Tumor Paru2

download Tumor Paru2

of 21

description

paru

Transcript of Tumor Paru2

BAB 1PENDAHULUAN

Kanker paru memiliki prevalensi tertinggi di dunia mencapai 18 % dari total kanker (World Health Organization, 2008). Pada tahun 2010, insiden kanker paru menduduki peringkat ke-3 dari kanker di dunia yang memiliki angka mortalitas tertinggi di antara seluruh kejadian kanker di dunia (World Health Organization, 2010). Selain itu, kanker paru mempunyai tingkat insidensi dan mortalitas tertinggi pada pria dan menduduki peringkat ke-4 pada wanita (setelah kanker payudara, kanker servix, dan kanker kolorektal) (World Health Organization, 2010).Di Indonesia, hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular & Penyehatan Lingkungan di 5 rumah sakit propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan angka kesakitan karena kanker paru sebesar 30%, sehingga untuk sementara Indonesia menduduki peringkat ke - 4 penderita kanker paru terbanyak di dunia (Depkes RI, 2004). Indonesia memiliki prevalensi yang tinggi terhadap salah satu faktor risiko kanker paru yaitu konsumsi rokok (World Health Organization & DepKes RI, 2003). Tingginya angka merokok di masyarakat akan menjadikan kanker paru sebagai salah satu masalah kesehatan di Inonesia. Data yang dibuat WHO menunjukkan bahwa kanker paru adalah jenis penyakit keganasan yang menjadi penyebab kematian utama pada kelompok kematian akibat keganasan, bukan hanya pada laki-laki tetapi juga pada perempuan. Buruknya prognosis penyakit ini mungkin berkaitan erat dengan jarangnya penderita datang ke dokter ketika penyakitnya masih berada dalam stadium awal penyakit (World Health Organization & DepKes RI, 2003).Indonesia menduduki peringkat ke 3 konsumsi rokok di dunia dan prevalensinya akan terus meningkat hingga 5 tahun akan datang (World Health Organization, 2008). Berdasarkan keterangan Global Adult Tobacco Survey (GATS), sebuah survei global standar untuk memonitor penggunaan tembakau di suatu negara, prevalensi perokok aktif pria di Indonesia sebesar 67,4 persen. Peningkatan konsumsi rokok di populasi ini yang akan meningkatkan pula prevalensi kejadian kanker paru. Jika pola peningkatan ini terus berlanjut, kanker paru akan semakin menjadi masalah dalam dunia kesehatan. Penelitian tentang rokok mengatakan bahwa lebih dari 63 jenis bahan yang dikandung asap rokok itu bersifat karsinogenesis. Secara epidemiolodik juga terlihat kaitan kuat antara kebiasaan merokok dengan insidens kanker paru, maka tidak dapat disangkal lagi menghindarkan asap rokok adalah kunci keberhasilan pencegahan yang dapat dilakukan (American Cancer Society (ACS), 2007).Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penangan dan tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan keterampilan dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran. Penyakit ini membutuhkan kerja sama yang erat dan terpadu antara ahli paru dengan ahli radiologi diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi dan ahli bedah toraks, ahli rehabilitasi medik dan ahli lain-lainnya (PDPI, 2003).Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru). Menurut konsep masa kini, kanker adalah penyakit gen. Sebuah sel normal dapat menjadi sel kanker apabila oleh berbagai sebab terjadi ketidak seimbangan antara fungsi onkogen dengan gen tumor supressor dalam proses tumbuh dan kembangnya sebuah sel. Perubahan tersebut menyebabkan sel tumbuh dan berkembang tak terkendali dan berakhir sebagai kanker paru (PDPI, 2003).

