Tugas Ppkn

22
TUGAS PPKN Illegal Fishing Dalam Perspektif Filsafat Pancasila Disusun Oleh : Rudi Prabowo 26030115120013 Ananda Yanua R 26030115120014 Nanik Nurhana 26030115120015 Nindita P.D 26030115120016 Bima Sumaedy 26030115120017 Shinta Maharani 26030115120018 Andri Pangestu 26030115120019 Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

description

illegal fishing dalam perspektif pancasila

Transcript of Tugas Ppkn

Page 1: Tugas Ppkn

TUGAS PPKN

Illegal Fishing Dalam Perspektif

Filsafat Pancasila

Disusun Oleh :

Rudi Prabowo 26030115120013

Ananda Yanua R 26030115120014

Nanik Nurhana 26030115120015

Nindita P.D 26030115120016

Bima Sumaedy 26030115120017

Shinta Maharani 26030115120018

Andri Pangestu 26030115120019

Teknologi Hasil Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2015

Page 2: Tugas Ppkn

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga makalah mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan ini dapat diselesaikan tepat waktu tanpa adanya kendala-kendala yang berarti. Makalah ini berisi kajian tentang illegal fishing dalam perspectif filsafat pancasila.

            Terima kasih saya ucapkan kepada seluruh pihak yang telah sedikit banyak membantu dalam proses pembuatan makalah ini, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Bantuan tersebut sangat membantu penyelesaian makalah ini. Semoga Tuhan yang Maha Esa membalas segala kebaikan pihak-pihak tersebut dan meridhoi atas selesainya makalah ini.

            Akhir kata, semoga makalah ini berguna dan bermanfaat serta dapat membantu proses belajar bagi siapa saja yang menggunakannya dengan baik dan benar. Amin.

 

Semarang, 21 Oktober 2015

 

Penulis

Page 3: Tugas Ppkn

DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................................. i

Kata Pengantar .............................................................................................. ii

Daftar Isi ....................................................................................................... iii

BAB 1

Pendahuluan ................................................................................................. 1

BAB 2

Permasalahan ............................................................................................... 4

BAB 3

Pembahasan ................................................................................................ 6

A. Illegal Fishing

B. Filsafat Pancasila

C. Keterkaitan antara Filsafat Pancasila dalam Pencegahan Illegal

Fishing (Penangkapan Ikan secara Ilegal).

D. Upaya untuk Menangani Kasus Illegal Fishing

E. Faktor-Faktor yang menyebabkan Illegal Fishing

BAB 4

Kesimpulan .................................................................................................. 10

Daftar Pustaka

Page 4: Tugas Ppkn

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Illegal fishing merupakan masalah klasik yang sering dihadapi oleh negara yang memiliki banyak pantai karena masalah tersebut sudah ada sejak dulu. Namun hingga sekarang masalah illegal fishing masih belum dapat diberantas. Hal itu dikarenakan untuk mengawasi wilayah laut yang banyak secara bersamaan itu merupakan hal yang sulit. Negara yang sudah memiliki teknologi yang maju dibidang pertahanan dan keamanan sekalipun pasti juga pernah terkena kejahatan illegal fishing. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak pantai mengingat status Indonesia sebagai negara kepulauan. Hal ini tentu saja mengakibatkan Indonesia juga terkena masalah illegal fishing. Apalagi Indonesia juga dikenal sebagai negara dengan potensi sumber daya hayati yang besar.

Sumber perikanan laut Indonesia diperkirakan mencapai 6.167.940 ton per tahunnya. Namun, akibat letak posisi silang Indonesia yang terletak di antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua Samudera (Pasifik dan Hindia) menyebabkan wilayah Indonesia rawan terjadinya illegal fishing. Adapun daerah yang menjadi titik rawan tersebut terletak di Laut Arafuru, Laut Natuna, sebelah Utara Sulawesi Utara (Samudra Pasifik), Selat Makassar, dan Barat Sumatera (Samudera Hindia). Kasus illegal fishing di Indonesia sendiri sepertinya kurang mendapat perhatian dari pemerintah Indonesia sendiri. Padahal kejahatan illegal fishing di ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) Indonesia mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit bagi pemerintah Indonesia. Selain itu sumber perikanan di Indonesia masih merupakan sumber kekayaan yang memberikan kemungkinan yang sangat besar untuk dapat dikembangkan bagi kemakmuran bangsa Indonesia, baik untuk memenuhi kebutuhan protein rakyatnya, maupun untuk keperluan ekspor guna mendapatkan dana bagi usaha-usaha pembangunan bangsanya. 2 Hal ini jelas menunjukan betapa pentingnya sumber kekayaan hayati dalam hal ini perikanan bagi Indonesia.

