UAS--Makalah_Pacaran_dalam_Islam

24
MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MAKALAH “PACARAN DALAM ISLAM” Dosen Pengampu : Drs. H. Zulkifli Lubis, MA. Disusun oleh : Grafiria Vega Novrika 1615121245 Jurusan Pendidikan Guru – Pendidikan Anak Usia Dini Tahun Angkatan 2012 Fakultas Ilmu Pendidikan

Transcript of UAS--Makalah_Pacaran_dalam_Islam

Page 1: UAS--Makalah_Pacaran_dalam_Islam

MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MAKALAH

“PACARAN DALAM ISLAM”

Dosen Pengampu : Drs. H. Zulkifli Lubis, MA.

Disusun oleh :

Grafiria Vega Novrika

1615121245

Jurusan Pendidikan Guru – Pendidikan Anak Usia Dini

Tahun Angkatan 2012

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Jakarta

2013

Page 2: UAS--Makalah_Pacaran_dalam_Islam

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang senantiasa memberikan nikmat dan karunia

kepada umat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul, “Pacaran

dalam Islam” tepat waktu. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada orangtua dan

teman-teman yang telah memberikan doa serta inspirasi dalam menyelesaikan makalah ini

sebagai syarat untuk memenuhi nilai Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Pendidikan

Agama Islam di jurusan Pendidikan Guru – Pendidikan Anak Usia Dini (PG – PAUD).

Makalah ini berisi tentang ketentuan yang ditetapkan agama Islam dalam meluruskan kata

“Pacaran” di dalam kehidupan sehari-hari, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

memutuskan diri untuk berpacaran, serta ketetapan hukum agama Islam dalam berpacaran.

Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis

mengharapkan masukan dan kritik yang membangun. Penulis mengucapkan terima kasih atas

perhatiannya, semoga makalah ini dapat berguna bagi mahasiswa dan pelaku pendidikan

lainnya.

Jakarta, Desember 2013

Penulis

Page 3: UAS--Makalah_Pacaran_dalam_Islam

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang......................................................................................1

b. Rumusan Masalah.................................................................................2

c. Tujuan Penulisan...................................................................................2

d. Manfaat Penulisan.................................................................................2

BAB II

PEMBAHASAN

a. Definisi Pacaran....................................................................................3

b. Hukum Berpacaran dalam Islam...........................................................4

c. Perspektif Hukum Islam tentang Berpacaran.......................................6

d. Konsep Islam Mengatur Hubungan Sepasang Remaja.........................9

BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan...........................................................................................12

b. Saran.....................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................13

Page 4: UAS--Makalah_Pacaran_dalam_Islam

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cinta kepada lawan jenis merupakan hal yang fitrah bagi manusia. Karena

cinta-lah, keberlangsungan hidup manusia bisa terjaga. Oleh sebab itu, Allah Ta’ala

menjadikan wanita sebagai perhiasan dunia dan kenikmatan bagi penghuni surga.

Islam sebagai agama yang sempurna juga telah mengatur bagaimana menyalurkan

fitrah cinta tersebut dalam syariatnya yang rahmatan lil ‘alamin.

Bagi sebagian besar remaja, pacaran merupakan hal yang sudah dianggap biasa terjadi

di dalam lingkup masyarakat dan pergaulan zaman sekarang. Pacaran identik dengan

bersatunya laki-laki dan perempuan yang belum muhrim dengan pernyataan cinta dari

salah satu pihak yang menjadi symbol adanya ikatan diantara keduanya.Pada masa

ini, seorang remaja biasanya mulai "Naksir" lawan jenisnya sehingga ia berupaya

melakukan pendekatan untuk mendapatkan kesempatan mengungkapkan isi hatinya.

Setelah pendekatannya berhasil dan lawan jenis menyambut, keduanya mulai

berpacaran.

Di kalangan remaja sekarang ini, pacaran menjadi identitas yang sangat

dibanggakan. Biasanya seorang remaja akan bangga dan percaya diri jika sudah

memiliki pacar. Sebaliknya, remaja yang belum memiliki pacar dianggap kurang gaul.

