PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIStaphylococcus aureus ATCC 25923 Dengan Metode Dilusi Cair...

133
i UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Juana Merianti Simanjuntak NIM: 108114110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIStaphylococcus aureus ATCC 25923 Dengan Metode Dilusi Cair...

i

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL

DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)

TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan

Escherichia coli ATCC 25922

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Juana Merianti Simanjuntak

NIM: 108114110

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

The effective prayer of a righteous man can accomplish much. Elijah was a

man with a nature like ours, and he prayed earnestly that it would not rain,

and it did not rain on the earth for three years and six months. Then he

prayed again, and the sky poured rain and the earth produced its fruit. James

5:16b-18.

Kupersembahkan karyaku ini untuk:

Yesus Kristus, Sang Guru dan sumber segala ilmu

Papa, Mama, adik, kakak,abang dan sahabat-sahabat

yang menjadi sumber semangatku

Serta Almamaterku tercinta Universitas Sanata Dharma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perlindungan dan berkat-Nya

yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “UJI

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG

(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP BAKTERI

Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922” ini

dengan baik dan lancar untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa perjuangan panjang dalam dalam penyelesaian

skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan kerja sama banyak pihak, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma yang telah mengijinkan penulis menjalankan pembelajaran

selama masa studi.

2. Bapak Prof. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Pembimbing dan Dosen

Penguji Skripsi yang telah mendampingi, memotivasi dan memberi masukan

kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt. selaku Dosen Penguji yang telah

memberi masukan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Damiana Sapta Candrasari, M.Sc. selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan masukan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

viii

5. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt. selaku Kepala Penanggungjawab

Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberikan ijin dalam

penggunaan semua fasilitas laboratorium untuk kepentingan penelitian skripsi

ini.

6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., yang telah memberikan bantuan dalam

determinasi tanaman Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.

7. Seluruh laboran lantai satu sampai dengan lantai empat terutama Bapak

Wagiran, Mas Sigit, Pak Parlan, Mas Andri, Pak Mus, yang telah banyak

membantu selama penelitian sampai skripsi dapat diselesaikan.

8. Ibu Maria Dwi Jumpowati, S.Si yang telah bersedia meluangkan waktu untuk

memberi semangat serta masukan kepada penulis.

9. Pak Havid dan seruh pegawai Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan

Pengendalian Penyakit Yogyakarta, yang telah banyak meluangkan waktu

untuk membantu dalam menyelesaikan penelitian.

10. Saudara-saudariku terkasih Rosmauli Sherly Manurung, Ertim Bunawolo,

Irna Manurung, Agustina Manurung, Sutrisno Simanjuntak, Bernat Pasaribu,

Yenni Pasaribu, Dorta Pasaribu, untuk dukungan, doa, kebersamaan dan

motivasinya.

11. Sahabat-sahabatku Adrienne Roma Alphayovita, Lukas Surya Wijaya,

Cornelia Melinda, Briggita Rakasiwi , Sheisa Udang, Iunicia Mesquita

Sequira, Welly Falirat, Astrid Glory, Natan Lodar, Hendra, untuk dukungan,

doa, kebersamaan dan motivasinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix

12. Sahabat terbaikku Alm. Bonifasius Prasetya Krissutantriarsa yang telah

menjadi sumber semangat dan motivasi untuk penulis.

13. Seluruh dosen dan karyawan terima kasih atas kerjasamanya Selama

penelitian sampai skripsi selesai.

14. Teman-teman angkatan 2010 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

khususnya Teman-teman FKK B 2010, terima kasih untuk semangatnya.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan penulis satu per satu yang telah ikut

berperan dan membantu selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, penulis sangat terbuka dengan segala kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang farmasi serta semua

pihak yang membutuhkan.

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...................... vi

PRAKATA .................................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................... x

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xviii

INTISARI .................................................................................................... xx

ABSTRACT .................................................................................................. xxi

BAB I. PENGANTAR ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

1. Perumusan masalah ....................................................................... 4

2. Keaslian penelitian ........................................................................ 4

3. Manfaat penelitian ........................................................................ 6

B. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6

1. Tujuan umum ................................................................................ 6

2. Tujuan khusus ............................................................................... 7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xi

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA......................................................... 8

A. Anredera cordifolia (Ten.) Steenis. ..................................................... 8

1. Klasifikasi tanaman ...................................................................... 8

2. Uraian tanaman ............................................................................ 9

3. Kandungan kimia .......................................................................... 9

4. Aktivitas farmakologi……………………………………………. 10

B. Escherichia coli ................................................................................... 10

1. Morfologi dan fisiologi ................................................................. 10

2. Patogenesis dan gejala penyakit .................................................... 11

C. Staphylococus aureus ........................................................................... 14

1. Morfologi dan fisiologi ................................................................. 14

2. Toksin dan enzim………………………………………………… 14

3. Patogenesis dan patologi ............................................................... 16

D. Simplisia . ............................................................................................ 18

E. Ekstraksi ............................................................................................... 19

1. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut ......................................... 19

F. Ekstrak………………………………………………………………… 21

G. Kromatografi Lapis Tipis ..................................................................... 21

H. Alkaloid ................................................................................................ 22

I. Flavonoid ............................................................................................. 24

J. Senyawa Polifenol ............................................................................... 25

K. Saponin ................................................................................................ 26

L. Tanin .................................................................................................... 27

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xii

M. Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba ........................................... 28

1. Metode dilusi ................................................................................ 28

2. Metode difusi ................................................................................ 29

N. Landasan Teori ..................................................................................... 30

O. Hipotesis .............................................................................................. 31

BAB III. METODE PENELITIAN............................................................. 32

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................... 32

B. Variabel dan Definisi Operasional ....................................................... 32

1. Variabel bebas ............................................................................... 32

a. Variabel tergantung ................................................................. 32

b. Variabel terkendali ................................................................. 32

c. Variabel tak terkendali ............................................................ 33

2. Definisi operasional ...................................................................... 33

C. Bahan Penelitian .................................................................................. 34

D. Alat atau Instrumen Penelitian ............................................................. 35

E. Tata Cara Penelitian ............................................................................. 36

1. Determinasi tanaman binahong ..................................................... 36

2. Pengumpulan daun binahong ........................................................ 36

3. Pembuatan serbuk ............................................................... ……. 36

4. Penetapan kadar air pada serbuk kering daun binahong ............... 37

5. Pembuatan ekstrak etanol dengan metode maserasi ..................... 37

6. Skrining fitokimia ......................................................................... 37

7. Uji kualitatif secara KLT ekstrak etanol daun binahong .............. 39

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiii

8. Uji potensi antibakteri ekstrak etanol daun binahong terhadap

S. aureus dan E. coli ..................................................................... 41

F. Tata Cara Analisis Hasil ...................................................................... 43

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 45

A. Penyiapan Bahan .................................................................................. 45

1. Hasil determinasi tanaman ............................................................ 45

2. Hasil pengumpulan dan pembuatan serbuk .................................. 45

3. Penetapan kadar air serbuk daun binahong ................................... 47

4. Pembuatan ekstrak etanol dengan metode maserasi ..................... 48

B. Skrining Fitokimia ............................................................................... 51

1. Uji tabung...................................................................................... 52

2. Uji kromatografi lapis tipis ........................................................... 56

C. Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Binahong

Terhadap S. aureus ATCC 25923 dan E. coli ATCC 25922

Dengan Metode Difusi sumuran .......................................................... 60

D. Penentuan Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) Ekstrak Etanol Daun Binahong Terhadap

Staphylococcus aureus ATCC 25923 Dengan Metode Dilusi Cair .... 66

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 71

A. Kesimpulan .......................................................................................... 71

B. Saran .................................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 73

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiv

LAMPIRAN ................................................................................................ 77

BIOGRAFI PENULIS ................................................................................ 112

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Pembuatan Variasi Konsentrasi UJi ...................................... 42

Tabel II. Hasil Pengujian Ekstrak Etanol Daun Binahong…………… 51

Tabel III. Hasil Uji Tabung Ekstrak Etanol Daun Binahong ................. 52

Tabel IV. Hasil Uji Alkaloid Ekstrak Etanol Daun Binahong

Dengan Metode KLT ............................................................. 57

Tabel V. Hasil Uji Tanin Ekstrak Etanol Daun Binahong Dengan Metode

KLT ........................................................................................ 59

Tabel VI. Hasil Uji Zona Hambat Ekstrak Etanol Daun Binahong Terhadap

Bakteri S. aureus dan E. coli .................................................. 63

Tabel VII. Hasil Uji Dilusi Cair Ekstrak Etanol Daun Binahong Terhadap

Bakteri S. aureus .................................................................... 67

Tabel VIII. Hasil Uji Penegasan Ekstrak Etanol Daun Binahong Terhadap

Bakteri S. aureus .................................................................... 68

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Daun Binahong ...................................................................... 8

Gambar 2. Kerangka Flavonoid ............................................................... 25

Gambar 3. Reaksi antara senyawa fenolik dengan besi (III) klorida ....... 54

Gambar 4. Reaksi antara natrium klorida dengan senyawa Fenolik ....... 55

Gambar 5. Reaksi hidrolisis saponin dalam air ....................................... 56

Gambar 6. Reaksi antara alkaloid dengan pereaksi Dragendroff ............ 58

Gambar 7. Reaksi gugus fenolik dengan besi (III) klorida ..................... 60

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Pengesahan Determinasi Daun Binahong ............... 78

Lampiran 2. Sertifikat Hasil Uji Bakteri S. aureus ATCC 25923 ......... 79

Lampiran 3. Sertifikat Hasil Uji Bakteri E. coli ATCC 25922 ............. 80

Lampiran 4. Foto Daun Binahong ......................................................... 81

Lampiran 5. Foto Serbuk Daun Binahong ........................................... 81

Lampiran 6. Foto Hasil Uji Tabung Alkaloid Daun Binahong dan

Pembanding (Daun Kecubung) ........................................ 82

Lampiran 7. Foto Hasil Uji Tabung Flavonoid Daun Binahong dan

Pembanding (Rutin) .......................................................... 83

Lampiran 8. Foto Hasil Uji Tabung Polifenol Daun Binahong dan

Pembanding (Timol) ......................................................... 83

Lampiran 9. Foto Hasil Uji Tabung Tanin Daun Binahong dan

Pembanding (Tanin) .......................................................... 84

Lampiran 10. Foto Hasil Uji Tabung Saponin Daun Binahong dan

Pembanding (Buah Lerak) ................................................ 84

Lampiran 11. Foto Hasil KLT Alkaloid UV 254 .................................... 85

Lampiran 12. Foto Hasil KLT Alkaloid UV 366 .................................... 86

Lampiran 13. Foto Hasil KLT Alkaloid Semprot Dragendroff .............. 87

Lampiran 14. Foto Hasil KLT Tanin UV 254 ......................................... 88

Lampiran 15. Foto Hasil KLT Tanin UV 366 ......................................... 89

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xviii

Lampiran 16. Foto Hasil KLT Tanin Semprot Besi (III) Klorida ........... 90

Lampiran 17. Foto Stok Konsentrasi Ekstrak Daun Binahong ............... 91

Lampiran 18. Foto DMSO 1% ................................................................ 91

Lampiran 19. Foto Timol ......................................................................... 92

Lampiran 20. Foto Nephelometer ............................................................ 92

Lampiran 21. Foto Vortex ....................................................................... 93

Lampiran 22. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol

Daun Binahong Terhadap S. aureus ATCC 25923

Dengan Metode Difusi Sumuran ...................................... 94

Lampiran 23. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Binahong

Terhadap E. coli ATCC 25922 Dengan Metode Difusi

Sumuran……………………………………………….. .. 95

Lampiran 24. Foto Kontrol Pertumbuhan Staphylococcus aures

ATCC 25923…………………………………………… . 96

Lampiran 25. Foto Kontrol Pertumbuhan E. coli ATCC 25923.............. 96

Lampiran 26. Foto Kontrol Pelarut DMSO 1% ....................................... 97

Lampiran 27. Foto Kontrol Ruangan ....................................................... 97

Lampiran 28. Foto Hasil Uji KHM dan KBM Ekstrak Etanol Daun Binahong

Dengan Metode Dilusi Cair jam ke-0 Terhadap

S. aureus ATCC 25923 ..................................................... 98

Lampiran 29. Foto Hasil Uji KHM dan KBM Ekstrak Etanol Daun Binahong

Dengan Metode Dilusi Cair jam ke-24 Terhadap

S. aureus ATCC 25923 ..................................................... 99

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xix

Lampiran 30. Foto Hasil Uji KHM dan KBM Ekstrak Etanol Daun Binahong

Dengan Metode Dilusi Cair jam ke-48 Terhadap

S. aureus ATCC 25923 ..................................................... 100

Lampiran 31. Foto Hasil Uji Penegasan Dengan Metode Streak Plate jam

ke-24 Terhadap S. aureus ATCC 25923 ........................... 101

Lampiran 32. Foto Hasil Uji Penegasan Dengan Metode Streak Plate jam

ke-48 Terhadap S. aureus ATCC 25923 ........................... 102

Lampiran 33. Hasil Data Statistik Uji Normalitas ................................... 103

Lampiran 34. Hasil Data Statistik Uji Homogenitas ............................... 103

Lampiran 35. Hasil Data Statistik Uji Kebermaknaan Mann-Whitney .. 104

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xx

INTISARI

Tingkat kejadian resistensi antibiotik terhadap Staphylococcus aureus dan

Escherichia coli semakin meningkat sehingga perlu dilakukan eksplorasi terhadap

senyawa alam yang memiliki aktivitas antibakteri, salah satunya adalah daun

binahong. Daun binahong memiliki kandungan senyawa tanin yang bersifat

sebagai antibakteri.

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan

penelitian acak lengkap pola satu arah. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan

pelarut etanol dan mengunakan metode maserasi. Uji aktivitas antimikroba

menggunakan metode difusi sumuran, dilanjutkan metode dilusi cair untuk

mengetahui Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM).

Ekstrak etanol daun binahong kemudian diuji secara kualitatif dengan

menggunakan metode uji tabung dan metode kromatografi lapis tipis untuk

mengidentifikasi kandungan senyawanya. Data zona hambat yang diperoleh

kemudian dianalisis secara deskriptif komparatif.

Hasil Penelitian dengan metode difusi sumuran menunjukkan bahwa

ekstrak etanol daun binahong memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri

Staphylococcus aureus pada konsentrasi 15,624%, sedangkan untuk bakteri

Escherechia coli ekstrak etanol daun binahong tidak memiliki aktivitas

antibakteri.

Hasil penelitian menggunakan metode dilusi cair didapatkan nilai KBM

ekstrak etanol daun binahong terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada

konsentrasi 9,624%.

Berdasarkan uji tabung, ekstrak etanol daun binahong diketahui

mengandung alkaloid, polifenol, tanin, dan saponin. Untuk uji KLT, diketahui

bahwa ekstrak etanol duan binahong mengandung alkaloid dan tanin.

Kata kunci : potensi antibakteri, daun binahong, Staphylococcus aureus,

Escherichia coli, uji tabung, uji KLT.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xxi

ABSTRACT

The incidence rate of antibiotic resistance to Staphylococcus aureus and

Escherichia coli increased so that it is necessary to exploration of natural

compounds that have antibacterial activity, one of which is a leaf binahong.

Binahong leaves contain tannin which is as a antibacterial.

This study is a purely experimental, completely randomized and one way

design. Extraction is done by using ethanol solvent and the method of maceration.

Antimicrobial activity test takes diffusion method, followed by liquid dilution

method to determine the Minimal Inhibitory Concentration (MIC) and Minimal

Bactericidal Concentration (MBC). Ethanol extract of Binahong leaves is

subsequently tested qualitatively to identify the content of the active compound.

The result of inhibition zone was analysed using comparative-descriptive

analyzing method.

The result of diffusion method showed that ethanol extract of Anredera

Binahong leaves has antimicrobial activity for Staphylococcus aureus in

concentration 15,624%, and ethanol extract of Binahong leaves for Escherechia

coli has not antimicrobial activity.

The result of a dilution method, is obtained Minimum Bacteriocidal

Concentration (MBC) of ethanol extract of Binahong leaves for Staphylococcus

aureus in concentration 9,624%.

Based of tube test of ethanol extract of Binahong leaves is discovered that it

contains alkaloids, polyphenols, tannins, and saponins. Thin Layer

Chromatography (TLC) test is discovered that etanol extract of Binahong leaves

contains alkaloids and tannis.

Key word : antibacterial potency, Anredera cordifolia (Ten.) Steenis, Daun

binahong, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, tube test,

Thin Layer Chromatography (TLC) test.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan penyebab utama kematian di dunia terutama

di daerah tropis, seperti Indonesia. Salah satu penyebab penyakit infeksi adalah

bakteri. Gibron (1991), menjelaskan bahwa infeksi karena bakteri masih

mendominasi potensi terjadinya infeksi berat, sepsis, syok septic, dan disfungsi

organ. Kematian di ruang perawatan intensif di Amerika sebanyak 40%

disebabkan oleh bakteri gram positif dan 60% oleh bakteri gram negatif

(Nasronuddin, 2007). Pada penelitian ini digunakan S. aureus yang merupakan

salah satu bakteri gram positif dan E. coli yang merupakan salah satu bakteri gram

negatif.

Terdapat 7.632 kasus penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

E. coli dan untuk mengatasi kasus penyakit infeksi tersebut digunakan antibiotik

secara luas sebagai terapi untuk menghambat maupun membunuh pertumbuhan

bakteri E. coli. Hal tersebut seringkali memicu peristiwa resistensi. Setiap

tahunnya resistensi E. coli mengalami peningkatan 0,59 % per tahun pada

amoksisislin (Tadesse, Zhao, Tong, Ayers, Singh, dan Bartholommew, dkk.,

2002).

