TUGAS PAI - Makalah Korupsi

23
TUGAS MAKALAH MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Korupsi dan Upaya Pemberantasannya dalam Pandangan Islam Disusun Oleh Widy Jatmiko Yulianto Indra Setiawan Saiful Efendi Firman Dosen Pembimbing Dr. Lilik Nur Kholidah,M.Pd.I

description

Makalah Korupsi

Transcript of TUGAS PAI - Makalah Korupsi

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Korupsi dan Upaya Pemberantasannya dalam Pandangan Islam

Disusun Oleh Widy JatmikoYulianto Indra SetiawanSaiful Efendi Firman

Dosen Pembimbing Dr. Lilik Nur Kholidah,M.Pd.I

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MALANG TAHUN 2013

A. KORUPSI

1. Pengertian KorupsiIstilah korupsi berasal dari bahasa latin : Corruption dan Corruptus yang mempunyai arti buruk, bejad, menyimpang dari kesucian, perkataan menghina, atau memfitnah. Sedangkan pengertian korupsi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (W.J.S. Poerwadarminta) adalah sebagai perbuatan curang, dapat disuap, dan tidk bermoral. adapun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan uang negara atau perusahaan dan sebagainya untuk kepentingan pribadi maupun orang lain.sedangkan di dunia internasional pengertian korupsi berdasarkan Black Law Dictionary yang mempunyai arti bahwa suatu perbuatan yan dilakukan dengan sebuah maksud untuk mendapatkan beberapa keuntungan yang bertentangan dengan tugas resmi dan kebenaran-kebenaran lainnya sesuatu perbuatan dari suatu yang resmi atau kepercayaan seseorang yang mana dengan melanggar hukum dan penuh kesalahan memakai sejumlah keuntungan untuk dirinya sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan tugas dan kebenaran-kebenaran lainnya. Dengan kata lain korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna untuk mendapatkan keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum. Korupsi dapat diartikan sebagai tindakan ketidakjujuran dan tindakan yang tidak sesuai dengan hukum-hukum yang ada(Hanafi, 2010).

2. Bentuk-Bentuk KorupsiDalam hukum Islam korupsi masih masalah Ijtihadiyah, belum menjadi kesepakat sebagian besar ulama, karena masalah korupsi terakumulasi berbagai bentuk maksiat antara lain : 1) Melanggar amanat (salah satu ciri munafik)2) Mencuri (bila mencapai nishab / batas minimal 93,6 gram emas ) terkena sangsi potongan tangan, jika saat ini harga emas / gram adalah Rp. 80.000. maka nishabnya adalah seharga Rp. 7.4.888,003) Perampokan karena terdapat unsur perampasan haknya seseorang dengan menggunakan kekuasaan / kewenangan, terkena hukum potong tangan dan kaki sebatas pergelangan secara bersilangan.4) Penggelapan.5) Penyuapan.6) Kecerobohan dalam Administrasi / Menegemen.7) Pemerasan.8) Penipuan

Pada dasarnya korupsi dibagi menjadi : 1) Korupsi Dengan Mempergunakan Kekuasaan.Korupsi dengan mempergunakan kekuasaan, pada umumnya dilakukan oleh para pemegang kekuasaan, yaitu Jabatan-jabatan Kepala, Komandan, Pimpinan. Tindakan korupsi dilakukan oleh pemegang kekuasaan secara otoriter dengan memanfaatkan kelemaha badan kontrol yang status pangkat dan jabatannya berada jauh di bawahnya. Sehingga unsur bawahanya tidak berkutik karena takut digeser pangkat dan jabatanya atau dipersulit kehidupannya (hak, kesejahteraanmaupun kewajibannya) misalnya :a. Pengalokasian dana tidak sesuai sasaran. Dana alat tulis kantor untuk membeli ban mobil pribadi / di bagi-bagi.b. Dana untuk kesejahteraan personil di ambil sendiri (pribadi).c. Dana untuk pengadaan fasilitas kantor disalurkan untuk pesta / pribadi.d. Dana untuk pembangunan di ambil untuk kepentingan pribadi atau kelompok..dalam kasus diatas koruptor yang menggunakan kekuasaan tersebut tidak jauh bedanya dengan perampok terhadap bawahanya, selanjutnya terhadap atasanya dia berkhianat.

