H, 2010; Rachimhadhi T, 2010).

Gambar 2Sumbu panggul

a. Pintu Atas Panggul

Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh

promontorium korpus vertebra sakral 1, linea innominata (terminalis), dan

pinggir atas simfisis. Terdapat 4 diameter pada pintu atas panggul, yaitu

diameter anteroposterior, diameter transversa, dan 2 diameter oblikua

(Winkjosastro H, 2010; Rachimhadhi T, 2010).

Panjang jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium lebih

kurang 11 cm disebut konjugata vera. Jarak terjauh garis melintang pada

pintu atas panggul lebih kurang 12,5-13 cm, disebut diameter transversa.

Bila ditarik garis dari artikulasio sakroiliaka ke titik persekutuan antara

diameter transversa dan konjugata vera dan diteruskan ke linea innominata,

ditemukan diameter yang disebut diameter oblikua sepanjang lebih kurang

13 cm (Winkjosastro H, 2010; Rachimhadhi T, 2010).

Page 5: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

5

Cara mengukur konjugata vera ialah dengan jari tengah dan

telunjuk dimasukkan ke dalam vagina untuk meraba promontorium. Jarak

bagian bawah simfisis sampai ke promontorium dikenal sebagai konjugata

diagonalis. Secara statistik diketahui bahwa konjugata vera sama dengan

konjugata diagonalis dipotong dengan 1,5 cm. Apabila promontorium

dapat diraba, maka konjugata diagonalis dapat diukur, yaitu sepanjang

jarak antara ujung jari kita yang meraba sampai ke batas pinggir bawah

simfisis. Kalau promontorium tidak teraba, berarti ukuran konjugata

diagonalis lebih panjang dari jarak antara ujung jari kita sampai ke batas

pinggir bawah simfisis. Kalau jarak antara ujung jari tangan kita sampai ke

batas pinggir bawah simfisis adalah 13 cm, maka berarti konjugata vera

lebih dari 11,5 cm (13 cm di kurangi 1,5 cm). Selain kedua konjugata ini

dikenal juga konjugata obstetrika, jarak dari bagian dalam tengah simfisis

ke promontorium. Sebenarnya konjugata obstetrika ini yang paling

penting, walaupun perbedaannya dengan konjugata vera sedikit sekali

(Winkjosastro H, 2010; Rachimhadhi T, 2010).

Page 6: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

6

(Winkjosastro H, 2010; Rachimhadhi T, 2010).

Gambar 3Bidang pintu atas panggul

(Winkjosastro H, 2010; Rachimhadhi T, 2010).

Gambar 4Pintu atas panggul dengan konjugata vera, diameter tranversa, dan diameter oblikua

Page 7: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

7

(Winkjosastro H, 2010; Rachimhadhi T, 2010).

Gambar 5Ruang panggul

Bidang Hodge untuk menentukan sampai manakah di bagian terendah

janin turun dalam panggul dalam persalinan.

1. Bidang Hodge I: bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan

promontorium. Bidang ini dibentuk pada lingkaran atas pintu panggul

2. Bidang Hodge II: bidang datar yang sejajar dengan Bidang Hodge I

terletak setinggi bagian bawah simfisis

3. Bidang Hodge III: bidang datar yang sejajar dengan Bidang Hodge I dan II

terletak setinggi spina iskiadika kanan dan kiri

4. Bidang Hodge IV: bidang datar yang sejajar dengan Bidang Hodge II dan

III terletak setinggi os koksigis (Winkjosastro H, 2010; Rachimhadhi T,

2010).

Dalam obstetri dikenal 4 jenis panggul (pembagian Cadwell dan Molloy

1933) yang mempunyai ciri-ciri pintu atas panggul sebagai berikut :

Page 8: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

8

1. Jenis gynaecoid

Panggul paling baik untuk wanita, bentuk pintu atas panggul hampir

mirip lingkaran. Diameter anteroposterior kira-kira sama dengan diameter

transversa. Jenis ini ditemukan pada 45% wanita. Merupakan jenis panggul

tipikal wanita (female type).

