UBUNGAN STATUS GIZI DAN TINGKAT STRES DENGAN …eprints.ums.ac.id/69854/12/NASKAH PUBLIKASI.pdf ·...

16
i UBUNGAN STATUS GIZI DAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN DISMENORE DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran Oleh: MAULIDA SEKAR ANDINI J 500 150 092 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

Transcript of UBUNGAN STATUS GIZI DAN TINGKAT STRES DENGAN …eprints.ums.ac.id/69854/12/NASKAH PUBLIKASI.pdf ·...

i

UBUNGAN STATUS GIZI DAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN

DISMENORE DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran

Oleh:

MAULIDA SEKAR ANDINI

J 500 150 092

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

i

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN

DISMENORE DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

MAULIDA SEKAR ANDINI

J 500 150 092

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :

Pembimbing

Utama

dr. Budi Hernawan, M.Sc.

NIK. 1550

ii

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN TINGKAT STRES DENGAN

KEJADIAN DISMENORE DI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

OLEH:

MAULIDA SEKAR ANDINI

J 500 150 092

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

dan Pembimbing Utama Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari Rabu, 10 Januari 2019

dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Dewan Penguji :

1. dr. M. Shoim Dasuki, M.Kes . (..............................)

(Ketua Dewan Penguji)

2. dr. Sulistyani, Sp.N . (..............................)

(Anggota I Dewan Penguji)

3. dr. Budi Hernawan, M.Sc. (...............................)

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan

Prof. DR. dr. E.M. Sutrisna, M.Kes.

NIK. 919

iii

PERNYATAAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya

atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, yang tertulis

dalam naskah ini kecuali telah disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 15 Januari 2019

Penulis

Maulida Sekar Andini

J 500 150 092

1

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN TINGKAT STRES DENGAN

KEJADIAN DISMENORE DI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Abstrak

Dismenore merupakan rasa nyeri yang dirasakan saat menstruasi akibat kadar

prostaglandin yang meningkat di dalam tubuh. Sebanyak 90% remaja wanita di

seluruh dunia mengalami masalah saat menstruasi dan lebih dari 50% dari wanita

menstruasi mengalami dismenore. Kejadian dismenore di Indonesia cukup tinggi

yaitu sebanyak 64.25% dari wanita yang menstruasi sedangakan di Kota Surakarta

sendiri kejadian dismenore sebanyak 87.7%. Faktor-faktor yang mempengaruhi

dismenore diantaranya yakni status gizi dan tingkat stres. Mengetahui hubungan

status gizi dan tingkat stres dengan kejadian dismenore di Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini adalah observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian diambil dari populasi yang

telah memenuhi kriteria restriksi yaitu 166 responden. Teknik sampling yang

digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling. Hasil penelitian

dianalisis secara bivariat dengan uji Chi Square dan multivariat dengan regresi

logistik. Hasil penelitian antara status gizi dan dismenore menunjukan adanya

hubungan dengan diperoleh hasil p=<0,001. Hasil analisis tingkat stres dan

kejadian dismenore menunjukan adanya hubungan dengan diperoleh hasil

p=<0,001. Hasil analisis uji multivariat regresi logistik menunjukan status gizi

lebih mempengaruhi kejadian dismenore. Ada hubungan antara status gizi dan

tingkat stres dengan kejadian dismenore di Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Kata kunci: dismenore, status gizi, tingkat stres

Abstract

Dysmenorrhea is a pain that is felt during menstruation due to increased levels of

prostaglandin in the body. As many as 90% of teenager girls around the world

experienced menstrual problems and more than 50% of menstrual women

experienced dysmenorrhea. The incidence of dysmenorrhea in Indonesia is quite

high, which is as much as 64.25% of women who are menstruating while in

Surakarta, the incidence of dysmenorrhea is 87.7%. The factors were affected

dysmenorrhea include nutritional status and stress level. To determine the relation

of nutrition status and stress level to the incidence of dysmenorrhea in Medical

Faculty Muhammadiyah University of Surakarta. This research is an analytic

observational study with a cross sectional approach. Samples were taken from a

population which had fulfilled the restriction criteria with total 166 respondents.