2) Korupsi Tidak Dengan Kekuasaan.Korupsi ini pada umumnya di lakukan oleh unsur bawahan dengan bentuka. Pemalsuaan nota belanja, habis 1 juta di laporkan 2 juta.b. Pengambilan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi (kertas, spidol, tinta)c. Mempergunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi. Mobil dinas untuk bisnis pribadi,mengangkut barang dagangan, di sewakan untuk angkut kayu.korupsi pada tingkat ini, cendrung sebagai prilaku pencuri (tanpa mempergunakan kekuatan & kekuasaan)

3. Korupsi Gabungan Antara Mempergunakan Kekuasaan dan Menyalahgunakan Wewenang Jabatan.a. Seorang hakim yang menerima suap, untuk membebaskan tersangkab. Seorang Polisi Laut, yang menangkap kayu selundupan kemudian di suap untuk membebaskan kayu tersebut.c. Agar dapat terpilih menjadi Gubernur dia melakukan penyuapan.d. Para Pendeta di Prancis menjual belikan surat pengampunan dosa.

4. Hukum Korupsi dalam Pandangan Islam Korupsi sangat merakyat dalam masyarakat kita, hal ini tergambar dari membuminya istilah uang minum, pelicin, biaya administrasi dan banyak lagi istilah lainnya yang sebenarnya tergolong dalam pungutan liar. Masyarakat juga sudah sangat paham, jika berurusan dengan kantor publik tips tambahan itu dapat mempersingkat waktu dalam pengurusan berbagai hal. Bahkan tanpa tips, urusan singkat pun bisa molor tak karuan.Banyak pihak yang merasa terpanggil untuk memberikan sumbangsih dalam mengatasi persoalan korupsi ini. Namun kebanyakan mereka kehabisan energi sebelum upayanya memperoleh hasil. Seringkali faktor kesejahteraan menjadi kambing hitam guna menjustifikasi fenomena ini. Namun masalah sebenarnya adalah krisis rasa sejahtera di kalangan pengelola layanan publik. Seseorang tidak akan pernah kaya selama jiwanya masih miskin, tidak akan pernah cukup selama jiwanya tidak cukup pintar bersyukur. Kemiskinan jiwa pengelola sektor layanan publik cukup nyata terlihat dalam penanganan korban gempa dan tsunami beberapa waktu lalu. Saat bantuan datang, mereka berlomba-lomba menyatakan bahwa dirinyalah yang paling membutuhkan bantuan itu. Sehingga ada yang mendahului mengambilnya sebelum dibagi, tentunya oleh mereka yang memegang wewenang penyaluran bantuan itu. Akibatnya, mereka yang tertimpa musibah terus menahan derita dan lapar.Korupsi adalah penyakit kronis yang melanda bangsa ini, sampai hari ini telah diupayakan berbagai cara untuk mengobatinya namun belum ada yang menunjukkan hasil. Sebagian orang memandangnya sebagai penyakit sosial yang bersumber dari moral, dan berasumsi bahwa hanya dengan sanksi hukum terberat baru dapat disembuhkan. Ada juga yang mengaitkan dengan tinggi rendahnya semangat keberagamaan para pelakunya, lalu diperlihatkan lah kenyataan bahwa di Negara yang muslimnya dominan, justru korupsinya lebih parah. Bahkan beberapa waktu yang lalu sebuah Departemen Pemerintahan yang Mengaturan Tentang Urusan Agama dinobatkan sebagai Lembaga Terkorup.Tentunya setiap orang bebas berasumsi, namun haruslah menempatkan permasalahan secara proporsional, tidak profokatif, tidak terlalu cepat berkesimpulan. Apalagi jika telah masuk dalam wilayah hukum Islam, kita tidak boleh berlepas diri dari segala kaedah yang mengikat penafsiran.