Bakteri S. aureus merupakan patogen terpenting dan berbahaya di antara

marga Staphylococcus. Hasil uji kepekaan terhadap antimikroba yang digunakan

di RSU Dr. Soetomo Surabaya selama bulan Agustus 2005 sampai dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

Februari 2006 menunjukkan bahwa sebesar 74,1% isolat S. aureus mengalami

resistensi multiobat, sehingga mempersulit pemilihan antibiotik yang sesuai untuk

terapi (Lisa, 2007). Dalam hal ini, resistensi multiobat didefinisikan sebagai

resistensi terhadap dua atau lebih jenis antibakteri yang berbeda.

Nasronudin (2007) menjelaskan, bahwa pengobatan penyakit infeksi

akibat bakteri dapat diatasi dengan penggunaan antibiotik. Antibiotik diharapkan

mampu menghambat maupun membunuh pertumbuhan bakteri penyebab infeksi

tersebut. Namun, seiring dengan meningkatnya penggunasalahan antibiotik di

masyarakat, maka kemampuan bakteri untuk bertahan hidup menjadi lebih kuat

sehingga menyebabkan peristiwa resistensi. Tentu saja hal ini menjadi masalah

kesehatan bagi dunia. Oleh karena itu penelitian-penelitian terkait eksplorasi

senyawa-senyawa baru yang bersifat antibakteri terus dilakukan, terutama yang

berasal dari bahan alam.

Di Era globalisasi banyak masyarakat Indonesia yang mengutamakan

pengobatan secara alami, namun kebanyakan informasi pengobatan secara alami

yang sering digunakan masyarakat hanya sebatas bukti empiris dan belum ada

bukti ilmiah, demikian juga dengan tanaman binahong (Anredera cordifolia).

Tanaman ini sebenarnya bukan tanaman asli Indonesia melainkan tanaman obat

dari daratan Tiongkok yang dikenal dengan nama asli Deng San Chi. Namun

tumbuhan ini bisa dengan mudah didapatkan di Indonesia. Tanaman ini dikenal

memiliki khasiat penyembuhan yang luar biasa dan telah ribuan tahun lamanya

dikonsumsi oleh bangsa Tiongkok, Korea dan Taiwan (Handayani,2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

Widjayanti (1999) dalam Nur Iman (2009) menjelaskan salah satu

tanaman yang secara empiris digunakan sebagai obat antibakteri adalah tanaman

binahong. Secara khusus seluruh bagian-bagian tanaman binahong bisa digunakan

sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit, misalnya biji binahong

dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit diabetes, pembengkakan liver,

dan radang usus, sementara daun binahong dimanfaatkan untuk reumatik dan

penyembuhan luka infeksi. Pada penelitian yang meneliti tentang kandungan daun

binahong menjelaskan bahwa dalam daun binahong terdapat aktivitas antioksidan

dan total fenol yang cukup tinggi. Daun binahong diketahui memiliki kandungan

asam oleanolik. Asam oleanoik merupakan golongan triterpenoid, selain itu

terdapat pula saponin, flavonoid, alkaloid, dan tanin (Wongso,2008). Selain itu

menurut Yin et al., (2007) daun binahong diketahui memiliki kandungan minyak

atsiri.

Menurut Tsikalange et al., (2005) ekstrak air akar binahong dengan

konsentrasi 50 mg/ml memiliki daya hambat terhadap bakteri gram positif

(Bacillus pumilus, Bacillus subtilis dan Staphylococcus aureus) serta bakteri gram

negatif (Enterobacter cloacae, Escherichia coli, Klebsiella pneumonia, Serratia

marcescens, dan Enterobacter aerogenes) pada konsentrasi 60 mg/ml, tetapi tidak

pada bakteri Bacillus sereus.

Pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Herlinawati (2007) ekstrak

etanol umbi binahong tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri S.

aureus dan P. aeruginosa. Selain itu, pada penelitian yang dilakukan Herlinawati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

(2007) ekstrak etanol umbi binahong diketahui mengandung flavonoid, polifenol,

tanin, dan saponin.

Menurut Sanarto, Prijadi dan Tanjaya (2010) ekstrak metanol daun

binahong mengandung flavonoid, saponin dan tanin sehingga memiliki aktivitas

antibakteri terhadap E. coli dengan nilai Kadar Hambat Minimum pada

konsentrasi 15%.

Pada penelitian Mokhtarpor, Naserian, Valizadeh, Mesgaran, Pourmollae

(2014) menjelaskan bahwaekstraksi kandungan fenol dan tanin dari kacang

pistachio menggunakan pelarut, air-metanol, air-etanol, dan air menghasilkan

lebih banyak kandungan total fenol dan tanin pada pelarut air-etanol. Hal ini

menunjukkan bahwa tanin larut lebih banyak pada pelarut tanin.

Sebuah bahan obat dikategorikan sebagai antibakteri jika memiliki fungsi

sebagai bakteriostat dan bakteriosid. Bakteriostat adalah kemampuan suatu obat

untuk menghambat pertumbuhan bakteri dalam kadar tertentu dan dapat dilihat

dari nilai KHM, sedangkan bakteriosid adalah kemampuan obat untuk membunuh

bakteri dalam kadar tertentu dan dapat dilihat dari nilai KBM.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini bertujuan untuk

menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun binahong dengan berbagai

konsentrasi menggunakan pelarut DMSO terhadap bakteri S. aureus yang

mewakili gram positif dan E. coli yang mewakili gram negatif.

1. Perumusan masalah

Ditinjau dari latar belakang yang ada, maka permasalahan yang ingin

diangkat dalam penelitian ini adalah :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

a. Apakah ekstrak etanol daun binahong memiliki aktivitas antibakteri

terhadap S. aureus ATCC 25923 dan E. coli ATCC 25922 ?

b. Berapa Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh

Minimum (KBM) dari ekstrak etanol daun binahong terhadap S. aureus

ATCC 25923 dan E. coli ATCC 25922?

c. Kandungan kimia apa sajakah yang terdapat di dalam ekstrak etanol daun

binahong yang bermanfaat sebagai antibakteri ?

2. Keaslian penelitian

Sejauh pengamatan penulis, penelitian dengan judul “Uji Aktivitas

Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten)

Steenis) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli

ATCC 25922” belum pernah dilakukan. Penelitian sebelumnya yang

berkaitan dengan (Anredera cordifolia (Tenore) Steen), yaitu :

a. Nilai KHM ekstrak etil asetat daun binahong dengan konsentrasi 25%

terhadap bakteri Staphlylococcus aureus dan konsentrasi 50% terhadap

bakteri Pseudomonas aeruginosa (Mufid,2010).

b. Ekstrak kloroform daun binahong tidak memiliki aktivitas antijamur

terhadap Candida albicans (Rochari,2009).

c. Ekstrak etanol umbi binahong tidak memiliki aktivitas antibakteri

terhadap bakteri S. aureus dan P. aeruginosa (Herlinawati,2007).

d. Ekstrak metanol daun binahong memiliki aktivitas antibakteri terhadap S.

aureus dengan nilai KBM pada konsentrasi 12,5% (Uxiana,2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

e. Ekstrak etanol daun binahong pada dosis 200mg/kgBB dapat

menurunkan kadar asam urat tikus putih yang terinduksi kafein

(Lidinilla,2014).

f. Ekstrak petroleum eter tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap S.

aureus dan E. coli, ekstrak etil asetat memiliki aktivitas antibakteri

terhadap S. aureus dengan nilai KBM sebesar 2% dan terhadap E. coli

dengan nilai KBM 4% (Setiaji,Yuliani dan Da’I., 2009).

g. Ekstrak metanol daun binahong memiliki aktivitas antibakteri terhadap

E. coli dengan nilai KHM pada konsentrasi 15% (Sanarto, Prijadi dan

Tanjaya,2010).

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian-

penelitian sebelumnya adalah penggunaan pelarut yang berbeda. Pelarut yang

digunakan penelitian-penelitian sebelumnya, adalah etil asetat, metanol,

kloroform, dan petroleum eter, sedangkan pada penelitian ini digunakan pelarut

etanol. Pada penelitian sebelumnya ada juga yang menggunakan pelarut etanol

tapi bagian tanaman yang digunakan adalah umbi binahong, sedangkan pada

penelitian ini bagian tanaman yang digunakan adalah daun binahong.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Ditinjau dari segi teoritis, penelitian ini bermanfaat

sebagai sumber data dan informasi serta pengembangan ilmu

pengetahuan mengenai manfaat ekstrak etanol daun binahong sebagai

penghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dan E. coli.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

b. Manfaat praktis. Manfaat praktis hasil penelitian ini adalah untuk

memperluas pengetahuan tentang pengobatan penyakit infeksi yang

disebabkan oleh S. aureus dan E. coli dengan menggunakan daun

bianhong yang memiliki potensi sebagai antibakteri.

B. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas

antibakteri ekstrak etanol daun binahong terhadap bakteri S. aureus ATCC 25923

dan E. coli ATCC 25922.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian adalah untuk mengetahui nilai KHM dan KBM

ekstrak etanol daun binahong terhadap bakteri S. aureus ATCC 25923 dan E. coli

ATCC 25922 serta kandungan kimia yang terdapat dalam ekstrak etanol daun

binahong.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Tanaman Binahong

1. Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Caryophyllales

Suku : Basellaceae

Marga : Anredera

Jenis : Anredera cordifolia (Ten.) Steenis

Nama umum : Binahong (Badan POM RI, 2008)

Gambar 1. Daun Binahong ( BPOM, 2008)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

2. Uraian tanaman

Binahong merupakan tumbuhan menjalar, berumur panjang, bisa

mencapai panjang lebih dari 6 m. batang lunak, silindris, saling membelit,

berwarna merah, bagian dalam solid, permukaan halus, kadang membentuk

semacam umbi yang melekat di ketiak daun dengan bentuk tak beraturan dan

bertekstur kasar. Daun tunggal, bertangkai sangat pendek, tersusun berseling,

berwarna hijau, berbentuk jantung, panjang 5-10 cm, lebar 3-7 cm, helaian daun

tipis lemas, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi rata, permukaan licin, bisa

dimakan. Bunga majemuk berbentuk tandan, bertangkai panjang, muncul di ketiak

daun, mahkota berwarna krem keputih-putihan berjumlah lima helai tidak

berlekatan, panjang helai mahkota 0,5-1 cm, berbau harum. Akar berbentuk

rimpang dan berdaging lunak (BPOM, 2008 ).

3. Kandungan kimia

Daun binahong diketahui memiliki kandungan asam oleanolik. Asam

oleanoik merupakan golongan triterpenoid, selain itu terdapat pula saponin,

flavonoid, alkaloid, dan tanin (Wongso,2008). Menurut Yin et al., (2007), daun

binahong memiliki kandungan minyak atsiri.

Umbi binahong mengandung protein (ancordin) yang dapat berfungsi

sebagai stimulan kekebalan tubuh untuk merangsang pembentukan antibodi.

Protein dapat merangsang oksida nitrit, yang dapat meningkatkan aliran darah

yang membawa nutrisi untuk setiap sel dan merangsang tubuh untuk

memproduksi hormon pertumbuhan dan reproduksi sel menggantikan sel rusak

(Sri et al, 2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

Ekstrak alkaloid dari beberapa jenis tanaman di laporkan memiliki fungsi

medis, seperti siamine yang merupakan alkaloid pada Cassia siamea memiliki

aktivitas antioksidan (Cagnotti, Kay, dan Gandolfo, 2007 ). Selain itu, tanaman

binahong juga memiliki kandungan fenol, triterpenoid dan steroid. Senyawa

fenolik seperti flavonoid termasuk dalam metabolit sekunder dari tanaman yang

memiliki aktivitas antibakteri (Manoi, 2009).

4. Aktivitas farmakologi

Secara empiris binahong digunakan sebagai obat batuk atau muntah

darah, darah rendah, memperlancar haid, menambah nafsu makan, mimisan,

radang hati, luka operasi, luka akibat benda tajam, dan luka bakar

(Rohmawati,2007). Selain itu binahong juga dapat digunakan untuk mengobati

infeksi luka (Anonim, 2006). Ada pula penelitian yang menyatakan bahwa ekstrak

kloroform dari herba binahong dapat menghambat pertumbuhan beberapa bakteri

(Meyer,2004). Selain itu juga dijelaskan bahwa didalam daun binahong terdapat

aktivitas antioksidan, asam askorbat dan total fenol yang cukup tinggi yang dapat

digunakan sebagai antibakteri (Uchida, et al., 2003).

B. Escherichia coli

1. Morfologi dan fisiologi

Escherichia coli termasuk dalam kelas Gamma Proteobacteria, ordo

Enterobacteriales, famili Enterobacteriaceae, genus Escherichia. Bakteri ini

merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang pendek (kokobasil),

mempunyai flagel, berukuran 0,4-0,7 µm x 1,4 µm, dan mempunyai simpai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

Escherichia coli tumbuh dengan baik di hampir semua media pembenihan, dapat

meragi laktosa dan bersifat mikroaerofilik (Radji, 2010 ).

2. Patogenesis dan gejala penyakit

Beberapa galur Escherichia coli menjadi penyebab infeksi pada manusia,

seperti infeksi saluran kemih, infeksi meningitis pada neonates dan infeksi

intestine (gastroenteritis). Ketiga penyakit infeksi tersebut sangat bergantung pada

ekpresi faktor virulensi masing-masing serotipe Escherichia coli, termasuk adanya

adhesin, invasin, dan jenis toksin yang diproduksi, serta kemampuan melawan

pertahanan tubuh sel inang. Sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh infeksi

Escherichia coli ditularkan melalui makanan yang tidak dimasak dan daging yang

terkontaminasi. Penularan penyakit dapat terjadi melalui kontak langsung dan

biasanya terjadi di tempat yang memiliki sanitasi dan lingkungan yang kurang

bersih (Radji, 2010).

Berdasarkan sifat virulensi, Escherichia coli dikelompokkan menjadi

Escherichia coli yang menyebabkan infeksi intestine dan Escherichia coli yang

menyebabkan infeksi ekstraintestin. Berikut adalah penyakit-penyakit yang

disbebakan oleh Escherichia coli berdasarkan sifat virulensinya.

a. Escherichia coli yang menyebabkan infeksi intestin:

1. Escherichia coli enteropatogenik (EPEC) merupakan penyebab penting

diare pada bayi. EPEC melekat pada sel mukosa usus kecil. Faktor

kromosom yang mendukung pelekatan yang erat. Terjadi kehilangan

microvili (affecement), pembentukan filamentasi actin atau struktur

seperti cangkir, dan biasanya masuk ke dalam sel mukosa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

2. Escherichia coli enterotoksigenik (ETEC) merupakan penyebab diare

pada anak dan wisatawan yang berpergian ke daerah yang bersanitasi

buruk. Strain ETEC memproduksi endotoksin yang sifatnya labil

terhadap panas (LT) dibawah kontrol plasmid. Sub unit B melekat pada

Gm1 gangliosida pada sisi sel epitel dari usus kecil dan mmeberikan

fasilitas sebuah pemasukan dari subunit A kedalam sel, dimana

mengaktifasi adenylyl cyclase. Hal ini ditandai dengan adanya

peningkatan konsentrasi lokal dari cyclic adenosine monophosfat

(cAMP), yang menghasilkan hiperekskresi yang sering dan lama dari air

dan klorid serta menghambat penyerapan natrium. Lumen ususu

digelembungkan dengan cairan hipermotility dan diarepun terjadi.

3. Escherichia coli enterohemoragik (EHEC) memproduksi verotoksin.

Nama verotoksin sesuai dengan efek sitotoksik, dimana toksin ini berada

pada sel vero, yaitu sel ginjal yang diperoleh dari ginjal monyet afrika.

EHEC berhubungan dengan colitis hemiragik, bentuk diare yang berat

dan dengan sindroma uremia hemolitik, suatu penyakit akibat gagal

ginjal akut, anemia hemolitik mikroangiopatik dan trombositopenia.

4. Escherichia coli enteroagregatif (EAEC) merupakan penyebab utama

pada masyarakat berkembang. EAEC melekat pada sel manusia dengan

pola khas dan menyebabkan diare yang tidak berdarah, tidak menginvasi

dan tidak menyebabkan inflamasi pada mukosa intestine. EAEC

diperkirakan memproduksi EAST ( entero aggregative ST toxin), yang

merupakan suatu enterotoksin yang tidak tahan panas. Di samping itu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

EAEC juga memproduksi hemolisin yang diperkirakan mirip dengan

hemolisin yang diproduksi oleh galur Escherichia coli yang dapat

menyebabkan infeksi saluran kemih.

5. Escherichia coli enteroinvasif (EIEC) mekanisme patogenik EIEC mirip

dengan patogenesis infeksi yang disebabkan oleh shigella. EIEC masuk

dan berkembang dalam epitel sel-sel kolon sehingga menyebabkan

kerusakan pada sel kolon. Gejala klinis yang ditimbulkan mirip dengan

gejala diare yang disebabkan oleh Shigella. Gejala diare biasa disertai

dengan demam.

b. Escherichia coli yang menyebabkan infeksi ekstraintestin :

1. Escherichia coli uropatogenik (UPEC) menyebabkan kira-kira 90%

infeksi saluran kemih mulai dari sistisis sampai pielonefritis.

Nefropatogenik Escherichia coli secara khas memproduksi hemolisin.

Kebanyakan infeksi disebabkan oleh Escherichia coli dari sejumlah

antigen O. Antigen K menjadi penting dalam patogenesis infeksi sistem

saluran bagian atas.

2. Sepsis terjadi bila pertahanan inang normal tidak mencukupi. Escherichia

coli dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan sepsis. Bayi yang

baru lahir dapat sangat rentan terhadap sepsis Escherichia coli karena

tidak memiliki antibodi IgM. Sepsis dapat terjadi akibat infeksi saluran

kemih.

3. Escherichia coli meningitis meonatus (NMEC) disebabkan oleh antigen

K1. Antigen K1 bereaksi silang dengan grup B kapsular polisakrida dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

N meningitides. Mekanisme virulensi berhubungan dengan antigen K1

belum dipahami (Jawetz, Melnick, dan Adelberg, 2005).

C. Staphylococus aureus

1. Morfologi dan fisiologi

Bakteri Staphylococus aureus termasuk dalam famili Micrococcaceae.

