uji invitro dan penentuan kurva kalibrasi

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Spektrofotometri serapan merupakanpengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Teknik yang sering digunakan dalam analisis farmasi meliputi spektrofotometri ultraviolet, cahaya tampak, inframerah, dan serapan atom. Pengukuran spektrofotometri di dalam cahaya tampak mula-mula disebut kolorimetri; tetapi istilah “kolorimetri” lebih tepat digunakan untuk persepsi tentang warna. Untuk berbagai bahan farmasi pengukuran spectrum dalam daerah ultraviolet dan cahaya tampak dilakukan dengan ketelitian dan kepekaan yang lebih baik daripada dalam daerah inframerah dan dekat inframerah. Spektrum ultraviolet dan cahaya tampak suatu zat pada umumnyatidak mempunyai derajat spesifikasi yang tinggi. Walaupun demikian, spectrum tersebut bermanfaat bagi tambahan terutama identifikasi absorbansi suatu senyawa pada suatu panjang gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekulyang mengalami transisi. Oleh karena itu absorbansi tergantung pada banyaknya molekul yang mengalami transisi ( Depkes RI, 1995). Spektrofotometri U. V dapat digunakan unutk menentukan konsentrasi dari senyawa tersebut dengan 1

description

uji invitro dan penentuan kurva kalibrasi

Transcript of uji invitro dan penentuan kurva kalibrasi

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangSpektrofotometri serapan merupakanpengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Teknik yang sering digunakan dalam analisis farmasi meliputi spektrofotometri ultraviolet, cahaya tampak, inframerah, dan serapan atom. Pengukuran spektrofotometri di dalam cahaya tampak mula-mula disebut kolorimetri; tetapi istilah kolorimetri lebih tepat digunakan untuk persepsi tentang warna. Untuk berbagai bahan farmasi pengukuran spectrum dalam daerah ultraviolet dan cahaya tampak dilakukan dengan ketelitian dan kepekaan yang lebih baik daripada dalam daerah inframerah dan dekat inframerah. Spektrum ultraviolet dan cahaya tampak suatu zat pada umumnyatidak mempunyai derajat spesifikasi yang tinggi. Walaupun demikian, spectrum tersebut bermanfaat bagi tambahan terutama identifikasi absorbansi suatu senyawa pada suatu panjang gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekulyang mengalami transisi. Oleh karena itu absorbansi tergantung pada banyaknya molekul yang mengalami transisi ( Depkes RI, 1995).Spektrofotometri U. V dapat digunakan unutk menentukan konsentrasi dari senyawa tersebut dengan cara menghasilkan interaksi antara sinar radiasi yang ringan pada U. V (200 400) dan sinar yang tampak pada rentang (400 800). Alat alat kalibrasi seperti ini digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan nilai pembacaan yang luas atau dalam hal lain mengeleminasi pembacaan senyawa untuk angka yang terus berkelanjuttan. Pada beberapa hal atau kejadian dapat terjadi kesalahan pada ketepatan dari alat tersebut. Kesalahan dapat dikurangi atau dihilangkan ketika telah ditentukan kalibrasa dari alat dalam nilai standar deviasinya, yang merupakan tingkat atau pengukuran kepastian suatu alat. Ketepatan yang bagus menunjukkan tingkat standar deviasi yang kecil dan prnurunan standar deviasi relatif (Adeewinyo, 2013). Penggunaan kalibrasi yang biasa dilakukan dengan menggunakan metoda Ringbom Ayre dengan perbedaannya dimana hanya terletak pada penentuan ketepatan dari mesin spektro bekerja. Penggunaan metoda (Adeeyinwo, 2013).1.2 Tujuan Percobaan Untuk mengetahui panjang gelombang Sulfadiazin Untuk mengetahui panjang gelombang Ibuprofen Untuk menentukan persamaan regresi Sulfadiazin Untuk mengetahui persamaan regresi Ibuprofen Untuk mengetahui pereaksi apa yang digunakan dalam uji in vitro Sulfadiazin Untuk mengetahui pereaksi apa yang digunakan dalam uji in vitro Ibuprofen

