UAS (100%)

19
Rencana Pembangunan Kawasan Ruang Terbuka Hijau Wilayah Hutan Kota Srengseng 1.1LATAR BELAKANG Dalam Undang-Undang nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang, “ruang” didefinisikan sebagai wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya. Kegiatan manusia dan mahkluk hidup lainnya membutuhkan ruang sebagaimana lokasi berbagai pemanfaatan ruang atau sebaliknya suatu ruang dapat mewadahi berbagai kegiatan, sesuai dengan kondisi alam setempat dan teknologi yang diterapkan. Disadari bahwa ketersediaan ruang itu sendiri tidak tak terbatas. Bila pemanfaatan ruang tidak diatur dengan baik, kemungkinan besar terdapat pemborosan manfaat ruang dan penurunan kualitas ruang. Oleh karena itu, diperlukan penataan ruang untuk mengatur pemanfaatannya berdasarkan besaran kegiatan, jenis kegiatan, fungsi lokasi, kualitas ruang, dan estetika lingkungan. Pengertian ruang yang demikian ini menurut M Danisworo : mendorong pergeseran arti dari place (yang cenderung dua dimensi) menjadi space (yang bermakna tiga dimensi). Ruang publik merupakan sebuah keniscayaan dalam sebuah kota yang senantiasa berkembang. Ruang publik menjadi salah satu unsur terpenting dalam struktur ruang suatu kota seiring dengan proses pertumbuhannya sebagai hasil interaksi keheterogenitasan budaya yang hidup di dalamnya. Heterogenitas ini mendorong perwujudan ciri atau karakteristik yang khas dimana setiap individu yang berbeda memiliki posisi yang sama penting dalam menentukan arah kebijakan bersama. Dalam konteks ini, ruang publik berfungsi sebagai tempat pertemuan antara individu dengan masyarakat sekitarnya, antara pemerintah dengan warga, antara penduduk setempat dengan pendatang. Semua peristiwa tersebut mejadi jiwa yang mampu mengakrabkan berbagai kepentingan individu dalam sebuah komunitas kota. Ciri inilah yang menjadi pembeda utama antara kota (urban) dan desa (rural) yang secara esensial budaya yang berkembang lebih bersifat homogen. Homogenitas ini dipresentasikan dalam wujud komunal dan bukan individual, serta keterikatan oleh tali persaudaraan yang masih kuat. Bahkan Aristoteles menyatakan bahwa kota terbentuk dari berbagai macam kelompok manusia, dan kelompok manusia yang sama tidak dapat mewujudkan eksistensi sebuah kota. Perkembangan kota-kota modern makin memperluas fungsi dan peran ruang publik. Jika sebelumnya ruang publik selalu diandaikan / diindetikan sebagai ruang terbuka, maka kini ruang publik selain bermakna kultural, sekaligus juga bermakna politis. Hal 1 - 1 PENDAHULUA

description

for download please follow this link http://www.ziddu.com/download/15061613/UAS_100_.doc.html

Transcript of UAS (100%)

Page 1: UAS (100%)

Rencana Pembangunan Kawasan Ruang Terbuka Hijau Wilayah Hutan Kota Srengseng

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam Undang-Undang nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang, “ruang”

didefinisikan sebagai wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara

sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan

melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya. Kegiatan manusia dan

mahkluk hidup lainnya membutuhkan ruang sebagaimana lokasi berbagai pemanfaatan

ruang atau sebaliknya suatu ruang dapat mewadahi berbagai kegiatan, sesuai dengan

kondisi alam setempat dan teknologi yang diterapkan. Disadari bahwa ketersediaan ruang

itu sendiri tidak tak terbatas. Bila pemanfaatan ruang tidak diatur dengan baik,

kemungkinan besar terdapat pemborosan manfaat ruang dan penurunan kualitas ruang.

Oleh karena itu, diperlukan penataan ruang untuk mengatur pemanfaatannya berdasarkan

besaran kegiatan, jenis kegiatan, fungsi lokasi, kualitas ruang, dan estetika lingkungan.

Pengertian ruang yang demikian ini menurut M Danisworo : mendorong pergeseran arti

dari place (yang cenderung dua dimensi) menjadi space (yang bermakna tiga dimensi).

Ruang publik merupakan sebuah keniscayaan dalam sebuah kota yang senantiasa

berkembang. Ruang publik menjadi salah satu unsur terpenting dalam struktur ruang

suatu kota seiring dengan proses pertumbuhannya sebagai hasil interaksi

keheterogenitasan budaya yang hidup di dalamnya. Heterogenitas ini mendorong

perwujudan ciri atau karakteristik yang khas dimana setiap individu yang berbeda memiliki

posisi yang sama penting dalam menentukan arah kebijakan bersama. Dalam konteks ini,

ruang publik berfungsi sebagai tempat pertemuan antara individu dengan masyarakat

sekitarnya, antara pemerintah dengan warga, antara penduduk setempat dengan

pendatang. Semua peristiwa tersebut mejadi jiwa yang mampu mengakrabkan berbagai

kepentingan individu dalam sebuah komunitas kota.

Ciri inilah yang menjadi pembeda utama antara kota (urban) dan desa (rural) yang

secara esensial budaya yang berkembang lebih bersifat homogen. Homogenitas ini

dipresentasikan dalam wujud komunal dan bukan individual, serta keterikatan oleh tali

persaudaraan yang masih kuat. Bahkan Aristoteles menyatakan bahwa kota terbentuk dari

berbagai macam kelompok manusia, dan kelompok manusia yang sama tidak dapat

mewujudkan eksistensi sebuah kota.

Perkembangan kota-kota modern makin memperluas fungsi dan peran ruang

publik. Jika sebelumnya ruang publik selalu diandaikan / diindetikan sebagai ruang

terbuka, maka kini ruang publik selain bermakna kultural, sekaligus juga bermakna politis.

Seiring dengan proses perkembangannya, sebuah kota tidak pernah selesai

dalam menampilkan eksistensinya. Wajah dan tatanan kehidupan di dalamnya selalu

berproses melalui interaksi antar berbagai kepentingan yang ada. Upaya mengalokasikan

aktivitas yang menjalankan denyut nadi perekonomian suatu kota akan terus berkembang

secara kreatif. Oleh karenanya, upaya penentuan peruntukan lahan kota dengan sistem

zoning yang ketat dalam kurun waktu yang sangat lama, tidak dapat diterapkan dengan

mudah. Bahkan apabila dipaksakan, dapat menyebabkan sebuah kota kehilangan

eksistensinya yang pada gilirannya juga akan menurunkan kualitas kehidupan kota di

dalamnya. Dengan latar belakang inilah, timbul ide penelitian dengan fokus perencanaan

lokasi ruang terbuka sebagai sarana ruang publik.

1.2 TUJUAN,SASARAN, DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah mendorong terwujudnya ruang terbuka,

khususnya di kawasan budidaya, sedangkan sasaran yang ingin dicapai dari penelitian ini,

adalah agar ke depan ada pengelolaan ruang terbuka di DKI Jakarta menjadi lebih baik,

melalui kejelasan wewenang dan tanggung jawab pengelola, baik dari sisi pemerintah

maupun masyarakat. Dengan demikian diharapkan, pengadaan ruang terbuka hijau di DKI

Jkarata dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya sebagai sarana sosial yang sekaligus

berfungsi sebagai ruang publik.

