UAS ELVINARO

download UAS ELVINARO

of 48

Transcript of UAS ELVINARO

Teori atau paradigma komunikasi: 1. Perspektif Mekanistis Persfektif mekanistis menekankan pada unsur saluran fisik komunikasi, penyampaian dan penerimaan arus pesan diantara sumber atau para penerimanya. Perspektif komunikasi memfokuskan perhatiannya kepada saluran, maka pengkajjian dan penyusunan komunikasi berfokus pada saluran sebagai tempat untuk mencari fenomena komunikatif. Sekali pemikiran diarahkan pada fungsi yang dilaksanakan pada saluran dan kepada apa yang terjadi selama penyampaian atau penerimaan pesan. Maka berbagai implikasi untuk komunikasi menjadi menonjol. Implikasiimplikasi tersebut meliputi: titik berat pada efek, hambatan dan kegagalan, serta fungsi jaga gawang. Secara lebih luas dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Titik berat pada efek Modul mekanistis secara tegas menyatakan adanya hubungan linier anatara komunikator. Saluran yang bertindak menghubungkan sumber atau penerima jelas mempunyai arah. Pesan mengalir dari satu orang atau komunikator kepada yang lain pada rah tertentu, memberikan dampak ypada ujung penerimaan. Konseptualisasi yang lazim tentang komunikasi adalah bahwa sumber memang berbuat sesuatu pada si penerima. Komunikasi dipandang mekanistis, sebagai bentuk aksi-reaksi, tidak berbeda dengan penejelasan ilmu fisika. Kelinieran rah saluran menunjukan bahwa sumber atau pengirim mempengaruhi atau berbuat sesuatu pada si penerima atau responden. Informasi yang disampaikan memlalui media, relevan dengan efek yang diakibatkannya. Sifat saluran dapat berpengarh pada efek yang diamati. b. Hambatan dan kegagalan Citra komuniaksi yang mekanistis mengemukaakn kiasan mesin sebagai analogi atau model proses komunikasi. Walaupun pengertian kegagalan komunikasi bukanlah

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 1

suatu hal yang unik bagi perspektif mekanistis, namun konsep itu barangkali berasal dari cara berpikir mekanistis dan masih banyak memberikan arah pada konseptualisasi secara popular tentang komunikasi manusia. Visualisasi model mekanistis sebagai ban berjalan memberikan gambaran yang jelas tentang isyarat pesan yang mengalir sepanjang ban dalam arus yang konstan, terarah, dan berputar. Karena itu, dalam aliran pikiran yang mekanistis, komunikasi berhenti dengan adanya kerusakan yang sering disebut sebagai kegagalan komunikasi. Kegagalan komunikasi mekanistis berarti adanya penghentian komunikasi, sedangkan hambatan mekanistis mengemukakan adanya gangguan pada saluran yang menahan arus pesan dan memodifikasi karakter dan arti pesan penting. c. Fungsi penjaga gawang (Gate Keeping) Fungsi penjaga gawang terdapat pada saluran antra sumber dan penerima dan berperan sebagai perantara keduanya. Penjaga gawang berfungsi menerima informasi dari sumber dan merilai informasi tersebut kepeda penerima. Fungsi jaga gawang ini dapat pula bekerja dalam dua arah. Konsep penjaga gawang ini mungkin kita kenal dalam pengertian sebagai rangkaian informasi atau desas-desus (rumours) yang disebarkan ke seluruh system sosial yang bersangkutan. Penjaga gawang bertindak sebagai sumber atau penerima yang menyaring informasi. Fungsinya tidak sebagai sumber atau penerima dalam pengertian seluruh proses komunikasi, akan tetapi sebagai penerima dan penyampai pesan. 2. Perspektif Psikologis Perspektif psikologis memfokuskan perhatiannya pada individu (komunikator atau penafsir) baik secara teoritis maupun empiris. Secara lebih spesifik yang menjadi focus utama dari komunikasi adalah mekanisme internal penerimaan dan pengolahan informasi.

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 2

Orientasi Source-Response cukup menonjol dalam perspektif psikologis tentang komunikasi manusia. Perspektif ini menganggap manusia berada dalam medan stimulus, yang secara bebas disebut sebagai suatu lingkungan informasi. 3. Perspektif Interaksional. Perspektif interaksional memungkinkan individu untuk melihat dirinya sendiri sebagaimana orang-orang lain melihat padanya. Supaya menjadi objek penafsirann diri, maka diri (the self) harus meninggalkan dirinya (self) untuk melakukan penafsiran itu: yakni, individu mengasumsikan proses penafsiran orang lain itu (disebut sudut pandang) agar dapat menentukan kau (the self) tadi. Jadi, si individu tersebut mengambil peran orang lain diluar dirinya- dan terlihat dalam penafsiran persisi seperti apa yang akan ia lakukan terhadap setiap objek lain, baik objek fisik maupun sosial. 4. Perspektif Pragmatis Perspektif pragmatis tentang komunikasi manusia didasarkan pada asumsi pokok sistem dan informasi. Perspektif ini merupakan aplikasi yang sesuai dengan dari sistem pada komunikasi manusia dan jelas merupakan perkembangan baru yang berbeda untuk penelitian komunikasi manusia. Komunikasi tidak hanya terjadi dalam suatu sistem sosial ia juga berfungsi menentukan sifat dan eksistensi sistem sosial itu sendiri. Sistem sosial dan sistem komunikasi adalah sama dan dapat dipakai secara bergantian, merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan hendaknya tidak dilihat sebagai wujud yang berdiri sendiri. Komunikasi dalam perspektif pragmatis dimulai dengan perilaku orang-orang yang terlibat dalam komunikasi. Karena itu, satuan komunikasi yang paling fundamental adalah tindakan perilaku atau tindak yang dijalankan secara verbal atau nonverbal oleh seorang peserta dalam peristiwa komunikatif. Tindak itu lalu dikategorikan ke dalam fungsi yang dilaksanakan komunikasi.

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 3

Metodologi komunikasi : Positivistik Positivisme adalah aliran filsafat ilmu yang didasarkan atas keyakinan atau asumsiasumsi dasar : (1) Ontologi : Realisme, ilmu pengetahuan bertujuan untuk menemukan hukum kausalitas. (2) Epistemologi: Dualisme, teori menggambarkan semesta apa adanya tanpa keterlibatan nilai-nilai subyektif peneliti. (3)

Metodologi:eksperimental, hipotesis dirumuskan lebih awal dalam bentuk proposisi yang lalu dihadapkan pada verifikasi atau falsifikasi di bawah situasi yang benarbenar terkontrol. Semua gambaran mengenai model komunikasi linear dan peluru merupakan khas perspektif positivism. Proses komunikasi dipahami sebagai fenomena yang bias diukur. Media atau saluran adalah fenomena positif, bisa diukur: hambatan dan kegagalannya bias dikendalikan, fungsinya sebagai pengarah dapat dikondisikan. Sedangkan penerima pesan dalah manusia yang memiliki perasaan yang terusmenerus berubah, bukan fenomena postif. Efek komunikasi ditangkap sembari dilepaskan dari proses penghasilnya. Post Positivisme Asumsi dasar dari pos positivism adalah sebagai berikut: (1) fakta tidak bebas melainkan bermuatan teori. (2) Falibilitas teori. Tidak satu teori pun yang dapat sepenuhnya dijelaskan dengan bukti-bukti empiris. (3) Fakta tidak bebas melainkan penuh nilai. (4) Interaksi antara subjek dan objek penelitian : hasil penelitian bukanlah reportase objektif melainkan hasil interaksi manusia dan semesta yang penuh dengan persoalan dan senantiasa berubah. Konstruktivis Konstruktivisme dalam hubungannya dengan komunikasi:

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 4

1. Tindakan komunikatif sifatnya sukarela. Pembuat komunikasi adalah subyek yang memiliki pilihan bebas. 2. Pengetahuan adalah sebuah produk sosial yang diperoleh dari interaksi dalam kelompok sosial. 3. Pengetahuan bersifat kontekstual dipengaruhi oleh ruang dan waktu 4. Teori-teori menciptakan dunia, dimana dunia adalah sebagai hasil pemahaman manusia atas kenyataan di luar dirinya. 5. Pengathuan bersifat sarat nilai. Teori Kristis Teori kritis lahir sebagai koreksi dari pandangan konstruktivisme yang kurang sensitive pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun institusional. Analisis teori kristis tidak dipusatkan pada

kebenaran/ketidakbenaran struktur tata bahasa atau proses penafsiran pada konstruktivisme. Analisis kritis menekankan pada konstelasi yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bias menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikirannya, karena sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan social yang ada dalam masyarakat. ILMU SOSIAL POSITIF Identifikasi masalah ilmiah didahulukan dengan cara mempelajari hasil-hasil penelitian empiris yang telah dilakukan, termasuk temuanan temuan teoritis Mengembangkan hipotesa empiris yang dapat diuji kebenarannya dengan harapan agar peneliti dapat memperkaya teori yang sudah ada dan mempunyai kekuatan Mengembangkan seluruh hubungan intersubyektif untuk memahami makna, nilai, motivasi masyarakat lokal. ILMU SOSIAL KRITIS Identifikasi kelompok - kelompok dan gerakan - gerakan sosial progressive

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 5

prediksi

Memilih tempat atau lokasi penelitian yang dipandang dapat memperkaya wawasan ilmiah, misalnya; masyarakat, kelompok, organisasi dan sebagainya. Mengembangkan indikator-indikator yang dapat diukur secara kuantitatif dan strategi-strategi penyimpulan didasarkan pada Penelitian yang tedahulu, Observasi dan wawancara dilokasi, Kehendak peneliti/tim peneliti, dan Pengetahuan tentang proses-proses sosial Pengumpulan data melaui - Eksperimen, Dukumen dan teks yang sudah ada, Survey dan wawancara, serta observasi

Mempelajari perkembangan kondisi kondisi sosial historis dari strukturstruktur sosial masa kini yang menjadi kendala aksi Membangun model hubungan antara kondisi sosial, interpretasi, intersubyektif terhadap kondisi kondisi tersebut dan menjadi partisipan aksi

Menjelaskan kotradiksi-kontradiksi fundamental sebagai hasil dari proses riset yang didasarkan pada: Membandingkan kondisi dengan pemahaman, Kritik ideologi, dan Menemukan kemungkinankemungkinan baru untuk aksi

Analisa data untuk uji hipotesa

Partisipasi dalam program pendidikan bersama dengan masyarakat sekaligus mencari cara-cara baru dalam memenuhi dunia mereka

Mengembangkan hukum-hukum dan teori atas dasar temuan-temuan yang dihasilkan serta menyusun rekomendasi

Partisipasi dalam menyusun program aksi untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan melakukan riset kritis lebih lanjut

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 6

Filsafat Komunikasi Epistemologi Komunikasi Epistemologi; merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin, nature, methods and limits of human knowledge). Epistemologi berkaitan dengan penguasaan pengetahuan dan lebih fundamental lagi bersangkutan dengan kriteria bagi penilaian terhadap kebenaran dan kepalsuan, tepat apabila dihubungkan dengan metodologi. Metode; adalah tata cara dari suatu kegiatan berdasarkan perencanaan yang matang dan mapan, sistematik dan logis. Pada dasarnya metode ilmiah dilandasi : - Kerangka pemikiran yang logis; - Penjabaran hipotesis yang merupakan deduksi dan kerangka pemikiran; - Verifikasi terhadap hipotesis untuk menguji kebenarannya secara faktual. Ontologi Komunikasi Ontology adalah cabang filsafat mengenai sifat wujud (nature of being) atau sifat fenomena yang ingin kita ketahui, dalam sosiologi berkaitan dengan sifat interaksi sosial. Dalam teori komunikasi tampak berbagai posisi ontologis, tetapi dapat dikelompokan menjadi dua posisi yang saling berlawanan : 1. Teori Aksional (actional theory);

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 7

Bahwa orang menciptakan makna, mereka mempunyai tujuan, mereka menentukan pilihan nyata. Berpijak pada landasan teleologis yang menyatakan bahwa orang mengambil keputusan yang dirancang untuk mencapai tujuan. 2. Teori Non-aksional (nonactional theory); Bahwa perilaku pada dasarnya ditentukan oleh dan responsive terhadap tekanantekanan yang lalu. Tradisi ini dalil-dalil tertutup biasanya dipandang tepat, interpretasi aktif seseorang dilihat dengan sebelah mata. Aksiologi Komunikasi Aksiologi; asas mengenai cara bagaimana menggunakan ilmu pengetahuan yang secara epistemologis diperoleh dan disusun. Aksiologi adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan nilai-nilai seperti etika, estetika, atau agama.