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki ± 17.508 pulau, wilayahnya terbentang sepanjang 3.9777 mil antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik telah menjadi salah satu negara dengan kekayaan laut terbesar di dunia. Potensi sumber daya ikan Indonesia diperkirakan mencapai angka 6,2 juta ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan 3,7 juta ton per tahun. Sumber daya perikanan ini umumnya bersifat common property, artinya kepemilikannya bersifat umum serta open access, yang

Page 5: Tugas Ppkn

berarti pula akses terhadapnya bersifat terbuka. Namun pemanfaatan sumber daya laut tersebut untuk kesejahteraan masyarakat ternyata belum optimal. Renstra Departemen Kelautan dan Perikanan yang akan menjadikan sebagai negara penghasil ikan terbesar sedunia pada Tahun 2015 terkendala oleh maraknya pencurian ikan baik oleh Kapal Ikan Asing (KIA) dan Kapal Ikan Indonesia (KII), modus KIA operandinya biasa melakukan kegiatan penangkapan tanpa dilengkapi dokumen dan tidak pernah mendarat di pelabuhan perikanan Indonesia padahal kegiatannya dilaksanakan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPPRI), sedangkan KII melakukan kegiatan penangkapan dengan dokumen asli tapi palsu (pejabat yang mengeluarkan bukan yang berwenang). Data dari Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyebutkan bahwa kerugian negara dari illegal fishing mencapai Rp 30 triliun setiap tahun. Kerugian ini sangat besar, misalnya apabila dibandingkan dengan anggaran DKP tahun 2008 yang berkisar Rp 3,3 triliun. Geostrategi Indonesia membutuhkan kebijakan untuk menghadapi globalisasi yang semakin menuntut tersedianya sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dengan tersedianya sumber daya alam yang kaya Indonesia seharusnya mampu mengatur dan mengolah sumber daya yang ada sesuai konsep geostrategi. Sedangkan Pancasila merupakan dasar falsafah dari Negara Indonesia. Pancasila telah diterapkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari. Pancasila lahir 1 Juni 1945 dan ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa tokoh yang merumuskan pancasila ialah Mr Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Jika pancasila dilihat dari aspek historis maka disini bisa dilihat bagaimana sejarah pancasila yang menjiwai kehidupan dan perjuangan bangsa Indonesia dan bagaimana pancasila tersebut dirumuskan menjadi dasar Negara.

Hal ini dilihat dari pada saat zaman penjajahan dan kolonialisme yang mengakibatkan penderitaan bagi seluruh bangsa Indonesia, yang kemudian diperjuangkan oleh bangsa Indonesia akhirnya merdeka sampai sekarang ini, nilai-nilai pancasila tumbuh dan berkembang dalam setiap kehidupan masyarakat Indonesia. Tentunya pengamalan sila-sila pancasila juga perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam filsafat pancasila, kita dituntut untuk mempelajari apa hakikat pancasila, baik sebagai pandangan hidup maupun sebagai dasar Negara begitu pula mengenai apa hakikat tiap-tiap sila. Dalam tulisan ini saya akan mencoba menggali bagaimana pancasila mengenai illegal fishing yang terjadi di indonesia.

Page 6: Tugas Ppkn

BAB 2

PERMASALAHAN

Indonesia kaya akan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan,namun

belum mampu meyejahterakan warga negara. Perikanan ilegal saat ini

telah menjadi perhatian dunia, termasuk FAO (Food and Agriculture

Organization). Lembaga ini menggunakan beberapa terminologi seperti

perikanan illegal (ilegal), unreported (tidak dilaporkan) dan unregulated 

(tidak diatur)  atau biasa disingkat dengan  IUU fishing.