1.3 Manfaat Percobaan Agar mahasiswa dapat mengetahui pereaksi yang dipakai untuk pengujian In vivo dan In vitro Agar mahasiswa dapat mengetahui cara pemakaian alat spektrofotometri U. V Agar mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan pereaksi yang dipakai untuk uji In vivo dan In vitro

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Bahan2.1.1 Sulfadiazin.Rumus Bangun : Gambar 1. Rumus Bangun Sulfadiazin

Nama kimia: N-2-piridinil sulfanilamidaNama IUPAC: 4-amino-N-pyrimidin-2-yl-benzenesulfonamidaNama lazim: sulfadiazinum/sulfadiazineRumus kimia: C10H10N4O2SBM: 250,27Pemerian: Serbuk, putih sampai agak kuning; tidak berbau atau hampir tidak berbau; stabil di udara tetapi pada pemaparan cahaya perlahan-lahan menjadi hitam.Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air; mudah larut dalam asam mineral encer, dalam larutan kalium hidroksida, dalam larutan natrium hidroksida dan dalam ammonium hidroksida; agak sukar larut dalam etanol dan dalam aseton; sukar larut dalam serum manusia pada suhu 37oC. (Depkes RI, 1995).Suhu lebur: Lebih kurang 255o, disertai peruraian.Susut pengeringan: Tidak lebih dari 0,5%.Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.Khasiat dan penggunaan : Antibakteri.Dosis maksimum: Sekali 2g, sehari 8g (Depkes RI., 1979).Absorpsi Sulfadiazin di usus terjadi cepat dan kadar maksimal dalam darah dicapai dalam waktu 3-6 jam sesudah pemberian dosis tunggal. Kira-kira 15-40% dari obat yang diberikan diekskresi dalam bentuk senyawa asetil (Setiabudy, 2012).Hampir 70% obat ini mengalami reabsorpsi di tubuli ginjal dan pemberian alkali memperbesar klirens ginjal dengan mengurangi reabsorpsi tubuli. Karena beberapa macam sulfa sukar larut dalam urin yang asam, maka sering timbul kristaluria dan komplikasi ginjal lainnya. Untuk mencegah ini pasien dianjurkan minum banyak air agar produksi urin tidak kurang dari 1200mL/hari atau diberikan sediaan alkalis seperti Na-bikarbonat untuk menaikkan pH urin (Setiabudy, 2012).Dosis permulaan oral pada orang dewasa 2-4 g, dilanjutkan dengan 2-4 g dalam 3-6 kali pemberia; lamanya pemberian tergantung dari keadaan penyakit. Anak anak berumur lebih dari dua bulan diberikan dosis awal setengah dosis per hari kemudian dilanjutkan dengan 60-150 mg/kg BB (maksimum 6 g/hari) dalam 4-6 kali pemberian. Sediaan biasanya terdapat dalam bentuk tablet 500 mg (Setiabudy, 2012).Sulfadiazin dapat ditentukan kadarnya dengan berbagai cara., diantaranya dilakukan dengan metode nitrimetri dengan menggunakan natrium nitrit sebagai pentiter dan larutan kanji sebagai indikator dimana akan terbentuk larutan berwarna biru tua. Menurut United States of Pharmacopeia , dengan cara titrasi nitrimetri dan indikator pasta kanji. Menurut British Pharmacopeia dilakukan dengan cara titrasi menggunakan larutan natrium nitrit dan titik akhir ditentukakn dengan cara elektrometrik (Depkes RI, 1979).Sulfadiazin dapat juga ditentukan dengan menggunakan spektrofotometri ultraviolet dalam larutan asam ( HCL 0,1 N) spektrumnya pada 215 nm dan 242 nm, pada larutan basa (NaOH 0,1 N) spektrumnya pada 242 nm dan 254 nm, dan dalam pelarut metanol spektrum maksimumnya pada 270 nm (Depkes RI, 1979).Mekanisme kerjanya berdasarkan pencegahan sintesis (dihidro)folat dalam kuman dengan cara antogonisme saingan dengan PABA. Secara kimiawi sulfonamida merupakan analog-analog dari asam p-aminobenzoat (PABA,H2N-C6H4-COOH). Banyak jenis bakteri membutuhkan asam folat untuk membangun asam intinya DNA dan RNA. Asam ini dibentuknya sendiri dari bahan-pangkal PABA (=para-aminobenzoic acid) yang terdapat dimana-mana dalam tubuh manusia. Bakteri keliru menggunakan sulfa sebagai bahan untuk mensintesa asam folatnya sehingga DNA/RNA tidak terbentuk lagi dan pertumbuhan bakteri terhenti( Tjay, 2002 ).Manusia dan beberapa jenis bakteri (mis.Str.faecalis dan Enterococci lainnya) tidak membuat asam folat sendiri tetapi menerimanya dalam bentuk-jadi dari bahan makanan, sehingga tidak mengalami gangguan pada metabolismenya. Dalam nanah terdapat banyak PABA maka sulfonamida tidak dapat bekerja di lingkungan ini. Begitu pula sulfa tidak boleh diberikan serentak dengan obat-obat lain yang rumusnya mirip PABA, mis. prokain, prokain-penisilin, benzokain, PAS, dan sebagainya( Tjay, 2002 ).Kinetik. Resorpsinya dari lambung dan usus baik (terkecuali sulfa-usus), PP-nya berkisar antara rata-rata 40% (suifadiazin), 70% (sulfametazin dan sulfamerazin), dan 85%-97% untuk derivat long-acting sulfametoksipiridazin dan sulfadimetoksin. Kecuali obat-obat dengan pengikat protein (PP) tinggi, difusinya ke dalam jaringan agak baik.Di dalam hati sebagian diinaktifkan lewat perombakan menjadi senyawa asetilnya yang bersamaan dengan bentuk utuhnya diekskresi melalui ginjal. Kadar sulfa aktif dalam urin adalah 10 kali lebih tinggi daripada kadarnya dalam plasma, maka layak sekali digunakan sebagai desinfektans saluran kemih ( Tjay, 2002 ).