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembagian Tumor DadaSecara umum tumor dada dibagi atas (Alsagaff dan Mukty, 2010):1. Tumor paru:a. Jinak: adenoma, hamartoma, dllb. Ganas: karsinoma bronkogenik, adenokarsinoma, SCC2. Tumor pleura: Mesotelioma3. Tumor mediastinum: timoma, teratoma, limfoma, dll4. Tumor esofagus: karsinoma esofagus5. Tumor jantung: miksoma (amat jarang dijumpai)

2.2 Definisi Tumor ParuTumor paru adalah penyakit yang ditandai dengan tidak terkontrolnya pertumbuhan sel di jaringan paru. Tumor paru primer berasal dari saluran pernafasan. Lebih dari 90% tumor paru primer merupakan tumor ganas dan 95% tumor ganas ini termasuk karsinoma bronkogenik. Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel bronkus (Alsagaff dan Mukty, 2010). 2.3 Klasifikasi Tumor ParuKlasifikasi histologis kanker paru menurut WHO tahun 1999 (Alsagaff, H dan Mukty, 2010):1. Squamous carcinoma (epidermoid carcinoma), dengan varians: Papillary Clear cell Small cell Basaloid 2. Small cell carcinoma, degan varians: Combined small cell carcinoma3. Adenocarcinoma, dengan varians: Acinar Papillary Bronchoalveolar carcinoma Non-mucinous Mucinous Mixed mucinous and non-mucinous or intermenate Solid adenocarcinoma with mucin Adenocarcinoma with mixed subtypes Varian dari adenocarcinoma with mixed subtypes Well differentiated fetal adenocarcinoma Mucinous (colloid) adenocarcinoma Mucinous cystadenocarcinoma Signet ring adenocarcinoma Clear cell adenocarcinoma4. Large cell carcinoma, dengan varians: Large cell neuroendocrine carcinoma Combined large cell neuroendocrine carcinoma Basaloid carcinoma Lymphoepithelioma-like carcinoma Clear cell carcinoma Large cell carcinoma with rhabdoid phenothype5. Adenosquamous carcinoma6. Carcinoma with pleomorphic, sarcomatoid with elements Carcinoma with spindle and/or giant cell Pleomorphic carcinoma Spindle cell carcinoma Giant cell carcinoma Carcinosarcoma Pulmonary blastoma Other types7. Carcinoid tumours Typical carcinoid Atypical carcinoid8. Salivary gland type carcinoma Mucoepidermoid carcinoma Adenoid cystic carcinoma Other types9. Unclassified carcinoma

Lung Cancer

Primary Lung CancerSecondary Lung Cancer (Metastasis)

Non-Bronchogenic

Bronchogenic

Small Cell (SCLC)Non-Small Cell (NSCLC)

AdenoCaLarge Cell CaSquamous Cell Ca

Bronchioalveolar Cell Ca

ParameterNSCLCSCLC

Predicted new cases135,00045,000

Risk factorsSmoking, Asbestos, Li Fraumeni, Debrisoquine metabolismSmoking, Radioactivity

PresentationCough, dyspnea, chest pain, fevers, hemoptysis, fatique, weight loss, anorexia

DiagnosisSputum cytology, FNAB, bronchoscopy, VATS

Typical location of primaryCentral : SCC, Large Cell Peripheral : Adeno CaPleural based: Mesothelioma Central

Pattern of spreadLocal-regional-distantDistant

Common metastatic sitesLymph node, bone, liver, brain, adrenalsBone, bone marrow, liver, brain, adrenals

Staging systemTNMLimited vs extensive

Optimum primary treatmentCurative surgery (stage I III)Curative chemotherapy / radiotherapy (limited)

Objective response to chemotherapy30 40%70 80%

2.4 EtiologiSeperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui, tetapi paparan atau inhalasi yang berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik, gas radon, asbestos, polusi udara (aerosol sulfat) dan lain-lain. Faktor resiko penyebab terjadinya kanker paru adalah:a. Merokokb. Radiasic. Genetik d. Karsinogenik (seperti : asbes, arsen, chromium, mustard gas, nikel) (Alsagaff dan Mukty, 2010).