Bakteri ini berbentuk bulat namun koloni mikroskopiknya cenderung berbentuk

menyerupai buah anggur. Staphylococus aureus menghasilkan pigmen berwarna

emas. Bakteri ini tumbuh dengan atau tanpa bantuan oksigen (anaerob fakultatif)

dan menghasilkan enzim katalase. Staphylococus aureus adalah bakteri gram

positif yang berdiameter 0,8 – 1 mikron, tidak bergerak, dan tidak berspora.

Staphylococus aureus dapat tumbuh pada suhu 15-45OC dan dalam NaCl

berkonsentrasi 15% (Radji, 2010).

2. Toksin dan enzim

S. aureus dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya menyebar

luas dalam jaringan dan melalui pembentukan berbagai zat ekstraseluler. Berbagai

zat yang berperan sebagai faktor virulensi dapat berupa protein, termasuk enzim

dan toksin, contohnya :

1. Katalase

Katalase adalah enzim yang berperan pada daya tahan bakteri terhadap proses

fagositosis. Tes adanya aktivitas katalase menjadi pembeda genus

Staphylococcus dari Streptococcus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

2. Koagulase

Enzim ini dapat menggumpalkan plasma oksalat atau plasma sitrat, karena

adanya faktor koagulase reaktif dalam serum yang berekasi dengan enzim

tersebut. Esterase yang dihasilkan dapat meningkatkan aktivitas

penggumpalan, sehingga terbentuk deposit fibrin pada permukaan sel bakteri

yang dapat menghambat fagositosis

3. Hemolisin

Hemolisin merupakan toksin yang dapat membentuk suatu zona hemolisis di

sekitar koloni bakteri. Hemolisin pada S. aureus terdiri dari alfa hemolisin, beta

hemolisin dan delta hemolisin. Alfa hemolisin adalah toksin yang bertanggung

jawab terhadap pembentukan zona hemolisis di sekitar koloni S. aureus pada

medium agar darah. Toksin ini dapat menyebabkan nekrosis pada kulit hewan

dan manusia. Beta hemolisin adalah toksin yang terutama dihasilkan

Staphylococcus yang diisolasi dari hewan, yang menyebabkan lisis pada sel

darah merah domba dan sapi, sedangkan delta hemolisin adalah toksin yang

dapat melisiskan sel darah manusia dan kelinci, tetapi efek lisisnya kurang

terhadap sel darah merah domba.

4. Leukosidin

Toksin ini dapat mematikan sel darah putih pada beberapa hewan. Tetapi

perannya dalam patogenesis pada manusia tidak jelas. Hal ini disebabkan

kerena Staphylococcus patogen tidak dapat mematikan sel-sel darah putih

manusia dan dapat difagositosis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

5. Toksin eksfoliatif

Toksin ini mempunyai aktivitas proteolitik dan dapat melarutkan matriks

mukopolisakarida epidermis, sehingga menyebabkan pemisahan intraepithelial

pada ikatan sel di stratum granulosum. Toksin eksfoliatif merupakan penyebab

Staphylococcal Scalded Skin Syndrome, yang ditandai dengan melepuhnya

kulit.

6. Toksin Sindrom Syok Toksik (TSST)

Sebagian besar galur S. aureus yang diisolasi dari penserita sindrom syok

toksik menghasilkan eksotoksin pirogenik. Pada manusia, toksin ini

menyebabkan demam, syok, ruam kulit, dan gangguan multisistem organ

dalam tubuh.

7. Enterotoksin

Enterotoksin adalah enzim yang tahan panas dan tahan terhadap suasana basa

didalam usus. Enzim ini merupakan penyebab utama keracunan makanan,

terutama pada makanan yang mengandung karbohidrat dan protein (Jawetz,

Melnick, Adelberg, 2005).

3. Patogenesis dan patologi

Beberapa jenis penyakit yang ditimbulkan oleh infeksi Staphylococus

aureus adalah sebagai berikut.

a. Impetigo. Merupakan infeksi penyakit kulit yang ditimbulkan bintil-bintil

berisi nanah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

b. Folikulitis. Merupakan infeksi superfisial pada folikel-folikel rambut dengan

mengeluarkan pastula berwarna putih. Tempat pastula-pastula itu tumbuh

akan terasa gatal selama 1-2 hari sebelumnya.

c. Furunkel. Merupakan infeksi Staphylococus aureus yang menginvasi bagian

dalam dari folikel rambut. Furunkel merupakan peradangan yang disertai

pembengkakan dan menyakitkan. Walaupun dapat terjadi di seluruh bagian

tubuh, infeksi ini lebih sering dijumpai di daerah wajah, leher, ketiak, dan

anus. Furunkel dikenal dengan nama borok atau bisul.

d. Mastitis. Merupakan infeksi pada payudara. Infeksi ini terjadi pada payudara

ibu yang sedang menyusui melalui luka atau melalui putting payudara yang

terluka. Infeksi ini menyebabkan luka yang menyakitkan.

e. Piomiositis. Merupakan infeksi pada otot. Infeksi ini umumnya terjadi

didaerah tropis.

f. Endokarditis. Merupakan infeksi pada katup jantung. Infeksi ini dapat terjadi

apabila Staphylococus aureus menyerang endokardium yang merupakan

bagian paling dalam dari jantung. Kondisi ini menyebabkan kerusakan

permanen pada jantung. Hal ini terutama terjadi pada pecandu narkoba yang

menggunakan narkoba melalui injeksi intravena.

g. Artritis septik. Merupakan infeksi Staphylococus aureus yang menyebar ke

pembuluh darah, tangan, kaki, dan punggung tempat abses kemudian

berkembang. Namun, bagian yang terinfeksi akan membengkak dan berisi

nanah. Bila ini dibiarkan, bagian-bagian itu akan menjadi kaku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

h. Pneumonia. Merupakan infeksi Staphylococus aureus pada paru-paru.

Pneumonia dapat timbul setelah seseorang menderita flu.

i. Sindrom renjat toksik. Sindrom ini dapat menyebabkan demam tinggi,

tekanan darah rendah, kulit terkelupas, dan kerusakan organ-organ tertentu.

Sindrom ini dapat menyebabkan kematian. Wanita yang menggunakan

tampon berisiko terkena infeksi ini (Radji, 2010).

D. Simplisia

Simplisia adalah bahan yang digunakan untuk obat dan belum mengalami

perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan

yang telah dikeringkan (Gunawan dan Mulyani, 2004).

Berdasarkan hal tersebut, maka simplisia di bagi menjadi tiga golongan,

yaitu simplisia nabati, simplisia hewan dan simplisia mineral (Gunawan dan

Mulyani, 2004).

Simplisia nabati dan simplisia hewani tidak boleh mengandung

organisme patogen dan harus bebas dari cemaran mikroorganisme, serangga dan

binatang lain maupun kotoran hewan. Simplisia tidak boleh menyimpang bau dan

warnanya, tidak boleh mengandung lendir, atau menunjukkan adanya kerusakan.

Sebelum diserbukkan, simplisia nabati harus dibebaskan dari pasir, debu, atau

pengotor lain yang berasal dari tanah maupun benda anorganik asing (Depkes RI,

1995).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

E. Ekstraksi

Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang terdapat

pada simplisia. Ragam ektraksi yang tepat sudah tentu tergantung pada tekstur dan

kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi dan pada jenis senyawa yang

diisolasi. Umumnya kita perlu membunuh jaringan tumbuhan untuk mencegah

terjadinya oksidasi enzim atau hidrolisis (Harbone, 1996).

Macam-macam metode ekstraksi dapat dilakukan, diantaranya :

a. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut

1. Cara Dingin

1) Maserasi adalah proses pengestrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dan dilakukan beberapa kali pengocokan atau pengadukan

pada temperatur ruang (kamar). Secara teknologi maserasi termasuk

ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada

keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang

kontinyu (terus-menerus). Remaserasi berarti pengulangan

penambahan pelarut. Pengulangan penambahan pelarut dilakukan

setelah penyaringan maserat pertama dan seterusnya.

2) Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada

temperatur ruang. Proses ekstraksi terdiri dari tahapan

pengembangan bahan, tahap maserasi antara, dan tahap perkolasi

sebenarnya (penetesan/ penampungan ekstrak). Tahapan ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

dilakukan terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang

jumlahnya 1-5 kali bahan.

2. Cara Panas

1) Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik

didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang

relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan

pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga

dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

2) Sokhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi

kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya

pendingin balik.

3) Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan berkala) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruang (kamar), yaitu

secara umum dilakukan pada temperature 40-50 °C.

4) Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas

air mendidih, temperatur terukur 96-98 °C selama waktu tertentu

(15-20 menit).

5) Dekok adalah infus yang waktunya lebih lama (lebih dari 30 menit)

dan temperatur sampai titik didih air (100 °C).

6) Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak

atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan

peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan akan menguap dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

fase uap air dari ketel secara kontinyu sampai sempurna dan diakhiri

dengan kondensasi fase uap campuran (senyawa kandungan

menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air bersama senyawa

kandungan yang memisah sempurna atau memisah sebagian

(Sampurno, 2000).

F. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan penyari

simplisia menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung.

Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Cairan penyari dapat

menggunakan air, etanol, atau campuran air dan etanol (Badan POM RI, 2010).

G. Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ialah metode pemisahan fisikakimia.

Pada KLT ini digunakan dua macam fase , yaitu fase diam dan fase gerak. Fase

diam berupa lapisan yang seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang

didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminium, atau pelat plastik. Sedangkan fase

gerak adalah pelarut pengembang yang akan bergerak sepanjang fase diam karena

pengaruh kapiler pada pengembangan secara mekanik (ascending) atau karena

pengaruh gravitasi pada pengambangan secara menurun (descending) (Rohman

dan Gandjar, 2007).

Prinsip kerjan KLT adalah pemisahan berdasarkan perbedaan kepolaran

antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

menggunakan fase diam plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis

sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan

dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka

sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut. Plat KLT diletakkan di

dalam bejana rapat yang berisi larutan pengembang atau fase gerak yang cocok,

pemisahan terjadi selama masa perambatan kapiler atau pengembangan,

selanjutnya senyawa tidak berwarna harus ditampakkan atau dideteksi dengan

lampu ultraviolet atau dengan pereaksi semprot (Rohman dan Gandjar, 2007).

Pada kromatografi lapis tipis dikenal istilah faktor retardasi (Rf) yang

didefinisikan:

R𝑓 = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢𝑕 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢𝑕 𝑓𝑎𝑠𝑒 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘

(Rohman dan Gandjar, 2007).

H. Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan senyawa yang sangat heterogen apabila

dipandang secara kimiawi. Semua alkaloid mengandung unsur nitrogen (N),

sering dalam bentuk cincin heterosiklik, tetapi tidak semua demikian. Hal ini

digunakan sebagai dasar penamaannya, seperti nama “alkaloid” bermakna alkali

(basa) karena alkaloid mempunyai sifat alkalis atau basa. Senyawa alifatik

sederhana (asam amino) walaupun mengandung nitrogen tapi tidak termasuk

dalam golongan alkaloid (Soegihardjo, 2013).

Dalam proses biosintesis alkaloid, prekursor yang digunakan ialah asam

amino. Setiap golongan alkaloid berasal dari asam amino yang berbeda atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

mungkin sama. Banyak alkaloid berasal dari asam amino aromatik, misalnya

fenilalanina atau tirosina (Soegihardjo, 2013).

Alkaloid tersebar luas dalam suku atau familia tanaman, antara lain

Rubiaceae, Solanaceae, Papaveraceae, Apocynaceae, Asclepiadaceae, dan

Asteraceae. Bahkan ada alkaloid yang terdapat pada fungi (alkaloid ergot pada

secale cornutum , yakni kapang pada tanaman gandum) dan dalam cod liver oil

(perasan hati ikan laut Gadus morrhua) yang belum murni (Soegihardjo, 2013).

Peran alkaloid dalam tumbuhan antara lain berperan dengan keberadaan

asam organik tertentu, misalnya alkaloid opium berhubungan dengan adanya asam

mekonat; alkaloid kinkona terkait dengan asam kuinat dan kinkotanat. Selain itu,

alkaloid berperan dalam hubungannya dengan oksigen in statu nascendi (oksigen

singlet) yang berbahaya bagi organisme hidup; hal ini dibuktikan dengan adanya

sinar UV yang kuat pada tumbuhan akan meningkatkan biosintesis alkaloid

(Soegihardjo, 2013).

Kebanyakan alkaloid berbentuk padat dan yang berbentuk kristalin

merupakan garam dengan asam yang mengandung unsur N, C, H, dan O tetapi

ada alkaloid yang tidak mengandung oksigen, misalnya nikotina dan koniina yang

berbentuk cair. Di alam, alkaloid dapat berbentuk bebas atau terikat sebagai garam

dengan asam organik atau N-oksida. Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi

ada alkaloid yang berwarna, misalnya berberina berwarna kuning dan garam

sanguinarina berwarna merah tembaga (Soegihardjo, 2013).

Kelarutan alkaloid dalam farmasi sangat penting karena perbedaan

kelarutan antara alkaloid bebas dan garamnya, terutama berkaitan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

isolasinya dari bahan tumbuhan. Alkaloid bebas umumnya sedikit larut dalam air,

tetapi larut dalam pelarut organik, sedangkan garamnya berlaku kebalikannya

kecuali garam sulfas kinina kelarutannya dalam air (1:1000), sedangkan kinina

hidroklorida larut dalam air kurang dari satu bagian (Soegihardjo, 2013).

Identifikasi alkaloid selain analisis kualitatif alkaloid dapat dilakukan

dengan pertolongan pereaksi. Misalnya, dengan pereaksi Meyer, Dragendroff,

Wagner, dan Buchardat; reaksi warna, misalnya dengan pereaksi asam sulfat

pekat, asam nitrat pekat, dan fluoresensi (Soegihardjo, 2013).

Pemisahan alkaloid secara KLT dapat menggunakan fase diam silika gel,

alumina, selulosa atau kieselguhr. Pemisahan yan baik diperoleh jika silika gel

sudah diaktifkan. Banyak alkaloid dapat dideteksi secara visible. Sebagian besar

alkaloid juga memiliki bercak yang beflurosensi dibawah sinar UV365. Reagen

yang biasa digunakan untuk mendeteksi alkaloid adalah Dragendroff. Pada

penyemprotan dengan menggunakan reagen Dragendorff menunjukkan warna

coklat atau orange (visible) yang tidak stabil (Wagner,1984). Contoh fase gerak

yang sering digunakan adalah etil asetat-metanol-air (100:16,5:13,5) (Sthal,1969).

I. Flavonoid

Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C6-C3-

C6 , yaitu kerangka karbon terdiri atas 2 gugus C6 (cincin benzene tersubtitusi)

yang disambungkan oleh rantai alifatik dengan 3 karbon. Kerangka flavonoid

tersebut dapat digambarkan sebagai:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

Gambar 2. Kerangka Flavonoid

Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai

glikosida dan flavonoid yang manapun mungkin saja terdapat dalam satu

tumbuhan dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida (Robinson, 1991).

Ada beberapa fase gerak yang biasa digunakan untuk menghasilkan

pemisahan yang baik pada lempeng selulosa. Butanol - Asam asetat - Air

(40:50:10). Aglikon dari flavonoid mempunyai nilai Rf yang tinggi dan waktu

elusi yang lama (Stahl, 1969).

Pada UV 254 nm, semua flavonoid menyebabkan pemadaman flurosensi,

dimana terlihat sebagai warna biru gelap pada lempeng KLT. Pada UV 365 nm,

tergantung pada strukturnya, flavonoid berfluoresensi kuning, biru, atau hijau

(Wagner, 1984).

J. Senyawa Polifenol

Senyawa fenolik dapat digolongkan menjadi senyawa fenol sederhana,

fenol asam karboksilat, α-Pyrones, Lignan, chromones, flavonoid, dan Quinone.

Pemisahan senyawa fenolik dapat dilakukan dengan metode KLT menggunakan

fase diam silika gel. Pemilihan fase geraknya tergantung tingkat polaritas

campuran yang akan dipisahkan. Contoh fase gerak yang sering digunakan adalah

n-butanol – asam asetat – air (BAA) (4:1:5) (Hayati, Fasyah, dan Sa’adah, 2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

Aktivitas fisiologis senyawa fenolik tumbuhan banyak dan beragam.

Beberapa senyawa fenolik bersifat racun terhadap hewan pemangsa tumbuhan

(herbivor) dan beberapa bersifat racun serangga. Senyawa fenolik lain mempunyai

aktivitas antiinflamasi, karena senyawa ini menghambat sintesis prostaglandin

(Robinson, 1991).

Hanya antosianin dan beberapa derivat quinon yang dapat dideteksi

secara langsung dengan sinar tampak pada lempeng silika gel. Senyawa fenolik

lainnya, merupakan senyawa yang tidak berwarna dan harus diwarnai. Bila

diwarnai dengan menggunakan besi (III) klorida bercak akan terlihat berwarna

kuning tua sampai ungu tergantung jenis polifenolnya. Biasanya, bercak yang

terjadi berwarna biru kehijauan (Stahl, 1969).

K. Saponin

Saponin tersebar luas di berbagai jenis tumbuhan. Keberadaan saponin

sangat mudah ditandai yaitu dengan adanya pembentukan larutan koloidal antara

saponin dan air sehingga apabila digojok menimbulkan buih yang stabil. Saponin

merupakan senyawa berasa pahit menusuk dan menyebabkan bersin dan sering

mengakibatkan iritasi pada selaput lender (Gunawan dan Mulyani 2004).

Beberapa saponin bekerja sebagai senyawa antimikroba (Robinson, 1991).

Adanya saponin dapat ditunjukkan dengan beberapa cara antara lain

dengan indeks buih. Indeks buih menunjukkan angka pengenceran dari bahan

yang diperiksa. Reaksi identifikasi ini akan memberikan lapisan buih setinggi 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

cm bila larutan sampel ditambah air digojok dalam gelas ukur selama 15 detik dan

selanjutnya dibiarkan selama 15 menit (Gunawan dan Mulyani 2004).