2. Jenis anthropoid

Bentuk pintu atas panggul seperti ellips membujur anteroposterior.

Diameter anteroposterior lebih besar dari diameter transversa. Jenis ini

ditemukan pada 35% wanita.

3. Jenis android

Bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Diameter transversal

terbesar terletak di posterior dekat sakrum. Dinding samping panggul

membentuk sudut yang makin sempit ke arah bawah. Jenis ini ditemukan

pada 15% wanita. Merupakan jenis panggul tipikal pria (male type).

4. Jenis platipelloid

Jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka belakang. Ukuran

melintang jauh lebih besar daripada ukuran muka belakang (Winkjosastro

H, 2010; Rachimhadhi T, 2010).

b. Pintu Tengah Panggul

Midpelvis merupakan bidang sejajar spina iskiadika merupakan

bidang dimensi pelvik terkecil yang menjadi bagian yang penting pada

proses engagement kepala janin. Diameter interspina ± 10 cm atau lebih,

dan merupakan diameter terkecil dari pelvis. Diameter anteroposterior

Page 9: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

9

melalui level spina iskiadika normalnya berukuran sekurang-kurangnya

11.5 cm. Komponen posteriornya antara titik tengah diameter

interspinarum dengan sakrum disebut diameter sagitalis posterior yang

sekurang-kurangnya berukuran 4.5 cm. Memperkirakan kapasitas

midpelvik secara klinis (periksa dalam) dengan cara pengukuran langsung

adalah tidak mungkin. Bila spina iskiadika begitu menonjol, dinding pelvis

terasa cembung dan sakrum terasa datar (tidak cekung), maka kesempitan

panggul tengah bisa dicurigai (Cuningham FG, 2001).

c. Pintu Bawah Panggul

Pintu bawah panggul tersusun atas 2 bidang datar berbentuk

segitiga, yaitu bidang yang dibentuk oleh garis antara kedua buah tuber os

iskii dengan ujung os sakrum dan bagian bawah simfisis. Pinggir bawah

simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan merupakan sudut disebut arkus

pubis. Dalam keadaan normal besarnya sudut ini ± 90° atau lebih sedikit.

Bila kurang sekali (lebih kecil) dari 90°, maka kepala janin akan lebih sulit

dilahirkan karena memerlukan tempat lebih banyak ke arah dorsal (kearah

anus). Dalam hal ini perlu diperhatikan apakah ujung os sakrum/os

koksigis tidak menonjol ke depan, sehingga kepala janin tidak dapat

dilahirkan. Jarak antara kedua tuber os iskii (distansia tuberum) juga

merupakan ukuran pintu bawah panggul yang penting. Distansia tuberum-

diambil dari bagian dalamnya-adalah ±10,5 cm. Bila lebih kecil, jarak

antara tengah-tengah distansia tuberum ke ujung sakrum (diameter

Page 10: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

10

sagitalis posterior) harus cukup panjang agar bayi normal dapat dilahirkan

(Winkjosastro H, 2010; Rachimhadhi T, 2010).

(Winkjosastro H, 2010; Rachimhadhi T, 2010).

Gambar 6Pintu bawah panggul

2. Ukuran-Ukuran Luar Panggul

Ukuran-ukuran luar panggul ini dapat digunakan bila pelvimetri

radiologik tidak dapat dilakukan. Dengan cara ini dapat ditentukan secara

garis jenis, bentuk, dan ukuran-ukuran apabila dikombinasikan dengan

pemeriksaan dalam, Alat-alat yang dipakai antara lain jangka-jangka

panggul Martin, Oseander, Collin, dan Boudeloque (Winkjosastro H, 2010;

Rachimhadhi T, 2010).

Yang diukur sebagai berikut:

a. Distansia spinarum (± 24-26 cm): jarak antara kedua spina iliaka

anterior superior sinistra dan dekstra

b. Distansia kristarum (± 28-30 cm): jarak yang terpanjang antara dua

tempat yang simetris pada krista iliaka sinistra dan dekstra. Bila ukuran

Page 11: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

11

ini lebih kecil 2-3 cm dari nilai normal, dapat dicurigai panggul ini

patologik

c. Distansi oblikua eksterna (ukuran miring luar): jarak antara spina iliaka

posterior sinistra dan spina iliaka anterior superior dekstra dan dari

spina iliaka posterior dekstra ke spina iliaka anterior superior sinistra.

