Uji Kepekaan Dengan Metode Dilusi

6
Uji Kepekaan Antimikroba dengan Metode Delusi Konsentrasi hambat minimun 9 minimum inhibitori konsentrasi , MIC ) suatu obat antimikroba adalah konsentrasi terendah obat tersebut yang masih mampu mengahambat pertumbuhan organisme ( yang tampak baik dengan mata atau instrumen). Pengetahuan tentang MIC suatu antimikroba, proto pemberian, dan kadar antimikroba yang dapat dicapai secara klinis ditempat infeksi memungkinkan kita mengklasifikasi organisme sebagai rentan ( S ) , intermediat (I), atau resisten ( R) terhadap antimikroba yang diperiksa . MIC suatu obat antimikroba yang dapat ditentukna dengan penggunaan serangkaian tabung reaksi, yang masing-masing mengandung medium pertumbuhan ditambah antimikroba dengan konsentrasi meningkat bertahap. Selain itu, MIC dapat ditentukan dengan menggunakan prinsip yang sama dalam format miniatur ( misal, sumur pada baki mikroliter, atau ruang-ruang kecil disebuah kartu plastik jernih) . Menggunakan 1 seri tabung reaksi yang diisi media cair dan jumlah zat tertentu sel mikroba yang di uji. Kemudian masing – masing atbung di isi dengan bahan yang telah di encerkan secara serial. Selanjutnya seri tabung di inkubasi pada suhu 37 C selama 18-24 jam dan diamati terjadinya kekeruhan pada tabung. Konsentrasi yang rendah bahan pada tabung yang ditunjukan dengan hasil biakan yang mulai tampak jernih ( tidak ada pertumbuhan mikroba) adalah KHM dari bahan uji. Konsentrasi terendah pada obat pada biakan padat yang ditunjukan dengan tidak adanya pertumbuhan koloni mikroba adalah KBM dari bahan terhadap bakteri uji.

description

Uji kepekaan metode dilusi

Transcript of Uji Kepekaan Dengan Metode Dilusi

Page 1: Uji Kepekaan Dengan Metode Dilusi

Uji Kepekaan Antimikroba dengan Metode Delusi

Konsentrasi hambat minimun 9 minimum inhibitori konsentrasi , MIC ) suatu obat

antimikroba adalah konsentrasi terendah obat tersebut yang masih mampu mengahambat

pertumbuhan organisme ( yang tampak baik dengan mata atau instrumen). Pengetahuan

tentang MIC suatu antimikroba, proto pemberian, dan kadar antimikroba yang dapat dicapai

secara klinis ditempat infeksi memungkinkan kita mengklasifikasi organisme sebagai rentan (

S ) , intermediat (I), atau resisten ( R) terhadap antimikroba yang diperiksa .

MIC suatu obat antimikroba yang dapat ditentukna dengan penggunaan serangkaian

tabung reaksi, yang masing-masing mengandung medium pertumbuhan ditambah

antimikroba dengan konsentrasi meningkat bertahap. Selain itu, MIC dapat ditentukan

dengan menggunakan prinsip yang sama dalam format miniatur ( misal, sumur pada baki

mikroliter, atau ruang-ruang kecil disebuah kartu plastik jernih) .

Menggunakan 1 seri tabung reaksi yang diisi media cair dan jumlah zat tertentu sel

mikroba yang di uji. Kemudian masing –masing atbung di isi dengan bahan yang telah di

encerkan secara serial. Selanjutnya seri tabung di inkubasi pada suhu 37 C selama 18-24 jam

dan diamati terjadinya kekeruhan pada tabung. Konsentrasi yang rendah bahan pada tabung

yang ditunjukan dengan hasil biakan yang mulai tampak jernih ( tidak ada pertumbuhan

mikroba) adalah KHM dari bahan uji. Konsentrasi terendah pada obat pada biakan padat yang

ditunjukan dengan tidak adanya pertumbuhan koloni mikroba adalah KBM dari bahan

terhadap bakteri uji.

Resistensi bakteri adalah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel bakteri oleh antimikrobia. Secara umum resistensi di bagi dalam 3 kelompok:

A.     Resistensi geneticTerjadi mutasi spontan pada gen bakteri sehingga terjadi perubahanpada bakteri yang

semula sensitive terhadap suatu antimikrobia menjadi resisten. Bakteri dapat berubah menjadi resisten akibatmemperoleh suatu elemen pembawa factor resisten. Cara transformasifactor resisten bakteri terjadi dengan jalan bekteri menginporlasi factorresisten langsung dari media sekitarnya (lingkungan).