Pengujian KLT untuk saponin menggunakan fase gerak contohnya

kloroform - metanol - air (65:35:10) untuk memisahkan campuran glikosida

terpenoid yang netral. Fase diam yang sering digunakan adalah silika gel

(Wagner, 1984).

L. Tanin

Tanin merupakan senyawa yang sangat kompleks, biasanya terdapat

sebagai campuran polifenol yang sangat sulit dikristalkan. Tanin dengan air

membentuk larutan koloidal, mempunyai reaksi asam dan rasanya sangat sepat.

Semakin murni tanin, maka akan mengurangi kelarutannya di dalam air dan akan

lebih mudah membentuk kristal. Tanin larut pula dalam pelarut organik yang

polar, setidak-tidaknya sampai batas tertentu, tetapi tidak larut dalam pelarut

organik yang nonpolar seperti benzene dan kloroform. Larutan tanin dalam air

dapat diendapkan dengan penambahan asam mineral atau garam (Robinson,

1991).

Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae

terdapat khusus dalam jaringan kayu. Terdapat dua jenis tanin, yaitu tanin

terhidrolisis dan tanin terkondendasi. Tanin terhidrolisis dapat dihidrolisis oleh

asam atau enzim seperti tannase. Tanin jenis ini terbentuk dari beberapa molekul

asam fenolik seperti asam galat dan asam heksahidroksidipenik yang disatukan

oleh ikatan ester dengan molekul glukosa, sedangkan tanin terkondendasi tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

terhidrolisis menjadi molekul yang lebih sederhana dan tidak mengandung gugus

gula. Tanin terkondendasi akan berubah warna menjadi cairan tidak larut

berwarna merah ketika bereaksi dengan asam atau enzim terkondensasi,

sedangkan tanin terhidrolisis akan membentuk warna biru ketika bereaksi dengan

garam besi (Trease dan Evans, 2002).

Tanin merupakan senyawa asam karboksilat fenol yang dapat dipisahkan

menggunakan fase diam silika gel dan fase gerak toluen - etil format - asam

format (50:40:10) (Stahl,1969).

Beberapa tanin terbukti mempunyai aktivitas antioksidan, menghambat

pertumbuhan tumor dan meracuni hati (Robinson, 1991). Tanin juga berfungsi

sebagai anthelmintik, anti HIV, antibakteri, antikanker, dan antikarsinogenik

(Duke, 1992).

M. Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan suatu larutan uji

dalam menghambat atau membunuh mikroba. Metode pengujian aktivitas

antimikroba dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Metode dilusi

Pada prinsipnya, metode dilusi adalah mengisi satu seri tabung rekasi

dengan media cair dan sejumlah tertentu sel mikroba yang diuji. Kemudian

masing-masing tabung diisi obat yang diencerkan. Lalu diinkubaiskan pada suhu

37 °C selama 18-24 jam, setelah itu diamati kekeruhannya. Konsentrasi terendah

senyawa uji pada tabung yang menampakkan kejernihan pada hasil biakan (tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

ada pertumbuhan mikroba) adalah Kadar Hambat Minimum (KHM). Selanjutnya

biakan dari semua tabung yang jernih diinokulasikan pada biakan media agar

padat, diinkubasi selama 24 jam lalu diamati ada tidaknya koloni yang tumbuh.

Konsetrasi terendah obat pada biakan padat yang ditunjukkan dengan ketiadaan

pertumbuhan koloni mikroba adalah Kadar Bunuh Minimum (KBM) (Dzen dkk,

2003).

Kemampuan antibakteri dikatakan kuat apabila memiliki nilai KHM

antara 0,05 – 0,050 mg/mL, sedang apabila nilai KHM antara 0,6 – 1,50 mg/mL,

dan lemah apabila diatas 1,50 mg/mL (Diaz, et al., 2010).

2. Metode difusi

Metode difusi merupakan metode yang digunakan untuk mengukur

potensi antibakteri berdasarkan pengamatan luas zona jernih yang terbentuk di

sekitar tempat penginokulasian obat atau larutan uji karena berdifusinya obat atau

larutan uji (Jawetz, Melnick, dan Adelberg, 2005). Metode difusi dilakukan

dengan cara menempatkan senyawa uji pada media padat yang ditanami dengan

biakan bakteri. Metode difusi terdapat beberapa macam, yaitu :

a. Cara Kirby Bauer

Metode ini dilakukan dengan cara mengoleskan suspensi bakteri dengan

konsentrasi tertentu, umumnya 108 Colony Forming Unit (CFU) per ml

permukaan media hingga rata. Kertas yang mengandung antibiotika diletakkan

diatas media lalu diinkubasikan pada 37°C selama 18-24 jam, setelah itu

dilakukan pembacaan hasil. Aktivitas antibakteri ditentukan dengan mengukur

diameter zona hambatan yang terbentuk. Pada zona hambat akan terlihat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

adanya pertumbuhan yang kurang subur jika dibandingkan dengan daerah di

luar pengaruh antibiotik tersebut (Dzen dkk, 2003).

b. Cara sumuran

Penyiapan dilakukan seperti cara Kirby Bauer. Pada agar yang telah

diolesi bakteri uji dibuat sumuran dengan garis tengah tertentu dan tegak lurus

terhadap permukaan media. Kemudian ke dalam sumuran ini diberi larutan uji

dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24-28 jam. Hasil inkubasi dibaca seperti

cara Kirby Bauer (Dzen dkk, 2003).

c. Cara Pour Plate

Mula-mula satu mata ose suspensi bakteri dicampur dengan 4 ml agar

1,5% pada temperatur 50°C. Setelah itu, suspensi mikroba yang sudah

homogeny dituang di atas media agar dan dibiarkan membeku, kemudian

diatasnya diletakkan disk dan diinkubasikan pada suhu 37°C selama 18-24 jam.

Hasil ikubasi dibaca dengan mengukur diameter hambat (Dzen dkk, 2003).

N. Landasan Teori

Daun binahong memiliki banyak khasiat salah satunya adalah mengobati

infeksi mikroba, yaitu penyakit infeksi pada luka yang disebabkan oleh E. coli dan

S. aureus (Anonim, 2005).

Daun binahong mengandung senyawa golongan fenolik yaitu flavonoid,

alkaloid, senyawa golongan polifenol yaitu tanin, dan senyawa golongan

triterpenoid yaitu saponin yang dapat berperan sebagai antibakteri (Manoi, 2009).

Penyarian dilakukan dengan menggunakan etanol 70% karena menurut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

Herlinawati (2007) etanol dapat melarutkan senyawa-senyawa yang bersifat

nonpolar maupun yang bersifat polar seperti alkaloid, tanin, flavonoid, dan

saponin.

Pada umumnya efek suatu obat sangat berhubungan erat dengan dosis

atau konsentrasinya. Dosis atau konsentrasi yang berbeda akan menghasilkan efek

yang berbeda juga (Bonang dan Koeswardono, 1982). Uji KHM dan KBM

berfungsi untuk menentukan dosis yang akan menghasilkan efek antibakteri.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun binahong dengan konsentrasi

yang berbeda sehingga diperoleh KHM dan KBM.

O. Hipotesis

Ekstrak etanol daun binahong memiliki aktivitas antimikroba terhadap

Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922.

Kandungan senyawa yang diduga memiliki aktivitas antimikroba adalah golongan

senyawa polifenol yaitu tanin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan menguji

konsentrasi ekstrak etanol daun Binahong, dengan variasi konsentrasi terhadap

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli . Untuk

mengetahui daya antibakteri, semua kondisi perlakuan dibuat sama. Rancangan

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap

(RAL) pola searah. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi

Fitokimia Universitas Sanata Dharma untuk membuat ekstrak etanol daun

binahong, uji kandungan kimia (uji tabung) dan uji KLT. Uji mikrobiologi

dilakukan di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian

Penyakit Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama 2 bulan dimulai dari tanggal 05

Februari 2014 sampai dengan 05 April 2014.

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas. yaitu ekstrak etanol daun binahong dengan konsentrasi

39,06%, 15,624%, 6,249%, dan 2,499%.

b. Variabel tergantung. yaitu diameter zona hambat pertumbuhan S. aureus

dan E. coli.

c. Variabel terkendali. antara lain waktu inkubasi (24 jam), suhu inkubasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

(37oC), jenis bakteri uji, volume suspensi bakteri uji yang diinokulasikan

dalam media (1 ml), konsentrasi suspensi bakteri uji setara dengan

larutan standar Mc. Farland II (6x108

CFU/ml), volume larutan uji yang

diinokulasikan dalam sumuran , yaitu 20 µl, dan tempat tumbuh

binahong di daerah Yogyakarta. Daun binahong yang diambil adalah

daun binahong ketika tanaman menjelang berbunga.

d. Variabel tak terkendali. Antara lain suhu pengeringan daun binahong di

bawah matahari dengan ditutup kain hitam dan umur tanaman binahong.

2. Definisi operasional

a. Potensi antibakteri. Kemampuan ekstrak etanol daun binahong yang

dapat membunuh atau menghambat bakteri S. aureus ATCC 25923 dan

E. coli ATCC 25922 yang dapat dilihat dari zona jernih yang

menggambarkan zona hambat pertumbuhan bakteri, dibandingkan

dengan DMSO 1% sebagai pelarut.

b. Ekstrak etanol daun binahong. Ekstrak yang dibuat dengan cara maserasi

rajangan daun binahong yang sudah dikering anginkan dibawah sinar

matahari dengan ditutup kain hitam. Maserasi menggunakan etanol

dilakukan selama 2 minggu untuk meyakinkan bahwa semua komponen

aktif daun binahong terekstraksi ke dalam etanol. Selanjutnya etanol

diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator, sampai didapatkan

ekstrak etanol daun binahong yang masih cair, lalu dipekatkan dengan

menggunakan waterbath pada suhu 60°C sampai diperoleh ekstrak yang

pekat seperti gulali.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

c. Jumlah koloni Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Jumlah dari

sekumpulan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli yang

dibuat suspensi dengan kekeruhan setara 2 McFarland.

d. Media pengeraman. Media yang dipakai untuk menumbuhkan

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Media yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Mueller-Hinton (MH) agar.

e. Diameter zona bening 10-20 mm atau lebih. Berarti mempunyai daya

hambat yang sangat kuat.

f. Diameter zona bening 5 mm-10 mm. Berarti mempunyai daya hambat

sedang.

g. Diameter zona bening < 5 mm. Berarti mempunyai daya hambat lemah.

h. Sterilisasi alat dan bahan. Suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau

bahan-bahan dari segala macam kehidupan, terutama kehidupan

mikroorganisme.

C. Bahan Penelitian

1. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun binahong

(Anredera cordifolia) yang diperoleh dari rumah warga Perumahan Candi Indah

Ngemplak Sleman, Etanol 70% yang diperoleh dari toko Alfakimia untuk

maserasi, Akuades steril yang diperoleh dari toko Alfakimia, DMSO sebagai

kontrol negative yang diperoleh dari Laboratorium Biologi UGM, Timol sebagai

kontrol positif yang diperoleh dari Laboratorium Biologi UGM, S. aureus ATCC

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

25923 dan E. coli ATCC 25922 diperoleh dari koleksi Balai Kesehatan

Yogyakarta, Mueller-Hinton (MH) Broth yang digunakan adalah MH Broth kode

CM 0405 (OXOID), Nutrient Broth nomor 2 dengan kode CM 0067 (OXOID),

Agar (MERCK), fase diam atau lempeng KLT silika Gel GF 254 dan selulosa, fase

gerak, yaitu toluene (MERCK) - etil asetat (MERCK) (93:7), etil asetat

(MERCK) - etanol (MERCK) - air (70:20:10), toluene (MERCK) - etil asetat

(MERCK) - metanol (MERCK) (70:20:10), n-butanol (MERCK) - asam asetat

(MERCK) - air (4:1:5) , etil asetat (MERCK) – methanol (MERCK) - air

(100:13,5:10), rutin, ekstrak Daun Kecubung, eugenol, asam tanat, Glycyrrhiza

Radix, deteksi uap amoniak, Dragendroff LP, larutan besi (III) klorida, larutan

meyer, hidroklorida 1%, natrium hidroksida.

2. Alat atau instrument penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Erlenmeyer

(Pyrex) untuk pembuatan media dan larutan ekstrak daun binahong, pisau steril

untuk memotong daun binahong, alas tempat mongering-anginkan daun binahong,

kain hitam, blender (Philips) untuk membuat serbuk dari daun binahong yang

sudah dikeringkan, wadah berwarna gelap tertutup untuk tempat maserasi,

waterbath, corong (Pyrex), kertas saring, rotary evaporator, oven, cawan petri

(Pyrex) untuk tempat media agar, kompor untuk membuat media agar, tabung

reaksi (Pyrex) untuk tempat media, inkubator (Birder) untuk suasana pertumbuhan

optimal bakteri, ose/sengkelit untuk mengambil koloni bakteri, autoclave (Tomy

SX-500) untuk sterilisasi alat-alat dan media, Bunsen untuk flamber bahan dan

sterilkan ose, neraca analitik (Denver), jangka sorong, bejana pengembangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

KLT/chamber, lampu UV dengan panjang gelombang 365 nm, dan 254 nm,

mikropipet 5 µL (Gilson 0503356), alat semprot pereaksi, nephelometer (Phonix)

untuk mengukur kekeruhan suspensi bakteri, class II biological safety cabinet

(ESCO).

D. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi tanaman binahong

Determinasi daun binahong dilakukan dengan menggunakan pustaka acuan

C.A. Backer (1986). Determinasi dilakukan di Laboratorium Kebun Tanaman

Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Untuk mempermudah

determinasi, digunakan bagian dari tanaman binahong seperti batang, bunga, daun

dan umbi.

2. Pengumpulan daun binahong

Daun Binahong diperoleh dari rumah masyarakat Perumahan Candi Indah,

Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Daun yang diambil adalah daun dari tanaman

binahong yang menjelang berbunga. Daun diambil pada sore hari setelah proses

fotosintesis berlangsung.

3. Pembuatan Serbuk

Pembuatan serbuk dilakukan dengan menggunakan blender. Kemudian

serbuk diayak dengan menggunakan pengayak nomor 40 mesh sehingga diperoleh

serbuk dengan derajat halus yang homogen.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

4. Penetapan kadar air pada serbuk kering daun binahong

Sebanyak ± 5 g serbuk kering daun binahong yang sudah diayak dimasukkan

ke dalam alat moisture balance lalu diratakan. Bobot serbuk kering daun binahong

ditimbang sebelum pemanasan (bobot A) dan sesudah pemanasan (bobot B).

Serbuk kering daun binahong dipanaskan pada suhu 105oC selama 15 menit.

Kemudian dilakukan perhitungan terhadap selisih bobot A dan bobot B yang

merupakan kadar air serbuk daun binahong (Depkes RI,2000).

5. Pembuatan ekstrak etanol dengan metode maserasi

Sebanyak 300 g serbuk daun binahong dibagi ke dalam 3 erlemeyer terpisah,

kemudian masing-masing erlemeyer direndam dengan 500 ml etanol selama 5 hari

(serbuk : cairan penyari = 1:5) dan tiap 8 jam di gojok secara perlahan-lahan.

Lima hari kemudian dilakukan remaserasi. Setelah itu hasil maserasi dan hasil

remaserasi digabungkan kemudian diuapkan dengan menggunakan rotary

evaporator. Untuk menghilangkan seluruh pelarut yang masih terdapat di dalam

ekstrak, hasil penguapan dari rotary evaporator diuapkan kembali di atas

waterbath. Hasil penyarian ditempatkan dalam cawan porselin yang telah ditara

sebelumnya.

6. Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia meliputi uji tabung dan uji KLT.

a. Pembuatan larutan uji tabung 0,1%. Sebanyak 0,1 g ekstrak daun binahong

dilarutkan kedalam 10 ml aquadest kemudian dipanaskan diatas waterbath

dengan suhu 60°C.

b. Uji polifenol dan tanin. Sebanyak 3 ml larutan uji daun binahong dibagi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

kedalam 3 tabung reaksi (A,B,C). tabung A digunakan sebagai blangko,

tabung B direaksikan dengan 3 tetes Besi (III) Klorida 10%, warna biru tua

atau hitam kehijauan menunjukkan adanya tanin dan polifenol, tabung C

direaksikan dengan penambahan gelatin 1%. Apabila terbentuk endapan pada

tabung C maka larutan ekstrak positif mengandung tanin (Robinson,1991).

Pembanding pada uji tabung senyawa polifenol digunakan Timol dan

pembanding pada uji tanin digunakan tanin dengan perlakuan yang sama

dengan senyawa uji (ekstrak etanol daun binahong) (Mariana, 2005).

c. Uji saponin. Sebanyak 10 ml larutan uji binahong dimasukkan kedalam

tabung reaksi kemudian ditutup dan dikocok vertikal kuat-kuat selama 10

detik. Tabung reaksi dibiarkan dalam kondisi tegak selama 30 menit. Setelah

itu diteteskan HCl 2N, busa tidak hilang (Depkes RI, 1995). Pembanding

yang digunakan pada uji tabung saponin adalah kulit buah lerak yang

ditambah dengan air dan dimasukkan dalam tabung reaksi lalu digojog secara

vertikal selama 10 detik (Depkes RI, 1995).

d. Uji alkaloida. Sebanyak 2 ml larutan uji binahong diuapkan diatas cawan

porselin hingga diperoleh residu. Residu dilarutkan dengan 5 ml HCl 2N dan

dibagi kedalam 3 tabung (A,B,C). Tabung A digunakan sebagai Blangko,

tabung B ditambahkan pereaksi Dragendroff sebanyak 3 tetes, dan tabung C

ditambahkan pereaksi Meyer sebanyak 3 tetes. Hasil pada uji alkaloid, yaitu

terbentuk endapan kuning jingga pada tabung kedua dan endapan kuning

pada tabung ketiga menunjukkan adanya alkaloid (Farnsworth,1996).