Kedua ukuran ini bersilang. Jika panggul normal, maka kedua ukuran

ini tidak banyak berbeda. Akan tetapi, jika panggul itu asimetrik

(miring), kedua ukuran itu jelas berbeda sekali

d. Distansia intertrokanterika: jarak antara kedua trokanter mayor

e. Konjugata eksterna (Boudeloque) ± 18 cm: jarak antara bagian atas

simfisis ke prosesus spinosus lumbal 5

f. Distansia tuberum (± 10,5 cm): jarak antar tuber iskii sinistra dan

dekstra. Untuk mengukurnya dipakai jangka Oseander. Angka yang

ditunjuk jangka harus ditambah 1,5 cm karena adanya jaringan

subkutis antara tulang dan ujung jangka, yang menghalangi

pengukuran secara tepat. Bila jarak ini kurang dari normal, dengan

sendirinya arkus pubis lebih dari 90° (Winkjosastro H, 2010;

Rachimhadhi T, 2010).

B. Panggul Sempit

Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas

panggul dapat menyebakan distosia saat persalinan. Panggul disebut sempit

apabila ukurannya 2 cm kurang dari ukuran normal. Kesempitan panggul bisa

Page 12: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

12

pada pintu atas panggul, ruang tengah panggul, pintu bawah panggul atau

kombinasi ketiganya (Mochtar R, 2003).

1. Kesempitan Pintu Atas Panggul

Pintu atas panggul biasanya dianggap menyempit apabila diameter

anteroposterior terpendek kurang dari 10,0 cm atau apabila diameter

transversa kurang dari 11,5 cm atau apabila diameter konjugata obstetrik

kurang dari 12 cm. Dengan menggunakan pelvimetri klinis dan kadang-

kadang pelvimetri radiologis dapat mengidentifikasi diameter

anteroposterior paling pendek yang harus dilewati kepala janin. Sebelum

persalinan terlah terbukti diameter biparietal janin rata-rata berukuran 9,5

cm sampai 9,8 cm. Dengan demikian sebagian janin mungkin sangat sulit

atau mustahil melewati pintu atas dengan diameter anteroposterior yang

kurang dari 10 cm (Cuningham FG, 2001; Mochtar R, 2003).

Pada nulipara normal aterm, bagian terbawah janin sering sudah

turun ke dalam rongga panggul sebelum persalinan dimulai. Namun,

apabila pintu atas mengalami penyempitan yang cukup berarti , penurunan

belum terjadi sampai timbul tanda-tanda inpartu (Cuningham FG, 2001).

Tingkatan kesempitan panggul berdasarkan ukuran konjugata vera:

Tingkat I : CV = 9-10 cm = borderline

Tingkat II : CV = 8-9 cm = relatif

Tingkat III : CV = 6-8 cm = ekstrim

Tingkat IV : CV = 6 cm = mutlak

Page 13: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

13

2. Kesempitan Pintu Tengah Panggul

Kesempitan pintu tengah panggul ini lebih sering ditemukan

daripada kesempitan pada pintu aats panggul. Kesempitan pada pintu

tengah panggul ini sering menyebabkan terhentinya kepala janin pada

bidang transversa (Cuningham FG, 2001).

Rata-rata ukuran diameter tengah panggul adalah sebagai berikut :

Distansia interspinarum (DI) ± 10.5 cm. Diameter anterior posterior (AP) ±

11.5 cm,diameter sagitalis posterior 5 cm. Dikatakan sempit bila diameter

interspinarum <10 cm atau <9,5 cm atau ≤9 cm atau bila diameter

interspinarum ditambahkan dengan diameter sagitalis posterior kurang dari

13,5 cm (Cuningham FG, 2001).

