TUGAS SKRIPSI NOVITA

28
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan tidak dapat digerakan tanpa adanya dukungan dana terutama yang berasal dari dalam negeri sehingga pada sektor ini penerimaan dalam negeri sangat diperlukan. Pemerintah berupaya setiap tahunnya penerimaan dalam negeri terutama dari pajak terus meningkat. Demikian penting pajak bagi negara, maka pemungutannya didasarkan pada ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 huruf (a), bahwa segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang-undang. Bumi dan bangunan memberikan keuntungan dan kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai hak atasnya atau memperoleh manfaat dari padanya, oleh karena itu wajar apabila mereka diwajibkan memberikan sebagian dari manfaat atau kenikmatan yang diperolehnya kepada negara melalui pajak, yaitu Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Pengaturan PBB, terdapat dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985, yang di ubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan atau yang disebut dengan UUPBB.Undang-undang ini merupakan landasan hukum dalam pengenaan pajak sehubungan dengan hak atas

Transcript of TUGAS SKRIPSI NOVITA

Page 1: TUGAS SKRIPSI NOVITA

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan tidak dapat digerakan tanpa adanya dukungan dana terutama

yang berasal dari dalam negeri sehingga pada sektor ini penerimaan dalam negeri

sangat diperlukan. Pemerintah berupaya setiap tahunnya penerimaan dalam

negeri terutama dari pajak terus meningkat. Demikian penting pajak bagi negara,

maka pemungutannya didasarkan pada ketentuan Undang-Undang Dasar 1945

Pasal 23 huruf (a), bahwa segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan

Undang-undang.

Bumi dan bangunan memberikan keuntungan dan kedudukan sosial

ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai hak atasnya atau

memperoleh manfaat dari padanya, oleh karena itu wajar apabila mereka

diwajibkan memberikan sebagian dari manfaat atau kenikmatan yang

diperolehnya kepada negara melalui pajak, yaitu Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB). Pengaturan PBB, terdapat dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985,

yang di ubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Pajak

Bumi dan Bangunan atau yang disebut dengan UUPBB.Undang-undang ini

merupakan landasan hukum dalam pengenaan pajak sehubungan dengan hak atas

bumi dan/atau perolehan manfaat atas bumi dan/atau kepemilikan, penguasaan

dan/atau perolehan manfaat atas bangunan.

Untuk memudahkan wajib pajak menerapkan kewajibannya, maka

pemerintah menyediakan berbagai fasilitas diantaranya adalah: Bank, Pos dan

Giro, dan tempat lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Hal ini menunjukan

begitu besarnya perhatian dan fasilitas yang diberikan kepada wajib pajak

untuk melaksanakan kewajibannya, tetapi dilapangan dalam penerapan

pemungutan PBB tidak semudah yang dibayangkan karena masih ada wajib pajak

yang belum menyadari akan pentingnya pemenuhan kewajiban tersebut bagi

dirinya dan Negara, sehingga mereka belum mau membayar PBB.

Page 2: TUGAS SKRIPSI NOVITA

Dalam hal penerapan pemungutan PBB pada Dinas Pendapatan Daerah

Kabupaten Lampung Utara, ditemukan bahwa terdapat permasalahan

ketidakpatuhan/kelalaian wajib pajak PBB di Kabupaten lampung Utara. Hal ini

tergambar data tentang target dan capaian pendapatan pajak PBB Kabupaten

Pinrang tahun anggaran 2010, sebagai berikut:

PBB yang ditergetkan oleh APBD sebesar Rp.4.998.769.768,- tetapi

realisasinya hanya mencapai Rp.3.698.369.808,- atau 73,99%dengan capaian

terendah yang terdapat di Kecamatan Watang Sawitto yaitu Rp.246.313.030,- atau

57,22%.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti dan mengkaji permasalahan yang ada dan membahas permasalahan

tersebut kedalam bentuk skripsi yang berjudul: “Penerapan Sanksi Administrasi

Terhadap Ketidakpatuhan Membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Di

Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, maka

permasalahan yang akan dibahas adalah bagaimana bentuk-bentuk atau jenis-jenis

sanksi administrasi dalam penerapan terhadap ketidakpatuhan membayar pajak

bumi dan bangunan, yaitu berupa :

1. Bagaimana penerapan sanksi administrasi terhadap ketidakpatuhan wajib

pajak dalam membayar PBB di Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten

Pinrang?

