PEMBUATAN PEREAKSI DAN PEMBUATAN KURVA KALIBRASI SULFADIAZIN DAN FUROSEMIDA by Anggi Arfah Nursahada

40
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pereaksi merupakan suatu proses dimana zat-zat baru yaitu hasil reaksi, terbentuk dari beberapa zat aslinya. Reaksi kimia dikatakan atau berlangsung apabila salah satu hal berikut harus teramati yaitu reaksi tersebut menghasilkan gas, endapan, perubahan suhu dan perubahan warna. dan reaksi kimia juga merupakan proses perubahan zat pereaksi menjadi produk (Basset., dkk, 1994). Normalitas dari solusi adalah 'molaritas' dikalikan dengan jumlah setara per mol (mol jumlah ion hidroksida atau hidronium per mol) untuk molekul. Untuk NaOH ada satu ekuivalen per mol (satu mol ion hidroksida rilis per mol NaOH dilarutkan dalam air) sehingga 'normalitas' adalah 'Molaritas' kali 1 eq/mol (Basset., dkk, 1994). Pereaksi pembatas adalah zat yang jumlah partikelnya habis terlebih dahulu sehingga mengakibatkan reaksi terhenti. Pereaksi pembatas 1

description

PEMBUATAN PEREAKSI DAN PEMBUATAN KURVA KALIBRASI SULFADIAZIN DAN FUROSEMIDA by : Anggi Arfah Nursahada

Transcript of PEMBUATAN PEREAKSI DAN PEMBUATAN KURVA KALIBRASI SULFADIAZIN DAN FUROSEMIDA by Anggi Arfah Nursahada

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pereaksi merupakan suatu proses dimana zat-zat baru yaitu hasil reaksi,

terbentuk dari beberapa zat aslinya. Reaksi kimia dikatakan atau berlangsung

apabila salah satu hal berikut harus teramati yaitu reaksi tersebut menghasilkan

gas, endapan, perubahan suhu dan perubahan warna. dan reaksi kimia juga

merupakan proses perubahan zat pereaksi menjadi produk (Basset., dkk, 1994).

Normalitas dari solusi adalah 'molaritas' dikalikan dengan jumlah setara

per mol (mol jumlah ion hidroksida atau hidronium per mol) untuk molekul.

Untuk NaOH ada satu ekuivalen per mol (satu mol ion hidroksida rilis per mol

NaOH dilarutkan dalam air) sehingga 'normalitas' adalah 'Molaritas' kali 1 eq/mol

(Basset., dkk, 1994).

Pereaksi pembatas adalah zat yang jumlah partikelnya habis terlebih

dahulu sehingga mengakibatkan reaksi terhenti. Pereaksi pembatas jumlahnya

membatasi jumlah pereaksi lain yang dapat bereaksi. Pereaksi pembatas dapat

ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Tuliskan persamaan reaksi yang telah disertakan,

2. Tentukan jumlah mol setiap pereaksi,

3. Bagi mol setiap pereaksi dengan koefisien reaksinya, hasil bagi mol

perkoefisien terkecil merupakan pereaksi pembatas,

4. Gunakan mol pereaksi pembatas sebagai patokan untuk menghitung jumlah

pereaksi yang habis (pereaksi pembatas), jumlah pereaksi yang yang bersisa

dan jumlah zat hasil reaksi yang terbentuk (Muchtaridi & Justiana, 2007).

1

1.2 Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui cara pembuatan aquadest bebas CO2

Untuk mengetahui cara dan hasil perhitungan pembuatan pereaksi NaOH 1N

Untuk mengetahui cara dan hasil perhitungan pembuatan pereaksi NaOH

0,2N

Untuk mengetahui cara dan hasil perhitungan pembuatan cairan lambung

buatan

Untuk mengetahui cara dan hasil perhitungan pembuatan NaCI 0,9% yang

isotonis dengan cairan tubuh

Untuk mengetahui cara dan hasil perhitungan pembuatan dapar fosfat pH 7,4

Untuk mengetahui cara dan hasil perhitungan kurva absorpsi dan kurva

kalibrasi Sulfadiazin dalam medium lambung buatan pH 1,2

Untuk mengetahui cara dan hasil perhitungan kurva absorpsi dan kurva

kalibrasi Furosemid

1.3 Manfaat Percobaan

Agar praktikan mengetahui cara pembutan pereaksi untuk ekperimen pada uji

invitro

Agar praktikan mengetahui guna pereaksi untuk eksperimen pada uji invitro

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2

Proses perubahan kimia disebut dengan reaksi kimia yang ditandai dengan

terbentuknya zat baru. Zat yang berubah pada suatu reaksi kimia disebut pereaksi

(reaktan) sedangkan zat baru yang dihasilkan melalui suatu reaksi kimia disebut

dengan hasil reaksi (produk). Reaksi kimia biasanya ditandai dengan terjadinya

perubahan warna, terbentuknya endapan, terbentuknya gas dan terjadi perubahan

suhu. Perubahan suhu pada reaksi kimia terjadi karena pada reaksi tersebut terlibat

sejumlah energi dalam bentuk panas (kalor) (Astuti, 2009).