Dalam hubungannya dengan filsafat komunikasi, aksiologi adalah suatu kajian terhadap apa itu nilai-nilai manusiawi dan bagaimana cara melembagakannya atau mengekspresikannya.

Jelaslah, pentingnya seorang komunikator untuk terlebih dahulu mempertimbangkan nilai (value judgement), apakah pesan yang akan dikomunikasikan etis atau tidak, estetis atau tidak. Logika; berkaitan dengan telaah terhadap asas-asas dan metode penalaran secara benar. Logika sangat penting dalam komunikasi, karena pemikiran harus dikomunikasikan, sebagai hasil dari proses berpikir logis. Tema Axiology (pertanyaan mengenai nilai). Cabang Filsafat yang mengkaji nilainilai. Bagi pakar komunikasi, ada tiga persoalan aksiologis :

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 8

1. Apakah Teori Bebas Nilai ?Ilmu klasik menganggap teori dan penelitian bebas nilai. Ilmu pengetahuan bersifat netral, berupaya memperoleh fakta sebagaimana tampak dalam dunia nyata. Jika ada pendirian ilmu pengetahuan tidak bebas nilai, karena karya peneliti dipandu oleh suatu kepentingan dalam cara-cara tertentu dalam melaksanakan penyelidikan. Beberapa cendikiawan berpendapat bahwa teori tidak pernah bebas nilai dalam metode dan substansinya. Para ilmuwan memilih apa yang akan dipelajari, dan pemilihan itu dipengaruhi oleh nilai-nilai baik personal maupun institusional. 2. Sejauh mana pengaruh praktek penyelidikan terhadap obyek yang dipelajari ? Titik pandang ilmiah menunjukan bahwa para ilmuwan melakukan pengamatan secara hati-hati, tetapi tanpa interferensi dengan tetap memelihara kemurnian pengamatan. Beberapa kritisi tetap berpendapat bahwa teori dan pengetahuan mempengaruhi kelangsungan hidup manusia. 3. Sejauh mana ilmu berupaya mencapai perubahan sosial ? Apakah para ilmuwan akan tetap objektif atau akan berupaya membantu perubahan sosial dengan cara-cara yang positif ? Peranan ilmuwan adalah menghasilkan ilmu, sarjana bertanggungjawab berkewajiban mengembangkan perubahan yang positif. Jadi secara keseluruhan, persoalan aksiologis ini terdapat dua posisi umum, yaitu : 1. Ilmu yang sadar nilai (value-conscious) mengakui pentingnya nilai bagi penelitian dan teori secara bersama berupaya untuk mengarahkan nilai-nilai kepada tujuan positif. 2. Ilmu yang bernilai netral (value-neutral) percaya bahwa ilmu menjauhkan diri dari nilai-nilai, dan bahwa para cendikiawan mengontrol efek nilai-nilai.

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 9

Analisis Buku Pembangunan Desa Mulai Dari Belakang (Robert Chambers) dan Buku Communication for Development in Third World (Srinivas R Melkote) I. Buku Pembangunan Desa Mulai Dari Belakang (Robert Chambers) BAB 1. Bab I ini, merupakan suatu hasil penelitian yang menggunakan paradigma mekanistik dengan metode penelitian yang bersifat positivistik. Dalam bab ini terlihat jelas bahwa sang penelitidalam hal ini pengarang bukumemposisikan dirinya jauh atau di luar objek penelitiannya yang merupakan masyarakat miskin yang berada di negara-negara dunia ketiga. Chambers menyebut orang yang menaruh perhatian terhadap pembangunan desa yang berarti termasuk dirinya sendirisebagai orang luar. Bahkan menjadikannya sebagai sub judul tersendiri yaitu Kita sebagai Orang Luar. Ini merupakan ciri pertama dari metode ilmu alam yang merupakan tubuh atau ruh dari metodologi komunikasi positivistik. Budi Hardiman dalam Ardianto & Q-Anees (2007:88) menjelaskan tentang pengandaian dasar pada penelitian ilmu alam yang pertama adalah adanya jarak antara pengamat dan objek yang diamati. Kedua, dengan sikap berjarak itu, ia harus menghadapi objek kajiannya sebagai fakta netral, yaitu data yang bersih dari unsur-unsur subjektif. Ketiga, ia dapat memanipulasi objeknya dalam eksperimen untuk menemukan pengetahuan menurut model sebab-akibat. Keempat, hasil manipulasi adalah sebuah pengetahuan tentang hukum-hukum yang niscaya. Kelima, teori yang dihasilkan merupakan sebuah pengetahuan yang bebas dari kepentingan, dapat diterapkan kapanpun dan di mana pun (universal). Dari definisi yang Chambers kemukakan mengenai orang luar jelas sekali bahwa mereka adalah orang-orang yang menaruh perhatian terhadap pembangunan desa, tetapi dirinya sendiri bukan warga desa apalagi miskin. Chambers mengatakan bahwa orang luar tidak merasakan kemiskinan orang desa. Dia sendiri mengatakan dirinya sebagai orang luar, dengan menyebut kata kita.

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 10

Pembahasan dalam bab ini juga menyatakan adanya suatu sebab akibatciri ketiga metode positivisticdi mana yang sebetulnya merupakan prinsip paradigma mekanistis yang selalu linier dalam memandang suatu fenomena atau permasalahan, dan sebetulnya apa yang diungkapkan dalam bab ini seperti sebuah hipotesis awal yang dapat disimpulkan bahwa kondisi masyarakat miskin di desa merupakan suatu akibat dari tidak atau kurang pedulinya orang-orang luar yang berada di kota dan bukan orang miskin. Jika mereka peduli pada kondisi masyarakat desa yang miskin dan mau meluangkan banyak sumber daya bagi masyarakat desa maka kemungkinan besar kondisi akan membaik. Oleh karena alasan itulah maka dalam bab ini fokus pembahasan lebih mengarah pada pengungkapan alasan-alasan mengapa penelitian di desa atau penelitian terhadap masyarakat miskin yang berada di desa jarang atau kurang dilakukan. Hampir ratarata alasan yang dikemukan adalah seragam seperti daya tarik kota yang sangat tinggi bagi para ilmuwan, pegawai pemerintah, orang-orang asing yang berkecimpung dalam bidang pembangunan desa dan kemiskinan di negara-negara Dunia Ketiga, dan wartawandengan segala fasilitas yang dimilikinya, tuntutan hidup dari keluarganya, akademis, pekerjaan yang menuntut dia harus tetap bergelut di kota, sehingga keinginan untuk turun ke desa seringkali hilang dan dapat dimaklumkan oleh alasan tuntutan hidup yang begitu tinggi yang berarti ekonomis tinggi. Kalaupun mereka turun ke desa hanyalah sekedar melakukan kunjungan dengan segala fasilitas yang tetap harus disediakan oleh orang-orang desa tersebut. Semakin tinggi tingkat jabatan dan profesionalnya maka semakin lengkap dan wah pula fasilitas yang diberikan, walaupun pada akhirnya seringkali yang didapatkan sebenarnya adalah basa-basi belaka dari pernyataan dan pertanyaan orang-orang desa tersebut. Keengganan dan kekurang pedulian masyarakat kota pada kondisi desa dan tidak ingin tinggal di desa seperti sudah dikondisikan menurut bab ini. Dan itu berarti ada

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 11

suatu proses pemanipulasian terhadap objek penelitianciri keempat metode positivistikdi mana dikatakan bahwa masyarakat kota mendapat pengaruh yang cukup tinggi dari buku pelajaran, kurikulum, soal-soal ujian, majalah professional, penghargaan akademis, ketenaran di dalam maupun di luar negeri, nilai professional dan citra kecanggihan, media, urutan prioritas yang diberikan kepada persenjataan dan keamanan, dorongan kaum elite untuk mobilitas internasional, dan lain-lain. Kemudian pengkondisian pada segala fasilitas yang mudah didapatkan di kota seperti, perumahan yang lebih baik, rumah sakit, sekolah, komunikasi, barang-barang konsumsi, rekreasi, pelayanan social, fasilitas kerja, gaji dan jenjang karir. Dan pada akhirnya kita akan sampai pada cirri metode positivistik yang kelima universal, di mana dalam bab ini hipotesis atau kesimpulan mengenai alasan mengapa masyarakat miskin di desa tetap miskin dan semakin banyak merupakan hal yang bersifat universal dalam arti dapat berlaku di belahan dunia miskin manapun berada. BAB 2. DUA BUAH BUDAYA ORANG LUAR Kedua kutub budaya ini sebagian bersepakat dengan dua kelompok penalaran yang menjelaskan masalah kemiskinan di desa : Ahli politik ekonomi terutama ahli ilmu sosial dan cendikiawan dan yang terutama menjelaskan dari segi hubungan ahli ilmu sosial sementara ahli lingkungan fisik terutama ahli ilmu alam dan pengamal yang menjelaskan terutama dari faktor fisik dan biologi. Suatu pandangan yang

berimbang, sebaiknya dicari dalam plurarisme yang bertumpu kedalan kedua kutub budaya ketiga, yaitu budaya rakyat desa dimana pun mereka berada. Orang luar bukan hanya mengamati atau gagal mengamati kemiskinan di pedesaan, sebagian juga melakuakn analisis dan sebagian lagi berusaha berbuat sesuatu. Guna menilai hasil analisis dan tindakan mereka, kita menelaah dengan seksama latar

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 12

belakang pendidikan, pengkondisian nilai-nilai dan pengalaman mereka yang melakuakan analisa dan yang berbuat sesuatu. Kaum ilmuwan memang terlatih untuk mengkritik dan untuk itu mereka memperoleh penghargaan. Para ahli ilmu sosial khususnya, diajari untuk beradu pendapat dan menemukan kesalahan. Para pengajar di Perguruan Tinggi seagian besar waktunya dihabiskan untuk menilai karangan, makalah seminar dan kertas ujian. Pola pikirnya bersifat evaluasi. Apabila diterapkan di bidang pembangunan desa, mereka akan mencari-cari kesalahan. Kedua kutub budaya, mempunyai ggasan yang berto;lak belakang mengenai sebabakibat kemiskinan desa. Pertentangan ini tidak mutlak, karena da tumpang tindih dan kekecualian diantara mereka. Tetapi keduanya mungkin sepakat bahwa kemiskinan cenderung mengekalkan keadaan. Tetapi selain kesepakatan ini, kutub ilmuwan sosial yang negatif, menarik dan membenarkannya dengan menjelaskan kemiskinan dari segi sosial, ekonomi dan politik, sedangkan kutub pelaksana yang positif menarik dan memberatkannya denganmenjelaskan kemiskinan derai segi fisik dan lingkunagn hidup. Paradigma positivisme mendifinikan komunikasi sebagai suatu proses linier atau proses sebab akibat, yang mencerminkan pengirim pesan (komunikator, encoder) untuk mengubah pengetahuan (sikap atau perilaku) peneriam pesan (

komunikan/decoder) yang pasif ( Mulyana, 2000:58) Batasan komunikasi pada paradigma ini berlangsung satu arah, yang mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari seorang (atau lembaga) kepada seseorang lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi ini oleh michael Burgon disebut definisi berorientasi sumber. Ini berarti komunikasi terjadi dengan sengaja dilakukan oleh seseorang untuk menyampaiakn ranhsangan dalam membangkitkan respon orang lain. Model komunikasi linier atau komuniksi satu arah merupakan salah satu model yang paling banyak dikenal dan mudah dipahami. Model ini adalah model komunikasi yang menggunakan perspektif mekanistis, sehingga metodologi ilmu alam digunakan