2. Faktor-faktor apakah yang menghambat penerapan sanksi administratif

terhadap ketidakpatuhan wajib pajak dalam membayar PBB di Kecamatan

Watang Sawitto Kabupaten Pinrang ?

Page 3: TUGAS SKRIPSI NOVITA

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami:

1. Untuk mengetahui dan memahami penerapan sanksi administrasi terhadap

ketidakpatuhan wajib pajak dalam membayar PBB.

2. Untuk mengetahui dan memahami faktor yang menghambat penerapan sanksi

administrasi terhadap ketidakpatuhan wajib pajak dalam membayar PBB.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini bermanfaat, baik secara teoritis dan praktis :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan berguna untuk dapat menemukan atau

menghasilkan tatacara penerapan sanksi administrasi kepada wajib pajak PBB

yang tidak patuh menunaikan kewajiban.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini berguna sebagai acuan atau referensi bagi pemerintahan

daerah dalam rangka menghasilkan keputusan pemberian sanksi administrasi

terhadap wajib pajak PBB yang tidak patuh menunaikan kewajibannya.

Page 4: TUGAS SKRIPSI NOVITA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian PBB

Pengertian PBB menurut UUPBB adalah iuran yang dikenakan terhadap

pemilik, pemegang kekuasaan, penyewa dan yang memperoleh manfaat dari

bumi dan atau bangunan. Pengertian Bumi disini adalah termasuk permukaan

bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Bumi menunjuk pada permukaan

bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia.

Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakan secara tetap pada

tanah dan atau perairan dan digunakan sebagai tempat tinggal atau tempat

berusaha.

Dari peranan di atas, dapat disimpulh\kan bahwa pengertian PBB adalah

iuran yang dikenakan terhadap orang atau badan yang secara nyata mempunyai

hak, memilik, menguasai dan memperoleh manfaat dari buni dan bangunan.

2. Objek PBB

Berdasarkan Pasal 2 Ayat (1) UU PBB, yang menjadi Objek PBB adalah

bumi dan atau bangunan. bumi, permukaan bumi, tanah (perairan) dan tubuh

bumi yang ada dibawahnya. Sedangkan bangunan yang juga dijadikan objek PBB

adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakan secara tetap pada tanah dan

atau perairan. Selanjutnya penjelasan dari Pasal 1 Angka (2) UUPBB,

menguraikan lebih lanjut mengenai pengertian bangunan yang menjadi objek PBB

adalah :

a. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu komplek suatu bangunan seperti

hotel, pabrik, dan emplasemennya, dan lain-lain yang merupakan satu

kesatuan denan kompleks banguan tersebut;

b. Jalan TOL;

c. Kolam renang;

Page 5: TUGAS SKRIPSI NOVITA

d. Pagar mewah;

e. Tempat olahraga;

f. Galangan kapal;

g. Darmaga;

h. Taman mewah;

i. Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas;

j. Pipa minyak;

k. Fasilitas lain yang memberi manfaat

Dalam rangka memberikan manfaat kepada pemerintahan atau berupaya

dalam pelaksanaan pemungutan PBB secara adil maka undang-undang

memberikan kewenangan kepada Menteri Keuangan untuk mengatur tentang

klasifikasi objek pajak.yang dimaksud dengan klasifikasi objek bumi dan

bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan

digunakan sebagai pedoman serta untuk memudahkan penghitungan pajak

terhutang.