3. Kesempitan Pintu Bawah Panggul

Kesempitan pintu bawah panggul didefinisikan sebagai

pemendekan diameter intertuberosum hingga 8 cm atau kurang. Pintu

bawah panggul secara kasar dapat dianggap sebagai dua segitiga dengan

diameter intertuberosum sebagai dasar keduanya. Sisi-sisi segitiga anterior

dibentuk oleh kedua ramus pubis dan puncaknya adalah permukaan

posterior inferior simfisis pubis (Cuningham FG, 2001).

Menyempitnya diameter intertuberosum yang menyebabkan

penyempitan segitiga anterior akan mendorong kepala janin ke posterior.

Dengan demikian penenntuan apakan janin bisa lahir atau tidak sebagian

tergantung pada ukuran segitiga posterior atau secara spesifik tergantung

pada diameter intertuberosum dan diameter sagitalis posterior pintu bawah

Page 14: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

14

panggul. Pintu bawah yang sempit dapat menyebabkan distosia bukan

sebagai penyebab tunggal karena sebagian besar disertai penyempitan

pintu tengah panggul. Penyempitan pintu bawah panggul tanpa disertai

penyempitan pintu tengah panggul jarang terjadi (Cuningham FG, 2001).

4. Komplikasi Panggul Sempit

Apabila persalinan dengan panggul sempit dibiarkan berlangsung

sendiri tanpa pengambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya pada ibu

dan janin. Bahaya pada ibu dapat berupa partus lama yang dapat

menimbulkan dehidrasi serta asidosis, dan infeksi intrapartum, ruptur uteri

mengancam serta resiko terjadinya fistula vesikoservikalis, atau fistula

vesikovaginalis, atau fistula rektovaginalis karena tekanan yang lama

antara kepala janin dengan tulang panggul. Sedangkan bahaya pada janin

dapat berupa meningkatkan kematian perinatal, dan perlukaan pada

jaringan di atas tulang kepala janin bahkan bisa menimbulkan fraktur pada

os parietalis (Cuningham FG, 2001).

5. Penanganan Panggul Sempit

Dewasa ini 2 cara merupakan tindakan utama untuk menangani

persalinan pada panggul sempit, yakni seksio sesaria dan partus percobaan.

a) Seksio sesaria

Seksio dapat dilakukan secara elektif atau primer, yakni sebelum

persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder, yakni

Page 15: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

15

sesudah persalinan berlangsung selama beberapa waktu (Saifudin AB,

2002).

Berdasarkan perhitungan konjugata vera pada pintu atas panggul

dapat diambil tindakan yaitu:

panjang CV 8-10 cm → partus percobaan

panjang CV 6-8 cm → SC primer

panjang CV < 6 cm → SC absolut (Saifudin AB,

2002).

b) Partus Percobaan

Partus percobaan adalah suatu partus fisiologis yang dilakukan

pada kehamilan aterm, anak presentasi belakang kepala dengan suspek

disproporsi sefalopelvik (CPD). Tindakan partus percobaan adalah

memastikan ada tidaknya CPD. Dimulai saat penderita dinyatakan in

partu, dengan penilaian kemajuan persalinan dimulai setelah persalinan

masuk fase aktif. Penilaian terhadap kemajuan persalinan, turunnya

kepala dan putar paksi dalam dilakukan setiap 2 jam. Bila pada setiap

penilaian per 2 jam tersebut terdapat perubahan yang bermakna

komponen yang dinilai itu, maka partus percobaan dikatakan ada

kemajuan dan diteruskan. Bila dari 3 komponen tersebut tidak ada

kemajuan yang bermakna, maka partus percobaan dikatakan gagal,

dipastikan ada CPD dan persalinan diakhiri dengan seksio sesaria

(Saifudin AB, 2002; Mochtar R, 2003).

Page 16: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

16

C. Persalinan Normal

1. Pengertian

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban

keluar dari uterus ibu (JNPK-KR, 2008). Persalinan adalah proses

membuka dan menipisnya serviks dan janin turun kedalam jalan lahir.

Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar

melalui jalan lahir (Saifuddin AB, 2002).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Prawirohardjo,

2002)

2. Faktor-Faktor Penting dalam Persalinan

Persalinan yang normal (eutasia) menunjukkan bahwa ketiga faktor

penting yaitu power (P), passage (P), dan passenger (P) sama dengan baik

sehingga persalinan berlangsung spontan, aterm, dan hidup. Selain itu,

terdapat faktor lainnya, seperti faktor kejiwaan wanita dan penolong tetapi

kedua faktor tambahan tersebut tidak banyak berfungsi dalam menentukan

jalannya persalinan (Manuaba, 2010).

Dengan faktor 3P, kemungkinan besar terdapat kelainan yang

memengaruhi jalannya persalinan, sehingga memerlukan intervensi

persalinan untuk mencapai well health baby dan well health mother.

Persalinan yang memerlukan bantuan dari luar karena terjadi

penyimpangan 3P disebut persalinan distosia (Manuaba, 2010).

Page 17: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

17

Menurut Mochtar (2003), faktor yang mempengaruhi persalinan

diantaranya:

a. Passage (Jalan Lahir)

Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari

rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin

dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan

lahir tersebut harus normal.

b. Power

Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri

dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power

merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh

adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.

Tenaga utama pada persalinan adalah tenaga atau kekuatan yang

dihasilkan oleh kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.

1. Kontraksi

Kontraksi adalah gerakan memendek dan menebal otot-otot

rahim yang terjadi untuk sementara waktu. Kontraksi ini terjadi

diluar kesadaran di bawah pengendalian sistem saraf simpatik dan

secara tidak langsung dipengaruhi oleh sistem endokrin. Kontraksi

uterus yang kuat seperti pada bagian akhir kala I persalinan

memberikan tekanan intra uteri sebesar 45 mmHg.

2. Retraksi

Page 18: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

18

Retraksi adalah pemendekan otot-otot rahim yang menetap

setelah terjadinya kontraksi, serabut otot tidak mengadakan

relaksasi penuh pada akhir kontraksi tetapi akan mempertahankan

sebagian gerakan memendek dan menebal tersebut. Retraksi

merupakan sifat istimewa yang dimiliki oleh otot rahim.

3. Tenaga sekunder – Mengejan

Tenaga kedua yang meliputi otot perut dan diafragma

digunakan dalam kala II persalinan. Tenaga ini dapat dipakai untuk

mendorong bayi keluar dan merupakan kekuatan ekspulsi yang

dihasilkan otot-otot volunter.

Mengejan memberikan kekuatan yang sangat membantu

dalam mengatasi resistensi otot-otot dasar panggul. Meskipun

mengejan melibatkan otot volunter gerakan ini menjadi involunter

kalau tekanan kepala janin pada dasar panggul mejadi sangat kuat.

Kadang-kadang pada saat mengejan dikendalikan dan digantikan

bernapas terengah-engah (mulut dan glotis terbuka sementara otot

abdomen dibiarkan lemas).

Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari :

a) His (kontraksi otot uterus)

His adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim

bekerja dengan baik dan sempurna. Pada waktu kontraksi

otototot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih

pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin

dan kantung amnion ke arah segmen bawah rahim dan serviks.

Page 19: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

19

b) Kontraksi otot-otot dinding perut

c) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan

d) Ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum

rotundum.

c. Passanger

a) Janin

Bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala

janin. Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan

persalinan.

b) Sikap (habitus)

Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu

janin, biasanya terhadap tulang punggungnya. Janin umumnya

dalam sikap fleksi, di mana kepala, tulang punggung, dan kaki

dalam keadaan fleksi, serta lengan bersilang di dada.

c) Letak janin

Letak janin adalah bagaimana sumbu panjang janin berada

terhadap sumbu ibu, misalnya letak lintang di mana sumbu janin

sejajar dengan dengan sumbu panjang ibu; ini bisa letak kepala,

atau letak sungsang.

d) Presentasi

Presentasi digunakan untuk menentukan bagian janin yang ada

di bagian bawah rahim yang dapat dijumpai pada palpasi atau

pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala, presentasi bokong,

presentasi bahu, dan lain-lain.