The sampling technique that used was purposive sampling. The result were

analyzed using bivariate analysis with Chi-Square and multivariate analysis with

logistic regression. The results of the study between nutritional status and

2

dysmenorrhea showed a relation with the results of p=<0.001. The results of the

stress level analysis and the incidence of dysmenorrhea show a relation with the

results of p =<0.001. The results of the multivariate logistic regression analysis

showed that nutrition status more influenced the incidence of dysmenorrhea.

There is a relation of nutrition status and stress level to the incidence of

dysmenorrhea in Medical Faculty Muhammadiyah Univercity of Surakarta.

Keywords: dysmenorhea, nutrition status, stress level

1. PENDAHULUAN

Pada wanita, masa remaja diawali dengan terjadinya pubertas yang berjalan

lambat. Pada masa ini terjadi berbagai perubahan, salah satunya adalah menstruasi

(Prawirohardjo, 2011). Menstruasi merupakan proses deskuamasi atau

meluruhnya dinding rahim bagian dalam (endometrium) yang ke luar melalui

vagina bersamaan dengan darah (Wiknjosastro, 2009).

Wanita usia 12–49 tahun, tidak sedang hamil dan belum mengalami

menopause setiap bulannya mengalami menstruasi. Salah satu yang dirasakan saat

menstruasi adalah dismenore. Dismenore adalah nyeri menstruasi yang terjadi

terutama di perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar hingga ke punggung

bagian bawah, pinggang, panggul, paha atas, hingga betis (Sinaga et al., 2017).

Dismenore menurut klinis dapat dibedakan menjadi dismenore primer yang tidak

disebabkan karena adanya patologi pelvik dan dismenore sekunder yang

disebabkan karena adanya kelainan patologi yang mendasari, seperti

endometriosis atau kista ovarium (Larasati & Alatas, 2016). Faktor-faktor yang

mempengaruhi dismenore antara lain status gizi (Nurwana et al., 2017) dan stres

fisik maupun psikologis (Priyanti & Mustikasari, 2014).

Sebanyak 90% remaja wanita di seluruh dunia mengalami masalah saat

menstruasi dan lebih dari 50% dari wanita menstruasi mengalami dismenore

primer dengan 10-20% dari mereka mengalami gejala yang cukup parah.

Prevalensi dismenore di Indonesia sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89%

dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder (Larasati & Alatas, 2016). Dari

penelitian yang dilakukan Handayani (2012) didapatkan prevalensi kejadian

dismenore di Kota Surakarta adalah 87,7%.

3

Prevalensi mahasiswa di Indonesia yang mengalami stres tinggi

didapatkan sekitar 39,8-71,7% (Sari et al., 2015). Problematika mahasiswa

seringkali memberikan dampak psikologis yang berat seperti stres yang

disebabkan karena ketatnya persaingan dalam mencapai prestasi, tekanan untuk

terus meningkatkan prestasi akademik yang ditunjukkan dengan Indeks Prestasi

Kumulatif (IPK) yang tinggi, banyaknya tugas kuliah, ujian tengah semester, ujian

akhir semester, ujian praktikum, merasa salah memilih jurusan, nilai yang kurang

memuaskan, ancaman drop out, jauh dari orang tua, pengaturan waktu yang

belum pas, manajemen diri yang kurang bagus, hidup mandiri, kesulitan dalam

mengatur keuangan, konflik dengan dosen, teman, pacar, dan keluarga. Faktor

lain juga menyumbangkan potensi stres misalnya tentang perubahan gaya belajar

dari sekolah menengah ke perguruan tinggi, adaptasi dengan teman dan

lingkungan baru, mengerjakan tugas akhir dan problem-problem lainnya, terutama

bagi mahasiswa fakultas kedokteran (Alsa & Kholidah, 2012; Legiran et al.,

2015).