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 13

dalam merumuskan data, meneliti dan menyimpulkan kebenaran tindakan komunikasi. Model ini dapat dirunut dari pengaruh metode ilmu alam pada ilmu komunikasi Positif berarti apa yang berdasarkan fakta objektif. Secara tegas, yang positif berarti yang nyata, yang pasti, yang tepat, yangberguna, serta yang mengkalim memiliki kesahihan mutlak. Kebalikan dari yang positif adalah yang khayal, yang meragukan, yang kabur, yang sia-sia dan yang mengklaim memiliki kesalihan relatif. Perbedaan ini harus dibaca dalam kerangka biner, bahwa yang satu lebih benar dan lainnya adalah salah. Positivisme adalah aliran filsafat ilmu yang didasarkan atas keyakinan atas asumsiasumsi dasar, (1) ontologi (2) Epistemologi (3) metodologi. Dokrin pertama positivisme adalah kesatuan ilmu. Dokrin ini menyatakan bahwa keabsahan ilmu harus didasarkan pada kesatuan metode dan bahasa. Doktrin ini mengajukan kriteria batas-batas ilmu pengetahuan. Suatu pengetahuan dapat disebut ilmu pengetahuan bila : a, bebas nilai, (b) dihasilkan oleh metode yang verifikasiempiris (c) menggunakan bahasa logis-empiris (d) eksplanatoris. Semua ciri-ciri positivisme ini dapat dipahami karena Aguste Comte

mengembangkan penerapan metode ilmu alam pada ilmu-ilmu sosial dengan tujuan praksis. Praksis berarti demi pengaturan. Tujuan praksis ilmu sosial berarti yaitu mengadakan susunan mesyarakat yang lebih sempurna berdasar pengetahuan tentang hukum-hukum pengaturan masyarakat. Positivisme memiliki semboyan savoir pour prevoir. Jadi melalui kepastian ilmu pengetahuan kita dapat menciptakan rekayasa masyarakat. Norma-norma metodologi positivisme adalah sebagai berikut : 1. Semua pengetahuan harus terbukti lewat rasa-kepastian pengamatan sistematis secara intersubjektif.

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 14

2. Kepastian metodis sama pentingnya dengan rasa kepastian kesahihan pengetahuan ilmiah dijamin oleh kesatuan metode. 3. ketepatan pengetahuan kita dijamin hanay oleh bangunan teori-teori yang secara formal kokoh yang mengikuti deduksi hipotesis-hipotesis yang menyerupai hukum. 4. pengetahuan ilmiah harus dapat dipergunakan secara teknis. Ilmu pengetahuan memungkinkan kontrol teknis atas proses-proses alam maupun sosial, kekuatan kontrol atas alam dan masyarakat dapat dilipatgandakan hanay dengan mengakui asas-asas rasional, bukan melalui perluasan buta dari riset empiris, melainkan melalaui perkembangan dan penyatuan teori-teori. 5. pengetahuan kita pada prinsipnya tak pernah selesai dan relatif, sesuai dengan sifat relatif dan semangat positif BAB 3. Dalam bab III tentang Bagaimana Orang Luar Belajar dari buku Pembangunan Desa karya Robert Chambers, berisi tentang beberapa penelitian yang dilakukan kaum professional dari berbagai disiplin ilmu seperti antropologi sosial, ilmu kesehatan, ilmu pertanian, dan pengetahuan alam. Penelitian yang dilakukan tersebut bertujuan untuk mengetahui perihal kemiskinan di pedesaan. Penelitian-penilitian tersebut kebanyakan dilakukan dengan cara survey dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner. Pada umumnya mereka memperkecil hubungan langsung dengan pedesaan, yang sebenarnya hal tersebut justru sangat dibutuhkan oleh para professional yang berasal dari kota. Kuesioner yang kurang bagus penyusunannya sering memberikan gambaran yang keliru mengenai gambaran masyarakat yang tinggal di pedesaan. Orang pedesaan digambarkan sebagai orang yang bodoh, padahal belum tentu demikian. Penelitian yang dilakukan para ahli antropologi sosial misalnya seringkali lebih berhasil menyajikan temuan-temuan yang mendalam, namun tidak kuasa atau tidak bersedia berbagi pengetahuan dengan orang lain.

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 15

Dapat dikatakan bahwa penelitian yang dilakukan kaum professional orang luar yang meneliti keadaan masyarakat pedesaan, secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua. Pertama jenis appraisal (penilaian) yang kurang formal dan lebih singkat, dan jenis penelitian yang lebih formal dan waktunya lebih lama. Ada dua kutub perbedaan dalam melakukan penelitian antara apa yang dikehendaki kelompok pelaksana dengan apa yang dapat atau akan diberikan kelompok ilmuwan. Salah satu diantaranya menyangkut pemilihan topik dan penekanannya. Metode yang umum digunakan dalam penelitian pedesaan yang resmi ialah kuesioner, pola kegiatannya sama yakni menyusun kuesioner, menetapkan sampel, dan menerapkan kuesioner pada kelompok sasaran. Namun sebenarnya penelitian yang menggunakan pendekatan objektif dengan cara melakukan survai, banyak mengandung kelemahan. Survei biasanya mengandung konsep-konsep dan pola piker orang luar daripada orang desa. Sehingga ke dalam kuesioner itu disisipkan dengan paksa, penafsiran sepihak mengenai suatu gambaran kenyataan. Kesenjangan antara konsep-konsep dan pola pikir kelompok professional dari kota dengan rakyat desa yang miskin, bisa sangat besar sehingga pertanyaan-pertanyaan yang disusun mengandung pengetahuan yang mengubah atau memalsukan kenyataan sebenarnya yang dialami rakyat miskin itu sendiri. Kuesioner survey bagaimanapun baiknya tidak mampu mengungkapkan hubungan sebab akibat, hubungan korelasi saja belum bercerita banyak atau menentukan hubungan sosial seperti ketergantungan, timbale balik, pemerasan, dsb.

Penelaahannya biasanya dangkal, mengandalkan aspek kuatitatif yang dapat diukur, dapat di jawab dan dapat diterima, daripada menggali aspek kualitatif yang lebih dalam dan sering tidak begitu tampak, dari masyarakat yang diteliti. Karena berbagi alasan : rasa takut, sikap hati-hati, kebodohan, kelelahan, rasa permusuhan atau harapan untuk memperoleh keuntungan pribadi, rakyat miskin sering memberikan ketergantungan dan jawaban yang tidak sebenarnya dan palsu.

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 16

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode konvensional yang telah mapan seperti survei, seringkali tidak efisien. Oleh karena itu perlu dicari pendekatanpendekatan yang terbuka untuk hal-hal yang tidak terduga, dan mampu melihat kedalam serta keluar dari nasib yang menimpa kaum miskin itu sendiri. Penelitian yang dilakukan kedepan sebaiknya adalah penelitian jangka panjang, mencakup analisa statistik dan mengikutsertakan para ahli ilmu sosial, kesehatan, dan ilmu alam. Kemudian, kegiatan ad hoc yang penuh daya kreasi, selalu menyesuaikan diri dengan tuntutan jadwal waktu dan kefektifan pembiayaan, dan terakhir adalah penelitian yang peka yang mengalihkan prakarsa kepada rakyat desa sebagai mitra dalam belajar dan membantu mereka menggunakan serta meningkatkan ketrampilan, pengetahuan dan kekuatan mereka sendiri. Uraian di atas memperlihatkan, adanya keinginan dari penulisnya, bahwa suatu penelitian jangan hanya mengandalkan kuesioner sebagai satu-satunya alat untuk mengumpulkan data dari masyarakat yang akan diteliti dalam hal ini adalah masyarakat pedesaan. Metode penelitian lain yang mengikut sertakan penduduk desa sebagai mitra penelitian, karena dari merekalah sebenarnya informasi-informasi penting mengenai keadaan sesungguhnya masyarakat di pedesaan dapat diketahui dan digali untuk kemudian dapat dicarikan solusi atau pemecahan masalahnya.

Teori atau paradigma komunikasi adalah yang tepat untuk menjelaskan atau diterapkan dalam penelitian seperti yang diinginkan penulis buku ini adalah paradigma psikologis. Perspektif psikologi tentang komunikasi manusia memfokuskan perhatiannya pada individu (komunikator sebagai penafsir) baik secara teoritis maupun empiris. Secara lebih spesifik lagi, yang menjadi fokus utama dari komunikasi adalah mekanisme internal penerimaan dan pengolahan informasi. Manusia yang sedang berkomunikasi tidak hanya menerima stimulus saja akan tetapi iapun menghasilkan stimulus. Sama sebagaimana halnya dengan konsep sumber atau penerima dalam model mekanistis,

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 17

dalam model psikologis manusia ditandai sebagai makhluk yang memiliki fungsi ganda menghasilkan dan menerima stimulus, jadi manusia adalah seorang komunikator atau penafsir stimulus informasional. Ketika penafsir menyerap stimulus, ia secara otomatis mengolahnya melalui berbagai filter konseptual. Filter ini merupakan keadaan internal manusia. Filter tidak dapat diamati secara langsung sebagai keadaan internal, akan tetapi dianggap sangat memengaruhi peristiwa komunikatif. Filter dapat digambarkan sebagai sikap, keyakinan, motif, dorongan, citra, kognisi, konsep diri, tanggapan, orientasi, set, atau sejumlah konstruk hipotesis lainnya. Paradigma Interaksional juga bisa diterapkan untuk meneliti kemiskinan pada masyarakat di pedesaan. Paradigma interaksional menunjukkan pandangan

komunikasi manusia yang telah berkembang

secara tidak langsung dari cabang

sosiologi yang dikenal sebagai interaksi simbolis. Paradigma interaksional menonjolkan keagungan dan nilai individu diatas nilai pengaruh yang lainnya. Manusia di dalam dirinya memiliki esensi kebudayaan, bersosialisasi dengan masyarakat, dan menghasilkan buah pikiran tertentu. Tiap bentuk interaksi sosial itu dimulai dan berakhir dengan mempertimbangkan diri manusia. Inilah karakteristik utama dari seluruh perspektif ini. Seperti dikatakan oleh penulis buku ini pada halaman 83, jika tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk memperbaiki kondisi golongan miskin, maka orang-orang luar, dengan bantuan orang-orang miskin itu sendiri harus berusaha mengidentifikasikan dan memahami proses-proses; kaitan-kaitan dan peluang-peluang bagi perubahan. Tujuan ini biasanya dapat dicapai dengan lebih baik melalui pendekatan antropologi yang terbuka untuk sejumlah besar informasi dan cukup fleksibel untuk terus menelusuri lebih lanjut hal-hal yang timbul dari pada dengan piranti penelitian survei. Uraian tersebut juga memperlihatkan bahwa untuk melakukan penelitian terutama yang tujuannya untuk mengubah atau memperbaiki kondisi masyarakat pedesaan dari kemiskinan memang tidak cukup hanya dilakukan secara survei, tapi perlu dilakukan

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 18

wawancara secara mendalam dan observasi secara langsung ke masyarakat pedesaan itu sendiri, agar kita benar-benar mendapatkan informasi mengenai keadaan sesungguhnya. Dilihat dari metodologi komunikasi, tulisan dalam bab III tersebut tampaknya menginginkan metodologi komunikasi post-positivisme. Beberapa asumsi dasar dari post-positivisme : pertama, fakta tidak bebas melainkan bermuatan teori. Kedua, falibilitas teori. Tidak satu teoripun yang dapat sepenuhnya dijelaskan dengan buktibukti empiris, bukti empiris memiliki kemungkinan untuk menunjukkan fakta anomaly. Ketiga, fakta tidak bebas melainkan penuh dengan nilai. Keempat, interaksi antar subjek dan objek penelitian. Hasil penelitian bukanlah reportase objektif melainkan hasil interaksi manusia dan semesta yang penuh dengan persoalan dan senantiasa berubah. Perspektif post-positivisme merupakan aliran yang ingin memperbaiki kelemahankelemahan postivisme yang hanya mengandalkan kemampuan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Secara ontologis, post-positivisme bersifat critical realism, yang memandang bahwa realitas memang ada dalam kenyataan sesuai dengan hukum alam, tetapi suatu hal yang mustahil bila manusia (peneliti) dapat melihat realitas tersebut secara benar. Oleh karena itu, secara metodologis pendekatan eksperimental melalui observasi, sebagaimana dikemukakan positivisme tidaklah cukup, tetapi harus menggunakan metode triangulasi yaitu penggunaan bermacammacam metode, sumber data, peneliti dan teori. Post-positivisme dalam beberapa hal memang hamper sama dengan positivism, walaupun ada beberapa perbedaan yang khas. Seperti pada basis ontology, sementara positivism menekankan realism mutlak, post-positivisme memilih realitas kritis. Demikian pula dalam hal landasan epistemology dan aksiologinya. Asumsi-asumsi kalangan post positivis tentang landasan ilmu-ilmu sosial dan aturan nilai dalam produksi pengetahuan adalah: (a) ilmu pengetahuan bisa diperoleh melalui pencarian akan relasi kausal dan keteraturan akan berbagai komponen dunia sosial. (b)