Akhir-akhir ini kita tahu bahwa Pemerintah bersikap tegas terhadap

aksi pencurian ikan atau illegal fishing yang merugikan negara hingga Rp

300 triliun per tahun. Kapal milik nelayan asing ditenggelamkan oleh TNI

AL, di perairan Anambas, Kepulauan Riau, juma’t lalu,(5/12/2014), diliput

oleh Argianto Da Nugroho, reporter dari koran Tribun Batam. Ini juga

merupakan bukti akan ketegasan pemerintah dalam meningkatkan poros

maritimnya. Penenggelaman tiga kapal yang sangat merugikan negara

tersebut berasal dari negara Vietnam yang lokasi penenggelamannya di

kelurahan Tarempa, Anambas, Kepulauan Riau, oleh TNI AL. Peristiwa

penenggelaman ini telah dipastikan bukan menjadi yang terakhir kali, 

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti juga sudah punya rencana

berikutnya.

“Hari ini kita tenggelamkan 3 kapal Vietnam di Tarempa, minggu

depan di Batam dan di Laut Aru,” kata Susi dalam seminar Tanoto

Enterpreneurship Series in Partnership with MM-UI, Jum’at. Dalam

kesempatan itu dia pun menjawab beberapa kritik untuknya soal

peneggelaman kapal tersebut. “Kenapa tidak dikasihkan saja ke nelayan?

(Karena), tangkapan (kapal) kita banyak, akan kita ambil, kita kasih ke

nelayan. Beberapa kita tenggelamkan untuk jera,” tutur Susi jelas. Menurut

Susi, praktik penangkapan ikan ilegal tak berkorelasi dengan investasi di

bidang perikanan, apalagi mengancamnya. “Betul investasi kita

dibutuhkan (dengan datngnya perusahaan perikanan asing). Tapi ini bukan

investasi, ini nyolong,” tegas Susi.

Dari peristiwa diatas kita mengetahui bahwa negara Indonesia

sangat mengedepankan masalah kelautan atau disebut juga Maritim.

Seperti yang dicanangkan oleh Presiden Jokowi dalam pemerintahan

barunya, yakni meningkatkan kekuatan stabilitas Maritim dan Kelautan

Indonesia untuk menjaga kedaulatan bangsa dan memberi kesempatan bagi

Page 7: Tugas Ppkn

nelayan-nelayan lokal dalam mengembangkan ekonomi negara dalam hal

perikanan. Jokowi mengungkapkan akan meningkatakan katahanan laut

secara intensif. Ini dilakukan setelah langkah pemerintah dalam

penenggelaman kapal diberlakukan. Juga bertujuan agar tangkapan para

nelayan Indonesia bisa mencapai target, yaitu berdasarkan perhitungan

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan harus mencapai target 200

Triliyun per-tahun, tidak seperti yang sebelumnya 11 milyar per-tahun.

Ketika target tersebut dicapai, maka pemerintah akan membantu para

rakyat miskin dalam meningkatkan perekonomian mereka, di perumahan

para nelayan. Oleh karena itu, korelasi atau hubungan antara Filsafat

Pancasila dengan Illegal Fishing di perairan Indonesia merupakan suatu

topik yang sangat hangat untuk dibahas.

Page 8: Tugas Ppkn

BAB 3

PEMBAHASAN

A. Illegal FishingIllegal Fishing atau IUU-Fishing secara terminologis dapat

diartikan sebagai tindakan penangkapan ikan yang dilakukan dengan mengabaikan aturan yang ada. Penangkapan dilakukan secara ilegal dan tidak menyertakan laporan. IUU-Fishing yang marak di Indonesia adalah IUU-Fishing yang dilakukan oleh pihak asing. Walhi (dalam Lisbet, 2008: 5) menambahkan beberapa kasus yang masuk dalam kategori IUU-Fishing di Indonesia, di antaranya adalah penangkapan ikan dengan menggunakan izin palsu, penangkapan ikan yang dilakukan dengan menggunakan alat tangkap yang dilarang, dan juga penangkapan atas ikan dari jenis yang dilarang atau tidak sesuai dengan izin yang dikeluarkan. Indonesia menyadari bahwa IUU-Fishing yang ada di Indonesia merupakan akibat dari lemahnya hukum kelautan yang berlaku di Indonesia. Indonesia kemudian melakukan beberapa perubahan undang-undang yang terlampir dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan. Dalam pasal 28 undang-undang tersebut menyebutkan bahwa setiap orang yang melakukan penangkapan ikan di Indonesia harus memiliki Surat Ijin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) asli, kecuali bagi nelayan dan/atau pembudi daya ikan kecil. IUU-Fishing marak terjadi di Indonesia termasuk di wilayah Laut China Selatan karena wilayah tersebut merupakan titik pertemuan antara arus hangat dan arus dingin sehingga menjadi pusat bagi jenis ikan pelagis kecil dan ikan demersalnya.