Karena itu, mencari pacar di kalangan remaja tidak saja menjadi kebutuhan biologis

tetapi juga menjadi kebutuhan sosiologis. Maka tidak heran, kalau sekarang

mayoritas remaja sudah memiliki teman spesial yang disebut "pacar".

Topik ini penting untuk dibahas karena pacaran merupakan hal yang sudah

biasa dilakukan oleh sebagian besar orang terutama di kalangan para remaja pada

umumnya, baik yang bertujuan untuk menikah ataupun hanya sebagai wadah untuk

menikmati masa muda mereka, dimana mereka sebenarnya ada yang tidak tahu

bagaimana hukum pacaran menurut agama atau ada yang sudah mengetahui namun

tetap melakukannya karena mengikuti tren atau bahkan takut gengsi dengan temannya

karena tidak mempunyai pacar. Selain itu, akibat dari “pacaran” juga tidak jarang

yang menimbulkan konflik dan juga merugikan berbagai pihak, diantaranya adalah

putus sekolah, hamil di luar nikah, pernikahan dini, aborsi bahkan ada juga yang

1

Page 5: UAS--Makalah_Pacaran_dalam_Islam

sampai bunuh diri. Oleh karena itu, penulis menganggap topik pacaran ini memang

sangat penting untuk dibahas agar kita dapat mengetahui dan memahaminya sesuai

norma agama dan ketentuan-ketentuan di dalam agama Islam.

B. Rumusan Masalah

Topik yang dibahas di dalam makalah ini melahirkan rumusan masalah yang

diantaranya adalah :

a. Apakah yang dimaksud dengan Pacaran?

b. Apakah Islam membolehkan Pacaran?

c. Bagaimana perspektif hukum Islam tentang berpacaran?

d. Bagaimana konsep Islam mengatur hubungan sepasang remaja?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dibuatnya makalah ini mengenai “Pacaran dalam Islam” yakni agar kita :

a. Mengetahui hukum berpacaran dalam agama Islam

b. Mengetahui bagaimana Islam mengatur urusan hubungan antara laki-laki dan

perempuan

c. Mengetahui bagaimana pacaran yang benar sesuai kaidah norma agama yang

berlaku di Islam

d. Memahami etika pergaulan yang sesuai dengan ajaran Islam

D. Manfaat Penulisan

a. Mampu menginstropeksi dirinya sendiri setelah membaca makalah ini

b. Berusaha untuk tidak menyalahi aturan islam mengenai berpacaran karena tahu

alasan dan sebab-akibat yang akan terjadi

c. Timbulnya rasa takut terhadap Allah SWT.

d. Mampu menjaga diri dan pandangannya kepada orang yang bukan muhrimnya

e. Memperbaiki etika pergaulan dan mengetahui batasan-batasannya

2

Page 6: UAS--Makalah_Pacaran_dalam_Islam

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Pacaran

Pacaran dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar “pacar”, yang kemudian

diberi akhiran–an. Terdapat beberapa pengertian pacaran dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, yaitu :

a. Pacar : teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan

berdasarkan cinta kasih; kekasih

b. Berpacaran : bercintaan, berkasih-kasihan

c. Memacari : menjadikan sebagai pacar; mengencani.

Dari definisi tersebut, pacaran hanya merupakan sikap batin, namun bagi para

remaja sikap batin ini disusul dengan tingkah laku berdua-duaan, saling memegang, dan

seterusnya. Dalam praktiknya, istilah pacaran dengan tunangan sering dirangkai menjadi

satu. Muda-mudi yang pacaran, jika ada kesesuaian lahir batin, dilanjutkan dengan

tunangan. Sebaliknya, mereka bertunangan biasanya diikuti dengan pacaran. Pacaran di

sini, dimaksudkan sebagai proses mengenal pribadi masing-masing, yang dalam Islam

disebut dengan “Ta’aruf”(saling kenal-mengenal).