B.     Resisten non geneticBakteri dalam keadaan istirahat, biasanya tidak dipengaruhi oleh antimikrobia bakteri.

Bakteri ini dikenal sebagai “persistem”. Bila berubah menjadi aktif kembali, bakteri kembali bersifat sensitiveterhadap antimikroba semula

C.     Resistensi silangResistensi silang adalah keadaan resisten terhadap antimikrobayang juga

memperlihatkan sifat resisten terhadap antimikroba yanglain. Pada resisten silang, sifat resistensi ditentukan oleh suatu lokusgenetic. Resistensi silang biasanya terjadi antara antimikrobia denganstruktur yang hamper sama, misalnya antara beberapa derivatetetrasiklin.

Page 2: Uji Kepekaan Dengan Metode Dilusi

Mekanisme resisten kuman terhadap antimikroba ada 5 yaitu :1. Perubahan tempat kerja obat pada mikroba.2. Mikroba menurunkan permeabilitasnya sehingga obat sulitmasuk ke dalam sel.3. Mikroba membentuk jalan pintas untuk menghindari tahapyang dihambat oleh mikroba.4. Meninggkatkan produk enzim yang dihambat oleh antimikroba.5. Inaktivasi oleh mikroba

Terbentuknya resistensi dapa dikurangi dengan cara:1. Mencegah pemakaian antibiotic tanpa pembedaan kasus-kasusyang tidak membutuhkan

antibiotik.2. Menghentikan penggunaan antibiotic pada infeksi biasa atausebagai obat luar. 3. Mengguanakan antibiotic yang tepat dengan dosis agar infeksicepat sembuh4. Menggunakan kombinasi antibiotic yang telah terbuktikeefektifannya.5. Menggunakan antibiotic yang lain bila ada tanda-tanda bahwasuatu organisme akan menjadi

resisten terhadap antibiotic yang digunakan semula.

Penyebab mikroorganisme resisten terhadap antibiotic adalah1. Pemakaian antibiotic yang tidak tepat.2. Pengobatan yang tidak tuntas antau penghentian antibiotic sebelumbakteri benar-benar mati.3. Pemakaian dosis obat antibiotic dibawah dosis terapi.4  Bakteri bersifat resisten karena mutasi.

DILUSI PADAT ATAU CAIRPada prinsipnya antibiotik diencerkan hingga beberapa konsentrasi. Pada delusi cair, masing-masing konsentrasi obat ditambah suspensi kuman dalam media. Sedangkan pada delusi pada tiap konsentrasi obat dicampur dengan media agar, lalu ditambah kuman. (Lay, 1994)

Metode yang dapat dijadikan alternatif untuk menentukan konsentrasi hambat tumbuh minimum ekstrak tanaman adalah metode dilusi yang mencakup makrodilusi dan mikrodilusi. Metode mikrodilusi sedang dikembangkan karena memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan teknik difusi agar. Sensitivitas mikrodilusi mencapai 30 kali lebih sensitif. Teknik mikrodilusi dapat digunakan untuk beberapa sampel yang berbeda dengan jumlah sampel yang sedikit. Hal ini sangat berguna jika jumlah senyawa antibakteri yangdidapatkan sedikit dan terbatas. Teknik mikrodilusi juga dapat membedakan antara efek bakteriostatik dan bakterisidal serta dapat menentukan nilai konsentrasi hambat tumbuh minimum (KHTM).

Mikrodilusi tidak membutuhkan waktu yang lama karena pengujian dilakukan dalam waktu satu kali pada satu microplate dengan jumlah sumur yang banyak. Metode mikrodilusi ini dapat digunakan untuk berbagai macam mikroorganisme, murah, dan menghasilkan hasil dapat diulang. Mikrodilusi menggunakan sampel yang diencerkan secara berseri. Volume kultur bakteri yang dimasukkan ke dalam sumur seragam. Ukuran inokulum yang biasa digunakan yaitu 106 sampai 108 CFU/mL.