 Illegal fishing, adalah kegiatan penangkapan ikan secara ilegal di perairan wilayah atau Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) suatu Negara. Artinya kegiatan penangkapan yang tidak memiliki izin melakukan penangkapan ikan dari Negara bersangkutan. Praktek terbesar dalam  IUU fishing, pada dasarnya adalah poaching atau pirate fishing. Yaitu penangkapan ikan oleh negara lain tanpa izin dari negara yang bersangkutan, atau dengan kata lain pencurian ikan oleh pihak asing. Keterlibatan pihak asing dalam pencurian ikan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

Pencurian semi-legal, yaitu pencurian ikan yang dilakukan oleh kapal asing dengan memanfaatkan surat izin penangkapan legal yang dimiliki oleh pengusaha lokal, dengan menggunakan kapal berbendera lokal atau bendera negara lain. Praktek ini tetap dikategorikan sebagai  illegal fishing karena selain menangkap ikan di wilayah perairan yang bukan haknya, pelaku illegal fishing ini tidak jarang juga langsung

Page 9: Tugas Ppkn

mengirim hasil tangkapan tanpa melalui proses pendaratan ikan di wilayah yang sah.Pencurian murni ilegal, yaitu proses penangkapan ikan di mana kapal asing menggunakan benderanya sendiri untuk menangkap ikan di wilayah negara lain.

B. Filsafat PancasilaPancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia

mengandung makna bahwa setiap aspek kehidupan kebangsaan, kenegaraan dan kemasyarakatan harus didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, pesatuan, kerakyatan dan yang terakhir keadilan. Pemikiran filsafat kenegaraan ini bertolak dari pandangan bahwa negara merupakan suatu persekutuan hidup manusia atau organisasi kemasyarakatan, di mana merupakan masyarakat hukum.

C. Keterkaitan antara Filsafat Pancasila dalam Pencegahan Illegal Fishing (Penangkapan Ikan secara Ilegal).

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa Pancasila merupakan dasar ideologi negara Indonesia, juga sebagai dasar hukum dan cita-cita Bangsa Indonesia demi mewujudkan negara yang berdaulat. Oleh karena itu, pertahanan dan keamanan merupakan hal yang sangat diprioritaskan oleh negara ini. Indonesia yang telah lama dijajah oleh bangsa Portugis, Belanda dan Jepang pada akhirnya memproklamirkan kemerdekaanya pada tanggal 17 Agustus 1945. Ini terjadi akibat kesadaran bangsa Indonesia itu sendiri dan keinginan yang kuat untuk lepas dari penjajahan dari bangsa penjajah.

 Untuk sekarang ini, demi menjaga kemerdekaan bangsa Indonesia yang telah lama berdaulat dan merdeka dari bangsa penjajah, sebagai masyarakat dan berideologikan Pancasila, kita wajib menjaga negara kita ini, baik dari segi pertahanan dan keamanan. Tentunya tidak lepas dari nilai-nilai dan pengamalan Pancasila itu sendiri. Menurut Prof. Dr. H. Kaelan, M.S dalam bukunya Pendidikan Pancasila, “Pancasila sebagai dasar negara dan mendasarkan pada hakikat nilai kemanusiaan monopluralis maka pertahanan dan keamanan negara harus dikembalikan pada tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai pendukung pokok negara.” Dari sini sudah jelas bahwa Pancasila  sebagai paradigma pengembangan pertahananan dan keamanan bangsa ini. Dan sebagai subjek dalam suatu negara, maka manusia wajib menjaga dan mempertahankan keamanan dan pertahanan negaranya. Dan sekarang bagaimana dengan kebijakan pemerintah yang mendobrak mata internasional mengenai penenggelaman kapal yang dilakukan terhadap kapal asing yang melakukan Illegal Fishing di perairan laut Indonesia? Apakah sudah sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan apakah problem

Page 10: Tugas Ppkn

tersebut termasuk bagian dari sila  Pancasila sebagai dasar hukum di Indonesia? Dari kejadian ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa illegal fishing yang dilakukan negara lain adalah tidak lain suatu tindak kejahatan yang  sangat mengancam keamanan dan pertahanan negara. Pancasila yang menjadi sumber hukum dari segala hukum yang ada juga sangat berperan dalam hal ini.