Bening & Margawati (2014) mengatakan bahwa kebiasaan makan yang

kurang ideal seperti meninggalkan sarapan pagi, kurangnya frekuensi makan

dalam sehari, kurangnya frekuensi makan sayur dan buah, seringnya konsumsi

makanan cepat saji, dan kurangnya asupan energi dalam sehari masih banyak

ditemukan, sehingga status gizi mahasiswa biasanya tidak mencapai atau justru

melampaui batas normal.

Terdapat berbagai macam spekulasi dari penelitian sebelumnya yang

menyatakan status gizi dan tingkat stres mempengaruhi kejadian dismenore

seperti penelitian yang dilakukan oleh Sari et al. (2015) menyatakan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna dengan korelasi sedang antara tingkat stres

dengan derajat dismenore pada mahasiswi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kumar et al.

(2017) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat stres dengan

kejadian dismenore pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Kathmandu.

Penelitian yang dilakukan oleh Cholifah & Handikasari (2015) menyatakan

bahwa ada hubungan status gizi dengan kejadian dismenore berbeda dengan

4

penelitian yang dilakukan oleh Mulastin (2012) menyatakan bahwa tidak ada

hubungan antara status gizi dengan kejadian dismenore remaja putri di SMA

Islam Al-Hikmah Jepara tahun 2011.

Berdasarkan data di atas, penulis ingin menelti apakah ada hubungan status

gizi dan tingkat stres dengan kejadian dismenore pada Mahasiswi Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2. METODE

Jenis desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan

pendekatan cross sectional. Metode penelitian digunakan untuk melihat hubungan

status gizi dan tingkat stres dengan kejadian dismenore di Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini akan dilaksanakan pada

bulan November 2018 di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Populasi target dalam penelitian ini adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran

dan Populasi aktual dalam penelitian ini adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Surakarta. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, dimana besar sampel

minimal yaitu 113 responden (Sastroasmoro & Ismael, 2014). Kriteria restriksi

pada penelitian ini mencakup kriteria inklusi yang terdiri dari mahasiswi Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta, usia 18-23 tahun, bersedia

menjadi responden, dan sudah mengalami menstruasi. Kriteria eksklusi terdiri dari

responden tidak mau menjalani penelitian, tidak mengisi penuh kuesioner,

merokok, dan mengkonsumsi alkohol. Variabel pada penelitian ini terdiri dari

variabel bebas yaitu status gizi dan tingkat stres, variabel terikat yaitu dismenore,

dan variabel luar yaitu gangguan organ reproduksi, merokok, mengkonsumsi

alkohol, genetik, dan usia. Responden mengisi lembar data diri, lembar

persetujuan, Menstrual Symptoms Questionnaire (MSQ) untuk menilai dismenore,

dan Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) untuk menilai tingkat stres,

serta ukur tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status gizi. Analisis data

hasil penelitian dilakukan uji bivariat menggunakan Chi Square dan uji multivariat

menggunakan regresi logistik.

5

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Uji Univariat

Tabel 1. Karakteristik Responden

Sumber: Data Primer, 2018

3.2 Hasil Uji Bivariat

Tabel 2. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Dismenore

Variabel

Kejadian Dismenore

p-value Keterangan Disme

nore %

Tidak

Dismen

ore

%

Total

Status

Gizi

Normal 6 7,9 70 92,1 76

<0,001 Ada

Hubungan Tidak

Normal 82

91,1 8

8,9 90

Total 88 53,0 78 47,0 166

Sumber: Data SPSS yang diolah, 2018

Berdasarkan Tabel 2. Diketahui dari 166 responden, terdapat 88 responden (53%)

yang mengalami dismenore. Dari 88 responden tersebut, terdapat sebanyak 6

responden (7,9%) mempunyai status gizi normal dan sebanyak 82 responden

(91,1%) mempunyai status gizi tidak normal. Responden yang tidak mengalami

dismenore sebanyak 78 responden (47%). Dari 78 responden tersebut, sebanyak

70 responden (92,1%) mempunyai status gizi normal dan sebanyak 8 responden

(8,9%) mempunyai status gizi tidak normal.

