Ujian Kasus Ariska (f32.3) Fix
-
Upload
prayoga-sirait -
Category
Documents
-
view
231 -
download
2
description
Transcript of Ujian Kasus Ariska (f32.3) Fix
UJIAN KASUS
ILMU KESEHATAN JIWA
Oleh:
Ariska Nur AidaNIM 112011101009
Dokter Penguji:
dr. Alif Mardijana, Sp.KJ
Disusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Madya
SMF Psikiatri di RSD dr.SoebandiJember
LAB/SMF PSIKIATRI RSD dr. SOEBANDI JEMBER
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS JEMBER
2015
Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik(F32.3)
UJIAN KASUS
disusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik MadyaSMF/Lab. Psikiatri RSD dr. Soebandi Jember
Oleh
Ariska Nur AidaNIM 112011101009
Dokter Penguji :
dr. Alif Mardijana, Sp. KJ
SMF/LAB. PSIKIATRI RSD dr. SOEBANDI JEMBERFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER2015
UJIAN KASUSILMU KESEHATAN JIWA
RSD DR.SOEBANDI JEMBER
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. I
Umur : 46 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Guru Fisika SMAN di Pakusari
Agama : Islam
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Jl. Ijen Blok G No. 6 Perum. Semeru
Tanggal Pemeriksaan : 2 Oktober 2015 dan 14 Oktober 2015
II. Anamnesa
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Anamnnesis dilakukan di Poli Psikiatri RSUD dr. Soebandi pada
tanggal 2 Oktober 2015 pukul 10.00 WIB
Keluhan Utama : pasien merasa jijik dengan benda bulat
mengkilap.
Autoanamnesis :
Pasien datang sendiri ke poli psikiatri RSD dr. Soebandi Jember
dengan memakai kemeja, celana kain, dan tampak rapi sesuai usianya,
dengan rambut terlihat rapi. Pasien terlihat cemas ketika pemeriksa
mengajukan pertanyaan. Tampak terdapat sesuatu yang
disembunyikan oleh pasien.
Ketika pemeriksa mengajukan pertanyaan mengenai keluhan yang
dirasakan oleh pasien, pasien mengaku bahwa pasien merasa jijik
dengan benda bulat yang mengkilap, serta pasien merasa tegang,
cemas, dan sulit tidur sejak 3 bulan yang lalu.
Pasien mengaku merasa jijik dengan benda-benda yang bulat,
mengkilap dan bergerombol. Ketika melihat benda, lukisan, atau motif
yang bulat dan hitam, yang terdapat dalam bayangan pasien adalah
terdapat binatang kecil-kecil pada benda tersebut, yang menyebabkan
pasien berusaha mnghindari benda tersebut.
Selain itu, pasien merasa bahwa saat keramas, di rambutnya
terdapat binatang-binatang kecil, sehingga hal tersebut membuat
pasien takut dan merasa jijik. Bahkan hal ini sampai membuat pasien
keramas di salon agar tidak merasakan jijik.
Pernah pada suatu saat pasien mengalami keadaan macet di jalan,
kemudian tampak helm yang dikenakan pengendara motor berjajar.
Pasien melihat helm pengendara motor tersebut terlihat sebagai benda
bulat yang mengkilap, yang menyebabkan pasien merasa jijik.
Selain itu, pernah pada suatu saat pasien membeli makanan di
suatu tempat makan di Jember, kemudian pasien melihat suatu lukisan
yang berwarna hitam. Pasien beranggapan bahwa pada lukisan
tersebut terdapat binatang kecil-kecil. Hal tersebut sampai membuat
pasien memutuskan untuk selalu menunggu diluar saat pergi ke
tempat makan tersebut.
Pasien pernah menceritakan hal yang dirasakannya kepada
temannya, dan menurut temannya, pasien mengalami fobia. Sehingga
pasien hanya menghindari benda-benda tersebut.
Kejadian tersebut dirasakan pasien sejak 3 bulan yang lalu, dan
dirasakan semakin memberat 1 bulan terakhir, sehingga terkadang
sampai membuat pasien merasa pusing dan mual.