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 19

pengetahuan dan proses produksi pengetahuan tidaklah bebas nilai. Secara epistemologis menurut Denzin dan Guba (2001), hubungan antara pengamat dan peneliti dengan objek atau realitas yang diteliti tidaklah bisa dipisahkan. Aliran ini meyakini bahwa subjek tidak mungkin dapat mencapai atau melihat kebenaran, apabila pengamat berdiri dibelakang laya tanpa ikut terlibat dengan objek secara langsung. Oleh karena itu, hubungan antara pengamat dengan objek harus bersifat interaktif, dengan catatan bahwa pengamat harus bersifat senetral mungkin sehingga tingkat subjektivitas dapat dikurangi secara minimal. Pada halaman 95, dikatakan bahwa melalui pendidikan bagi kaum miskin untuk secara kritis meneropong dunianya, melepaskan budaya diam membungkam, dan merebut kendali atas perjalanan hidupnya, merupakan sumber inspirasi bagi orangorang yang mencari metode penelitian di mana rakyat desa menjadi pelaku dan bukan sekedar objek pengamatan dan sumber data semata. Penelitian partisipatif adalah sebuah metode, di mana rakyat desa dan orang luar merupakan mitra kerja. Salah satu aspek yang baik dari pendekatan baru ini adalah sikap menghormati kaum miskin. Aspek lainnya adalah kepekaan yang lebih besar terhadap bahaya penelitian tradisional yang mengandung unsur pemerasan, yaitu mengambil waktu yang berharga dari orang-orang miskin tanpa imbalan. Uraian tersebut jelas memperlihatkan bahwa penelitian tersebut lebih kepada pendekatan subjektivis, karena melibatkan orang yang menjadi objek penelitian untuk mendapatkan informasi selengkapnya. Jika dilihat dari filsafat komunikasi, tulisan dalam bab III lebih menitik beratkan pada segi aksiologisnya. Dari contoh-contoh penelitian dalam buku ini terlihat bahwa penelitian yang dilakukan lebih dititik beratkan pada apa hasil penelitian tersebut bagi masyarakat pedesaan yang menjadi objek penelitiannya. Dan hasil-hasil dari penelitian tersebut didiseminasikan ke masyarakat. Apa dampak penelitian tersebut bagi kemajuan masyarakat. Hal tersebut dilakukan agar hasil penelitian benar-benar membawa perubahan kearah yang lebih baik bagi masyarakat.

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 20

BAB 4. Ilmu Pengetahuan Siapa? Gerakan pembangunan dirasuki sikap sok tahu, khususnya dalam menghadapi para petani kecil dan miskin. .... Kita meneliti dan mengajari seakan-akan orang yang serba tahu, sedang kan petani tidak tahu apa-apa (Hatch, 1976: 6-7). Kaitan antara ilmu pengetahuan modern dengan kondisi kekayaan, kekuasaan, dan prestise orang luar telah memandang rendah dan mengabaikan pengetahuan rakyat desa. .... Padahal, seringkali pengetahuan orang desa lebih tinggi daripada orang luar. ...seharusnya saling melengkapi karena masing-masing mempunyai keunggulan dan kekurangan. Di Kenya, pohon mukau telah lama dikenal penduduk Mbeere sebagai jenis kayu yang paling baik di antara kayu-kayu setempat; batang kayunya dapat dipakai untuk tiang rumah karena bentuknya lurus, seratnya kuat, tidak mudah bengkok dan kuat ditanam dalam tanah. Brokensha dan Riley berpendapat bahwa jenis kayu asli setempat ini mungkin satu-satunya yang sengaja digalakkan penanamannya dan pelestariannya secara besar-besaran. Benihnya berasal dari kambing yang memamah buahnya kemudian mengeluarkannya kembali sebagai kotoran dan jatuh di lahan yang sudah dibajak, bertunas dengan baik, untuk kemudian dirawat dan dijaga oleh pemilik lahan. Selanjutnya, mereka berkata: Pada waktu kami menelusuri masalah ini, hanya sedikit petugas kehutanan yang tahu bahwa jenis pohon yang berharga ini dapat ditunaskan orang; bahkan beberapa pejabat terang-terangan menyangkalnya dengan lisan maupun tulisan. Tetapi, kami diberi tahu oleh seorang laki-laki tua secara agak memalukan karena kebodohan kami bahwa setiap anak gembala yang belum disunat pun tahu bagaimana menunaskan pohon mukau. (Brokensha dan Riley, 1980: 123).

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 21

Agaknya sukar sekali meluruskan pengetahuan kognitif kaum profesional yang salah, apabila dilandasi beberapa prasangka yang saling menguatkan. Penyemaian pohon mukau dikesampingkan karena sebagai pohon asli setempat yang dianggap rendah, pandangan yang merendahkan kambing, dan bahkan karena pohon itu berasal dari kotoran kambing. Tidak mengherankan apabila jenis pohon itu tidak banyak diketahui orang dan potensinya tidak diperhatikan sebab suatu program penyemaian mukau, bagaimanapun tingginya nilai investasi ini bagi rakyat Mbeere, akan menuntut para petugas kehutanan untuk mengumpulkan biji pohon-pohonan asli itu, memelihara kambing, memberikan makanan biji-bijian tersebut, memungut kotoran kambing, kemudian merawat serta menjaganya dengan saksama. Pengetahuan Orang Desa Karena terpusat ke kota dan karena kekuasaan, pengetahuan srta nilai-nilai kaum profesional, sering membuat mereka lupa diri dan tidak menyadari pengetahuan yang dimiliki penduduk desa sendiri. Pengecualian terdapat di kalangan ahli antropologi sosial yang dengan susah payah mencoba menghayati dari dalam terhadap nilai budaya yang lain dengan yang dimilikinya, mempelajari serta memahami nilai-nilai dan khazanah pengetahuannya. Hasilnya berupa kesadaran mengenai kerumitan, keanekaragaman, dan keabsahan sistem pengetahuan pribumi setempat. Sistem pengetahuan ini banyak sebutannya, seperti ilmu rakyat, ethnoscience, ekologi penduduk, dan ilmu pedesaan. Awalan etno banyak digunakan, seperti etno-ekologi, ilmu tanah, etno-agronomi, etno-anatomi, etno-taksonomi.... Sebutan-sebutan ini kadang membingungkan. Ilmu rakyat dapat dipakai untuk menyebutkan sistem pengetahuan sekelompok warga desa. Namun, di samping itu, juga digunakan bukan untuk menyatakan ilmu kepunyaan rakyat desa, melainkan ilmu pengetahuan untuk rakyat, artinya membuat agar pengetahuan tentang ilmu formal itu dapat dinikmati mereka. Jadi, untuk melukiskan kegiatan Gerakan Ilmu untuk Rakyat di Kerala, K.P. Kannan (1981) menyebutnya sebagai kelompok belajar dan ceramah yang menyebarkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada rakyat.

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 22

Kelompok-kelompok belajar ini menghapuskan keraguan tentang kemampuan rakyat untuk berpikir dengan cara dan metode yang lain daripada yang biasa mereka

lakukan. Memang, ada dialog dengan rakyat desa, namun tampaknya tidak ada upaya untuk belajar dari mereka. .... Asli atau pribumi berarti berasal dari dan hidup wajar di dalamdaerah setempat meskipun pengetahuan rakyat desa ini diperkaya, dipengaruhi, dan mungkin juga dirusak oleh ilmu pengetahuan dari luar. Akan tetapi, kepustakaan tentang sistem pengetahuan asli (misalnya dari Brokensha, Warren, dan Werner, 1980) dan tentang Pengetahuan Teknis Asli (IDS, 1979) menekankan kemandirian, kecanggihan, dan keabsahan pengetahuan sekelompok rakyat desa, serta kata teknis, dalam Pengetahuan Teknis Asli menekankan pada sifat kepraktisannya. Pengetahuan lokal menarik karena kesederhanaannya. Pengetahuan lokal desa milik golongan pinggiran dapat dianggap sebagai lawan dari pengetahuan golongan pusat di perkotaan. Kelemahannya adalah adanya penafsiran yang keliru seakan-akan pengetahuan ini merupakan pengetahuan tentang lingkungan hidup setempat, bukan pengetahuan rakyat yang mengandung suatu sistem yang terdiri dari konsep, kepercayaan, dan cara penalaran. Kata rakyat memberi tekanan pada pengetahuan milik rakyat yang jarang sekali dituangkan dalam tulisan. Pengetahuan mengacu pada seluruh sistem pengetahuan, termasuk konsep, kepercayaan dan persepsi, himpunan pengetahuan beserta proses perolehan, penambahan, penyimpanan, dan penyebarannya yaitu, kesenjangan antara budaya akademis dan budaya pelaksana. Untuk menghilangkan kesenjangan tersebut diperlukan arus balik yang dapat menyeimbangkan ilmu pengetahuan orang luar dan pengetahuan penduduk desa. Pengetahuan orang luar (modern, ilmiah,...) mudah diperoleh dari buku-buku, ada sistem pencarian informasi, mudah dikomunikasikan, serta diajarkan di seluruh dunia. Ilmu pengetahuan ini mendukung negara beserta aparatnya, yang pada gilirannya memberikan dukungan pula terhadap pengembangan dan upaya memajukannya.

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 23

Dengan begitu, ilmu ini dapat menyebut dirinya sebagai hal yang universal. Sebaliknya, ilmu pengetahuan rakyat pedesaan hanya dapat diperoleh orang luar dengan belajar langsung dari penduduk desa itu sendiri, atau sekali-sekali dari kepustakaan etnografi dengan peristilahan dan gaya bahasa antropologi. Pengetahuan Lingkungan Hidup Pengetahuan rakyat desa tentang lingkungan hidupnya juga sering sangat terperinci. Ada perdebatan (Howes, 1979) tentang apakah pengetahuan tersebut mempunyai nilai kegunanaan, dan sampai sejauh mana hal tersebut merupakan perwujudan dorongan naluriah untuk mencari tahu dan bertanya. .... Terbaik dari Keduanya Di banyak negara Dunia Ketiga, pengetahuan rakyat pedesaan merupakan sumber budaya nasional yang luar biasa, tetapi kurang dimanfaatkan. John Hatch mengemukakan bahwa keahlian para petani kecil merupakan satu-satunya sumber ilmu terbesar yang belum digalang demi upaya pembangunan dan selanjutnya berkata bahwa kita tidak boleh lagi membiarkannya lebih lama (1976: 17)..... Contoh ketiga datang dari Jeremy Swift yang bekerja dengan kaum Fulani Wodaabe di Niger. Untuk memanfaatkan pengetahuan asli mereka, tim peneliti meminta para penggembala agar menggambar peta, yang dengan mudah mereka selesaikan. Peta tersebut menunjukkan unit-unit ekologi, seperti yang diharapkannya. Akan tetapi, di samping itu, orang Wodaabe itu juga menandai beberapa daerah khusus. Di daerah khusus ini, hewan mereka menderita kerabunan pada musim kering, dan oleh karena itu harus digiring ke luar padang rumput yang subur. Mereka menghubungkan kerabunan ini dengan hilangnya beberapa jenis hijauan tertentu yang setelah diteliti secara ilmiah ternyata mengandung vitamin A. Ternyata pula, petugas lapangan peternakan yang telah bekerja di situ selama 50 tahun, tidak memaklumi masalah ini. Contoh di muka melukiskan ciri yang sama dalam kebanyakan perkembangan ilmu pengetahuan: penemuan sesuatu secara tidak sengaja.