Berdasarkan hasil analisis statistik Chi Square menunjukkan nilai

probability (p-value)=<0,001 yang artinya status gizi dan dismenore memiliki

hubungan yang signifikan.

Variabel Jumlah

Status Gizi

Normal 76

Tidak normal 90

Tingkat Stres

Stres 88

Tidak stress 78

Dismenore

Dismenore 88

Tidak dismenore 78

Usia

<20 71

≥ 20 95

6

Tabel 3. Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Dismenore

Variabel

Kejadian Dismenore

p-

value Keterangan Disme

nore %

Tidak

Dismen

ore

%

Total

Tingkat

Stres

Tidak

Stres 16

20,5 62

79,5 78

<0,001 Ada

Hubungan Stres 72 81,8 16 18,2 88

Total 88 53,0 78 47,0 166

Sumber: Data SPSS yang diolah, 2018

Berdasarkan Tabel 3. Diketahui dari 166 responden, terdapat 88 responden (53%)

yang mengalami dismenore. Dari 88 responden tersebut, sebanyak 72 responden

(81,8%) mengalami stres dan sebanyak 16 responden (20,5%) tidak mengalami

stres. Responden yang tidak mengalami dismenore sebanyak 78 responden (47%).

Dari 78 responden tersebut, terdapat 62 responden (79,5%) tidak mengalami stres

dan sebanyak 16 responden (18,2%) mengalami stres.

Berdasarkan hasil analisis statistik Chi Square menunjukkan nilai

probability (p-value)=<0,001 yang artinya tingkat stres dan dismenore memiliki

hubungan yang signifikan.

3.3 Hasil Uji Multivariat

Tabel 4. Hubungan Status Gizi dan Tingkat Stres dengan Kejadian Dismenore

Variabel B OR (exp.B) IK 95%

p-value Min Max

Status Gizi 4.241 69.464 21.984 219.489 <0,001

Tingkat Stres 1.870 6.487 2.074 20.297 0,001

Constant -2.971 .051 <0,001

Sumber: Data SPSS yang diolah, 2018

Berdasarkan Tabel 4. Dari hasil analisis multivariat didapatkan hasil nilai

p=<0,001 antara status gizi dengan dismenore dan nilai p=0,001 antara tingkat

stres dengan dismenore. Pada rentang interval kepercayaan (IK) dari OR tiap

variabel tidak melewati angka 1 yang berarti variabel status gizi dan tingkat stres

memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian dismenore.

Nilai OR status gizi adalah 69,464 yang berarti kelompok yang memiliki

status gizi tidak normal memiliki risiko 69,464 kali lebih besar mengalami

dismenore dibanding kelompok yang memiliki status gizi normal.

7

Nilai OR tingkat stres adalah 6,487 yang berarti kelompok yang

mengalami stres memiliki risiko 6,487 lebih besar mengalami dismenore

dibanding kelompok yang tidak mengalami stres.

3.4 Pembahasan

Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional dimana meneliti variabel

bebas dan variabel terikat dalam waktu yang bersamaan. Subjek yang diambil

untuk penelitian yakni mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

Surakarta yang memenuhi kriteria restriksi yaitu 166 responden. Penelitian

dilakukan pada bulan November 2018.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 166 responden,

lebih banyak mahasiswi yang mengalami dismenore yakni sebanyak 88

mahasiswi (53%). Dilihat dari karakteristik responden dari segi umur, responden

paling banyak berada dalam kategori umur ≥20 tahun yakni 95 mahasiswi

(57,23%). Bertentangan dengan penelitian Nurwana (2017) Prevalensi terbanyak

mengalami dismenore terjadi pada perempuan umur 15-18 tahun.

Menurut Fauzi (2013, dalam Wahyuni & Oktaviani, 2018) Dismenore

dapat disebabkan oleh beberapa faktor yakni status gizi, stres, umur, aktivitas

fisik, kebiasaan merokok, lamanya haid, paritas, aliran menstuasi yang hebat, dan

riwayat keturunan. Penyebab lain terjadinya dismenore diduga karena

ketidakseimbangan jumlah hormon.

