Tugas PAI Kelompok 1

15
BAB I PENDAHULUAN Seorang muslim yang paripurna adalah yang nalar dan hatinya bersinar, pandangan akal dan hatinya tajam, akal piker dan nuraninya berpadu dalam berinteraksi dengan Allah dan dengan sesama manusia, sehingga sulit diterka mana yang lebih dahulu berperan kejujuran jiwanya atau kebenaran akalnya. Sifat kesempurnaan ini merupakan karakter Islam, yaitu agama yang membangun kemurnian akidah atas dasar kejernihan akal dan membentuk pola piker teologis yang menyerupai bidang-bidang ilmu eksakta, karena dalam segi akidah, Islam hanya menerima hal-hal yang menurut ukuran akal sehat dapat diterima sebagai ajaran akidah yang benar dan lurus. Pilar akal dan rasionalitas dalam akidah Islam tercermin dalam aturan muamalat yang ditawarkan pada manusia dan dalam memberikan solusi serta terapi bagi persoalan yang dihadapi yang senantiasa muncul dari waktu ke waktu. Selain itu Islam adalah agama ibadah. Ajaran tentang ibadah didasarkan atas kesucian hati yang dipenuhi dengan keikhlasan, cinta, serta dibersihkan dari dorongan hawa nafsu, egoisme, dan sikap ingin menang sendiri. Agama seseorang tidak sempurna, jika kehangatan spiritualitas yang dimiliki tidak disertai dengan pengalaman ilmiah dan ketajaman nalar. Pentingnya akal bagi iman ibarat pentingnya mata bagi orang yang sedang berjalan. Makalah ini kami buat berdasarkan konseptual yang ada berdasarkan pada suatu pembuktian nyata dan real yang ada di kehidupan sekitar. Sebagai aspek keimanan dan ketaqwaan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa, diperlukan kajian yang intensif. Dari sudut pandang aspek yang dikaji, kami mengambil sudut pandang aspek kejiwaan, kerohanian, dan psikologis yang berpengaruh terhadap invidu masing-masing. Dikarenakan banyaknya perbedaan setiap invidu, diperlukanlah suatu perhatian ntuk menyempurnakan setiap cabang dan akar dari sebuah

description

AHKLAK SEORANG ANAK

Transcript of Tugas PAI Kelompok 1

Page 1: Tugas PAI Kelompok 1

BAB I

PENDAHULUAN

Seorang muslim yang paripurna adalah yang nalar dan hatinya bersinar, pandangan akal dan hatinya tajam, akal piker dan nuraninya berpadu dalam berinteraksi dengan Allah dan dengan sesama manusia, sehingga sulit diterka mana yang lebih dahulu berperan kejujuran jiwanya atau kebenaran akalnya. Sifat kesempurnaan ini merupakan karakter Islam, yaitu agama yang membangun kemurnian akidah atas dasar kejernihan akal dan membentuk pola piker teologis yang menyerupai bidang-bidang ilmu eksakta, karena dalam segi akidah, Islam hanya menerima hal-hal yang menurut ukuran akal sehat dapat diterima sebagai ajaran akidah yang benar dan lurus. Pilar akal dan rasionalitas dalam akidah Islam tercermin dalam aturan muamalat yang ditawarkan pada manusia dan dalam memberikan solusi serta terapi bagi persoalan yang dihadapi yang senantiasa muncul dari waktu ke waktu. Selain itu Islam adalah agama ibadah. Ajaran tentang ibadah didasarkan atas kesucian hati yang dipenuhi dengan keikhlasan, cinta, serta dibersihkan dari dorongan hawa nafsu, egoisme, dan sikap ingin menang sendiri. Agama seseorang tidak sempurna, jika kehangatan spiritualitas yang dimiliki tidak disertai dengan pengalaman ilmiah dan ketajaman nalar. Pentingnya akal bagi iman ibarat pentingnya mata bagi orang yang sedang berjalan.

Makalah ini kami buat berdasarkan konseptual yang ada berdasarkan pada suatu pembuktian nyata dan real yang ada di kehidupan sekitar. Sebagai aspek keimanan dan ketaqwaan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa, diperlukan kajian yang intensif. Dari sudut pandang aspek yang dikaji, kami mengambil sudut pandang aspek kejiwaan, kerohanian, dan psikologis yang berpengaruh terhadap invidu masing-masing. Dikarenakan banyaknya perbedaan setiap invidu, diperlukanlah suatu perhatian ntuk menyempurnakan setiap cabang dan akar dari sebuah masalah yang ada, dimana nantinya akan tertuang hasil yang berupa nilai-nilai yang berguna bagi setiap individu.