Menurut Mardiasmo (2002:271) dalam menentukan klasifikasi bumi

dan bangunan Menteri Keuangan harus memperhatikan faktor-faktor sebagai

berikut:

a. Bumi/tanah:

1) Letak;

2) Peruntukan;

3) Pemanfaatan;

4) Kondisi;

b. Bangunan:

1) Bahan yang digunakan;

2) Rekayasa;

3) Letak;

4) Kondisi lingkungan dan lain-lain;

Objek PBB yng tidak dikenakan PBB pasal 3 UUPBB yaitu objek pajak

yang :

Page 6: TUGAS SKRIPSI NOVITA

a. Digunakan semata-semata untuk melayani kepentingan umum yang tidak

dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan;

b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan

itu;

c. Merupakan hutan lindung, hutan seuka alam, hutan wisata, taman nasional,

tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum

dibebani oleh suatu hak;

d. Digunakan oleh perwakilan diplomatic, konsultan berdasarkan asas

perlakuan timbal balik;

e. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang

ditentukan oleh mentri keuangan;

f. Objek pajak digunakan oleh untuk penyelenggaraan pemerintahan;

g. Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (OJOPTKP) ditetapkan

paling besar Rp.12.000.000 (dua belas juta rupiah) untuk setiap Wajib pajak.

3. Subjek PBB

Subjek PBB menurut Pasal 4 UUPBB adalah orang atau badan yang secara

nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau memperoleh manfaat atas bumi,

dan atau memiliki, menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas

bangunan.Selanjutnya dapat dirinci, bahwa yang dimksud subjek pajak

sebagaimana dimaksudkan diatas adalah terdiri dari orang atau badan yang:

a. Memiliki atau mempunyai hak atas bumi dan atau bangunan:

1) Memiliki atau mempunyai hak atas bumi (tanah) saja;

2) Memiliki atau mempunyai hak atas bangunan saja; dan

3) Memiliki atau mempunyai hak atas bumi (tanah dan bangunan).

b. Menguasai bumi dan atau bangunan:

1) Menguasai bumi (tanah) saja;

2) Menguasai bangunan saja; dan

3) Menguasai bumi (tanah) dan bangunan;

c. Memperoleh manfaat atas bumi dan atau bangunan:

1) Memperoleh manfaat atas bumi (tanah) saja;

Page 7: TUGAS SKRIPSI NOVITA

2) Memperoleh manfaat atas bangunan saja; dan

3) Memperoleh manfaat atas bumi (tanah) dan bangunan.

Berdasarkan rincian diatas, dapat disimpulkan bahwa subjek PBB adalah:

a. Pemilik;

b. Pemegang kekuasaan;

c. Penyewa atau sebagainya.

Subjek pajak sebagaimana diuraikan diatas, adalah pihak yang berkewajiban

mendapatkan objek pajak dan membayar PBB. Dalam hal ini disebut wajib pajak.

Terhadap objek pajak yang belum jelas wajib pajaknya, UUPBB memberikan

wewenang pada Ditjen pajak untuk menetapkan subjek pajak sebagai wajib

pajak.sebagai keseimbangan, UUPBB memberikan hak kepada subjek pajakyang

telah ditetapkan sebagai wajib pajak untuk dapat memberikan keterangan secara

tertulis kepada Ditjen pajak bahwa ia bukan wajib pajak terhadap objek pajak

dimaksud.atas keberatan tersebut dalam waktu sebulan sejak diterimannya surat

keterangan ini Ditjen pajak akan mengeluarkan surat keputusan disertai dengan

alasan-alasannya. ( Pasal 4 UUPBB).

4. Tinjauan Tentang Sanksi Administrasi

a. Pengertian Sanksi Administrasi dan Ketidakpatuhan Wajib Pajak

Sanksi merupakan penegak hukum selain pengawasan,sanksi merupakan

bagian penting dalam setiap peraturan parunang-undangan. Sanksi biasanya

dicantumkan pada bagian akhir suatu perundang-undangan (incaun

davenenum ). Sanksi diperlukan sebagai instrumen untuk menjamin penegakan

hukum administrasi, karena sanksi mempuyai sifat memaksa.

Menurut Philipus M Hadjon (2002 : 245) mendefinisikan secara jelas

tentang pengertian sanksi administrasi, tetapi hanya memberikan batasan bahwa

dalam hukum administrasi, penggunaan dan penerapan sanksi administrasi

merupakan wewenang pemerintah. Sanksi administrasi ditinjau dari hukum

administrasi, karena merupakan alat kekuasaan yang bersifat publik yang dapat

digunakan oleh pemerintah sebagai reaksi atas ketidakpatuhan terhadap kewajiban

yang telah ditetapkan dalam norma hukum administrasi negara.