Jenis – Jenis Reaksi Kimia

1. Pembakaran.

Pembakaran adalah suatu reaksi dimana suatu unsur atau senyawa bergabung

dengan oksigen membentuk senyawa yang mengandung oksigen sederhana.

2. Penggabungan (sintetis) suatu reaksi dimana sebuah zat yang lebih kompleks

terbentuk dari dua atau lebih zat yang lebih sederhana (baik unsur maupun

senyawa).

3. Penguraian adalah suatu reaksi dimana suatu zat dipecah menjadi zat-

zat yang lebih sederhana

4. Penggantian (Perpindahan tanggal) adalah suatu reaksi dimana sebuah

unsur pindahan unsur lain dalam suatu senyawa

5. Metatesis (pemindahan tanggal) adalah suatu reaksi dimana terjadi

pertukaran antara dua reaksi (Petrucci & Hill, 2005).

Kebenaran hasil pengujian dan penetapan kadar, antara lain tergantung

pada mutu pereaksi yang digunakan. Kecuali dinyatakan lain, semua pereaksi

yang digunakan dalam pengujian dan penetapan kadar harus mempunyai mutu

3

untuk analisis, pereaksi dalam pereaksi indikator dan larutan tidak boleh

digunakan dalam terapi (Depkes, 1995).

Larutan adalah campuran yang homogen antara zat terlarut dan pelarut.

Tidak semua zat padat dapat larut dalam air. Bila pasir dicanpurkan ke dalam air,

setelah beberapa saat pasir akan terpisah dari air. Pasir akan mengendap di bagian

bawah, sedangkan air di bagian atas. Campuran seperti ini disebut campuran

heterogen, biasanya disingkat campuran. Larutan dapat berwujud padat, cair,

ataupun gas. Contoh larutan yang berwujud padat adalah kuningan yang

merupakan campuran homogen dari seng dengan tembaga. Contoh larutan yang

berwujud cair adalah air gula, air garam, dan sebagainya. Contoh larutan yang

berwujud gas adalah udara yang merupakan campuran dari berbagai jenis gas,

terutama gas nitrogen dan gas oksigen (Astuti, 2009).

Pembuatan aquadest bebas CO2

Air murni adalah air yang dimurnikan yang diperoleh dengan destilasi,

perlakuan menggunakan penukar ion osmosis balik atau proses yang sesuai.

Dibuat dari air yang memenuhi persyaratan air minum. Tidak mengandung zat

tambahan lain. Pemerian cairan jernih,tidak berwarna dan tidak berbau dengan pH

antara 5,0 dan 7,0 dilakukan penetapan secara potensiometrik pada larutan yang

ditambahkan 0,30 ml larutan kalium klorida (p) pada jenuh 100 ml zat uji (Depkes

RI, 1995).

Pembawa air merupakan pembawa umum yang dipilih karena tidak

mengiritasi, tidak toksik, air menimbulkan efek melarutkan pada sebagian terbesar

zat-zat yang berhubungan dengan adanya dan tidak menjadi murni serta

mengandung garam-garam anorganik dalam jumlah yang berbeda, biasanya

4

natrium, kalium, kalsium, magnesium dan besi. Air murni biasanya mengandung

kurang dari 0,1% jumlah zat-zat padat, yang ditentukan dengan menguapkan 100

ml. Pembuatan aquadest bebas CO2 agar tidak membentuk komplek kelat sehingga

harus ditutup setelah pemanasan (Petrucci & Ralph, 1989).

Karbondioksida merupakan sumber karbon utama dalam proses

fotosintesis. Karbondioksida ini merupakan senyawa sisa metabolisme, yaitu

respirasi seluler yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup. Karbon dioksida (rumus

kimia: CO2) atau zat asam arang adalah sejenis senyawa kimia yang terdiri dari

dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah atom karbon. Ia

berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar dan hadir di atmosfer

bumi (Petrucci & Ralph, 1989).

Karbondioksida (CO2) merupakan salah satu gas yang terdapat dalam air.