2.1.2 IbuprofenRumus Bangun :

Gambar 2. Rumus Bangun IbuprofenNama kimia: 2-(p-Isobutilfenil)asam propionatNama IUPAC: 2-[4-2-metilpropil)fenil]asan propanoatNama lazim: Ibuprofenum / ibuprofenRumus kimia: C13H18O2BM: 206,28Pemerian: Serbuk hablur,putih hingga hampir putih; berbau khas lemah.Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air; sangat mudah larut dalam etanol, dalam methanol, dalam aseton dan dalam kloroform; sukar larut dalam etil asetat Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.Dosis maksimum: Sekali 2g, sehari 8g (Depkes RI., 1995).Nama dagang: MortinKelas obat : NSID Mekanisme kerja:Menghambat siklooksigenase, menghasilkan penghambatan sistesis prostaglandin dan mediator inflamasi lainnya (Ehrenpreis,2001).Ibuprofen mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C13H18O2, dihitung terhadap zat anhidrat. Baku pembanding Ibuprofen BPFI ; tidak boleh dikeringkan (Depkes RI,1995). Indikasi/ dosis/ rute : hanya oral Nyeri ringan sampai sedangDewasa : 400mg q 4-6h,prnAnak-anak 6 bulan 12 tahun : 10 mg/kg q6-8h. Maksimum : 40 mg/kg. Reumatoid arthritis, osteoarthritisDewasa : 1200-3200 mg/d, 3-4 tergantung dosis. Maksimum : 3200 mg/d. Arthritis Juvenil20-40 mg/kg/d, 3-4 tergantung dosis. Penghilang demamAnak-anak 6 bulan-12 tahun : Temperatur H2PO4(aq)H2PO4-(aq)+ OH-(aq)--> HPO42-(aq))+ H2O(aq)Penyangga fosfat dapat mempertahankan pH darah 7,4. Penyangga di luar sel hanya sedikit jumlahnya, tetapi sangat penting untuk larutan penyangga urin.Campurkan 50 ml kalium dihidrogen fosfat 0,2 M dengan 39,1 ml NaOH 0,2 N dan diencerkan dengan aquadest bebas CO2 hingga 200 ml. (Depkes RI,1979)BAB IIIMETODELOGI PERCOBAAN