Hal 1 - 1

PENDAHULUAN

Page 2: UAS (100%)

Rencana Pembangunan Kawasan Ruang Terbuka Hijau Wilayah Hutan Kota Srengseng

Dengan adanya tujuan dan sasaran tersebut maka manfaat yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah :

Mencoba untuk mengimplementasikan ketersediaan ruang terbuka sebagai sebuah

sarana sosial sebagaimana visi misi dalam RTRW.

Sebagai masukan atau pertimbangan bagi penataan ruang kota yang baik tanpa

meninggalkan orisionalitas dan identitas yang ada.

1.3 SASARAN KEGIATAN

Sasaran dari kegiatan ini adalah untuk terciptanya suatu rencana penanganan

kawasan perumahan dan permukiman kumuh agar dapat meningkatkan kualitas

kehidupan masyarakat yang berada di lingkungan tersebut.

1.4 RUMUSAN MASALAH

Pengembangan daerah terbangun (build up area) yang semakin meluas di wilayah

DKI Jakarta cukup mengkhawatirkan, hal ini terlihat dari banjir yang terjadi pada tahun

2007 yang lalu. Hampir semua wilayah DKI Jakarta tertutup banjir, salah satu di antaranya

wilayah yang cukup tinggi terkena banjir adalah Kotamadya Jakarta Barat. Banjir terjadi di

daerah-daerah permukiman elit, dimana tanggul yang dibangun di Kali Pesangrahan tak

sanggup menahan gelombang banjir yang datang. Kita ketahui bahwa banjir musiman di

Jakarta akan selalu datang setiap musim hujan tiba. Sehingga salah satu alternatif yang

dikembangkan untuk mencegah perluasan wilayah yang terkena banjir antara lain dengan

cara memberikan perlindungan terhadap kawasan resapan air yang terletak pada

kawasan penyangga ibukota Jakarta. Salah satunya diantara kawasan resapan air Jakarta

adalah kawasan hutan kota Srengseng.

Dari sisi lingkungan keberadaan kawasan resapan air berdampak positif bagi kota

Jakarta, namun tidak demikian dirasakan oleh komunitas di kawasan resapan, karena

tidak memberikan nilai tambah ekonomi secara nyata. Sehingga apabila wilayah resapan

dijual untuk kepentingan perumahan baru akibat desakan kebutuhan urbanisasi, justru

akan menambah pendapatan masyarakat. Dalam perkembangan kotanya, wilayah

Kotamadya Jakarta Barat sedang melakukan pengembangan pusat-pusat perdagangan

dan permukiman. Berdasarkan hal tersebut di atas maka dapat dirumuskan permasalahan

penelitian bagi keberadaan hutan kota Srengseng sebagai berikut :

1. Adanya kecendrungan alih fungsi lahan daerah resapan air perkotaan menjadi

peruntukan lain untuk kepentingan ekonomi jangka pendek.

2. Belum adanya data yang konkrit tentang nilai ekonomi hutan kota Srengseng

yang dapat dijadikan landasan dalam pembuatan kebijakan pengelolaan hutan

kota.

3. Masih rendahnya pemahaman dan partisipasi masyarakat dan pemerintah

daerah terhadap keberadaan hutan kota sebagi suatu asset yang memiliki

fungsi strategis untuk penyeimbang ekologi perkotaan.

1.5 RUANG LINGKUP

A. Lingkup Lokasi

Lokasi studi yang dipilih yaitu Hutan Kota Srengseng. Hutan Kota Srengseng

memiliki luas 15 Ha. Di dalam RTRW 2005 (Perda DKI NO.6 Tahun 1999, pasal 31),

hutan ini ditetapkan sebagai tempat rekreasi alam. Batas-batas dari Hutan Kota

Srengseng adalah :

1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Jalan H. Kelik

2. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan kali Pesanggrahan

3. Sebelah Barat : Berbatasan dengan jalan Karya Utama

4. Sebelah Timur : Berbatasan dengan kali Pesanggrahan

Hutan Kota Srengseng ditetapkan sebagai Hutan kota oleh SK Gubernur Propinsi

DKI Jakarta N0.202 Tahun 1995, sebelumnya area ini merupakan Tempat Pembuangan

Akhir (TPA) DKI Jakarta pada tahun 1983-1994. Hutan Kota Srengseng merupakan salah

satu hutan kota yang telah dibangun oleh Dinas Kehutanan Propinsi DKI Jakarta dan

secara nyata mampu memberikan pelayanan jasa wisata alam bagi masyarakat Jakarta

yang membutuhkan suasana kenyamanan dan kesejukan alam ditengah hiruk pikuk dan

gersangnya Kota Jakarta.

Secara topografi, hutan Kota Srengseng membentuk bukit pada tengah tapaknya

dan melandai kearah Selatan dan Timur. Ketinggian tanah berkisar +*,0-+13,0. Sebelah

Timur Hutan Kota Srengseng Berbatasan dengan Kali Pesanggrahan yang merupakan

kali yang alami yang berkelak kelok dengan lebar 10 m.

Pada lokasi hutan kota, tata guna lahan hutan kota ini terdiri dari danau, jalan

setapak, area parkir, dan bangunan-bangunan sedangkan sebagian besar sisanya adalah

area hutan itu sendiri.

Hal 1 - 2

Page 3: UAS (100%)

Rencana Pembangunan Kawasan Ruang Terbuka Hijau Wilayah Hutan Kota Srengseng

2.1. KONSEP KOTA

Kota merupakan suatu bentuk dari lingkungan binaan manusia dengan rangkaian

ekosistem yang kompleks. dilihat secara pendekatan geografis-demografis, kota sebagai

tempat pemusatan penduduk, walaupun jumlah beberapa penduduk tersebut tidak dapat

dinyatakan secara eksak. Pendekatan dari segi ekonomi melihat kota sebagai pusat

pertemuan lalu lintas ekonomi, perdagangan, kegiatan industri, dan tempat perputaran

uang secara cepat. Pendekatan sosio-antropologi melihat hubungan manusia yang tinggal

di perkotaan sudah renggang dan tidak homogen. Dan dari hasil konggres Badan

Kotapraja Seluruh Indonesia (BKS-AKSI) telah menyepakati pengertian kota sebagai

berikut : ”Kota adalah kelompok orang-orang dalam jumlah tertentu, hidup, dan bertempat

tinggal bersama dalam satu wilayah geografis tertentu, berpola hubungan rasional,

ekonomis dan individual”. Tiga kata terakhir sering merupakan ciri-ciri dari masyarakat

perkotaan.

Kota merupakan hasil karya dan pemikiran manusia dari waktu ke waktu, dalam

keanekaan kehidupan yang dipengaruhi oleh beragam budaya dan teknologi. Hal ini

berkaitan dengan latar belakang sejarah terjadinya kota tersebut, latar belakang sosial,

ekonomi, politik, kultural, dan fisikal keruangannya. Sebuah kota menurut Adisasmita

(2005) mempunyai pengertian yang tidak pasif, karena kota mempunyai peranan yang

aktif bagi wilayah sekitarnya. Kota mempunyai fungsi pemasaran bagi wilayah di

sekitarnya, dan sebagai pusat pengembangan industri pengolahan. Dengan kata lain,

daerah perkotaaan merupakan roda kegiatan ekonomi. Tanpa kota, perkembangan dan

kemajuan ekonomi tidak dapat berlangsung seperti yang terjadi sekarang ini.