Istilah pacaran sebenarnya tidak dikenal dalam Islam. Untuk istilah hubungan

percintaan antara laki-laki dan perempuan pranikah, Islam mengenalkan istilah "khitbah

(meminang)". Ketika seorang laki-laki menyukai seorang perempuan, maka ia harus

mengkhitbahnya dengan maksud akan menikahinya pada waktu dekat. Selama masa

khitbah, keduanya harus menjaga agar jangan sampai melanggar aturan-aturan yang telah

ditetapkan oleh Islam, seperti berduaan, memperbincangkan aurat, menyentuh, mencium,

memandang dengan nafsu, dan melakukan selayaknya suami istri. Ada perbedaan yang

mencolok antara pacaran dengan khitbah, Pacaran tidak berkaitan dengan perencanaan

pernikahan, sedangkan khitbah merupakan tahapan untuk menuju pernikahan. Persamaan

keduanya merupakan hubungan percintaan antara dua insan berlainan jenis yang

tidak dalam ikatan perkawinan. Dari sisi persamaannya, sebenarnya hampir tidak ada

3

Page 7: UAS--Makalah_Pacaran_dalam_Islam

perbedaan antara pacaran dan khitbah. Keduanya akan terkait dengan bagaimana orang

mempraktikkannya.

B. Hukum Berpacaran dalam Islam

Memang larangan mengenai pacaran di dalam Islam tidak dibahas secara

gamblang. Mungkin itulah salah satu faktor yang mengakibatkan kebanyakan orang

awam tidak dapat menerima atas hukum pelarangan pacaran.

Meskipun tidak dijelaskan secara gamblang, namun banyak sekali dalil yang dapat

dijadikan sebagai rujukan untuk pelarangan aktifitas pacaran.

Sebelumnya kita mengetahui bahwa Islam adalah agama yang mengharamkan

perbuatan zina, termasuk juga perbuatan yang mendekati zina.

� �يًال ِب َس� اء َو�َس� ًة� َف�اِح�َش� �اَن� َك �ُه� �َّن ِإ �ى َّن الِّز� � �وا ُب �ْق�َر� َت � َو�َال

"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan

yang keji dan sesuatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra, 17 : 32).

Hal-hal yang termasuk ke dalam zina antara lain, saling memandang, merajuk atau

manja, bersentuhan (berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, dll), berdua-duaan,

dan lainnya. Dikarenakan unsur-unsur ini dilarang dalam agama Islam, maka tentu

saja hal-hal yang di dalamnya terdapat unsur tersebut adalah dilarang, termasuk

dengan aktifitasnya yakni Pacaran. Hal ini sebagaimana telah disebutkan dalam hadits

berikut:

Dari Ibnu Abbas r.a. dikatakan:

"Tidak ada yang ku perhitungkan lebih menjelaskan tentang dosa-dosa kecil dari

pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"Allah telah menentukan bagi anak Adam bagiannya dari zina yang pasti dia lakukan.

Zinanya mata adalah melihat (dengan syahwat), zinanya lidah adalah mengucapkan

(dengan syahwat), zinanya hati adalah mengharap dan menginginkan (pemenuhan

nafsu syahwat), maka farji (kemaluan) yang membenarkan atau mendustakannya."

(HR. Al-Bukhari dan Imam Muslim)

4

Page 8: UAS--Makalah_Pacaran_dalam_Islam

Dalil di atas kemudian juga diperkuat lagi oleh beberapa hadits dan ayat Al-Qur'an

berikut :

"Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan wanita kecuali bersama

mahramnya." (HR. Al-Bukhari dan Imam Muslim)

"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah seorang laki-

laki sendirian dengan seorang wanita yang tidak disertai mahramnya. Karena

sesungguhnya yang ketiganya adalah syaitan." (HR. Imam Ahmad)

"Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik dari pada

menyentuh wanita yang tidak halal baginya." (Hadist Hasan, Thabrani dalam Mu'jam

Kabir 20/174/386)

Telah berkata Aisyah r.a. "Demi Allah, sekali-kali dia (Rasul) tidak pernah

menyentuh tangan wanita (bukan mahram) melainkan dia hanya membai'atnya

(mengambil janji) dengan perkataaan." (HR. Al-Bukhari dan Ibnu Majah).

"Wahai Ali, janganlah engkau meneruskan pandangan haram (yang tidak sengaja)

dengan pandangan yang lain. Karena pandangan yang pertama mubah untukmu.

