Tumor Retroperitoneal
description
Transcript of Tumor Retroperitoneal
Tumor retroperitoneal - GCT retroperitoneal umumnya berukuran besar pada saat diagnosis. Secara
klinis, prognosis, dan manajemen hampir sama dengan GCT testis .
Seminoma retroperitoneal - Untuk pasien dengan seminoma retroperitoneal, kemoterapi sistemik
dengan regimen cisplatin lebih dipilih, dengan menggunakan regimen yang sama seperti pada
pasien dengan seminoma testis lanjut.
Hasil dengan menggunakan regimen cisplatin ini hampir sama pada seminoma testis lanjut. Dalam
serangkaian studi multinasional yang mencakup 52 pasien dengan seminoma retroperitoneal dan 51
dengan seminoma mediastinum, angka harapan hidup selama 5 tahun pada masing-masing
kelompok adalah 87 dan 90 %. 75 % pasien diobati dengan kemoterapi saja.
Nonbulky seminoma retroperitoneal juga dapat diobati dengan radioterapi primer dengan cara yang
sama seperti pada seminoma testis stadium II. Namun, hanya sedikit data mengenai tingkat remisi
komplit dan tingkat kesembuhan menggunakan pendekatan radioterapi.
Nonseminomatous GCT retroperitoneal - Terapi awal pasien dengan nonseminomatous GCT
retroperitoneal terdiri dari tiga atau empat siklus kemoterapi berbasis cisplatin, tergantung pada
apakah pasien masuk ke dalam kelompok prognosis yang baik atau intermediate atau buruk.
Hasil dengan pendekatan terapi ini seperti pada serangkaian studi multicenter dari 227 pasien
dengan nonseminomatous GCT retroperitoneal, 98 % diobati dengan kemoterapi. Dari jumlah
tersebut, 101 (45 persen) menjalani operasi untuk reseksi residu. Tingkat kelangsungan hidup
selama lima tahun adalah 42 dan 65%.
Pada pasien yang relaps setelah kemoterapi lini pertama, kemoterapi berbasis cisplatin identik
untuk nonseminomatous GCT gonad. Dalam satu review besar, 30 % pasien dengan retroperitoneal
nonseminomatous GCT yang relaps memiliki angka kelangsungan hidup yang lama.
Elsevier
Teratoma ditandai dengan komposisi mulai dari kistik, yang biasanya jinak, ke padat, yang
umumnya ganas. Kalsifikasi pada 74% teratoma jinak, 25% kasus maligna juga dengan kalsifikasi
sehingga tidak dapat dibedakan. Teratoma maligna dapat menyebabkan peningkatan serum-
fetoprotein. Transformasi maligna teratoma kistik jinak terjadi kurang dari 3% dan sangat jarang
terjadi pada tumor peritoneal primer . Walaupun prognosis sangat baik untuk reseksi pada teratoma
jinak, pada teratoma ganas dapat kambuh dengan kelangsungan hidup rata-rata sekitar 18 bulan.
Pada teratoma umumnya dilakukan dengan foto polos, USG dan CT yang memiliki penampilan yang
khas pada masing-masing modalitas. Pada foto polos didapatkan gambaran massa radioluscent yang
meyebabkan pergeseran isi abdomen dan adanya kalsifikasi disekeliling massa atau kalsifikasi
intratumor ireguler. Kalsifikasi seperti gambaran gigi membantu untuk diagnosis teratoma namun
jarang. USG didominasi massa kistik, padat, dengan kalsifikasi, dengan fat-fluid level. Diagnosis
banding retroperitoneal teratoma termasuk tumor ovarium, kista ginjal, tumor adrenal, fibroma
retroperitoneal, sarkoma, hemangioma, xanthogranulomas, pembesaran kelenjar getah bening,
dan abses perirenal. CT adalah modalitas pilihan untuk pencitraan massa retroperitoneal, dan lebih
unggul dari foto polos dan USG untuk mendiagnosa teratoma retroperitoneal. Secara radiologis
retroperitoneal teratomas dibedakan sebagai massa kompleks yang mengandung cairan, jaringan
adiposa, dan / atau sebum berupa fat fluid level, dan kalsifikasi. MRI dapat membedakan lemak,
cairan, kalsium, dan jaringan lunak teratoma dan lebih unggul daripada CT dan USG, namun kurang
sensitif untuk mengetahui kalsifikasi. Pemeriksaan histopatologi teratoma umumnya terdiri dari
komponen kistik dan padat mengandung rambut, kulit dan kartilago, tulang, sebum, lemak,
kalsifikasi, dan serat saraf, yang berkorelasi dengan temuan pada MRI dan CT.
BJUI
Remisi lengkap didefinisikan sebagai hilangnya tanda klinis dan marker yang normal. Remisi parsial
didefinisikan sebagai > 50% penurunan ukuran tumor atau penurunan > 90% penanda tumor. Bebas
penyakit dicapai melalui pengangkatan radikal residu dengan marker normal, sedangkan reseksi
lengkap dengan tidak ada bukti kanker yang viable atau teratoma didefinisikan sebagai respon
komplit.
Diferensiasi somatik ganas dalam GCT 5-6% merupakan kasus metastasis, namun masih kurang
dipahami. GCT primer memiliki frekuensi yang tinggi pada teratoma dilaporkan dalam 10-45% kasus
(Tabel 3). Identifikasi transformasi maligna pada tumor primer menunjukkan potensi transformasi
dalam GCT, di mana kemoterapi dapat memfasilitasi identifikasi pola-pola melalui hilangnya
komponen GCT. Pasien dengan stadium I memiliki hasil yang sangat baik, dengan tidak ada
relaps. Kombinasi stadium I dan II secara bermakna dikaitkan dengan outcome yang lebih baik
dibandingkan dengan stadium III. Operasi juga memainkan peran utama pada metastasis, sebagai
hasil terbaik yang dicapai pada pasien yang menjalani pengangkatan radikal. Di sisi lain, sulit untuk
menentukan prognosis yang lebih buruk dari metastasis pasien hanya tergantung pada transformasi
maligna karena modalitas pengobatan yang berbeda yang disebabkan oleh heterogenitas kasus dan
periode analisis kasus yang panjang yang dapat memberikan hasil yang bias.
Pasien yang relaps atau memberikan kemajuan setelah pengobatan awal transformasimaligna untuk
memiliki outcome yang buruk. Hal ini bisa dijelaskan oleh kurangnya efektifnya terapi medis
perawatan. Masih ada perdebatan mengenai kemoterapi GCT, khususnya pada pasien dengan
penyakit diseminata.
Dalam beberapa penelitian, terapi GCT dikombinasikan dengan operasi tampaknya cukup efektif di
lini pertama (64% memberikan respon dan tujuh dari 11 remisi lengkap). Hasil ini tidak bisa hanya
menjadi konsekuensi keberhasilan dari ekstirpasi komponen GCT, karena hanya dua dari 48 pasien
memiliki residu GCT, dan transformasi maligna setelah reseksi residu, hanya lima dari 16 pasien
yang relaps, dan setidaknya memiliki satu marker yang meningkat.