Proses pertumbuhan kota ditandai dengan adanya urbanisasi dan industrialisasi

yang berlangsung pesat, karena kota mempunyai daya penarik yang kuat, baik yang

bersifat ekonomi maupun non ekonomi. Perkembangan kota di daerah metropolitan

berlangsung sangat pesat , sehingga banyak pembangunan yang tidak terarah, tidak

terkontrol, sehingga sirkulasi di berbagai tempat mengalami kepadatan, kemacetan,

fasilitas pelayanan kota yang tersedia tidak mencukupi, sehingga kota metropolitan

dianggap kurang memberikan kenyamanan sebagai lingkungan kehidupan.

Masalah lingkungan hidup di perkotaan merupakan faktor yang penting dan sangat

menarik terutama bagi perencana kota. Masalah lingkungan hidup mempunyai pengaruh

positif dan negatif terhadap pengembangan kota. Pengaruh lingkungan hidup positif akan

membuat kehidupan kota lebih memberi kepuasan, kenyamanan, dan keindahan dimana

pusat kota menjadi lebih manarik setelah dibangun tamantaman kota, lapangan terbuka

yang terpelihara sebagai fasilitas rekreasi bagi warga kota, dan jasa pelayanan kota

dilakukan secara memuaskan. Di lain pihak pengaruh lingkungan yang negatif seperti:

polusi, pencemaran udara, dan air di perkotaan. Tinggi rendahnya tingkat pencemaran

tersebut seringkali merupakan fungsi dari pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk.

Tingkat pencemaran lingkungan yang tinggi dapat dilihat pada bagian kota dimana

terdapat pemusatan atau konsentrasi penduduk.

Tidak harmonisnya hubungan manusia dengan alam atau lingkungan

mengakibatkan keadaan lingkungan di sekitar areal aktivitas manusia maju secara

ekonomis namun mundur secara ekologi. Padahal untuk membentuk suatu tatanan

lingkungan hidup atau ekosistem perlu ada suatu sistem interaksi antara berbagai

komponen sumber alam dalam suatu siklus. Selain itu perlu dikembangkan kaitan yang

serasi antara berbagai komponen sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan

sumberdaya buatan agar fungsi ekosistem dapat dilestarikan dan alokasi sumber alam

untuk pembangunan dapat dilaksanakan secara efisien dalam ruang lingkup tata ruang

wilayah.

2.2. KONSEP RUANG TERBUKA HIJAU

Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam perencanaan kota adalah bagian dari ruang

kota yang sama sekali tidak mempunyai bangunan, seperti taman-taman kota, lapangan

Hal 1 - 3

Kajian teori

Page 4: UAS (100%)

Rencana Pembangunan Kawasan Ruang Terbuka Hijau Wilayah Hutan Kota Srengseng

bermain, ruang terbuka yang berfungsi sebagai zone pembatas (buffer zone) pada

kawasan perumahan, kawasan industri yang terdapat disepanjang jalan terutama jalan

arteri dan kolektor dan juga pada sungai yang mengalir di kota

Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah ruang terbuka (open space) di berbagai

tempat di suatu wilayah perkotaan yang secara optimal digunakan sebagai daerah

penghijauan dan berfungsi, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk

kehidupan dan kesejahteraan manusia atau warga kotanya selain untuk kelestarian dan

keindahan lingkungan. Ruang terbuka hijau didominasi oleh tanaman baik yang tumbuh

secara alamiah maupun dibudidayakan dalam kawasan hutan lindung dan kawasan

budidaya perkotaan tersebut .

Tanaman merupakan elemen alami utama pembentuk RTH kota, berperan sangat

penting dan efektif dalam meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan antara lain melalui

pereduksi bahan pencemaran lingkungan dan kebisingan, meminimalkan longsor, dan

erosi tanah, amelioraso iklim, salah satu penyumbang oksigen, meningkatkan jumlah air

tanah dan keindahan alami kota. RTH adalah salah satu komponen pembentuk ruang atau

wilayah perkotaan yang memiliki peranan penting dalam menyangga (biofiltering),

mengendalikan (biocontroling), dan memperbaiki (bioengineering) kualitas lingkungan

kehidupan di perkotaan. Sehingga dinyatakan juga bahwa RTH sebagai bagian dari ruang

fungsional suatu wilayah perkotaan yang dapat meningkatkan kualitas fisik, non fisik, dan

estetika suatu kota.

Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami yang berupa habitat liar

alami, kawasan lindung dan taman-taman nasional, dan RTH non alami atau binaan yang

seperti taman, lapagan olah raga dan kebun bunga. Sedangkan dari segi fungsi RTH

dapat berfungsi :

a. Secara ekologis : RTH dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah

banjir, menguerangi polusi udara, dan menurunkantemperatur kota. Bentuk-

bentuk RTH ekologis antara lain: sabuk hijau kota, hutan kota, taman botani,

maupun sepadan sungai.

b. Secara sosial budaya : keberadaan RTH dapat memberikan fungsi sebagai

ruang interaksi sosial, sarana rekreasi, dan sebagai tenggeran kota yang

berbudaya. Bentuk-bentuk RTH sosial budaya antara lain: taman-taman kota,

lapangan olah raga, kebun raya maupun TPU.

c. Secara arsitektur : RTH dapat meningkatkan nilai keindahan dan kenyamanan

kota melalui keberadaan taman-taman kota, kebun-kebun bunga, dan jalur-jalur

hijau di jalan-jalan kota.

d. Secara ekonomi : seperti fungsi pemanfaatan tanah-tanah kososng oleh para

pedagang tanaman hias dan pengembangan sarana wisata hijau perkotaan

akan mampu mendatangkan wisatawan

2.3. HUTAN KOTA

Terbentuknya hutan kota yang ada sekarang, kecuali kebun raya dan kebun

binatang yang dibuat pada masa kolonial Belanda, nampaknya masih seperti tidak

disengaja. Beberapa relik-relik sisa hutan atau vegetasi yang didominasi pohon yang

berada di atas lahan negara atau publik seperti lahan-lahan bekas persemaian, bekas

tempat penimbunan kayu, lahan pemakaman, pelindung sumber air atau pemandian

umum. Lahan-lahan bertutupkan vegetasi pohon ini bersama dengan perkembangan

pembangunan berada di dalam kota, dan atas permintaan masyarakat biasanya dibiarkan

apa adanya, kemudian menjadi hutan kota tak resmi tanpa pengelolaan khusus.

Hutan kota merupakan kawasan vegetasi berkayu yang luas, taman yang terbuka

bagi umum, mudah dijangkau oleh penduduk kota, dan dapat memenuhi fungsi

perlindungan dan regulatifnya, seperti kelestarian tanah, tata air, ameliorasi iklim,

penangkal polusi udara, kebisingan, dan lain-lain.