Sesungguhnya amalan lahiriah berupa ibadah mahdhah dan muamalah tidak akan mencapai kesempurnaan, kecuali jika di dasari dan diramu dengan nilai keutamaan tersebut. Sebab nilai-nilai tersebut senantiasa mengalir dalam hati dan tertuang dalam setiap gerak serta perilaku keseharian.

Pendidikan modern telah menyerbu dari berbagai arah dan pengaruhnya telah sedemikian merasuki jiwa generasi penerus. Jika tidak pandai membina jiwa dan akal budi mereka,” maka mereka tidak akan selamat dari pengaruh negative pendidikan modern. Mungkin mereka meresakan ada yang kurang dalam

Page 2: Tugas PAI Kelompok 1

spiritualitasnya dan berusaha menyempurnakan dari sumber-sumber lain. Bila ini terjadi, maka perlu segera diambil tindakan, agar pintu spiritualitas yang terbuka tidak diisi oleh ajaran lain yang bukan berasal dari ajaran spiritualitas Islam.

Akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika, jika etika dibatasi pada sopan santun antar sesama manusia, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Akhlak lebih luas maknanya daripada yang telah dikemukakan terdahulu serta mencakup pula beberapa hal yang tidak merupakan sifat lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap

batin maupun pikiran. Akhlak diniah (agama) mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa). Berikut upaya pemaparan sekilas beberapa sasaran akhlak

Islamiyah.

 

Akhlak terhadap Allah

  Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji; demikian agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkau hakikat-Nya. Mahasuci engkau --Wahai Allah-- kami tidak mampu memuji-Mu; Pujian atas-Mu, adalah yang Engkau pujikan kepada diri-Mu.

Rumusan Masalah

Bagaimanakah kita mengetahui keabsahan Tuhan yang sebenar-benarnya dalam kehidupan sehari-hari?

Bagaimana pembuktian bahwa Allah itu Absah di mata hati kita?

Tujuan

Ingin mengetahui keabsahan Tuhan yang sebenar-benarnya dalam kehidupan sehari-hari.

Ingin mengetahui pembuktian Allah itu Absah di mata hati kita.

Page 3: Tugas PAI Kelompok 1

BAB IIISI

Konsep Ketuhanan dalam Islam

1. Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan

a. Pemikiran Barat

Yang dimaksud konsep ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori Evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama-kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan Jevens. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori Evolusionisme adalah sebagai berikut :

Dinamisme

Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitive telah mengakui adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negate. Kekuatan yang ada pada benda disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia), tuah (Melayu), syakti (India), dan kami dalam bahasa Jepang.Mana adalah kekuatan gaib yang tidak dapat dilihat atau diindera dengan pancaindera. Oleh karena itu dianggap sebagai sesuatu yang misterius. Meskipun mana itu tidak dapat diindera, tetapi ia dapat dirasakan pengaruhnya.

Animisme

Di samping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitive, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak senang, serta mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Roh akan senang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek negative dari roh-roh tersebut, manusia harus berusaha memenuhi atau menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan advis dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh.

Politeisme

Page 4: Tugas PAI Kelompok 1

Kepercayaan dinamisme dan kepercayaan animisme lama-lama tidak memberikan kepuasan, karena terlalu banyaknya yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada dewa yang bertanggungjawab terhadap cahaya, ada yang membidangi masalah air, ada yang membidangi angina dan lain sebagainya.

Semula antara satu dewa dengan dewa yang lain mempunyai kedudukan yang sama atau sederajat. Lambat-laun dianggap hanya satu dewa yang mempunyai kelebihan dari dewa yang lain, meskipun dewa-dewa yang ada di bawahnya tetap mempunyai pengaruh. Pada agama Hindu misalnya, ada tiga dewa yang dianggap tinggi yaitu : Brahmana, Syiwa, dan Wisnu. Kepercayaan terhadap tiga dewa senior tersebut dikenal dengan istilah Trimurti (Tiga sembahan). Di samping trimurti, dikenal pula konsep Tritunggal (trinitas). Pada agam Kristen yang diartikan Tuhan ialah Allah Bapak, Yesus Kristus, dan Roh Kudus.

4. Henoteisme

Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang sama. Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui Tuhan (Allah) dari bangsa lain. Kepercayaan semacam ini yaitu satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme (Tuhan tingkat Nasional).