Berdasarkan bentuk dari gas Karbondioksida (CO2) di dalam air, CO2 dibedakan

menjadi: CO2 bebas yaitu CO2 yang larut dalam air, CO2 dalam kesetimbangan,

CO2 agresif. Dari ketiga bentuk Karbondioksida (CO2) yang terdapat dalam air,

CO2 agresiflah yang paling berbahaya karena kadar CO2 agresif lebih tinggi dan

dapat menyebabkan terjadinya korosi sehingga berakibat kerusakan pada logam –

logam dan beton. Menurut Powell CO2 bebas yang asam akan merusak logam

apabila CO2 tersebut bereaksi dengan air.karena akan merusak logam (Harun F.R

1996).

Natrium Hidroksida (NaOH)

Mengandung tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 100,5% alkali

jumlah,dihitung sebagai NaOH, mengandung Na2CO3 tidak lebih dari 3,0%.

Pemerian : putih atau praktis putih, massa melebur berbentuk pellet, serpihan atau

5

batang atau bentuk lain, keras rapuh dan menunjukkan perpecahan hablur. Bila

dibiarkan di udara, akan cepat menyerap karbon dioksida dan lembab. Kelarutan

mudah larut dalam air dan dalam etanol.(Depkes RI,1994)

NaOH hanya berisi satu fungsi kimia yang signifikan, yang merupakan

hidroksida dasar, OH-. Jadi, untuk NaOH solusi, molaritas dan normalitas akan

hal yang sama. Jadi, solusi 1,0 N NaOH dalam air juga merupakan 1,0 M larutan

NaOH dalam air, dan 0,1 N larutan NaOH dalam air adalah 0,1 M larutan NaOH

dalam air. untuk membuat M 1.0 (= 1,0 N) larutan NaOH dalam air, timbang 40,0

gram NaOH, larutkan di sekitar 0,8 liter air, dan kemudian menambahkan air

untuk solusi untuk mengambil volume total hingga 1,0 liter persis. dan lakukan

hal yang sama untuk membuat 0,1 M (= 0,1 N) solusi: menimbang 0,1 mol NaOH

(= 4.0 g), larutkan dalam air, dan tambahkan air yang cukup untuk membuat total

volume setara dengan tepat 1 liter (Ansel, 2005).

Natrium klorida,

Mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari 101,0% NaCI

dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan, tidak mengandung zat tambahan.

Pemerian: hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur putih,rasa asin.

Kelarutan mudah larut dalam air mendidih, larut dalm gliserin,sukar larut dalam

etanol (Depkes RI, 1994).

Natrium Klorida juga dikenal dengan garam dapur, atau halit, adalah

senyawa kimia dengan rumus molekul NaCl. Senyawa ini adalah garam yang

paling memengaruhi salinitas laut dan cairan ekstraselular pada banyak organisme

multiselular. Sebagai komponen utama pada garam dapur, natrium klorida sering

digunakan sebagai bumbu dan pengawet makanan (Ansel, 2005).

6

Sodium Chlorida atau Natrium Chlorida (NaCl) yang dikenal sebagai

garam adalah zat yang memiliki tingkat osmotik yang tinggi. Zat ini pada proses

perlakuan penyimpanan benih recalsitran berkedudukan sebagai medium inhibitor

yang fungsinya menghambat proses metabolisme benih sehingga perkecambahan

pada benih recalsitran dapat terhambat (Ansel, 2005).

Dengan kemampuan tingkat osmotik yang tinggi ini maka apabila NaCl

terlarut di dalam air maka air tersebut akan mempunyai nilai atau tingkat

konsentrasi yang tinggi yang dapat mengimbibisi kandungan air (konsentrasi

rendah)/low concentrate yang terdapat di dalam tubuh benih sehingga akan

diperoleh keseimbangan kadar air pada benih tersebut. Hal ini dapat terjadi karena

H2O akan berpindah dari konsentrasi yang rendah ke tempat yang memiliki

konsentrasi yang tinggi. Hal ini merupakan hal yang sangat menguntungkan bagi

benih recalsitran, karena sebagaimana kita ketahui benih recalsitran yaitu benih

yang memiliki tingkat kadar air yang tinggi dan sangat peka terhadap penurunan

kadar air yang rendah. Kadar air yang tinggi menyebabkan benih recalsitran selalu

mengalami perkecambahan dan berjamur selama masa penyimpanan atau

pengiriman ketempat tujuan. Namun dengan perlakuan konsentrasi sodium

chlorida (NaCl) maka hal ini dapat teratasi (Ansel, 2005).