Kegiatan pasien sehari-hari sebagai guru fisika di SMAN di
Pakusari. Pasien mengaku keluhan tersebut sangat mengganggu
aktivitas pasien. Bahkan sampai membuat konsentrasi pasien
menurun. Karena pasien menganggap bahwa yang terjadi dalam
dirinya adalah fobia sesuai dengan yang diutarakan temannya, maka
pasien tidak memeriksakan ke dokter dan hanya berusaha
menghindarinya. Namun karena sebulan terakhir kondisi tersebut
semakin memberat dan membuat aktivitas pasien semakin terganggu,
akhirnya pasien memutuskan untuk periksa ke Poli Psikiatri RSD dr.
Soebandi Jember.
Saat pemeriksa menanyakan apakah sebelumnya terdapat masalah
dengan pasien, pasien tampak sedikit cemas dan terkesan menutup-
nutupi. awalnya pasien terlihat enggan menceritakan apa yang
dirasakannya, namun setelah diberikan pengertian, akhirnya pasien
bersedia menceritakannya. Pasien mengaku bahwa 4 tahun yang lalu
pasien pernah melihat suaminya selingkuh. Pasien mengatakan bahwa
suaminya pribadi yang cuek, dan sering merasa tersinggung setiap
akan ditanyakan tujuannya saat keluar rumah diluar jam kerja. Hal
tersebut membuat pasien merasa cemas, sedih dan sakit hati. Pasien
memiliki 4 orang anak yang sudah besar dan 3 di antaranya sudah
menikah. Dan pasien mengaku bahwa keempat anaknya cuek dengan
kondisi yang dirasakan pasien. Sehingga seringkali pasien memendam
sendiri masalahnya, yang menyebabkan pasien sulit tidur dan nafsu
makan menurun. Hal tersebut terkadang membuat pasien tidak
nyaman berada di rumah. Pasien memutuskan untuk berlaku cuek
terhadap suaminya daripada pasien merasa cemas, sedih, dan sakit
hati.
Heteroanamnesis :
Heteroanamnesis tidak dilakukan karena pasien datang sendiri ke
Poli Psikiatri RSD dr. Soebandi Jember.
Follow up di rumah pasien (Rabu, 14 Oktober 2015 pukul 19.00
WIB)
Autoanamnes is :
Pada saat pemeriksa datang ke rumah pasien, pasien sedang
menonton televisi bersama dengan anaknya yang bungsu, sedangkan
suami pasien sedang duduk di ruang tamu. Pasien mengenakan
pakaian yang tampak rapi sesuai dengan usianya. Pasien bersedia
berjabat tangan dengan pemeriksa, dan menemui pemeriksa sendirian.
Pada saat itu pasien mengaku merasa lebih baik. Pasien sudah
mulai bisa tidur walaupun masih sering terbangun pada malam hari.
Aktivitas sehari-hari pasien dapat berlangsung dengan lebih baik
daripada sebelumnya, meskipun masih terdapat gangguan.
Saat ditanyakan mengenai keluhan pasien yang merasa jijik
dengan benda bulat yang mengkilap, pasien mengaku bahwa perasaan
tersebut mulai berkurang. Saat ini pasien sudah tidak terlalu sering
pergi ke salon untuk keramas. Dan pasien terkadang pasien sudah bisa
untuk tidak menunggu diluar saat membeli makanan di tempat yang
terdapat lukisan hitam. Namun sesekali pasien masih merasa jijik
ketika melihat benda hitam mengkilap tersebut.
Sesaat disinggung apakah terdapat masalah dengan keluarganya,
pasien terlihat takut dan tertutup. Pasien mengaku tidak memiliki
masalah dengan suami maupun anaknya. Pasien mengungkapkan
bahwa pasien tinggal di rumah dengan suami serta anak pasien yang
bungsu. Sesekali pasien merasa kesepian di rumah, karena kesibukan
suami serta anaknya. Sehingga setiap seminggu kali pasien dikunjungi
oleh anak dan cucunya, pasien mengaku merasa lebih senang.