Page 20: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

20

e) Posisi

Posisi merupakan indikator untuk menetapkan arah bagian

terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri, depan atau belakang

terhadap sumbu ibu (maternal pelvis). Misalnya pada letak

belakang kepala (LBK) ubun-ubun kecil (UUK) kiri depan, UUK

kanan belakang.

f) Plasenta

Plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap sebagai

penumpang atau passenger yang menyertai janin namun plasenta

jarang menghambat pada persalinan normal.

d. Psikis (psikologis)

Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah

benar-benar terjadi realitas kewanitaan sejati yaitu munculnya rasa

bangga bisa melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-

olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap

sebagai suatu keadaan yang belum pasti sekarang menjadi hal yang

nyata.

e. Penolong

Peran dari penolong persalinan dalam hal ini dokter atau bidan

adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin

terjadi pada ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan

kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.

Page 21: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

21

3. Etiologi

Sebab terjadinya persalinan merupakan teori-teori yang kompleks.

Faktor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi

uterus, pengaruh saraf dan nutrisi. Perubahan – perubahan dalam biokimia

dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dan berlangsungnya

persalinan yaitu :

a. Penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron yang dapat

mengakibatkan peregangan dari otot-otot uterus

b. Meningkatnya kadar prostaglandin

c. Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang

mengakibatkan iskemika otot-otot uterus

d. Berkurangnya nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan

segera dikeluarkan

e. Tekanan pada ganglion servikale yang terletak di belakang serviks

yang tertekan yang merupakan penyebab peningkatan kontraksi uterus

(Prawirohardjo, 2002).

4. Perubahan Psikologi Pada Ibu Bersalinan

Perubahan psikologi pada ibu bersalinan menurut Varney (2006):

a. Pengalaman sebelumnya

Fokus wanita adalah pada dirinya sendiri dan fokus pada dirinya

sendiri ini timbul ambivalensi mengenai kehamilan seiring usahanya

Page 22: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

22

menghadapi pengalaman yang buruk yang pernah ia alami sebelumnya,

efek kehamilan terhadap kehidupannya kelak, tanggung jawab, yang

baru atau tambahan yang akan di tanggungnya, kecemasan yang

berhubungan dengan kemampuannya untuk menjadi seorang ibu.

b. Kesiapan emosi

Tingkat emosi pada ibu bersalin cenderung kurang bisa terkendali

yang di akibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya

sendiri serta pengaruh dari orang-orang terdekatnya, ibu bersalin

biasanya lebih sensitif terhadap semua hal. Untuk dapat lebih tenang

dan terkendali biasanya lebih sering bersosialisasi dengan sesama ibu-

ibu hamil lainnya untuk saling tukar pengalaman dan pendapat.

c. Persiapan menghadapi persalinan (fisik, mental, materi dsb)

Biasanya ibu bersalin cenderung mengalami kekhawatiran

menghadapi persalinan, antara lain dari segi materi apakah sudah siap

untuk menghadapi kebutuhan dan penambahan tanggung jawab yang

baru dengan adanya calon bayi yang akan lahir. Dari segi fisik dan

mental yang berhubungan dengan risiko keselamatan ibu itu sendiri

maupun bayi yang di kandungnya.

d. Support system

Peran serta orang-orang terdekat dan dicintai sangat besar

pengaruhnya terhadap psikologi ibu bersalin biasanya sangat akan

membutuhkan dorongan dan kasih sayang yang le bih dari seseorang

yang dicintai untuk membantu kelancaran dan jiwa ibu itu sendiri.

Page 23: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

23

5. Langkah Asuhan Persalinan Normal

58 langkah asuhan persalinan normal diambil dari penuntun belajar

APN yang terdapat pada panduan pelatihan klinik APN "Asuhan Esensial,

Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi

Baru Lahir" yang diterbitkan oleh Jaringan Nasional Pelatihan Klinik -

Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR) Departemen Kesehatan RI tahun 2008.