Namun yang kedua adalah haram." (HR. Abu Dawud, Ath-Tirmidzi dan dihasankan

oleh Al-Albani)

"Pandangan itu adalah panah beracun dari panah-panah iblis. Maka barang siapa

yang memalingkan (menundukan) pandangannya dari kecantikan seorang wanita,

ikhlas karena Allah, maka Allah akan memberikan di hatinya kelezatan sampai pada

hari Kiamat." (HR. Imam Ahmad)

Dari Jarir bin Abdullah r.a. dikatakan: "Aku bertanya kepada Rasulallah SAW tentang

memandang (lawan-jenis) yang (membangkitkan syahwat) tanpa disengaja. Lalu

beliau memerintahkan aku mengalihkan (menundukan) pandanganku." (HR. Imam

Muslim)

5

Page 9: UAS--Makalah_Pacaran_dalam_Islam

"Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidak-lah seperti wanita yang lain, jika kamu

bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk (merendahkan suara) dalam berbicara

sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah

perkataan yang baik." (QS. Al-Ahzab : 32)

C. Perspektif Hukum Islam tentang Berpacaran

Islam menciptakan aturan yang sangat indah tentang hubungan lawan jenis

yang sedang jatuh cinta, yaitu dengan konsep khithbah. Khithbah adalah sebuah

konsep “pacaran berpahala” dari dispensasi agama sebagai media legal hubungan

lawan jenis untuk saling mengenal sebelum memutuskan menjalin hubungan suami-

istri. Konsep hubungan ini sangat dianjurkan bagi seseorang yang telah menaruh hati

kepada lawan jenis dan bermaksud untuk menikah. Akan tetapi hubungan ini harus

tetap terbingkai dalam nilai-nilai kesalehan, sehingga kedekatan hubungan yang bisa

menimbulkan potensi fitnah sudah di luar konsep ini.

Ada perbedaan yang mencolok antara pacaran dengan khitbah yakni, pacaran

tidak berkaitan dengan perencanaan pernikahan, sedangkan khitbah merupakan

tahapan untuk menuju pernikahan. Persamaan keduanya merupakan hubungan

percintaan antara dua insan berlainan jenis yang tidak dalam ikatan perkawinan.

Dari sisi persamaannya, sebenarnya hampir tidak ada perbedaan antara pacaran dan

khitbah. Keduanya akan terkait dengan bagaimana orang mempraktikkannya.

Jika selama masa khitbah, pergaulan antara laki-laki dan perempuan

melanggar batas-batas yang telah ditentukan Islam, maka itu pun haram. Demikian

juga pacaran, jika orang dalam berpacarannya melakukan hal-hal yang dilarang oleh

Islam, maka hal itu haram. Jika seseorang menyatakan cinta pada lawan jenisnya yang

tidak dimaksudkan untuk menikahinya saat itu atau dalam waktu dekat, apakah

hukumnya haram? Tentu tidak, karena rasa cinta adalah fitrah yang diberikan Allah,

sebagaimana dalam firman-Nya berikut:

6

Page 10: UAS--Makalah_Pacaran_dalam_Islam

”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya Dialah menciptakan untukmu isteri -

isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,

dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang

demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-

Rum : 21)

Allah telah menjadikan rasa cinta dalam diri manusia baik pada laki - laki

maupun perempuan. Dengan adanya rasa cinta, manusia bisa hidup berpasang-

pasangan. Adanya pernikahan tentu harus didahului rasa cinta. Seandainya tidak ada

cinta, pasti tidak ada orang yang mau membangun rumah tangga. Seperti halnya

hewan, mereka memiliki instink seksualitas tetapi tidak memiliki rasa cinta, sehingga

setiap kali bisa berganti pasangan. Hewan tidak membangun rumah tangga.

Menyatakan cinta sebagai kejujuran hati tidak bertentangan dengan syariat Islam.