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 24

BAB 5. Kemiskinan Terpadu di Desa a. Bab ini termasuk kedalam Teori atau paradigma komunikasi psikologis dimana kemiskinan dalam bab ini bias dianggap sebagai bagian dari komunikasi humanistic, dengan paparan sebagai berikut : Manusia dalam Konsepsi Psikologi Humanistik Psikologi humanistik dianggap sebagai revolusi ketiga dalam psikologi. Revolusi pertama dan kedua adalah psikoanalisis dan behaviorisme. ada behaviorisme manusia hanyalah mesin yang dibentuk lingkungan, pada psikoanalisis manusia melulu dipengaruhi oleh naluri primitifnya. Dalam pandangan behaviorisme manusia menjadi robot tanpa jiwa, tanpa nilai. Dalam psikoanalisis, seperti kata Freud seridiri, we see a man as a savage, beast (1930:86). Keduanya tadak menghormati manusia sebagai manusia. Keduanya tidak dapat menjelaskan aspek eksistensi manusia yang positif dan menentukan, seperti cinta, kreativitas, nilai, makna, dan pertumbuhan pribadi. Inilah yang diisi oleh psikologi humanistik. Humanistic psychologyis not just the study of human being- it is a commitment to human becoming, tulis Floyd W. Matson (1973:19) yang agak sukar diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Psikologi humanistik mengambil banyak dari psikoanalisis NeoFreudian (sebenarnya Anti-Freudian) seperti Adler, Jung, Rank, Slekel, Ferenczi; tetapi lebih banyak lagi mengambil dari fenomenologi dan eksistensialisme. Fenomenologi memandang manusia hidup dalam dunia kehidupan yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap , orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. Alam pengalaman setia orang berbeda dari alam pengalaman orang lain. (Brouwer, 1983:14 Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers, yang boleh disebut sebagai-_Bapak Psikologi Humanistik. Carl Rogers menggarisbesarkan pandangan Humanisme sebagai berikut (kita pinjam dengan sedikit perubahan dari Coleman dan Hammen, 1974:33):

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 25

(1) Setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi di marxa dia sang Aku, Ku, atau diriku (the I, me, or myself) - menjadi, pusat: Perilaku manusia berpusat pada konsep diri, yaitu persepsi rnanusia tentang identitas dirinya yang bersifat fleksibel dan berubah-ubah, yang muncul dari suatu medan fenomenal (phenomenal field). Medan keseluruhan pengalarnan subjektif seorang manusia, yang terdiri dari pengalaman-pengalaman Aku dan Ku dan pengalaman yang bukan aku. (2) Manusia berperilaku untuk~mempertahankan, meningkatkan, dan

mengaktualisasikan diri. (3) individu bereaksi pada situasi sesuai dengdn persepsi renang dirinya dan dazrYianya ia bereaksi pada realitas seperti yang dipersepsikan olehnya dan dengan cara yang sesuai dengan konsep dirinya.

(4) Anggapan adanya ancaman terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri berupa penyempitan dan pengkakuan (rigidification) persepsi dan perilaku penyesuaian serta penggunaan mekanisme pertahanan ego seperti rasionalisasi. (5) Kecenderungan batiniah manusia ialah menuju kesehatan dan keutuhan diri. Dalam kor.disi yang normal ia berperilaku rasional dan konstruktif, serta rnemilih jalan menuju pengembangan dan aktualisasi diri. b. Bab ini termasuk kedalam Metodologi Teori Kritis dengan analisis sebagai berikut: (1) Terdapatnya identifikasi kelompok - kelompok dan gerakan - gerakan sosial progressive. Gerakan ini berasal dari kaum miskin yang termarginalkan oleh sebuah sistem ekonomi. (2) Terdapatnya Pengembangkan seluruh hubungan intersubyektif untuk memahami makna, nilai, motivasi masyarakat miskin.

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 26

(3) Mempelajari perkembangan kondisi kondisi sosial historis dari strukturstruktur sosial masa kini yang menjadi kendala aksi. (4) Membangun model hubungan antara kondisi sosial, interpretasi, intersubyektif terhadap kondisi kondisi tersebut dan menjadi partisipan aksi (5) Partisipasi dalam program pendidikan bersama dengan masyarakat sekaligus mencari cara-cara baru dalam memenuhi dunia mereka (6) Partisipasi dalam menyusun program aksi untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan melakukan riset kritis lebih lanjut c. Berdasarkan kajian filsafat komunikasi maka bab ini termasuk pada Aksiologi Komunikasi dengan analisis sebagai berikut : Isue utama dalam pembangunan perdesaan, adalah menyangkut masalah pemberdayaan masyarakat (desa) yang senantiasa beriringan dengan masalah perangkap lain seperti kemiskinan. Sebagaimana dalam buku Chamber (1988:113-114) menyatakan bahwa ada keterkaitan antara ketidakberdayaan dan dimensi perangkap yang lain seperti kemiskinan (poverty), kerentanan (vulnerability), keterasingan (isolation) menjadi sumber ketidakberdayaan masyarakat dalam pembangunan perdesaan. BAB 6. Mencari yang Seharusnya Dilakukan a. Bab ini termasuk kedalam Teori atau paradigma komunikasi dengan paparan sebagai berikut : b. Bab ini termasuk kedalam Metodologi Teori Kritis dengan analisis sebagai berikut: (1) Terdapatnya Deferensiasi dan Class Struggle antara Kekuasaan dengan Kaum miskin (2) Terdapatnya keinginan dari kelas bawah untuk melakukan perubahan dan perlawanan terhadap eksistensialisme yang ada.

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 27

c. Berdasarkan kajian filsafat komunikasi maka bab ini termasuk pada Aksiologi Komunikasi dengan analisis sebagai berikut: Bahwa orang menciptakan makna, mereka mempunyai tujuan, mereka menentukan pilihan nyata. Berpijak pada landasan teleologis yang menyatakan bahwa orang mengambil keputusan yang dirancang untuk mencapai tujuan. Terdapatnya Teori Non-aksional (nonactional theory); Bahwa perilaku pada dasarnya ditentukan oleh dan responsive terhadap tekanan-tekanan yang lalu. Tradisi ini dalildalil tertutup biasanya dipandang tepat, interpretasi aktif seseorang dilihat dengan sebelah mata. Tema Perspective (pertanyaan mengenai focus)terhadap ,asalah kemiskinan ini; Suatu teori terdapat pada fokusnya. Perspektif berkorelasi dengan epistemology dan ontology disebabkan bagaimana teoritisi memandang pengetahuan dan bagaimana pengaruhnya terhadap perspektif teori. Teori komunikasi menyajikan perspektif khusus darimana prosesnya dapat dipandang.

Suatu perspektif adalah sebuah titik pandang, suatu cara mengkonseptualisasikan sebuah bidang studi. Perspektif ini memandu seorang teoritikus dalam memilih apa yang akan dijadikan fokus dan apa yang akan ditinggalkan, bagaimana menerangkan prosesnya, dan bagaimana mengkonseptualisasikan apa yang diamati. Empat jenis yang dinilainya memadai dalam pembahasan perspektif dari kemiskinan dan perjuangannya dalam menghadapi perjuangan antar kelas sosial, yaitu : 1. Perspektif Behavioristik (behavioristic perspective); Timbul dari psikologi mazhab perilaku atau behavioral, menekankan pada rangsangan dan tanggapan (stimulus dan response) yang cenderung menekankan pada cara bahwa orang dipengaruhi oleh pesan. 2. Perspektif Transmisional (transmissional perspective); Memandang komunikasi sebagai pengiriman informasi dari sumber kepada penerima, menggunakan gerakan

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 28

model linier dari suatu lokasi ke lokasi lain. Menekankan pada media komunikasi, waktu dan unsur-unsur konsekuensial. 3. Perspektif Interaksional (interactional perspective); Mengakui bahwa para pelaku komunikasi secara timbal balik menanggapi satu sama lain. Umpan balik dan efek bersama merupakan kunci konsep. 4. Perspektif Transaksional (Transactional perspective); Menekankan kegiatan saling beri. Memandang komunikasi sesuatu di mana pesertanya terlibat secara aktif, menekankan konteks, proses dan fungsi. Komunikasi dipandang situasional dan sebagai proses dinamis yang memenuhi fungsi-fungsi individual dan sosial Tema Axiology (pertanyaan mengenai nilai). Cabang Filsafat yang mengkaji nilainilai. Bagi pakar komunikasi, ada tiga persoalan aksiologis : 1. Apakah Teori Bebas Nilai ? Ilmu klasik menganggap teori dan penelitian bebas nilai. Ilmu pengetahuan bersifat netral, berupaya memperoleh fakta sebagaimana tampak dalam dunia nyata. Jika ada pendirian ilmu pengetahuan tidak bebas nilai, karena karya peneliti dipandu oleh suatu kepentingan dalam cara-cara tertentu dalam melaksanakan penyelidikan. Beberapa cendikiawan berpendapat bahwa teori tidak pernah bebas nilai dalam metode dan substansinya. Para ilmuwan memilih apa yang akan dipelajari, dan pemilihan itu dipengaruhi oleh nilai-nilai baik personal maupun institusional. 2. Sejauh mana pengaruh praktek penyelidikan terhadap obyek yang dipelajari ? Titik pandang ilmiah menunjukan bahwa para ilmuwan melakukan pengamatan secara hati-hati, tetapi tanpa interferensi dengan tetap memelihara kemurnian pengamatan. Beberapa kritisi tetap berpendapat bahwa teori dan pengetahuan mempengaruhi kelangsungan hidup manusia. 3. Sejauh mana ilmu berupaya mencapai perubahan sosial ? Apakah para ilmuwan akan tetap objektif atau akan berupaya membantu perubahan sosial dengan cara-cara

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 29

yang positif ? Peranan ilmuwan adalah menghasilkan ilmu, sarjana bertanggungjawab berkewajiban mengembangkan perubahan yang positif. Jadi secara keseluruhan, persoalan aksiologis ini terdapat dua posisi umum, yaitu : 1. Ilmu yang sadar nilai (value-conscious) mengakui pentingnya nilai bagi penelitian dan teori secara bersama berupaya untuk mengarahkan nilai-nilai kepada tujuan positif. 2. Ilmu yang bernilai netral (value-neutral) percaya bahwa ilmu menjauhkan diri dari nilai-nilai, dan bahwa para cendikiawan mengontrol efek nilai-nilai. BAB 7. Profesionalisme Baru; Mendahulukan yang Terakhir Dalam Paradigma Filsafat Ilmu Komunikasi terdapat dua paradigma yang saling bertentangan dalam memandang ilmu komunikasi yaitu paradigma modern yang dalam istilah pilsafat ilmu disebut dengan positivistik dan paradigma postmodern sebagai bentuk kritik dan atau langkah reformasi atas paradigma modern yang dalam Filsafat ilmu disebut dengan Post-positivistik. Walaupun diantara kedua kutub tersebut dalam pilsafat Ilmu komunikasi khususnya yang berkaitan dengan epistemologi atau metodologi penelitiannya terdapat subfilsafat yang lain namun pada dasarnya merupakan bagian dari kedua kutub tersebut. Paradigma positivistik meintitberatkan pada hukum mekanis, logikanya kaku sebagaimana halnya sebuah mesin. Dalam ilmu komunikasi, paradigma positivistik ini menekankan pada komunikasi linear sebagai proses sebab akibat yang

mencerminkan pengirim pesan untuk mengubah pengetahuan termasuk didalamnya sikap atau prilaku penerima pesan yang pasif. Logika dari paradigma positivistik ini kurang lebih demikian; a+b = (pasti sama dengan) c, atau seperti yang dilogikakan oleh F Budi Hardiman, paradigma positivistik ini menekankan pada

logika...jika...maka, jika saya pukul muka kamu, maka kamu akan benjol. Sedangkan