5. Monoteisme

Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme. Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat ketuhanan terbagi dalam tiga paham yaitu : deisme, panteisme, dan teisme.

a) Deisme yaitu suatu paham yang berpendapat bahwa Tuhan sebagai pencipta alam berada di luar alam. Tuhan menciptakan alam dengan sempurna dank arena telah sempurna, maka alam bergerak menurut hokum alam. Antara alam dengan Tuhan sebagai penciptanya tidak tidak lagi mempunyai kontak. Ajaran Tuhan yang dikenal dengan wahyu tidak lagi diperlukan manusia. Dengan akal manusia mampu menanggulangi kesulitan hidupnya.

b) Panteisme berpendapat bahwa Tuhan sebagai pencipta alam ada bersama alam. Di mana adal alam di situ ada Tuhan. Alam sebagai ciptaan Tuhan

Page 5: Tugas PAI Kelompok 1

merupakan bagian daripada-Nya. Tuhan ada di mana-mana, bahkan setiap bagian dari alam adalah Tuhan.

c) Teisme (eklektisme) berpendapat bahwa Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta alam berada di luar alam. Tuhan tidak bersama alam dan Tuhan tidak ada di alam. Namun Tuhan selalu dekat dengan alam. Tuhan mempunyai peranan terhadap alam sebagai ciptaan-Nya. Tuhan adalah pengatur alam. Tak sedikit pun peredaran alam terlepas dari control-Nya. Alam tidak bergerak menurut hokum alam, tetapi gerak alam diatur oleh Tuhan.

Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimana dinyatakan oleh Max Muller dan EB. Taylor (1877), kemudian ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang menekankan adanya monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia mengemukakan bahwa orang-orang yang berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan orang-orang Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan pada ujud yang Agung dan sifat-sifat yang khas terhadap Tuhan mereka, yang tidak mereka berikan kepada wujud yang lain.

Dengan lahirnya pendapat Andrew Lang, maka berangsur-angsur golongan evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya sarjana-sarjana agama terutama di Eropa Barat, mulai menantang Evolusionisme dan memperkenalkan teori baru untuk memahami sejarah agama. Meraka menyatakan bahwa ide tentang Tuhan tidak datang secara evolusi, tetapi dengan relevasi atau wahyu. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan pada penyelidikan bermacam-macam kepercayaan yang dimiliki oleh kebanyakan masyarakat primitif. Dalam penyelidikan itu didapatkan bukti-bukti bahwa asal-usul kepercayaan masyarakat primitif adalah monoteisme dan monoteisme adalah berasal dari ajaran wahyu Tuhan.

Wilhelm Schmidt dalam mengungkapkan hasil penyelidikannya tidak mendasarkan, atau terpengaruh oleh fasal-fasal dalam Bible. Ia menulis dari segi Antropologi dan mendasarkan alasannya pada data yang dikumpulkan oleh berpuluh-puluh peneliti dan sarjana yang meng-alami hidup bersama-sama dengan masyarakat primitif. Penelitian itu dilakukan antara lain terhadap suku Negritos dari kepulauan Philipina, pelbagai suku dari Micronesia dan Polynesia, dan suku Papua dari Irian.

Berdasarkan penelitian terhadap pelbagai masyarakat primitive tersebut, ia mengambil kesimpulan bahwa kepercayaan tentang Tuhan Yang Maha Agung dan Esa adalah bentuk tertua, yang ada sebelum kepercayaan lain seperti dinamisme, animisme, dan politeisme.

Page 6: Tugas PAI Kelompok 1

b. Pemikiran Umat Islam

Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, atau Ilmu Ushuluddin di kalangan umat Islam, timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW. Secara garis besar, ada aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula yang bersifat di antara keduanya. Ketiga corak pemikiran ini telah mewarnai sejarah pemikiran ilmu ketuhanan dalam Islam.

Satu hal yang perlu diingat, bahwa masih-masing menggunakan akal pikiran atau logika dalam mempertahankan pendapat mereka. Hal ini perlu ditekankan, sebab satu hal pokok yang menyebabkan kemunduran umat Islam ialah kurangnya penggunaan kemampuan akal pikirannya dalam mengkaji nilai-nilai yang menurut pemikiran manusia atau nilai yang murni bersumber dari ajaran Islam yakni al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Di antara aliran pemikiran tentang Tuhan adalah :

1. Aliran Mu’tazilah yang merupakan kum rasionalis di kalangan muslim, serta menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajarandan keimanan dalam Islam. Orang Islam yang berbuat dosa besar, tidak kafir dan tidak mukmin. Ia berada di antara posisi mukmin dan kafir (manzilah bainal manzilatain).