3.1 Alat Alat alat yang digunakan pada percobaan ini adalah batang pengaduk,, beaker glass 1L ( pyrex), beaker glass 500ml (BGIF), bola isap, ceret pemanas, corong, derigen, gelas arloji, gelas ukur 1L ( pyrex), gelas ukur 10 ml, labu tentu ukur 100ml (MC), labu tentu ukur 10ml (MC dan pyrex), pH universal, pipet volume 10 ml, pipet volume 5 ml, spektrofotometer U. V, dan timbangan digital

3.2 BahanBahan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah aquadest bebas CO2, NaOH, Kalium dihidrogen fosfat, HCl pekat, NaCl, Sulfadiazin dan Ibuprofen

3.3. Hewan Percobaan-

3.4. Prosedur Percobaan3.4.1 Pembuatan aquades bebas CO2Dimasukkan aquades ke dalam gelas ukur 1000 ml. Dipindahkan aquades ke dalam ceret pemanas , ulangi percobaan hingga aquades didalam ceret mencapai 2000 ml. Dipindahkan ceret listrik, lalu tutup dan tunggu hingga menididih. Setelah mendidih, dibuka tutup dan dituang ke dalam jerigen. Didinginkan jerigen dengan cara dirrendam di dalam air. Diulangi percobaan hingga didapat aquades bebas CO2 sebanyak 20.000 ml

3.4.2 Pembuatan pereaksi NaOH 1NPerhitunganNaOH 1N sebanyak 1LN = X x N1 = X x 1X = 40,01 Gram , dilebihkan 10% = 44,011 grDitimbang NaOH 44 gram dengan neraca analitik. Dimasukkan NaOH kedalam labu ukur 1000 ml. Dilarutkan dengan aquades bebas CO2 secukupnya sampai larut. Diadkan hingga 1000 ml dengan aquade bebas CO2.

3.4.3 Pembuatan NaOH 0,2 NPerhitungan NaOH 0,2 N sebanyak 1,5 LN = X x N0,2 = X x 1X = 12,0015 Gram , dilebihkan 10% = 13,20165 grDikalibrasi jerigen sebanyak 1,5 L. Ditimbang NaOH sebanyak 13,20165 gr di timbangan digital. Dilarutkan NaOH dalam labu ukur 1000 ml, lalu pindahkan ke dalam jerigen yang telah dikalibrasi. Diadkan dengan aquadeas bebas CO2 hingga 1,5L ke dalam jerigen.

3.4.4 Pembuatan NaCl 0,9 %NaCL fisiologis sebanyak 3 L9 x 3 = 27 Gram.Ditimbang NaCl 27 gr. Dikalibrasi wadah 3 liter. Dilarutkan NaCl ke dalam beaker glass dengn aquades secukupnya. Dimasukkan larutan NaCl ke dalam wadah, lalu dicukupkan dengan aquades hingga 1 liter.

3.4.5. Pembuatan Larutan Kalium Dihidrogen PosfatKalium dihidrogen PosfatM = X 0,2 = X X = 34,5215 grDikalibrasi jerigen sampai 5000ml. Ditimbang Kalium dihidrogen posfat sebanyak 34,5125 gr. Dilarutkan Kalium dihidrogen posfat dalam labu terukur dengan larutan NaOH 0,2 N kemudian diadkan sempai 1,25 L.

3.4.6 Pembuatan medium dapar pospat pH 7,4Perhitungan Medium Dapar posfat 7,4 Sebanyak 6 L = 25x50 mL = 1250 mL = 1,25 LNaOH= 34,02 x 25 = 977,5mL = 0,9775 LLarutan Kalium dihidrogen posfat 1.25 L ke dalam jerigen dan dicukupkan dengan larutan NaOH 0,2 N dan aquades bebas CO2..