Konsentrasi suatu larutan dalam hubungannya dengan tekanan osmosis di

pengaruhi oleh jumlah partikel zat terlarut dalam larutan hal ini terjadi apabila zat

terlarut bukan elektrolit (seperti gula) sehingga konsentrasi larutan sepenuhnya

tergantung pada jumlah molekul yanga ada.tapi apabila zat terlarut adalah

elektrolit seperti natrium klorida maka jumlah partikel yang menunjang larutan ini

tidak hanya pada konsentrasi molekul yang ada tapi juga pada tingkat ionisasi.

7

Cairan tubuh, termasuk darah dan cairan mata mempunyai tekanan

osmosis yang sebanding dengan larutan natrium klorida dalam air 0,9%. Jadi

suatu larutan NaCl dengan konsentrasi tersebut dikatakan isoosmotik, atau

memiliki suatu tekanan osmosis yang seimbang dengan fisiologis (Ansel, 2005).

Cairan Lambung

Proses pencernaan dapat dilakukan dengan cara mekanik dan kimiawi.

Proses mekanik adalah proses pengubahan makanan yang berukuran besar sampai

ukurannya lebih kecil.Proses ini dibantu dengan gigi, lambung dan usus selain itu

juga dibantu dengan adanya gerakan peristaltik. Sedangkan pencernaan kimiawi

adalah pengubahan secara kimia dilakukan dengan bantuan enzim (Poedjiadi,

1994).

Pepsin adalah enzim pencernaan yang dilepaskan dalam perut sebagai

pepsinogen. Asam klorida merangsang pelepasan pepsinogen.Ketika pepsinogen

terkena asam klorida dalam lambung, pepsinogen berubah menjadi pepsin.

Dengan fungsi utama pepsin adalah untuk memecah protein yang ditemukan

dalam berbagai makanan seperti daging dan telur menjadi fragmen yang lebih

kecil (polipeptida) (Poedjiadi, 1994).

Cairan lambung adalah merupakan cairan yang ada di dalam lambung.

Komponen getah lambung terdari dari air, asam klorida dan enzim. Sekresi dari

getah lambung diatur oleh mekanisme syaraf dan hormonal. Impuls parasimpatis

yang terdapat pada medula dihantarkan melalui syaraf vagus dan merangsang

gastrik glands untuk mensekresikan pepsinogen, asam klorida, mukus, dan

hormon gastrin. Ada tiga faktor yang merangsang sekresi lambung, yaitu : fase

sefalik, fase gastrik, dan fase intestinal (Poedjiadi, 1994).

8

Asam lambung mempunyai pH sekitar 1,00 sampai 2,00. Fungsi utamanya

adalah pemecahan molekul protein dengan mengaktivasi pepsin. Fungsi lainnya

adalah kerja pendahuluan terhadap protein sebelum dipecah pepsin, yaitu berupa

denaturasi dan hidrolisis, aktivasi pepsinogen menjadi pepsin, mempermudah

penyerapan Fe, sedikit menghidrolisis suatu disakarida, merangsang pengeluaran

sekretin, suatu hormon yang terdapat dalam duodenum, dan mencegah terjadinya

fermentasi dalam lambung oleh mikroorganisme (Poedjiadi, 1994).

. Prinsip dari aktivitas di perut adalah memulai pencernaan protein. Bagi

orang dewasa, pencernaan terutama dilakukan melalui enzim pepsin. Pepsin

memecah ikatan peptide antara asam amino yang membentuk protein. Rantai

protein yang terdiri dari asam amino dipecah menjadi fragmen yang lebih kecil

yang disebut peptide. Pepsin paling efektif di lingkungan yang sangat asam di

perut (pH=2) dan menjadi inaktif di lingkungan yang basa (Syukri, 2002).

Pepsin disekresikan menjadi bentuk inakatif yang disebut pepsinogen,

sehingga tidak dapat mencerna protein di sel-sel zymogenic yang

memproduksinya. Pepsinogen tidak akan diubah menjadi pepsin aktif sampai ia

melakukan kontak dengan asam hidroklorik yang disekresikan oleh sel parietal.

Kedua, sel-sel lambung dilindungi oleh mukus basa, khususnya setelah pepsin

diaktivasi. Mukus menutupi mukosa untuk membentuk hambatan antara mukus

dengan getah lambung (Syukri, 2002).

Pepsin adalah suatu komponen yang besar yang memiliki berat molekul

35.000 daltons dan pH optimum  kira-kira 1.0 untuk subrat kasein dan

hemoglobin jika substrat adalah protein asli. Pepsin akan memotong grup karbolik

dari asam amino seperti fenilalanin dan tirosin. Pepsin tidak memotong ikatan

9

yang ada di valin, alanin, atau glisin. Pepsin tidak bekerja pada pH 6.0 (Syukri,

2002).