Fungsi hutan kota sangat unik karena kemampuannya yang luar biasa dalam

memenuhi kebutuhan manusia dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Pelestarian Plasma Nutfah : Hutan kota dapat dijadikan sebagai tempat koleksi

anekaragam hayati yang tersebar di seluruh tanah air, kawasan hutan kota

dipandang sebagai areal pelestarian di luar kawasan konservasi. Hutan Kota

Srengseng selain sebagai kawasan konservasi juga sebagai kawasan

anekaragam tanaman langka seperti: nam-nam, lobi-lobi, kesemek, dan

sebagainya.

b. Penahan dan Penyaring Partikel Padat dari Udara: Udara alami yang bersih

sering dikotori oleh debu baik hasil kegiatan alami maupun kegiatan manusia.

Dengan adanya hutan kota, partikel padat yang tersuspensi pada lapisan

atmosfir bumi akan dapat dibersihkan oleh tajuk pohon melalui proses jerapan

dan serapan.

c. Penyerap dan Penjerap Partikel Timbal : Kendaraan bermotor merupakan

sumber utama timbal yang mencemari udara di daerah perkotaan, diperkirakan

sekitar 60-70% dari partikel udara perkotaan berasal dari kendaraan bermotor

d. Penyerap dan Penjerap Debu Semen : Debu semen merupakan debu yang

sangat berbahaya bagi kesehatan, karena dapat mengakibatkan penyakit

sementosis, oleh karena itu debu semen yang terdapat di uadar bebas harus

Hal 1 - 4

Page 5: UAS (100%)

Rencana Pembangunan Kawasan Ruang Terbuka Hijau Wilayah Hutan Kota Srengseng

diturunkan kadarnya. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman yang

baik dikembangkan di hutan kota pada kawasan pabrik semen adalah mahoni,

bisbol, tanjung, kenari, meranti merah, ki payung, dan kayu hitam, karena

memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pencemaran debu semen dan

mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menjerap (adsorbsi) dan menyerap

(absorbsi) debu semen.

e. Peredam Kebisingan : Pohon dapat meredam suara dengan cara

mengabsorbsi gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis

tumbuhan yang efektif untuk meredam suara ialah tanaman yang bertajuk tebal

dengan daun rindang. Dedaunan tanaman dapat menyerap kebisingan sampai

95% Dengan menanam berbagai jenis tanaman dengan berbagai strata yang

cukup rapat dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan.

f. Penyerap Karbondioksida dan Penghasil Oksigen : Hutan merupakan penyerap

gas CO2 yang cukup penting, selain fito planton, ganggang, dan rumput laut di

samudra. Cahaya matahari akan dimanfaatkan oleh semua tumbuhan dalam

berfotosisntesa yang akan mengubah gas CO2 menjadi karbohidrat dan

oksigen. Proses ini bermanfaat bagi manusia karena dapat menyerap gas CO2

yang apabila konsentrasinya meningkat akan memberikan efek racun pada

manusia, di lain pihak proses ini menghasilkan O2 yang diperlukan manusia

dan hewan.

g. Penyerap dan Penapis Bau : Tanaman dapat menyerap bau secara langsung,

atau tanaman akan menahan gerakan angin yang bergerak dari sumber bau

Atau tanaman yang mengeluarkan bau harum yang dapat menetralisir bau

busuk seperti cempaka dan tanjung.

h. Mengatasi Penggenangan : Daerah bawah sering digenangi air, maka perlu

ditanami jenis tanaman yang mempunyai kemampuan evapotransirasi yang

tinggi. Jenis tanaman ini adalah tanaman yang mempunyai jumlah daun yang

banyak, sehinggga memilki stomata yang banyak seperti : nangka, mahoni, jati,

ki hujan, dan lamtoro.

i. Ameliorasi Iklim : Salah satu masalah yang cukup merisaukan penduduk kota

adalah berkurangnya rasa kenyamanan sebagai akibat meningkatnya suhu

udara di perkotaan. Suhu udara pada daearah berhutan lebih nyaman dari

pada daerah yang tidak ditumbuhi tanaman.

j. Pelestarian Air Tanah : Sistem perakaran tanaman dan serasah yang berubah

menjadi humus akan memperbesar jumlah pori tanah. Karena humus bersifat

higroskopis dengan kemampuan menyerap air yang besar, sehingga kadar air

tanah hutan akan meningkat. Pada daerah hulu yang berfungsi sebagai daerah

resapan air, hendaknya ditanami dengan tanaman yang mempunyai

evapotranspirasi yang rendah. Sistem perakarannya dapat memperbesar

porositas tanah sehingga air hujan banyak yang masuk ke dalam tanah

sebagai air infiltrasi dan hanya sedikit yang menjadi air limpasan. Jenis

tanaman yang mempunyai evapotransirasi yang rendah antara lain : cemara

laut, ficus elastica, karet, manggis, bunggur dan kelapa.

k. Meningkatkan Keindahan : Tanaman mempunyai bentuk, warna, tekstur

tertentu dapat dipadu dengan benda-benda yang ada disekitarnya sehingga

didapatkan suatu komposisi yang menarik yang memberikan suatu keindahan.

Pembangunan dan pengembangan hutan kota dapat mengurangi sifat negatif.

Kesejukan dan kesegaran yang diberikan hutan kota akan menghilangkan

kejenuhan dan kepenatan penduduk di perkotaan. Kicauan dan tarian burung

akan menghilangkan kejemuan. Warna dan karakter tumbuhan yang dihadirkan

dapat digunakan untuk terapi mata dan jiwa, sehingga dapat menghilangkan

rasa letih dan lelah selama bekerja dan mengurangi stress.

Fungsi hutan kota seringkali terkait erat dengan pendidikan lingkungan secara tak

langsung pada masyarakat, yang diawali dengan adanya kepedulian akan arti

biodiversitas, konservasi plasma nutfah, pengenalan manfaat pohon, pengenalan struktur,

dan komposisi hutan, serta kehidupan liaran (wildlife) yang berkembang dalam hutan kota

tersebut Hutan kota diharapkan mampu memberikan lingkungan nyaman, segar, bebas

polusi dan kebisingan untuk kesehatan warganya.

Hal 1 - 5

Page 6: UAS (100%)

Rencana Pembangunan Kawasan Ruang Terbuka Hijau Wilayah Hutan Kota Srengseng

3.1. GAMBARAN UMUM KOTAMADYA JAKARTA BARAT

3.1.1. Kondisi geografis

Secara geografis Kotamadya Jakarta Barat terletak antara 106o 22’ 42”

BTsampai 106o 58’ 18” BT dan 50o 19’ 12” LS sampai 60o 23’ 54” LS, berada

padaketinggian 7 meter di atas permukaan laut dengan luas wilayah 128,19

km2.Kotamadya Jakarta Barat merupakan wilayah sebelah barat Provinsi DKI

Jakarta, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Utara : berbatasan dengan wilayah Jakarta Utara

b. Timur : berbatasan dengan Jakarta Pusat

c. Selatan : berbatasan dengan Banten.

d. Barat : berbatasan dengan Tanggerang.

Gambar 1.1. peta wilayah kotamadya Jakarta barat

(DINAS TATA KOTA)

3.1.2. Keadaan Iklim

Keadaan iklim Jakarta Barat relatif panas. Curah hujan selama tahun

2005berkapasitas 599 mm. Jumlah hari hujan pada tahun yang sama adalah 124

hari, sehingga rata-rata curah hujan harian 4,83 mm/ hari. Curah hujan bulanan

yang terjadi berfluktuasi antara 0-166 mm. Curah hujan paling tinggi terjadi pada

bulan Januari (166 mm), begitu pula dengan hari hujan tertinggi terjadi pada bulan

Januari (23 hari). Rata-rata curah hujan harian berkisar antara 0-8,07 mm/ hari.