3.4.7 Pembuatan medium lambung 5 LPembuatan 5 L Cairan Lambung BuatanNaCl yang dibutuhkan = 2g x 5=10 gHCl pekat yang dibutuhkan = 7ml x 5 = 42 mlDitimbang 10 gr NaCl. Diambil 35 ml HCl pekat. Dikalibrasi beaker glass sampai 5 L. Dimasukkan NaCl 10 gr ke dalam beaker glass lalu ditambahkan aquades sedikit demi sedikit. Ditambahkan 35 ml HCl pekat ke dalam beaker glass lalu dimasukkan lagi aquades sampai mendekali batas tanda. Diaduk dengan batang pengaduk. Dicek pH dengan menggunakan pH universal, didapat pH 1. Dicukupkan dengan aquades hingga 5 L. Dimasukkan ke dalam jerigen dengan menggunakan corong.

3.4.8 Pembuatan LIB sulfodiazinPerhitungan SulfadiazinDitimbang seksama sulfadiazin 250 mgLIB = = = 250 ppmLIB 2 = V1 x N1 = V2 x N2V1 x 250 ppm= 100 ml x 10ppmV1 = 4 mL

Untuk kurva kalibrasi 4ppm = = V1 x N1 = V2 x N2V1 x 10= 10x4V1 = 4mL

5ppm= = V1 x N1 = V2 x N2V1 x 10= 10x5V1 = 5mL

6ppm = = V1 x N1 = V2 x N2V1 x 10= 10x6V1 = 6mL

7 ppm = = V1 x N1 = V2 x N2V1 x 10= 10x7V1 = 7mL

8 ppm = = V1 x N1 = V2 x N2V1 x 10= 10x8V1 = 8 mL

9 ppm = = V1 x N1 = V2 x N2V1 x 10= 10x 9V1 = 9mL10 ppm = = V1 x N1 = V2 x N2V1 x 10= 10x 10V1 = 10mLDitimbang sulfadiazin 0,25 gr. Dimasukkan sulfonamid ke dalam labu ukur 1000 ml, dicukupkan dengan medium pH lambung hingga 1000 ml. Dipipet 4 ml dari LIB I ke labu ukur 100 ml dan dicukupkan volume dengna medium lambung. Dihomogenkan larutan. Dipipet 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 ml dan LIB II, kedalam labu ukur 10 ml, dicukupkan dengan medium lambung hingg 10 ml. Didapat konsentrasi yang diinginkan

3.4.9 Pembuatan LIB ibuprofenPerhitungan ibuprofenDitimbang seksama ibuprofen 50 mgLIB = = = 500 ppmLIB 2 = V1 x N1 = V2 x N2V1 x 500= 100x10V1 = 2mL

Untuk kurva kalibrasi 4ppm = = V1 x N1 = V2 x N2V1 x 10= 10x4V1 = 4mL5ppm= = V1 x N1 = V2 x N2V1 x 10= 10x5V1 = 5mL

6ppm = = V1 x N1 = V2 x N2V1 x 10= 10x6V1 = 6mL

7 ppm = = V1 x N1 = V2 x N2V1 x 10= 10x7V1 = 7mL

8 ppm = = V1 x N1 = V2 x N2V1 x 10= 10x8V1 = 8mL

9 ppm = = V1 x N1 = V2 x N2V1 x 10= 10x 9V1 = 9mL

10 ppm = = V1 x N1 = V2 x N2V1 x 10= 10x 10V1 = 10mLDitimbang 50 mg ibuprofen dengan neraca analitik. Dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml. Dilarutkan dengan medium dapar fospat secukupnya sampai larut. Diadkan dengan medium dapar fospat hingga 100 ml. Dipipet 2 ml dari LIB I. Dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml. Dilarutkan dengan medium dapar posfat secukupnya hingga larut. Diadkan dengan medium dapar posfat hingga 100 ml. Dipipet 4 ml dari LIB II. Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml. Dicampur dengan medium dapar pospat sampai 10 ml, selnajutnya diambil unutk C : 5, 6, 7, 8, 9 mg/ml