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 30

Paradigma Postpositivistik tidak demikian seperti halnya pada paradigma positivistik. Paradigma postpositivistik tidak menganggapa bahwa segala sesuatu itu ibarat mesin yang terus menerus mempunyai siklus yang tetap, tidak mekanis, tapi lebih humanis, fleksibel, dan serbamungkin. Logika paradigma Postpositivistik adalah; a+b= c, d, e,f dst, artinya bahwa a+ b tersebut jawabannya bisa jadi c bisa jadi d atau e atau f dan seterusnya. Atau dengan istilah lain mengandung keserbamungkinan jawaban atau solusi yang sangat kreatif, jauh dari kesan kaku. Paradigma Postpositivistik tersebut memiliki kesan kritis terhadap kajian komunikasi yang dibangun diatas landasan Pilsafat Ilmu Positivistik, bahwa landasan positivistik cenderung, mengkrangkeng ilmu yang humanis dan tentu saja pada akhirnya memiskinkan paradigma. Dengan demikian Postpositivistik lahir sebagai jawaban atas kekakuan dan sifat mekanistis ilmu yang dilahirkan oleh paradigma positivistik sehingga mencoba memunculkan kritik atasnya. Demikian pula dalam kesan komunikasi pembangunan yang selama ini

dikembangkan. Pembangunan yang selama ini kita fahami adalah pembangunan yang memiliki paradigma Positivistik dimana pembangunan harus selalu berasal dari atas (TOP-DOWN) dari penguasa kepada yang dikuasai, dari pusat ke pinggiran, dari negara maju ke negara terbelakang, dari negara industri ke negara agraris, dari negara kaya ke negara miskin, dari kota ke desa, dari yang berpendidikan ke yang buta huruf, dari yang kuat kepada yang lemah. Jika suatu negara ingin maju maka harus meniru negara yang sudah maju. Jika ingin kaya maka harus belajar pada negara yang sudah kaya. Inilah apa yang disebut Gramshi sebagai hegemoni. Penguasaan atas sesuatu secara halus, melalui ilmu pengatahuan, melalui budaya, ekonomi politik dan lain sebagainya. Demikian juga Postpositivistik melihat kecenderungan ini bahwa komunikasi pembangunan yang benar dalam paradigma positivistik adalah paradigma jika maka yang selalu bersifat meminggirkan yang lemah dan marjinal. Dan inilah yang ditulis oleh Robert Chamber dalam bukunya Pembangunan Desa mulai dari Belakang.

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 31

Chambert mengkritik kecenderungan pembangunan dunia ketiga atau negara yang sedang berkembang. Kecenderungan yang dimaksudkan oleh Chamber bahwa seolaholah apa yang yang menjadi nilai negara maju akan sama dalam implementasi negara dunia ketiga yang sedang berkembang. Di Afrika, Asia Selatan seperti India, di Asia Tenggara seperti Thailand dan Indonesia, selalu merujuk pada metode pembangunan negara-negara maju yang mengedepankan aspek teknologi. Teknologi yang berada diwilayan perkotaan selalu menjadi ukuran apakah suatu negara/ kota maju atau tidaknya. Dalam penelitiannya dengan dunia ketiga ini Chambert selalu mempertentangkan antara yang kuat dan yang lemah, yang maju dan terbelakang. Dalam paradigmanya ini Chambert meneliti bahwa kecenderungan dunia ketiga yang sudah ditulari virus pembangunan berparadigma positivistik yang berpusat yang lebih kuat dan kaya. Kecenderungan ini pada akhirnya menjadi semacam faham dalam masyarakat dunia ketiga bahwa teknologi yang ada dikota merupakan ukuran kemajuan. Penguasaaan teknologi harus dicapai dengan pendidikan. Orang yang berpendidikan adalah orang yang maju karena akan mengusai teknologi sedangkan pendidikan berada di kota, dan hanya orang profesionallah yang akan menguasai teknologi melalui pendidikan yang telah didapatnya. Dengan pandangan tersebut yang dilahirkan oleh pandangan negara maju maka berbondong-bondonglah orangorang desa ke kota. Kota besar sebagai ukuran orang maju dan modern didatangi orang-orang desa yang secara kualitas masih dipertanyakan sedangkan dikota, kualitas SDM tersebut sudah tersedia sehingga menumpuklah pengangguran di perkotaan dan hanya sedikit saja dari mereka yang terserap. Sedangkan desa yang memerlukan banyak sumberdaya justeru ditinggalkan banyak penghuninya yang berpandangan bahwa hidup didesa tidak akan maju dan terbelakang karena sifatnya yang kumuh kotor dan berada di luar. Inilah inti kritik Chambert terhadap negara berkembang yang melaksanakan pembangunannya dengan ukuran negara maju. Orang-orang profesional dalam kritikan Chambert selalu mendikotomikan dan membuat spesifikasi antara perkotaan dan pedesaan, industri dan pertanian, biaya tinggi dan biaya rendah, penggunaan

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 32

modal, penggunaan tenaga, mekanisasi dan tenaga hewan atau manusia, bukan organik dan organik, rumit dan sederhana, berukuran besar dan berukuran kecil, golongan atas dan golongan bawah, berpendidikan dan buta huruf, laki-laki dan perempuan, berkulit terang dan berkulit gelap, di dalam gedung dan di luar gedung, mudah dijangkau dan sukar dijangkau, siang hari dan malam hari, dan lain sebagainya. Masyarakat profesioanal selalu membuat dikhotomi seperti itu, yang pertama menjadi tujuan dan yang kedua kemudian yang ditinggalkan, ukuran maju dalam pembangunan adalah yang pertama, sedangkan yang kedua terbelakang. Padahal menurut Chambert justeru kebanyakan masyarakat di dunia ketiga dan negara berkembang seperti di Indonesia, kebanyakan masyarakat tergantung pada kategori yang kedua, bahkan di India hampir 40 juta rakyatnya yang miskin dan terpinggirkan menggantungkan hidupnya dari usaha yang dikategorikan kelas dua. Lalu munculah ide pembangunan memajukan orang-orang terpinggirkan dan miskin serta berada di desa. Namun sayang ide yang munculpun datangnya dari yang pertama yaitu masyarakat pertama dari kota, sehingga ketika akan membangun desa pun yang selalu diuntungkan adalah orang/ negara dari kategori pertama. Bahkan Chambert menyatakan Ilmu pengatahuan pun lahir dari kategori pertama bukan kedua. Sehingga tetap saja yang diuntungkan oleh pembangunan adalah orang yang pertama. Chambert mencontohkan bagaimana misalnya ide tentang memajukan sistem pertanian di desa dengan sistem irigasi. Sitem irigasi pada dasarnya datang dari negara/ orang yang dikategorikan pertama. Orang dari kategori pertama membuat ide, merancang, mengkonstruksi irigasi. Mereka untung, namun orang desa belum tentu untung karena setelah datang sistem kemudahan tersebut dalam pengelolaan pertanian datang orang kota ke desa untuk menguasai sejumlah tanah. Dengan demikian tetap saja yang diuntungkan adalah orang dalam kategori pertama. Menurut Chambert, hal ini hampir dalam semua bidang profesi, termasuk dalam hal penerbitan penelitian, yang pertama selalu menentukan. Ketika penelitian dilakukan

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 33

dinegara dalam kategori kedua, maka hasil penelitiannya akan ditolak karena dipandang tidak layak jual, sehingga tidak akan pernah diterbitkan. Sedangkan hasil penelitian dinegara kategori pertama pasti akan diterbitkan. Ketika pengambil kebijakan turun ke lapangan di tempat dalam kategori kedua maka sama pula tidak akan memperoleh persetujuan untuk diterbitkan hasil penelitiannya karena dianggap tidak layak jual, padahal ia adalah orang yang pernah mengeluarkan kebijakan sebelumnya. Chambert menulis, inilah konservatisme yang ada pada setiapa negara. Ketika ide itu muncul dari pinggir seberapapun nilai dan berharganya maka ide atau gerakan tersebut dianggap akan mengancam kedudukan dan kepentingan yang sudah mapan, merongrong kewibawaan orang-orang yang berkuasa (dalam arti yang sangat luas), yang biasa dihormati dan dihargai, sehingga sukar melepaskannya. Dalam bidang ilmu misalnya, msailnya dunia timur dengan ilmu kebatinan, atau yang bersifat spiritual namun tetap tidak dihargai oleh kelompok yang dominan dalam pengetahuan yaitu Barat. Agama dan spiritual misalnya dianggap tidak masuk akal, irasional dan mistik. Barat menganggap bahwa kemajuan diukur dari rasionalitas bukan yang mistis. Namun ketika ilmu itu datangnya dari dunia Barat tentang spiritualitas maka dengan berbondong-bondong dunia dalam kategori kedua menjadikannya sebagai rujukan, padahal di Timur hal tersebut bukanlah sesuatu yang asing dan baru. Dengan merujuk pada penomena yang berkembang di dunia ketiga, Chambert ingin menjungkirbalikan paradigma pembangunan yang selalu terpusat dan lahir dari kategori pertama seperti yang sudah disebutkan menjadi lahir dari kategori kedua. Dengan mengkritik konservatisme yang dimiliki oleh negara/ orang/ lembaga dari kategori pertama Chambert memungkinkan adanya profesionalime baru yang bukan lahir dari kategori pertama tapi lahir dari kategori kedua. Chambert membuat kemungkinan itu bisa terjadi lahir dari dunia dengan kategori pertama. Gerak di lapangan menunjukan gerak ke arah tersebut. Bahwa golongan profesional baru yang mengedepankan kategori kedua serta berangkat dari kategori negara/ lembaga/ orang dengan kategori kedua sudah muncul. Mereka adalah orang-orang yang

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 34

merperlihatkan arus balik yang mengarah misalnya Mohamad Yunus dari Bangladesh.

pada orang miskin

dan pinggiran,

Dengan mengkritik paradigma pembangunan yang dibangun diatas landasan Filsafat Ilmu Positivistik, jelas bahwa Chambert menggunakan paradigma keserbamungkinan yang menjadi pondasi dai Postpositivistik. Chambert meyakinkan bahwa Profesional baru akan dan bahkan telah datang dari pinggiran bukan dari pusat peradaban seperti yang disebutkan dalam kategori pertama. Chambert meyakinkan bahwa para profesionalis baru tersebut akan lahir dari dunia pinggiran. Bahkan untuk meyakinkan bahwa metodologi yang dibangun oleh Chambert adalah metodologi Postpositivistik akan saya kutif pernyataannya; mereka (profesionalisme baru) adalah orang-orang yang melepaskan diri dari ikatan disiplin ilmunya untuk dapat menjembatani dua kutub budaya dari kaum ilmuwan dan para pelaksana, serta memanfaatkan hal-hal baik antara keduanyakritik bagi yang satu dan tindakan bagi yang lain.

BAB 8.