Page 8: TUGAS SKRIPSI NOVITA

S Prajudi Atmosudirjo (1994 : 141) mendefinisikan secara jelas

tentang pengertian sanksi administrasi tetapi hanya menyebutkan bahwa bilamana

dalam suatu tindakan hukum administrasi terhadap suatu ikatan hukum (r

echts betr ekking ) diantara administrasi dan seorang warga masyarakat, dimana si

warga masyarakat terikat (veplich ting) untuk melakukan atau memenuhi

sesuatu, sedangkan ia lalai atau tidak dapat menunaikannya, maka administrasi

dapat melakukan danksi hukum adminstrasi negara terhadapnya tanpa perantara

atau melalui hakim.

Dari kedua pendapat diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian

sanksi administrasi adalah alat kekuasaan pemerintah yang bersifat publik

memaksa, yang digunakan sebagai reaksi dari kelalaian warga masyarakat

terhadap kewajibannya, yang pelaksanaannya tidak memerlukan putusan

pengadilan terlebih dahulu.

Menurut Rochmat Soemitro (1991:84) mengatakan bahwa sanksi

administrati sifat dan pelaksanaanya lian dari pada sanksi pidana. Sanksi

administratif adalah hukuman yang dijatuhkan oleh pejabat administrasi terhadap

wajib pajak yang melanggar ketentuan Undang-Undang yang dikualifikasikan

lebih ringan dari pada tindak pidana, yang selalu berupa sejumlah uang, baik suatu

jumlah tetap atau suatu perkalian atau persentase dari jumlah pajak yang terutang.

Sedangkan menurut Marsono (1986:46) sanksi administrasi merupakan sanksi

yang dikenakan bagi subyek pajak atau wajib pajak dalam hal tidak memenuhi

ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan data obyek pajak dan waktu

pembayaran pajak.

b. Jenis Sanksi Administrasi

Menurut Philipus M Hadjo (2002 : 245) sanksi Administrasi terdiri dari :

1) Paksaan pemerintah (bes tuurs dw ang), yaitu tindakan nyata yang

dilakukan oleh odgan pemerintahan atau atas nama pemerintah untuk

memindahkan, mengosongkan, menghalang-halangi, memperbaiki

pada keadaan semula terhadap hal yang telah dilakukan atau sedang

dilakukan yang bertentangan dengan peraturan perudang-undangan.

Page 9: TUGAS SKRIPSI NOVITA

2) Penarikan kembali keputusan (ketetapan) yang menguntungkan.

3) Pengenaan denda administrasi yang bersifat tambahan terhadap

hukuman yang telah dijatuhkan atas pelanggaran peraturan perundang-

undangan, sanksi ini biasanya terdapat pada hukum pajak, jaminan

sosial dan hukum kepegawaian.

4) Pengenaan uang paksa (dw angs om ) diterapkan kepada warga negara

yang tidak mematuhi atau melanggar peraturan perundang-undangan .

Menurut Bambang Waluyo (1989:84) dalam bukunya tindak pidana

perpajakan menyatakan bahwa saksi administratif sampai dengan saksi pidana

yang berupa saksi pidana pencabutan kemerdekaan dikenakan terhadap wajib

pajak yang menyimpang dari ketentuan kewajiban perpajakan. Dan saksi

administratif perpajakan itu sendiri ada 3 (tiga) macam yang dapat dikenakan

terhadap wajib pajak sesuai dengan sistem Undang-Undang perpajakan, tiga

macam sanksi administrasi tersebut adalah:

a. Denda Aministrasi;

b. Sanksi Bunga;

c. Sanksi Kenaikan Pajak;

Berdasarkan dari tiga macam sanksi administrasi tersebut adalah:

1) Denda administrasi

Besar saksi administrasi yang berupa denda administrasi sangat

bervariasi dan bergantung pada tingkat kepatuhan wajib pajak dalam

memenuhi kewajiban formal penyampaian Surat Pemberutahuan Tahunan

(SPT), seperti:

a) Adanya kekeliruan dalam pengisian SPT

b) Adanya kelalaian pengisian faktur pajak dan

c) Adanya keterlambatan pembayaran pajak terhutang.