Dalam menganalisis ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika Yunani, satu sistem teologi untuk mempertahankan kedudukan keimanan. Hasil dari paham Mu’tazilah yang bercorak rasional ialah muncul abad kemajuan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun kemajuan ilmu pengetahuan akhirnya menurun dengan kalahnya mereka dalam perselisihan dengan kaum Islam ortodoks. Mu’tazilah lahir sebagai pecahan dari kelompok Qadariah, sedang Qadariah adalah pecahan dari Khawariji.

2. Qadariah yang berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak atau berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia akan kafir atau mukmin dan hal itu yang menyebabkan manusia harus bertanggungjawab atas perbuatannya.

3. Berbeda dengan Qadariah, kelompok Jabariah yang merupakan pecahan dari Murji’ah berteori bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan.

4. Kelompok yang tidak sependapat dengan Mu’tazilah mendirikan kelompok sendiri, yakni kelompok Asy’ariyah dan Maturidiniayah yang pendapatnya berada di antara Qadariah dan Jabariah.

Page 7: Tugas PAI Kelompok 1

Semua kelompok itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam kalangan umat Islam periode masa lalu. Menghadapi situasi dan perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini, tiada lain bagi kita untuk mengadakan koreksi yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, tanpa dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu. Di antara aliran tersebut yang nampaknya lebih dapat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan meningkatkan etos kerja adalah aliran Mu’tazilah dan Qadariah.

2. Pembuktian Adanya Tuhan

a. Metode Pembuktian Ilmiah

Persoalan tantangan zaman modern terhadap agama terletak dalam masalah metode pembuktian. Metode ini menganal hakekat melalui percobaan dan pengamatan, sedang akidah agama berhubungan dengan alam di luar indera, yang tidak mungkin dilakukan percobaan (agama didasarkan pada analogi dan induksi). Hal inilah yang menyebabkan menurut metode ini agama batal, sebab agama tidak mempunyai landasan ilmiah.

Sebenarnya problema zaman modern ini juga batal, sebab juga tidak mempunyai landasa ilmiah. Metode baru tidak mengingkari wujud sesuatu, walaupun berlum diuji secara empiris. Di samping itu metode ini juga tidak menolak analogi antara sesuatu yang tak terlihat dengan sesuatu yang telah diamati secara empiris. Inilah yang disebut dengan “analogi ilmiah” dan dianggap sama dengan percobaan empiris.

Suatu percobaan tidak dipandang sebagai kenyataan ilmiah hanya karena percobaan itu dapat diamati secara langsung. Demikian pula suatu analogi tidak dapat dianggap salah, hanya karena dia analogi. Kemungkinan benar dan salah dari keduanya berada pada tingkat yang sama.

Kita mengetahui bahwa percobaan dan pengamatan bukanlah metode sains yang pasti. Ilmu pengetahuan tidaklah terbatas pada persoalan yang dapat diamati dengan hanya penelitian secara empiris saja. Teori yang disimpulkan dari pengamatan merupakan hal-hal yang tidak punya jalan untuk mengobservasinya. Orang yang mempelajari ilmu pengetahuan modern hanyalah merupakan interpretasi terhadap pangamatan dan pandangan tersebut belum dicoba secara empiris. Oleh karena itu banyak sarjana percaya adanya hakekat yang tidak dapat diindera secara langsung. Sarjana manapun tidak mampu melangkah lebih jauh tanpa memegangi kata-kata seperti : “Gaya” (force), “energy”, “alam” (nature), dan “hokum alam”. Padahal tidak ada seorang sarjana pun mengenal apa itu : “Gaya, energi, alam dan hokum alam”. Sarjana tersebut tidak mampu memberikan penjelasan terhadap kata-kata tersebut secara sempurna, sama seperti ahli theology yang tidak mampu

Page 8: Tugas PAI Kelompok 1

memberikan penjelasan tentang sifat Tuhan. Keduanya percaya sesuai dengan bidangnya pada sebab-sebab yang tidak diketahui.

b. Keberadaan Alam Membuktikan Adanya Tuhan

Bukti yang paling jelas adanya Allah adalah ciptaan-Nya, serta hal itu merupakan pengetahuan yang paling mantap. Bukti ini mendorong kita untuk beriman bahwa tidak diragukan lagi alam ini mempunyai Tuhan. Kita tidak mampu memahami diri kita dan memberikan penafsiran tentang kenyataan alam tanpa adanya iman kepada Allah.

Adanya alam serta organisasinya yang menakjubkan dan rahasia-rahasianya yang pelik, tidak boleh tidak semuanya memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah menciptakannya, suatu “Akal” yang tidak ada batasnya. Setiap manusia normal percaya bahwa dirinya “ada” dan percaya pula bahwa ala mini “ada”. Dengan dasar itu dan dengan kepercayaan inilah dijalani setiap bentuk kegiatan ilmiah dan kehidupan.