Pembanding yang digunakan pada uji tabung senyawa alkaloid adalah ekstrak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

etanol daun kecubung 10 % (Farnsworth, 1996).

e. Uji flavonoid. Sebanyak 1 ml larutan uji binahong diuapkan hingga kering

dan residu yang diperoleh dilarutkan dalam etanol panas 50%, setelah itu

ditambahkan logam Mg dan HCl pekat sebanyak 4-5 tetes. Larutan ekstrak

berubah warna menjadi merah atau jingga menunjukkan adanya flavonoid

(Farnsworth,1996). Pembanding yang digunakan pada uji tabung senyawa

flavonoid adalah rutin dengan perlakuakn yang sama dengan senyawa uji

(ekstrak etanol daun binahong) (Farnsworth, 1996)

7. Uji kualitatif secara Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Etanol Daun

Binahong.

a. Pembuatan Larutan Uji untuk KLT dari Ekstrak Etanol Daun Binahong.

Ekstrak etanol daun binahong yang digunakan untuk uji KLT adalah ekstrak

etanol dengan konsentrasi 10%. Pembuatannya dilakukan dengan cara ekstrak

etanol daun binahong ditimbang sebanyak 0.5 g kemudian dilarutkan dengan

5 mL etanol p.a 70%.

b. Pembuatan larutan asam tanat 1% untuk pembanding tanin. Sebanyak 0,5g

serbuk asam tanat dilarutkan dalam 0,5 ml etanol p.a, sehingga diperoleh

asam tanat dengan konsentrasi 1%.

c. Pembuatan larutan ekstrak daun kecubung 10% untuk pembanding alkaloid.

Sebanyak 0,5 g ekstrak etanol daun kecubung dilarutkan dalam 5 ml etanol

p.a, sehingga diperoleh konsentrasi ekstrak etanol daun kecubung 10%.

d. Pembuatan fase diam. Fase diam yang digunakan dalam uji KLT untuk

senyawa tanin dan alkaloid adalah silika GF254. Silika gel GF254 dibuat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

dengan cara menimbang 1.5 g silika gel GF untuk setiap pembuatan lempeng.

Kemudian dilarutkan dengan 3 mL aquadest untuk setiap gramnya.

e. Penjenuhan fase gerak di dalam bejana. Bejana kromatografi yang akan

digunakan, dilapisi dengan kertas saring yang telah dipotong dengan ukuran

yang sesuai di bagian dalamnya. Fase gerak yang digunakan dimasukkan ke

dalam bejana. Kemudian bejana ditutup rapat dan dibiarkan hingga seluruh isi

bejana jenuh dengan uap fase gerak yang ditandai dengan seluruh permukaan

kertas saring pada dinding bagian dalam bejana telah terbasahi oleh fase

gerak.

f. Uji KLT senyawa fenolik. Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF254

dan fase gerak yang digunakan adalah toluene - etil asetat - metanol dengan

perbandingan 70:20:10 v/v. Sebagai standar pembanding digunakan eugenol

sebanyak 1 ml dan dilarutkan dalam 1 ml etanol 70%. Eugenol yang

digunakan sebagai senyawa pembanding adalah eugenol cair yang ada di

Laboratorium Farmakognosi Fitokimia. Sampel dan pembanding ditotolkan

bersama-sama pada lempeng KLT, kemudian dielusi pada batas tertentu

sepanjang 10 cm dan diangin-anginkan agar kering. Setelah itu dideteksi

dibawah sinar UV 254 nm dan pereaksi semprot besi (III) klorida.

g. Uji KLT tanin. Uji KLT tanin menggunakan fase diam silika gel GF254 dan

fase gerak etil asetat - methanol - air (100:13.5:10 v/v). Sebagai pembanding

digunakan asam tanat 1%. Sampel dan pembanding ditotolkan bersama-sama

pada lempeng KLT, kemudian dielusi pada batas tertentu sepanjang 10 cm

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

dan diangin-anginkan agar kering. Setelah itu dideteksi dibawah sinar UV

254 nm, UV 365 nm, dan pereaksi semprot besi (III) klorida.

h. Uji KLT alkaloid. Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254 dan

fase gerak yang digunakan adalah etil asetat - methanol - air (70:20:10).

Sebagai pembanding digunakan daun kecubung. Sampel dan pembanding

ditotolkan bersama-sama pada lempeng KLT, kemudian dielusi pada batas

tertentu (10) cm. setelah itu di deteksi dibawah sinar UV 254 nm dan UV

365 nm, kemudian dideteksi dengan pereaksi semprot Dragendroff.

8. Uji potensi antibakteri ekstrak etanol daun binahong terhadap S. aureus

dan E. coli.

a. Penyiapan stok bakteri uji. dua ose diambil dari kultur bakteri stok

menggunakan jarum ose steril dan dilakukan inokulasi pada 5 ml nutrian

Agar miring dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37ºC di inkubator.

b. Pembuatan suspensi Bakteri uji. Pembuatan suspensi bakteri dilakukan

dengan mengambil 1-2 ose bakteri dari stok yang telah dibuat sebelumnya,

diinokulasikan pada 3 ml media nutrient Broth. Suspensi tersebut diinkubasi

selama 24 jam pada suhu 37ºC. Kemudian divortex, dan disetarakan

kekeruhannya dengan larutan standard Mc. Farland II (6×108 CFU/ml)

menggunakan Nutrien Broth.

c. Pembuatan variasi konsentrasi larutan uji. Larutan uji yang digunakan untuk

uji potensi antibakteri, merupakan ekstrak etanol yang dibuat dalam berbagai

konsentrasi , yaitu 39,06%, 15,624%, 6,249%, dan 2,499%. Ekstrak etanol

dengan konsentrasi 76,29% merupakan stok larutan uji. Stok larutan uji

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

dibuat dengan cara menimbang 19,07 g ekstrak kental (hasil penyarian) yang

kemudian dilarutkan ke dalam 25 ml DMSO 1%. Larutan itu merupakan stok

larutan uji. Dari stok larutan uji tersebut, dapat dibuat variasi konsentrasi

larutan uji sebagai berikut:

Tabel I. Pembuatan variasi konsentrasi uji

Konsentrasi larutan

uji

(%)

Volume yang

diambil dari stok

larutan uji

(ml)

Di add dengan

pelarut sampai

(ml)

39,06 5,119 10

15,624 2,048 10

6,249 0,819 10

2,499 0,328 10

d. Penyiapan kontrol positif (timol 0,2%). Sebanyak 2 gram timol dilarutkan

dalam 10 ml etanol P.a.

e. Pembiakan suspensi bakteri uji secara Pour Plate. Agar 1 % digunakan

sebagai baseline dituang ke dalam cawan petri, di biarkan memadat lalu

kemudian media MHA sebanyak 20 ml dicampur dengan 1 ml suspensi

bakteri lalu dituang ke dalam cawan petri, dan didiamkan sampai memadat.

f. Metode difusi sumuran. Setelah pembiakan secara pour plate, media di

lubangi sesuai jumlah senyawa uji yang digunakan, lalu lubang tersebut di isi

dengan senyawa uji, , yaitu timol 0,2 % sebagai kontrol positif, DMSO 1 %

sebagai kontrol negatif, ekstrak etanol daun binahong binahong dengan

konsentrasi 39,06%, 15,624%, 6,249%, dan 2,499%. Petri-petri tersebut

diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37ºC kemudian diamati ada tidaknya

zona hambat di sekitar sumuran. Zona hambat yang terbentuk diukur dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

jangka sorong. Pada uji potensi antibakteri ini dilaukan replikasi sebanyak 3

kali.

g. Metode dilusi cair. Pada uji aktivitas antibakteri dengan menggunakan

metode difusi, didapatkan konsentrasi terkecil dari ekstrak daun binahong

yang memiliki aktivitas antibakteri. Dari konsentrasi terkecil tersebut, dibuat

rentang konsentrasi yang lebih rendah sebanyak 9 variasi konsentrasi untuk

mengetahui KHM dari masing-masing ekstrak. Pengujian dimulai dengan

membuat suspensi bakteri yang disetarakan kekeruhannya dengan standard

Mc. Farland II (6×108 CFU/ml). Dari suspensi tersebut, diambil 1 ml,

ditambah dengan larutan uji sebanyak 1 ml dengan kadar tertentu dan

dicampur rata dengan 4 ml MHB. Setelah itu dituang dalam tabung kecil dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37ºC. diukur kekeruhannya dengan

menggunakan alat nephlometer.

E. Tata Cara Analisis Hasil

Data zona hambat bakteri diuji dengan Kolmogorov-Smirnov untuk

mengetahui distribusi data tiap kelompok konsentrasi ekstrak daun binahong.

Apabila distribusi datanya normal maka dilanjutkan dengan analisis variansi pola

searah (one way ANOVA) dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui

perbedaan masing-masing kelompok data tidak berpasangan pada kelompok lebih

dari dua. Kemudian dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk melihat kebermaknaan

perbedaan antar kelompok konsentrasi ekstrak daun binahong. Perbedaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

bermakna (signifikan) dinyatakan dengan p < 0,05 dan perbedaan tidak bermakna

(tidak signifikan) dinyatakan dengan p > 0,05.

Apabila distribusi datanya tidak normal dilakukan analisis dengan Kruskal

Wallis untuk mengetahui perbedaan konsentrasi ekstrak etanol daun binahong

antar kelompok dan kebermaknaan perbedaan antar kelompok dianalisis dengan

menggunakan uji Mann-Whitney. Data zona hambat yang diperoleh pada

kelompok konsentrasi ekstrak etanol berpasangan dianalisis dengan

menggunakan uji T berpasangan. Perbedaan bermakna (signifikan) dinyatakan

dengan nilai p<0,05 dan tidak bermakna (tidak signifikan) dinyatakan dengan

nilai p>0,05.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui dosis minimum

ekstrak etanol daun binahong yang dapat menghambat dan membunuh bakteri

Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922. Selain

itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia yang terdapat

dalam ekstrak etanol daun binahong.

A. Penyiapan Bahan

1. Hasil determinasi tanaman

Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Kebun Tanaman Obat

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma. Determinasi dilakukan dengan

menggunakan acuan C. A. Backer (1986). Determinasi tanaman bertujuan untuk

memastikan bahwa tanaman yang digunakan adalah tanaman binahong. Hasil

determinasi menunjukkan bahwa daun binahong yang digunakan dalam penelitian

ini memiliki nama ilmiah Anredera cordifolia (Tenore) Steenis. (Lampiran1).

2. Hasil pengumpulan dan pembuatan serbuk

Daun binahong yang digunakan diperoleh dari rumah masyarakat di belakang

perumahan Candi Indah, Ngemplak, Sleman. Daun yang diambil adalah daun saat

tumbuhan binahong menjelang berbunga karena diharapkan kandungan senyawa

yang terkandung berada dalam jumlah yang optimum. Waktu pengambilan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

dilakukan pada sore hari, dengan asumsi bahwa pada sore hari setelah melakukan

fotosintesis, tanaman menghasilkan metabolit sekunder dalam jumlah yang

optimum, sehingga didapatkan hasil kandungan kimia yang maksimal. Setelah

dipanen, dilakukan sortasi basah atau dengan kata lain dilakukan pemisahan dan

pembuangan bahan-bahan asing atau tumbuhan atau bagian

tumbuhan lain yang masih tercampur. Tujuan sortasi basah adalah agar bahan

baku simplisia bersih dan tidak tercampur dengan tanah, kerikil, atau pengotor

lainnya, misalnya serangga atau bagian tumbuhan lain.

Setelah dilakukan sortasi basah, daun binahong di cuci dengan sabun sunlight

lalu dibilas dengan menggunakan air PAM yang mengalir dengan tujuan agar

bahan baku simplisa yang diperolah bersih dari pengotor seperti debu atau tanah

yang masih menempel di daun. Setelah itu dilakukan penirisan agar kelebihan air

cucian keluar.

Perajangan daun binahong dilakukan agar pengeringan berlangsung lebih

cepat. Perajangan dilakukan dengan pisau yang terbuat dari bahan stainless steel.

Karena bila memakai pisau yang terbuat dari besi dan aluminium, senyawa

flavonoid yang terkandung di daun binahong akan rusak.

Pengeringan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan simplisia daun

binahong yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam kurun waktu

yang lebih lama. Pengeringan bahan (daun binahong) dilakukan untuk

mengurangi kadar air dari bahan (daun binahong), dimana air merupakan media

yang baik untuk pertumbuhan mikroba, dengan demikian pengeringan dapat

mencegah terjadinya pembusukan. Selain itu, juga dapat menghentikan reaksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

enzimatik yang dapat mempengaruhi terurainya kandungan kimia pada daun

binahong.

Tanda daun binahong sudah kering, yaitu mudah meremah apabila diremas

dengan tangan. Menurut persyaratan obat tradisional pengeringan dilakukan

sampai kadar air kurang dari 10% (Depkes RI, 1995).

Pengeringan dilakukan dibawah sinar matahari langsung dengan ditutup kain

hitam untuk menghindari terurainya kandungan kimia karena terkena sinar

matahari langsung, menghindari debu dan jika sudah kering tidak terbawa oleh

angin.

Penyerbukan dilakukan dengan menggunkaan blender. Penyerbukan ini

bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel bahan dan meningkatkan luas

permukaan bahan. Bila luas permukaan bahan meningkat, maka kontak antara

cairan penyari dengan bahan semakin besar, sehingga serbuk akan semakin mudah

terbasahi oleh penyari, dengan demikian diharapkan penyarian akan lebih efektif

dan mempermudah penarikan senyawa dari serbuk oleh penyari.

Serbuk daun binahong yang diperoleh kemudian diayak menggunakan

pengayak nomor 40 mesh agar serbuk memiliki derajat kehalusan yang sama

sesuai. Menurut Depkes RI (1986) simplisia daun yang akan diserbuk baiknya

dilakukan pengayakan dengan menggunakan pengayak nomor 40 mesh.

3. Penetapan kadar air serbuk daun binahong

Tujuan dilakukannya penetapan kadar air dalam penelitian ini adalah

mengetahui kandungan air yang terdapat dalam serbuk daun binahong, sehingga

dapat diketahui apakah serbuk memenuhi persyaratan yang baik atau tidak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

Persyaratan yang ditetapkan adalah serbuk memiliki kadar air kurang dari 10%

(Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995). Penetapan kadar

air serbuk dalam penelitian ini menggunakan metode susut pengeringan

(Gravimetri). Serbuk daun binahong dipanaskan menggunakan alat moisture

balance pada suhu 105oC selama 15 menit dengan asumsi bahwa air telah

menguap semua. Tujuan digunakan suhu 105oC agar kandungan air menguap

(diatas titik didih air). Setelah serbuk dipanaskan, dilakukan perhitungan terhadap

kadar air yang diteliti. Pada penelitian ini dilakukan sebanyak tiga replikasi dan

diperoleh rata-rata kadar air dalam serbuk daun binahong sebesar 7,4%. Hal ini

menunjukkan bahwa serbuk daun binahong yang digunakan dalam penelitian ini

telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Pengujian kadar air dalam serbuk

dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme akibat tingginya

kandungan air dalam serbuk.

4. Pembuatan ekstrak etanol dengan metode maserasi

Serbuk daun binahong diekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol 70%.

Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan metode maserasi, yaitu dengan

cara merendam sejumlah serbuk dengan sejumlah cairan penyari yang sudah

ditentukan. Mekanisme metode maserasi, yaitu cairan penyari akan menembus

dinding sel dan akan masuk kedalam rongga sel yang mengandung sejumlah zat

aktif. Zat aktif tersebut akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara

larutan pada zat aktif yang ada didalam sel dengan yang ada diluar sel, sehingga

larutan yang terpekat akan didesak keluar. Peristiwa tersebut akan terjadi secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

berulang-ulang sehingga akan terjadi keseimbangan konsentrasi antara di luar sel

dan didalam sel (Depkes RI,1986).

Menurut Depkes RI (1986), maserasi pada umumnya dilakukan dengan cara

10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam

bejana, kemudian dituangi dengan 50 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan

selama 5 hari, sambil diaduk tiap 8 jam sekali.

Dalam penelitian ini, serbuk yang digunakan sebanyak 300 g dibagi kedalam

3 erlenmeyer (tiap Erlenmeyer berisi 100 g serbuk), kemudian direndam dengan

500 ml etanol 70% pada tiap Erlenmeyer. Perbandingan serbuk dan cairan penyari

10:50. Pengadukan dilakukan dengan cara manual , yaitu menggunakan sendok

tiap 8 jam sekali selama 5 hari. Setelah 5 hari, cairan penyari diganti yang baru

dengan volume yang sama dan diperlakukan sama dengan yang sebelumnya, yaitu

didiamkan selama 5 hari dan diaduk tiap 8 jam (remaserasi).

Metode maserasi dipilih karena selain cara pengerjaan dan peralatan yang

digunakan sederhana dan mudah didapatkan, metode ini juga dapat dimodifikasi.

Sebagai contoh pada metode maserasi dapat dilakukan pengadukan dengan mesin

pengaduk (maserasi mekanik) bila peneliti hanya memiliki waktu yang singkat

dalam melakukan penelitian. Proses pengadukan tersebut akan meningkatkan

kelarutan senyawa yang terdapat dalam serbuk, sehingga dimungkinkan senyawa

yang tersari akan lebih cepat dari maserasi manual dan jumlah senyawa yang

tersari akan sama dengan maserasi manual. Selain modifikasi pengadukan,

modifikasi lain yang dapat dilakukan adalah remaserasi dimana dilakukan

pergantian penyari setelah dilakukan penyarian pada maserat sebelumnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

Keuntungan lain maserasi secara metodologis yaitu keterulangan proses lebih

terjamin. Hal ini dikarenakan perbandingan jumlah pelarut dengan jumlah serbuk

dan lama waktu penyarian proses maserasi dapat ditentukan.

Setelah itu hasil maserasi (maserat) disaring dan kemudian diuapkan dengan

menggunakan rotary evaporator. Supaya di dapatkan ekstrak yang lebih pekat,

maka maserat diuapkan lagi di atas waterbath pada suhu 60ºC, kemudian

disimpan dalam oven pada suhu 40ºC. Penguapan ini bertujuan untuk menguapkan

cairan penyari, sehingga didapatkan ekstrak kental. Proses penguapan ini

dilakukan bertahap di rotary evaporator kemudian dilanjutkan di atas waterbath.