Curah hujan harian paling tinggi terjadi pada bulan Februari (8,08 mm/ hari) ( BPS,

2006).

3.1.3. Pengunaan tanah

Penggunaan tanah di Jakarta Barat cukup kompleks dan sering

menimbulkan dampak negatif terhadap daya dukung lingkungan. Luas lahan

wilayah kotamadya Jakarta Barat sekitar 12.819 hektar, dengan peruntukan

sebagai berikut : kawasan perumahan 6.479,72 Ha, industri 188,51 Ha, pertokoan/

perkantoran 1.248 Ha, taman 192,38 Ha, pertanian 1.065,99 ha, lahan tidur

1.921,86 Ha, dan lain-lain 1.722,54 Ha.

Kotamadya Jakarta Barat merupakan kota yang tertua di wilayah Jakarta,

kaya dengan bangunan-bangunan tua, dan memiliki tingkat heterogenitas

penduduk yang cukup beragam. Aktivitas ekonomi yang paling menonjol di wilayah

Jakarta Barat adalah bidang pelayanan jasa. Bidang perekonomian sector

perdagangan merupakan salah satu bidang yang sangat penting dan berperan

dalam perkembangan wilayah kota Jakarta Barat.

Hal 1 - 6

Gambaran umum

Page 7: UAS (100%)

Rencana Pembangunan Kawasan Ruang Terbuka Hijau Wilayah Hutan Kota Srengseng

3.2. GAMBARAN UMUM HUTAN KOTA SRENGSENG

3.2.1. GEOGRAFI

Hutan Kota Srengseng terletak di Kelurahan Srengseng, Kecamatan

Kembangan, Jakarta Barat. Hutan Kota Srengseng berada di antara 0,5 – 2 meter

dari permukaan laut daerah ini merupakan tanah landai dan sedikit rawa pada

bagian – bagian tertentu. Batas wilayah hutan kota Srengseng pada kelurahan

Srengseng :

Sebelah utara : Kelurahan Meruya utara

Sebelah timur : Propinsi Jawa Barat dan sungai Pesanggrahan

Sebelah selatan : Kelurahan Joglo

Sebelah barat : Kelruahan Meruya Selatan

Kawasan Hutan Kota Srengseng secara geografis terletak pada 60º 13’ 12”

LS dan 10º 60’ 48” BT terletak di wilayah administrasi pemerintahan kota

Jakarta Barat, Kecamatan Kembangan, Kelurahan Srengseng.

3.2.2. TOPOGRAFI

Keadaan fisik hutan kota Srengseng, merupakan sebuah hamparan

dataran dengan kemiringan lereng 0-3% (7,4 ha), landai dengan kemiringan 3-

8% (3,8 ha) bergelombang ringan dengan kemiringan lereng 8-25% (2,1 ha)

dan sisanya bergelombang dengan kemiringan lereng > 25% (1,7 ha).

Gambar 1.2. Peta Hutan Kota Srengseng

(DINAS TATA KOTA)

Kawasan ini merupakan bagian dari formasi alluvium, tanah tersebut

sebagian besar berupa liat dan debu. Tanah di bagian dataran, umumnya

bersolum dalam (90-100 cm) dan telah mengalami perkembangan profil, bertekstur

halus, kompak dan berdrainase baik, dengan pH tanah 6,0 – 7,7. Distribusi curah

hujan tahunan kawasan ini 1.865,5 mm/ tahun atau rata-rata 155,5 mm/ bulan,

dengan jumlah hari hujan 142 hari/ tahun, rataan suhu udara harian 26,6 oC, dan

kelembaban udara berkisar 78-90%.

3.2.3. FLORA DAN FAUNA

Habitat kawasan hutan kota Srengseng ini terdiri dari perairan (situ),

pembangunan tata hijau, dan bentuk konfigurasi lapangnya yang relatif beragam.

Komponen pembangunan tata hijau yang merupakan wujud hutan kota yang terdiri

dari 47 jenis tanaman yang dibudidayakan dari tahun 1997 – 2007.

Sedangkan satwa liar yang banyak dijumpai di lokasi hutan kota

Srengseng, meliputi jenis burung air raja udang, burung emprit (Lonchura sp),

beberapa jenis kadal (Mabula sp), biawak (Varanus salvador), ular tanah, ular air,

tikus (Raffus sp) dan katak. Sedangkan beberapa jenis serangga yang ditemukan

meliputi kupu-kupu kuning, belalang, gangsir dan orong-orong.

3.2.4. KEPENDUDUKAN

Hutan Kota Srengseng terletak di wilayah Kelurahan Srengseng.

Kelurahan Srengseng ini memiliki area paling luas di Kecamatan

Kembangan yaitu 491,60 Ha. Kelurahan Srengseng memiliki jumlah

penduduk paling banyak di Kecamatan Kembangan yaitu sebanyak 28.655

jiwa sehingga kepadatan penduduknya sebesar 58 jiwa/km2. Kelurahan

Srengseng terbagi menjadi 12 RW dan 94 RT dengan jumlah KK sebanyak

6.516 KK (Kecamatan Kembangan dalam angka 2005, BPS Kotamadya

Jakarta Barat). Dari sisi lapangan kerja, sebagian besar kepala keluarga di

Kelurahan Srengseng memiliki lapangan pekerjaan di sektor pertanian 310

KK, sektor industri 441 KK, sektor bangunan 1.982 KK, sektor transportasi

dan komunikasi 799 KK, keuangan 10 KK, pemerintahan 1.173 KK, sektor

jasa 538 KK, sektor perdagangan 1.253 KK, dan lain-lainnya 10 KK.

Hal 1 - 7

Page 8: UAS (100%)

Rencana Pembangunan Kawasan Ruang Terbuka Hijau Wilayah Hutan Kota Srengseng

Gambar 1.3 Gambar Hutan Kota Srengseng melalui citra satelit

3.2.5. AKSESIBILITAS

Hutan Kota Srengseng terletak pada akses jalan Srengseng Raya yang

dapat dicapai melalui jalan Tol Jakarta Merak (keluar pintu tol Kebun Jeruk), jalan

Kebayoran Lama dan jalan Ciledug Raya. Sedang angkutan umum yang dapat

digunakan untuk mencapai lokasi ini adalah Kopaja No. 609 jurusan Blok M –

Meruya, metro mini nomor 85 jurusan Kalideres – Lebak Bulus dan mikrolet nomor

02 jurusan Grogol – Kelapa Dua.

3.2.6. SEJARAH HUTAN KOTA SRENGSENG

Hutan Kota Srengseng seluas lebih dari 15 hektar ini berada di tengah

permukiman penduduk di wilayah Kotamadya Jakarta Barat. Semula lokasi ini

dibeli Pemerintah Kotamadya Jakarta Barat (Tim Sembilan) dan digunakan untuk

tempat pembuangan sampah dengan system sanitary landfill yang dikelola sejak

tahun 1984 (namun sampai saat ini aset wilayah belum tercatat secara syah/belum

bersertifikat). Ternyata sistem pengelolaan sampah tidak berjalan sebagaimana

mestinya sehingga berdampak tidak sehat bagi penduduk setempat. Akhirnya

tahun 1995 TPA Srengseng ditutup oleh Pemerintah Kotamadya Jakarta Barat.