Jika kita percaya tentang eksistensi alam, secara logika kita harus percaya tentang adanya pencipta alam. Pernyataan yang mengatakan : “Percaya adanya makhluk, tetapi menolak adanya Khaliq, “adalah suatu pernyataan yang tidak benar. Kita belum pernah mengetahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa diciptakan. Segala sesuatu bagaimana pun ukurannya, pasti ada penyebabnya. Oleh karena itu bagaimana kita akan percaya bahwa alam semesta yang demikian luasnya, ada dengan sendirinya tanpa pencipta?

Pembuktian adanya Tuhan memberikan pendapat tersendiri dari manusia tentang bagaimana Tuhan tersebut, maka banyak yang membuat rupa Tuhan menjadi bentuk patung (berhala). Allah menberikan jawaban bahwasanya berhala tersebut tidak patut untuk disembah karena tidak dapat menolong manusia, jawaban tersebut terdapat pada Surat Al-A’raaf ayat 197 “Dan berhala-berhala yang kamu seru selain Allah tidaklah sanggup menolongmu, bahkan tidak dapat menolong dirinya sendiri.”

Page 9: Tugas PAI Kelompok 1

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari makalah yang kami tulis, kami dapat menyimpulkan bahwa :

1. Kita dapat mengetahui bahwa Allah itu Absah adalah melalui perkenalan diri kita secara personal kepada Dirinya yang sebenar-benarnya, dengan jalan dirasakan dalam hati, di ucapkan dalam lisan, dan di amalkan dalam perbuatan, itu jika di tinjau dari segi kerohanian. Kita juga bisa meninjaunya dengan jalan jasmaniah, yakni pemberian Allah atas penciptaan-Nya, yakni diri kita sebagai khalifah dan makhluk yang paling sempurna, alam semesta dan seisinya, keajaiban-keajaiban yang tidak terkira, bahkan sampai yang paling kecil seperti kita menikmati hidup tanpa kita sadari.

2. Allah SWT merupakan satu-satunya Tuhan yang patut kita sembah, sesuai pada firmannya pada surat Al-Ikhlas ayat 1 “Katakanlah : “Dialah Allah yang Maha Esa.””. Keabsahan adanya Allah terbkti dengan adanya Alam semesta beserta isinya, secara logika suatu benda tidak aka nada sendiri tanpa ada yang menciptakan, maka dari itu pasti ada yang menciptakan alam semeta ini, yakni Allah SWT. Sesuai dengan firmannya pada surat An-Nahl ayat 3 “ Dia menciptakan langit dan bumi dengan haq. Maha Tinggi Allah daripada daripada apa yang mereka persekutukan.” Jadi salah apabila ada yang menganggap Allah sebagai patung, karena patung merupakan buatan manusia, dan seharusnya Tuhan itu dapat menolong manusia apabila manusia dalam kesusahan, namun jika Tuhan diibaratkan dengan patung, seara logika patung tersebut tidak dapat menolng manusia, bahkan menolong dirinya sendiri pun tidak bisa

Saran

Bagi umat islam khusunya dan seluruh manusia pada umunya, pembuktian adanya Allah itu sangat jelas dengan adanya alam semesta. Maka sebagai manusia kita harus mengakui adanya Allah. Allah berfirman dalam Al-Quran surah Muhammad ayat 7-12 yang artina “Hai orang-orang yang beriman, jika kau menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolngmu. Dan orang-orang yang kafir maka kecelakaanlah baggi mereka dan Allah menghapus amal-amal mereka. Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al-Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka. Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-

Page 10: Tugas PAI Kelompok 1

orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu. Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman dan karena sesungguhnya orang-orang kafir itu tiada mempunyai pelindung. Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh kedalam surge yang mengalir di bawahna sungai-sungai, dan orang-orang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang, dan neraka adalah tempat tinggal mereka.” Dari ayat tersebut dapat kita simpulkan bahwasanya sebagai manusia kita harus menegakkan agama Allah, dan jangan sampai menjadi orang kafir, karena sudah jelas bagaimana balasan bagi orang mukmin dan bagaimana balasan kepada orang yang kafir. Allah berirman dalam Al-Qur’an surat Al-Anfaal ayat 2-4 tentang bagaimana sifat-sifat orang mukmin “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan sholat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.” Dari ayat ini kita harus belajar bagaiman menjadi orang mukmin, karena begitu banyak nikmat yang diperoleh apabila menjadi orang mukmin.