Hasil penelitian antara status gizi dan dismenore menunjukkan mayoritas

responden memiliki status gizi tidak normal dan mengalami dismenore. Setelah

dilakukan uji statitistik Chi Square diperoleh hasil p=<0,001 maka hipotesis dapat

diterima yakni terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian dismenore di

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Larasati et al. (2016) yang

menyatakan bahwa status gizi memiliki hubungan yang signifikan sebagai faktor

risiko terjadinya dismenore, yakni subjek yang memiliki status gizi tidak normal

(gemuk dan kurus). Hasil yang sama juga didapatkan oleh Nurwana (2017) yang

menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan

kejadian dismenore (p=0,037) dan penelitian Novita (2018) ada hubungan yang

8

bermakna antara status gizi dengan kejadian dismenore pada remaja putri di SMA

Al-Azhar Surabaya (p=0,035).

Seorang wanita yang gizinya kekurangan maupun kelebihan dapat

memberikan dampak pada penurunan fungsi hipotalamus yang tidak memberikan

rangsang kepada hipofisis anterior untuk memproduksi LH dan FSH (Pebrina,

2016). Hormon LH berfungsi dalam proses pematangan sel telur dan ovulasi yang

apabila tidak dibuahi akan terjadi menstruasi dan FSH berfungsi merangsang

pertumbuhan sel telur (Wiknjosastro, 2009). Apabila produksi LH dan FSH

terganggu akan memicu gangguan saat menstruasi salah satunya yakni dismenore

(Pebrina, 2016). Seseorang dengan status gizi lebih terdapat jaringan lemak yang

berlebihan, sehingga dapat menyebabkan terdesaknya pembuluh darah atau

hiperplasi pembuluh darah oleh jaringan lemak pada organ reproduksi. Hal

tersebut dapat menimbulkan darah yang seharusnya mengalir saat menstruasi

menjadi terganggu sehingga memunculkan nyeri (Cholifah & Handikasari, 2015).

Menurut Novita (2018) Remaja yang mempunyai kadar lemak tinggi dalam tubuh

juga akan mempengaruhi produksi hormon estrogen yang juga di produksi oleh

jaringan adiposa selain diproduksi oleh ovarium sehingga kadar estrogen menjadi

tidak normal, cenderung tinggi. Kadar estrogen yang tidak seimbang inilah yang

dapat menyebabkan gangguan menstruasi.

Pada gizi kurang dapat mempengaruhi pertumbuhan fungsi organ

reproduksi, selain itu juga dapat terjadi gangguan menstruasi karena pada saat fase

luteum membutuhkan nutrisi lebih banyak, dimana wanita dengan status gizi

kurang tidak dapat memenuhi nutrisi tersebut sehingga terjadi dismenore

(Kemenkes, 2017). Hal ini sesuai dengan Marmi (2013), bahwa sistem reproduksi

wanita dapat terganggu diantaranya disebabkan oleh status gizi berlebihan atau

yang tidak sesuai.

Hasil penelitian hubungan antara status gizi dan dismenore terdapat 8

responden (8,9%) dengan status gizi tidak normal dan tidak mengalami

dismenore. Hal ini dapat disebabkan karena faktor lain seperti kebiasaan tidak

merokok dan tidak memiliki riwayat keluarga ataupun faktor-faktor lain yang

lebih dominan yang dapat mempengaruhi tidak terjadinya dismenore yang tidak

9

diamati dalam penelitian ini. Pada penelitian ini juga terdapat 6 responden (7,9%)

dengan status gizi normal tetapi mengalami dismenore. Hal ini dapat disebabkan

oleh beberapa faktor salah satunya adalah faktor riwayat keluarga. Riwayat

keluarga merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan

terjadinya dismenore. Wanita yang memiliki riwayat keluarga dismenore

mempunyai risiko 0,191 kali untuk terkena dismenore dibandingkan yang tidak

memiliki riwayat keluarga. Akan tetapi pada penilitian ini riwayat keluarga tidak

di teliti.