Hal ini dikarenakan akan sangat menyulitkan untuk mengeluarkan ekstrak kental

dari dalam labu alas bulat yang digunakan untuk melakukan proses penguapan

pelarut dengan rotary evaporator sehingga sebelum ekstrak benar-benar kental,

ekstrak harus dipindahkan kedalam cawan porselin yang sudah ditara dan

kemudian ekstrak diuapkan diatas waterbath. Cawan porselin harus ditara terlebih

dahulu untuk memudahkan perhitungan ekstrak yang diperoleh. Ekstrak kental

yang diperoleh, yaitu sebanyak 26,21 g.

Kelebihan dari sediaan ekstrak kental yaitu lebih tahan lama dibanding

dengan ekstrak cair. Daun binahong mengandung lendir sehingga ekstrak yang

diperoleh tidak bisa benar-benar kering, jadi hasil yang diperoleh adalah berupa

ekstrak kental.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

Berikut adalah hasil pengujian Ekstrak etanol 70% Daun Binahong :

Tabel II. Hasil pengujian ekstrak etanol daun binahong

Jenis pengujian Hasil pengujian

Warna Hijau kehitaman

Bau Menyengat

Rendemen 8,75%

Kadar air 1,90%

Tujuan pengujian ekstrak etanol daun binahong adalah untuk mengetahui

apakah ekstrak memenuhi persyratan ekstrak yang baik atau tidak. Menurut

Farmakope Herbal (2008) ekstrak yang baik memiliki kadar air < 14%. Pada

penelitian ini didapatkan kadar air ekstrak sebesar 1,90%. Hal ini menunjukkan

bahwa ekstrak daun binahong yang digunakan dalam penelitian ini telah

memenuhi persyaratan ekstrak yang baik. Penetapan rendemen ekstrak bertujuan

untuk mengukur efektivitas jenis pelarut untuk mengekstrak komponen senyawa

kimia yang terkandung dalam daun binahong. Semakin besar rendemen yang

diperoleh semakin efektif pelarut yang digunakan ketika melakukan ekstraksi.

Pada penelitian ini rendemen yang didapat, yaitu 8,75%.

B. Skrining Fitokimia

Tujuan utama skrining fitokimia adalah mensurvei tumbuhan agar

mendapatkan kandungan bioaktif atau kandungan yang berguna untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

pengobatan. Dalam penelitian ini, skrining perlu dilakukan untuk mengetahui ada

tidaknya senyawa yang berpotensi sebagai antibakteri, contohnya adalah senyawa

alkaloid, polifenol, flavonoid, tanin, dan lain-lain. Analisis kualitatif untuk

mengetahui golongan senyawa dalam tumbuhan tersebut dapat dilakukan dalam

dua tahap, yaitu uji tabung dan uji kualitatif secara KLT.

1. Uji tabung

Tujuan utama uji tabung yaitu untuk mengetahui kandungan kimia daun

binahong yang kemudian dipertegas dengan melakukan uji KLT. Uji tabung yang

dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji alkaloida, uji polifenol, uji tanin, uji

flavoida, dan uji saponin.

Berikut adalah hasil pengamatan uji tabung terhadap larutan uji ekstrak daun

binahong :

Tabel III. Hasil uji tabung ekstrak etanol daun binahong

No Pengujian Pengamatan Hasil

1. Uji alkoloida

Filtrat A1 + dragendroff

Filtrat A2 + mayer

Terbentuk endapan coklat

Terbentuk endapan putih

+

+

2. Uji Polifenol

Filtrat + FeCl3

Larutan berwarna hijau biru

+

3. Uji Flavonoid

Filrat + logam Mg

Filrat +logam Mg+ HCl pekat

Intensitas warna kuning-hijau

Warna kuning semakin pekat

-

-

4. Uji Tanin

Filtrat + NaCl 2% + gelatin 1%

Tidak terdapat endapan

+

5. Uji Saponin

Pembentukan buih

Terbentuk buih 30 menit

+

Keterangan : (+) = mengandung senyawa yang dimaksud ; (-) = tidak

mengandung senyawa yang dimaksud.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

a. Uji alkaloida. Pada uji alkaloida dilakukan penambahan asan klorida (HCl)

dimaksudkan untuk meningkatkan kelarutan alkaloid, karena alkaloid akan

bereaksi dengan asam kuat membentuk garam yang mudah larut air.

Selanjutnya dilakukan penambahan pereaksi Dragendroff pada filtrat A1

terjadi endapan coklat karena terbentuknya senyawa adhisi yang tidak larut,

sementara pada filtrat A2 dilakukan penambahan Mayer dan terbentuk

endapan putih hal tersebut juga dikarenakan ada senyawa adhisi yang tidak

larut. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh endapan

yang berarti di dalam sampel dimungkinkan terdapat alkaloid.

b. Uji flavonoid. Pada uji flavonoid, larutan uji daun binahong diuapkan sampai

kering lalu residu yang diperoleh dilarutkan dalam metanol panas 50% yang

selanjutnya ditambahkan logam Mg. Logam magnesium digunakan sebagai

pereduksi dimana reduksi tersebut dilakukan dalam suasana asam dengan

penambahahan HCl pekat. Reduksi antara logam magnesium dengan HCl

pekat akan menghasilkan warna kuning kemerahan atau jingga. Hal tersebut

menunjukkan bahwa tanaman tersebut mengandung senyawa flavonoid.

Berikut adalah reaksi persamaan rekasi antara ion magnesium dan gugus OH

fenolik pada senyawa falvonoid :

(Dayanti dan Suyatno, 2012).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

Dalam penelitian ini setelah penambahan HCl pekat, larutan tidak berubah

warna menjadi merah maupun jingga sehingga kemungkinan tidak ada

flavonoid yang terkandung didalam daun binahong.

c. Uji Polifenol. Penambahan pereaksi besi (III) klorida, mengindikasikan

adanya gugus fenol. Reaksi senyawa polifenol dengan FeCl3 akan membentuk

kompleks warna. Perubahan warna hijau-biru menunjukkan adanya polifenol.

Reaksinya adalah sebagai berikut :

Gambar 3. Reaksi antara senyawa fenolik dengan FeCl3 (Herlinawati,2003)

Pada penelitian ini terjadi warna hijau kebiru-biruan. Jadi kemungkinan

terdapat senyawa polifenol dalam ekstrak etanol daun binahong.

d. Uji Tanin. Penambahan gelatin dilakukan untuk mempercepat pengendapan

tanin yang larut dalam air. Gelatin merupakan senyawa yang

bisa menyerap air, sehingga air akan tertarik oleh gelatin, selain itu gelatin

mengandung protein dimana tanin dapat mengendapkan protein dan NaCl

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

akan bereaksi semakin cepat dengan tanin untuk membentuk endapan garam

Na asam. Reaksinya adalah sebagai berikut :

Gambar 4. Reaksi antara NaCl dengan senyawa fenolik (Herlinawati,2003)

Hasil penelitian dari serbuk daun binahong menunjukkan hasil positif , yaitu

terjadi endapan.

e. Uji saponin. Pada uji saponin, terbentuk buih setelah ditambah dengan air dan

digojok kuat selama 30 detik setinggi 1,5 cm. Buih yang terbentuk ini akan

tahan dalam jangka waktu relatif lama. Hal ini dibuktikan dengan buih akan

tetap ada setelah dibiarkan selama 30 menit. Buih yang terbentuk disebabkan

karena terbentuknya sabun pada saat penggojogan dengan aquadest. Saponin

merupakan suatu senyawa yang mempunyai gugus hidrofob dan gugus

hidrofil. Gugus hidrofil dan gugus hidrofob ini akan membentuk misel. Pada

saat misel terbentuk maka gugus hidrofob akan menghadap keluar dan gugus

hidrofil menghadap ke dalam dan keadaan inilah yang tampak seperti busa.

Sifat ini menyerupai surfaktan/sabun yang dapat menurunkan tegangan

permukaan antara udara/gas dengan air yang berupa emulsi gas dalam air

(buih).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

Berikut adalah mekanisme reaksi hidrolisis saponin dalam air sehingga

dapat membentuk buih :

Gambar 5. Reaksi hidrolisis saponin dalam air (Santos et al., 1978)

2. Uji kromatografi lapis tipis

Secara umum tujuan uji KLT adalah untuk mempertegas hasil yang

didapatkan pada uji tabung diatas. Prinsip kerja kromatografi lapis tipis adalah

senyawa yang akan dipisahkan oleh fase gerak akan dilewatkan pada media tetap

(fase diam), sehingga molekul-molekul yang terdapat pada senyawa tersebut akan

memiliki interaksi yang berbeda-beda dengan fase diamnya. Molekul dengan

interaksi yang lebih kuat dengan fase diam, akan lewat lebih lama dan memiliki

nilai Rf yang lebih kecil dibandingkan dengan molekul yang interaksinya lemah.

Analisis dengan KLT mempunyai beberapa keuntungan, yaitu penanganannya

sederhana, selain itu sampel dan pelarut yang digunakan juga sedikit.

a. Uji KLT alkaloid. Fase diam yang digunakan pada pengujian alkaloid adalah

silika gel GF254. Silika gel merupakan adsorben yang paling banyak

digunakan dalam pengujian Kromatografi Lapis Tipis (KLT), silika gel yang

digunakan pada penelitian ini dicampur perekat CaSO4 dan indikator

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

floresensi. Fase gerak yang digunakan dalam pengujian alkaloid ini adalah

etil asetat : methanol : air (70:20:10). Pembanding alkaloid pada penelitian ini

adalah daun kebucung (Datura metel). Daun kecubung mengandung alkaloida

hiosamin (atropine) dan skopolamin (Sastrapradja,1978). Menurut Titis dkk

(2013) isolat alkaloid ekstrak etanol daun binahong mengandung senyawa

betanidin dan sklopolamin yang terdapat juga pada daun kecubung. Sampel

dan pembanding ditotolkan bersama-sama pada lempeng KLT sebanyak 3

kali secara bertahap. Kemudian lempeng KLT dielusikan pada batas tertentu

(10 cm). setelah itu, lempeng KLT akan dideteksi dibawah sinar UV 254 nm,

UV 366 nm, dan dideteksi dengan pereaksi semprot Dragendorf.

Berikut adalah nilai Rf dan warna bercak pada uji KLT alkaloid :

Tabel IV. Hasil uji alkaloid ekstrak etanol daun binahong

dengan metode KLT

Bercak No

Deteksi

UV 254 UV 366 Uap Amoniak

Rf Warna Rf Warna Rf Warna

Sampel 1 0,59 Kuning

kecoklatan 0,59

Hijau-

Kehitaman 0,59

Coklat

kehitaman

2 0,7 Kuning

kecoklatan 0,7 - 0,7

Coklat

kehitaman

Daun

kecubung

0,5%

1 0,39 Kuning

kecoklatan - - - -

2 0,4 Kuning

kecoklatan - - - -

3 0,49 Kuning

kecoklatan - - - -

4 0,58 Kuning

kecoklatan 0,58 Ungu 0,58

Coklat

kehitaman

5 0,68 0,68 Ungu - -

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Data pada tabel IV memperlihatkan sampel yang diuji mengandung

alkaloid. Hal ini dapat dilihat dari nilai Rf dan warna bercak yang mirip antara

ekstrak etanol daun binahong pada no. 1 dan 2 dengan ekstrak daun kecubung

pada no. 4 dan 5. Ketika dilakukan penyemprotan dengan pereaksi Dragendrof

akan tampak warna orange kehitaman. Berikut adalah mekanisme reaksi antara

pereaksi Dragendroff dengan alkaloid sehingga menimbulkan warna orange

kehitaman :

Gambar 6. Reaksi antara alkaloid dengan pereaksi Dragendroff

(Sumaryanto,2009)

b. Uji tanin. Uji KLT tanin menggunakan fase diam silika gel GF254 dan fase

gerak etil asetat : methanol : air (100 :13,5:10). Sampel dan pembanding yang

berupa asam tanat 1% ditotolkan pada lempeng KLT kemudian dielusi pada

batas tertentu (10cm). setelah itu dideteksi dengan UV 254 nm, UV 366 nm,

dan peraksi FeCl3.

Berikut adalah nilai untuk Rf dan warna bercak pada uji KLT dengan fase

diam silika gel GF254 , fase gerak etil asetat : metanol : air (100:13,5:10) dan

pembanding tanin 1% untuk analisis tanin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Tabel V. Hasil Uji Tanin Ekstrak Etanol Daun Binahong

dengan Metode KLT

Bercak No

Deteksi

UV 254 UV 366 Uap Amoniak

Rf Warna Rf Warna Rf Warna

Sampel 1 0,1 Ungu - - 0,15 Kuning

2 0,19 Ungu - - 0,19 Ungu

3 0,58 Ungu - - 0,58 Ungu

4 0,75 Ungu

kehitaman 0,75

Ungu-

kehitaman 0,75

ungu

kehitaman

Asam

tanat

1%

1 0,62 Ungu 0,62 Ungu-

Kehitaman 0,62

Ungu

Data pada tabel V memperlihatkan sampel yang diuji mengandung tanin.

Hasil positif tersebut ditunjukkan dengan adanya perubahan warna bercak ketika

disemprot dengan FeCl3. Hal ini terjadi karena adanya reaksi antara FeCl3 dengan

gugus fenolik yang terdapat pada tanin. Perbedaan nilai Rf diduga karena adanya

perbedaan jenis tanin. Pada mekanisme reaksi antara FeCl3 dengan gugus fenolik

yang terdapat pada tanin terjadi kecenderungan Fe dalam pembentukan senyawa

kompleks. Fe dapat mengikat 6 pasangan elektron bebas sehingga ion Fe3+

dalam

pembentukan senyawa kompleks akan terhidridasi membentuk hidridisasi d2sp

3,

dan akan terisi oleh 6 pasang elektron bebas atom O pada tanin. Hal tersebut dapat

dilihat pada gambar mekanisme reaksi dibawah ini :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

Gambar 7. Reaksi gugus fenolik dengan FeCl3 (Halimah,2010)

C. Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Binahong Terhadap

Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922

Dengan Metode Difusi Sumuran.

Uji ini merupakan uji pendahuluan untuk memastikan adanya daya

antibakteri ekstrak etanol daun binahong terhadap pertumbuhan S. aureus dan E.

coli. Kultur murni bakteri S. aureus ATCC 25923 sebagai bakteri uji diperoleh

dari Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta dan telah diuji isolasi serta

diidentifikasi sesuai denga kareakteristik strain S. aureus ATCC 25923. Surat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

mengenai S. aureus ATCC 25923 terlampir (Lampiran 2). Sedangkan untuk

bakteri uji E. coli ATCC 25922 diperoleh dari Balai Besar Teknik Kesehatan

Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Yogyakarta dan telah di identifikasi

secara mikroskopik maupun biokimia. Surat mengenai keterangan

E. coli ATCC 25922 terlampir (Lampiran 3). Uji antibakteri dilakukan dalam

Biological Safety Cabinet untuk meningkatkan kondisi lingkungan yang aseptis

selama penelitian.

Pengujian potensi antibakteri dilakukan menggunakan metode sumuran.

Prinsip metode difusi yaitu senyawa uji ditempatkan dalam media padat yang

sebelumnya telah diinokulasikan bakteri uji. Senyawa uji akan berdifusi ke dalam

media dan akan menghambat pertumbuhan bakteri.

Sebelum dilakukan pengujian, terlebih dahulu dibuat suspensi

menggunakan S. aureus dan E. coli kemudian disetarakan dengan larutan standar

Mc. Farland II menggunakan alat nephelometer. Penyetaraan ini dilakukan agar

apabila dilakukan replikasi, dapat diasumsikan jumlah bakteri per satuan yang

digunakan selalu sama. Sebelumnya dilakukan optimasi terlebih dahulu untuk

menentukan konsentrasi ekstrak etanol daun binahong yang akan digunakan

dalam penelitian ini. Optimasi dilakukan pada kadar 39,06 %, 48,8%, dan

61,03%. Penentuan kadar yang digunakan, berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan oleh Tshikalange (2004) yang menyatakan bahwa ekstrak air dan

kloroform akar binahong dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dan

E. coli pada konsentrasi 60%. Hasil optimasi menunjukkan bahwa pada

konsentrasi 39,06% ekstrak etanol daun binahong sudah menunjukkan adanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

zona hambat terhadap bakteri S. aureus tapi tidak menunjukkan adanya zona

hambat untuk bakteri E. coli. Oleh karena itu, pada penelitian ini konsentrasi

ekstrak yang digunakan adalah 39,06%, 15,624%, 6,249% dan 2,499%. Sumuran

yang dibuat berdiameter 5 mm, dengan menggunakan DMSO 1% sebagai pelarut.

Penelitian yang dilakukan oleh Gaylord Chemical Company (2007) menjelaskan

bahwa pada konsentasi 5-50 % DMSO memiliki sifat bakteriostatik atau

bakteriosidal. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan optimasi pelarut

DMSO dengan konsentrasi dibawah 5% (1%, 2%, 3%, dan 4%). Hasil dari

optimasi didapatkan bahwa pada konsentrasi 1%, pelarut DMSO sudah dapat

melarutkan ekstrak etanol daun binahong. DMSO digunakan sebagai pelarut

karena pada saat dilakukan orientasi ekstrak daun binahong larut dalam DMSO

sampai pada konsentrasi 80 %. Selain itu DMSO juga merupakan surfaktan yang

dapat melarutkan ekstrak supaya senyawa dalam ekstrak dapat berdifusi kedalam

media. DMSO digunakan juga sebagai kontrol negatif karena merupakan pelarut

dalam penelitian ini. DMSO merupakan pelarut nonpolar tetapi diindikasikan

tidak mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri. Sedangkan kontrol

positif dalam penelitian ini digunakan timol 0,2 %. Penentuan konsentrasi timol

dilakukan berdasarkan hasil optimasi dengan konsentrasi timol 0,1%, 0,2%, 0,3%,

0,4%, dan 0,5%, dimana pada konsentrasi 0,2% timol sudah memberikan diameter

zona hambat. Timol digunakan sebgai kontral positif karena merupakan golongan

fenol yang bersifat antibakteri, dengan mekanisme kerjanya adalah mendenaturasi

protein sel bakteri, yakni pengubahan strukturnya sehingga sifat khasnya hilang

dan dapat menyebabkan kebocoran pada membran sel. Bila membran sel bocor,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

maka berbagai komponen penting dalam sel akan keluar sehingga mengakibatkan

terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel.