Korupsi Dalam Tinjauan Fiqih Islam

Dalam literatur Islam tidak terdapat istilah yang sepadan dengan korupsi, namun korupsi dapat dikategorikan sebagai tindak kriminal (mashiyat) dalam konteks risywah (suap), saraqah (pencurian), al-ghasysy (penipuan), dan khiynah (pengkhianatan). Dalam analisis fenomenologis, menurut S.H. Alatas, korupsi mengandung dua unsur penting yaitu penipuan dan pencurian. Apabila bentuknya pemerasan itu berarti pencurian melalui pemaksaan terhadap korban. Apabila berbentuk penyuapan terhadap pejabat itu berarti membantu terjadinya pencurian. Jika terjadi dalam penentuan kontrak, korupsi ini berarti pencurian keputusan sekaligus pencurian uang hasil keputusan itu.Namun dalam konsepsi hukum Islam sangat sulit untuk mengkategorikan tindak pidana korupsi sebagai delik sirqah (pencurian). Hal ini disebabkan oleh beragamnya praktek korupsi itu sendiri yang umumnya tidak masuk dalam definisi sariqah (pencurian). Namun jika dalam satu kasus tindak pidana korupsi telah sesuai dengan ketentuan sariqah, maka tidak diragukan lagi ia terkena ketentuan hadd sariqah dan pelakunya dikenakan hukum potong tangan. Sayyid Sabiq dalam kitabnya Fiqhus Sunnah, dengan lugas mengkategorikan bahwa jika seseorang mengambil harta yang bukan miliknya secara sembunyi-sembunyi dari tempatnya (hirz mitsl) maka itu dikategorikan sebagai pencurian, jika ia mengambilnya secara paksa dan terang-terangan, maka dinamakan merampok (muhrabah), jika ia mengambil tanpa hak dan lari, dinamakan mencopet (ikhtils), dan jika ia mengambil sesuatu yang dipercayakan padanya, dinamakan khiynah.Namun mayoritas ulama Syafiiyyah lebih cenderung mengkatagorikan korupsi sebagai tindak pengkhianatan, karena pelakunya adalah orang yang dipercayakan untuk mengelola harta kas negara. Oleh karena seorang koruptor mengambil harta yang dipercayakan padanya untuk dikelola, maka tidak dapat dihukum potong tangan. Dalam konteks ini, `illat hukum untuk menerapkan hukum potong tangan tidak ada. Dari pembahasan ini, kita dapat menyimpulkan bahwa dalam perspektif fuqaha Syafiiyah, tindak pidana korupsi tidak dapat dikategorikan sebagai pencurian. Karena tidak memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam sirqah. Korupsi hanya dapat dikategorikan sebagai tindakan pengkhianatan. Lebih lanjut dijelaskan korupsi secara kasuistik (menurut madzhab Syafiiyyah) lebih tepat dikatagorikan dalam Pengkhianatan Terhadap Harta atau dalam istilah fiqih disebut dengan Ghulul. Imam Asy-Syafi`i pernah ditanyai tentang kasus seseorang yang mengambil harta pampasan perang (ghanmah) sebelum dibagikan. Imam Asy-Syfi`i menjawab, bahwa orang tersebut tidak dipotong tangannya, tetapi harga barang itu (Al-Qimah) menjadi hutang baginya jika barangnya telah dihabiskan atau rusak sebelum dikembalikan. Jika orang yang mengambil itu jhil (tidak tahu keharamannya), maka harus diberitahukan dan tidak boleh disiksa, kecuali baru disiksa- jika ia mengulangi kembali perbuatannya. Dasar hukum yang digunakan Imam Asy-Syfi adalah suatu riwayat ketika Umar ibn Al-Khaththab mencurigai salah seorang shahabat. Ketika itu salah seorang dari kelompok musyrikin yang sedang diperangi (dikepung) bernama Hurmuzan turun menemui Umar. Dalam dialognya dengan Umar, kata-kata Hurmuzan meyebabkan kemarahan Umar sehingga hendak dibunuh, lalu shahabat yang mendampingi Hurmuzan turun membela Hurmuzan agar tidak dibunuh. Pada saat itu Umar curiga kalau shahabat tersebut telah menerima suap dari Hurmuzan, Umar mengancam akan menghukum siksa (Al-`Uqbah) sahabat tersebut kalau ia tidak sanggup menghadirkan saksi. Kemudian ia mencari orang yang akan bersaksi bahwa tidak menerima sesuatu pun dari Hurmuzan, akhirnya ia mendapatkan Zubayr ibn Al-Awm yang bersedia menjadi saksinya.Dari `illat hukum di atas, maka penalaran yang digunakan adalah sulitnya dilakukan penelusuran kembali. Karena pencurian dilakukan secara sembunyi-sembunyi, maka sangat sulit untuk ditelusuri, oleh karena itu perlu ditetapkan hukum yang dapat mencegah orang untuk melakukannya. Berbeda dengan copet, rampok dan khianat, pelakunya dapat dikenali dan mudah ditelusuri kembali, di samping itu juga dilakukan secara terang-terangan sehingga cenderung lebih mudah ditumpas saat mereka melakukan aksinya.Selanjutnya korupsi juga bisa dikatagorikan dalam penipuan yang dalam istilah fiqihnya disebut dengan Al-Ghasysy. Karena dalam tindak pidana korupsi, penipuan merupakan bagian yang tidak terpisah darinya, manipulasi data, buku, daftar dan sebagainya adalah termasuk tindak penipuan.