Karena tidak ada satu pun ayat atau hadis yang secara eksplisit atau implisit

melarangnya. Islam hanya memberikan batasan-batasan antara yang boleh dan yang

tidak boleh dalam hubungan laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri.

a. Allah memerintahkan kepada wanita untuk menutup auratnya

Allah SWT. berfirman :

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan

isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh

tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,

7

Page 11: UAS--Makalah_Pacaran_dalam_Islam

karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab : 59)

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan

pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan

perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An Nuur : 31).

b. Agama Islam melarang berduaan dengan lawan jenis

Dari Ibnu Abbas, Nabi SAW bersabda,

“Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali jika

bersama mahromnya.” (HR. Bukhari, no. 5233)

Rasulullah SAW bersabda,

“Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal

baginya karena sesungguhnya syaiton adalah orang ketiga di antara mereka

berdua kecuali apabila bersama mahromnya.” (HR. Ahmad no. 15734. Syaikh

Syu’aib Al Arnauth mengatakan hadits ini shohih ligoirihi)

c. Jabat tangan dengan lawan jenis termasuk yang dilarang

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda,

“Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang

pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina

kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina

tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah.

Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah

yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim

no. 6925)

8

Page 12: UAS--Makalah_Pacaran_dalam_Islam

D. Konsep Islam Mengatur Hubungan Sepasang Remaja

a. Etika Pergaulan

Kemungkinan yang dapat terjadi saat remaja berbeda jenis kelamin bertemu adalah

jatuh cinta. Islam memiliki batasan yang dapat membawa insannya jauh dari

perbuatan yang menjurus pada maksiat atau zina. Melalui batasan-batasan yang telah

dituliskan di Al-Quran ataupun hadist, muncul lah etika pergaulan yang seharusnya

dilakukan para remaja saat ini, yang diantaranya adalah :

1. Tidak melakukan perbuatan yang dapat mengarahkan kepada zina.

Allah SWT berfirman,

"Dan janganlah kamu mendekati zina sesungguhnya zina itu adalah suatu

perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra : 32).

Maksud ayat ini, janganlah kamu melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa

menjerumuskan kamu pada perbuatan zina. Di antara perbuatan tersebut seperti

berdua-duaan dengan lawan jenis ditempat yang sepi, bersentuhan termasuk

bergandengan tangan, berciuman, dan lain sebagainya.

2. Tidak menyentuh perempuan yang bukan muhrimnya.

Rasulullah SAW bersabda, "Lebih baik memegang besi yang panas dari pada

memegang atau meraba perempuan yang bukan istrinya (kalau ia tahu akan

berat siksaannya).”

3. Tidak berduaan dengan lawan jenis yang bukan muhrimnya.

Dilarang laki - laki dan perempuan yang bukan muhrimnya untuk berdua-duaan.

Nabi SAW bersabda, "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka

jangan sekali -kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak

muhrimnya, karena ketiganya adalah setan." (HR. Ahmad)

4. Harus menjaga mata atau pandangan.

Sebab mata kuncinya hati, dan pandangan itu pengutus fitnah yang sering

membawa kepada perbuatan zina. Oleh karena itu Allah berfirman,

9

Page 13: UAS--Makalah_Pacaran_dalam_Islam

"Katakanlah kepada laki-laki mukmin hendaklah mereka memalingkan

pandangan (dari yang haram) dan menjaga kehormatan mereka, Dan katakanlah

kepada kaum wanita hendaklah mereka meredupkan mata mereka dari yang

haram dan menjaga kehormatan mereka." (QS. An-Nur: 30-31).

Yang dimaksudkan menundukkan pandangan yaitu menjaga pandangan tidak

melepaskan pandangan begitu saja apalagi memandangi lawan jenis penuh

dengan nafsu.

5. Menutup aurat.

Diwajibkan kepada kaum wanita untuk menjaga aurat dan dilarang memakai

pakaian yang mempertontonkan bentuk tubuhnya, kecuali untuk suaminya.

Dalam hadis dikatakan bahwa wanita yang keluar rumah dengan berpakaian yang

mempertontonkan lekuk tubuh, memakai minyak wangi yang baunya semerbak,

memakai "make up" dan sebagainya setiap langkahnya dikutuk oleh para

Malaikat, dan setiap laki-laki yang memandangnya sama dengan berzina

dengannya. Di hari kiamat nanti perempuan seperti itu tidak akan mencium

baunya surga (apa lagi masuk surga).