2.5 Deteksi DiniKeluhan dan gejala tumor paru tidak spesifik, seperti batuk darah, batuk kronik, berat badan menurun dan gejala lain yang juga dapat dijumpai pada jenis penyakit paru lain. Penemuan dini penyakit ini berdasarkan keluhan saja jarang terjadi, biasanya keluhan yang ringan terjadi pada mereka yang telah memasuki stadium II dan III. Di Indonesia kasus kanker paru terdiagnosis ketika penyakit telah berada pada stadium lanjut. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang penyakit ini, disertai dengan meningkatnya pengetahuan dokter dan peralatan diagnostik maka pendeteksian dini seharusnya dapat dilakukan (PDPI, 2003).Sasaran untuk deteksi dini terutama ditujukan pada subyek dengan risiko tinggi yaitu: Laki-laki, usia lebih dari 40 tahun, perokok Paparan industri tertentu (buruh pabrik)Dengan satu atau lebih gejala: batuk darah, batuk kronik, sesak napas, nyeri dada dan berat badan menurun (PDPI, 2003).Golongan lain yang perlu diwaspadai adalah perempuan perokok pasif dengan salah satu gejala di atas dan seseorang yang dengan gejala klinik: batuk darah, batuk kronik, sakit dada, penurunan berat badan tanpa penyakit yang jelas. Riwayat tentang anggota keluarga dekat yang menderita tumor paru juga perlu jadi faktor pertimbangan. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk deteksi dini ini, selain pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan radio toraks dan pemeriksaan sitologi sputum. Jika ada kecurigaan kanker paru, penderita sebaiknya segera dirujuk ke spesialis paru agar tindakan diagnostik lebih lanjut dapat dilakukan lebih cepat dan terarah (PDPI, 2003).

2.6 Diagnosis2.6.1 Gambaran klinisA. AnamnesisGambaran kllinis penyakit tumor paru tidak banyak berbeda dari penyakit paru lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejela obyektif. Dari anamnesis akan didapatkan keluhan utama dan perjalan penyakit, serta faktor-faktor lain yang sering sangat membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama dapat berupa (PDPI, 2003): Batuk-batuk dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen) Batuk darah Sesak napas Suara serak Sakit dada Sulit / sakit menelan Benjolan di pangkal leher, axila Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat Nyeri panggul, nyeri tulang (stadium lanjut)Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau patah tulang kaki (PDPI, 2003).Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti (PDPI, 2003): Berat badan berkurang Nafsu makan hilang Demam hilang timbul Sindrom paraneoplastik, seperti Hypertrophic pulmonary osteoartheopathy, trombosis vena perifer dan neuropati.B. Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik harus dilakukan secara menyeluruh dan teliti. Hasil yang didapat sangat bergantung pada kelainan saat pemeriksaan dilakukan. Tumor paru ukuran kecil dan terletak di perifer dapat memberikan gambaran normal pada pemeriksaan. Tumor dengan ukuran besar, terlebih bila disertai atelektasis sebagai akibat kompresi bronkus, efusi pleura atau penekanan vena kava akan memberikan hasil yang lebih informatif. Pemeriksaan ini juga dapat memberikan data untuk penentuan stadium penyakit, seperti pembesaran KGB atau tumor di luar paru. Metastasis ke organ lain juga dapat dideteksi dengan perabaan hepar, pemeriksaan funduskopi untuk mendeteksi peningkatan tekanan intrakranial dan terjadinya fraktur sebagai akibat metastasis ke tulang (PDPI, 2003).