Hukum Korupsi Menurut Islam

Sebagaimana telah dipaparkan di atas bahwa tindak pidana korupsi menurut mayoritas ulama Syafiiyyah dikatagorikan dalam Al-Ghulul (pengkhianatan terhadap harta yang diamanahkan) dan Al-Ghasysy (penipuan) maka secara substansinya korupsi dikembalikan pada hukum Al-Ghulul dan Al-Ghasysy itu sendiri.1) Hukum Al-GhululBerkaitan dengan masalah al-ghulul, Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

Tidak mungkin seorang Nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu, kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya. (QS. Ali Imran: 161)

Menurut para mufassirin ayat ini turun pada perang Badar, disebabkan ada sebagian shahabat yang berkhianat dalam masalah harta perang.Dalam sebuah hadits yang shahih Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: Barangsiapa yang berlaku zhalim (khianat dalam masalah harta) sejengkal tanah maka kelak pada hari kiamat akan digantungkan tujuh lapis bumi di lehernya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).Dan masih lainnya yang menjelaskan tentang keharaman ghulul dan ancaman yang berat bagi para pelakunya pada hari kiamat.Mengenai hukuman bagi pelaku Al-Ghull (berkhianat dengan mengambil harta ghanmah sebelum dibagikan), Imam Asy-Syfi pernah ditanyai, apakah ia disuruh turun dari tunggangannya dan berjalan kaki, dibakar pelananya atau dibakar harta bendanya. asy-Syfi menjawab: Tidak di hukum (`Iqb) seseorang pada hartanya, tetapi pada badannya. Sesungguhnya Allah menjadikan Al-Hudd pada badan, demikian pula Al-`Uqbt (sanksi), adapun atas harta maka tidak ada `uqbah atasnya.Jenis-jenis hukum ta`zr yang dapat diterapkan bagi pelaku korupsi adalah; penjara, pukulan yang tidak menyebabkan luka, menampar, dipermalukan (dengan kata-kata atau dengan mencukur rambutnya), diasingkan, dan hukuman cambuk di bawah empat puluh kali. Khusus untuk hukuman penjara, Qulyb berpendapat bahwa boleh menerapkan hukuman penjara terhadap pelaku maksiat yang banyak memudharatkan orang lain dengan penjara sampai mati (seumur hidup).