Secara rinci denda administrasi yang dimaksud meliputi:

i. Denda administrasi sebesar Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah)

dan 100.000,00 (seratus ribu rupiah) dikenakan terhadap wajib

pajak yang tidak menyampaikan atau terlambat menyampaikan

SPT, yaitu apabila terlambat menyampaikan SPT melampaui batas

Page 10: TUGAS SKRIPSI NOVITA

20 (dua puluh) hari bagi penyampaian surat pemberitahuan masa

dan 3 (tiga) bulan bagi penyampaian surat pemberitahuan tahunan.

(Pasal 3 dan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2000

Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang

selanjutnya disebut UU KUP).

ii. Denda administrasi sebesar dua kali jumlah pajak yang kurang

dibayar. Sanksi ini dikenakan terhadap wajib pajak yang dengan

kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya

disertai pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang

sebenarnya terhutang ( Pasal 8 Ayat (3) UU KUP). Pasal 8 Ayat (3)

menyebutkan bahwa: sekalipun telah dilakukan tindak

pemeriksaan, tetapi sepanjang belum dilakukan tindakan

penyidikan mengenai adanya ketidakbenaran yang dilakukan wajib

pajak sebagai mana dimaksud dalam Pasal 38 UU KUP, terhadap

ketidak benaran wajib pajak tersebut tidak akan dilakukan

penyidikan, apabila wajib pajak dengan kemauan sendiri

mengungkapkan ketidak benaran perbuatannya tersebut dengan

disertai pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang

sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi berupa denda

sebesar 2 (dua) kali jumlah pajak yang kurang dibayar.

iii. Denda administrasi sebesar 2% (dua persen) dari dasar pengenaan

pajak, dikenakaan terhadap pengusaha kena pajak yang tidak

melaporkan usahanya kepada Direktur Jenderal pajak ditempat

pengusaha bertempat tinggal atau berkedudukan dan tidak

membuat atau tidak mengisi selengkapnya faktur pajak ( Pasal 14

UUKUP).

iv. Denda administrasi sebesar 2% (dua persen ) sebulan. Menurut

Pasal 11 Ayat (3) UU PBB: pajak yang terhutang yang pada saat

jatuh tempo pembayaran tidak dibayar atau kurang dibayar,

dikenakan denda administrasi sebesar 2% (dau persen) sebulan,

Page 11: TUGAS SKRIPSI NOVITA

yang dihitungdari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran

untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.

v. Denda administrasi sebesar 25% dari pokok pajak. Denda

administrasi sebesar ini dikenakan terhadap wajib pajak yang tidak

menyampiakan Surat Pemberitahuan Obyek Pajak (SPOP) dalam

waktu 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya SPOP dan setelah

ditegur secara tertulis melalui surat teguran ( Pasal 9 Ayat (2) dan

Pasal 10 Ayat (2) huruf a dan Ayat (3) UU PBB).

vi. Denda administrasi sebesar 25% dari selisih pajak yang

terhutang. Pengenaan sanksi yang demikian ditujukan terhadap

wajib pajak yang mengisi SPOP tidak sesuai dengan keadaan

sebenarnya yaitu berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata jumlah

pajak yang terhutang lebih besar dari jumlah pajak yang dihitung

berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh wajib pajak ( Pasal 10

Ayat (2) huruf b dan Ayat (4) UU PBB).

vii. Denda administrasi sebesar 200% (dua ratus persen) dari bea

materai yang tidak atau kurang dibayar.

2) Sanksi Bunga

Pengenaan sanksi berupa bunga sebesar 2% perbulan dikenakan

terhadap wajib pajak yang pembayaran pajaknya tidak sesuai dengan

ketentuan atau terlambat dibayar ( Pasal 8 Ayat (2), Pasal 14 Ayat (3) dan

Pasal 19 UU KUP)

3) Sanksi Kenaikan Pajak

Wajib pajak melakukan ketidak benaran dalam pengisian SPT

dapat dikenakan sanksi berupa ketetapan pajak tambahan dengan kenaikan

pajak sebesar 50% (lima puluh persen) bagi wajib pajak yang membayar

sendiri beban pajaknya ataau 100% bagi pemotong atau pemungut pajak

(Pasal 15 UU KUP). Sanksi administrasi adalah hukuman ringan dari pejabat

administrasi terhadap subyek pajak atau wajib pajak yang melanggar

ketentuan Undang-Undang Perpajakan (UU PBB) yang berlaku, sanksi

Page 12: TUGAS SKRIPSI NOVITA

administrasi tersebut dapat berupa bunga, denda dan kenaikan jumlah pajak

yang harus dibayarkan.