II. Buku Communication for Development in Third World (Srinivas R Melkote) BAB 1. BAB 2. BAB 3 Bab ini menguraikan bagaimana metode-metode komunikasi diciptakan untuk menjelaskan efek komunikasi. Di antaranya yang dikemukakan adalah formula Lasswell. Model ini menggambarkan proses komunikasi dan fungsi-fungsinya yang diemban dalam masyarakat. Lasswell mengakui, bahwa tidak semua komunikasi

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 35

bersifat dua arah. Dalam suatu masyarakat yang kompleks, banyak informasi disaring oleh pengendali pesan-editor, penyensor atau propagandis, yang menerima informasi dan menyampaikannya kepada publik dengan beberapa perubahan atau

penyimpangan. Konsep Lasswell ini kemudian diikuti dengan model komunikasi senada seperti model hipodermik, teori peluru, dan teori S-R. Konsep mass society digambarkan sebagai sebuah masyarakat modern dimana individu-individu bertindak berdasarkan ketertarikan pribadi dan sedikit dipaksa oleh ikatan sosial dan batasanbatasan. Menurut teori S-R DeFleur, media menyajikan stimuli perkasa yang secara seragam diperhatikan oleh massa. Berikutnya komunikasi berkembang menjadi kajian ilmiah, dan lebih berfokus pada dampak media dan efektivitas saluran komunikasi. Model matematis Shannon-Weaver menekankan konsep penting gangguan atau noise, yakni rangsangan tambahan yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan. Sementara Model SMCR Berlo menyatakan bahwa sumber dan penerima pesan dipengaruhi oleh faktor-faktor : keterampilan komunikasi, sikap, pengetahuan, sistem sosial, dan budaya. Bab ini juga menguraikan beberapa teori mengenai dampak minimal media massa, di antaranya adalah Two step flow dari Katz dan Lazarsfeld, yang menyatakan bahwa efek media massa ternyata rendah dan asumsi stimulus-respon tidak cukup menggambarkan realitas audience media massa dalam penyebaran arus informasi dan menentukan pendapat umum. Dan Limited effect of mass media menyimpulkan bahwa komunikasi massa tidak secara langsung mempengaruhi audiens, melainkan hanya menguatkan kecenderungan audiens. Komunikasi massa berperan sebagai perantara dalam komunikasi persuasive. Efek komunikasi massa terjadi lewat serangkaian faktor-faktor perantara. Faktor-faktor perantara itu termasuk proses selektif (persepsi selektif, terpaan selektif dan ingatan selektif serta proses kelompok, norma kelompok dan kepemimpinan opini). Tiga Konsep Dasar: 1. Selective Exposure

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 36

Individu memilih beberapa media ketimbang media lain secara sadar dan membuka diri pada media yang isinya berkaitan dengan selera mereka. dalam pengertian ini individu mengontrol efek media atas diri mereka. 2. Selective Perception

Keterbukaan terhadap informasi bersifat hedonistik. Individu mengambil apa yang memang ingin diambilnya. Terkadang pikiran manusia mendistorsi fakta agar cocok dengan kecendrungan dan prakonsepsi mereka. 3. Selective Retention

Secara tak sadar individu mempertahankan beberapa kejadian dan pesan, namun mengabaikan kejadian dan pesan lainnya. Ringkasnya, individu mempunyai kendali yang lebih besar atas cara media mempengaruhi mereka. individu bukan hanya menentukan pilihan secara sadar atas media yang akan mereka pakai, tetapi juga keyakinan dan nilai yang mereka anut secara tak sadar memengaruhi cara mereka mengambil dan menyimpan informasi. Analisa : Bab ini menggunakan epistemologi sebagai bagian dari filsafat komunikasi, karena epistemologi adalah cabang filsafat ilmu yang menyelidiki asal, sifat, metode, dan gagasan pengetahuan manusia. Singkatnya, cabang filsafat ilmu ini menjawab pertanyaan mengenai cara mendapatkan atau mencapai suatu pengetahuan tentang realitas sebagai sebuah ilmu. Secara etimologi, epistemologi berarti teori pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki manusia, seperti disebutkan sebelumnya, belumlah serta-merta menjadi ilmu (ilmiah). Sebab untuk menjadi ilmu, pengetahuan itu harus disusun secara benar, tidak serampangan atau spekulatif saja. Ketika kita bertanya bagaimana menyusun pengetahuan itu secara benar, maka kita telah mencoba bergerak di wilayah cabang filsafat ilmu yang disebut epistemologi. Landasan epistemologi ilmu adalah metode ilmiah (Suriasumantri, 1984: 105). Komunikasi manusia sebagai realitas adalah

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 37

merupakan pengetahuan. Disebut pengetahuan karena diperoleh dari kegiatan mental manusia (kesadaran) berpikir dan berkontemplasi tentang realitas itu. Aspek epistemologi dalam bab ini ditunjukkan oleh bagaimana suatu metode atau teori atau landasan ilmiah disusun dan dikembangkan untuk melihat dampak dari media massa. Teori Klapper telah berhasil menelaan dan menjelaskan lebih banyak peranan pengaruh interpersonal dan variable sosial-psikologis dari individu. Penelitianpenelitian pada Perang Dunia ke II secara jelas menunjukkan lemahnya pengaruh media massa dalam mempengaruhi perilaku dan perubahan sikap, namun tidak berarti media massa ditinggalkan sebagai agen dari perubahan sosial. Selain itu, dalam bab ini juga dijelaskan asal terciptanya teori-teori komunikasi dengan asumsi-asumsi yang dimilikinya. Asumsi-asumsi dari teori dan penelitian komunikasi dua tahap antara lain : 1. Individu tidak terisolasi dari kehidupan sosial, tetapi merupakan anggota dari kelompok-kelompok sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. 2. Respon dan rekasi terhadap pesan dari media tidak akan terjadi secara langsung dan segera, tetapi melalui perantaraan dan dipengaruhi oleh hubungan-hubungan sosial tersebut. 3. Ada dua proses yang langsung, yang pertama mengenai penerima dan perhatian, yang kedua berkaitan dengan respon dalam bentuk persetujuan atau penolakan terhadap upaya mempengaruhi atau menyampaikan informasi. 4. Individu tidak bersikap sama terhadap pesan/kampanye media, melainkan memiliki berbagai peran yang berbeda dalam proses komunikasi, dan khususnya dapat dibagi atas mereka yang secara aktif menerima dan

meneruskan/menyebarkan gagasan dari media, dan mereka yang semata-mata hanya mengandalkan hubungan pribadi dengan orang lain sebagai penentunya. 5. individu-individu yang berperan lebih aktif (opinion leaders) ditandai oleh penggunaan media massa yang lebih besar, tingkat pergaulan yang lebih tinggi, anggapan bahwa dirinya berpengaruh terhadap orang lain, dan memiliki peran

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 38

sebagai sumber informasi dan panutan.

Ilmu komunikasi sebagai ilmu sosial yang berada dalam rumpun empiris (paham yang menekankan pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan) dapat dikembangkan berdasarkan paradigma positivistik (menyatakan bahwa ilmu dibangun berdasarkan fakta empirik sensual: teramati, terukur, teruji, terulang, dan teramalkan karenanya sangat kuantitatif). Metodologi yang terdapat dalam bab ini adalah metodologi positivistik, karena teori-teori komunikasi massa yang diuraikan adalah teori-teori komunikasi yang sifatnya hanya dua arah melainkan juga linier, dan metode yang menganut paradigma positivistik merupakan metode kuantitatif dimana metode ini tertata secara linear. Asumsi dasar positivisme tentang realitas adalah tunggal, dalam artian bahwa fenomena alam dan tingkah laku manusia itu terikat oleh tertib hukum. Fokus kajian-kajian positivis adalah peristiwa sebab-akibat (Deddy Mulyana, 2001: 25). Dalam hal ini, positivisme menyebutkan, hanya ada dua jalan untuk mengetahui: pertama, verifikasi langsung melalui data pengindera (empirikal); dan kedua, penemuan lewat logika (rasional). Pendekatan metodologi yang positivis antara lain: empirisme, rasionalisme, behavioristik, behavioral, struktural,

fungsionalisme, mekanistik, deterministik, reduksionis, sistemik, dan lain-lain. Para penggagas dan pengasuh metode positive ini antara lain Paul F. Lazarsfeld, Bernard Berelson, Robert K. Merton, Wilbur Schramm, Shannon dan Weaver, dan lain-lain. Mereka-mereka itulah yang komunitasnya dikenal dengan nama Mazhab Chicago. Metode peneltian komunikasi yang tercakup dalam paham positivistik antara lain: model mekanistis, model komunikasi Shannon dan Weaver, pendekatan

behaviorisme, analisis isi klasik-kuantitatif, dan lain-lain. BAB 4. Melalui uraian yang tersaji dalam Bab IV, saya menyimpulkan bahwa paradigma yang terkandung dalam pemaparan tersebut adalah paradigma interaksional.

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 39

Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya upaya-upaya interakasi atau hubungan antarpersona dari pemerintah denga masyarakat. Tak hanya iyu, dalam menyajikan dan menyampaikan hasil pemikirannya, para ilmu wan atau negarawan beruya melakukan sosialisasi terhadap masyarakat sehingga tidak terjadi kesalahan. Meskipun hasilnya terkadang kurang maksimal, namun proses interaksi baik antar sesama ilmuwan, ilmuwan dengan masyarakat serta masyarakat dengan masyarakat terus terjadi.Kondisi ini pula yang mendukung bagaimana sebuah komunikasi pembagunan itu disampaikan kepada masyarakat. Selain itu, ketika hendak memperbaiki model pembangunan yang dianggap sudah kadaluarsa, para ilmuwan dan masyarakat berupaya melakukan interaksi melalui pertukaran pesan. Hal ini bertujuan agar instrumen tersebut dapat disesuaikan dengan pemahaman perubahan sosial yang sifatnya umum. Hal ini mejadi sangat penting mengingat masyarakat memiliki keterbatasan pemanfaatan sebuah ilmu baru serta bagaimana mereka bisa mengaplikasikannya pada masalah yang konkret dalam sebuah pembanguanan. Guna mengkategorikan metodologi apa yang tepat dalam menjawab permasalahan dalam Bab IV tersebut, maka perlu analisis yang lebih kritis terhadap paradigma lama yang selama ini diemban atau dianut oleh beberapa negara berkembang khususnya negara-negara di eropa bagian barat. Paradigma lama yang berkembang pada abad ke 70 dan 80 itu disinyalir sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman. Artinya, peradigma yang lama tersebut sudah dianggap tidak cocok dengan peradaban manusia. Karena itulah perlu sebuah perubahan dalam hal pembangunan yang bertujuan dalam penciptaan masyarakat yang madani. Dalam paradigma lama perkumpulan atau masyarakat dunia ketiga menyusun

otonomi dengan harapan untuk mengubah kekuatan yang ada di dalam internal negara. Hal tersebut ditujukan dengan pernyataan kegagalan yang nyata.

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 40

Bagaimanapun juga untuk mempersiapkan kerangka pemahaman individu dalam negara harus disertai dengan sistem internasional. Perbedaan antara pusat dan yang ekonomi yang ada di daerah adalah asing untuk teori ini. Kemungkinan persaingan dari pengaturan atonomi di daerah memicu persaingan pembangunan

terintegral, sebelumnya unit-unit ini merupakan daerah yang kurang maju (terbelakang) sehingga dengan adanya otonomi daerah setiap bagian bisa mengatur kekuatan politik dan ekonomi. Dengan demikian, meteodologi komunikasi yang tepat dalam menyimpulkan permasalahan dalam Bab II tersebut adalah metodologi atau teori kritis. Selain itu, hal lain yang perlu dikritisi dalam uraian Bab IV tersebut adalah, penggunaan model pembangunan yang dianggap sudah kadaluarsa. Dengan kata lain, model komunikasi yang dianut beberapa negara di eropa Barat itu hampir dipastikan sudah tidak bisa mengaspirasi tuntutan untuk menyejahterakan rakyatnya. Hal ini menjadi penting mengingat negara-negara di Eropa barat saat itu sangat mengagungkan demokrasi dengan menjadikan suara rakyat adalah hal yang paling penting untuk diperjuangkan. Dengan begitu, pemerintah di negara-negara eropa percaya akan ungkapan yang menyebut Vox Populi Vox Dei (Suara Rakyat adalah suara Tuhan). Maka dari itu, pemerintah di negara-negara berkembang dituntut untuk bekerja ekstra dalam memfasilitasi rakyatnya yang tertinggal ke arah yang lebih maju lagi. Seorang pakar pembangunan, Person (1964) mengidentifikasikan beberapa perubahan menyeluruh seperti uang, pasar dan birokrasi sebagai strategi untuk pembangunan dianggap sangat pantas menuju perubahan yang lebih baik. Bagimana pun juga mayoritas negara-negara dunia ketiga perubahan menyeluruh bukanlah sesuatu yang baru. Minimal kebiasaan dari negara-negara dunia ketiga akan ditunjukkan pada suatu standar, kebanyakan dari mereka telah siap berkembang (Baca: berubah ke arah yang lebih maju), yang ditujukan dengan kemilikan uang dan

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 41

pasar, peraturan birokrasi yang lengkap, dan sistem formal yang legal telah diterapkan sejak lama dan sekarang semua hal tersebut terdapat dalam negara-negara berkembang. Ini mungkin alasan ketika ringkasan yang berkaitan dengan dunia ketiga

didiskusikan secara menyeluruh dan secara nyata, pemilihan didasarkan dengan cara lama untuk memilih perkumpulan masyarakat sebagai tonggak dari kontrasnya jika dibandingkan dengan negara-negara barat yang modern. Sebagai perbandingan sepenuhnya menyimpang ke permasalahan pembangunan nasional. Negara dunia ketiga tidak mengindahkan stereotipe yang pada akhirnya memunculkan teori belas kasihan. Selain hal tersebut di atas, ada beberapa hal penting lain yang perlu dikritisi dengan menggunakan teori kritis ini. Paradigma lama kebanyakan dianut oleh negara kurang berkembang yang tidak memilik undang-undang yang kuat karena pada umumnya mereka menerapkan sistem kuno dan kepemilikan modal yang kurang memadai di daerah telah dipisahkan dari rantai sejarah dunia. Kebalikannya, negara kurang

berkembang masih dipengaruhi oleh proses sejarah yang sama juga dipengaruhi oleh pembanguan ekonomi : Modal pembangunan itu sendiri. Hal ini menjadi sesuatu yang unik untuk diperbincangkan mengingat kualitas kekayaan hanyalah akan dimiliki oleh orang-orang yang mempunyai modal yang kuat, yaitu orang-orang yang berpusat atau berdiam di kota saja. Bila para pemilik modal yang menginvestasikan kekayaannya hanya di kota saja, maka peran masyarakat miskin di desa menjadi hampir tidak ada. Masyarakat miskin desa praktis hanya mengandalkan kemampuan tenaga serta sumber daya alam saja. Padahal masyarakat desa juga perlu sebuah perubahan terutama dalam hal pembangunan desa guna mendukung kesejahteraan masyarakat miskin desa ke arah yang lebih baik.