Dapar Fosfat

Kalium dihidrogen fosfat, atau kalium fosfat monobasa, (MKP) -K H 2P O 4-

adalah larut garam yang digunakan sebagai pupuk, sebuah aditif makanan dan

fungisida. Ini adalah sumber fosfor dan kalium. Ini juga merupakan agen

penyangga.

Pembuatan dapar fosfat untuk mempertahankan PH sediaan pH yang baik

adalah kapasitas dapar yang dimilikinya memungkinkan penyimpanan lama dan

darah dapat menyesuaikan diri serta pH ideal = 7,4 sesuai pH darah. Bila pH > 9

terjadi nekrosis pada jaringan dan bila pH < 3 sangat sakit waktu disuntikkan

(Keenan & Pudjaatmaja, 1992).

Furosemid merupakan obat diuretic kuat, terutama diberikan pada

penderita hipertensi. Pada pemberian secara oral, obat ini hanya sekitar 60 % yang

dapat terabsorpsi. Sangat rendahnya fraksi obat yang terabsorpsi tersebut

merupakan akibat dari kelarutannya yang sangat kecil, karena furosemid sangat

sukar larut dalam air (Tianti., dkk, 2005).

Furosemid merupakan obat golongan diuretika kuat, yang efektif untuk

pengobatan udem akibat gangguan jantung, hati atau ginjal dan hipertensi.

Pengobatan dengan furosemid sering menimbulkan permasalahan bioavaibilitas

per oral. Permasalahan bioavailabilitas yang timbul sering dikaitkan dengan laju

disolusi furosemid yang rendah (Sutriyo., dkk, 2005).

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

10

3.1 Alat-Alat yang Digunakan

Neraca analitik, labu tentukur 10 ml, labu tentukur 100 ml, labu tentukur

1000 ml, bekerglass 250 ml, bekerglass 1000 ml, batang pengaduk, maat pipet 10

ml, bola karet, pH universal, botol aquadest.

3.2 Bahan-Bahan yang Digunakan

Natrium hidroksida (NaOH), kalium hidrogen fosfat (K H 2P O 4), natrium

klorida (NaCl), asam klorida (HCl), Aquadest bebas CO2, sulfadiazine serbuk,

furosemid serbuk, pepsin,aquadest.

3.3 Hewan Percobaan

-----

3.4 Prosedur

1. Pembuatan aquadest bebas CO2

Nama bahan: Aquadest 10 L

Cara kerja:

didihkan 5 liter aquadest kuat –kuat

dibuka tutupnya setelah mendidih dan biarkan tetap mendidih

selama 5 menit

Dinginkan

Di masukkan ke dalam wadah

2. Pembuatan NaOH 1 N

Nama bahan: NaOH

Aquadest bebas CO

Cara kerja:

dilarutkan 44 g NaOH

11

dicukupkan hingga 1000 ml aquadest bebas CO2

dimasukkan kedalam wadah

3. Pembuatan NaOH 0,2 N

Nama bahan: NaOH

Aquadest bebas CO2

Cara kerja:

dilarutkan 13,2 g NaOH

dicukupkan dengan aquadest bebas CO2 hingga 1,5 L

dimasukkan kedalam wadah

4. Pembuatan NaCl 0.9 %

Nama bahan: NaCL 0.9%, aquadest

Cara kerja:

dilarutkan 27 g NaCl dengan aquadest

dicukupkan dengan air hingga 3000 ml

dimasukkan dalam wadah

5. Pembuatan Cairan Lambung Buatan

Nama bahan: Natrium klorida

HCl(p)

Aquadest

Cara kerja

ditimbang sebanyak 12 g natrium klorida

dilarutkan dalam 42 ml asam klorida pekat

dicukupkan dengan air hingga 6 liter

dimasukkan dalam wadah

6. Pembuatan dapar fosfat PH 7,4

12

Bahan: kalium hydrogen fosfat

NaOH 0,2 N

Aquadest

Cara kerja:

dicampurkan 1,25 liter KH2PO4 0,2 M dengan NaOH 0,2 N

sebanyak 977,5 ml

dilarutkan sampai larut

dicukupkan dengan aquadest bebas CO2 hingga volume 5 liter

dimasukkan dalam wadah

3.3.2. Pengukuran Kurva Absorpsi dan Kurva Kalibrasi Sulfadiazin

Timbang seksama 250 mg SD, larutkan dalam medium dan

encerkan sampai 1000 ml (C = 250 mcg/ml). Pipet 4 ml dari LIB I

encerkan sampai 100 ml (C = 10 ppm). Kemudian pipet 4, 5, 6, 7,

8, 9, 10 ml dari larutan LIB II (C= 10 ppm) encerkan sampai 10 ml

hingga diperoleh konsentrasi 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 mcg/ml. Ukur

absorbansinya dengan spektrofotometer UV.

