Metode Dilusi (Pengenceran)

20
METODE DILUSI (PENGENCERAN) Paramita Koriston (J111 14 517) 1. Pengertian dan fungsi media Culture media atau media yang digunakan untuk pengkulturan yaitu formulasi zat kimia yang kaya akan nutrisi yang dipersiapkan untuk menumbuhkan mikroorganisme secara in vitro. Beberapa mikroorganisme dapat bertumbuh dengan baik secara in vitro dengan nutrisi dari segala media umum; ada beberapa mikroorganisme lain yang membutuhkan suatu media khusus, contohnya parasit yang bersifat obligat tidak dapat bertumbuh pada media yang tidak hidup. 1 Suatu media harus mengandung nutrisi, memiliki kelembaban dan pH yang sesuai, memiliki suplai oksigen yang memadai, dan memiliki temperatur yang sesuai untuk menumbuhkan mikroorganisme dengan baik. Media diformulasi dan dimodifikasi atau direvisi secara berkala dari makanan, air, tanah dan sampel klinis untuk digunakan dalam proses isolasi, pengkulturan dan identifikasi mikroorganisme. 1 2. Unsur yang terkandung dalam media Berikut adalah unsur dari culture media 2 : a. Pepton, yaitu campuran dari protein yang tercerna sebagian, mengandung asam amino, polipeptida, fosfat, dan mineral (seperti kalium dan magnesium). b. Meat extract, mengandung produk degradasi protein, garam anorganik, karbohidrat dan subtansi yang diperlukan untuk stimulasi pertumbuhan sel-sel hidup (seperti vitamin dan hormon). c. Elektrolit, berupa natrium klorida. d. Air, sebagai sumber hidrogen dan oksigen. e. Agar, yaitu produk alami yang berasal dari rumput laut. Agar mengandung karbohidrat, sebagian kecil material yang menyerupai protein, dan beberapa macam garam anorganik. Agar tidak mengandung nutrisi dan hanya digunakan sebagai bahan pemadat, digunakan dengan konsentrasi 2-3%. Bahan ini meleleh pada suhu 95°C dan memadat pada suhu 40°C. 3. Klasifikasi media Media terbagi menjadi beberapa jenis menurut beberapa kategori:

description

Paper ini membahas mengenai metode dilusi dalam pengerjaan praktikum mikrobiologi. Paper ini disertai referensi dan disusun dengan sitasi dan daftar pustaka metode Vancouver. Silahkan digunakan untuk bahan acuan dalam pembuatan laporan, karya tulis dan lain-lain. Semoga bermanfaat. :)

Transcript of Metode Dilusi (Pengenceran)

  • METODE DILUSI (PENGENCERAN) Paramita Koriston

    (J111 14 517)

    1. Pengertian dan fungsi media

    Culture media atau media yang digunakan untuk pengkulturan yaitu formulasi

    zat kimia yang kaya akan nutrisi yang dipersiapkan untuk menumbuhkan

    mikroorganisme secara in vitro. Beberapa mikroorganisme dapat bertumbuh dengan

    baik secara in vitro dengan nutrisi dari segala media umum; ada beberapa

    mikroorganisme lain yang membutuhkan suatu media khusus, contohnya parasit yang

    bersifat obligat tidak dapat bertumbuh pada media yang tidak hidup.1

    Suatu media harus mengandung nutrisi, memiliki kelembaban dan pH yang

    sesuai, memiliki suplai oksigen yang memadai, dan memiliki temperatur yang sesuai

    untuk menumbuhkan mikroorganisme dengan baik. Media diformulasi dan

    dimodifikasi atau direvisi secara berkala dari makanan, air, tanah dan sampel klinis

    untuk digunakan dalam proses isolasi, pengkulturan dan identifikasi mikroorganisme.1

    2. Unsur yang terkandung dalam media

    Berikut adalah unsur dari culture media2:

    a. Pepton, yaitu campuran dari protein yang tercerna sebagian, mengandung asam

    amino, polipeptida, fosfat, dan mineral (seperti kalium dan magnesium).

    b. Meat extract, mengandung produk degradasi protein, garam anorganik,

    karbohidrat dan subtansi yang diperlukan untuk stimulasi pertumbuhan sel-sel

    hidup (seperti vitamin dan hormon).

    c. Elektrolit, berupa natrium klorida.

    d. Air, sebagai sumber hidrogen dan oksigen.

    e. Agar, yaitu produk alami yang berasal dari rumput laut. Agar mengandung

    karbohidrat, sebagian kecil material yang menyerupai protein, dan beberapa

    macam garam anorganik. Agar tidak mengandung nutrisi dan hanya digunakan

    sebagai bahan pemadat, digunakan dengan konsentrasi 2-3%. Bahan ini

    meleleh pada suhu 95C dan memadat pada suhu 40C.