Tujuan penggunaan metode sumuran adalah agar senyawa uji dapat

berdifusi ke dalam media dan menghambat pertumbuhan dan bahkan membunuh

bakteri uji. Penghambatan pertumbuhan bakteri uji ini dapat dilihat dari zona

hambat yang terbentuk setelah inkubasi selama 24 jam. Pada penelitian ini

dilakukan inkubasi 24 jam karena menurut Pelczar dan Chan (1986) bakteri akan

melakukan perbanyakan diri dengan cepat selama 18-24 jam.

Setelah diinkubasi selama 24 jam, hasil yang diperoleh untuk uji terhadap

bakteri S. aureus adalah sebagai berikut :

Tabel VI. Hasil uji Zona Hambat Ekstrak Daun Binahong Terhadap

bakteri S. aureus dan E. coli

Senyawa Uji

Rerata ± SD

Diameter Zona Hambat

(dalam mm)

S. aureus

Rerata ± SD

Diameter Zona Hambat

(dalam mm)

E. coli

Kontrol positif 10,330 ± 0,577* 8,33± 0,577

Kontrol negative 0,000 ± 0,000 0,00 ± 0,000

Konsentrasi ekstrak daun

binahong 39,06% 15,670 ± 2,082*

0,00 ± 0,000

Konsentrasi ekstrak daun

binahong 15,624% 15,670 ± 1,155*

0,00 ± 0,000

Konsentrasi ekstrak daun

binahong 6,249%

0,000 ± 0,000

0,00 ± 0,000

Konsentrasi ekstrak daun

binahong 2,499% 0,000 ± 0,000

0,00 ± 0,000

Keterangan : angka yang diikuiti tanda * menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

bermakna dengan kontrol negatif, dengan tingkat ketelitian 95% (n=3)

Data pengukuran diameter zona hambat pada tabel VI menunjukkan

bahwa ekstrak etanol daun binahong memiliki daya hambat yang kuat terhadap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

bakteri S. aureus ATCC 25923 sedangkan untuk bakteri E. coli, ekstrak etanol

daun binahong tidak menunjukkan diameter zona hambat. Hal ini berarti bahwa

esktrak etanol daun binahong memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri S.

aureus tetapi tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap E. coli.

Davis dan Stout (1971) menjelaskan bahwa ketentuan kekuatan daya

antibakteri sebagai berikut : daerah hambatan 20 mm atau lebih termasuk sangat

kuat, daerah daya hambat 10-20 mm termasuk kategori kuat, daerah hambatan 5-

10 mm termasuk kategori sedang, dan untuk daerah hambatan 5 mm atau kurang

dari 5 mm termasuk kategori lemah. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

ekstrak etanol daun binahong memiliki kekuatan daya antibakteri yang kuat

terhadap S. aureus karena menunjukkan diameter zona hambat sebesar 15,679

mm.

Pada tabel 6, hasil pengujian zona hambat ekstrak etanol daun binahong

menunjukkan diameter zona penghambatan pada bakteri gram positif (S. aureus)

cenderung lebih besar daripada bakteri gram negatif (E. coli). Hal ini

menunjukkan bahwa bakteri gram positif lebih peka terhadap senyawa antibakteri

ekstrak etanol daun binahong daripada bakteri gram negatif.

Perbedaan sensitivitas bakteri tehadap antibakteri dipengaruhi oleh

struktur dinding sel bakteri. Bakteri gram positif cenderung lebih sensitif terhadap

antibakteri, karena menurut Pelchar dan Chan (1986) struktur dinding sel pada

bakteri gram positif lebih sederhana dibandingkan dengan struktur dinding sel

pada bakteri gram negatif sehingga memudahkan senyawa antibakteri untuk

masuk kedalam sel bakteri gram positif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Pada umumnya, diameter zona hambat cenderung meningkat sebanding

dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak. Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa

pada ekstrak dengan konsentrasi 39,06 % memiliki diameter zona hambat yang

lebih besar dengan diameter zona hambat pada konsentrasi ekstrak 15,624%,

sedangkan pada konsentrasi 6,249% dan 2,499% ekstrak etanol daun binahong

tidak memiliki diameter zona hambat.

Kontrol terhadap pelarut DMSO tidak menunjukkan diameter zona

hambat. Hal ini mengindikasikan bahwa pelarut yag digunakan tidak memiliki

aktivitas antibakteri dan tidak berpengaruh pada uji antibakteri. Kontrol timol

0,2% berpengaruh terhadap kedua jenis bakteri uji baik S. aureus maupun E. coli,

aktivitas penghambatannya termasuk dalam kategori sedang.

Perbedaan struktur dinding sel menentukan penetrasi, ikatan dan aktivitas

senyawa antibakteri (Jawetz dkk., 2005). Bakteri gram positif memiliki struktur

dinding sel dengan lebih banyak peptidoglikan, sedikit lipid dan dinding sel

mengandung polisakarida (asam teikoat). Asam teikoat merupakan polimer yang

larut dalam air dan berfungsi sebagai transport ion positif untuk keluar atau

masuk. Sifat larut dalam air inilah yang menunjukkan bahwa dinding sel bakteri

gram positif bersifat lebih polar. Sedangkan tanin dalam daun binahong

merupakan bagian yang bersifat polar sehingga lebih mudah menembus lapisan

peptidoglikan yang bersifat polar daripada lapisan lipid yang bersifat nonpolar.

Hal tersebut juga menyebabkan aktivitas penghambatan pada bakteri gram positif

lebih besar daripada bakteri gram negatif. Bakteri gram negatif lebih banyak

mengandung lipid, sedikit peptidoglikan, membran luar berupa bilayer (berfungsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

sebagai pertahanan selektif senyawa-senyawa yang keluar atau masuk sel dan

menyebabkan toksik). Membran luar terdiri dari fosfolipid (lapisan dalam), dan

polisakarida (lapisan luar) tersusun atas lipid A, yang bersifat nonpolar. Hal

tersebut yang mungkin menyebabkan senyawa antibakteri pada ekstrak etanol

daun binahong lebih sulit untuk masuk kedalam sel sehingga tidak ada aktivitas

antibakterinya dibandingkan pada bakteri gram positif.

D. Penentuan Kadar Hambat Minimun (KHM) dan Kadar Bunuh

Minimum (KBM) Ekstrak Daun Binahong Terhadap Staphylococcus

aureus Dengan Metode Dilusi Cair.

Rentang konsentrasi penentuan KHM dan KBM diperoleh dari konsentrasi

terkecil ekstrak daun binahong pada uji daya antibakteri secara difusi sumuran

yang memiliki zona hambat lebih besar dibandingkan dengan kontrol negatif

DMSO, yaitu 15,624 %. Prinsip metode dilusi adalah pengenceran senyawa uji

antimikroba sehingga memperoleh beberapa konsentrasi. Rentang konsentrasi

yang digunakan, yaitu 9,624%, 12,624%, 15,624%, 18,624%, 21,624%, 24,624%,

27,624%, 30,624%, dan 33,624%. Uji dilusi cair hanya dilakukan terhadap bakteri

S. aureus karena bakteri E. coli tidak memiliki zona hambat pada uji sumuran.

Senyawa uji dikatakan memiliki daya antibakteri apabila media uji memiliki nilai

kekeruhan yang sama atau lebih kecil dengan kontrol pertumbuhan. Penentuan

KHM dan KBM dilakukan secara kuantitatif dengan mengukur menggunakan

nephelometer. Berikut adalah tabel hasil uji kekeruhan dengan menggunakan

nephelometer.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

Tabel VII. Hasil uji dilusi cair ekstrak daun binahong terhadap bakteri

Staphylococcus aureus

Kelompok

Nilai Kekeruhan Jam Ke-

(Mc Farland)

0 24 jam 48 jam

Kontrol Media 0,013 ± 0,005 0,03± 0,010 0,05 ± 0,000

Kontrol

Pertumbuhan

Bakteri

0.53± 0.035 2.35± 0.113 1.85± 0.045

Ekstrak Etanol

Daun Binahong

9.624%

8.39± 2.109 7.23± 1.899 7.24± 1.853

Ekstrak Etanol

Daun Binahong

12,624%

8.57± 2.109 6.88± 0.125 6.93± 0.211

Ekstrak Etanol

Daun Binahong

15.624%

4.757± 1.484 4.00± 1,296 1.97± 0.123

Ekstrak Etanol

Daun Binahong

18.624%

14.03± 1.234 11.36± 0.873 11.13± 0.763

Ekstrak Etanol

Daun Binahong

21.624%

14.6± 0.608 12.03± 0.152 12.13± 0.585

Ekstrak Etanol

Daun Binahong

24.624%

9.67± 3.929 7.54± 1.412 6.68± 0.225

Ekstrak Etanol

Daun Binahong

27.624%

10.78± 3.291 9.106± 3.036 6.15± 0.895

Ekstrak Etanol

Daun Binahong

30.624%

- - -

Ekstrak Etanol

Daun Binahong

33.624%

- - -

Hasil pengukuran nilai kekeruhan pada tabel VII menunjukkan bahwa

pada konsentrasi 30.624% dan konsentrasi 33.624% tidak ada data yang

ditampilkan. Hal ini dikarenakan pada konsentrasi tersebut warna ekstrak terlalu

hijau pekat sehingga tidak mampu terbaca oleh nephelometer.

Keterangan : tanda (-) = data tidak dapat dibaca oleh nephelometer

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

Hasil uji dilusi cair menunjukkan bahwa pada inkubasi jam ke 24, 7 seri

konsentrasi ekstrak etanol daun binahong mengalami penurunan angka kekeruhan

jika dibandingkan dengan blangko pertumbuhan bakteri. Begitu pula pada

inkubasi jam ke 48, tujuh seri konsentrasi memperlihatkan nilai kekeruhan

dibawah kontrol pertumbuhan bakteri. Hal ini menunjukan bahwa nilai KHM dan

KBM berada dalam rentang konsentrasi 9,624 %, 12,624%, 15,624%, 18,624%,

21,624%, 24,624%, dan 27,624%. Untuk mengetahui nilai KHM dan KBM

ekstrak etanol daun binahong maka dilakukan uji penegasan. Uji penegasan

dilakukan dengan menginokulasikan bakteri dimedia uji yang jernih secara streak

plate pada media BP (Blood plate) steril yang memadat. Apabila pada goresan

terdapat pertumbuhan maka konsentrasi tersebut merupakan Konsentrasi Hambat

Minimum (KHM) dan apabila tidak terdapat pertumbuhan maka konsentrasi

tersebut merupakan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM).

Tabel VIII. Hasil Uji Penegasan Ekstrak Etanol Daun Binahong

terhadap S. aureus

Kelompok

Keterangan

Pertumbuhan Bakteri S.aureus

24 Jam 48 Jam

9.624% Tidak ada pertumbuhan Tidak ada pertumbuhan

12.624% Tidak ada pertumbuhan Tidak ada pertumbuhan

15.624% Tidak ada pertumbuhan Tidak ada pertumbuhan

18.624% Tidak ada pertumbuhan Tidak ada pertumbuhan

21.624% Tidak ada pertumbuhan Tidak ada pertumbuhan

24.624% Tidak ada pertumbuhan Tidak ada pertumbuhan

27,624% Tidak ada pertumbuhan Tidak ada pertumbuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

Data Uji penegasan pada tabel VIII menunjukkan bahwa sudah tidak ada

pertumbuhan pada konsentrasi 9,624%, 12,624%, 15,624%, 18,624%, 21,624%,

24,624%, dan 27,624%. Dari hasil tersebut tidak dapat diketahui nilai KHM dari

ekstrak etanol daun binahong terhadap S. aureus, sedangkan untuk nilai KBM

ekstrak etanol daun binahong terhadap S. aureus terdapat pada konsentrasi

9,624%. Pada penelitian Uxiana (2011) ekstrak metanol daun binahong memiliki

nilai KBM pada konsentrasi 12,5% terhadap bakteri S. aureus.

Jika dibandingkan dengan penelitian Uxiana (2011), hasil yang diperoleh

pada penelitian ini ternyata terdapat perbedaan, yaitu pada penelitian Uxiana

ekstrak metanol daun binahong memiliki nilai KBM pada konsentrasi yang lebih

besar dibandingkan dengan nilai KBM pada penelitian ini. Hal ini dapat

disebabkan oleh kepolaran pelarut yang digunakan. Metanol merupakan pelarut

yang bersifat lebih polar dibandingkan etanol. Kepolaran suatu pelarut akan

mempengaruhi kemampuan pelarut tersebut untuk menarik zat aktif yang dituju,

yaitu tanin. Selain itu, dimungkinkan terdapat perbedaan pada unsur hara tanah

antara Yogyakarta dan malang. Penelitian Uxiana dilakukan di Malang dan

sampel daun binahong diperoleh dari malang sedangkan pada penelitian ini

dilakukan di Yogyakarta dan sempel binahong diperoleh dari Yogyakarta. Briskin

(2000) menjelaskan bahwa produksi metabolit sekunder dipengaruhi oleh faktor

biotik dan abiotik. Faktor biotik dan abiotik tidak hanya mempengaruhi hasil tapi

juga sangat menentukan proporsi kandungan kimia. Satu jenis tanaman yang sama

bila ditanamkan ditempat yang berlainan, maka tanaman tersebut akan memiliki

kandungan metabolit sekunder yang berbeda. Perbedaan kandungan metabolit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

sekunder maupun perbedaan proporsi kandungan metabolit sekunder suatu

tanaman tentunya akan mempengaruhi efek terapinya. Penelitian Yenni (2012)

menjelaskan bahwa tanaman bawang merah bila ditanam di daerah yang memiliki

tanah yang mengandung kapur yang tinggi memiliki kandungan atsiri yang lebih

tinggi pada umbi bawang merah dibandingkan dengan bawang merah yang

ditanam di daerah dengan tanah yang mengandung sedikit kapur. Pada penelitian

Uxiana, kemungkinan tanin yang terdapat dalam daun binahong lebih sedikit

sehingga dibutuhkan konsentrasi yang lebih besar untuk mencapai nilai kadar

bunuh minimumnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Ekstrak etanol daun binahaong memiliki aktivitas antibakteri terhadap

Staphylococcus aureus ATCC 25923, namun tidak memiliki aktivitas

antibakteri terhadap Escherichia coli ATCC 25922.

2. Nilai Kadar Hambat Minimum ekstrak etanol daun binahong terhadap bakteri

Staphylococcus aureus ATCC 25923 tidak dapat ditentukan, sedangkan nilai

Kadar Bunuh Minimum (KBM) ekstrak daun binahong terhadap bakteri

Staphylococcus aureus ATCC 25923 adalah pada konsentrasi 9,624%. .

3. Berdasarkan uji tabung yang dilakukan, ekstrak etanol daun binahong diduga

mengandung senyawa alkaloid, tanin, saponin. Uji KLT menunjukkan ada

profil bercak yang mirip dengan profil bercak alkaloid dan tanin.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik beberapa saran sebagai berikut :

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk uji penegasan kandungan kimia

yang terdapat didalam ekstrak etanol daun binahong dengan menggunakan

kromatografi lapis tipis preparatif, High Performance Liquid

Chromatography.

2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui persentase masing-masing

bahan aktif yang terkandung di dalam ekstrak daun binahong sehingga dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

diketahui bahan aktif yang paling berperan sebagai antibakteri pada ekstrak

etanol daun binahong tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

DAFTAR PUSTAKA

Bonang, G dan Koeswardono, E.S., 1982, Mikrobiologi Kedokteran Untuk

Laboratorium dan Klinik, Jakarta : PT Gedia, hal 24-25.

Backer, C.A., 1986, Flora of Java, Noordhoff, Groningen, the Netherlands,

VolumeI, p.240.

Briskin D.P., 2000, Medical Plants : Linking Plant Biochemistry and Physiology

to Human Health, Plant Physiol, pp. 14.

Badan POM RI, 2008, Direktoran Obat Asli Indonesia, Jakarta, hal 10.

Cagnotti, C., Kay F. Mc., Gandolfo D., 2007, Biology and Host Specificity of

Plectonycha correntina Lacordaire (Chrysomelidae) a Candidate for

Biological Control of Anredera Cordifolia (Ten) Steenis (Basellaceae), Vol.

15, Issue 2, pp. 300-309.

Davis, W.W., Stout, T.R., 1971, Disc Plate Method of Microbiological

Antibiotic Assay, Factors Influencing Variability and Error 1, Appl

Microbiol, 22(4): 659-665.

Depkes RI, 1986, Sediaan Galenik, Edisi 1, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta, hal 2-4, 7.

Depkes RI, 1995, Materika Medika Indonesia Jilid VI, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta, hal xvii.

Duke, J., 1992, Phytochemical and Ethnobotanical Database,

http://www.arsgrin.gov, diakses 20 Februari 2014.

Dzen SM dkk., 2003, Bakteriologi Medik, Bayumedia Publishing, malang, hal.

23-30.

Dayanti dan Suyatno, 2012, Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Bagian

Batang Tumbuhan Paku Nephrolepis radicans (BURM.) KUHN, UNESA

Journal of Chemistry Vol.1, No. 1, Surabaya.

Fransworth NR., 1996, Biological and Phytochemical, Screening of Plant, Journal

Pharm Science, pp. 225-265.

Gunawan, Didik, Mulyani, Sri, 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1,

Penebar Swadaya, Jakarta, Hal 87-90.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

Harbone, J.B., 1996, Phytochemical Methods, 2nd

Edition, diterjemahkan oleh

Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, Penerbit ITB, Bandung.