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL4.1.1 Kurva kalibrasi sulfadiazin dalam medium lambungNoKonsentrasi (X)Absorbansi (Y)XYX2Y2

10.00000.148000.021904

24.00000.2881.328160.083

35.00000.3162.475250.0999

46.00000.3554.536360.126

57.00000.3947.595490.155

68.00000.44112.5632640.1963

79.00000.50520.655810.255

810.00000.56231.61000.316

a = = =2,8705/ 70,875 = 0,0408b = y ax = 0,3675 0,0408 ( 6,125) = 0,1266r = = = r = 0,992persamaan regresi : y = ax + b y = 0,0408x + 0,1266

4.1.2 Kurva kalibrasi ibuprofen dalam medium lambungNoKonsentrasi (X)Absorbansi (Y)XYX2Y2

10.00001.773003.144

24.00003.612208.7521613.047

35.00003.612326.1752513.047

46.00003.436469.6923611.806

57.00003.612639.3034913.047

68.00003.612835.0086413.047

79.00003.6121056.0078113.047

810.00003.6121304.710013.047

a = = =11,285825/ 70,875 = 0.1597b = y ax = 3,360125 (0,1597) ( 6,125) = 2,335025r = = = r = 0,7865 persamaan regresi : y = ax + b y = 0.1597 x + 2.335025

4.2. PembahasanPereaksi merupakan suatu proses dimana zat-zat baru, yaitu hasil reaksi terbentuk dari beberapa zat aslinya. Reaksi kimia dikatakan berlangsung apabila salah satu hal berikut harus teramati, yaitu reaksi tersebut menghasilkan gas, endapan, perubahan suhu dan perubahan warna. Reaksi kimia merupakan proses perubahan zat pereaksi menjadi produk (Shargel, 1999).Pada percobaan kali ini, pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah aquadest bebas CO2 sebagai pelarut, NaOH 1 N dan NaOH 0,2 N sebagai bahan yang digunakan untuk membuat cairan lambung buatan dan dapar phospat. Selain itu medium lambung buatan dibuat dengan pH 1,2 dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan pH cairan Lambung manusia agar uji ini benar-benar sesuai dengan kondisi dimana sulfadiazin akan bekerja dan mengalami disolusi. Sedangkan medium dapar phospat dibuat dengan pH 7,4 yang dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan kondisi usus manusia dimana ibuprofen akan terlarut dan bekerja, sehingga hasil uji ini dapat bener-benar sesuai dengan kondisi Gastro Intestinal manusia.Spektrofotometri U. V dapat digunakan unutk menentukan konsentrasi dari senyawa tersebut dengan cara menghasilkan interaksi antara sinar radiasi yang ringan pada U. V (200 400) dan sinar yang tampak pada rentang (400 800). Alat alat kalibrasi seperti ini digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan nilai pembacaan yang luas atau dalam hal lain mengeleminasi pembacaan senyawa untuk angka yang terus berkelanjuttan. Pada beberapa hal atau kejadian dapat terjadi kesalahan pada ketepatan dari alat tersebut. Kesalahan dapat dikurangi atau dihilangkan ketika telah ditentukan kalibrasa dari alat dalam nilai standar deviasinya, yang merupakan tingkat atau pengukuran kepastian suatu alat. Ketepatan yang bagus menunjukkan tingkat standar deviasi yang kecil dan prnurunan standar deviasi relatif (Adeewinyo, 2013).Pembuatan kurva kalibrasi berguna untuk mencari persamaan regresi dari pengukuran ketersediaan zat-zat tersebut. Hasil yang diperoleh adalah Sulfadiazin (panjang gelombang 242nm) mempunyai persamaan regresi y = 0,0408x + 0,1266 dengan r= 0,992 dan Ibuprofen (panjang gelombang = 200nm) mempunyai persamaan y = 0.1597 x + 2.335025 dengan r = 0,7865. Hasil ini menyimpang dari hasil yang seharusnya ( r mendekati 1). Hal ini disebabkan oleh kesalahan praktikan yang tidak bekerja secara kuantitatif dan kesalahan operasional yaitu alat-alat yang digunakan sudah tidak memenuhi standar karena tidak dikalibrasi pada saat penggunaan.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan Panjang gelombang Sulfadiazin adalah 242nm Panjang gelombang Ibuprofen adalah 200 nm Persamaan regresi sulfadiazine : y = 0,0408x + 0,1266 ( r = 0,99) Persamaan regresi Ibuprofen : y = 0.1597 x + 2.335025 (r = 0,7865) Pereaksi yang digunakan pada uji in vitro sulfadiazine adalah medium lambung buatan pH 1,2 Pereaksi yang digunakan pada uji in vitro Ibuprofen adalah medium dapar Posfat pH 7,4