Mengapa demikian?  Menurut Prof.DR. H. Kaelan, M.S dalam bukunya Pendidikan Pancasila bahwa ”Pertahanan dan Keamanan harus harus mampu menjamin hak-hak dasar, persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan yang termasuk pada sila keempat dan akhirnya pertahanan dan keamanan diperuntukkan demi terwujudnya keadilan dalam hidup bermasyarakat (terwujudnya suatu keadilan sosial) agar benar-benar negara meletakkan pada fungsi yang sebenarnya sebagai suatu negara hukum dan bukannya negara yang berdasarkan atas kekuasaan”.“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” yaitu sila kelima dari Pancasila. Sila ini mencerminkan bahwa keadilan yang sesungguhnya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dimiliki apabila semua rakyat merasa adil dari apa yang dimiliknya dengan rakyat yang lain dan terwujud dalam kehidupan bersama. Contohnya saja dalam kehidupan bermasyarakat, terdapat kelas-kelas yang menjadi sorotan utama dalam bermasyarakat, yakni kaum borjuis dan kaum proletar. Kaum borjuis meerupakan kaum bangsawan dan para golongan masyarakat yang memiliki ekonomi diatas rata-rata serta mempunyai harta diatas rata-rata,  sedangkan kaum proletar kita anggap saja petani dan nelayan yang mempunyai pendidikan yang rendah dan memilih kehidupan sebagai nelayan serta petani. Para petani dan nelayan dapat menuntut keadilannya kepada pemerintah diusik oleh para pembajak sawah liar dan para pemancing atau kapal-kapal yang menggencarkan illegal fishing. Dan menjadi keharusan bagi bangsa ini untuk menjaga serta memproritaskan masalah perikanan yang akhir-akhir ini diliput media massa sebagai salah satu problematika maritim Indonesia.

D.  Upaya untuk Menangani Kasus Illegal Fishing Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk menangani

permasalahan IUU-Fishing yang tidak menuai penyelesaian. Salah satunya adalah dengan mengeluarkan kebijakan untuk menenggelamkan kapal yang terbukti melakukan IUU-Fishing. Kebijakan tersebut tidak serta merta dilakukan, namun disosialisasikan terlebih dahulu dengan menggunakan diplomasi konvensional. Diplomasi tersebut memiliki lima tahap utama, yaitu designing and precondotioning, conditioning, exercising, evaluating, dan reapproaching. Tahap pertama adalah pengalokasian tentang feedback yang mungkin akan diterima dengan adanya kebijakan ini. Tahap kedua merupakan tahap untuk memposisikan ulang sejauh mana kesiapan Indonesia untuk menjalankan kebijakan

Page 11: Tugas Ppkn

tersebut dengan meninjaufeedback yang diterima. Tahap ketiga adalah tahap sosialisasi secara langsung kepada negara-negara dengan nelayan yang sering melakukan pelanggaran di Indonesia seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Dari hasil tahap ketiga ini, terbukti bahwa kebijakan yang dilakukan oleh Indonesia memiliki respon positif dan dipastikan tidak akan mengganggu hubungan bilateral ataupun multilateral dengan negara-negara asal nelayan pelanggar. Tahap keempat dilakukan untuk mematangkan kembali kebijakan yang akan dilakukan dengan melihat dari respon negara-negara terkait. Tahap kelima merupakan tahap penentuan tentang kebijakan atau langkah yang akhirnya akan dilakukan (Lisbet, 2014: 7-8).

Kebijakan untuk menenggelamkan kapal IUU-Fishing sebenarnya bukanlah kebijakan baru di Indonesia. Kebijakan ini pernah dilakukan sebelumnya pada masa pemerintahan Megawati. Terbukti dengan ditenggelamkannya 20 kapal asing pencuri ikan di wilayah Indonesia. Ketentuan tersebut tercantum pada Pasal 69 ayat (1) dan (4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan. Penenggelaman kapal pelaku IUU-Fishing juga memiliki beberapa syarat yang harus diperhatikan. Syarat pertama adalah kapal yang akan ditenggelamkan merupakan kapal pelaku IUU-Fishing dengan seluruh awak kapal adalah warga asing dan merupakan kapal milik pemerintah asing. Kapal tersebut haruslah berada di wilayah Indonesia dan yang tidak memiliki kelengkapan dokumen serta izin dari pemerintah Indonesia. Sebelum melakukan penenggelaman, seluruh awak kapal harus dievakuasi ke tempat yang lebih aman, sedangkan hasil tangkapan ikan disimpan untuk dijadikan barang bukti (Rohingati, 2014: 2).