2.6.2 Gambaran radiologisHasil pemeriksaan radiologis adalah salah satu pemeriksaan penunjang yang mutlak dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor primer dan metastasis, serta penentuan stadium penyakit berdasarkan sistem TNM. Pemeriksaan radiologi paru yaitu:A. Foto ToraksPada foto toraks PA/lateral akan dapat dilihat bila massa tumor dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm. Tanda yang mendukung keganasan adalah tepi yang ireguler, disertai identasi pleura, tumor satelit tumor, dll. Pada foto tumor juga dapat ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi perikar dan metastasis intrapulmoner. Sedangkan keterlibatan KGB untuk menentukan N agak sulit ditentukan dengan foto toraks saja (PDPI, 2003).Bila foto toraks menunjukkan gambaran efusi pleura yang luas harus diikuti dengan pengosongan isi pleura dengan punksi berulang atau pemasangan WSD dan ulang foto toraks agar bila ada tumor primer dapat diperlihatkan (PDPI, 2003). B. CT-Scan ToraksTeknik pencitraan ini dapat menentukan kelainan di paru secara lebih baik daripada foto toraks. CT-scan dapat mendeteksi tumor dengan ukuran lebih kecil dari 1 cm secara lebih tepat. Demikian juga tanda-tanda proses keganasan juga tergambar secara lebih baik, bahkan bila terdapat penekanan terhadap bronkus, tumor intra bronkial, atelektasis, efusi pleura yang tidak masif dan telah terjadi invasi ke mediastinum dan dinding dada meski tanpa gejala. Lebih jauh lagi dengan CT-scan, keterlibatan KGB yang sangat berperan untuk menentukan stadium juga lebih baik karena pembesaran KGB (N1-N3) dapat dideteksi. Demikian juga ketelitiannya mendeteksi kemungkinan metastasis intrapolmuner (PDPI, 2003).C. Pemeriksaan radiologi lainKekurangan dari foto toraks dan CT-scan toraks adalah tidak mampu mendeteksi telah terjadinya metastasis jauh. Untuk itu dibutuhkan pemeriksaan radiologik lain, misalnya Brain-CT untuk mendeteksi metastasis di tulang kepala / jaringan otak, bone scan dan/atau bone survey dapat mendeteksi metastasis di seluruh jaringan tulang tubuh. USG abdomen dapat melihat ada tidaknya metastasis di hati, kelenjar adrenal dan organ lain dalam rongga perut (PDPI, 2003).

2.6.3 Pemeriksaan khususA. BronkoskopiBronkoskopi adalah pemeriksaan dengan tujuan diagnostik sekaligus dapat dihandalkan untuk dapat mengambil jaringan atau bahan agar dapat dipastikan ada tidaknya sel ganas. Pemeriksaan ada tidaknya massa intrabronkus atau perubahan mukosa saluran napas, seperti terlihat kelainan mukosa tumor misalnya, berbenjol-benjol, hiperemis, atau stinosis infiltratif, mudah berdarah. Tampakan yang normal sebaiknya diikuti dengan tindakan biopsi tumor/dinding bronkus, bilasan, sikatan atau kerokan bronkus (PDPI, 2003).B. Biopsi Aspirasi JarumApabila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat dilakukan, misalnya karena amat mudah berdarah, atau apabila mukosa licin berbenjol, maka sebaiknya dilakukan biopsi aspirasi jarum, karena bilasan dan biopsi bronkus saja sering memberikan hasil negatif (PDPI, 2003).C. Transbronchial Needle Aspiration (TBNA)TBNA di karina, atau trakea 1/3 bawah (2 cincin di atas karina) pada posisi jam 1 bila tumor ada di kanan, akan memberikan informasi ganda, yakni didapat bahan untuk sitologi dan informasi metastasis KGB subkarina atau paratrakeal (PDPI, 2003).D. Transbronchial Lung Biopsy (TBLB)Jika lesi kecil dan lokasi agak di perifer serta ada sarana fluoroskopik maka biopsi pau lewat bronkus (TBLB) harus dilakukan (PDPI, 2003).E. Biopsi Transtorakal (Transthoraxic Biopsy, TTB)Jika lesi terletak di perifer dan ukuran lebih dari 2 cm, TTB dengan bantuan fluoroscopic angiography. Namun jika lesi lebih kecil dari 2 cm dan terletak di sentral dapat dilakukan TTB dengan tuntunan CT-scan (PDPI, 2003).F. Biopsi lainBiopsi jarum halus dapat dilakukan bila terdapat pembesaran KGB atau teraba massa yang dapat terlihat superfisial. Biposi KGB harus dilakukan bila teraba pembesaran KGB supraklavikula, leher atau aksila. Punksi dan biopsi pleura harus dilakukan jika ada efusi pleura (PDPI, 2003).G. Torakoskopi MedikDengan tindakan ini massa tumor di bagian perifer paru, pleura viseralis, pleura parietal dan mediastinum dapat dilihat dan dibiopsi (PDPI, 2003).H. Sitologi SputumSitologi sputum adalah tindakan diagnostik yang paling mudah dan murah. Kekurangan pemeriksaan ini terjadi bila tumor ada di perifer, penderita batuk kering dan teknik pengumpulan dan pengambilan sputum yang tidak memenuhi syarat (PDPI, 2003).