Dan pada tahun 1997 Pemerintah Propinsi DKI Jakarta menjadikan

timbunan sampah tersebut menjadi hutan kota di bawah pengelolaan Dinas

Kehutanan Propinsi DKI Jakarta.

Konsep Hutan Kota yang diperkenalkan meliputi pengelolaan vegetasi

berkayu pada ruang terbuka hijau kota yang dikoordinasikan dan dimaniplasikan

untuk menghasilkan keuntungan berganda dan juga berdampak positif bagi

masyarakat perkotaan seperti untuk living green filter, cooler dan untuk

mengurangi kebisingan, serta untuk menjerap berbagai pencemaran udara. Selain

itu, pengunjung yang datang ke Hutan Kota Srengseng dapat berekreasi untuk

mendapatkan kenyamanan dan kesegaran serta sebagai sarana melakukan

berbagai aktivitas sosial di kawasan ini.

Hutan Kota Srengseng dikelola oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan

Propinsi DKI Jakarta kini telah ditetapkan dengan Keputusan Gubernur DKI

Jakarta No.202 Tahun 1995 tanggal 24 Februari 1995 sebagai wilayah resapan air

dan pelestarian plasma nutfah. Habitat Hutan Kota ini terdiri dari perairan,

pembangunan tata hijau, dan bentuk konfigurasi lapangannya yang relative

beragam. Hutan Kota Srengseng ditanami dengan berbagai jenis tanaman

pelindung yang langka, selain itu hutan kota juga diperindah dengan waduk dan

pulau yang rimbun ditengahnya. Waduk tersebut berfungsi sebagai resapan air

untuk mengurangi dampak banjir jika Kali Pesanggrahan meluap.

Hal 1 - 8

Page 9: UAS (100%)

Rencana Pembangunan Kawasan Ruang Terbuka Hijau Wilayah Hutan Kota Srengseng

4.1. ANALISIS FISIK DAN LINGKUNGAN

4.1.1. Geografi dan Topografi

Secara umum, hutan kota srengsenmg termasuk dalam wilayah

administrative Kotamadya Jakarta Barat, DKI Jakarta. Hutan Kota Srengseng

terletak di kecamatan Kembangan Kelurahan Sregseng Jakarta Barat. Secara

Geografis Hutan Kota Srengseng terletak di 6º13’12” Ls dan 106º48” BT.

Luas Hutan Kota Srengseng adalah seluas 15Ha. Di dalam RTRW 2005

(Perda DKI No. 6 Tahun 1999, pasal 31), Hutan Kota Srengseng ini ditetapkan

sebagai tempat rekreasi alam.

Secara Topografi, Hutan Kota Srengseng membentuk bukit pada tengah

tapaknya dan melandai kea rah selatan dan timur. Ketinggian tanah berkisar + 8,0

-+ 13,0.

Berdasarkan pendekatan-pendekatan dalam membangun hutan kota ,

hutan kota Srengseng dibangun pada lokasi tertentu. Tapak hutan kota Srengseng

terletak pada areal strategis yg dapat dijangkau dari beberapa arah pencapaian

yang memadai. Berdasarkan RUTR DKI Jakarta 2005, tapak Hutan Kota

Srengseng berada di lingkungan pemukiman. Pelaksanaan program pengisian

hijau tumbuhan secara alamiah ataupun tanaman budidaya, seperti : pertanian,

pertamanan, dan perkebunan.

4.1.2. Kualitas Fisik

Vegetasi hutan yang terdapat dihutan kota Srengseng pada saat ini

kondisinya ada sebagian flora yang rusak dan belum diperbaiki. Seharusnya

vegetasi hutan/jenis flora ini harus dilindungi dan dilestarikan karena merupakan

salah satu potensi yang dimiliki oleh hutan kota Srengseng dan dapat

dimanfaatkan sebagai tempat penelitian bagi siswa atau mahasiswa yang ingin

meneliti jenis-jenis flora yang ada di hutan kota Srengseng. Area hutan yang rusak

di hutan kota Srengseng sekitar 30% dari luas penggunahan lahan dihutan kita

Srengseng.

Kondisi pintu masuk hutan kota Srengseng pada saat ini sudah baik dan

menarik perhatian pengunjung, dibandingkan 3 tahun yang lalu masih biasa saja

bentuknya hanya pagar tinggi dan papan nama yang tertulis hutan kota Srengseng.

Selain itu terdapat kantor pengelola dan pos jaga dengan kondisi baik dan terawatt.

Kondisi parker dihutan kota Srengseng juga sudah baik dengan luas

2.000m yaitu: 1.000m untuk parkir motor dengan kapasitas 350 motor dan 1.000m

lagi untuk parker mobil dengan kapasitas 50 mobil. Pada saat ini sebagian lahan

parker mobil digunakan sementara oleh pedagang untuk tempat perdagangan

makanan dan minuman karena lahan yang sebelumnya sudah dilarang oleh

Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan, menurut Kepala Dinas kehadiran

pedagang didalam hutan membuat hutan kota terlihat kumuh.

4.2. ANALISIS AKSESIBILITAS

4.2.1. Jaringan Jalan Menuju Lokasi Studi

Jaringan jalan menuju hutan kota Srengseng merupakan jaringan

lingkungan yang menghubungkan hutan kota Srengseng dengan wilayah lain.

Jalan menuju hutan kota Srengseng menurut hasil pengamatan yaitu baik

sudah menggunakan pengerasan aspal.

Hal 1 - 9

analisis

Page 10: UAS (100%)

Rencana Pembangunan Kawasan Ruang Terbuka Hijau Wilayah Hutan Kota Srengseng

Lebar jalan menuju hutan kota Srengseng yaitu 6m dengan 2 jalur arah

yang menghubungkan jalan menuju Pos Pengumben dan Haji Kelik. Kondisi jalan

didalam hutan kota Srengseng berdasarkan hasil pengamatan sudah baik, area

jalan hutan kota Srengseng menggunakan kon blok.

4.2.2. Sistem Pencapaian

Sistem pencapaian yang menggunakan angkutan umum, hanya bias

melewati pertigaan Jl. H. Kelik saja, tetapi tidak sampai ke hutan kota Srengseng.

Menurut hasil pengamatan, rata-rata pengunjung yang dating ke hutan

kotaSrengseng menggunakan kendaraan pribadi, seperti : mobil dan motor.

Pengunjung yang dating ke hutan kota Srengseng banyak juga yang hanya

berjalan kaki dan ada juga yang hanya menggunakan sepeda karena jarak hutan

kota Srengseng dari tempat tinggalnya jauh dari hutan kota Srengseng, mereka

lebih suka menggunakan kendaraan pribadi dari pada angkutan umum karena

lebih praktis.

Angkutan umum yang ada saat ini hanya melewati sampai pertigaan Jl. H.

Kelik saja, tetapi tidak melewati hutan kota Srengseng. Bagi pengunjung yang

menggunakan angkutan umum, mereka harus menggunakan bajaj atau jasa ojek

lagi untuk sampai ke hutan kota Srengseng. Untuk itu diperlukan penambahan rute

angkutan yang menuju hutan kota Srengseng, agar dalam segi promosi hutan kota

Srengseng dapat terkases jalannya.

