Filsafat, Filsafat Hukum, dan Ruang Lingkup Filsafat Hukum

of 44 /44
Modul 1 Filsafat, Filsafat Hukum, dan Ruang Lingkup Filsafat Hukum Khotibul Umam, S.H., LL.M. odul 1 merupakan langkah awal yang perlu Anda pahami dalam mempelajari mata kuliah Filsafat Hukum dan Etika Profesi. Pada Modul 1 ini, akan dibahas mengenai pengertian filsafat, filsafat hukum, dan ruang lingkup filsafat hukum. Pengertian dipaparkan secara etimologi, yakni melihat akar kata dan terminologi sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli dalam berbagai referensi yang tercantum dalam daftar pustaka modul ini. Anda perlu mengerjakan latihan soal dan tes formatif di masing-masing kegiatan belajar dengan saksama serta membaca referensi lain sehingga Anda akan mendapatkan pemahaman mengenai substansi Modul 1. Dengan demikian, tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus yang ada dalam Modul 1 ini akan tercapai dengan optimal. Secara umum, tujuan dari modul ini adalah memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang pengertian filsafat, filsafat hukum, dan ruang lingkup filsafat hukum dengan tepat. Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan dapat: 1. menjelaskan definisi atau pengertian filsafat dari berbagai perspektif, termasuk relasi antara filsafat dan agama, 2. menjelaskan lingkup kajian ilmu filsafat yang meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi, 3. menjelaskan pengertian hukum ditinjau dari berbagai segi, 4. menjelaskan pengertian filsafat hukum dan memberikan contoh pertanyaan-pertanyaan filsafat hukum, selain pertanyaan dogmatik hukum dan teori hukum, 5. menjelaskan letak filsafat hukum dalam konstelasi ilmu, 6. menjelaskan objek kajian filsafat hukum. M PENDAHULUAN

Embed Size (px)

Transcript of Filsafat, Filsafat Hukum, dan Ruang Lingkup Filsafat Hukum

MODUL 1Khotibul Umam, S.H., LL.M.
odul 1 merupakan langkah awal yang perlu Anda pahami dalam
mempelajari mata kuliah Filsafat Hukum dan Etika Profesi. Pada
Modul 1 ini, akan dibahas mengenai pengertian filsafat, filsafat hukum, dan
ruang lingkup filsafat hukum. Pengertian dipaparkan secara etimologi, yakni
melihat akar kata dan terminologi sebagaimana yang dikemukakan oleh para
ahli dalam berbagai referensi yang tercantum dalam daftar pustaka modul ini.
Anda perlu mengerjakan latihan soal dan tes formatif di masing-masing
kegiatan belajar dengan saksama serta membaca referensi lain sehingga Anda
akan mendapatkan pemahaman mengenai substansi Modul 1. Dengan
demikian, tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus yang
ada dalam Modul 1 ini akan tercapai dengan optimal.
Secara umum, tujuan dari modul ini adalah memberikan pengetahuan
dan pemahaman tentang pengertian filsafat, filsafat hukum, dan ruang
lingkup filsafat hukum dengan tepat.
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan dapat:
1. menjelaskan definisi atau pengertian filsafat dari berbagai perspektif,
termasuk relasi antara filsafat dan agama,
2. menjelaskan lingkup kajian ilmu filsafat yang meliputi ontologi,
epistemologi, dan aksiologi,
pertanyaan-pertanyaan filsafat hukum, selain pertanyaan dogmatik
hukum dan teori hukum,
6. menjelaskan objek kajian filsafat hukum.
M
PENDAHULUAN
Kegiatan Belajar 1
njlimet. Mahasiswa filsafat tidak ubahnya dianggap sebagai pemikir
yang berlebihan, bahkan sering kebablasan, atau kadang-kadang orang
melihatnya sebagai orang gila. Apakah yang demikian benar adanya?
Untuk mengklarifikasi pemahaman awam terhadap filsafat, pokok
bahasan kali ini akan memaparkan berbagai hal mengenai filsafat dan ruang
lingkup kajian filsafat. Anda selaku pembaca, jangan terlalu serius dan
jangan bingung. Bacalah dengan pikiran terbuka dan penghayatan. Selamat
membaca.
dahulu Anda tidak mengetahui pengertian atau definisi dari disiplin tersebut.
Oleh karena itu, terlebih dahulu Anda harus mengetahui apa itu filsafat,
karakteristik filsafat, dan hal-hal yang dibicarakan dalam filsafat. Untuk
mendefinisikan sesuatu kadang tidak mudah karena sangat tergantung dari
sisi mana Anda melihatnya. Ibarat beberapa orang buta yang diminta
memegang gajah. Beragam definisi pun akan muncul, seperti gajah adalah
sebuah makhluk hidup yang panjang karena memegang belalainya; gajah
adalah sebuah benda yang runcing dan tajam karena yang bersangkutan
memegang gadingnya, dan seterusnya.
Kalau kita telisik pengertian filsafat secara etimologi (akar kata), kata
filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia. Philos artinya pecinta dan
sophia artinya kebijaksanaan. Dengan kata lain, secara mudah, Anda akan
mengatakan bahwa filsafat merujuk pada makna cinta kebijaksanaan, cinta
ilmu, atau cinta akan hikmah.
Secara terminologi, ada yang memberikan makna bahwa filsafat
bermakna kegiatan berpikir secara radikal. Radikal berasal dari kata radix
yang artinya akar. Berpikir radikal artinya berpikir sampai akar suatu
masalah, melewati batas-batas fisik yang ada, dan memasuki medan
pengembaraan di luar sesuatu yang fisik (Anshori, 2006: 2).
P
Terkait dengan filsafat ini, kita tidak akan memahami secara utuh
sebelum kita mengetahui ruang lingkup kajian dan persoalan-persoalan yang
ditanganinya. Di sisi lain, para filsuf mempunyai pandangan yang berbeda
mengenai arti, objek, metode, tujuan, dan nilai filsafat. Pendefinisian filsafat
tidak akan mudah dilakukan. Akan tetapi, melalui tulisan ini, kami akan
kemukakan arti-arti terpenting dari kata “filsafat” itu sebagai berikut.
1. Filsafat dalam Arti Cinta Kebijaksanaan (Hikmah)
Ini adalah arti dari kata filsafat itu sendiri. Ada pendapat yang
mengatakan bahwa Phytagoras, seorang filsuf Yunani Klasik, mengambil
kata “filsafat” dari dua kata berbahasa Yunani, yaitu philo dan sophia. Philo
berarti cinta, sedangkan sophia berarti bijaksana. Dengan demikian, secara
etimologi/lughowi, kata philoshopia berarti cinta kepada kebijaksanaan.
Orang-orang Yunani sebelum Phytagoras mengartikan kata shophia
sebagai kemahiran dan kecakapan dalam suatu pekerjaan, seperti
perdagangan dan pelayaran. Kemudian, maknanya berkembang dan
digunakan sebagai istilah untuk kecakapan di bidang syair dan musik. Selain
itu, juga bermakna memiliki ketajaman pikiran dan perilaku yang baik. Pada
akhirnya, makna sophia berkembang lagi dan digunakan untuk menyebut
jenis pengetahuan tertinggi, yakni pengetahuan yang bisa mengantarkan kita
untuk mengetahui kebenaran murni.
murni itu merupakan suatu pencapaian yang sulit dilakukan atau hanya
Tuhan yang mampu melakukannya, menurut Phytagoras yang pantas bagi
manusia adalah sekadar “pecinta kebijaksanaan”. Dia menegaskan,
“Cukuplah seorang menjadi mulia ketika ia menginginkan hikmah dan
berusaha untuk mencapainya.”
“filsafat” menjadi saksi dari kerendahan hati para filsuf yang tidak
mengklaim diri mereka sebagai orang yang mampu mengetahui segala-
galanya, melainkan sekadar sebagai para pencari dan pecinta kebijaksanaan
(hikmah) (Ismail dan Mutawali, 2003: 20).
Pencarian pengetahuan tentang kebenaran murni menuntut usaha yang
serius dan kerja yang terus-menerus. Oleh karena itu, filsafat terkait erat
dengan pengamatan dan pemikiran rasional. Dengan demikian, seorang filsuf
dalam istilah Plato adalah “orang yang sadar (terjaga) dan membuka
1.4 Filsafat Hukum dan Etika Profesi
pandangannya terhadap segala hal yang ada di alam eksistensi sambil
berusaha untuk memahaminya, sedangkan orang lain menghabiskan
hidupnya dalam keadaan tertidur (Ismail dan Mutawali, 2003: 20).”
2. Filsafat dalam Arti Umum
Dalam arti umum, filsafat digunakan untuk menyebut berbagai
pertanyaan yang muncul dalam pikiran manusia tentang berbagai kesulitan
yang dihadapinya serta berusaha untuk menemukan solusi yang tepat.
Misalnya, ketika kita menanyakan, “siapakah saya?”, “dari mana saya
berasal?”, “mengapa saya ada di sini?”, “bagaimana kedudukan manusia
dalam semesta alam ini?”, dan seterusnya.
Beginilah Aristoteles memahami filsafat ketika ia menyebutnya sebagai
sebuah nama dari ilmu dalam arti yang paling umum. Pemahaman filsafat
seperti ini selanjutnya berkembang dalam pemikiran Islam. Sejalan ini, Abu
Nashr al-Farabi mengatakan, “Tidak ada sesuatu pun di alam ini yang tidak
bisa dimasuki oleh filsafat.”
Filsafat dalam arti khusus memiliki persamaan dengan sebuah mazhab
atau aliran pemikiran tertentu. Arti seperti ini akan langsung tebersit dalam
pikiran kita ketika kata filsafat dirangkaikan dengan nama salah seorang
filsuf, misalnya filsafat Aristoteles atau filsafat Plato. Perangkaian kata
filsafat dengan nama seorang filsuf tertentu mengindikasikan bahwa setiap
filsuf dengan aktivitas filsafat yang dilakukannya bermaksud membangun
suatu bentuk penafsiran yang lengkap dan menyeluruh terhadap segala
sesuatu. Dalam Islam, dikenal dengan mazhab yang di kalangan suni saja
terdapat empat mazhab besar, yakni Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali. Di
kalangan syiah, juga terdapat berbagai mazhab besar, yang juga terdapat
perbedaan-perbedaan di antara mereka mengenai permasalahan yang secara
syariah adalah sama.
Seorang filsuf, dalam membangun filsafatnya, memulai dengan satu
prinsip yang diyakini kebenarannya. Misalnya, keyakinan terhadap prinsip
yang mengatakan bahwa asal usul wujud (being) adalah materi, akal, atau
kehidupan. Juga, keyakinan bahwa semua jenis pengetahuan merujuk pada
indra, akal, atau pada indra dan akal secara bersamaan. Dari prinsip yang
diyakininya itu, seorang filsuf kemudian menyusun kesimpulan-
kesimpulannya yang selanjutnya dijadikan sebagai preposisi bagi sebuah
HKUM4103/MODUL 1 1.5
bangunan (sistem) filsafat tersendiri. Melalui konstruksi filsafatnya itu, ia
akan menafsirkan segala segi alam wujud (being) berdasarkan prinsip yang
diyakini dan dipercayainya. Kemudian, seorang filsuf lain muncul dan tidak
tertarik dengan konstruksi filsafat tersebut. Lalu, ia pun membangun model
filsafat sendiri berdasarkan prinsip baru yang diyakininya. Begitulah para
filsuf membangun berbagai mazhab dan aliran filsafatnya masing-masing.
Maka itu, sejarah filsafat pada dasarnya hanyalah sejarah membangun
berbagai mazhab, menolaknya, dan kemudian membangun mazhab-mazhab
yang baru.
Dalam arti ini, filsafat berarti pengetahuan terhadap wujud (being) dalam
universalitasnya dan bukan partikularitasnya. Dalam mengkaji alam semesta,
ilmu-ilmu partikular atau khusus tidak hanya berhenti pada fenomena-
fenomena yang tampak, tetapi juga memiliki perhatian dan berusaha untuk
sampai pada hukum-hukum universal umum yang bisa diterapkan pada objek
kajian tadi. Akan tetapi, filsafat melakukan sesuatu yang lebih jauh dari itu.
Filsafat berusaha untuk menyatukan hal-hal yang ada secara keseluruhan
dalam sebuah bingkai rasional yang dapat menafsirkan berbagai fenomena
riil. Oleh karena itu, filsuf senantiasa mempertanyakan hal berikut. Apakah
alam ini materi atau jiwa atau percampuran antara keduanya? Apakah di
balik fenomena-fenomena alam yang berubah ini ada sesuatu yang tetap dan
tidak berubah? Apakah semua peristiwa yang terjadi di alam ini bersifat
kebetulan atau ia berjalan menurut sebuah sistem yang ajek? Berkaitan
dengan arti filsafat sebagai ilmu yang bersifat universal, Herbert Spencer
(filsuf Inggris, 1820—1903 M) pernah mengatakan bahwa ilmu adalah
pengetahuan yang menyatukan hal-hal yang ada (being) secara parsial
(partikular), sedangkan filsafat adalah pengetahuan yang menyatukannya
secara sempurna (universal).
senada juga diungkapkan oleh Zakaria Ibrahim bahwa tugas seorang filsuf
adalah memercayai apa yang diucapkan oleh zaman dan waktu, bukan yang
diucapkan oleh detik dan jam serta cenderung pada dimensi ada (being) dan
bukan pada berbagai objeknya (Zakaria Ibrahim, 1962: 12).
1.6 Filsafat Hukum dan Etika Profesi
5. Filsafat dalam Arti Hikmah Kehidupan
Filsafat dipahami sebagai orientasi yang mencerahkan kehidupan sesuai
dengan tuntutan akal. Filsuf bukanlah seseorang yang hidup dalam menara
gading dan mengasingkan diri dari kehidupan masyarakat, seperti yang
selama ini digambarkan oleh banyak orang. Bahkan, filsuf adalah pribadi
yang hidup menyatu dengan masyarakat dan berbagai persoalannya. Dialog
pemikiran dan diskusi filosofisnya merupakan sebuah proses berhadapan
dengan realitas yang memiliki ciri positivistis. Seorang filsuf dalam
menghadapi berbagai persoalan hidup tidak sekadar mengamati dan
memikirkannya untuk memahami dan menafsirkannya. Namun, juga
memanfaatkan pemahaman ini untuk sampai pada berbagai solusi yang dapat
menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut serta mengarahkan manusia
menuju suatu bentuk kehidupan yang lebih utama, baik untuk pribadi
maupun masyarakat.
dalam filsafat. Plato sejak masa Yunani telah menggambarkan sebuah model
“masyarakat manusia”, seperti yang dicita-citakannya. Dalam deskripsinya,
Plato berusaha untuk menghilangkan berbagai aib (cela) yang ada dalam
masyarakat, yaitu membuat suatu pola reformasi umum.
Filsafat juga terdapat dalam berbagai gerakan kebangkitan sosial dan
ilmiah serta memikul beban untuk mengarahkan kehidupan menjadi lebih
baik dan mulia. Di antara tokoh-tokoh filsafat kontemporer, ada yang
berusaha untuk menjadikan orientasi ini sebagai satu-satunya orientasi dalam
filsafat, misalnya Karl Marx yang mengusung filsafat materialisme. Marx
mengkritik habis filsafat klasik yang hanya menafsirkan alam dan
memandang bahwa hal tersebut tidak benar. Tugas filsafat adalah bekerja
untuk mengubah alam. Menurut Marx, dengan mengubah alam, manusia
akan mengubah dirinya dan akan membentuk suatu hukum baru yang
memudahkan jalannya sejarah.
yang sesungguhnya adalah seseorang yang berpikir untuk merealisasikan
suatu manfaat yang dicarinya.” Orientasi ini memberikan kesempatan kepada
sebagian pemikir untuk membicarakan filsafat politik berbagai negara dalam
hasil karya mereka.
dasarnya Anda selalu berfilsafat. Sebagai individu, sering kali kita terpaksa
menganalisis perbuatan-perbuatan kita, mengoreksi penilaian, dan
HKUM4103/MODUL 1 1.7
membatasi hubungan kita, baik dengan alam maupun orang lain. Sepanjang
kita memahami filsafat sebagai sebuah proses kritik, analisis, dan evaluasi
terhadap kehidupan, kehidupan kita sesungguhnya nyaris tidak pernah
terpisah dari filsafat.
Anda perbandingan antara filsafat dan agama, bagaimana hubungan antara
filsafat dan agama, serta harmonisasi antara filsafat dan agama. Penjelasan
mengenai hal tersebut sebagai berikut.
a. Filsafat dan agama
Di awal, saya menegaskan bahwa tidak pernah ada pertentangan antara
filsafat dan agama. Bahkan, pandangan sebagian filsuf, khususnya filsuf
muslim, bahwa berfilsafat dapat menopang dan meningkatkan keimanan. Di
sisi lain, keimanan atau ajaran agama apa pun tidak melarang seseorang
untuk berpikir produktif, kreatif, dan inovatif.
Banyak ayat dalam Alquran yang menantang manusia untuk selalu
berpikir produktif, kreatif, dan inovatif. Dapat saya contohkan, ada ayat
Alquran dalam surah Arrahman yang menjelaskan bahwa kamu sekalian
tidak akan dapat melintasi langit dan bumi, kecuali dengan kekuatan (ilmu);
ayat Alquran dalam surah Almujadilah yang menjanjikan derajat yang tinggi
bagi orang yang beriman dan memiliki ilmu pengetahuan; dan sebagainya.
Contoh dari kalangan filsuf Barat adalah Thomas Aquinas. Ia merupakan
filsuf yang inovatif sekaligus sebagai orang yang taat beragama. Begitu pula
para ulama. Mereka adalah pemikir muslim yang merepresentasikan integrasi
antara berfilsafat yang benar dan pemahaman keagamaan yang mantap,
misalnya Imam Ghazali.
Apa itu agama? Agama intinya adalah satu bentuk ketetapan Ilahi yang
mengarahkan mereka yang berakal dengan pilihan mereka sendiri terhadap
ketetapan Ilahi tersebut serta kepada kebaikan hidup dunia dan kebahagiaan
hidup di akhirat. Untuk lebih jelasnya, agama memiliki beberapa kriteria
sebagai berikut.
1) Agama adalah sebuah sistem yang datang dari langit (Tuhan).
2) Tujuan agama adalah mengarahkan dan membimbing akal manusia.
3) Dasar beragama adalah kebebasan pilihan.
4) Agama wahyu membawa kebaikan hidup di dunia dan akhirat.
1.8 Filsafat Hukum dan Etika Profesi
Lebih lanjut, kita perlu melihat dan mengetahui pokok-pokok keagamaan
yang benar. Pokok-pokok dimaksud dapat dirangkum sebagai berikut.
1) Kepercayaan terhadap satu Tuhan yang Mahakuasa dan Bijaksana,
terbebas dari kemiripan dengan makhluk, serta tidak berawal ataupun
berakhir dalam wujud-Nya.
2) Kepercayaan terhadap alam lain, yaitu di dalamnya terdapat makhluk-
makhluk jenis lain, seperti malaikat dan jin.
3) Kepercayaan terhadap pengutusan para rasul Tuhan untuk mengajarkan
manusia bagaimana cara menjalani hidup.
4) Kepercayaan terhadap adanya kehidupan lain setelah kehidupan dunia
ini, yaitu kita akan dimintai perhitungan dan diberi balasan sesuai
dengan amal perbuatan kita. Jika baik dibalas baik dan jika buruk dibalas
buruk.
Filsafat Yunani terpisah dari agama Yunani yang penuh khurafat dan
mitos. Di Yunani bersifat unik karena masyarakatnya merupakan penganut
paham politheisme secara teologis, sedangkan para filsuf justru membela
paham monotheisme.
menganggapnya sebagai medan berpikir untuk akal sambil tetap berpegang
pada kitab suci Taurat beserta ajaran-ajaran yang terdapat di dalamnya. Oleh
karena itu, bangsa Yahudi berusaha membungkus keyakinan agama mereka
dengan pola filsafat. Mereka berpendapat bahwa tujuan filsafat adalah
berbakti kepada hidup beragama.
untuk mengharmonisasikan antara akal dan apa yang dibawa oleh agama.
Bahkan, para ahli teologi di Barat dan ahli kalam di dunia Islam telah
menjadikan filsafat sebagai “tameng” pertahanan akidah dengan segala
argumentasi rasionalnya.
pernah begitu bengis memusuhi filsafat, misalnya yang terjadi pada masa
kebangkitan Eropa (Renaissance) dan pada masa Islam, yakni adanya suatu
golongan yang fanatik menentang kebebasan berpikir. Pada saat itu, mereka
ingin membelenggu pemikiran manusia sambil menjadikan diri mereka
sebagai “panglima” bagi akal (pemikiran). Dengan begitu, sesungguhnya
HKUM4103/MODUL 1 1.9
mereka telah mengotori agama dan ajaran luhurnya. Mereka juga telah
mengkhianati filsafat dan ilmu pengetahuan. Di sini, terlihat bahwa
pertentangan yang ada bukan antara filsafat dan agama, tetapi antara filsafat
dan para pemuka agama yang fanatik.
c. Harmonisasi filsafat dengan agama di kalangan filsuf muslim
Ciri paling khusus dari filsafat Islam, secara keseluruhan, merupakan
usaha yang diarahkan untuk mengompromikan antara filsafat dan agama.
Para filsuf muslim hidup di lingkungan masyarakat Islam dan terpengaruh
oleh suasana yang berkembang pada saat itu sehingga tentu saja mereka
berusaha sekuat tenaga untuk mengompromikan antara akidah mereka dan
kajian-kajian filsafatnya. Hal ini dengan jelas dapat ditemukan pada Ibnu
Sina dan al-Farabi.
pemikiran Aristoteles. Namun demikian, mereka menemukan banyak
ketidakcocokan antara pemikiran tersebut dan pokok-pokok akidah Islam.
Oleh karena itu, mereka berusaha keras untuk memberikan corak keagamaan
pada Filsafat Yunani sekaligus memberi “bungkus” filosofis dalam
penjelasan tentang agama.
B. KAJIAN-KAJIAN FILSAFAT
Pada bagian awal pembahasan, Anda telah memperoleh gambaran
mengenai apa itu filsafat dan hubungan filsafat dengan agama. Kini, tiba
waktunya Anda mempelajari objek kajian filsafat. Mengapa Anda perlu
mempelajari hal ini? Tidak lain agar Anda memperoleh pemahaman yang
lebih utuh mengenai filsafat. Dalam hal ini, perlu saya kemukakan dua
kelompok besar filsuf.
dalam kelompok ini adalah filsafat positivisme yang berpandangan bahwa
ilmu pengetahuan dengan segala cabangnya telah mencakup seluruh objek
sehingga tidak menyisakan ruang sedikit pun bagi filsafat untuk
mengeksplorasi lebih jauh. Kelompok ini berpandangan bahwa tidak ada
lapangan untuk berfilsafat, kecuali mengkaji hukum-hukum ilmiah yang
mengantarkan cabang-cabang ilmu menjadi sebuah kajian yang lengkap atau
dengan menganggapnya tunduk pada satu metode dan mencakup bidang-
bidang yang berbeda dari studi umum. Dalam pandangan positivisme logis,
1.10 Filsafat Hukum dan Etika Profesi
filsafat adalah metode atau cara untuk menganalisis kata-kata dengan suatu
analisis logika. Positivisme logis menggunakan silogisme untuk menemukan
jawaban atas permasalahan-permasalahan, yakni berangkat dari premis
mayor dan premis minor, kemudian memberikan kesimpulan (conclusion).
Kelompok kedua, mereka memperluas wilayah filsafat sampai mencakup
semua objek pengetahuan manusia sehingga setiap lapangan pengetahuan
mempunyai filsafatnya sendiri. Filsafat berkisar pada ide-ide umum.
Kelompok ini berpendapat bahwa setiap problem ilmu pengetahuan
mempunyai sisi rasional yang menjadi perhatian filsafat serta sisi
persepsional yang merupakan objek bahasan ilmu-ilmu khusus. Kajian
politik, sejarah, kebudayaan manusia, agama, seni, bahasa, dan hukum dapat
dilihat dari perspektif filsafat. Hal ini sejalan dengan ungkapan al-Farabi
yang menyatakan, “Tidak ada entitas apa pun di alam semesta ini, kecuali
filsafat mempunyai pintu masuk ke dalamnya.”
Setelah mengetahui dua kelompok besar dalam filsafat, kini tiba
waktunya secara lebih spesifik kita membicarakan klasifikasi kajian filsafat.
Dalam hal ini, kita akan membatasi pada pembahasan dan aliran-aliran
filsafat pada tiga bidang, yakni (1) studi tentang being (ontologi); (2) studi
tentang pengetahuan (epistemologi); dan (3) studi tentang nilai (aksiologi).
Sebelum kita memulai kajian tersebut secara teperinci, ada dua hal yang
perlu Anda perhatikan. (1) Anda mungkin sering menemukan kata metafisika
(sesuatu di luar fisik) dalam buku-buku filsafat. Sebagian filsuf membatasi
arti kata tersebut dalam persoalan ontologi, sedangkan sebagian yang lain
membatasi dalam persoalan epistemologi. Hal ini terjadi karena filsafat
modern memasukkan persoalan being (ontologi) dalam persoalan
pengetahuan (epistemologi). Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa
“sesuatu di luar alam” (metafisika) itu mencakup persoalan ontologi dan
epistemologi secara bersamaan karena manusia selalu berusaha untuk
mempelajari dunia luar. Namun, setelah selesai, manusia pun mulai
memperhatikan dirinya sendiri dan berusaha untuk menyingkap rahasia dan
kemampuan pengetahuannya. (2) Terdapat satu kelompok yang memperluas
lapangan filsafat, dalam artian tidak membatasi pada tiga lapangan yang
disebutkan di atas. Namun, mereka menyertakan ilmu-ilmu lain sebagai
berikut.
konsep Tuhan, wahyu, maksiat, ibadah, dan lain-lain.
HKUM4103/MODUL 1 1.11
metode para sejarawan serta menganalisis sumber-sumber sejarah.
3. Filsafat politik mengkaji karakter suatu pemerintahan, hubungan antara
individu dan negara, asal usul masyarakat, sumber-sumber hak individu,
dan lain-lain.
termasuk mengkaji konsep-konsep perbuatan, niat, kehendak, kebebasan,
dan keadilan. Filsafat ini berusaha membuat satu teori umum berkaitan
dengan karakteristik hukum.
Baiklah, berikutnya kita akan fokus pada tiga bidang, yakni ontologi,
epistemologi, dan aksiologi. Penjelasannya dapat Anda baca di bawah ini.
1. Ontologi atau Hakikat Keberadaan
Apa yang dimaksud dengan ontologi? Mengapa kajian ontologi begitu
penting? Kajian ini merupakan kajian filsafat paling awal dan paling besar
secara keseluruhan. Namun demikian, kajian ontologi telah mendapatkan
serangan keras bukan hanya dari tokoh agama, melainkan oleh sebagian
filsuf sendiri. Meski demikian, ia masih tetap eksis karena adanya kebutuhan
manusia terhadapnya. Ilmu pengetahuan hanya mampu menyediakan
sejumlah proposisi dan hukum yang berkaitan dengan fenomena-fenomena
dan tidak bisa memberikan sebuah penafsiran yang komprehensif tentang
alam. Ilmu pengetahuan seperti kita ketahui hanya membahas peristiwa dan
fenomena yang dapat ditangkap pancaindra. Ada banyak hal yang lebih
dalam daripada itu yang tidak bisa dikajinya. Misalnya, tentang “prinsip
pertama” dan “sebab pertama” dari segala sesuatu.
Dalam ontologi ini, terdapat dua bagian penting, yakni (1) metafisika
umum dan (2) metafisika khusus. Persoalan metafisika umum antara lain
sebagai berikut.
a. Apa yang dimaksud dengan ada, keberadaan, atau eksistensi itu?
b. Bagaimana penggolongan dari yang ada, keberadaan, atau eksistensi?
c. Apa sifat dasar, kenyataan, atau keberadaan?
Sementara itu, metafisika khusus mempersoalkan hakikat yang ada pada
tiga bagian penting berikut.
a. Kosmologi mempersoalkan hakikat alam semesta, termasuk segala
isinya, kecuali manusia. Persoalan-persoalan kosmologi (alam) bertalian
dengan hal-hal berikut.
2) Jenis keteraturan apa yang ada di alam?
3) Apa hakikat hubungan sebab akibat?
4) Apakah ruang dan waktu itu?
b. Antropologi, yakni bidang ilmu yang mempersoalkan hakikat manusia.
Persoalan yang ada antara lain menyangkut hal-hal berikut.
1) Bagaimana terjadinya hubungan badan dan jiwa?
2) Apa yang dimaksud dengan kesadaran?
3) Manusia sebagai makhluk bebas atau tidak bebas?
c. Teologi, yaitu bidang yang mempersoalkan hakikat Tuhan. Ini
merupakan konsekuensi terakhir dari seluruh pandangan filsafat. Tema-
tema yang dibicarakan berkisar pada kesucian, kebenaran, keadilan, dan
sifat-sifat Tuhan.
Ontologi dan ilmu-ilmu lain didasarkan pada asumsi bahwa dengan
kemampuannya, manusia dapat mengetahui hakikat segala sesuatu dan
mengetahui berbagai karakter terkait hal-hal eksistensial. Hal ini kemudian
mendorong munculnya pertanyaan dan perdebatan dari para filsuf yang tidak
mau menerima sebuah konsep, pendapat, atau hakikat, kecuali setelah
mengadakan kajian dan klarifikasi. Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan
objek kajian epistemologi (teori pengetahuan).
Beberapa pertanyaan yang diajukan dalam filsafat tentang teori
pengetahuan sebagai berikut.
meyakini keabsahan dan kebenaran pengetahuan-pengetahuannya?
Apakah kemampuan pengetahuannya masih memiliki celah keraguan?
Jika pengetahuan itu bersifat probable, seberapa jauh batas
kapasitasnya? Apakah ia merupakan pengetahuan yang bersifat
probabilitas atau meyakinkan?
b. Apakah pengetahuan itu muncul dari dalam atau dari luar? Dengan cara
apa kita bisa mendapatkan pengetahuan? Dengan akal (rasionalis) atau
dengan indra (empiris)? Dengan kedua-duanya secara bersamaan?
Dengan intuisi yang merupakan jenis pencapaian langsung? Apakah
HKUM4103/MODUL 1 1.13
mengetahui Tuhan dan sifat wajib yang melekat pada diri-Nya?
3. Aksiologi atau Nilai-nilai
sebagai berikut.
a. Logika, yakni suatu disiplin filsafat yang membahas nilai kebenaran
yang membantu kita untuk berkomitmen pada kebenaran dan menjauhi
kesalahan serta menerangkan bagaimana seharusnya berpikir secara
benar itu.
b. Etika, yakni disiplin filsafat yang membahas nilai kebaikan dan berusaha
membantu kita dalam mengarahkan perilaku. Ia mengarahkan kita
kepada apa yang seharusnya dilakukan, membatasi makna kebaikan,
keburukan, kewajiban, perasaan, serta tanggung jawab moral.
c. Estetika, yakni disiplin filsafat yang membahas nilai keindahan dan
berusaha membantu kita dalam meningkatkan rasa keindahan dan
membatasi tingkatan-tingkatan yang menjadi standar dari sesuatu yang
indah.
hal berikut.
b. Apa syarat-syarat perbuatan dikatakan baik secara moral?
c. Bagaimana hubungan antara kebebasan dan perbuatan susila?
d. Apa yang dimaksud kesadaran moral?
e. Bagaimana peran suara hati dalam setiap perbuatan manusia?
f. Apakah keindahan itu?
i. Apa peranan keindahan dalam kehidupan manusia?
j. Bagaimana hubungan keindahan dengan kebenaran?
1.14 Filsafat Hukum dan Etika Profesi
1) Apa yang dimaksud dengan filsafat? Bagaimana pula relasi antara
filsafat dan agama?
Petunjuk Jawaban Latihan
1) Untuk mengetahui pengertian filsafat, Anda dapat melihatnya dari dua
hal. Pertama adalah secara etimologi atau akar kata dan kedua secara
terminologi. Secara etimologi atau akar kata, filsafat berasal dari bahasa
Yunani, yaitu philosophia. Philosophia berasal dari kata philos artinya
cinta dan sophia artinya kebijaksanaan. Kalau Anda rangkai, philosophia
berarti cinta kebijaksanaan atau cinta ilmu pengetahuan. Kemudian,
secara terminologi, Anda dapat melihatnya dari berbagai perspektif,
antara lain dari perspektif umum, perspektif khusus, dan perspektif
universal. Perspektif umum menegaskan bahwa filsafat digunakan untuk
menyebut berbagai pertanyaan yang muncul dalam pikiran manusia
tentang berbagai kesulitan yang dihadapinya serta berusaha untuk
menemukan solusi yang tepat. Sementara itu, dari perspektif khusus,
filsafat memiliki persamaan dengan sebuah mazhab atau aliran
pemikiran tertentu. Dari perspektif universal, filsafat berarti pengetahuan
terhadap wujud (being) dalam universalitasnya dan bukan
partikularitasnya.
Pertama, filsafat sejalan dengan ajaran agama yang berarti bahwa tidak
ada konflik di dalamnya, bahkan agama sendiri menganjurkan setiap
pemeluknya untuk dapat berpikir kreatif dan inovatif. Kedua, filsafat
bertentangan dengan agama. Pendapat ini berpegang bahwa sumber dari
Tuhan adalah kebenaran mutlak, tidak ada otoritas manusia untuk
memikirkan lebih lanjut. Kedua pandangan dimaksud masih dapat Anda
temukan dalam kehidupan dewasa ini.
2) Ruang lingkup kajian filsafat secara umum dibedakan menjadi tiga hal.
Pertama, ontologi sebagai kajian filsafat yang konsep dalam mencari
LATIHAN
kerjakanlah latihan berikut!
HKUM4103/MODUL 1 1.15
epistemologi sebagai kajian yang fokus terhadap metode pencarian suatu
kebenaran atau ada yang mengatakan sebagai filsafat ilmu. Misalnya,
pertanyaan mengapa hakim memutus demikian, apa yang digunakan
hakim dalam menilai suatu fakta hukum, dan sebagainya. Ketiga,
aksiologi sebagai kajian filsafat yang fokus pada nilai-nilai, seperti nilai
kebenaran, nilai kebaikan, nilai keindahan, dan sebagainya.
Pada Kegiatan Belajar 1 ini telah disampaikan mengenai beberapa
hal terkait dengan filsafat secara panjang lebar. Beberapa poin penting
dapat saya sampaikan dalam rangkuman ini kepada Anda agar lebih
memudahkan dalam memahami lebih lanjut filsafat dan ruang lingkup
kajiannya. Ini juga dapat menjadi bahan perenungan bagi Anda untuk
kemudian harapannya bisa mengembangkan pemikiran Anda terhadap
filsafat.
Pertanyaan terhadap fenomena dimaksud tidak berhenti pada bagaimana
dan mengapa, tetapi menelisik lebih dalam di balik bagaimana dan
mengapa itu. Sebagai contoh, kalau dalam ilmu pada umumnya
menanyakan mengapa manusia perlu menuntut ilmu, pertanyaan filsafat
antara lain mengapa ilmu itu penting, bagaimana pandangan agama
terhadap ilmu pengetahuan, bagaimana etika dalam menuntut ilmu, dan
seterusnya.
aksiologi. Ada juga yang menambahkan etika. Namun demikian, ada ahli
yang memasukkan bahwa etika tercakup dalam aksiologi. Ontologi
mengkaji hakikat keberadaan; epistemologi mengkaji metode dalam
menemukan suatu kebenaran/ilmu; aksilogi mengkaji nilai-nilai, seperti
baik buruk, nilai keindahan, nilai kemanusiaan, dan sebagainya.
RANGKUMAN
1) Kata filsafat berasal dari philosophia. Kata dimaksud berasal dari
bahasa ....
A. Latin
B. Yunani
C. Inggris
D. Belanda
2) Arti harfiah filsafat adalah cinta akan kebijaksanaan. Arti ini pertama
kali dikemukakan oleh seorang filsuf Yunani, yaitu ....
A. Aristoteles
B. Plato
C. Socrates
D. Phytagoras
3) Filsafat juga berasal dari kata falsafah. Falsafah merupakan kata yang
berasal dari bahasa ....
sebagainya. Hal ini menunjukkan arti filsafat secara ....
A. umum
B. khusus
C. universal
D. sempit
5) Tuhan dalam sebuah firmannya menjanjikan akan memberikan derajat
yang tinggi bagi siapa saja yang mempunyai ilmu pengetahuan. Hal ini
menunjukkan ....
D. jangan belajar filsafat karena akan membingungkan setiap pemeluk
agama
HKUM4103/MODUL 1 1.17
6) Berikut ini adalah filsuf yang berpandangan bahwa filsafat sejalan
dengan agama, kecuali ....
D. Rene Descartes
7) Hukum ada karena conflict of human interest. Hal ini merupakan
jawaban filsafat dari aspek ....
A. logika
B. etika
C. estetika
D. falsifikasi
9) Pencarian nilai kebenaran atau metode suatu ilmu pengetahuan dipelajari
dalam filsafat melalui kajian ....
A. ontologi
B. epistemologi
C. aksiologi
D. metafisika
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar
100% Jumlah Soal
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
kini tiba saatnya Anda perlu memahami pengertian hukum dan filsafat
hukum. Filsafat hukum bukanlah cabang dari ilmu hukum, melainkan cabang
dari ilmu filsafat yang hendak menelaah hukum dengan pendekatan filsafati,
yakni dengan melihat dari sisi ontologi, epistemologi, dan aksiologi dari
hukum.
bahwa untuk menciptakan suatu kehidupan yang harmonis, ada seperangkat
kaidah atau norma yang perlu kita taati. Ingatkah pelajaran pendidikan moral
Pancasila (PMP) atau pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan (PPKn)
pada waktu Anda berada di SD, SMP, atau SMA? Ada empat kaidah atau
norma yang ada di masyarakat, yakni norma agama, norma kesusilaan, norma
kesopanan, dan norma hukum.
kepada Tuhannya. Tuhan telah menegaskan bahwa tidaklah Aku
menciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku (Lihat QS
Adzdzuriyat: 56). Ibadah dalam arti melaksanakan segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya. Manusia yang lalai akan mendapatkan sanksi
di akhirat kelak.
Berikutnya adalah norma kesusilaan. Norma kesusilaan bertitik tolak
dari hati nurani setiap manusia. Setiap manusia secara fitrahnya harus berbuat
baik terhadap sesama, menghormati kedua orang tua, dan menghormati
sesama. Pelanggaran terhadap norma ini akan menyebabkan Anda menjadi
cemas, tidak nyaman, merasa bersalah, dan sebagainya. Dengan demikian,
sanksi berasal dari diri sendiri.
Norma yang sudah memperhatikan aspek eksternal, yakni norma
kesopanan. Pelanggaran terhadap norma ini akan membuat Anda dikucilkan
dalam pergaulan hidup di masyarakat. Contoh yang dapat diberikan,
misalnya Anda tidak datang ke tetangga yang mengalami musibah tanpa
alasan yang jelas atau Anda tidak datang pada saat ada kerja bakti di
S
kampung. Hal ini, kalau Anda lakukan berulang-ulang, Anda akan
dikucilkan. Ketika Anda mengalami hal yang sama, tetangga Anda pun akan
cuek.
sanksi yang relatif tegas adalah norma hukum. Pelanggaran terhadap norma
ini akan mendatangkan sanksi yang berlakunya dapat dipaksakan oleh
kekuasaan negara, yakni melalui lembaga-lembaga penegak hukum, baik
polisi, jaksa, maupun hakim.
Pertanyaan yang muncul berikutnya adalah apa itu hukum dan apa saja
yang dikategorikan sebagai hukum. Mengenai hal ini, akan dijelaskan secara
ringkas dalam pokok bahasan ini.
Peraturan hukum hanya merupakan lambang-lambang yang dipakai
untuk menyampaikan norma-norma hukum. Menurut Zevenbergen,
sebagaimana dikutip oleh Satjipto Rahardjo, norma hukum mengandung dua
hal berikut.
2. Patokan tingkah laku, yaitu berdasarkan suatu penilaian tertentu,
dibuatlah petunjuk-petunjuk tentang tingkah laku atau perbuatan-
perbuatan mana yang harus dijalankan dan yang harus ditinggalkan
(Satjipto Rahardjo, 2000: 30).
sebagai patokan yang membuat penilaian mengenai perbuatan tertentu
menurut hukum. Di lain pihak, hal tersebut merupakan patokan, ukuran, atau
pedoman untuk berperilaku atau bersikap dalam hidup menurut peraturan
hukum.
mengemukakan bahwa terdapat tiga nilai dasar yang harus direalisasi dalam
hukum, yaitu nilai kesamaan, kebebasan, dan solidaritas. Penjelasannya
sebagai berikut.
apabila hukum dapat menjamin nilai kesamaan. Penyelesaian konflik dalam
masyarakat modern tidak lagi didasarkan pada siapa yang kuat dan siapa
yang lemah, melainkan didasarkan pada kriteria objektif yang berlaku bagi
HKUM4103/MODUL 1 1.21
pihak kuat dan pihak yang lemah. Hal ini menunjukkan bahwa setiap pihak
dipandang sama di hadapan hukum. Hukum berlaku umum dan tidak
mengenal diskriminasi. Apa yang Anda sering dengar dengan equality before
the law berpijak pada nilai kesamaan ini (Suseno, 1999: 115).
2. Nilai Kebebasan
Inti dari kebebasan ialah setiap orang atau kelompok orang berhak untuk
mengurus dirinya sendiri lepas dari dominasi pihak lain. Kebebasan tidak
berarti orang dapat hidup sesuka hati. Secara hakiki, manusia itu adalah
individu yang bersifat sosial. Maksudnya, ia hidup dalam suatu jaringan
dengan manusia lain. Dengan demikian, ia harus memperhatikan serta
tergantung pada orang lain (interdependent). Pendeknya, kebebasan
seseorang dibatasi dengan kebebasan orang lain.
Nilai kebebasan yang harus direalisasikan oleh hukum ini
mengakibatkan adanya pembatasan terhadap tugas-tugas negara, yaitu
menyelenggarakan kesejahteraan umum sehingga dalam melaksanakan tugas
dimaksud tidak melanggar nilai kebebasan. Kesejahteraan umum adalah
syarat-syarat atau kondisi-kondisi yang perlu disediakan oleh negara untuk
masyarakat sehingga individu-individu, keluarga-keluarga, dan kelompok-
kelompok dapat memanfaatkannya untuk mencapai kesejahteraan masing-
masing.
mengatakan bahwa manusia adalah zoon politicon yang secara hakiki hidup
bersama. Adanya kondisi ini memerlukan tatanan hukum untuk mengatur
hubungan sesama manusia. Pembatasan kebebasan dilakukan dalam rangka
memberikan ruang gerak kepada pihak lain sekaligus merupakan pengakuan
institusional terhadap solidaritas sesama manusia. Dalam revolusi Prancis ini
dikenal dengan semboyan fraternite artinya persahabatan.
Pengakuan terhadap solidaritas atau kesetiakawanan ini mengharuskan
tatanan hukum untuk menunjang sikap sesama anggota masyarakat sebagai
senasib dan sepenanggungan. Oleh karena itu, tatanan hukum mewajibkan
kita untuk bertanggung jawab atas kita semua, tidak boleh ada di antaranya
dibiarkan menderita, apalagi dikorbankan demi kepentingan orang lain.
1.22 Filsafat Hukum dan Etika Profesi
B. PENGERTIAN FILSAFAT HUKUM
ini adalah pendekatan filsafati. Yang dikenal dengan filsafat intinya
merupakan usaha untuk memahami atau mengerti dunia dalam hal makna dan
nilai-nilainya. Bidang filsafat sangat luas dan mencakup secara keseluruhan,
sejauh dapat dijangkau oleh pikiran manusia. Filsafat berusaha untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang asal mula dan sifat dasar alam
semesta tempat manusia hidup serta apa yang merupakan tujuan hidupnya.
Tujuan dari filsafat tidak lain adalah pemahaman (understanding) dan
kebijaksanaan (wisdom) (Ali Mudhofir, 2011: 17).
Adapun definisi filsafat itu sendiri belum ada suatu kesepakatan yang
dapat diterima secara memuaskan oleh semua pihak. Gerat Beekman,
sebagaimana dikutip Darmodiharjo dan Shidarta, menyatakan bahwa
pertanyaan tentang apakah filsafat itu sama tuanya dengan filsafat itu sendiri
(Darji Darmodiharjo dan Shidarta, 2004: 6). Namun, untuk menghindari
perdebatan panjang yang belum tentu usai, penulis mengemukakan
pengertian filsafat untuk definisi kerja semata serta sebagai pengetahuan dan
penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat yang ada, sebab, asal
muasal, dan hukumnya.
Filsafat atau juga ilmu filsafat, sebagaimana dikemukakan di awal
tulisan ini, mempunyai beberapa cabang ilmu utama. Cabang ilmu utama dari
filsafat adalah ontologi, epistemologi, aksiologi, dan moral (etika). Ontologi
(metafisika) membahas hakikat mendasar atas keberadaan sesuatu.
Epistemologi membahas pengetahuan yang diperoleh manusia, misalnya
mengenai asal (sumber) dari mana sajakah pengetahuan itu diperoleh
manusia, apakah ukuran kebenaran pengetahuan yang telah diperoleh
manusia itu, dan bagaimanakah susunan pengetahuan yang sudah diperoleh
manusia. Ilmu tentang nilai atau aksiologi adalah bagian dari filsafat yang
khusus membahas hakikat nilai yang berkaitan dengan sesuatu. Kemudian,
filsafat moral membahas nilai yang berkaitan dengan tingkah laku manusia.
Nilai di sini mencakup baik dan buruk serta benar dan salah.
Dalam penulisan ini, filsafat berfungsi sebagai metode atau sebagai cara
berpikir secara reflektif (mendalam), penyelidikan yang menggunakan
alasan, berpikir secara hati-hati, dan teliti. Filsafat berusaha untuk
memikirkan seluruh pengalaman manusia secara mendalam dan jelas.
Metode berpikir semacam ini bersifat inclusive (mencakup secara luas) dan
HKUM4103/MODUL 1 1.23
synoptic (secara garis besar). Oleh karena itu, berbeda dengan metode
pemikiran yang dilakukan oleh ilmu-ilmu khusus.
Hal ini dilakukan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan abadi
(perennial problems). Pertanyaan abadi ini adalah pertanyaan yang dapat
dijawab secara logika. Namun, pertanyaan ini tidak (pernah) menemukan
jawabannya secara memuaskan meskipun setiap filsuf memiliki wewenang
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan mengajukan argumentasi
yang logis dan rasional (Ibid, 19-20).
Filsafat sebagai cara berpikir berarti melakukan perenungan yang sangat
mendalam hingga mencapai hakikat, berpikir secara global/menyeluruh, atau
berpikir dengan melihat berbagai sudut pandang pemikiran atau sudut
pandang ilmu pengetahuan. Berpikir yang demikian sebagai upaya untuk
dapat berpikir secara tepat dan benar serta dapat dipertanggungjawabkan.
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam berpikir filosofis sebagai berikut.
1. Sistematis
berkaitan satu dengan yang lain secara teratur dalam suatu keseluruhan.
2. Konsepsional
melekat pada akal pikiran yang berada dalam intelektual. Gambaran tersebut
mempunyai bentuk tangkapan sesuai dengan riilnya sehingga maksud dari
‘konsepsional’ tersebut sebagai upaya menyusun suatu bagan yang
terkonsepsi (jelas). Berpikir secara filsafat sebenarnya berpikir tentang hal
dan prosesnya.
3. Koheren
uraian-uraian yang bertentangan satu sama lain. Koheren atau runtut di
dalamnya memuat suatu kebenaran logis. Sebaliknya, apabila suatu uraian
yang di dalamnya tidak memuat kebenaran logis, uraian tersebut dikatakan
sebagai uraian yang tidak koheren/runtut.
1.24 Filsafat Hukum dan Etika Profesi
4. Rasional
Artinya, pemikiran filsafat harus diuraikan dalam bentuk yang logis, yaitu
suatu bentuk kebenaran yang mempunyai kaidah-kaidah berpikir (logika).
5. Sinoptik
menyeluruh dalam kebersamaan secara integral.
6. Mengarah pada Pandangan Dunia (World View)
Maksudnya adalah pemikiran filsafat sebagai upaya untuk memahami
semua realitas kehidupan dengan jalan menyusun suatu pandangan (hidup)
dunia, termasuk menerangkan dunia dan semua hal yang berada di dalamnya
(Ibid, 2007: 5—7).
Perlu ditambahkan, selain dari enam hal tersebut, filsafat sebagai ikhtisar
membentangkan cara pandang. Artinya, harus dimulai dengan pengakuan
akan kebebalan. Hal ini sebagaimana dikemukakan Socrates, “Saya tahu
bahwa saya tidak tahu apa-apa.” Lewat kesadaran inilah kemudian berusaha
untuk memahami kata-kata serta mendalami kembali peristiwa dan
kebiasaan-kebiasaan yang telah dianggap lazim (dalam hal ini konstelasi
hukum). Pengakuan akan kebebalan secara otomatis akan menggiring pada
kesadaran cinta pada kearifan dan kebenaran.
Demikianlah filsafat menjadi sandaran atas suatu kesimpulan yang benar
pada suatu tempat dan waktu tertentu, tetapi berubah dalam tempat dan waktu
serta sudut pandang yang lain. Apa yang menjadi jawaban dari filsafat
tidaklah pernah abadi. Karena itulah, filsafat tidak pernah selesai dan tidak
pernah sampai pada akhir sebuah masalah. Masalah-masalah filsafat tidak
pernah dapat selesai, justru karena ia bersifat filsafat (Darji Darmodiharjo
dan Shidarta, 2004: 3). Pemikiran-pemikiran baru akan selalu muncul dan
berkembang dan tidak pernah usai sebagai hasil daya kreativitas akal budi
manusia.
Perlu diketahui bahwa terhadap metode berpikir filsafat ini, di kalangan
ulama Islam terdapat ikhtilaf. Ulama yang berkeberatan terhadap filsafat
(golongan salaf) mengemukakan bahwa adanya pemikiran filsafat
dianggapnya sebagai bid’ah dan menyesatkan. Alquran tidak untuk
diperdebatkan, dipikirkan, dan ditakwilkan menurut akal pikir manusia, tetapi
Alquran untuk diamalkan sehingga dapat dijadikan tuntunan hidup di dunia
HKUM4103/MODUL 1 1.25
dengan penjelasan yang dapat diterima oleh akal pikir manusia. Dalam
Alquran, terdapat ayat-ayat yang menekankan pentingnya manusia untuk
berpikir tentang dirinya sendiri tentang alam semesta untuk mengimani
Tuhan Sang Pencipta (Ibid, 97—98).
Yang termasuk pertanyaan abadi dalam konteks hukum adalah persoalan
keadilan. Keadilan ini menemukan perdebatannya karena keadilan memiliki
sifat relatif dan individual. Apa yang dianggap adil dalam persepsi manusia
yang satu sering kali dianggap tidak adil oleh persepsi manusia yang lain.
Pendekatan filsafati ini digunakan untuk mencoba memberikan pemahaman
keadilan yang beragam, tetapi memiliki inti yang satu dalam permasalahan.
Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar kata filsafat? Sifat apa yang
melekat pada filsafat? Bagaimana pula dengan filsafat hukum? Pada
hakikatnya, sifat filsafat dan filsafat hukum berada dalam satu keutuhan
sebagai berikut.
Bersifat universal, yakni berpikir tentang hal-hal serta proses-proses
yang bersifat umum. Itu artinya yang tebersit dalam pikiran kita menyangkut
pengalaman-pengalaman manusia yang bersifat umum. Dengan
pendekatannya yang radikal, kajian filsafat berusaha untuk sampai pada
kesimpulan yang universal. Dengan demikian, yang menjadi persoalan
kefilsafatan tidak bersangkutan dengan objek-objek khusus. Anda juga bisa
menyebutkan bahwa masalah kefilsafatan sangat terkait juga dengan ide-ide
besar. Misalnya, filsafat tidak menanyakan berapa harta yang Anda infakkan
dalam tiap tahun, melainkan akan bertanya apa yang memotivasi Anda
menginfakkan harta, apakah sekadar mencari surga, mencari rida Tuhan, atau
justru supaya dianggap dermawan.
tentang hal-hal yang ada di luar pengetahuan sekarang. Misalnya, keadilan,
kesetaraan, kemanfaatan, kebahagian, dan sebagainya.
Bersangkutan dengan nilai-nilai, yaitu persoalan filsafat bertalian
dengan keputusan tentang penilaian moral, penilaian estetis, agama, budaya,
dan permasalahan sosial lainnya. Nilai di sini bermakna suatu kualitas
abstrak yang ada pada sesuatu hal. Nilai-nilai dapat dimengerti dan dihayati.
Jadi, dapat saya tegaskan bahwa nilai adalah suatu kualitas abstrak yang
1.26 Filsafat Hukum dan Etika Profesi
menimbulkan rasa senang, puas, atau bahagia bagi orang yang mengalami
dan menghayatinya.
atau konsep-konsep yang oleh ilmuwan diterima begitu saja tanpa
pemeriksaan dan dilakukan secara kritis dalam filsafat. Setiap bidang
pengalaman manusia, baik di bidang ilmu maupun agama, mendasarkan
penyelidikannya pada asumsi-asumsi yang diterima sebagai tolok berpikir
dan berbuat. Asumsi-asumsi tersebut diterima begitu saja dan diterapkan
tanpa diperiksa secara kritis.
mendapatkan jawabannya, hal tersebut akan memunculkan persoalan baru
yang saling berhubungan. Jawaban yang dikemukakan mengandung akibat
lebih jauh yang menyentuh kepentingan hidup manusia. Contoh
pertanyaannya adalah apakah manusia yang paripurna itu.
Berpikir secara radikal: radikal berasal dari kata Yunani “radix” yang
berarti akar. Dengan demikian, berfilsafat artinya berpikir hingga sampai
pada akar permasalahan, yakni sampai pada hakikat, esensi, atau substansi
yang dipikirkan. Berpikir secara kefilsafatan juga bercirikan pemikiran yang
bertanggung jawab. Tanggung jawab utama ditujukan pada Tuhan dan hati
nuraninya sendiri.
Apabila kita kaitkan dengan hukum, hal tersebut artinya adalah Anda
melakukan kajian terhadap hukum secara universal, spekulatif, kritis,
implikatif, dan radikal. Kajian-kajian tentang kekuasaan, keadilan,
kewenangan, dan sebagainya memerlukan pemikiran yang demikian.
Kesimpulannya antara lain adalah keadilan hakikatnya menghendaki
perbedaan, kekuasaan, dan hukum terkait erat bagai keping mata uang logam.
1) Apa yang menjadi pembeda utama norma hukum dengan norma agama,
kesusilaan, dan kesopanan?
3) Apa yang dimaksud dengan filsafat hukum?
LATIHAN
kerjakanlah latihan berikut!
HKUM4103/MODUL 1 1.27
Petunjuk Jawaban Latihan
bawah ini.
1) Norma atau kaidah hakikatnya merupakan pedoman tingkah laku bagi
setiap orang dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Pembeda utama
antara norma-norma dimaksud terletak pada ada tidaknya external power
yang mampu memaksakan berlakunya norma tersebut. Pembeda utama
antara norma agama, kesusilaan, dan kesopanan terhadap norma hukum
adalah ketiga norma yang disebut pertama tidak memiliki external power
yang mampu memaksakan berlakunya, sedangkan norma hukum
memiliki negara yang termanifestasi dalam diri aparat penegak hukum
yang mampu memaksakan berlakunya kaidah hukum.
2) Nilai dasar yang melekat pada hukum meliputi kesamaan, kebebasan,
dan solidaritas.
3) Filsafat hukum adalah disiplin ilmu yang mempelajari hukum secara
filsafati. Artinya, hukum sebagai norma yang dibuat oleh negara akan
ditelaah hingga pada latar belakang mengapa hukum itu dibuat,
bagaimana hubungan hukum dan kekuasaan, asas-asas, serta nilai-nilai
yang mendasari berlakunya hukum, dan sebagainya.
Untuk memudahkan Anda dalam belajar sebagaimana kegiatan
belajar sebelumnya, berikut ini saya kemukakan beberapa poin penting
yang perlu dipahami. Hukum merupakan salah satu norma sosial yang
dapat dipaksakan oleh negara melalui organ-organnya. Tujuan dari
hukum tidak lain adalah mewujudkan cita hukum yang sudah dikenal
secara universal, yakni keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan.
Filsafat hukum merupakan lapisan tertinggi dalam ilmu hukum
setelah dogmatika hukum dan teori hukum. Kajian filsafat hukum
merupakan kajian terhadap hukum secara menyeluruh hingga pada
tataran abstrak, seperti hubungan hukum dengan kekuasaan, bagaimana
kalau terjadi konflik antara keadilan dan kepastian hukum, mengapa
orang mematuhi hukum, dan sebagainya.
RANGKUMAN
1.28 Filsafat Hukum dan Etika Profesi
1) Berikut ini adalah norma-norma yang ada dalam pergaulan hidup di
masyarakat, kecuali norma ....
2) Norma yang daya berlakunya sangat lemah karena mendasarkan pada
hati nurani setiap orang, yaitu norma ....
A. agama
B. kesusilaan
C. kesopanan
D. hukum
3) Ketika Anda tidak aktif dalam pergaulan hidup di masyarakat, Anda
akan dikucilkan. Begitu pula jika Anda tidak menghormati orang lain,
Anda juga akan dikucilkan. Apabila tindakan tersebut dilakukan, Anda
telah melanggar norma ....
A. agama
B. hukum
C. kesusilaan
D. kesopanan
5) Berikut ini merupakan cita hukum (recht idee) yang dikenal secara
umum di dunia, kecuali ....
HKUM4103/MODUL 1 1.29
6) Filsafat hukum merupakan bidang ilmu yang mempelajari hukum secara
filsafati. Berikut ini karakteristik dari pendekatan filsafat terhadap
hukum, kecuali bersifat ....
A. radikal
B. spekulatif
C. kritis
D. imajinatif
7) Dalam mempelajari hukum tidak cukup pada apa hukumnya dan apa
sanksinya, melainkan sampai pada mengapa hakim bisa memutus
demikian dan apakah putusan hakim mengedepankan kepastian hukum
dibanding rasa keadilan. Pertanyaan tersebut menunjukkan karakteristik
filsafat hukum, yaitu bersifat ....
A. implikatif
B. radikal
C. spekulatif
D. universal
8) Berikut ini adalah nilai dasar yang melekat pada hukum, menurut
Reinhold Zippelius, kecuali ....
9) Nilai dasar sebagaimana dimaksud sejalan dengan semboyan pada saat
Revolusi Prancis sebagai berikut, kecuali ....
A. liberte
B. egalite
C. fraternite
D. solidarity
10) Berikut ini adalah lapisan-lapisan dalam ilmu hukum. Kajian yang
menduduki posisi paling abstrak di antara lapisan dimaksud, yaitu ....
A. dogmatika hukum
B. teori hukum
C. filsafat hukum
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
100% Jumlah Soal
Ruang Lingkup Filsafat Hukum
ada bagian ini, Anda akan belajar lebih lanjut mengenai filsafat hukum,
yakni ruang lingkup filsafat hukum. Fokus kajian ini terletak pada
filsafat hukum dalam konstelasi ilmu dan objek kajian dari filsafat hukum itu
sendiri. Bagian ini menjadi penting untuk Anda pelajari karena akan
memberikan gambaran yang memudahkan Anda dalam mempelajari bab-bab
selanjutnya.
Intinya adalah belajar filsafat hukum, di samping substansi hukum itu
sendiri. Tidak kalah pentingnya adalah mengetahui aliran-aliran filsafat
hukum dari masa ke masa. Mengenai aliran-aliran dimaksud, akan dibahas
pada bab-bab berikutnya. Kali ini akan fokus pada dua hal, yakni letak
filsafat hukum dalam konstelasi ilmu dan objek kajian dari filsafat hukum.
A. LETAK FILSAFAT HUKUM DALAM KONSTELASI ILMU
Menjadi pertanyaan Anda tentunya, bagaimana kedudukan filsafat
hukum dalam konstelasi ilmu dan apakah menjadi cabang dari ilmu hukum
atau cabang dari ilmu filsafat. Konstelasi bidang-bidang filsafat sebagaimana
dikemukakan di atas belum menjawab letak filsafat hukum.
Menurut Carl Joachim Friedrich, filsafat hukum merupakan bagian dari
filsafat umum karena ia menawarkan refleksi filosofis mengenai landasan
hukum umum (Friedrich, 2004: 3). Objek dari filsafat hukum tidak lain
adalah hukum itu sendiri. Hukum berkaitan erat dengan norma-norma yang
mengatur perilaku manusia. Sementara itu, pembahasan mengenai perilaku
manusia ada pada etika. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa filsafat
hukum merupakan bagian dari filsafat tingkah laku yang disebut etika. Maka
itu, pada hakikatnya, filsafat hukum merupakan filsafat yang mengkaji
hukum secara mendalam sampai inti atau dasarnya yang disebut sebagai
hakikat hukum (Erwin, 2011: 17).
Dari uraian tersebut, kalau mau Anda ibaratkan, filsafat nilai
berkedudukan sebagai genus, etika sebagai spesies, dan filsafat hukum
sebagai subspesies. Sementara itu, mengenai etika, terdapat beberapa ahli
yang memasukkannya dalam aksiologi. Dengan demikian, fokus filsafat
P
1.32 Filsafat Hukum dan Etika Profesi
hukum terletak pada bidang aksiologi sebagai salah satu bidang kajian dalam
filsafat.
dalam tabel berikut.
a. Metafisika meliputi metafisika
dan manusia (antropologia)
tentang ilmu-ilmu pengetahuan
kegiatan manusia
kesenian, teknik, ekonomi, dan
Dalam tabel tersebut, filsafat hukum itu termasuk filsafat praktis, yakni
filsafat etika. Dapat saya tegaskan kepada Anda bahwa filsafat hukum adalah
bagian dari ilmu filsafat, yakni etika. Etika masuk dalam kajian aksiologi.
B. OBJEK KAJIAN FILSAFAT HUKUM
Di muka, telah dibahas bahwa filsafat atau disebut juga ilmu filsafat
mempunyai beberapa cabang ilmu utama. Cabang ilmu utama dari filsafat
adalah ontologi, epistemologi, aksiologi, dan moral (etika). Ontologi
(metafisika) membahas hakikat mendasar atas keberadaan sesuatu.
Epistemologi membahas pengetahuan yang diperoleh manusia, misalnya
asalnya (sumber) dari mana sajakah pengetahuan itu diperoleh manusia,
apakah ukuran kebenaran pengetahuan yang telah diperoleh manusia itu, dan
bagaimana susunan pengetahuan yang sudah diperoleh manusia. Ilmu tentang
nilai atau aksiologi adalah bagian dari filsafat yang khusus membahas hakikat
nilai yang berkaitan dengan sesuatu. Kemudian, yang dimaksud dengan
filsafat moral adalah bagian dari filsafat yang membahas tingkah laku
manusia. Di sini, nilai tersebut mencakup baik dan buruk serta benar dan
salah.
dalam tahap makna, yakni menemukan makna terdalam dari sesuatu. Dengan
demikian, tidak hanya mencari dan menemukan jawaban, melainkan
menelusurinya jauh ke belakang dengan maksud menentukan sesuatu yang
disebut nilai dari sebuah realitas.
Filsafat memiliki objek bahasan yang sangat luas dan meliputi semua hal
yang dapat dijangkau oleh pikiran manusia dan berusaha memaknai dunia
dalam hal makna. Adapun ilmu hukum memiliki ruang lingkup yang terbatas
karena hanya mempelajari norma atau aturan (hukum). Banyak persoalan
yang berkenaan dengan hukum membangkitkan pertanyaan-pertanyaan lebih
lanjut sehingga memerlukan jawaban mendasar. Pada kenyataannya, banyak
pertanyaan mendasar itu tidak dapat dijawab lagi oleh ilmu hukum.
Persoalan-persoalan mendasar yang tidak dijawab oleh ilmu hukum menjadi
objek bahasan ilmu filsafat.
Filsafat hukum merupakan cabang filsafat, yaitu filsafat tingkah laku atau
etika, yang mempelajari hakikat hukum. Dengan kata lain, filsafat hukum
adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis. Jadi, objek filsafat
hukum adalah hukum. Objek tersebut dikaji secara mendalam sampai inti
atau dasarnya yang disebut hakikat.
Mengingat objek filsafat hukum adalah hukum, masalah atau pertanyaan
yang dibahas oleh filsafat hukum antara lain terkait dengan hubungan hukum
dan kekuasaan, hubungan hukum kodrat dan hukum positif, apa sebab orang
menaati hukum, apa tujuan hukum, serta masalah-masalah hukum
kontemporer, seperti masalah hak asasi manusia dan etika profesi hukum.
Banyaknya permasalahan hukum tidak semuanya dibahas dalam kuliah
filsafat hukum, melainkan pada pertanyaan-pertanyaan yang dipandang
pokok saja.
Appeldorn sebagaimana dikutip Abdul Ghofur Anshori menyebutkan
tiga pertanyaan penting yang dibahas oleh filsafat hukum, yaitu (1) apakah
pengertian hukum yang berlaku umum; (2) apakah dasar kekuatan mengikat
dari hukum; dan (3) apakah yang dimaksud dengan hukum kodrat.
Kemudian, Lilik Rasyidi menyebutkan pertanyaan yang menjadi masalah
filsafat hukum, antara lain (1) hubungan hukum dan kekuasaan; (2) hubungan
hukum dengan nilai-nilai sosial budaya; (3) apa sebab negara berhak
menghukum seseorang; (4) apa sebab orang menaati hukum; (5) masalah
1.34 Filsafat Hukum dan Etika Profesi
pertanggungjawaban; (6) masalah hak milik; (7) masalah kontrak; dan (8)
masalah peranan hukum sebagai sarana pembaruan masyarakat (Anshori,
2006: 4).
tanya apa sih pentingnya mempelajari filsafat hukum. Bukankah sudah cukup
belajar dogmatika hukum dan teori hukum untuk menyelesaikan
permasalahan hukum? Toh, hakim di Indonesia sebagian besar juga tidak
ubahnya sebagai corong undang-undang (la bounche de la loi).
Perlu kami tegaskan kembali bahwa filsafat (termasuk dalam hal ini
filsafat hukum) memiliki tiga sifat yang membedakannya dengan ilmu-ilmu
lain. Pertama, filsafat memiliki karakteristik yang bersifat menyeluruh.
Dengan berpikir holistik tersebut, mahasiswa atau siapa saja yang
mempelajari filsafat hukum diajak untuk berwawasan luas dan terbuka.
Mereka diajak untuk menghargai pemikiran, pendapat, dan pendirian orang
lain. Itulah sebabnya dalam filsafat hukum juga diajarkan mengenai berbagai
aliran pemikiran tentang hukum. Dengan demikian, apabila mahasiswa
tersebut telah lulus sebagai sarjana hukum, diharapkan ia tidak akan bersikap
arogan dan apriori bahwa disiplin ilmu yang dimilikinya lebih tinggi dengan
disiplin ilmu yang lain.
dalam menganalisis masalah, kita diajak untuk berpikir kritis dan radikal.
Mereka yang mempelajari filsafat hukum diajak untuk memahami hukum
tidak dalam arti hukum positif an sich. Karena hanya dengan mempelajari
hukum positif, yang bersangkutan tidak akan mampu memanfaatkan dan
mengembangkan hukum secara baik pada saat mereka menjadi hakim. Hakim
yang hanya fokus pada undang-undang akan berperan sebagai “corong
undang-undang” (le bounch de la loi).
Ketiga, filsafat hukum bersifat spekulatif. Sifat ini tidak boleh diartikan
secara negatif sebagai sifat gambling. Sifat spekulatif mengajak seseorang
mempelajari sesuatu secara inovatif. Spekulatif di sini bersifat terarah dan
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Harapannya, hukum dapat
dikembangkan ke arah yang dicita-citakan bersama (ius constituendum).
Keempat, filsafat hukum bersifat reflektif kritis. Sifat ini membimbing
kita menganalisis permasalahan hukum secara rasional dan kemudian
mempertanyakan jawaban itu secara terus-menerus hingga menemukan
berbagai alternatif solusi.
HKUM4103/MODUL 1 1.35
hukum) secara filosofis sebagai berikut
1. Pengertian tentang ilmu filsafat dapat digunakan sebagai pedoman dalam
menghadapi kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu maupun
anggota masyarakat.
individualitas manusia, apabila telah memiliki filsafat hidup, pandangan
hidup yang mantap akan menentukan kriteria baik buruknya tingkah laku
yang telah kita pilih dan atas dasar keputusan batin kita sendiri. Manusia
telah memiliki kebebasan dan kepribadian sendiri.
3. Keadaan masyarakat yang serba tidak pasti selalu mengalami perubahan
yang cepat dan dialami individu yang mengakibatkan krisis batin
meskipun bervariasi tingkatannya. Pemahaman akan filsafat hidup dapat
mengurangi dan menghindari gejala negatif dari kehidupan sehingga
kehidupan kita akan lebih terarah dan tepat.
4. Tingkah laku manusia tentu bertujuan dan ini pada dasarnya ditentukan
oleh filsafat hidupnya. Maka dari itu, manusia harus memiliki filsafat
agar tingkah lakunya lebih bernilai dan bermakna.
Menurut Muhamad Erwin, dengan memahami filsafat hukum, Anda
akan memetik tiga manfaat, yakni (1) manfaat ideal; (2) manfaat praktis; dan
(3) manfaat riil. Manfaat ideal yang dapat Anda peroleh apabila mempelajari
filsafat hukum, yaitu Anda akan memperoleh pemahaman tentang eksistensi
manusia dan kemanusiannya dalam dinamika kehidupan. Kemudian, manfaat
praktis pengkajian filsafat hukum akan membuat Anda mampu menggali,
mengolah, dan memanfaatkan setiap potensi atau sumber daya yang ada, baik
yang ada dalam diri maupun yang terdapat di luar dirinya, melalui gerak
menuju tingkat kehidupan yang lebih baik dari masa sebelumnya. Manfaat
riil adalah manfaat yang bersifat kesaatan, yakni manfaat mana yang
mengantarkan manusia kepada sebuah pengertian dan kebijaksanaan untuk
menerima kenyataan yang ada pada masa kini terlepas dari masa lalu dan
yang akan datang (Erwin, 2011: 23—24).
Adapun kemanfaatan filsafat hukum, apabila diukur dengan sifat-sifat
yang ada pada filsafat hukum itu sendiri, sebagai berikut. Pertama, filsafat
hukum memiliki sifat holistik atau menyeluruh. Dengan cara berpikir holistik
tersebut, kita diajak untuk berwawasan luas dan terbuka dengan menghargai
1.36 Filsafat Hukum dan Etika Profesi
pendapat, pemikiran, dan pendirian orang lain supaya kita tidak bersifat
arogan dan apriori.
Apabila kita kaitkan dengan ciri lain bahwa filsafat hukum memiliki sifat
mendasar, dapat saya tegaskan kepada Anda bahwa dalam menganalisis suatu
masalah, kita diajak untuk berpikir kritis dan radikal. Artinya, dalam
mengkaji hukum, perlu dilakukan sampai pada intinya atau yang dalam dunia
filsafat dikenal dengan hakikat.
Orang yang mempelajari hukum dalam arti positif semata tidak akan
mampu memanfaatkan dan mengembangkan hukum secara baik. Hakim yang
tidak mampu melakukan kajian hukum secara filosofis akan menjadi “corong
undang-undang”. Ia hanya akan membenarkan siapa saja yang secara formal
punya bukti dan ia akan menekankan pada aspek kepastian dibanding
keadilan.
Jika kita kaitkan dengan sifat filsafat yang spekulatif, dalam konteks
hukum akan menjadikannya berkembang ke arah yang dicita-citakan
bersama. Spekulatif pada filsafat hukum ini dimaksudkan dalam upaya
manusia untuk secara maksimal mengoptimalkan pengetahuan dan ilmu yang
dimiliki.
kemudian mempertanyakan jawaban itu secara terus-menerus. Analisis nilai
inilah yang membantu kita untuk menentukan sikap secara bijaksana dalam
menghadapi suatu masalah konkret. Dengan demikian, sifat reflektif kritis
pada filsafat hukum adalah melakukan evaluasi terhadap keberlakuan dan
pelaksanaan aturan dalam kehidupan berorganisasi.
1) Di manakah letak filsafat hukum dalam konstelasi ilmu? Apakah
menjadi cabang dari ilmu filsafat atau ilmu hukum? Kaitkan pula dengan
lapisan dalam ilmu hukum yang terdiri atas dogmatika hukum, teori
hukum, dan filsafat hukum.
2) Terangkan yang menjadi kajian dari filsafat hukum dan manfaat
mempelajari filsafat hukum!
kerjakanlah latihan berikut!
HKUM4103/MODUL 1 1.37
Petunjuk Jawaban Latihan
1) Untuk mengerjakan soal tersebut, Anda harus kembali mengingat bidang
kajian filsafat yang terdiri atas tiga kelompok, yakni ontologi,
epistemologi, dan aksiologi. Kalau dicermati lebih dalam, hukum
merupakan salah satu norma sosial yang memuat asas-asas dan nilai-
nilai. Apa yang tertuang dalam peraturan hukum hakikatnya adalah nilai-
nilai yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat. Sementara itu, nilai
adalah kajian utama dari aksiologi, yang antara lain berkaitan dengan
baik buruk (etika). Dengan melihat sistematika ini, dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa filsafat hukum adalah bagian dari etika karena
mengatur perilaku manusia, etika adalah cabang dari aksiologi, aksilogi
adalah bagian dari filsafat. Oleh karena itu, filsafat hukum ada pada
rezim ilmu filsafat, bukan rezim dalam ilmu hukum.
Apabila dikaitkan dengan tiga lapisan dalam ilmu hukum, seolah-olah
filsafat hukum adalah bagian ilmu hukum. Namun, dengan melihatnya
secara lebih jernih, hal tersebut bukan bagian ilmu hukum. Ilmu hukum
lebih tepatnya adalah mengkaji peraturan hukum (dogmatika hukum)
dan teori hukum.
2) Sebagaimana namanya, kajian dalam filsafat hukum adalah hukum itu
sendiri. Tidak terbatas pada hukum tertulis, melainkan juga hukum yang
tidak tertulis. Dari suatu peraturan hukum, akan diabstraksikan menjadi
asas-asas hukum dan lebih jauh akan diabstraksikan dalam nilai-nilai.
Adapun manfaat dari mempelajari filsafat hukum dapat dibedakan
menjadi manfaat ideal, manfaat praktis, dan manfaat riil. Manfaat
mempelajari filsafat hukum juga dapat dilihat dari karakteristik ilmu
filsafat itu sendiri, yakni ditinjau dari sifat holistik, mendasar, spekulatif,
dan reflektif kritis.
dapat saya sampaikan kepada Anda. Filsafat hukum adalah bagian dari
ilmu filsafat, yakni filsafat nilai (aksiologi) khususnya filsafat tentang
nilai baik buruk perilaku manusia (etika). Filsafat hukum melakukan
kajian terhadap hukum secara filsafati yang bercirikan holistik,
RANGKUMAN
mendasar, reflektif kritis, spekulatif, dan berupaya memperoleh
kesempurnaan.
filsafat hukum, dapat dirangkum dalam tabel berikut.
No Sifat Manfaat
arogan/apriori dalam pembentukan
hukum tidak dalam arti hukum
positif semata, melainkan juga
dan hukum yang dicita-citakan.
kreatif tentang hukum.
melakukan menganalisis masalah-
kemudian mempertanyakan
6. Berupaya mencapai
manusia.
1) Filsafat hukum dalam konstelasi ilmu adalah bagian dari ilmu filsafat,
yakni pada bidang ....
HKUM4103/MODUL 1 1.39
2) Berikut adalah tiga pertanyaan penting yang dibahas dalam filsafat
hukum menurut van Appeldorn, kecuali ....
A. apakah pengertian hukum yang berlaku umum
B. apakah dasar kekuatan mengikat dari hukum
C. apakah yang dimaksud dengan hukum kodrat
D. bagaimana hubungan hukum dan kekuasaan
3) Lilik Rasjidi juga mengemukakan berbagai pertanyaan yang ada dalam
filsafat hukum sebagai berikut, kecuali ....
A. hubungan hukum dan kekuasaan
B. hubungan hukum dan moral
C. hubungan hukum dengan nilai-nilai sosial budaya
D. apa sebab negara berhak menghukum seseorang
4) Dalam filsafat hukum, seorang hakim dituntut tidak hanya menjadi
corong undang-undang, melainkan wajib menggali dan memahami nilai-
nilai hukum yang ada di masyarakat. Kewajiban ini selaras dengan sifat
filsafat hukum, yaitu ....
manusia yang baru terkadang tidak ditemukan hukumnya. Menghadapi
hal itu, Anda dituntut mampu berpikir kreatif dan inovatif. Ini
merupakan karakteristik filsafat hukum, yaitu ....
A. holistik
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3.
Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar
100% Jumlah Soal
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang
belum dikuasai.
Tes Formatif 1
1) B. Filsafat berasal dari kata philos yang berarti cinta dan sophia yang
berati ilmu pengetahuan atau kebijaksanaan. Kedua kata dimaksud
berasal dari bahasa Yunani.
2) D. Phytagoras adalah orang Yunani pertama yang memberikan arti
filsafat sebagai cinta akan kebijaksanaan.
3) A. Falsafah adalah nama lain dari filsafat yang berasal dari bahasa
Arab.
4) B. Filsafat dalam arti khusus menunjuk pada nama yang
menyampaikan suatu ajaran, misalnya filsafat Socrates, filsafat
Aristoteles, filsafat Plato, filsafat Emanuel Kant, dan sebagainya.
5) A. Firman Tuhan yang berjanji akan memberikan derajat yang tinggi
bagi siapa saja yang mempunyai ilmu pengetahuan merupakan bukti
bahwa pada hakikatnya filsafat sejalan dengan ajaran agama.
6) D. Rene Descartes adalah filsuf yang hidup pada zaman Aufklarung
(Pencerahan) sekaligus sebagai pencetus aliran rasionalisme yang
berpandangan bahwa rasio adalah segalanya. Kebenaran hanya dapat
diperoleh dengan mendasarkan pada nalar manusia. Ini tentu saja
tidak sejalan dengan ajaran agama. Adapun Thomas Aquinas,
Agustinus, dan Ghazali adalah filsuf yang menegaskan bahwa
wahyu Tuhan juga merupakan sumber kebenaran, bahkan di atas
rasio manusia.
7) B. Hukum ada karena conflict of human interest merupakan pernyataan
perihal aspek ontologi atau keberadaan sesuatu. Hukum ada karena
dalam masyarakat tidak lepas dari adanya konflik kepentingan.
8) D. Logika, estetika, dan etika merupakan bagian dari aksiologi.
Sementara itu, falsifikasi lebih pada metode atau cara memperoleh
kebenaran sehingga masuk dalam lingkup epistemologi.
9) B. Pencarian nilai kebenaran atau metode suatu ilmu pengetahuan
dipelajari dalam filsafat melalui cabang dari ilmu filsafat, yakni
epistemologi.
10) C. Keindahan, baik buruk, dan kebijaksanaan menjadi kajian dalam
aksiologi atau filsafat tentang nilai-nilai.
1.42 Filsafat Hukum dan Etika Profesi
Tes Formatif 2
1) D. Norma yang ada dalam kehidupan masyarakat adalah norma agama,
norma kesusilaan, norma kesopanan, dan norma hukum. Norma
kebiasaan tidak ada dalam kehidupan masyarakat karena kebiasaan
tercakup dalam norma kesopanan dan adat istiadat.
2) B. Norma yang daya berlakunya sangat lemah karena mendasarkan
pada hati nurani setiap orang adalah norma kesusilaan.
3) B. Ketika Anda tidak aktif dalam pergaulan hidup di masyarakat, Anda
akan dikucilkan. Begitu pula jika Anda tidak menghormati orang
lain, Anda juga akan dikucilkan. Hal ini terjadi karena apabila hal
itu dilakukan, berarti Anda telah melanggar norma kesopanan.
4) B. Hanya norma hukum yang daya berlakunya dapat dipaksakan oleh
external power, yakni negara melalui aparat penegak hukum.
5) C. Cita hukum (recht idee) yang berlaku secara umum dan dunia
meliputi keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan. Kebahagiaan
bukan menjadi cita hukum.
spekulatif. Berpikir spekulatif bermakna proses berpikir secara
inovatif dan kreatif sehingga akan melahirkan terobosan-terobosan
di bidang hukum.
7) B. Dalam mempelajari hukum tidak cukup pada apa hukumnya atau
apa sanksinya, melainkan mengapa hakim bisa memutus demikian,
apakah putusan hakim mengedepankan kepastian hukum dibanding
rasa keadilan. Pertanyaan tersebut menunjukkan karakteristik filsafat
hukum, yakni bersifat radikal. Kata tersebut berasal dari kata radix
yang berarti akar. Melalui filsafat hukum, hendak dicari persoalan
hukum hingga akar-akarnya. Hal tersebut dapat menyelesaikan
persoalan yang dimaksud secara tuntas.
8) D. Nilai dasar yang melekat pada hukum, menurut Reinhold Zippelius,
adalah kesamaan, kebebasan, dan solidaritas. Keteraturan bukan
nilai dasar yang melekat pada hukum. Hukum bisa berawal dari
kondisi yang tidak teratur (chaos).
9) D. Nilai dasar sebagaimana dimaksud oleh Reinhold Zippelius sejalan
dengan semboyan pada saat Revolusi Prancis, yaitu liberte, egalite,
dan fraternite.
10) C. Kajian terhadap hukum yang menempati wilayah paling abstrak
adalah filsafat hukum.
HKUM4103/MODUL 1 1.43
Tes Formatif 3
1) C. Filsafat hukum dalam konstelasi ilmu adalah bagian dari ilmu
filsafat, yakni pada bidang aksiologi (filsafat tentang nilai). Dalam
aksiologi, tercakup etika yang merupakan pedoman perilaku bagi
semua manusia.
2) D. Tiga pertanyaan penting yang dibahas dalam filsafat hukum,
menurut van Appeldorn, adalah (1) apakah pengertian hukum yang
berlaku umum; (2) apakah dasar kekuatan mengikat dari hukum; dan
(3) apakah yang dimaksud dengan hukum kodrat.
3) B. Lilik Rasjidi tidak menyebutkan bahwa hukum dan moral adalah
pertanyaan yang muncul dalam filsafat hukum.
4) C. Dalam filsafat hukum, seorang hakim dituntut tidak hanya menjadi
corong undang-undang, melainkan wajib menggali dan memahami
nilai-nilai hukum yang ada di masyarakat. Hal ini sejalan dengan
karakteristik dari filsafat hukum, yakni radikal atau mendasar.
5) B. Karakter filsafat hukum reflektif kritis bermakna bahwa dalam
memecahkan segala persoalan hukum, dituntut mampu berpikir
secara inovatif dan kreatif.
Daftar Pustaka
Anees, Bambang, dan R.J.A. Hambali. 2003. Filsafat untuk Umum. Jakarta:
Kencana.
University Press.
dan Bagaimana Filsafat Hukum. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Erwin, Muhamad. 2011. Filsafat Hukum: Refleksi Kritis terhadap Hukum.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Raisul Muttaqien. Bandung: Nuansa Media.
Ibrahim, Zakaria. 1962. Mabadi’ al-Falsafah wa al-Akhlaq. Kairo.
Ismail, Fuad Farid dan Abdul Hamid Mutawalli. 2003. Mabadi al-Falsafah
wa al-Akhlaq atau Cepat Menguasai Ilmu Filsafat, terj. Didin Faqihudin.
Yogyakarta: IRCISoD.
Mudhofir, Ali. 2001. “Pengenalan Filsafat,” Filsafat Ilmu, eds. Tim Dosen
Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM. Yogyakarta: Liberty.
Rahardjo, Satjipto. 2000. Ilmu Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Suseno, Franz-Magnis. 1999. Etika Politik: Prinsip-prinsip Dasar
Kenegaraan Modern. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.