UAS filsafat
-
Upload
dwi-yuliannisa-amri -
Category
Documents
-
view
11 -
download
0
description
Transcript of UAS filsafat
Nama : Dwi Yuliannisa Amri
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu Dan Etika Bisnis Islam
Setiap dokter atau dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran tidak lepas dari 3
bidang norma atau kaidah yang menjadi pegangan, dan juga yang menjadi tolak ukur untuk
menentukan seorang dokter atau dokter gigi tersebut bersalah atau tidak dalam berpraktik.
Permasalahannya adalah bagaimanakah seorang dokter dapat memilah antara norma etika
sebagai anggota profesi dan norma etika sebagai pelaksana praktik kedokteran?. Kapankah
seorang dokter masuk dalam lingkup norma disiplin kedokteran dan kapan pula seorang
dokter sebagai warga masyarakat diatur dalam lingkup hukum (pidana, perdata, dan
administrasi).
Dengan berlakunya undang-undang praktik kedokteran No. 29 tahun 2004, maka apa
yang menjadi norma atau kaidah-kaidah bagi setiap dokter atau dokter gigi baik sebagai
individu maupun sebagai organisasi profesi. Sebagai individu pengembangan ilmu
pengetahuan kedokteran dalam penerapannya maupun sebagai individu dalam pergaulan
masyarakat di bidang praktik kedokteran telah diatur dan telah diberlakukan.
Undang-undang praktik kedokteran mengatur tentang profesi dan etika kedokteran dan
kedokteran gigi pada pasal 1 angka 11, pasal 8, pasal 68 dan sebagainya, mengatur disiplin
keilmuan kedokteran dan kedokteran gigi antara lain Bab VIII, pasal 55 sampai dengan 70,
pasal 44, 45, 46, dan 48 dan sebagainya. Dan yang mengatur mengenai hukum kedokteran
dan kedokteran gigi antara lain Bab X, Bab VI, Bab VII dan sebagainya dalam undang-
undang praktik kedokteran.
Etika Kedokteran adalah nilai/ petunjuk pemberi arah pengambilan keputusan (baik,
mulia) dalam praktek kedokteran (Dorlan, 1960). Menurut MKEK, etika kedokteran adalah
sekumpulan nilai & moralitas profesi kedokteran yang tercantum dalam (KODEKI), Fatwa
Etik, pedoman dan kesepakatan etik lainnya. Norma atau kaidah etika menjadi lingkup dokter
dan dokter gigi baik sebagai individu dalam profesi dan sebagai penyelenggaraan profesi
dalam praktik kedokteran. Seorang dokter atau dokter gigi harus taat pada norma etika baik
dia tidak berpraktik maupun juga saat melakukan praktik kedokteran. Seorang dokter dan
dokter gigi tidak memiliki STR, SIP, pemalsuan ijazah, pengguna obat terlarang dan
sebagainya, secara etika sebagai anggota profesi tetap dianggap melanggar etika dan dapat
diproses oleh organisasi profesinya.
Disiplin Kedokteran merupakan aturan-aturan dan atau ketentuan penerapan keilmuan
dalam pelaksanaan pelayanan yang harus diikuti oleh dokter (KKI, 2007). Disiplin
Nama : Dwi Yuliannisa Amri
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu Dan Etika Bisnis Islam
kedokteran dirumuskan profesi dan dilegitimasi oleh negara. Norma disiplin kedokteran, hal
ini sangat terkait dengan dilakukan dalam praktik kedokteran. Penerapan dan penegakan
norma-norma disiplin baru dapat dikatakan aktif bila dilakukan dalam menyelenggarakan
praktik kedokteran. Seorang dokter atau dokter gigi yang tidak memiliki STR atau SIP,
pemalsuan ijazah, pengguna obat-obat terlarang dan sebagainya, bila diterapkan dan terjadi
pada penyelenggaraan praktik kedokteran, maka tidak saja norma etika, tetapi norma-norma
disiplin juga berlaku dan dapat dikenakan, karena dianggap prilaku dokter itu berpengaruh
terhadap praktik kedokteran yang dilakukannya.