c. Sanksi Administrasi Dalam UUPBB

Sanksi administratif bagi wajib PBB telah diatur dalm UUPBB yaitu Pasal

9 Ayat (2), Pasal 10 Ayat (2), (3) dan Ayat (4) dan dalam Pasal 11 Ayat (3)

UUPBB adalah sebagai berikut:

a. Denda administrasi sebesar 25% dihitung dari pokok pajak bagi wajib pajak

yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Obyek Pajak (SPOP)

walaupun sudah ditegur secara tertulis seperti yang dirumuskan dalam Pasal 9

Ayat (2) dan Pasal 10 Ayat (2) huruf a dan Ayat (3) UUPBB yaitu:

Pasal 9 Ayat (2) menyebutkan bahwa :

Surat pemberitahuan Obyek Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat(1)

harus diisi dengan jelas, benar,dan lengkap serta ditandatangani dan

disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya

meliputi obyek pajak,selambat-lambatnya 30 hari setelah tanggal

diterimanya surat pemberitahuan Obyek Pajak dan Subyek Pajak.

Pasal 10 ayat(2) huruf a menyebutkan bahwa:

Apabila Surat Pemberitahuan Obyek pajak tidak disampaikan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 9ayat(2) dan telah ditegur secara tertulis tidak

disampaikan sebagaimana ditentukan dalam surat teguran.

Pasal 10 ayat(3) menyebutkan bahwa :

Jumlah pajak yang terhutang dalam Surat Ketetapan Pajak sebagai mana

dimaksud dalan Ayat (2) huruf a, adalah pokok pajak ditambah dengan denda

administrasi sebesar 25% (dua puluh lama persen) dihitung dari pokok pajak.

b. denda administrasi sebesar 25% dari selisih pajak yang terhutang bagi wajib

pajak yang melaporkan data obyek pajak tidak benar (lebih kecil dari hasil

pemeriksaan Drirektorat Jendral Pajak). Hal tersebut telah dirumuskan dalam

Pasal 10 Ayat (2) huruf b dan Ayat (4) UUPBB yaitu:

Pasal 10 Ayat (2) huruf b, meyebutkan bahwa apabila berdasarkan

pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah pajak yang terhutang lebih

Page 13: TUGAS SKRIPSI NOVITA

besar dari jumlah pajak yang dihutangkan berdasarkan Surat Pemberitahuan

Obyek Pajak yang disampaikan oleh wajib pajak.

Pasal 10 Ayat (4) menyebutkan bahwa :

Jumlah pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak senagai mana yang

dimaksud dalam Ayat (2) huruf b,adalah selisih pajak yang terutang

berdasarkan hasil pemeriksan tau keterangan lain dengan pajak yang

terutang yang dihitung berdasarkan Surat Pemberitahuan Obyek Pajak

ditambah denda administrasi sebesar 25% dari selisih pajak terhutang.

c. dikenakan denda administrasi sebesar 2% sebulan,yang dihitung dari saat

jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran. Untuk jangka waktu paling

lama 24 bulan untuk pajak terhutang yang pada saat jatuh tempo

pembayaran tidak dibayar atau pembayaran kurang, seperti yang dirumuskan

dalam:

Pasal 11 Ayat (3) UU PBB yaitu:

Pajak yang terutang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar atau

kurang dibayar, dikenakan denda administrasi sebesar 2% sebulan, yang

dihitung pada saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka

waktu paling lama 24 bulan. Yang perlu diperhatikan oleh wajib pajak

adalah saat pelunasan denda administrasi tadi ditambah dengan hutang

pajak yang belum atau kurang dibayar yaitu paling lambat dibayar dalam

waktu 1 bulan sejak tanggal diterimanya surat tagihan pajak oleh wajib

pajak. Mengenai tempat pembayaran pajak yang terutang, ditentukan

dibank, kantor Pos dan Giro ataupun tempat lain yang ditunjuk ( Pasal 11

Ayat (4) dan (5) UU PBB).