Hasil penelitian antara tingkat stres dengan dismenore menunjukkan

mayoritas responden mengalami stres dan dismenore. Dari hasil penelitian

tersebut dilakukan uji statistik Chi Square diperoleh hasil p=<0,001, maka

hipotesis dapat diterima yaitu terdapat hubungan antara tingkat stres dengan

kejadian dismenore di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Sari (2015) mengenai Hubungan Stres

dengan Kejadian Dismenore pada Mahasiswi Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran Universitas Andalas. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan

cross sectional dan analisis data menggunakan uji Chi Square. Didapatkan hasil

bahwa terdapat hubungan yang bermakna dengan korelasi sedang antara tingkat

stres dengan tingkat dismenore. Hasil yang sama juga didapatkan pada penelitian

Priyanti & Mustikasari (2014) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

tingkat stres dengan dismenore (p=0,02).

Peningkatan tingkat stres dapat menyebabkan nyeri saat menstruasi.

Peningkatan aktivitas saraf simpatis yang menyebabkan nyeri saat menstruasi

meningkat dengan peningkatan kontraksi uterus. Pada saat stres, tubuh juga akan

memproduksi hormon prostaglandin dan estrogen yang berlebihan sehingga dapat

menyebabkan bertambahnya kontraksi uterus yang berlebihan dan menimbulkan

dismenore. Hormon adrenalin juga meningkat sehingga menyebabkan otot tubuh

tegang termasuk otot rahim dan menjadikan dismenore (Sari et al., 2015).

Kaitan antara stres dengan dismenore diduga akibat adanya rangsangan

dari stres terhadap ACTH di hipofisis yang selanjutnya melalui mekanisme umpan

10

balik akan merangsang kelenjar adrenal mensekresi katekolamin. Reaksi otot

polos uterus terhadap katekolamin menyebabkan ketidakseimbangan antara

hormon progresteron dan estrogen sehingga mempengaruhi miotonik dan

vasospastik terhadap endometrium dan arteriol miometrium yang dapat

meningkatkan kontraksi uterus sehingga dapat menimbulkan iskemia dan

dismenore (Wiknjosasatro, 2009).

Pada hasil penelitian antara tingkat stres dan dismenore terdapat 16 responden

(20,5%) memiliki tidak stres tetapi mengalami dismenore. Hal ini dapat

disebabkan karena faktor lain selain tingkat stres yang mempengaruhi dismenore,

seperti faktor olahraga. Kurang atau tidak pernah berolah raga dapat membuat

sirkulasi darah dan oksigen menurun yang mengakibatkan aliran darah dan

oksigen menuju uterus menjadi tidak lancar sehingga memunculkan dismenore

dan produksi endorfin otak akan turun yang mengakibatkan stres meningkat yang

secara tidak langsung juga meningkatkan dismenore. Pada penelitian ini juga

terdapat 16 responden (18,2%) stres dan tidak mengalami dismenore. Hal ini

dapat disebabkan karena faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap

terjadinya dismenore. Hal ini ditunjukan dalam penelitian Nurwana (2017)

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dismenore pada remaja

putri di SMA Negeri 8 Kendari tahun 2016. Variabel yang diteliti adalah

dismenore, menarche pada usia awal, lama menstruasi, stres, dan olahraga. Pada

penelitian tersebut didapatkan hasil terdapat hubungan yang signifikan antara

menarche pada usia awal dengan dismenore dan lama menstruasi dengan

dismenore. Tidak terdapat hubungan signifikan antara stres dengan dismenore dan

kebiasaan olahraga dengan dismenore, sehingga faktor stres bukan merupakan

faktor satu-satunya untuk terjadi dismenore, akan tetapi masih ada faktor-faktor

lain yang mempengaruhi terjadinya dismenore.