2.6.4 Pemeriksaan invasif lainPada kasus yang rumit terkadang tindakan invasif seperti torakoskopi dan tindakan bedah mediastinoskopi, torakotomi eksplorasi dan biopsi paru terbuka dibutuhkan agar diagnosis dapat ditegakkan. Tindakan ini merupakan pilihan terakhir bila dari semua cara pemeriksaan yang telah dilakukan, diagnosis histologis / patologis tidak dapat ditegakkan (PDPI, 2003).

2.6.5 Pemeriksaan lainA. Petanda TumorPetanda tumor yang telah ada, seperti CEA, Cyfra21-1, NSE dan lainnya tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis tetapi masih digunakan untuk evaluasi hasil pengobatan (PDPI, 2003).B. Pemeriksaan Biologi MolekulerPemeriksaan biologi molekuler telah semakin berkembang, cara paling sederhana dapat menilai ekspresi beberapa gen atau produk gen yang terkait dengan tumor paru, seperti protein p53, bcl2, dan lainnya. Manfaat utama dari pemeriksaan biologi molekuler adalah menentukan prognosis penyakit (PDPI, 2003).

2.6.6 Jenis histologisUntuk menentukan jenis histologis, dipakai klasifikasi histologis menurut WHO tahun 1999, tetapi untuk kebutuhan klinis cukup jika hanya diketahui (PDPI, 2003):1. Squamous carcinoma2. Small cell carcinoma3. Adenocarcinoma4. Large cell carcinomaBerbagai keterbatasan sering menyebabkan dokter spesialis Patologi Anatomi mengalami kesulitan menetapkan jenis sitologi/histologis yang tepat. Karena itu, untuk kepentingan pemilihan jenis terapi, minilam harus ditetapkan, apakah termasuk kanker paru karsinoma sel kecil (KPKSK atau small cell lung cancer, SCLC) atau kanker paru karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK atau nonsmall cell lung cancer, NSCLC) (PDPI, 2003).

2.6.7 Penderajatan (staging) tumor paruPenderajatan untuk NSCLC ditentukan menurut International System For Lung Cancer 1997, berdasarkan sistem TNM (Alsagaff dan Mukty, 2010).StageTNM

Occult carcinomaTxN0M0

0TisN0M0

IAT1N0M0

IBT2N0M0

IIAT1N1M0

IIBT2T3N1N0M0M0

IIIAT1, T2T3N2N1, N2M0M0

IIIBAny TT4N3Any NM0M0

IVAny TAny NM1

T:Tumor Primer

T0:Tidak ada bukti tumor primer

Tx:Tumor primer sulit dinilai, atau tumor primer terbukti dari penemuan sel tumor ganas pada sekret bronkopulmoner tetapi tidak tampak secara radiologis atau bronkoskopik

Tis:Karsinoma in situ

T1:Tumor dengan garis tengan terbesar tidak melebihi 3 cm, di kelilingi oleh jaringan paru atau pleura viseral dan secara bronkoskopik invasi tidak lebih proksimal dari bronkus lobaris (belum sampai ke bronkus utama)