4.3. ANALISIS FASILITAS

KONDISI DAN KEBUTUHAN FASILITAS HUTAN KOTA SRENGSENG

Kondisi fasilitas hutan kota Srengseng masih sangat minim dan tidak

dikelola dengan baik oleh pengelola hutan kota Srengseng. Adapun fasilitasn

hutan kota Srengseng sebagai berikut :

1. Fasilitas di sekitar hutan dan danau

- Warung/pedagang makanan kecil dan minuman

- Pos keamanan/jaga

- Tempat parkir motor dan mobil

- Kantor pengelola

- Tempat pemancingan

- Fasilitas bermain anak

- Fasilitas olah taga : jogging track, wallclimbing

- Fasilitas penerangan : lampu

- Pintu air yang aliran airnya berasal dari kali pesanggrahan

- Saluran drainase dengan keadaan yang kurang terawat

- Tempat sampah dan gerobak sampah

Berdasarkan hasil pengamatan dan kuisioner pengunjung , dan wawancara

pengelola, fasilitas yang seharusnya ada di hutan kota Srengseng, yaitu :

a. WC umum yang dapat digunakan oleh pengunjung. WC umum

yang ada sekarang ini sudah tidak dapat digunakan sama sekali

karena kondisinya sekarang sudah rusak dan tidak terawat

b. Rambu-rambu peringatan, tempat berbahaya di sekitar danau

seperti dilarang berenang di danau.

c. Penunjuk arah

2. Kebutuhan Fasilitas Hutan Kota Srengseng

Berdasarkan hasil kuisioner pengunjung, kebutuhan yang diperlukan

di hutan kota Srengseng, yaitu :

1. Tempat berdagang yang resmi dan layak untuk para pedagang,

agar pengunjung dapat menikmati aneka macam jajanan

makanan dan minuman yang dijual

2. Diperlukan pos keamanan dan polisi huitan ditempat-tempat

strategis, agar pengunjung merasa aman dan nyaman dan

tingkat kehilangan dihutan kota Srengseng dapat berkurang

3. WC umum yang keadaannya baik dan terawat, agar daoat

digunakan pengunjung

4. Tempat penelitian, sebagai tempat proses pemebelajaran yang

bersifat edukatif.

4.4. ANALISIS PENGUNJUNG

4.4.1. Pengunjung

Hutan kota Srengseng pada saat ini sudah menajid tempat rekreasi

yang banyak dikunjungi oleh pengunjung terutama pada hari libur yang

menurut wawancara dengan pengelola jumlah pengunjung dihutan kota

Srengseng bisa mencapai 100-500 orang/bulan, sedangkan untuk hari

biasa jumlah pengunjung sekitar 50-100 orang/bulan. Pengunjung rata-rata

mengunjungi tempat bermain anak-anak, danau, dan duduk disekitar hutan.

Hal 1 - 10

Page 11: UAS (100%)

Rencana Pembangunan Kawasan Ruang Terbuka Hijau Wilayah Hutan Kota Srengseng

Berdasarkan hasil kuisioner pengunjung, rata-rata pekerjaan

mereka, yaitu wiraswasta, dan menurut hasil kuisioner mereka datang

bersama teman,pacar, dan keluarga mereka. Dan dapat bisa

menghabiskan dana untuk berekreasi sebesar 10000 rupiah

5.1. KONSEP DASAR

Hutan kota Srengseng ini memiliki konsep dasar dengan pembangunan

berwawasan ekologis. Dalam pembangunan hutan ini, diminimalisir proses

perubahan lansekap lahan. Rawa yang ada dibiarkan dan dikembangkan menjadi

hutan rawa.

Berbagai fitur-fitur yang akan dibangun memiliki prinsip yang menjunjung

tinggi nilai keanekaragaman hayati. Berbagai jenis tanaman, baik berupa pohon,

tanaman hias dan buah ditanam di lokasi ini. Untuk hewan, keanekaragaman

hewan akan dimiliki oleh kawasan ini, dengan adanya taman kupu-kupu dan

bentuk perencanaan bentang alam yang bernilai ekologis tinggi ini. Dengan

adanya tanaman Ficus di sekeliling sempadan sungai akan menarik datangnya

berbagai jenis burung. Koleksi pohon yang berbagai macam jenis dan strata ini

juga menjadi fungsi yang sangat baik sekali bagi konservasi burung dan hewan

lain. Dengan dipertahankannya eksistensi habitat hutan rawa akan menyelamatkan

berbagai fauna rawa seperti berbagai jenis katak, ikan, burung dan berbagai jenis

hewan invertebrata lainnya.

Pengelolaan kawasan ini juga dilakukan dengan prinsip ramah lingkungan.

Pada kawasan ini akan dibuat sistem pengolahan sampah terpadu, dan akan

menjadikan kawasan ini sebagai tempat pembelajaran dan contoh sikap ramah

lingkungan bagi hutan kota yang lainnya. Dari ekonomi dan dana pengelolaannya,

hutan kota ini dibangun dengan dana yang jauh lebih murah jika dibandingkan

dengan melakukan perubahan bentuk lansekap.

Berbagai potensi kerjasama akan diakomodir oleh kawasan ini. Potensi

kerjasama dengan pengusaha tanaman hias, kerjasama dengan perusahaan,

Universitas serta LSM-LSM lingkungan.

5.2. FITUR DARI HUTAN KOTA

1. Parkir

Pada hutan kota ini akan dibuat dua pintu masuk yaitu pintu timur

dan pintu barat. Dua pintu masuk ini akan memfasilitasi arah pengunjung

yang datang dari Pesangrahan dan dari Jalan Karya Utama. Pada setiap

pintu masuk akan dibuat tempat parikir. Tempat parkir yang akan dibuat

dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki pepohonan yang rindang,

sehingga selain berfungsi sebagai peneduh mobil yang parkir, juga akan

memberikan tambahan fungsi hutan kota ini.

2. Kantor Pengelola dan Bangunan Serba Guna

Hal 1 - 11

Konsep pengembangan

Page 12: UAS (100%)

Rencana Pembangunan Kawasan Ruang Terbuka Hijau Wilayah Hutan Kota Srengseng

Kantor pengelola dan bangunan serba guna akan didirikan dekat

dengan pintu masuk utara. Bangunan yang akan didirikan ini berfungsi

sebagai kantor pengelola dan juga didirikan ruangan serba guna yang bisa

digunakan sebagai tempat pertemuan, seminar, pameran dll.

3. Science center

Untuk memfasilitasi nilai dan fungsi sebagai pendidikan, hutan kota

ini akan dilengkapi dengan science center.Science center ini tidak

difokuskan sebagai tempat penelitian, tetapi difokuskan fungsinya sebagai

sarana penunjang pendidikan berwawasan lingkungan.

Pada science center ini dapat dijadikan sebagai tempat memfasilitasi

kunjungan siswa dan sekolah, sebagai wadah pendidikan lingkungan.

Pengelolaan science centerini bisa dilakukan dengan kerjasama dengan

Universitas dan LSM lingkungan.

4. Pasar Wisata Cenderamata

Suatu kawasan wisata akan tidak lengkap jika tidak dilengkapi

dengan pasar wisata dan cinderamata. Pasar wisata ini dibangun sebagai

beberapa kios yang bisa disewakan kepada pedagang cinderamata. Pasar

wisata ini di pusatkan di beberapa tempat dengan lokasi yang

memperhitungkan akses pengunjung.