4. PENUTUP

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Surakarta dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara status

gizi dan tingkat stres dengan kejadian dismenore di Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

11

DAFTAR PUSTAKA

Alsa, A. & Kholidah, E.N., 2012. Berpikir Positif untuk Menurunkan Stres

Psikologis. Jurnal Psikologi. 39(1): 67-75.

Bening, S. & Margawati, A., 2014. Perbedaan Pengetahuan Gizi, Body Image,

Asupan Energi dan Status Gizi pada Mahasiswi Gizi dan Non Gizi

Universitas Diponegoro. Journal of Nutrition College. 3(4): 715-22.

Cholifah & Hadikasari, A.A., 2015. Hubungan antara Anemia, Status Gizi,

Olahraga, Pengetahuan dengan Dismenore. Jurnal midwiferia. 1(1): 30-43.

Handayani, 2012. Tesis: Dismenore dan Kecemasan pada Remaja. Diambil dari

http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=Pene

litianDetail&act=view&typ=html&buku_id=54753. Diakses tanggal 17 Juli

2018.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017. Bahan Ajar Gizi Penilaian

Status Gizi.

Kumar, K.P., Kala, R.C., Sushil K., Gita, K., 2017. Dysmenorrhea and its

association with stress among female students of Kathmandu Medical

College. Indian Journal of Basic and Applied Medical Research. 6(3): 554-

8.

Larasati, T.A. & Alatas, F., 2016. Dismenore Primer dan Faktor Risiko

Dismenore Primer pada Remaja. Majority. 5(3): 79-84.

Legiran, Azis, M.Z., Bellinawati, N., 2015. Faktor Risiko Stres dan Perbedaannya

pada Mahasiswa Berbagai Angkatan di Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Palembang. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. 2(2): 197-

202.

Marmi, J., 2013. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Mulastin, 2012. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Dismenore Remaja Putri

di SMA Islam Al-Hikmah Jepara. Jimkesmas. 3(4): 11-6.

Novita, R., 2018. Hubungan Status Gizi dengan Gangguan Menstruasi pada

Remaja Putri di SMA Al-Azhar Surabaya. DOI. 10(2):172-81

Nurwana, Sabilu, Y., Fachlevy, A.F., 2017. Analisis Faktor yang Berhubungan

dengan Kejadian Dismenorea pada Remaja Putri di SMA Negeri 8 Kendari

Tahun 2016. Jimkesmas. 2(6): 1-14.

Pebrina,M., 2016. Hubungan Status Gizi dengan Dismenore. Jurnal Kesehatan

Medika Saintika. 7(2): 35-44.

12

Prawirohardjo, S., 2011. Ilmu kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.

Priyanti, S. & Mustikasari, A.D., 2014. Hubungan Tingkat Stres terhadap

Dismenore pada Remaja Putri di Madrasah Aliyah Mamba’ul Ulum Awang-

Awang Mojosari Mojokerto. Hospital Majapahit. 6(2): 1-10.

Sari, Diana., Adnil E.N., Defrin., 2015. Hubungan Stres dengan Kejadian

Dismenore Primer pada Mahasiswi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas. Jurnal Kesehatan Andalas. 4(2): 567-70.

Sari, K.S.N., Sumaryani, S., Trisetyaningsih, Y., 2015. Pola Perilaku Remaja

untuk Menangani Keluhan Dsymenorrhoea di SMK Muhammadiyah 2

Moyudan Sleman Yogyakarta. Media Ilmu Kesehatan. 4(1): 30-6.

Sastroasmoro, S. & Ismael, S., 2014. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.

Jakarta: Binarupa Aksara.

Sinaga, E., Saribanon, N., Sa’adah, S.N., Salamah, U., Murti, Y.A., Trisnamiati,

A., Lorita, S., 2017. Manajemen Kesehatan Menstruasi. Jakarta: Universitas

Nasional.

Wahyuni R. A. & Oktaviani W., 2018. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan

Dismenorea pada Remaja Putri di SMP Pekanbaru. Jurnal Endurance.3(3):

618-23.

Wiknjosastro, H., 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.