d. Pengertian Ketidakpatuhan

Kata dasar dari ketidakpatuhan adalah patuh, dan yang dimaksud dengan

patuh adalah taat, setia, atau loyal (M. D. J.AL Barri, 1996:326). Patuh adalah

selalu menurut selalu taat, mematuhi, manaati (Suwardi Notosudirjo,1990 :

223). Sedangkan pengertian patuh menurut kamus Besar

Page 14: TUGAS SKRIPSI NOVITA

Bahasa Indonesia,(1997:654) adalah suka menurut (perintah dan sebagai),

berdisiplin, mematuhi, mantaati.Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa

ketidakpatuhan adalah sikap yang tidak taat, tidak mematuhi, tidak berdisiplin,

dan tidak menuruti terhadap perintah dan peraturan atau ketentuan yang

berlaku.Ketidakpatuhan wajib pajak (wajib PBB) dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya dapat mempengaruhi penerimaan pajak dan peningkatan

penerimaan pajak. Untuk itu apabila terdapat wajib PBB yang tidak memenuhi

kewajibannya, maka selayaknya pejabat administrasi dari suatu kantor pelayanan

pajak untuk memberi sanksi sesuai aturan yang ada.

e. Jenis Ketidakpatuhan wajib pajak PBB

Ketidakpatuhan wajib pajak dalam UUPBB dapat dirinci sebagai berikut:

1) Wajib pajak tidak menyampaikan SPOP walaupun sudah ditegur secara

tertulis (Pasal 9 Ayat (2) dan Pasal 10 Ayat (2) huruf a UU PBB).

2) Wajib pajak melaporkan data obyek pajak tidak benar (lebih kecil dari

hasil pemeriksaan Ditjen Pajak).(Pasal 10 Ayat (2) huruf b UU PBB).

3) Pajak terutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar atau

kurang dibayar (Pasal 11 Ayat (3) UUP BB).

Menurut Salamun AT (1990: 191) terdapat Enam (6) hal yang

mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, yaitu:

a. Tarif pajak ;

b. Pelaksanaan penagihan yang rapi, konsisten dan konsekuen;

c. Ada tidaknya sanksi pelanggaran;

d. Pelaksanaan sanksi secara konsisten, konsekuen dan tanpa pandang bulu;

e. Pembelanjaan dan penggunaan dana tersebut harus untuk kepentingan umum

dan kesejahteraan masyarakat, maksudnya adalah hasil dari pajak tersebut

terlihat oleh masyarakat dan berwujud nyata;

f. Pelayanan birokrasi pemerintahan yang baik dan bersih tanpa adanya

kesulitan, pemungutan liar dan korupsi.

Dari ke-Enam hal tersebut empat hal (1-4) hal berada dalam kewenangan

Dirjen Pajak sedangkan sisanya berdada diluar kewenangan Dirjen pajak.

Page 15: TUGAS SKRIPSI NOVITA

Menurut Salamun AT (1990:191) Sebab-sebab ketidakpatuhan wajib pajak dalam

melaksanakan kewajibanya secara umum dibagi dalam dua bagian:

a. Sebab-sebab yang berasal dari individu:

1) Kondisi ekonomi, yaitu rendahnya tingkat pendapatan;

2) Tingkat pendidikan yang rendah;

3) Kesadaran moral yang rendah;

b. Sebab - sebab yang berasal dari luar individu:

1) Sistem pemungutan itu sendiri;

2) Lemahnya sanksi yang diterapkan;

5. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan PBB

Tata cara pembayaran dan penagihan PBB telah ditentukan dalam Pasal 11,

12, 13, dan 14 UUPBB, yang pokoknya mengatur hal-hal berikut:

a. Jangka waktu pembayaran PBB yang terutang berdasarkan SPPT (Surat

Pemberitahuan Pajak Terhutang), selambat-lambatnya enam bulan sejak

tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak.

b. Jangka waktu pembayaran PBB yang terutang berdasarkan surat ketetapan

pajak (SKP), selambat-lambatnya satu bulan sejak tanggal diterimanya SKP

oleh wajib pajak.

c. Denda administrasi atas pajak yang terutang (tidak atau kurang bayar) setelah

jatuh tempo sebesar 2% (dua persen) sebulan, yang dihitung dari saat jatuh

tempo sesuai dengan hari pembayaran untuk jangka waktu paling lama 24

(dua puluh empat) bulan.

d. Penagihan dengan Surat Tagihan Pajak (STP) harus dilunasi selambat -

lambatnya 1(satu) bulan sejak tanggal diterimanya STP oleh wajib pajak.