58 langkah APN terdiri dari:

I. Mengenali Gejala dan Tanda Kala II

1. Mengenali dan melihat adanya tanda persalinan kala II. Yang

dilakukan adalah: tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-

tanda:

a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada  rektum

dan vaginanya

c. Perineum menonjol

d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka.

II. Menyiapkan Pertolongan Persalinan

2. Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan

esensial untuk  menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu

dan bayi baru lahir. Untuk resusitasi → tempat datar, rata, bersih,

kering dan hangat, 3 handuk atau kain bersih dan kering, alat

Page 24: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

24

penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm diatas tubuh

bayi.

a.   Menggelar kain diatas perut ibu. Dan tempat resusitasi serta

ganjal bahu bayi

b.  Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali

pakai di dalam partus set

3. Pakai celemek plastik yang bersih

4. Melepaskan dan menyimpan semua periasan yang dipakai, mencuci

kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan

mengeringkan  tangan dengan handuk pribadi yang kering dan

bersih

5. Memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk

pemeriksaan dalam

6. Masukan  oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (gunakan tangan

yang memakai sarung tangan disinfeksi  tinggkat tinggi atau steril.

III.Memastikan Pembukaan Lengkap Dan keadaan Janin Bayi

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati

dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang

sudah di basahi air disinfeksi tingkat tinggi

a. Jika introitus vagina, perineum, atau anus terkontaminasi tinja,

bersihkan dengan kasa dari arah depan ke belakang.

b.  Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam

wadah yang tersedia

Page 25: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

25

c. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,

lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % → langkah 9

8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap

Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah

lengkap maka lakukan amniotomi.

9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan

yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan korin

0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta

merendamnya selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung

tangan dilepaskan.

10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi berakhir untuk

memastikan bahwa DJJ dalam batas normal.

IV. Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu Proses Pimpinan

Meneran

11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik, membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai

keinginannya.

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk 

meneran. (pada saat adanya his, bantu ibu dalam posisi setengah

duduk dan pastikan dia merasa   nyaman).

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan

yang kuat untuk    meneran.

Page 26: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

26

14. Ajarkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi

yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk

meneran dalam 60 menit.

V. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm

meletakan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan

bayi.

16. Meletakan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian di bawah bokong

ibu.

17. Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan

alat dan bahan.

18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

VI. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

a. Lahirnya kepala

19. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi,

letakan tangan yang lain di kepala bayi untuk menahan posisi

defleksi dan membantu lahirnya kepala, menganjurkan ibu untuk

meneran perlahan-lahan saat kepala lahir.

20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai

jika terjadi lilitan tali pusat.

Page 27: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

27

Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat

bagian atas kepala bayi.

Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat didua

tempat dan potong diantara kedua klem tersebut.

21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

b. Lahirnya Bahu

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tepatkan ke dua

tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu

untuk meneran saat kontraksi berikutnya, dengan lembut

menariknya kearah bawah dan kearah luar sehingga bahu anterior

muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut

menarik ke arah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu

posterior. Lahirnya badan dan tungkai

23. Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai

kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum,

membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ketangan tersebut.

Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati

perineum, gunakan tangan bagian bawah saat menyangga tubuh

bayi saat dilahirkan.Menggunakan tangan anterior (bagian atas)

untuk mengendalikan siku dan tangan anterior saat bayi keduanya

lahir.

24. Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di

atas (anterior) dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangga

Page 28: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

28

saat punggung dan kaki lahir memegang kedua mata kaki bayi

dan dengan hati – hati membantu kelahiran kaki.

VII. Penanganan Bayi Baru Lahir.

25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakan bayi diatas perut

ibu di posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila

tali pusat terlalu pendek, meletakan bayi di tempat yang

memungkinkan).

26. Segera mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian

tubuh lainnya kecuali tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti

handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi

diatas perut ibu.

27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi

dalam uterus (hamil tunggal).

28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus

berkontraksi baik.

29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntukan oksitosin 10

unit IM (Intara muskuler) 1/3 paha atas bagian distal lateral

(lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).