T2: Setiap tumor dengan ukuran atau perluasan sebagai berikut: Garis tengah terbesar lebih dari 3 cm Mengenai bronkus utama sejauh 2 cm atau lebih distal dari karina Mengenai pleura viseral Berhubungan dengan atelektasis atau pneumonitis obstruktif yang meluas ke daerah hilus, tetapi belum mengenai seluruh paru

T3: Tumor ukuran berapapun, dengan perluasan langsung pada: dinding dada (termasuk tumor sulkus superior), diafragma, pleura mediastinum atau tumor dalam bronkus utama yang jaraknya kurang dari 2 cm sebelah distal karina atau tumor yang berhubungan dengan atelektasis atau pneumonitis obstruktif seluruh paru

T4:Tumor ukuran berapapun yang mengenai mediastinum atau jantung, pembuluh besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, karina, tumor yang disertai dengan efusi pleura ganas atau satelit tumor nodul ipsilateral pada lobus yang sama dengan tumor primer

N:KGB regional

Nx:KGB tak dapat dinilai

N0:Tak terbukti keterlibatan KGB

N1:Metastasis pada KGB peribronkial dan/atau hilus ipsilateral, termasuk perluasan tumor secara langsung

N2:Metastasis pada KGB mediastinum ipsilateral dan/atau KGB subkarina

N3:Metastasis pada hilus atau mediastinum kontralateral atau KGB skalenus / supraklavikula ipsilateral / kontralateral

M:Metastasis (anak sebar) jauh

Mx:Metastasis tak dapat dinilai

M0:Tak ditemukan metastasis jauh

M1:Ditemukan metastasis jauh, termasuk nodul tumor yang terpisah dalam lobus yang berbeda (ipsilateral atau kontralateral)

Sedangkan klasifikasi pada SCLC tidak berdasarkan TNM, melainkan: Limited disease: tumor terbatas pada hemitoraks dan kelenjar ipsilateral Extensive disease: penyebaran tumor melampaui limited disease

2.6.8 TampilanTampilan penderita tumor paru berdasarkan keluhan subyekif dan obyektif yang dapat dilihat oleh dokter. Ada beberapa skala internasional untuk menilai tampilan ini, antara lain berdasarkan Karnofsky Scale yang banyak diapakai di Indonesia, tetapi juga dapat dipakai skala tampilan WHO. Tampilan inilah yang sering jadi penentu dapat tidaknya kemoterapi atau radioterapi kuratif diberikan (PDPI, 2003).

Nilai Skala KarnofskyNilai Skala WHOKeterangan

90 1000Aktif normal

70 801Ada keluhan tetapi masih aktif dan dapat mengurus dii sendiri

50 602Cukup aktif, namun kadang memerluka bantuan

30 403Kurang aktif, perlu perawatan

10 204Tidak dapat meninggalkan tempat tidur, perlu rawat di RS

0 10-Tidak sadar

2.7 Terapi2.7.1 PembedahanIndikasi pembedahan pada tumor paru adalah untuk NSCLC stadium I dan II. Pembedahan juga merupakan bagian dari combine modality therapy, misalnya kemoterapi neoadjuvan untuk NSCLC stadium IIIA. Indikasi lain adalah bila ada kegawatan yang memerlukan intervensi bedah, seperti tumor paru dengan sindroma vena kava superior berat (PDPI, 2003).Prinsip pembedahan adalah sedapat mungkin tumor direseksi lengkap berikut jaringan KGB intrapulmoner, dengan lobektomi maupun pneumonektomi. Segmentomi atau reseksi baji hanya dikerjakan jika faal paru tidak cukup untuk lobektomi. Tepi sayatan diperiksa dengan potong beku untuk memastikan bahwa batas sayatan bronkus bebas tumor. KGB mediastinum diambil dengan diseksi sistematis, serta diperiksa secara patologi anatomis.Hal penting lain yang penting diingat sebelum melakukan tindakan bedah adalah mengetahui toleransi penderita terhadap jenis tindakan bedah yang akan dilakukan. Toleransi penderita yang akan dibedah dapat diukur dengan nilai uji faal paru dan jika tidak memungkinkan dapat dinilai dari hasil analisa gas darah (PDPI, 2003).Syarat untuk reseksi paru: Risiko ringan untuk pneumonektomi, bila FVC paru kontralateral baik, FEV1 > 60% Risiko sedang pneumonektomi, bila FVC paru kontralateral 35%, FEV1 > 60%