5.2. Saran Sebaiknya diberikan pepsin pada medium lambung buatan agar dapat dilihat perbandingan antara adanya penambahan pepsin dengan tanpa penggunaan pepsin Sebaiknya pada praktikum selanjutnya digunakan bahan obat yang lain, misalnya pada uji in vitro menggunakan pereaksi medium lambung buatan pH 1,2 digunakan asam salisilat dan pada medium dapar posfat digunakan furosemid

DAFTAR PUSTAKA

Adeeyinwo,C.E. 2013. Basic Calibration of UV/ Visible Spectrophotometer.Akure, Federal University of Technology

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Depkes RI. Hal: 262-263, 579, 654, 681, 749.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Depkes RI. Hal: 400, 765, 1127, 1143, 1185.

Ehrenpeis,S. 2001. Clinicians Handbook Of Prescription Drugs. USA : Mc. Graw Hill. Page : 445.

Evans,G. 2004. A Handbook Of Bioanalysis and Drug Metabolism. USA : CRC Press.

Markham,K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung : ITB. Hal :39.

Setiabudy,R.danYanti Mariana .2012. Dalam Buku Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta : UI Press. Hal : 602.

Shargel,L., dkk. 1999. Applied Biopharmaceutics And Pharmacokinetics. Fourth Edition. Appleton & Lange.

Tjay,T.H. dan Rahardja,K. 2008. Obat-Obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi VI. Jakarta : PT.Elex Media Komputindo. Hal : 540-541, 138-139, 523.

LAMPIRANFlowsheet0. Pembuatan kurva kalibrasi0. Pembuatan kurva kalibrasi sulfadiazine dalam medium lambung buatan pH 1,2

250 mg Sulfadiazin

dilarutkan dengan medium

LIB I diencerkan sampai 1000 ml

dipipet 4 ml sampai 100 ml (C = 10 ppm)

LIB IIdipipet 4,5,6,7,8,9 sampai 10 mldiperoleh konsentrasi 4,5,6,7,8,9,dan 10 mg/mldiukur absorbansinya dengan spektrofotometer

Hasil

0. Pembuatan kurva kalibrasi Ibuprofen dalam medium dapar posfat pH 7,4

50 mg Ibuprofen

dikeringkan pada suhu 104C selama 3 jamdilarutkan dengan medium

LIB I diencerkan sampai 100 ml (500ppm)dipipet 2 ml dari larutan

LIB IIdiencerkan sampai 100 ml (C = 10 ppm)

dipipet 4,5,6,7,8,9,10 ml diencerkan sampai 10 ml hingga diperoleh konsentrasi 4,5,6,7,8,9, dan 10 mcg/mldiukur absorbansinya dengan spektrofotometer

Hasil

Lampiran Gambar

Pengenceran SulfadiazinPengenceran Ibuprofen Spektrofotometer UVNeraca Analitik Aqua Bebas CO2Hasil Kalibrasi SulfadiazinAlat yang digunakan24