Hukum adalah sistem norma/ kumpulan peraturan yaitu keseluruhan peraturan tentang
tingkah laku yang berlaku dalam kehidupan bersama dan dapat dipaksakan pelaksanaannya
dengan suatu sanksi (Kanter, 2001).
Hukum yang spesifik dengan kedokteran adalah :
UU Praktek Kedokteran (No. 29 tahun 2004),
UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan
UU no.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Norma hukum yang mengatur terhadap dokter dan dokter gigi secara individu untuk
pergaulan dalam masyarakat tetapi adapula norma hukum dalam pergaulan pada
penyelenggaraan praktik kedokteran. Jadi pada norma hukum mengatur dokter dan dokter
gigi baik diluar praktik kedokteran maupun didalam melaksanakan praktik kedokteran.
Nama : Dwi Yuliannisa Amri
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu Dan Etika Bisnis Islam
Dalam penanganan pelanggaran kasus kedokteran, kita harus memilah terlebih dahulu
apakah kasus ini termasuk dalam pelanggaran etika, disiplin, ataupun hukum, karena hal ini
kan menentukan nasib seorang tenaga medis kedepannya. Sebagai contoh adalah tenaga
medis terutama dokter menjadi bintang iklan atau brand ambasaddor dari sebuah produk. Hal
ini sebenarnya melanggar dari kodeki, dikarenakan dokter menggunakan gelarnya untuk
memperoleh kepercayaan konsumen untuk sebuah produk.
Daftar Pustaka :
Undang undang nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;
Konsil kedokteran Indonesia, Kemitraan dalam Hubungan Dokter, Pasien, Jakarta
2006;
Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 16/KKI/Per/VIII/2006 tentang Tata
Cara Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin Dokter Dan Dokter Gigi oleh
MKDKI dan MKDKI Propinsi;
Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 17/KKI/Kep/VIII/2006 tentang
Pedoman Penegaan Disiplin Profesi Kedokteran;
Hermien Hardiati Koeswadji, Hukum dan Masalah Medis, Airlangga Universitas,
Press, Surabaya, 1984.
Nama : Dwi Yuliannisa Amri
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu Dan Etika Bisnis Islam
Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam memberikan layanan
kesehatan kepada masyarakat. Definisi pelayanan kesehatan menurut Prof. Dr. Soekidjo
Notoatmojo adalah sebuah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah
pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif( peningkatan kesehatan ) dengan sasaran
masyarakat. Sedangkan menurut Levey dan Loomba (1973), Pelayanan Kesehatan Adalah
upaya yang diselenggarakan sendiri/secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan mencembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan peroorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat. definisi
pelayanan kesehatan menurut Depkes RI (2009) adalah setiap upaya yang diselenggarakan
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atupun masyarakat. Sesuai
dengan batasan seperti di atas, mudah dipahami bahwa bentuk dan jenis pelayanan kesehatan
yang ditemukan banyak macamnya. Karena kesemuanya ini ditentukan oleh:
Pengorganisasian pelayanan, apakah dilaksanakan secara sendiri atau secara bersama-
sama dalam suatu organisasi.
Ruang lingkup kegiatan, apakah hanya mencakup kegiatan pemeliharaan kesehatan,
pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan atau kombinasi
dari padanya.
Untuk mencapai Indonesia Sehat pada tahun 2019, saat ini sedang dilakukan
transformasi dan reformasi pembangunan pelayanan kesehatan primer. Pembangunan
kesehatan merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam pembangunan
nasional untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pembangunan
Nama : Dwi Yuliannisa Amri
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu Dan Etika Bisnis Islam
kesehatan juga merupakan salah satu upaya utama untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia yang pada gilirannya mendukung percepatan pencapaaian sasaran
pembangunan nasional.
Untuk menjamin akses masyarakat miskin terhadap peayanan kesehatan, sejak tahun
1998 pemerintah melaksanakan berbagai upaya pemeliharaan kesehatan masyarakat
miskin. Pada tahun 1998 sampai dengan 2001 pemerintah meluncurkan Program Jaring
Pengaman Sosial Bidang Kesehatan JPS-BK. Program JPS – BK ini dibiayai dengan dana
pinjaman dari Asian Development Bank (ADB) yang diluncurkan untuk mengatasi
dampak buruk krisis ekonomi tahun 1997 terhadap derajat kesehatan keluarga miskin.
Program ini merupakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin melalui puskesmas
dan rujukannya ke puskesmas kabupaten/kota, meliputi segala bentuk pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan oleh puskesmas dan jaringannya, termasuk pelayanan
keluarga berencana dan rawat inap, pelayanan kebidanan dan rujukan bagi ibu hamil, ibu
bersalin dan ibu nifas dari keluarga miskin serta program perbaikan gizi.
Pada tahun 2008 pemerintah telah menetapkan kebijakan program Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas). Program ini sebelumnya dikenal dengan nama Asuransi
Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin). Perubahan mekanisme yang mendasar adalah
adanya pemisahan peran pembayar dengan verifikator melalui penyaluran dana langsung
dari Kas Negara ke Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK), penggunaan tarif paket
Jamkesmas di Rumah Sakit (RS), penempatan verifikator independen di setiap Rumah
Sakit, pembentukan Tim Pengelola dan Tim Koordinasi di tingkat Pusat, Propinsi, dan
Kabupaten/Kota serta penugasan PT Askes (Persero) dalam manajemen kepesertaan.
Ketentuan yang mengatur tentang pelaksanaan dana Jamkesmas tahun 2008 dan 2009
diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan No 125/Menkes/SK/II/2008 tanggal 6
Februari 2008 dan Pedoman Pelaksanaan tahun 2009 yang merupakan lampiran dari
Keputusan Menteri Kesehatan No. 316/Menkes/SK/V/2009 tanggal 1 Mei 2009.
Berdasarkan Manajemen Pelaksanaan (Manlak) tahun 2009, tujuan program Jamkesmas
adalah sebagai berikut:
Tujuan Umum : Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan sehingga tercapai
derajat kesehatan yang optimal secara efektif dan efisien bagi seluruh peserta Jamkesmas.
Tujuan Khusus :
Nama : Dwi Yuliannisa Amri
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu Dan Etika Bisnis Islam
a. Memberikan kemudahan dan akses pelayanan kesehatan kepada peserta di seluruh
jaringan PPK JAMKESMAS
b. Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar bagi peserta, tidak
berlebihan sehingga terkendali mutu dan biayanya
c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.
Tetapi terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan
kesehatan antara lain :
a. Masih tingginya disparitas status kesehatan. Meskipun secara nasional kualitas
kesehatan masyarakat telah meningkat, akan tetapi disparitas status kesehatan
antartingkat sosial ekonomi, antar kawasan, dan antar perkotaan-pedesaan masih
cukup tinggi.
b. Status kesehatan penduduk miskin masih rendah.
c. Beban ganda penyakit. Dimana pola penyakit yang diderita oleh masyarakat
adalah penyakit infeksi menular dan pada waktu yang bersamaan terjadi
peningkatan penyakit tidak menular, sehingga Indonesia menghadapi beban ganda
pada waktu yang bersamaan (double burden)
d. Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih rendah
e. Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusinya tidak merata.
f. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat.
g. Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah.
h. Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan. Masih rendahnya kondisi kesehatan
lingkungan juga berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Kesehatan
lingkungan merupakan kegiatan lintas sektor belum dikelola dalam suatu sistem
kesehatan kewilayahan.
i. Lemahnya dukungan peraturan perundang-undangan, kemampuan sumber daya
manusia, standarisasi, penilaian hasil penelitian produk, pengawasan obat
tradisional, kosmetik, produk terapetik/obat, obat asli Indonesia, dan sistem
informasi.
Sehingga sistem pelayanan kesehatan masih perlu untuk dikembangkan dan masih
banyak jumlah masyarakat miskin yang belum terjangkau pelayanan medic dengan
tingkat kesadaran akan kesehatan yang rendah sehingga daya tarik rumah sakit menurun,
Nama : Dwi Yuliannisa Amri
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu Dan Etika Bisnis Islam
serta tenaga medis yang ada di Indonesia ini masing sangat kurang meliputi SDM, dana,
manajemen, profesionalisme sehingga sebagian besar masayarakat miskin memilih
periksa kesehatan di swasta walau harus bayar mahal. Hal ini yang memicu timbulnya
wirausaha sosial pelayanan medis dengan inovasi di bidang pelayanan medik dengan
sistem manajemen : Biaya murah, pelayanan profesional dan cepat dan sustainable.
Kesempatan ini dapat dikembangkan oleh para lulusan tenaga medik freshgraduate lama
untuk berupaya mewujudkannya dan menjadikan suatu pembangunan pelayanan
kesehatan indonesia yang lebih baik. Ada beberapa strategi menurut Prof. Suwito untuk
wirausaha kesehatan ini :
• Rekrut tenaga medik sebagai relawan dengan ketulusan hati untuk mengabdikan
kepakarannya menolong masyarakat miskin yang sakit
• Mencari dana pada para dermawan yang cenderung jumlahnya meningkat (Infaq,
Sodakoh, Zakat dll.)
• Berprinsip merasa nikmat dalam berinfaq dll. apabila yang didanai ada kegiatan untuk
kesejahteraan masyarakat yang dilakukan secara profesional
• Penggunaan alat diagnostik dan terapi konvensional (inspeksi, palpasi, perkusi &
auskultasi, otoskopi, rinoskopi, opthalmoskopi yang sederhana dengan menajamkan
ketajaman indera, serta dilakukan dengan komunikasi efektif)
• Pemeriksaan medik profesional tidak berarti harus pakai teknologi dan instrumen
elektronik canggih
• Ketepatan diagnosis tidak dengan alat elektromedik canggih demikian pula akurasi
terapi
• Last but not least : berdoa memohon ridha dan barokah Allah
• Daya tahan tubuh pasien sendiri (Sistem Imun)
Hal yang peling penting dalam pelayanan kesehatan ini adalah pelayanan kesehatan
dengan pendekatan holistik serta mengaplikasikan hal hal sebagai berikut:
Pelayanan berpusat pada pasien (patient centered care) dan perhatian khusus kepada
hubungan dokter pasien
Pendekatan Holistik: masalah penyakit pasien tidak hanya disebabkan dimensi fisik
tetapi juga dari segi psikologi dan sosial (bio-psiko-sosial) dari pasien, keluarga dan
komunitasnya. Pendekatan holistik sangat penting pada zaman sekarang ketika
Nama : Dwi Yuliannisa Amri
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu Dan Etika Bisnis Islam
teknologi tinggi kedokteran telah menyebabkan dehumanisasi pasien dan fragmentasi
pelayanan kesehatan.
Kedokteran Pencegahan: memberikan dampak kepada status kesehatan yang lebih
panjang daripada kedokteran kuratif
Mencakup semua usia (Life cycle): melayani pasien segala usia, sehingga disebut
“specialist in breadth”
Tempat pelayanan: Klinik, di rumah pasien, setting pelayana lainnya
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang dilakukan oleh tenaga medis professional yang
terorganisir baik dari sarana prasarana kedokteran yang permanen, pelayanan kedokteran,
asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang
diderita oleh pasien (America Hospital Association, 1974). Rumah sakit sebagai salah satu
lembaga yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan yang tidak mencari keuntungan secara
maksimal dalam tujuan pendiriannya.
Untuk mengelolah suatu rumah sakit dengan menerapkan konsep spiritual haruslah
dimulai dari niat kedepannya untuk rumah sakit adalah menolong yang mengalami gangguan
kesehatan, bukan untuk mencari keuntungan yang banyak dari penderitaan orang yang sakit,
dan rumah sakit dapat dijadikan sebagai tempat saran dakwah serta tempat ibadah ghoira
mahdloh/ muamalah.
Hal ini memang tidak mudah untuk tidak mencari keuntungan di rumah sakit dikarenakan
rumah sakit saat ini banyak yang didirikan oleh pihak swasta dengan impian keuntungan
yang besar, tidak hanya pemilik rumah sakit yang menginginkan keuntungan besar tetapi
tenaga medis pun meninginkan jasa medis yang cukup besar dikarenakan oleh pola pikir
mahalnya biaya pendidikan dan lamanya lama menempuh gelar dokter dan dokter
spesialis/subspesialis. Serta pada era ini dimana pasar asing sudah mulai masuk ke Indonesia
yang menjadikan rumah sakit betorientasi ke arah dunia barat dari segi pengetahuan,
teknologi yang cangih, sumber daya manusia medis asing, serta manjaemen maupun
administrasi rumah sakit. Sehinngga banyak sekali konsumen/ pasien yang mengikuti arus
dunia barat dalam hal keinginan mendapatkan mutu dan pelayanan praktek kedokteran di
Indonesia dengan konsep dunia barat yang menimbulkan biaya pengobatan yang tinggi dan
hal ini tidak dipermasalahkan oleh konsumen. Terutama konsumen dengan kelas menengah
atas.
Nama : Dwi Yuliannisa Amri
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu Dan Etika Bisnis Islam
Strategi pengelolaan rumah sakit secara syariah adalah dengan menggunakan prinsip
bahwa bukan meniadakan nilai bisnis dalam praktek kedokteran, tetapi upaya (kiat, strategi)
supaya nilai ekonomi (bisnis, profit) tidak mengalahkan nilai etika kedokteran (moralitas) dan
Minimalisasi faktor bisnis, atau setidaknya menyeimbangkan kedua nilai tersebut. Strategi
yang dapat di tempuh adalah membuat keseimbangan antara biaya operasional (operating
cost) dengan beaya efektif (efective cost) supaya tetap terjangkau oleh berbagai lapisan sosial
ekonomi masyarakat serta menggunakan :
Transaksi Ekonomi Islami :
Tanggung jawab horisontal (sesama manusia)
Tanggung jawab vertikal (Tuhan)
Nilai ekonomi setingkat dengan moral
Program Pelayanan Medis : (Prinsip Dasar)
Melihat kondisi sosial ekonomi pasien, pelayanan medis dapat dibedakan,
tetapi
Tanggung jawab terhadap keselamatan jiwa pasien tetap tidak dapat dibedakan
Menggunakan etika bisnis yang dianjurkan rasullulah
Menggunakan niat yang tulus
Al Qur’an dan Hadist sebagai pedoman
Meneladani Akhlak Rasulullah SAW
Melakukan jual-beli yang halal
Melaksanakan keadilan
Melaksanakan kejujuran
Menepati janji
Menunaikan hak
Menuliskan muamalah yang tidak tunai
Tidak melakukan Etika bisnis yang dilarang
Riba
Melakukan penipuan
Mengambil secara batil
Berlaku curang dan merugikan
Melakukan penimbunan
Nama : Dwi Yuliannisa Amri
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu Dan Etika Bisnis Islam
Memonopoli
Berkhianat terhadap rekan bisnis
Menggunakan sumpah palsu
Menyerahkan kepada yang belum mampu
Mengobral sumpah
Nilai bisnis dalam pelayanan medis tidak dapat dihindari namun harus tetap
memperhatikan nilai moralitas (prinsip keadilan), karena mata pencaharian terbaik menurut
Rasulullah s.a.w. bersabda :
“Sesungguhnya mata pencaharian terbaik adalah berdagang, apabila diberi amanat
tidak khianant, apabila berjanji tidak mengingkari, apabila membeli tidak mencela barang
yang dibeli, apabila menjual tidak memuji-muji barang yang dijualnya. Jika mereka disuruh
membayar hutang mereka tidak berdalih dan apabila yang membayar hutang lambat
pembayarannya, mereka tidak akan menyempitkan orang yang berhutang” (Baihaqi dan
Ashbahani dari Mu’adz bin Jabal r.a.)