3.3.3. Pengukuran Kurva Absorpsi dan Kurva Kalibrasi Furosemida

Timbang seksama 50 mg Furosemida yang dikeringkan pada suhu

104oC selama 3 jam, larutkan dalam medium dan encerkan sampai

100 ml (C = 500 mcg/ml). Pipet 2 ml dari LIB I encerkan sampai

100 ml (C = 10 ppm). Kemudian pipet 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 ml dari

larutan LIB II (C= 10 ppm) encerkan sampai 10 ml hingga

diperoleh konsentrasi 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 mcg/ml. Ukur

absorbansinya dengan spektrofotometer UV

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

13

Aquadest bebas CO2 sebanyak 10 L

NaOH 0,1 N ditimbang sebanyak 44.011 g

NaOH 0, 2 N ditimbang sebanyak 13,20 g

NaCl 0,9% di timbang sebanyak 27 g

Cairan lambung buatan di timbang NaCl senbanyak 12 g dan HCl sebanyak

42 ml

KH2PO4 ditimbang sebanyak 1,25 L dan dilarutkan dengan NaOH 977,5 ml

Kurva kalibrasi Sulfadizin:

Terlampir

Kurva Kalibrasi Furosemid:

Terlampir

4.2 Grafik

Terlampir

4.3 Pembahasan

Dari hasil percobaan maka pembuatan aquadest bebas CO2 dengan 10 liter

aquadest yang didihkan selama 5 menit dan ditutup kembali dilakukan pembuatan

aquadest bebas CO2 supaya tidak membentuk kompleks khelat dalam air.

Pembuatan NaOH dengan konsentrasi 0,2 N ditimbang sebanyak 12 gram dan

dilebihkan 10% untuk menhindari faktor penyimpangan dan NaOH 1N ditimbang

sebanyak 44,01 gram yang keduanya sama-sama dilarutkan dalam 1000 ml

aquadest bebas CO2. Pembuatan cairan lambung sebanyak 6 liter dengan

menimbang 12 gram natrium klorida yang dilarutkan dalam asam klorida pekat

sebanyak 42 ml dan di encerkan dengan aquadest hingga 6 liter dan pembuatan

NaCl 0,9%.

14

Pembuatan dapar fosfat untuk mempertahankan pH, yang dibuat dengan

menimbang kalium hidrogem fosfat yang dilarutkan dalam natrium hidroksida

sebanyak 977,5 ml. Sediaan pH yang baik adalah kapasitas dapar yang

dimilikinya memungkinkan penyimpanan lama dan darah dapat menyesuaikan

diri serta pH ideal = 7,4 sesuai pH darah. Bila pH > 9 terjadi nekrosis pada

jaringan dan bila pH < 3 sangat sakit waktu disuntikkan (Ansel, 2005).

4.4 Perhitungan

4.4.1 Pembuatan Pereaksi

1. pembuatan aquadest bebas CO2

aquadest sebanyak 5 liter

2. pembuatan NaOH 1 N

Jumlah NaOH 1 N yang dibuat 1 L

N = x

1 = x

gr = 40 gram

dilebihkan 10% = 40 + (10% x 40)

= 44 gram

3. pembuatan NaOH 0,2 N

Jumlah NaOH 0,2 N yang dibuat 1,5 L

N = x

15

0,2 = x

gr = 12 gram

dilebihkan 10% = 12 + (10% x 12)

= 13,2 gram

4.Pembuatan NaCl 0,9%

Jumlah NaCl 0,9 % yang akan dibuat 3 L

=

=

gr2 = 27 gram

5.Pembuatan Medium Lambung Buatan pH 1,2

Jumlah medium lambung buatan yang dibuat 5 L

Nacl = 2 gram x 5 L = 10 gram

HCl (p) = 7 ml x 5 = 35 ml

Aquadest hingga = 1 x 5 = 5 ml

6. pembuatan dapar fosfat

Kalium hydrogen fosfat = 50 × 5000/200 = 1250 ml = 1,25 L

Kalium hydrogen fosfat yang ditimbang:

×

16

g KH2PO4 = 34,02 gram

NaOH 0,2 N = 39,1 × 5000/200 = 977,5 ml

Aquadest bebas CO2 ad 5000 ml

Pengukuran Kurva Absorpsi dan Kurva Kalibrasi Sulfadiazin

LIB I

C = x 1000 mcg/ml = 250 ppm

LIB II

C = x 250 ppm = 10 ppm

LIB III

1. V1. C1 = V2. C2

4ml. 10 = 10ml. C2

C2 = 4 ppm

2. V1. C1 = V2. C2

5ml. 10 = 10ml. C2

C2 = 5 ppm

3. V1. C1 = V2. C2

6ml. 10 = 10ml. C2

C2 = 6 ppm

4. V1. C1 = V2. C2

7ml. 10 = 10ml. C2

C2 = 7 ppm

5. V1. C1 = V2. C2

8ml. 10 = 10ml. C2

17

C2 = 8 ppm

6. V1. C1 = V2. C2

9ml. 10 = 10ml. C2

C2 = 9 ppm

7. V1. C1 = V2. C2

10ml. 10 = 10ml. C2

C2 = 10 ppm

Tabel 1. Data Kurva Absorpsi Sulfadiazin dalam medium lambung buatan

pH 1,2

No. Konsentrasi

(X)

Absorbansi

(Y)

XY X2 Y2

1. 0,0000 0 0 0 0

2. 4,0000 0,469 1,876 16 0,2199

3. 5,0000 0,426 2,13 25 0,1814

4. 6,0000 0,481 2,886 36 0,2313

5. 7,0000 0,530 3,71 49 0,2809

6. 8,0000 0,592 4,736 64 0,3504

7. 9,0000 0,652 5,868 81 0,4251

8. 10,0000 0,703 7,03 100 0,4942

∑X=49

X=6,125

∑Y=3,853

Y=0,481∑XY=28,236 ∑X2=371 ∑Y2=2,1832

Persamaan Regresi:

18

= =0,0654

b=Y-aX=0,481-(0,0654.6,125)=0,080

=0,962

Persamaan garis regresi: Y=0,0654 x+0,080

Pengukuran Kurva Absorpsi dan Kurva Kalibrasi Furosemid

LIB I

C = = 500 ppm

LIB II

C = = 10 ppm

LIB III

1. V1. C1 = V2. C2

4ml. 10 = 10ml. C2

C2 = 4 ppm

2. V1. C1 = V2. C2

5ml. 10 = 10ml. C2

C2 = 5 ppm

3. V1. C1 = V2. C2

6ml. 10 = 10ml. C2

C2 = 6 ppm

4. V1. C1 = V2. C2

7ml. 10 = 10ml. C2

19

C2 = 7 ppm

5. V1. C1 = V2. C2

8ml. 10 = 10ml. C2

C2 = 8 ppm

6. V1. C1 = V2. C2

9ml. 10 = 10ml. C2

C2 = 9 ppm

7. V1. C1 = V2. C2

10ml. 10 = 10ml. C2

C2 = 10 ppm

Tabel 2. Data Kurva Absorpsi Furosemida dalam medium Dapar Fosfat pH

7,4

No

.

Konsentrasi(X) Absorbansi(Y) XY X2 Y2

1. 0,0000 0 0 0 0

2. 4,0000 0,457 1,828 16 0,2088

3. 5,0000 0,475 2,375 25 0,2256

4. 6,0000 0,524 3,144 36 0,2745

5. 7,0000 0,597 4,179 49 0,3564

6. 8,0000 0,682 5,456 64 0,4651

7. 9,0000 0,743 6,687 81 0,5520

8. 10,0000 0,787 7,87 100 0,619

∑X=49

X=6,125

∑Y=4,265

Y=0,533∑XY=31,539 ∑X2=371 ∑Y2=2,7014

Persamaan Regresi:

20

= =0,0764

b=Y-aX=0,533-(0,0764.6,125)=0,0650

=0,9845

Persamaan garis regresi: Y= 0,0764x + 0,0650

Kurva absorbsi sulfadiazine :

NO. Panjang gelombang Absorbansi

1 370,5 0,0011

2 304,5 0,0917

3 242,5 0,03977

Kurva absorbsi furosemida :

NO. Panjang gelombang Absorbansi

1 327,5 0,1163

2 276,5 0,4951

3 228,0 0,7731

21

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pembuatan aquadest bebas CO2 sebanyak 5 liter

Pembuatan pereaksi NaOH 1 N ditimbang sebanyak 44 gram yang

dilarutkan dalam 1 liter air bebas CO2 dan dilebihkan sebanyak 10% untuk

menghindari persen kesalahan

Pembuatan pereaksi NaOH 0,2 N ditimbang sebanyak 13,20 g yang

dilarutkan dalam 1,5 liter air bebas CO2 dan dilebihkan sebanyak 10%

untuk menghindari persen kesalahan

Pembuatan NaCl 0,9% ditimbang sebanyak 27 g yang dilarutkan dalam

3000 ml air

Pembuatan cairan lambung buatan dengan 12 g NaCl dan HCl sebanyak

42 g yang dicukupkan hingga 6 liter

Pembuatan dapar fosfat pH 7,4 dalam 5 liter aquadest bebas CO2 yang

ditimbang kalium hydrogen fosfat 34,02 yang dilarutkan dengan 977,5 ml

NaOH 0,2 N

4.5 Saran

22

Diharapkan praktikan lebih teliti dalam pembutan pereaksi agar terhindari

dari persentase kesalahan dalam pelarutan.