Herlianawati, M., 2003, Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Binahong

(Anredera cordifolia (Tenore) Steen) terhadap Staphylococcus aureusATCC

25923 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853, Skripsi , Universitas Sanata

Dharma.

Hidayati I, 2009, Uji Aktivitas Salep Ekstrak Daun Binahong sebagai Penyembuh

Luka Bakar pada Kulit Punggung Kelinci , Skripsi, Malang, Fakultas Farmasi

Brawijaya.

Hayati, Fasyah, dan Sa’adah, 2010, Fraksinasi dan Identifikasi Senyawa Tanin

Pada Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.), Jurusan Kimia Fakultas

Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim, Malang.

Jawetz, E., Melnick, J.L., Adelberg, E.A., 2005, Mikrobiologi Kedokteran

(Medical Microbiology), diterjemahkan oleh bagian mikrobiologi fakultas

Kedokteran Universitas Airlangga, EGC, Jakarta, Hal 100-101, 235, 318-319,

352.

Meyer, J.J.M., 2004, Antimicrobial activity, toxicity and the isolation of a

bioactive compound from plants used to treat sexually transmitted disease,

http://www.elsevier.com/locate/jethpharm, diakses pada tanggal 10 Februari

2014.

Manoi, 2009, Binahong Sebagai Obat, Bulletin Warta Volume 15, No.1,

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembanagn Perkebunan,

Indonesia, Hal 4-5.

Mufid K., 2010, Uji Antibakteri Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

(Ten.) Steenis) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureusdan Pseudomonas

aeruginosa, Skripsi , Universitas Islam Negri (UIN) Maulana Malik Ibrahim,

Malang.

Mokhtarpor, Naserian, Valizadeh, Mesgaran, Pourmollae, 2014, Extraction of

Phenolic Compounds and Tannins from Pistachio By-products, Department of

Animal Science, Faculty of Agriculture, Ferdowsi University of Mashhad,

Mashhad, Iran.

Nasronuddin, 2007, Penyakit Infeksi Di Indonesia, Solusi Kini Dan Mendatang,

Airlangga University Press, Surabaya.

Nur Iman, M., 2009, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Bunga Pepaya Jantan

(Carica Papaya L) Terhadap Echerichia coli Dan Staphylococcus aureus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

Multiresisten Antibiotik, Skripsi Tidak Diterbitkan Surakarta, Fakultas

Farmasi UMS Surakarta.

Pelzar M.J., dan Chan E.C.S., 1986, Element of Microbiology, Kentucy, pp. 299-

303.

Packer, L., 2001, Flavonoids Ana Other Polyphenols , Acedemic Press, USA,

p.55.

Pratiwi, S.T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, Erlangga, Jakarta, pp.136-147.

Radji M., 2010, Buku Ajar Mikrobiologi : Panduan Mahasiswa Farmasi dan

Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, 125-130, 179-194.

Rohman, A. dan Gandjar, I.G., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, pp.354-356.

Rochari, N., 2009, Uji Aktiitas Antijamur Ekstrak Daun Binahong (Anredera

cordifolia (Tenore)Steenis) Terhadap Candida albicans Serta Skrining

Fitokimianya, Skripsi, Surabaya : Fakultas Farmasi UMS Surakarta.

Robinson, T., 1991, The Organic Consituents of Higehr Plants 6th

Edition,

diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung, hal 281-

292.

Rohmawati A., 2007, Skripsi Pengaruh Pemberian Topikal Daun Binahong

Tumbuk terhadap Penyembuhan Luka bakar pada Mencit , , Surabaya, Fakultas

Farmasi UNS Surakarta.

Stahl, Egon, 1969,Thin Layer Chromatography A Laboratory Handbook,

diterjemahkan oleh M.R.F. Asworth, Toppan Printing, Singapore, pp. 6-7, 52-

59, 245-247, 421-425, 687-693, 705.

Santos et al., 1978. Phytochemical, Microbiological and Pharmacological,

Screening of Medical Plants. Manila: Research Center University of Santo

Thomas.

Sampurno. 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Direktorat

Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. 3-4,10-12, 13-19

Setiaji, A., 2009. Uji Aktivitas Antibakteri EkstrakPetroleum Eter, Etil Asetat Dan

Etanol 70% Rhizoma Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis)

Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 Dan Escherichia coli

ATCC 11229 Serta Skrining Fitokimianya. Skripsi Tidak Diterbitkan.

Surakarta , Fakultas Farmasi UMS Surakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

Sri et al., 2011, Determination of Saponin Compound from Anredera cordifolia

(Ten) Steenis Plant (Binahong) to Potential Treatment for Several Diseases,

Journal of Agricultur Science. Vol.3.

Soegihardjo, C.J., 2013, Farmakognosi, PT Citra Aji Parama, Yogyakarta, hal 10-

11,45, 50-57.

Trease and Evans, 2002, Pharmacognosy, 15th

edition, University of Nothingham,

UK, pp.214-227.

Uchida, S., 2003, Production of a digital map of the hazardous conditions of soil

erosion for the sloping lands of West Java, Indonesia using geographic

information systems (GIS), JIRCAS, Indonesia.

Wagner, H., Bladt, S., and Zgainski, C.M., 1984, Plant Drug Analysis : a Thin

Layer Cromatography Atlas, Springer-Verlag, Tokyo.

Yenni, 2012, Ameloirasi Tanah Sulfat Masam Potensial untuk Budidaya Tanaman

Bawang Merah ( Allium ascalonicium L.), Jurnal Lahan Suboptimal, Kota

Batu, Jawa Timur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

Lampiran 1. Surat Pengesahan Determinasi Daun Binahong

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

Lampiran 2. Sertifikat Hasil Uji Bakteri Staphylococcus aureusATCC 25923

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

Lampiran 3. Sertifikat Hasil Uji Bakteri Escherichia coli ATCC 25922

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

Lampiran 4. Foto Daun Binahong

Lampiran 5. Foto Serbuk Daun Binahong

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

Lampiran 6. Foto Hasil Uji Tabung Alkaloid Daun Binahong dan

Pembanding (Daun Kecubung)

Perekasi Dragendroff

Pereaksi Meyer

Daun Binahong Daun Kecubung

Daun Binahong Daun Kecubung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

Lampiran 7. Foto Hasil Uji Flavonoid Daun Binahong dan Pembanding

(Rutin)

Lampiran 8. Foto Hasil Uji Polifenol Daun Binahong dan Pembanding

(Timol)

Rutin Daun Binahong

Daun Binahong

Timol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

Lampiran 9. Foto Hasil Uji Tabung Tanin Daun Binahong dan Pembanding

(Tanin)

Lampiran 10. Foto Hasil Uji Tabung Saponin Daun Binahong dan

Pembanding (Buah Lerak)

Daun Binahong Tanin

Daun Binahong Buah Lerak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

Lampiran 11. Foto Hasil KLT Alkaloid UV 254

Keterangan :

S1-S5= Sampel ekstrak etanol daun binahong.

P1-P2 = Pembanding ekstrak etanol daun kecubung.

Fase Gerak = Etil asetat – metanol – air (70:20:10).

Fase Diam = Silika gel GF254

S1

S2

2 S3

S4

S5

P1

P1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

Lampiran 12. Foto Hasil KLT Alkaloid UV 366

S1

S2

P1

P2

Keterangan :

S1-S2 = Sampel ekstrak etanol daun binahong.

P1-P2 = Pembanding ekstrak etanol daun kecubung.

Fase Gerak = Etil asetat – metanol – air (70:20:10).

Fase Diam = Silika gel GF254

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

Lampiran 13. Foto Hasil KLT Alkaloid Semprot Dragendroff

S1

1

P1

1

P2

1

Keterangan :

S1 = Sampel ekstrak etanol daun binahong.

P1-P2 = Pembanding ekstrak etanol daun kecubung.

Fase Gerak = Etil asetat – metanol – air (70:20:10).

Fase Diam = Silika gel GF254

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

Lampiran 14. Foto Hasil Uji KLT Tanin UV 254

S1

S2

S1

S3

S4

P1

Keterangan :

S1 – S4 = Sampel ekstrak etanol daun binahong.

P1 = Pembanding Asam Tanat 1%.

Fase Gerak = Etil asetat – metanol – air (100:13,5:10).

Fase Diam = Silika gel GF254.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

Lampiran 15. Foto Hasil Uji KLT Tanin UV 366

Keterangan :

S1 = Sampel ekstrak etanol daun binahong.

P1 = Pembanding Asam Tanat 1%.

Fase Gerak = Etil asetat – metanol – air (100:13,5:10).

Fase Diam = Silika gel GF254.

S1

P1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

Lampiran 16. Foto Hasil Uji KLT Tanin Semprot FeCl3

S1

S2

S3

S4

P1

Keterangan :

S1 – S4 = Sampel ekstrak etanol daun binahong.

P1 = Pembanding Asam Tanat 1%.

Fase Gerak = Etil asetat – metanol – air (100:13,5:10).

Fase Diam = Silika gel GF254.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

Lampiran 17. Foto Stok Konsentrasi Ekstrak Daun Binahong

Lampiran 18. Foto DMSO 1%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

Lampiran 19. Foto Timol

Lampiran 20. Foto Neplometer

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

Lampiran 21. Foto Vortex

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

Lampiran 22. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol

Daun Binahong Terhadap Staphylococcus aureusATCC 25923

Dengan Metode Difusi Sumuran

A

B C

D

B

A

E

F

Keterangan :

A = kontrol +

(Timol 0,2%)

B= kontrol –

(DMSO 1%)

C = EEDB 39,06%

D = EEDB 15,624%

E = EEDB 6,249%

F = EEDB 2,499%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

Lampiran 23. Foto Hasil Uji Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Ekstrak

Etanol

Daun Binahong Terhadap Escherichia coli ATCC 25922

Dengan Metode Difusi Sumuran

C

E

D

A

B

F

A

B

Keterangan :

A = kontrol +

(Timol 0,2%)

B= kontrol –

(DMSO 1%)

C = EEDB 39,06%

D = EEDB 15,624%

E = EEDB 6,249%

F = EEDB 2,499%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

Lampiran 24. Foto Kontrol Pertumbuhan

Staphylococcus aureusATCC 25923

Lampiran 25. Foto Kontrol Pertumbuhan

Escherichia coli ATCC 25922

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

Lampiran 26. Foto Kontrol Pelarut DMSO 1%

Lampiran 27. Foto Kontrol Ruangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

Lampiran 28. Foto Hasil Uji KHM dan KBM

Ekstrak Etanol Daun Binahong

Dengan Metode Dilusi Cair jam ke-0 Terhadap

Staphylococcus aureusATCC 25923

Tanpa

Perlakuan

Kontrol Media & Kontrol

pertumbuhan Pertumbuhan

bakteri Staphylococcus

aureusATCC 25923

Perlakuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

Lampiran 29. Foto Hasil Uji KHM dan KBM

Ekstrak Etanol Daun Binahong

Dengan Metode Dilusi Cair jam ke-24 Terhadap

Staphylococcus aureusATCC 25923

Tanpa

Perlakuan

Kontrol Media & Kontrol

pertumbuhan Pertumbuhan

bakteri Staphylococcus

aureusATCC 25923

Perlakuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

Lampiran 30. Foto Hasil Uji KHM dan KBM

Ekstrak Etanol Daun Binahong

Dengan Metode Dilusi Cair jam ke-48 Terhadap

Staphylococcus aureusATCC 25923

Tanpa

Perlakuan

Kontrol Media & Kontrol

pertumbuhan Pertumbuhan

bakteri Staphylococcus

aureusATCC 25923

Perlakuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

Lampiran 31. Foto Hasil Uji Penegasan

Dengan Metode Streak Plate jam ke-24

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

Lampiran 32. Foto Hasil Uji Penegasan

Dengan Metode Streak Plate jam ke-48

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

Lampiran 33. Hasil Data Statistik

Uji Normalitas

Tests of Normalityb,c,d

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

Zona hambat

kontrol positive .253 3 . .964 3 .637

konsentrasi 39,06% .292 3 . .923 3 .463

konsentrasi 15,624% .385 3 . .750 3 .000

a. Lilliefors Significance Correction

b. Zona hambat is constant when Kelompok = kontrol negative. It has been omitted.

c. Zona hambat is constant when Kelompok = konsentrasi 6,249%. It has been omitted.

d. Zona hambat is constant when Kelompok = konsentrasi 2,499%. It has been omitted.

Lampiran 34. Hasil Data Statistik

Uji Homogenitas

Ranks

Kelompok N Mean Rank

Zona hambat

kontrol positive 3 11.00

kontrol negative 3 5.00

konsentrasi 39,06% 3 15.33

konsentrasi 15,624% 3 15.67

konsentrasi 6,249% 3 5.00

konsentrasi 2,499% 3 5.00

Total 18

Test Statisticsa,b

Zona hambat

Chi-Square 16.303

Df 5

Asymp. Sig. .006

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

Lampiran 35. Hasil Statistik Uji Kebermaknaan

Mann-whitney

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Zona hambat

kontrol positive 3 5.00 15.00

kontrol negative 3 2.00 6.00

Total 6

Test Statisticsa

Zona hambat

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 6.000

Z -2.087

Asymp. Sig. (2-tailed) .037

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100b

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Zona hambat

kontrol positive 3 2.00 6.00

konsentrasi 39,06% 3 5.00 15.00

Total 6

Test Statisticsa

Zona hambat

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 6.000

Z -1.964

Asymp. Sig. (2-tailed) .050

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100b

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Zona hambat

kontrol positive 3 2.00 6.00

konsentrasi 15,624% 3 5.00 15.00

Total 6

Test Statisticsa

Zona hambat

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 6.000

Z -1.993

Asymp. Sig. (2-tailed) .046

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100b

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Zona hambat

kontrol positive 3 5.00 15.00

konsentrasi 6,249% 3 2.00 6.00

Total 6

Test Statisticsa

Zona hambat

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 6.000

Z -2.087

Asymp. Sig. (2-tailed) .037

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100b

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Zona hambat

kontrol positive 3 5.00 15.00

konsentrasi 2,499% 3 2.00 6.00

Total 6

Test Statisticsa

Zona hambat

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 6.000

Z -2.087

Asymp. Sig. (2-tailed) .037

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100b

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Zona hambat

kontrol negative 3 2.00 6.00

konsentrasi 39,06% 3 5.00 15.00

Total 6

Test Statisticsa

Zona hambat

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 6.000

Z -2.087

Asymp. Sig. (2-tailed) .037

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100b

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Zona hambat

kontrol negative 3 2.00 6.00

konsentrasi 15,624% 3 5.00 15.00

Total 6

Test Statisticsa

Zona hambat

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 6.000

Z -2.121

Asymp. Sig. (2-tailed) .034

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100b

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Zona hambat

kontrol negative 3 3.50 10.50

konsentrasi 6,249% 3 3.50 10.50

Total 6

Test Statisticsa

Zona hambat

Mann-Whitney U 4.500

Wilcoxon W 10.500

Z .000

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Zona hambat

kontrol negative 3 3.50 10.50

konsentrasi 2,499% 3 3.50 10.50

Total 6

Test Statisticsa

Zona hambat

Mann-Whitney U 4.500

Wilcoxon W 10.500

Z .000

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Zona hambat

konsentrasi 39,06% 3 3.33 10.00

konsentrasi 15,624% 3 3.67 11.00

Total 6

Test Statisticsa

Zona hambat

Mann-Whitney U 4.000

Wilcoxon W 10.000

Z -.232

Asymp. Sig. (2-tailed) .817

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Zona hambat

konsentrasi 39,06% 3 5.00 15.00

konsentrasi 6,249% 3 2.00 6.00

Total 6

Test Statisticsa

Zona hambat

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 6.000

Z -2.087

Asymp. Sig. (2-tailed) .037

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100b

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Zona hambat

konsentrasi 39,06% 3 5.00 15.00

konsentrasi 2,499% 3 2.00 6.00

Total 6

Test Statisticsa

Zona hambat

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 6.000

Z -2.087

Asymp. Sig. (2-tailed) .037

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100b

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Zona hambat

konsentrasi 15,624% 3 5.00 15.00

konsentrasi 6,249% 3 2.00 6.00

Total 6

Test Statisticsa

Zona hambat

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 6.000

Z -2.121

Asymp. Sig. (2-tailed) .034

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100b

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Zona hambat

konsentrasi 15,624% 3 5.00 15.00

konsentrasi 2,499% 3 2.00 6.00

Total 6

Test Statisticsa

Zona hambat

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 6.000

Z -2.121

Asymp. Sig. (2-tailed) .034

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100b

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Zona hambat

konsentrasi 6,249% 3 3.50 10.50

konsentrasi 2,499% 3 3.50 10.50

Total 6

Test Statisticsa

Zona hambat

Mann-Whitney U 4.500

Wilcoxon W 10.500

Z .000

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi dengan judul “UJI KONSENTRASI

HAMBAT MINIMUM (KHM) dan KONSENTRASI

BUNUH MINIMUN (KBM) EKSTRAK ETANOL

DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.)

Steenis) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus

aureusATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC

25922” dengan nama lengkap Juana Merianti

Simanjuntak, merupakan putri pertama dari pasangan

Laspan Simanjuntak dan Erna Pasaribu. Penulis lahir di

Nabire, tanggal 27 Mei 1993. Pendidikan formal yang

telah ditempuh penulis, yaitu TK Betesdha Nabire (1996-

1998), tingkat Sekolah Dasar di SD YPPK Santo Petrus

Nabire (1998-2004), tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Nabire

(2004-2007), tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Bpokri 2 Yogyakarta

(2007-2010). Pada tahun 2010, penulis melanjutkan pendidikan sarjana di

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Semasa menempuh

pendidikan sarjana, penulis aktif dalam kegiatan kepanitiaan dan organisasi di

Fakultas Farmasi, seperti Anggota BEMF periode 2011-2012, Wakil Ketua

Redaksi Pharmaholic periode 2011-2012, Seminar Kanker 2011 sebagai anggota

seksi dana dan usaha, TITRASI 2013 sebagai koordinator kesekretariatan, Temu

Alumni Akbar (2012) sebagai seksi Acara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI