MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi · Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini...
Transcript of MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi · Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini...
MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Desember 2011 di
Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Perah dan laboratorium Terpadu, Ilmu
Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Materi
Bahan
Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah susu kambing
segar, bakteri uji yaitu Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli
25922, media Plate Count Agar (PCA), media Buffer Pepton Water (BPW), media
Natrium Agar (NA), media Eosin Methylen Blue Agar (EMBA), media Beird Park
Agar (BPA), telurit, kuning telur (egg yolk), NaCl fisilogis 0,85%, kristal violet,
iodium gram, lugol, safranin, H2O2, alkohol 70%, alkohol 95%, spirtus, aquades,
alumunium foil, plastik wrap, plastik HDPE, dan kapas.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat HPEF
dengan koil sebagai pembangkit tegangan tinggi dan 3 buah UV dengan spesifikasi
dosis 2,27 kGy. Dimensi chamber HPEF mempunyai lebar, tinggi dan jarak antar
elektroda berturut-turut adalah 15 mm, 60 mm dan 3 mm dengan bahan stainless
steel ST 316. Alat pendukung lainnya adalah milkotester, pH meter, conduktivity
meter, labu separating funnel, vortex, mikroskop, spektrofotometer, inkubator,
tabung ulir, tabung reaksi, botol schott, termometer, pipet tetes, labu erlenmeyer,
gelas piala, pipet volumetrik, pipet mikro, penangas listrik (water bath), autoclave,
bunsen, cawan petri, lemari es, tip, stick hockey, hot plate, hitter, oven, kaca objek,
jarum ose, sentrifuge, tabung eppendorf, dan botol pengemas.
Prosedur
Persiapan Rangkaian Peralatan UV dan HPEF
Tipe UV yang digunakan dalam penelitian ini adalah UV tipe C dengan
spektrum panjang gelombang elektromagnetik 253,7 nm. Ultraviolet yang digunakan
14
sebanyak 3 buah dengan spesifikasi dosis 2,27 kGy. Reaktor UV ini disusun secara
seri sesuai dengan taraf perlakuan yaitu penggunaan 1, 2, dan 3 tabung reaktor UV.
Alat HPEF menggunakan koil sebagai sumber tegangannya. Peralatan HPEF
menggunakan chamber tipe kontinyu dengan dimensi treatment chamber panjang,
lebar dan jarak elektrode berturut-turut 60 mm, 15 mm dan 3 mm dan terbuat dari
bahan stainless steel (ST 316) tipe parallel plate dengan volume 2,7 ml. Pengukuran
tegangan, frekuensi dan bentuk pulsa dilakukan dengan menggunakan osiloskop
Merk Atten tipe ADS 1022 C, sedangkan pengukuran arus listrik menggunakan
multimeter Merk Sanwa DMM CD 771. Hasil pengukuran terhadap kuat arus dan
tegangan puncak (Vmaks) berturut-turut adalah 0.11 mA dan 9.5 kV, sehingga
menghasilkan kuat medan listrik untuk jarak elektrode 3 mm sebesar 31.67 kV/cm.
Rangkaian alat HPEF dan treatment chamber dapat dilihat pada Gambar 7.
(a) (b)
Gambar 7. Rangkaian Alat HPEF (a) dan Treatment Chamber (b)
Hasil pengamatan menggunakan oscilloscope pada alat HPEF menunjukkan
bentuk pulsa osilatory dengan lebar pulsa 50 µs. Bentuk pulsa dari frekuensi yang
digunakan sebagai perlakuan sebesar 10, 15 dan 20 Hz dapat dilihat pada Gambar 8.
(a)
(a) (b) (c)
Gambar 8. Bentuk Pulsa Frekuensi 10 Hz (a), 15 Hz (b) dan 20 Hz (c)
15
Kombinasi rangkaian UV dan peralatan HPEF yang digunakan dapat dilihat
pada Gambar 9.
Gambar 9. Kombinasi Rangkaian UV dan Peralatan HPEF
Persiapan Bakteri Uji
Bakteri uji yang digunakan adalah Staphylococcus aureus ATCC 25923
sebagai Gram positif dan Escherichia coli ATCC 25922 sebagai Gram negatif yang
diperoleh dari koleksi laboratorium THT Fakultas Peternakan IPB. Persiapan bakteri
uji Staphylococcus aureus dan Escherichia coli meliputi pemeriksaan kemurnian
bakteri dengan metode pewarnaan Gram untuk penentuan keseragaman sel dan
ketiadaan kontaminan dan penyegaran bakteri yang akan digunakan untuk
mendapatkan bakteri berumur 24 jam.
Pewarnaan Gram. Keseragaman koloni bakteri diperiksa dengan metode
pewarnaan Gram. Sampel bakteri dari koloni yang homogen ditumbuhkan pada
media Natrium Agar selama 24 jam. Koloni yang terdapat pada natrium agar diambil
1 ose dan diolesi pada kaca objek lalu difiksasi panas. Olesan bakteri ditetesi dengan
kristal violet dan didiamkan selama satu menit kemudian dibilas dengan aquades.
Setelah kering, olesan bakteri ditetesi iodium Gram dan didiamkan dua menit lalu
dibilas aquades dan ditiriskan. Preparat ditetesi dengan alkohol 95%, kemudian
dicuci segera dengan aquades dan ditiriskan. Selanjutnya preparat ditetesi dengan
safranin selama 30 detik lalu dibilas aquades. Preparat dikeringkan lalu diamati di
bawah mikroskop dengan pembesaran 100 kali. Sel bakteri Staphylococcus aureus
16
yang merupakan Gram positif menghasilkan sel berwarna biru (kristal violet),
sedangkan sel bakteri Escherichia coli yang merupakan Gram negatif berwarna
merah (safranin).
Penyegaran Bakteri Uji. Penyegaran bakteri bertujuan untuk mendapatkan bakteri
uji dengan umur 24 jam. Sebanyak 1 ml bakteri stok yang ditumbuhkan dalam media
Nutrien Broth dibiakkan ke dalam tabung berisi 9 ml media Nutrien Broth baru,
kemudian diinkubasi pada suhu 37 °C selama 24 jam. Standardisasi populasi bakteri
dilakukan dengan cara mengukur nilai optical density (OD) menggunakan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 620 nm untuk mengetahui populasi
bakteri dalam setiap ml kultur.
Persiapan dan Rekontaminasi Susu Kambing
Susu kambing sebanyak 1000 ml disterilisasi menggunakan autoclave dengan
suhu 115 °C selama 3 menit. Sampel susu yang telah steril direkontaminasi dengan
bakteri uji yang telah dibiakkan sebelumnya sampai populasi bakteri di dalam susu
setara dengan 105 cfu/ml.
Tahapan Pengujian
Penelitian ini terbagi atas penelitian pendahuluan dan penelitian utama.
Penelitian pendahuluan meliputi penentuan jumlah dosis UV yang optimal. Hasil
terbaik dari perlakuan ini akan diambil sebagai metode yang dilanjutkan dengan
aplikasi HPEF. Penelitian pendahuluan dilanjutkan dengan penentuan jumlah
frekuensi tegangan listrik yang akan diambil sebagai frekuensi yang digunakan pada
penelitian utama.
Penelitian Pendahuluan
a. Penentuan Optimasi UV
Penelitian ini bertujuan untuk mencari jumlah dosis UV yang optimal dalam
menekan jumlah mikroorganisme. Susu segar dialirkan di dalam tabung UV
dengan taraf perlakuan 1, 2, dan 3 tabung reaktor UV yang disusun secara seri.
Masing-masing hasil dari perlakuan ini diambil untuk kemudian diuji
karakteristik fisik dan kimianya, serta reduksi mikroba. Karakteristik fisik dan
kimia diukur dengan milkotester, pH Meter, conductivity meter, dan viscometer,
sedangkan tingkat reduksi mikroba diukur dengan menghitung jumlah lempeng
17
total mikroba (Total Plate Count). Diagram alir proses penentuan optimasi UV
dapat dilihat pada Gambar 10.
b. Penentuan Jumlah Frekuensi HPEF
Hasil terbaik dari perlakuan UV diambil sebagai metode yang dilanjutkan
dengan aplikasi HPEF. Susu segar dialirkan ke dalam reaktor UV (dengan
jumlah reaktor terbaik) yang telah dihubungkan dengan rangkaian alat HPEF
dan diberi taraf perlakuan berbeda yaitu frekuensi 10 Hz, 15 Hz, dan 20 Hz.
Masing-masing hasil dari perlakuan ini diambil untuk kemudian diuji
karakteristik fisik dan kimianya, serta dilihat tingkat reduksi mikroba.
Karakteristik fisik dan kimia diukur dengan milkotester, pH Meter, conductivity
meter dan viscometer, sedangkan tingkat reduksi mikroba diukur dengan
menghitung jumlah lempeng total mikroba (Total Plate Count). Diagram alir
proses penentuan frekuensi HPEF dapat dilihat pada Gambar 11.
Penelitian Utama
Penelitian utama meliputi aplikasi kombinasi metode UV dan HPEF dalam
menginaktivasi bakteri uji yaitu Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan
Escherichia coli ATCC 25922 yang direkontaminasi pada susu segar yang telah
disterilisasi. Hasil terbaik dari perlakuan UV dan HPEF diambil sebagai metode
dalam tahap ini. Diagram alir aplikasi kombinasi metode UV dan HPEF dapat
dilihat pada Gambar 12.
a. Aplikasi Kombinasi Jumlah Reaktor UV dan Frekuensi HPEF dalam
Mereduksi Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923
Susu kambing sebanyak 1000 ml yang telah disterilisasi, kemudian
direkontaminasi dengan bakteri uji Staphylococcus aureus ATCC 25923 yang
berumur 24 jam sampai populasi bakteri di dalam susu setara dengan 105 cfu/ml.
Susu kambing yang telah direkontaminasi dengan Staphylococcus aureus
dialirkan sebanyak ± 900 ml ke dalam reaktor UV (dengan jumlah reaktor
terbaik) dan rangkaian alat HPEF dengan frekuensi terbaik dari hasil penelitian
pendahuluan. Bagian susu yang tidak mendapatkan perlakuan UV dan HPEF
dianggap sebagai sampel kontrol. Hasil dari perlakuan ini diambil untuk diuji
kualitas mikrobiologisnya dan dibandingkan denagn sampel kontrol.
18
b. Aplikasi Kombinasi Jumlah Reaktor UV dan Frekuensi HPEF dalam
Mereduksi Bakteri Escherichia coli ATCC 25922
Susu kambing sebanyak 1000 ml yang telah disterilisasi, kemudian
direkontaminasi dengan bakteri uji Escherichia coli ATCC 25922 yang berumur
24 jam sampai populasi bakteri di dalam susu setara dengan 105 cfu/ml. Susu
kambing yang telah direkontaminasi dengan Escherichia coli dialirkan sebanyak
± 900 ml ke dalam reaktor UV (dengan jumlah reaktor terbaik) dan rangkaian
alat HPEF dengan frekuensi terbaik dari hasil penelitian pendahuluan. Bagian
susu yang tidak mendapatkan perlakuan UV dan HPEF dianggap sebagai sampel
kontrol. Hasil dari perlakuan ini diambil untuk diuji kualitas mikrobiologisnya
dan dibandingkan dengan sampel kontrol.
Perhitungan Jumlah Bakteri
Jumlah Lempeng Total Bakteri (Total Plate Count) (BSN, 1998)
Sampel susu dari treatment chamber diambil sebanyak 1 ml dengan
menggunakan pipet mikro dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi
9 ml BPW steril sebagai pengenceran sepersepuluh (P-1
). Hasil pengenceran ini
dipipet sebanyak 1 ml untuk diencerkan lagi ke dalam 9 ml BPW steril sebagai
pengenceran seperseratus (P-2
). Pengenceran ini dilakukan hingga P-5
. Pemupukan
dilakukan dari pengenceran P-3
sampai P-5
secara duplo. Sebanyak 1 ml dari masing-
masing pengenceran P-5
sampai P-3
dipipet ke dalam cawan petri steril dan
dipupukkan dengan media Plate Count Agar (PCA) yang bersuhu ± 37 °C sebanyak
12-15 ml. Campuran tersebut dihomogenkan dengan cara cawan petri digerakkan
dengan arah membentuk angka delapan. Setelah agar memadat, cawan petri
diinkubasi pada suhu 37+1 oC dengan posisi terbalik selama 24 jam. Analisis
perhitungan jumlah bakteri menggunakan Standard Plate Count (SPC) yang
mengacu pada Bacteriological Analytical Manual (BAM).
Jumlah Bakteri Staphylococcus aureus (BSN, 1998)
Sampel susu dari treatment chamber diambil sebanyak 1 ml dengan
menggunakan pipet mikro dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi
9 ml BPW steril sebagai pengenceran sepersepuluh (P-1
). Hasil pengenceran ini
dipipet sebanyak 1 ml untuk diencerkan lagi ke dalam 9 ml BPW steril sebagai
pengenceran seperseratus (P-2
). Pengenceran ini dilakukan hingga P-5
. Pemupukan
19
dilakukan dari pengenceran P-3
sampai P-5
secara duplo. Sebanyak 1 ml dari masing-
masing pengenceran P-5
sampai P-3
dipupukkan ke dalam cawan petri steril yang
telah berisi media BPA - Egg Yolk Tellurite sebanyak 12-15 ml yang telah memadat.
Sampel tersebut disebar menggunakan stick hockey steril. Setelah sampel mengering,
cawan petri diinkubasi pada suhu 37+1 °C dengan posisi terbalik selama 24 jam. Hal
yang sama dilakukan pada sampel kontrol. Analisis perhitungan jumlah bakteri
menggunakan Standard Plate Count (SPC) yang mengacu pada Bacteriological
Analytical Manual (BAM).
Jumlah Bakteri Escherichia coli (BSN, 1998)
Sampel susu dari treatment chamber diambil sebanyak 1 ml dengan
menggunakan pipet mikro dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi
9 ml BPW steril sebagai pengenceran sepersepuluh (P-1
). Hasil pengenceran ini
dipipet sebanyak 1 ml untuk diencerkan lagi ke dalam 9 ml BPW steril sebagai
pengenceran seperseratus (P-2
). Pengenceran ini dilakukan hingga P-5
. Pemupukan
dilakukan dari pengenceran P-3
sampai P-5
secara duplo. Sebanyak 1 ml dari masing-
masing pengenceran P-5
sampai P-3
dipipet ke dalam cawan petri steril dan
dipupukkan dengan media Eosin Methylen Blue Agar (EMBA) yang bersuhu ± 37 oC
sebanyak 12-15 ml. Campuran tersebut dihomogenkan dengan cara cawan petri
digerakkan dengan arah membentuk angka delapan. Setelah agar memadat, cawan
petri diinkubasi pada suhu 37+1 °C dengan posisi terbalik selama 24 jam. Hal yang
sama dilakukan pada sampel kontrol. Analisis perhitungan jumlah bakteri
menggunakan Standard Plate Count (SPC) yang mengacu pada Bacteriological
Analytical Manual (BAM).
Analisis Karakteristik Fisik dan Kimia Susu Kambing
Karakteristik fisik dan kimia susu dianalisis secara kuantitatif menggunakan
pH meter, conductivity meter, viscometer, dan milkotester dengan parameter
pengamatan meliputi berat jenis, titik beku, kadar protein, kadar lemak dan kadar
laktosa. Pengujian juga dilakukan terhadap bilangan peroksida dan perubahan
komponen protein menggunakan metode elektroforesis. Analisis karakteristik fisik
dan kimia ini dilakukan pada sampel susu segar sebelum dan setelah diberikan
aplikasi UV, serta kombinasi UV dan HPEF. Hasil analisis mengacu pada Thai
Agricultural Standard TAS 6006-2008.
20
Pengujian Bilangan Peroksida (Metode Titrimetri) (BSN, 1998)
Susu yang akan diukur bilangan peroksidanya, lemaknya terlebih dahulu
diekstraksi menggunakan pelarut heksana. Susu dimaserasi dengan heksana selama
24 jam. Filtrat yang ada ditampung dan dipekatkan dengan rotary evaporator. Residu
dimaserasi lagi sampai fltrat yang tertampung berwarna jernih. Ekstrak pekat yang
diperoleh dikumpulkan dan ditimbang untuk mengetahui rendemen ekstrak.
Ekstrak lemak susu sebanyak 3-5 g dimasukkan ke dalam erlenmeyer 300 ml.
Campuran larutan dari 20 ml asam asetat glasial, 25 ml metanol 95% dan 55 ml
kloroform ditambahkan sebanyak 30 ml, kemudian ditambahkan 1 g kristal kalium
iodida, larutan dihomogenkan dengan cara digoyang dan disimpan ditempat gelap
selama 30 menit. Air suling bebas CO2 (aquades) ditambahkan sebanyak 50 ml,
dihomogenkan kembali, kemudian dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat
0,02 N. Larutan kanji yang digunakan sebagai indikator ditambahkan ketika warna
kuning larutan hampir hilang dan titrasi dilanjutkan hingga warna biru menghilang.
Jumlah (ml) larutan natrium tiosulfat yang terpakai untuk menitar dicatat. Titrasi
juga dilakukan terhadap blanko. Nilai peroksida yang terdapat di dalam sampel
dihitung dengan rumus:
(
)
( )
Keterangan:
V1 = volume natrium tiosulfat untuk titrasi sampel (ml)
V0 = volume natrium tiosulfat untuk titrasi blanko (ml)
T = normaslitas natrium tiosulfat (N)
m = bobot sampel (g)
Elektroforesis
Metode elektroforesis yang digunakan mengacu pada metode Laemmli
(1970). Tahapan proses terbagi atas pembuatan gel dan pewarnaan.
a. Pembuatan gel.
Pembuatan gel diawali dengan pembuatan larutan stok SDS-PAGE.
Larutan A yaitu larutan stok akrilamid yang terdiri dari 75 g akrilamid 30%
w/v, 2 g bis dan 250 ml H2O. Larutan A ini ditaruh di botol gelap dan
disimpan pada suhu 4 °C. Bahan pembuat gel yang digunakan adalah
21
Amonium Peroksodisulfat (APS) sebanyak 1 g yang dilarutkan dalam 10 ml
H2O. Pembuatan buffer reservoir yang terdiri dari 28,8 g glisin 0,192 M, 6 g
tris buffer 0,025 M, lalu ditambahkan HCl hingga dicapai pH 8,3, kemudian
ditambahkan 2 g SDS 0,1% w/v, dan ditepatkan volumenya hingga 2 liter.
Pembuatan larutan B yaitu stok buffer gel pemisah yang terdiri dari 1 g SDS
dan 45,5 g tris buffer 1,4 M, kedua campuran ini dilarutkan dan dtepatkan
pHnya hingga 8,8 menggunakan HCl, dan ditambahkan aquades hingga
volumenya 250 ml. Stok buffer gel pengumpul yang digunakan terdiri dari
15,1 g tris bufer 1,4 M dan dilarutkan dengan HCl hingga pH 6,8, kemudian
ditambahkan 1 g SDS dan ditepatkan volumenya hingga 250 ml.
Persiapan dilanjutkan dengan pembuatan stok (double strength) buffer
sampel yang terdiri dari 2 ml mercapto, 4 ml gliserol, 0,3 g tris buffer, 2 ml
Bromfenol Blue (0,1% w/v dalam air), kemudian campuran ini dilarutkan
dengan aquades pada volume kurang dari 20 ml, ditambahkan HCl hingga pH
menjadi 6,8, kemudian ditambahkan 0,92 g SDS dan ditepatkan volumenya
hingga 20 ml. Gel dibuat dengan cara mengombinasikan larutan stok yang
telah dibuat sebelumnya. Kombinasi larutan dalam pembuatan gel meliputi
6,25 ml larutan stok akrilamid, 4,1 ml buffer gel pemisah, 4,4 ml aquades,
0,15 ml SDS 10% (w/v), 10 ml APS 10% (w/v) dan 25 ml TEMED.
b. Pewarnaan
Larutan pewarna yang digunakan adalah pewarna perak (silver
staining). Bahan pembuat pewarna perak ini terdiri dari larutan fiksasi
(fixation solution), larutan pencuci (washing solution), larutan pemeka
(sensitizing solution) untuk membuat lebih sensitif, larutan pewarna (staining
solution) dan larutan pengembang (developing solution) untuk memunculkan
pita protein. Larutan fiksasi terdiri dari 125 ml metanol 50%, 30 ml asam
asetat 12%, 0,125 ml formalin 0,05%, dan dilarutkan dengan 95 ml aquabides,
kemudian disimpan pada suhu ruang. Larutan pencuci terdiri dari 100 ml
etanol 20% dan 400 ml aquabides, disimpan pada suhu ruang. Larutan
pemeka (sensitizing solution) yang digunakan adalah 0,05 g Na2S2O3 yang
dilarutkan dalam 250 ml aquabides, disimpan pada suhu ruang. Larutan
pewarna terdiri dari 0,1 g AgNO3 dilarutkan dengan 50 ml aquabides dan
22
ditambahkan 38 ml formalin, kemudian disimpan pada suhu 4 °C. Larutan
pengembang terdiri dari 3 g Na2CO3, 25 ml formalin, 1 ml Na2S2O3 dan
dilarutkan dalam 50 ml aquabides. Khusus untuk larutan pewarna dan larutan
pengembang harus dalam keadaan segar.
Pembuatan gel yang telah selesai dilakukan, dilanjutkan dengan
pewarnaan (staining). Gel direndam dalam larutan fiksasi selama 2 jam
sambil diagitasi pelan-pelan dan didiamkan sampai semalam. Gel kemudian
dicuci dengan larutan pencuci (washing solution) selama 20 menit tanpa
diagitasi, pencucian ini diulang hingga 3 kali. Gel dibilas dengan aquabides
selama 10 detik, lalu direndam dalam larutan pemeka (sensitizing solution)
selama 1 menit, dan dibilas kembali dengan aquabides sampai tiga kali
dengan masing-masing selama 20 detik. Gel direndam dalam AgNO3 0,1%
dan diinkubasi di dalam refrigerator selama 20 menit. Gel dicuci kembali
dengan aquabides selama 20 detik dan diulang 2 kali. Gel dipindahkan ke
wadah lain dan dicuci kembali dengan aquabides selama 10 detik. Gel
direndam dalam larutan pengembang (developing solution) hingga pewarnaan
cukup. Gel diangkat dan didiamkan selama 5 menit, kemudian dicuci kembali
dengan aquabides. Hasil dari gel yang telah selesai mendapatkan perlakuan
pewarnaan kemudian discanning.
Diagram Alir Proses Penelitian
Penelitian Pendahuluan
a. Penentuan Optimasi UV
Gambar 10. Diagram Alir Proses Penentuan Optimasi UV
Susu kambing
segar
Diberi perlakuan ultraviolet
dengan taraf perlakuan 1, 2,
dan 3 tabung reaktor UV
Diuji karakteristik fisik dan kimia,
serta kualitas mikrobiologinya
(jumlah lempeng total mikroba)
Diuji karakteristik fisik dan kimia,
serta kualitas mikrobiologinya
(jumlah lempeng total mikroba)
Hasil yang terbaik diambil untuk
dikombinasikan dengan metode HPEF
23
b. Penentuan Frekuensi HPEF
Gambar 11. Diagram Alir Proses Penentuan Frekuensi HPEF
Penelitian Utama
Gambar 12. Diagram Alir Aplikasi Kombinasi Metode UV dan HPEF
Susu kambing
segar
Diberi perlakuan ultraviolet
(berdasarkan hasil dari
penelitian sebelumnya)
Diuji karakteristik fisik dan kimia,
serta kualitas mikrobiologinya
(jumlah lempeng total mikroba)
Diuji karakteristik fisik dan kimia,
serta kualitas mikrobiologinya
(jumlah lempeng total mikroba)
Diberi perlakuan HPEF dengan
taraf frekuensi 10, 15 dan 20 Hz
Hasil yang terbaik diambil sebagai
metode dalam penelitian utama
Susu kambing
segar
Direkontaminasi dengan bakteri
uji Staphylococcus aureus
hingga populasi 105 cfu/ml susu
Disterilisasi menggunakan
autoclave (115 °C selama 3 menit)
Direkontaminasi dengan bakteri
uji Escherichia coli hingga
populasi 105cfu/ml susu
Diberi perlakuan UV
(berdasarkan hasil dari
penelitian sebelumnya)
Diberi perlakuan HPEF
(berdasarkan hasil dari
penelitian sebelumnya)
Diuji mikrobiologis
Diberi perlakuan UV
(berdasarkan hasil dari
penelitian sebelumnya)
Diberi perlakuan HPEF
(berdasarkan hasil dari
penelitian sebelumnya)
Diuji mikrobiologis
24
Rancangan dan Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) untuk melihat pengaruh dari aplikasi jumlah reaktor UV yang
berbeda dan frekuensi HPEF yang berbeda terhadap karakteristik fisik dan kimia
susu kambing, sedangkan penilaian pengaruh aplikasi UV dan HPEF terhadap
kualitas mikroorganisme dilakukan secara deskriptif. Adapun model matematika
rancangan ini menurut Mattjik dan Sumertajaya (2000) sebagai berikut:
Yij = μ + δi + εij
Keterangan :
Yij = nilai hasil pengamatan dari taraf perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
μ = nilai rataan umum dari pengamatan
δi = pengaruh perlakuan taraf ke-i
εij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i pada ulangan ke-j
Peubah
Peubah yang diamati adalah karakteristik fisik susu (berat jenis, pH,
viskositas, konduktivitas, titik beku, panas spesifik) dan kimia susu (kadar berat
kering, protein, lemak, laktosa, dan BKTL)
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA),
sedangkan apabila tidak memenuhi uji asumsi maka dianalisis dengan Kruskal Wallis.
Jika pada hasil sidik ragam didapatkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05)
terhadap peubah yang diukur maka dilanjutkan dengan uji Tukey untuk mengetahui
perbedaan diantara perlakuan tersebut (Steel dan Torrie, 1995).