2.7.2 RadioterapiRadioterapi pada kanker paru dapat menjadi terapi kuratif atau paliatif. Pada terapi kuratif, radioterapi menjadi bagian dari kemoterapi neoadjuvan untuk NSCLC stadium IIIA. Pada kondisi tertentu, radioterapi saja tidak jarang menjadi alternatif terapi kuratif (PDPI, 2003).Radiasi sering merupakan tindakan darurat yang harus dilakukan untuk meringankan keluhan penderita, seperti sindroma vena kava superior, nyeri tulang akibat invasi tumor ke dinding dada dan metastasis tumor di tulang atau otak (PDPI, 2003).Penetapan kebijakan radiasi pada NSCLC ditentukan beberapa faktor:1. Staging penyakit2. Status tampilan3. Fungsi paruBila radiasi dilakukan setelah pembedahan, maka harus diketahui: Jenis pembedahan termasuk diseksi kelenjar yang dikerjakan Penilaian batas sayatan oleh ahli PADosis radiasi yang diberikan secara umum adalah 5000 6000 cGy, dengan cara pembrian 200 cGy/x, 5 hari perminggu.Syarat standar sebelum penderita diradiasi adalah:1. Hb > 10 g%2. Trombosit > 100.000/mm33. Leukosit > 3000/dL

2.7.3 KemoterapiKemoterapi dapat diberikan pada semua kasus tumor paru. Syarat utama harus ditentukan jenis histologis tumor dan tampilan (performance status) harus lebih dari 60 menurut skala Karnofsky atau 2 menurut skala WHO. Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan beberapa obat antikanker dalam kombinasi regimen kemoterapi. Pada keadaan tertentu, penggunaan 1 jenis obat antikanker dapat dilakukan (PDPI, 2003).Prinsip pemilihan jenis antikanker dan pemberian sebuah regimen kemoterapi adalah (PDPI, 2003):1. Platinum based therapy (sisplatin atau karboplatin)2. Respons obyektif satu obat antikanker 15%3. Toksisitas obat tidak melebihi grade 3 skala WHO4. Harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 2 siklus pada penilaian terjadi tumor progresif.Syarat standar yang harus dipenuhi sebelum kemoterapi(PDPI, 2003) :1. Tampilan > 70 80, pada penderita dengan PS < 70 atau usia lanjut, dapat diberikan obat antikanker dengan regimen tertentu dan/atau jadwal tertentu2. Hb 10 g%, pada penderita anemia ringan tanpa perdarahan akut, meski Hb < 10 g% tidak perlu transfusi darah segera, cukup diberi terapi sesuai dengan penyebab anemia3. Granulosit 1500/mm34. Trombosit 100.000/mm35. Fungsi hati baik6. Fungsi ginjal baikUmumnya kemoterapi diberikan sampai 6 siklus/sekuen, bila penderita menunjukkan respons yang memadai. Evaluasi respon terapi dilakukan terhadap (PDPI, 2003): Respon subyektif yaitu penurunan keluhan awal Respon semisubyektif yaitu perbaikan tampilan, bertambahnya berat badan Respon obyektif Efek samping obat

2.7.4 ImunoterapiAda beberapa cara dan obat yang dapat digunakan meskipun belum ada hasil penelitian di Indonesia yang menyokong manfaatnya (PDPI, 2003).

2.7.5 HormonoterapiAda beberapa cara dan obat yang dapat digunakan meskipun belum ada hasil penelitian di Indonesia yang menyokong manfaatnya (PDPI, 2003).