30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem

kira-kira 3 cm dari pusat  bayi. Melakukan urutan pada tali pusat

mulai dari klem dari arah bayi dan memasang klem ke dua  2 cm

dari klem pertama ke arah ibu.

31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat

Page 29: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

29

Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit

(lindungi perut bayi), dan lakukan penguntungan tali pusat

diantara dua klem tersebut.

Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi

kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan

mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

Lepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah

disediakan.

32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan

bayi   tengkurap didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi

menempel di dada/perut ibu. Usahan kepala bayi berada diantara

payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara

ibu.

33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi

dikepala bayi.

VIII. Penatalaksanaan Aktif  Persalinan Kala III

a. Oksitosin

34. Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.

35. Meletakan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat

diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk

melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus, memegang

tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah

sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang –

Page 30: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

30

atas ( dorso – kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio

uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan

penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi

berikutnya dan ulangi prosedur diatas.

Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau

anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.

b. Mengeluarkan plasenta

37. Lakukan penegangnan dan dorongan dorso-kranial hingga

plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik

tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas,

mengikuti poros jalan lahir, (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)

Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.

Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali

pusat:

Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM

Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.

Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

Ulangi penegangna tali pusat 15 menit berikutnya.

Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir

atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta

manual.

38. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan

menggunakan ke dua tangan, pegang dan putar plasenta hingga

Page 31: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

31

selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan

plasenta pada wadah yang telah disediakan.

Jika selaput ketuban robek, pakia sarung tangan DTT atau

steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian

gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk

mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

Rangsangan taktil (masase) uterus.

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan

Masase uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan

melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut

hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak

berkontraksi setelah 15 detik masase.

IX. Menilai Perdarahan

40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan

pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plesenta

kedalam kantung plastik atau tempat khusus.

41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan

segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif. Bila

ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan

penjahitan.

X. Melakukan Prosedur Paska Persalinan

42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi 

perdarahan pervaginam.

Page 32: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

32

43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu

paling sedikit 1 jam.

a.   Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi

menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama

biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit bayi cukup

menyusu dari satu payudara.

b.   Biarkan bayi berada didada ibu selama 1 jam walaupun bayi

sudah berhasil menyusu.

44. Setelah 1 jam, lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, beri

antibiotika salep mata pencegahan, dan vit K 1 mg IM di paha

kiri anterolateral.

45. Setelah 1 jam pemberian vit K berikan suntikan imunisasi

hepatitis B di paha kanan anterolateral. Letakan bayi didalam

jangkawan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan. Letakan

kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu 1

jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.

XI. Evaluasi

46. Lakukan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan

pervaginam.

2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.

Setiap 15 menit pada 1 jam pertama paska persalinan.

Setiap 20-30 menit pada jam kedua paska persalinan

Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan

yang sesuai untuk menatalaksanaan atonia uteri.

Page 33: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

33

47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi.

48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15

menit selama 1 jam pertama paska persalinan dan setiap 30 menit

selama 1 jam kedua paska persalinan.

Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2

jam pertama paska persalinan

Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak

normal.

50. Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk pastikan

bahwa bayi bernapas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu

tubuh normal (36,5-37,5 0C).

Jika bayi sulit bernapas, merintih atau retraksi, diresusitasi

dan segera merujuk kerumah sakit.

Jika bayi napas terlalu cepat, segera dirujuk.

Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan

bayi kulit kekulit dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi

dengan satu selimut.

XII. Kebersihan dan Keamanan

51. Tempatkan semua peralatan dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi (10 menit), mencuci dan membilas peralatan

setelah didekontaminasi.

Page 34: Ukuran Panggul, His, Persalinan Normal

34

52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat

sampah yang sesuai.

53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.

Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu untuk

memakai pakaian yang bersih dan kering.

54. Pastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu memberikan ASI,

menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan

makanan yang diinginkan.

55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan klorin 0,5% .

56. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%

membalikan bagian sarung tangan dalam ke luar dan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

57. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air yang  mengalir.

XIII. Pendokumentasian

58. Lengkapi patograf (Halaman depan dan belakang, periksa tanda

vital dan asuhan kala IV).