5. Wisata Kuliner

Stand makanan dan restoran di kawasan ini dibangun di daerah

dengan pemandangan danau, serta di beberapa tempat strategis. Bofet

dan restoran di bangun dekat dengan wahana wisata, dan spot-spot yang

memungkinkan banyak pengunjung dan memiliki kondisi dan pemandangan

yang bagus.

6. Tanaman Hias

Adanya lokasi sebagai tempat koleksi tanaman hias akan

memberikan nilai tambah bagi pengelolan hutan kota ini. Koleksi tanaman

hias ini berpeluang memiliki potensi kerjasama yang menguntungkan

dengan pengusaha tanaman hias. Pengunjung akan diuntungkan dengan

adanya koleksi tanaman hias yang dipajang untuk pengunjung dan

pengunjung yang tertarik bisa membeli tanaman hias ini. Pengelola hutan

kota pun bisa mendapatkan keuntungan dari sistem kerjasama dengan

pengusaha tanaman hias.

Hal 1 - 12

Page 13: UAS (100%)

Rencana Pembangunan Kawasan Ruang Terbuka Hijau Wilayah Hutan Kota Srengseng

7. Taman Kupu-Kupu

Berbagai jenis tanaman dan bunga-bungaan akan mengundang

datangnya berbagai jenis kupu-kupu. Untuk memaksimalkan potensi ini,

maka akan dibangun taman kupu-kupu yang terdiri dari tempat

penangkaran kupu-kupu, dan tanaman pakan kupu-kupu. Taman kupu-

kupu merupakan bentuk pengelolaan kupu-kupu secara ex-situ, dimana

kupu-kupu ditangkar pada satu kawasan, dikembangbiakkan, sehingga kita

mempunyai aneka jenis kupu-kupu yang indah yang memberikan warna

lain pada hutan kota ini. Penangkaran ini akan bisa sebagai tempat

pengembangan penangkaran kupu-kupu yang memiliki bentuk yang sangat

menarik dan harga yang tinggi. Selain sebagai fungsi wisata dan

pendidikan, penangkaran kupu-kupu ini berpotensi untuk potensi ekonomi

dengan adanya cinderamata kupu-kupu sebagai salah satu cinderamata

khas berasal dari hutan kota Srengseng.

8. Jogging track

Kawasan hutan kota ini sangat baik untuk melakukan aktifitas olah

raga, di hutan kota Srengseng ini sudah terdapat fasilitas jogging track

namun jalan2nya masih kurang baik. Dan akan mungkin untuk diperbaharui

kembali kondisi jogging track tersebut guna memancing para pengguna

jogging track lebih tertarik untuk melakukan aktifitas jogging di hutan kota

Srengseng ini.

9. Wisata air

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang sekarang ini memiliki

kecenderungan kebutuhan wisata air. Pada kawasan ini akan dibangun

fasilitas wisata air yang menggunakan danau yang membatasi sisi-sisi

kawasan. Potensi wisata yang bisa dibangun adalah sepeda air, wisata tur

dengan sampan, bebek-bebekan.

10.Pusat Pengolahan Sampah Terpadu

Nilai tambah dan keunggulan dari rancangan pengelolaan ini adalah

dengan dibangunnya pusat pengolahan sampah terpadu. Sebagai kawasan

wisata tentunya kawasan ini akan menghasilkan sampah yang cukup

banyak. Selain itu, dari segi pepohonan yang ada akan menghasilkan

sampah dedaunan. Sampah yang dihasilkan kawasan inilah yang harus

diolah. Tong sampah yang akan dibangun memiliki tempat yang terpisah

antara sampah organik dengan sampah non organik. Sampah organik akan

diolah menjadi kompos, sedangkan sampah non organik akan dipilah dan

dikelompokkan sampahnya. Pengolahan sampah organik akan

menghasilkan kompos yang bisa digunakan sendiri sebagai pupuk. Untuk

sampah anorganik, dengan dipisahkan dan diolah terlbih dahulu, sampah

ini bisa bernilai ekonomi dari segi daur ulang. Segi pengelolaan

sampahnya, hutan kota ini tidak akan membebani pemerintah kota. Nilai

keunggulan lebihnya yaitu, sistem ini akan bisa menjadi percontohan bagi

Hal 1 - 13

Page 14: UAS (100%)

Rencana Pembangunan Kawasan Ruang Terbuka Hijau Wilayah Hutan Kota Srengseng

berbagai pihak dan bahkan bisa menjadi percontohan secara nasional.

Pengolahan sampah ini akan lebih menarik jika menerapkan sistem Bank

Sampah

6.1. Kesimpulan

Kesimpulan ini diperoleh setelah penulis melakukan tahapan pengajian

sehingga dapat dengan jelas diketahui permasalahan yang ada dan pengaruhnya

terhadap perkembangan kawasan hutan kota Srengseng yang selanjutnya

diusulkan arahan pengembangan yang diharapkan dapat meminimalkan atau

memecahkan permasalahan yang ada. Kesimpulan yang didapat adalah sebagai

berikut :

1. Ditinjau dari fisik dan lingkungan kawasan hutan kota Srengseng

memiliki kualitas fisik lingkungan yang merupakan areal yang dominan

dan potensial guna menunjang peruntukanannya sebagai hutan kota.

2. Ditinjau dari kegiatan ekonomi masyarakat, yaitu : penjual tanaman

hias, dan pedagang makanan dan minuman yang berjualan di hutan

kota srengseng, diperlukan area tempat berdagang dihutan kota

Srengseng yang layak dan strategis.

Lahan yang terbatas di kota-kota seringkali digunakan untuk berbagai

kepentingan yang lebih bersifat komersial yang sebetulnya kurang sesuai dengan

peruntukannya. Di sisi lain, pembangunan kota yang kurang terencana dengan

baik juga telah banyak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup

yang pada akhirnya dapat menyebabkan turunnya kualitas lingkungan hidup kota.

Hutan Kota merupakan salah satu alternatif yang baik dalam mengatasi masalah

lingkungan hidup di kota. Melalui fungsi dan peranannya yang sangat beragam,

Hutan Kota diharapkan dapat membantu mengatasi pencemaran udara, meredam

kebisingan, menjaga tata air, dan melestarikan plasma nutfah, di samping dapat

juga menghasilkan udara segar serta sebagai sarana pendidikan dan rekreasi bagi

masyarakat kota.

Oleh karena itu, dalam pembangunan dan pengembangan Hutan Kota

tersebut tentunya perlu dipertimbangkan berbagai aspek seperti luas, bentuk, dan

tipe Hutan Kota. Di samping itu keberhasilan pembangunan dan pengelolaan

Hutan Kota tersebut akan sangat ditentukan oleh adanya dukungan dari seluruh

lapisan masyarakat serta pengaturannya didasarkan melalui Peraturan Daerah.

Berjalannya rencana pengelolaan ini tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak untuk dapat saling mendukung dan membantu dalam mewujudkan hutan

Kota yang indah dan asri. Kedepannya diharapkan perencanaan ini dapat menjadi

masukkan bagi pemerintah kota dalam merancang hutan kota yang baik, ramah

lingkungan dan menjunjung tinggi nilai keanekaragaman hayati.

Hal 1 - 14

Kesimpulan