a. Metode Dilusi

Page 3: Uji Kepekaan Dengan Metode Dilusi

Cara ini digunakan untuk menentukan kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM) dari obat antimikroba. Prinsip dari metode dilusi ini adalah menggunakan satu seri tabung reaksi yang diisi media cair dan sejumlah tertentu sel mikroba yang diuji. Setelah itu, masing-masing tabung diuji dengan obat yang telah diencerkan secara serial. Seri tabung diinkubasi pada suhu 36±10C selama 18-24 jam dan diamati terjadinya kekeruhan pada tabung. Konsentrasi terendah obat pada tabung yang ditunjukkan dengan hasil biakan yang mulai tampak jernih (tidak ada pertumbuhan mikroba) adalah KHM dari obat. Konsentrasi terendah obat pada biakan padat yang ditunjukkan dengan tidak adanya pertumbuhan koloni mikroba adalah KBM dari obat terhadap bakteri uji. Uji kepekaan cara dilusi agar memakan waktu dan penggunaannya dibatasi pada keadaan tertentu saja. Uji kepekaan cara dilusi cair menggunakan tabung reaksi ataupun microdilution plate. Keuntungan uji mikrodilusi cair adalah bahwa uji ini memberi hasil kuantitatif yang menunjukkan jumlah antibakteri yang dibutuhkan untuk mematikan bakteri.

b.   Metode difusi Prinsip dari metode difusi ini adalah sebagai berikut: Obat dijenuhkan ke dalam kertas saring (cakram kertas). Cakram kertas yang mengandung obat tertentu tersebut ditanam pada media pembenihan agar padat yang telah dicampur dengan mikroba uji, kemudian diinkubasi pada suhu 36±10C selama 18-24 jam. Selanjutnya diamati adanya daerah jernih di sekitar cakram kertas yang menunjukkan tidak adanya pertumbuhan mikroba (7).

c.       Metode turbidimetri Metode turbidimetri dilakukan berdasarkan hambatan pertumbuhan mikroba dalam media cair yang mengandung obat antimikroba. Hambatan pertumbuhan mikroba ditentukan dengan mengukur serapannya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 530 nm (11).

Daftar Pustaka1.      Anonim, 2000, Widman’s Clinical Interpretation of Laboratory Tests II/E, F.A Davis

Company, U.S.A2.      Anonim, 2011, Prinsip Metode Dilusi, available at http: //

repository.usu.ac.id/bistream/123456789/19639.../chapter%2011.pdf3.      Jawetz, Melnick & Adelberg’s, 2011, Mikrobiologi Kedokteran, Penerjemah Bagian

Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UNAIR, Salemba Medika, Jakarta.4.      W. Lay, Bilbiana, 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Raja Gravindo Persada,

Jakarta.5.      Langfield RD, Scarano FJ, Heitzman ME, Kondo M, Hammond GB, Neto CC. 2004.Use of

a modified microplate bioassay method to investigate antibacterial activity in the Peruvian medicinal plant Peperomia galiodes. J. Ethnopharmacol. 94: 279-281.

6.      Baris O, Gulluce M, Sahin F, Ozer H, Kilic H, Ozkan H, Sokmen M, Ozbek T .2006. Biological activities of the essential oil and methanol extract of Achillea Biebersteinii Afan. (Asteraceae). Turk. J. Biol. 30: 65-73.

DAFTAR PUSTAKA1)      Setiabudy, 1995, Antimikroba Golongan Tetrasiklin dan Kloramfenikol dalam

Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Bagian Farmakologi dan Terapi FKUI, Jakarta, 651-657.

Page 4: Uji Kepekaan Dengan Metode Dilusi

2)      Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta, 73.

3)      Brander, 1991, Veterinary Applied Pharmacology and Therapeutics, 5nd Ed, ELBS, Ballere Tindall, 45-50.

4)      Pelczar, M. J., dan E. C. S., Chan, 1986, Dasar-dasar Mikrobiologi, UI Press, Jakarta160-165

5)      Jawetz, Melnick., dan Adelberg, 2001, Mikrobiologi Kedokteran Buku 1, Salemba Medika, Surabaya132-139.

6)      Istiantoro, 1995, Penisilin, Sefalosporin dan Atibiotik Betalaktam Lainnya dalam Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Bagian Farmakologi dan Terapi FKUI, Jakarta, 563.

7)      Wattimena, 1987, Diktat Zat Pengatur Tumbuh Tanaman, Lab Kultur Jaringan Tanaman PAU Bioteknologi IPB, Bogor, 122-125.

8)      Dwidjoseputro, 2005, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Cetakan ke-16, Djambatan, Jakarta,35-43.

9)      W. Lay., Bibiana, 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Raja Gravindo Persada, Jakarta 69-97.

10)  Chatim, 1994, Sterilisasi dan Disininfeksi dalam Buku Ajar Mikrobiologi Kedoteran, Edisi Revisi, Bina rupa Aksara, Jakarta,85-103.

11)  Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 189.

12)    Jawelz, M. A. 1995, Mikrobiologi Kedokteran(Medical Microbiology) Edisi2, EGC, Jakarta13) Tjay, T.H. Rahardja, K., 2007, Obat-Obat Penting, Elex Media Komputindo, Jakarta