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 42

Terlepas dari itu semua, paham stereotipe yang selama ini terlelu diagung-agungkan pun dianggap sebagai sebuah permasalahan yang kompleks. Artinya, pandangan tersebut dianggap salah satu penyebab gagalnya pembangunan sebuah desa. Sebuah analisa ilmuwan memperhatikan keseluruhan masyarakat, sejarahnya, kesengsaraan, struktur sosial, hubungan kekuasaan, dan lain-lain, mungkin berada di tempat yang salah. Sebagai contoh, variabel sosial-psikologis seperti timbal balik dalam hubungan antar pribadi, dirasa membatasi, ketergantungan, dan permusuhan para pejabat negara, familisme, kekurangan inovasi dan cita-cita petani, sementara tidak terlihat logis di level individu, akan nampak dengan logis ketika mempertimbangkan sejarah dari tekanan dan eksploitasi dimana petani telah menderita di bawah pilihan masyarakat mereka. Sama dengan argumentasi yang menyatakan mungkin saja membuat variabel socio-psychological dimungkinkan mendapat konsekuensi dari penyebab adanya pembangunan di bawah. Dengan begitu, sementara secara objektif harus dipahami dengan lebih baik gaya hidup dari petani, penemuan penelitian terdahulu benar-benar membuang citra petani. Dalam pembangunan agrikultur pertanian sedemikian rupa sehingga bisa membuat suatu kontribusi positif ke usaha yang dirancang untuk meningkatkan produksi agrikultur tergantung pada bagaimana pandangan kaum tani dan perusahaannya. Teori terdahulu dalam paradigma dominan menyelenggarakan pandangan

stereotypical bahwa kaum tani, sebagai sebuah kelas, datang untuk belajar sektor tradisional yang tidak sesuai dengan modernisasi dan perubahan. Oleh karena itu, inovasi harus mengalir dari luar ke dalam daerah tradisional ini dan bagaimanapun juga itu bentuk memodernisasi mereka. Konsep terhadap sifat alami petani dan perusahaan mereka tampak sangat abstrak serta tidak nyata. Dengan begitu, ada suatu kebutuhan untuk memahami lebih baik sifat alami kaum tani serta alokasi sumber daya rumah tangganya. Mengapa petani menentang untuk mengambil resiko? Apakah sikap mereka ke arah pekerjaan?

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 43

Apakah mereka tradisionalis yang menolak untuk berubah? Mari kita mencoba untuk menguji sebagian dari stereotip ini. Lalu, terkait dengan permasalahan dalam Bab IV, bagaimana kaitannya dengan filsafat komunikasi? Filsafat komunikasi yang mana yang dianggap paling tepat dalam menganalisa permasalahan tersebut? Jawabannya yang paling tepat adalah Aksiologi. Dalam beberapa pemaparan yang diungkapkan oleh beberapa tokoh atau ilmuwan dengan menciptakan beberapa solusi, jelas kita perlu tahu sebera penting atau bergunanya ilmu pengetahuan tersebut dalam kesejahteraan masyrakat? Singkatnya, apa kegunaan ilmu pengetahuan yang dianggap sebagai sebuah sosusi tersebut? Seorang pakar pembangunan memberi argumentasi yang menurut saya kurang masuk akal. Eisenstadt, 1976, mengatakan semua jenis pembangunan sebenarnya akan berujung pada pertanyaan kegunaan institusi-institusi tradisional dan rencana-rencana menghadapi kemajuan dan perubahan. Paradigma dominan pembangunan mengambil pandangan yang sangat negatif terhadap tradisi. Ini harus dihancurkan apabila bangsa-bangsa Dunia Ketiga menginginkan modernisasi. Gagasan ini tidak memberi dukungan terlalu banyak pada masa sekarang. Tradisi penting dalam proses pembangunan telah dikenal. Satu poin Eisenstadt bahwa penghancuran seting-seting tradisionalkeluarga, komunitas, atau keteraturan politikmembawa kehancuran, kejahatan, dan kekacauan daripada keteraturan aktivitas modern. Mengacu pada pertanyan tokoh tersebut, tampaknya ada sedikit kejanggalan. Bagaimana mungkin sebuah pembangunan itu harus dibenturkan dengan nilai-nilai tradisi sebuah budaya yang dianut oleh sebuah komunitas masyarakat yang sudah berakar secara turun temurun sejak nenek moyang mereka. Dengan kata lain, nilainilai tradisional itu harus usang agar pembangunan itu bisa maksimal. Di sinilah letak pentingnya filsafat komunikasi aksiologis tersebut. Memandang seberapa pentingnya ilmu pengetahuan yang dikemukakan oleh seorang pakar. Kita

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 44

harus melihat apakah ilmu pengetahuan tersebut akan bersinggungan dengan nilai tradisi masyarakat maupun etika dan norma masyarakat itu sendiri. Bila hal itu terjadi, kita harus mencari jalan keluarnya dengan melakukan interaksi dengan penganut nilai-nilai tradisonal tersebut agar mencari celah bagaimana ilmu tersebut bisa diterapkan dan berhasil dengan maksimal. BAB 5. BAB 6. GAK ADA YANG NGAMBIL/NGERJAIN BAB 7. Teori atau paradigm komunikasi Teori atau paradigma komunikasi, yang terjadi dalam bentuk baru komunikasi pembangunan adalah paradigm interaksional. Paradigma ini menunjukkan pandangan komunikasi manusia yang telah berkembang secara tidak langsung dari cabang sosiologi yang dikenal sebagai interaksi simbolik Dimana dalam bab ini disebutkan bahwa pembangunan adalah proses perubahan masyarakat pada hampir semua aspek kehidupan masyarakat. Dalam dimensi ekonomi, pembangunan berkaitan dengan penciptaan kekayaan dan peningkatan kondisi kehidupan sosial yang didistribusikan secara merata. Dalam dimensi sosial, pembangunan bermakna kondisi kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan perumahan yang baik. Dalam dimensi politik, pembangunan diartikan sebagai penegakan hak asasi manusia, kebebasan politik, dan demokrasi. Dimensi budaya adalah pengakuan akan identitas, kelompok, etnis, atau bangsa dan harga diri yang diwujudkan dalam sistem, simbol-simbol, dan kepercayaan. Dan dalam dimensi lingkungan, pembangunan adalah sustainable development, pembangunan yang berkelanjutan untuk masa depan generasi selanjutnya. Pada bagian lain disebutka pula bahwa komunikasi pembangunan yang diutamakan adalah kegiatan mendidik dan memotivasi masyarakat. Tujuannya untuk

menanamkan gagasan - gagasan, sikap mental, dan mengajarkan keterampilan yang

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 45

dibutuhkan oleh suatu negara berkembang. Secara pragmatis Quebral (1973), merumuskan komunikasi pembangunan adalah komunikasi yang dilakukan untuk melaksanakan rencana pembangunan suatu negara. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komunikasi pembangunan merupakan suatu inovasi yang diterima oleh masyarakat.Ini merupakan penjabaran dari paradigma psikologis.. Dalam paradigma psikologis tentang komunikasi manusia memfokuskan perhatiannya pada individu (komunikator atau penafsir) baik secara teoritis maupun empiris. Secara lebih spesifik lagi yang menjadi focus utama dari komunikasi adalah mekanisme internal penerimaan dan pengolahan informasi. Mengkaitkan peranan komunikasi pembangunan dan konsep mengenai

pembangunan, Tehranian (1979) mengemukakan tiga tinjauan teoritis, yang kesimpulannya adalah bagaimana etika pembangunan memberikan kebijakan dan keputusan pembangunan dan implementasi yang humanis dan tidak mengakibatkan runtuhnya budaya, terkorbankannya kemanusiaan dan kesejahteraan masyarakat semata-mata demi keuntungan sekelompok orang, ideologi tertentu ataupun alasan efisiensi. Misi utama etika pembangunan adalah to keep hope alive (harapan tetap ada) untuk menciptakan berbagai kemungkinan menuju kemakmuran. Lebret mengatakan development as a revolution leading to universal solidarity. Ini termasuk dalam paradigma pragmatis, yaitu perspektif tentang komunikasi manusia didasarkan pada asumsi pokok system dan informasi. Metodologi komunikasi. Berdasarkan metodologi komunikasi, dalam bab ini termasuk dalam teori kritis. Hal ini Nampak adanya kritik internal terhadap teori etika konvensional yang

berkembang menjadi etika pembangunan. Memusatkan perhatian pada teori dan praktek pembangunan yang berkaitan dengan lingkungan, keteraturan dunia, dan area antar-disiplin. Analisis formal yang dilakukan pada isu-isu: justifikasi utama pada hak asasi, kebutuhan, kapasitas dan hak menguasai; penilaian etika pada kebijakan

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 46

yang berdampak pada korban dan marginalisasi akibat proses pembangunan; evaluasi kompetisi antara ekonomi, politik, dan sistem sosial; dan konsep baru mengenai Filsafat Komunikasi Epistemologi komunikasi, terdapat dalam bab ini bahwa ada dua cara dalam memformulasikan etika pembangunan menjadi bidang kajian (Goulet, 1997), yaitu: melalui keterlibatan sebagai perencana (planner) atau agen perubahan dalam praktek pembangunan dalam usaha mengartikulasikan secara formal strategi yang etis. Model studi yang dipakai adalah mengupas nilai-nilai laten yang terkandung dalam setiap kebijakan, program, dan proyek pembangunan. Etika pembangunan dipandang sebagai metode dan prosedur penelitian yang berbeda; prinsip-prinsip umum sebagai pedoman memformulasikan strategi-strategi yang etis; strategi yang etis dalam pengambilan keputusan dan aksi pembangunan yang spesifik; dan penyedia standar normatif untuk mengevaluasi kinerja pembangunan. Yang termasuk dalam aksiologi komunikasi dalam bab ini, adalah fungsi atau manfaat dalam kondisi negara dan bangsa seperti sekarang maka Etika Pembangunan menjadi sangat relevan untuk dikembangkan dan diimplementasikan dalam praktek kehidupan berbangsa dan bernegara guna mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur seperti yang dicitacitakan bersama. Walaupun berbeda penekanan, namun memiliki satu tujuan yakni meningkatkan kehidupan di bumi dalam berbagai bentuk. Etika global adalah refleksi kesadaran akan prospek kehidupan umat manusia yang tergambar dalam dimensi: hak asasi manusia, pemerintahan yang representatif, tatanan ekonomi yang humanis, penjagaan ekosistem, anti kekerasan, orientasi ke depan, dan kesadaran etika global dari tataran akar rumput.

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 47

TUGAS UAS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 48