    3. Klasifikasi media

    Media terbagi menjadi beberapa jenis menurut beberapa kategori:

  • a. Klasifikasi menurut karakteristik fisiknya:

    1) Media padat, digunakan untuk mengisolasi suatu bentukan murni dari

    mikroorganisme.

    2) Media cair, digunakan untuk mengkulturkan bakteri dalam kuantitas yang

    besar untuk menyiapkan antigen atau vaksin.2

    b. Klasifikasi menurut unsur yang terkandung dan kegunaanya:

    1) Media sederhana, yaitu media yang paling sederhana dan secara rutin

    digunakan dalam laboratorium. Contohnya yaitu nutrient broth dan nutrient

    agar.

    2) Media diperkaya, yaitu media yang mengandung protein alami, seperti

    darah, serum, telur dan glukosa. Contohnya yaitu glucose broth, blood

    agar, chocolate agar, dan Loefflers serum agar.

    3) Media selektif, yaitu media yang hanya membantu pertumbuhan

    mikroorganisme tertentu saja dan mengandung zat inhibitor bagi

    mikroorganisme lain. Contohnya yaitu alkaline peptone water, blood

    tellurite medium, deoxycholate agar dan Aronsons medium.

    4) Media diferensial, yaitu media yang mengandung suatu subtansi yang dapat

    mendiferensiasikan dua tipe bakteri dengan karakter berbeda. Contohnya

    yaitu MacConkey agar.

    5) Media indikator, yaitu media yang mengandung subtansi tertentu yang

    menghasilkan perubahan warna pada koloni sebagai hasil dari aktivitas

    metabolisme dari beberapa organisme. Contohnya yaitu sugar media,

    MacConkey agar, dan Wilson and Blair medium.2

    c. Klasifikasi menurut kebutuhan oksigen

    1) Anaerobic culture media, yaitu media yang disiapkan untuk isolasi

    organisme anaerob. Contohnya Robertsons cooked meat medium dan

    thioglycollate broth.

    2) Mycobacterial culture media, yaitu media yang khusus digunakan untuk

    mengisolasi mycobacteria. Mycobacteria membutuhkan media khusus

    karena merupakan organisme yang pertumbuhannya lambat dan kulturnya

    harus diinkubasikan sekitar 6 minggu dalam suhu 37C. Jadi, media khusus

    untuk mycobacteria dikembangkan untuk bertahan selama masa inkubasi

    yang panjang. Contohnya Lowenstein-Jensen medium dan Middlebrooks

    medium.2

    4. Persiapan media

    Bahan medium biasanya dilarutkan, dan kemudian disterilkan. Ketika agar

    digunakan sebagai bahan pemadat, medium harus dipanaskan perlahan, biasanya

  • hingga mendidih, untuk melarutkan agar. Pada beberapa kasus dimana interaksi dengan

    komponen, misalnya metal, dapat mengakibatkan penggumpalan medium, larutan

    harus disiapkan dan disterilkan terpisah sebelum mencampurkan larutan dan

    mempersiapkan medium.3 Berikut adalah beberapa metode sterilisasi yang berbeda:

    a. Tyndallization

    Panas uap air 100C selama 30 menit dapat membunuh sel bakteri vegetatif,

    tetapi tidak dengan endosporanya. Metode ini dapat dilakukan dengan

    menggunakan Arnold Sterilizer. Dengan mendinginkan medium dalam

    inkubator setelah dipanaskan, maka endospora yang tersisa nantinya akan

    berkecambah. Setelah itu, bakteri yang telah berkecambah dari endospore

    tersebut dimatikan lagi dengan mengulang proses pemanasan tadi. Apabila

    proses ini diulangi selama tiga hari, medium akan menjadi steril karena semua

    endospore telah berkecambah dan kemudian dibunuh dengan pemanasan uap

    air. Proses ini disebut Tyndallization, sesuai dengan nama penemunya, John

    Tyndall.3

    b. Inpissation

    Inpissation adalah metode dimana medium dipaparkan dengan panas; ini

    dilakukan pada material dengan protein tinggi, seperti media yang mengandung

    telur, yang tidak dapat menahan panas pada proses autoclaving. Proses ini

    menyebabkan pembekuan protein tanpa mengubah susunan kimianya. Metode

    ini dapat dilakukan dengan beberapa prosedur berbeda: dengan Arnold

    sterilizer atau dengan specialized inpissator. Medium dipanaskan dalam suhu

    75-80C selama 2 jam secara berulang setiap harinya dalam 3 hari. Inpissation

    dengan menggunakan autoclave dilakukan pada suhu 85-90C selama 10

    menit, lalu temperatur dinaikkan menjadi 121C dengan hanya menggunakan

    uap bertekanan, dan lalu perlahan suhu diturunkan hingga kurang dari 60C.3

    c. Autoclaving

    Autoclaving menggunakan uap air bertekanan, untuk membunuh

    mikroorganisme. Pemanasan 15 menit pada tekanan 15 psi dan suhu 121C

    adalah metode yang paling umum digunakan. Metode ini dpat membunuh sel

    bakteri sekaligus endosporanya. Bagaimana pun, beberapa subtansi media tidak

    dapat menoleransi panas tersebut, sehingga terkadang metode ini dilakukan

    dengan suhu yang lebih rendah. Media yang mengandung karbohidrat biasanya

    disterilisasi pada suhu 116-118C untuk mencegah dekomposisi karbohidrat

    dan pembentukan zat toksik yang dapat menghambat perkembangan bakteri.3

    d. Metode Filtrasi

    Filtrasi adalah metode yang umum digunakan untuk mensterilkan komponen

    yang tidak tahan panas (mengalami perubahan susunan kimia apabila terekspos

    panas berlebih). Media cair dialirkan melalui kaca sinter atau membran yang

  • terbuat dari selulosa asetat atau nitroselulosa, dengan ukuran pori yang kecil.

    Membran dengan ukuran pori 0.2 mm akan menjebak sel bakteri, sehingga

    sering disebut sebagai filter bakteriologis. Dengan mencegah lewatnya bakteri,

    filtrasi membuat cairan bebas dari bakteri dan mikroorganisme eukariotik, atau

    bebas dari organisme, sehingga disebut steril. Banyak larutan karbohidrat,

    larutan antibiotik dan larutan vitamin disterilkan dengan filter dan ditambahkan

    ke media yang sudah didinginkan pada temperatur di bawah 50C.3

    5. Metode isolasi dengan pengenceran bersambung

    Beberapa metode diketahui dapat mengisolasi dan memperbanyak jumlah

    mikroorganisme (bakteri, fungi, protozoa, alga, mycoplasma dan virus) dengan

    menggunakan tanah, makanan, susu, air, dan lain-lain. Metode pengenceran

    bersambung adalah salah satu prosedur yang paling umum digunakan untuk

    mengisolasi jamur, bakteri dan actinomycetes. Prinsip dasar dari metode ini yaitu

    ketika sampel cair yang mengandung mikroorganisme dikulturkan, masing-masing

    mikroorganisme yang bertahan hidup akan berkembang menjadi suatu koloni, sehingga

    jumlah dari koloni yang muncul di atas wadah (atau cawan petri) mewakili jumlah dari

    organisme yang ada di dalam sampel.1

    Dalam metode ini, sejumlah material yang diketahui banyaknya (10 ml atau 10

    gram) dicampurkan dengan sejumlah air suling steril (90 ml untuk mendapatkan larutan

    100 ml) untuk mendapatkan suspensi mikroba. Pengenceran bersambung 10-2, 10-3, 10-

    7, dan seterusnya dibuat dengan memindahkan (dengan pipet) sejumlah volume terukur

    (umumnya 1 atau 10 ml) ke dalam air suling steril (9 atau 90 ml). Terakhir, 1 ml dari

    tiap-tiap larutan yang telah diencerkan ditambahkan ke dalam cawan petri dimana

    kemudian dituangkan 25 ml agar steril yang masih cair (45C). Media yang digunakan

    yaitu NA (nutrient agar) untuk bakteri, Saborauds agar atau Czapeks Dox agar untuk

    fungi, Glycerol yeast agar untuk actinomycetes dan Wort agar untuk ragi. Umumnya,

    pengenceran 10-2 hingga 10-5 dipilih untuk memperbanyak jumlah fungi, 10-3 hingga

    10-6 untuk actinomycetes dan 10-4 hingga 10-7 untuk bakteria tergantung proporsinya.

    Setelah agar mengeras, cawan petri kemudian diinkubasikan dalam posisi terbalik

    selama 3-7 hari pada suhu yang diinginkan (28-37C). Jumlah koloni yang muncul

    pada cawan petri dihitung, dirata-ratakan dan dikalikan dengan faktor pengenceran

    untuk mendapatkan jumlah sel/spora atau cfu (colony per unit) per gram atau mililiter

    dari sampel.1

  • Daftar Pustaka

    1. Kango N. Textbook of microbiology. New Delhi: I.K. International Publishing

    House; 2010. P.154,160.

    2. Vasanthakumari R. Textbook of microbiology. New Delhi: BI Publications; 2007.

    P.32-35.

    3. Atlas RM. Handbook of microbiological media. 4th Ed. Boca Raton: Taylor and

    Francis Group; 2010. P.8-9.