2.7.6 Terapi GenTeknik dan manfaat pengobatan ini masih dalam penelitian (PDPI, 2003).

2.8 Pengobatan PaliatifHal yang perlu ditekankan dalam terapi paliatif adalah tujuannya untuk meningkatkan kualitas hidup penderita sebaik mungkin. Gejala dan tanda karsinoma bronkogenik dapat dikelompokkan pada gejala bronkopulmoner, ekstrapulmoner intratorasik, ekstratorasik non metastasis dan ektratorasik metastasis. Sedangkan keluhan yang sering dijumpai adalah batuk, batuk darah, sesak napas dan nyeri dada.Pengobatan paliatif untuk tumor paru meliputi radioterapi kemoterapi, medikamentosa, fisioterapi, dan psikososial. Pada beberapa keadaan intervensi bedah, pemasangan stent dan cryotherapy dapat dilakukan(PDPI, 2003).

2.9 Rehabilitasi MedikPada penderita tumor paru dapat terjadi gangguan muskuloskeletal terutama akibat metastasis ke tulang. Manifestasinya dapat berupa infiltrasi ke vertebra atau pendesakan syaraf. Gejala yang timbul berupa kesemutan, baal, nyeri dan bahkan dapat terjadi paresis sampai paralisis otot, dengan akibat akhir terjadinya gangguan mobilisasi/ambulasi (PDPI, 2003).Upaya rehabilitasi medik tergantung pada kasus, apakah operabel atau tidak (PDPI, 2003). Bila operabel tindakan rehabilitasi medik adalah preventif dan restortif Bila non-operabel tindakan rehabilitasi medik adalah suportif dan paliatif

2.10 EvaluasiAngka kekambuhan tumor paru paling tinggi terjadi pada 2 tahun pertama, sehingga evaluasi pada pasien yang telah diterapi optimal dilakukan setiap 3 bulan sekali. Evaluasi meliputi pemeriksaan klinis dan radiologis yaitu foto toraks PA/lateral dan Ct-scan toraks, sedangkan pemeriksaan lain dilakukan atas indikasi (PDPI, 2003).

2.11 Prognosis (Margono dan Pradjoko, 2005)NSCLC : 5 years survival rate setelah reseksi

StadiumStadium klinisStadium bedah

IA60%74%

IB38%61%

IIA34%55%

IIB23%39%

IIIA9 13%22%

IIIB3 7%

IV1%

SCLC : 2 years survival rate setelah kemoterapi

StadiumRata-rataMedian

Limited15 20%14 20 bulan

Extensive< 3%8 13 bulan

2.12 PreventifPencegahan utama adalah berhenti merokok. Menghentikan seorang perokok aktif sekaligus menyelamatkan lebih dari seorang perokok pasif. Deteksi dini terutama pada subyek resiko tinggi (laki-laki, usia > 40 tahun, perokok dan paparan industri tertentu) dengan satu atau lebih gejala yaitu batuk darah, batuk kronis, sesak nafas, nyeri dada, berat badan menurun. Golongan lain wanita perokok pasif dengan salah satu gejala tersebut atau seseorang dengan gejala tersebut tanpa penyakit yang jelas. Riwayat keluarga dengan kanker paru juga perlu dipertimbangkan (Margono dan Pradjoko, 2005).

BAB 3 KESIMPULANKanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penangan dan tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan keterampilan dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran. Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru).

DAFTAR PUSTAKA

1. Alsagaff, H dan Mukty, A, 2010. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press, Surabaya.2. Margono dan Pradjoko, 2005.Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Paru, Ed III, 2005. RSU Dokter Soetomo, Surabaya.3. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Kanker Paru Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia. 2003.4. file:///D:/Downloads/S1-2014-296431-chapter1%20(1).pdf5. http://www.iarc.fr/en/publication/pdfs-online/pat-gen/bb10/bb10-chap1.pdf

2