Untuk kedepan praktikan harus lebih mengetahui prinsip pembuatan

pereaksi

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. (1985). Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms. Georgia: Lea

& Febiger

Astuti, D.W. (2009). Cepat Tuntas Kuasai Kimia. Jakarta: Indonesia Cerdas

Basset, J., dkk. (1994). Vogel’s Textbook of Quantitative Inorganic Analiysis

Including Elementary Instrumental Analysis.London: Longman Group UK

Limited

Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi 4. Jakarta: Depkes RI

Petrucci, R.H & Hill. J.W. (1989). General Chemistry. London: Pearson Prentice

Hall

Poedjiadi, A. (1994). Daftar Biokimia. Jakarta: UI Press

Rustamadji & Danu, S.S. (2005). Evaluasi Kebijakan Pengendalian Mutu Obat

Dengan Uji Ketersediaan Hayati. JMPK. Vol.8(4).

Sutriyo., dkk. (2005). Pengaruh Polivinil Pirolidon Terhadap Laju Disolusi

Furosemid dalam Sistem Dispersi Padat. Majalah Ilmu Kefarmasian.

Vol.2(1).

Syukri, Y. (2002). Biofarmasetika. Jakarta: UI Press

23

Tianti., dkk. (2005). Ketersediaan Hayati Dispersi Padat Furosemid dengan

Polietilenglikol 4000 (Peg 4000) pada Kelinci Jantan. Majalah Farmasi

Indonesia. Vol.16(2).

FLOWSHEET

Pembuatan 3 L Aquadest Bebas CO2

dikalibrasi dirigen 5 L

dimasukkan aquadest ke ceret penangas air

listik

didihkan

dibuka tutup ceret selama 5-15 menit tetapi

masih dalam keadaan dipanaskan

ditutup tutup ceretnya

dicukupkan sampai batas kalibrasi

Pembuatan 1 L larutan NaOH 1 N

24

5 L Aquadest

Hasil

44 g NaOH

dilarutkan dalam aquadest bebas CO2 hingga 1000 ml

Pembuatan 1,5 L larutan NaOH 0,2 N

dilarutkan dalam aquadest bebas CO2 hingga 1,5 L

Pembuatan 6 L Dapar Fosfat (pH = 7,4)

diencerkan dengan Aquadest hingga 1,5 L

ditambahkan 1,173 L larutan NaOH 0,2 N

diencerkan dengan Aquadest hingga 6 L

Pembuatan 3 L larutan NaCl 0,9 %

dilarutkan dalam Aquadest hingga 3L

Pembuatan 6 L cairan lambung buatan

ditambahkan 19,2 pepsin

dilarutkan dalam 42 ml HCl pekat

25

Hasil

13,2 g NaOH

hasil

300 ml Kalium Dihidrogen Fosfat

Hasil

45 g NaCl

Hasil

12 g NaCl

ditambahkan Aquadest secukupnya hingga

5 L

Pembuatan Kurva Kalibrasi Furosemid

Ditimbang 50 mg

Dilarutkan dengan medium dapar fosfat

pH 7,4

Diencerkan sampai 100 ml

Dipipet 2 ml dari larutan LIB I

Diencerkan sampai 100 ml

Dipipet 4; 5; 6; 7; 8; dan 9 ml dari larutan

Diencerkan sampai 10 ml dengan

konsentrasi pengukuran 4; 5; 6; 7; 8; dan

9 mcg/ml

Diukur absorbansi dengan spektrofotometer

26

Hasil

Furosemid

Hasil

Pembuatan Kurva Kalibrasi Sulfadiazin

Ditimbang 250 mg

Dilarutkan dengan medium lambung

buatan pH 1,2

Diencerkan sampai 1000 ml

Dipipet 4 ml dari larutan LIB I

Diencerkan sampai 100 ml

Dipipet 4; 5; 6; 7; 8; 9 dan 10 ml dari

larutan

Diencerkan sampai 10 ml dengan

konsentrasi pengukuran 4; 5; 6; 7; 8; 9

dan 10 mcg/ml

Diukur absorbansi dengan

spektrofotometer

27

Hasil

Sulfadiazin