Heteroanamnesis :
Heteroanamnesis tidak dilakukan karena pada saat pemeriksa
datang ke rumah pasien, suami pasien yang awalnya sedang duduk di
ruang tamu mengatakan bahwa sedang sibuk sehingga meminta
pemeriksa hanya menemui pasien.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
-
3. Riwayat Pengobatan
-
4. Riwayat Penyakit Keluaga
-
5. Riwayat Sosial
1. Pendidikan : Pasien lulusan Sarjana
2. Status : Menikah, memiliki 4 orang anak kandung
3. Faktor Premorbid : Kepribadian tertutup
4. Faktor Organik : -
5. Faktor Keturunan : -
6. Faktor Pencetus : Pasien pernah melihat suaminya selingkuh
7. Faktor Psikososial : Hubungan pasien dengan suami serta
anaknya kurang baik
III. Status Interna Singkat
1. KeadaanUmum
Kesadaran : Compos mentis
Tensi : 110/80 mmHg
Nadi : 84x/menit
Suhu : 36,1°C
RR : 20x/menit
2. PemeriksaanFisik
Kepala – leher : a/i/c/d -/-/-/-
Jantung : S1S2 tunggal
Paru – paru : Ves +/+, Rh -/-, Whz -/-
Abdomen : BU (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat di keempat ekstremitas
Tidak ada oedema di keempat
ekstremitas
IV. Status Psikiatri
KU : Pasien tampak berpakaian seusianya,pasien
tampak rapi dan bersih, tidak ada cacat fisik.
Kontak : Mata (+) Verbal (+) relevan, lancar
Kesadaran : Berubah
Afek emosi : Depresi
Proses berpikir : Bentuk : Non Realistik
Arus : Persevasi
Isi : preokupasi
Persepsi : halusinasi auditori (-)
halusinasi visual (-)
ilusi (+)
depersonalisasi (-)
derealisasi
Kemauan : menurun
Psikomotor : menurun
Intelegensi : menurun
Tilikan : 3. Menyadari keadaan sakitnya tetapi
menyalahkan orang lain atau faktor luar
lainnya atau faktor organik sebagai
penyebabnya.
V. Diagnosa
Axis I : F 32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik
Axis II : Z 03.2 Tidak ada diagnosis
Axis III : -
Axis IV : Masalah dengan "primary support group" (keluarga)
Axis V : GAF scale 50-41, gejala berat (serious), disabilitas
berat
VI. Diagnosa Banding :
1. Fobia Khas (Terisolasi) (F40.2)
2. Skizofrenia paranoid (F20.0)
VII. Terapi
FarmakoterapiP/O Sandepril (Maprotiline) 50 mg (0-0-1)P/O Zyprexa (Olanzapine) 10 mg (0-0-1)
Psikoterapi suportif
Psikoterapi yang dianjurkan bagi pasien adalah terapi ventilasi
atau katarsis. Tujuan dari terapi ventilasi atau katarsis adalah
supaya pasien bisa mengeluarkan semua isi hati sesukanya.
Sesudah itu biasanya pasien bisa lega dan kecemasannya yang
akan berkurang, karena pasien lalu akan dapat melihat
masalahnya dalam proporsi yang sebenarnya. Terapi konseling
juga diperlukan bagi pasien. Karena bisa membantu pasien
mengerti dirinya sendiri menjadi lebih baik dan agar pasien
dapat mengatasi suatu masalah atau dapat menyesuaikan diri.
Edukasi
- Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang sakit yang
dialami pasien supaya keluarga pasien dapat memahami
dan menerima keadaan pasien serta memperhatikan
kepatuhan minum obat.
- Meminta keluarga pasien supaya mempertahankan
perasaan aman pasien. Mencukupi kebutuhan kasih sayang,
dan perhatian terhadap pasien.
- Meminta supaya keluarga pasien member dukungan moral
kepada pasien
VIII. Prognosa
Dubia ad bonam, karena:
• Kepribadian sebelumnya : buruk
• Perjalanan penyakit (kronik) : buruk
• Umur permulaan sakit (usia dewasa) : baik
• Riwayat Pengobatan (tidak ada) : baik
• Faktor keturunan (tidak ada riwayat) : baik
• Sosial ekonomi (menengah ke atas) : baik
• Pencetus (diketahui) : baik
• Perhatian keluarga : buruk