Tempat pembayaran PBB adalag di bank, kantor pos dan giro, dan tempat

lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

e. SPPT, SKP dan STP merupakan dasar penagihan pajak.

f. Surat paksa untuk jumlah pajak yang terutang berdasarkan STP yang tidak

dibayar pada waktunya.

Page 16: TUGAS SKRIPSI NOVITA

g. Pelimpahan wewenang penagihan PBB kepada Gubernur atau

Bupati/Walikota.

6. Dasar Hukum Penerapan Sanksi Administrasi

Sanksi administrasi terhadap ketidak patuhan wajib pajak dalam membayar

pajak PBB di atur dalam :

a. Undang-Undang Nomor 16 tahun 2000 tentang ketentuan umum dan tatacara

perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2007 tentang KUTAP.

b. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang PBB sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994 tentang Perubahan

Pertama Undang-Undang Nomor 12 tahun 1985 tentang PBB.

c. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak Dengan

Surat Paksa.

7. Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung PBB

Untuk menghitung besarnya PBB, telah ditentukan dalam Pasal 5, 6, dan 7

UU PBB dengan unsur-unsur sebagai berikut:

Uraian dari unsur-unsur tersebut di atas adalah sebagai berikut:

a. Tarip Pajak berdasarkan Pasal 5 UUPBB menyebutkan bahwa tariff pajak

yang dikenakan atas objek pajak adalah sebesar 0,5 % (lima per sepuluh

persen).

b. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP); NJOP yang berupa tanah (bumi) dan

bangunan dapat ditentukan sebagai berikut:

1) Pendekatan perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, yaitu

suatu pendekatan untuk menentukan NJOP dengan cara

membandingkanya dengan harga objek lain yang sejenis dan letaknya

berdekatan serta telah diketahui harga jualnya.

2) Pendekatan nilai perolehan baru, yaitu pendekatan untuk menentukan

NJOP derngan cara menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh/membangun objek pajak dengan dipergunakan unit biaya

dari material/ komponen bangunan.

Page 17: TUGAS SKRIPSI NOVITA

3) Pendekatan nilai jual pengganti, yaitu suatu pendekatan untuk

menentukan NJOP dengan memperhitungkan hasil produksi/ pendapatan

objek pajak yang bersangkutan. Berdasarkan pasal 6 ayat (2) UUPBB

bahwa besarnya NJOP ditetapkan setiap 3 tahun oleh mentri keuangan

RI. Namun demikian, untuk daerah tertentu yang tingkat

pembangunannya mengakibatkan peningkatan NJOP-nya terlalu besar,

maka NJOP ditetapkan setahun sekali. Dalam hal penetapan nilai jual

mentri keuangan RI mendengar pertimbangan gubernur serta

memperhatikan asas s elf ass es sm ent (wajib pajak diberi kepercayaan

untuk menghitung dan membayar sendiri pajak yang terutang).

c. Dasar penghitungan Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) adalah NJKP yang

ditetapkan serendah-rendahnya 20% (dua puluh persen) dan setinggi-

tingginya 100% dari NJOP.

d. Rumusan menghitung PBB untuk menghitung besarnya PBB yang terutang

adalah dengan cara mengalihkan tarif pajak yang besarnya 0,5% (lima per

sepuluh persen) dari NJKP (pasal 7 UUPBB).

Page 18: TUGAS SKRIPSI NOVITA

PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI

TERHADAP KETIDAKPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

BUMI DAN BANGUNAN (PBB) DI KECAMATAN

WATANG SAWITTO KABUPATEN PINRANG

NOVITA SARI

106514031

ILMU ADMINISTRASI NEGARAFAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR2013