Sebagaimana kita yakini sebagai seorang muslim bahwa segala sesuatu yang

diharamkan oleh Allah, mesti mempunyai dampak yang negatif di masyarakat. Kita

lihat saja di Amerika Serikat, bagaimana akibat adanya free sex, timbul berbagai

penyakit. Banyak anak-anak yang terlantar, anak yang tidak mengenal ayahnya,

sehingga timbul komplikasi jiwa dan sebagainya. Oleh karena itu, jalan keluar bagi

para pemuda yang tidak kuat menahannya adalah :

a. Menikah, supaya bisa menjaga mata dan kehormatan.

b. Kalau belum siap menikah, banyaklah berpuasa dan berolahraga

c. Jauhkan mata dan telinga dari segala sesuatu yang akan membangkitkan syahwat

d. Dekatkan diri dengan Allah, dengan banyak membaca Al-Qur’an dan

merenungkan artinya. Banyak berzikir, membaca shalawat, shalat berjamaah di

Masjid, menghadiri pengajian-pengajian dan berteman dengan orang-orang yang

shaleh yang akan selalu mengingatkan kita kepada jalan yang lurus.

e. Dan ingat bahwa Allah telah menjanjikan kepada para anak muda yang sabar

menahan pacaran dan zina yaitu dengan bidadari, yang kalau satu diantaranya f.

10

Page 14: UAS--Makalah_Pacaran_dalam_Islam

f. menampakkan wajahnya ke alam dunia ini, setiap laki-laki yang memandangnya

pasti akan jatuh pingsan karena kecantikannya.

11

Page 15: UAS--Makalah_Pacaran_dalam_Islam

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Islam tidak pernah mengharamkan cinta. Islam mengarahkan cinta agar ia berjalan

pada koridornya. Bila bicara cinta di antara lawan jenis, satu-satunya jalan adalah

dengan pernikahan, yang dengannya cinta menjadi halal dan penuh keberkahan.

Sebaliknya, Islam melarang keras segala jenis interaksi cinta yang tidak halal alias

menjurus kepada hal-hal berbau zinah atau maksiat. Bukan karena apa pun, tapi

karena Islam adalah agama yang memuliakan manusia dan mencegah kerusakan-

kerusakan yang akan terjadi pada diri manusia itu sendiri. "Tidak ditemukan jalan lain

bagi dua orang yang saling mencintai selain menikah" (HR. Ibnu Majah)

Islam mempunyai khitbah dimana konsep hubungan ini sangat dianjurkan bagi

seseorang yang telah menaruh hati kepada lawan jenis dan bermaksud untuk menikah.

Akan tetapi hubungan ini harus tetap terbingkai dalam nilai-nilai kesalehan, sehingga

kedekatan hubungan yang bisa menimbulkan potensi fitnah sudah di luar konsep ini.

Karena sesungguhnya rasa cinta adalah fitrah yang diberikan Allah SWT kepada

setiap insan manusia. Hal yang harus diperhatikan adalah etika dalam bergaul dengan

lawan jenis, seperti tidak melakukan hal yang mengarah pada zina, tidak menyentuh

dan berduaan dengan lawan jenis yang bukan muhirmnya, menjaga pandangan, serta

menutup aurat. Maka dari itu, manusia perlu menahan hawa nafsunya jika belum

merasa berkecukupan dan mapan baik materi ataupun iman bagi pasangannya kelak.

B. Saran

Berdasarkan isi makalah ini, sebaiknya pacaran tidak dilakukan karena lebih banyak

membawa mudaratnya daripada manfaatnya. Jika memang ingin menyalurkan

perasaan karena tertarik pada lawan jenis, disarankan untuk melakukan khitbah

dengan tidak merugikan pihak laki-laki atau perempuan dan mempunyai tujuan yang

jelas yakni pernikahan. Sesungguhnya pacaran yang baik adalah setelah menikah

karena pasangan sudah berstatus halal bagi kedua belah pihak.

12

Page 16: UAS--Makalah_Pacaran_dalam_Islam

DAFTAR PUSTAKA

Siauw, Felix Y. 2013. Udah Putusin Aja!. Bandung. Mizania

https://googleusercontent.com

http://blogbaru2011.wordpress.com/2011/12/20/hukum-pacaran-menurut-agama-

islam/

http://beni.yu.tl/hukum-berpacaran-menurut-islam-beserta-d.xhtml

13