E. Faktor-Faktor yang menyebabkan Illegal FishingBanyak faktor yang menyebabkan terjadinya illegal fishing di ZEE

Indonesia. Salah satunya yaitu celah hukum yang terdapat dalam ketentuan Pasal 29 Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Dalam ketentuan Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan disebutkan bahwa orang atau badan hukum asing itu dapat masuk ke wilayah ZEE Indonesia untuk melakukan usaha penangkapan ikan berdasarkan persetujuan internasional atau ketentuan hukum internasional. Namun pada kenyataannya, banyak diantara mereka melakukan pelanggaran dengan tindak illegal fishing. Faktor-faktor

lainnya diantaranya ialah kebutuhan ikan dunia meningkat, laut Indonesia sangat luas dan terbuka, serta masih terbatasnya sarana dan prasarana pengawasan serta SDM pengawasan. Faktor-faktor inilah yang seharusnya di perbaiki agar tindak illegal fishiing tidak terus-terusan terjadi.

Page 12: Tugas Ppkn

BAB V

KESIMPULAN

Negara Dari sini kita dapat menarik kesimpulan bahwasannya

Illegal fishing adalah kegiatan penangkapan ikan secara ilegal di perairan

wilayah atau Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Suatu bidang keamanan dan

pertahanan merupakan hal yang perlu juga diprioritaskan dalam bidang

kemaritiman bangsa Indonesia. Sebagai negara yang berdaulat, kita wajib

menjaga negara kita yang telah merdeka dari penjajahan, juga patut

meningkatkan koordinasi antara rakyat dan pemerintah dalam

mengeluarkan  sebuah kebijakan dalam memberikan keputusan-keputusan

terhadap segala sesuatu yang dianggap mengganggu keamanan negara atau

dianggap telah menyalahi aturan Negara Indonesia. Hal-hal yang

mengenai masalah perikanan juga sangat penting untuk diperhatikan oleh

bangsa Indonesia, karena negara kita ini merupakan negara maritim, yang

di mana memeiliki kekayaan laut serta mempunya laut yang lumayan

banyak. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah dalam penenggelaman

kapal yang  melakukan illegal fishing merupakan suatu kebiajakan yang

sangat bijak, itu juga karena menyangkut keamana dan keadaulatan bangsa

Indonesia.

 Maka dari itu, selagi kita masih mengenyam pendidikan di bangku

kuliah, kita wajib mempertahankan kedaulatan negara kita. Dengan cara

duduk di kelas dan juga membaca serta meningkatkan pengetahuan kita

tentang masalah kedaulatan negara kita dan tidak perlu langsung turun ke

lapangan dan menjadi pelaku dalam menenggelamkan kapal yang

melakukan illegal fishing. Dimulai dari kampus UNDIP kita

memperkenalkan pada Dunia bahwa mempertahankan keadaulatan dan

ketahanan negara itu sangat fundamental bagi keutuhan dan kedaulatan

negara kita.

Page 13: Tugas Ppkn

DAFTAR PUSTAKA

Dendasurono. 2002. Pendidikan Lingkungan Kelautan. Rineka Cipta:Jakarta

Kaelan. 2009.Pendidikan Pancasila edisi kesembilan. Penerbit Paradigma : Yogyakarta.

Lisbet. 2014. Diplomasi Indonesia Terhadap Kasus Penenggelaman Kapal Nelayan Asing dalam Info Singkat Hukum. (5)(1):62-63

Nopirin. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. PancoranTujuh : Jakarta

Rohingati, Sulasi, 2014. Penenggelaman Kapal Ikan Asing: Upaya Penegakan Hukum Laut Indonesia dalam Info Singkat Hukum.(6)(1) : 1-4

Sunoto. Mengenal filsafat pancasila pendekatan melalui etika pancasila.1985.PT Hanindita : Yogyakarta

Tanpa Nama. http://news.detik.com/read/2009/10/09/080806/1218292/471/illegal fishing-kejahatan-transnasionalyang-dilupakan.Diakses tanggal 20 Oktober 2015.

Undang-Undang Nornor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), DepLu, Jakarta.