2) Hukum Al-GhasysyBerkaitan dengan masalah penipuan (al-ghasysy), Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: Barangsiapa yang menipu maka dia bukanlah dari golongan umatku. (HR. Muslim dan yang lainnya).Semoga Allah menyelamatkan kita dari tindakan korupsi di dunia ini serta menyelamatkan kita dari siksaan-Nya pada hari kiamat.

B. MOTIF-MOTIF KORUPSI

Korupsi terjadi dilandasi oleh beberapa factor diantaranya : 1. Kebiasaan Dan Sikap Tanggung Jawab Tidak adaSalah satu penyebab utama terjadinya korupsi di Indonesia adalah kebiasaan untuk memperoleh sesuatu dengan cara yang mudah dan kebiasaan ini bisa jadi sudah terjadi sejak dini hingga dewasa. Kurangnya pendidikan yang penuh sejak dini dan tidak menanamkan sikan disiplin.Akibatnya dalam hidupnya kurang bisa tertata dan cenderung seenaknya sendiri. Dan kurangnya sikap tanggung jawab pada suatu tugas yang diemban, sikap ini wajib ditanamkan karena penyebab inilah sumber terbesar.

2. Penyalahgunaan KekuasaanKekuasaan yang dipegang menjadikan dirinya untuk memanfaatkan kesempatan yang ada, mulai dari penyalahgunaan wewenang dan menjadi diktator yang berlebihan untuk memperkaya diri sendiri. Pemimpin yang baik adalah bisa menempatkan dirinya dengan tidak memanfaatkan wewenang untuk tujuan memperkaya diri sendiri.Tapi sepertinya di negri ini masih sulit buktinya korupsi merebak dimana-mana, mementingkan golongan sendiri, dan hingga kegiatan nepotisme yaitu memasukkan anggota keluarganya sendiri untuk menduduki suatu jabatan.

3. Mendapatkan Jabatan Dengan Modal Uang BanyakJabatan di Negri ini seolah-olah bisa dibeli, jenis apa saja ini ??Menyuap atasan agar bisa naik pangkat atau agar bisa diterima menjadi pegawai dan banyak para calon pemimpin berlomba-lomba untuk menang dalam pemilu hingga rela mengeluarkan biaya untuk dukungan suara.Akibatnya setelah menjadi pejabat dan terpilih bentuk penyimpangan korupsinya adalah mencari modal awal dulu agar bisa kembali. Bahkan tidak hanya modal yang didapat tetapi lebih dari itu yang didapatkan. Tidak heran jika banyak para pejabat tersandung kasus korupsi dan dipidana untuk mempertanggungjawabkan.

4. Lemahnya Hukum Di Negri ini Untuk Menjerat KoruptorPenyebab selanjutnya adalah sangat lemahnya hukum di negri ini sehingga yang terjadi adalah makin merebak korupsi dimana-mana. Jika saja para koruptor dihukum berat maka akan membuat jera terhadap orang-orang yang akan melakukan tindakan korupsi.Coba kita lihat yang sudah terjadi bahwa para koruptor hukuman malah lebih ringan dibanding maling ayam hingga harus bonyok digebukin belum lagi masuk bui sangat lama dari koruptor. Apa yang menjadi para koruptor sangat kuat sehingga seakan-akan hukum dapat ia beli dan permainkan, karena mereka mempunyai duit yang cukup untuk menyuap para penegak hukum yang sengaja mempermainkan hukum.

C. BAHAYA KORUPSI DALAM KEHIDUPAN

Mc Mullan (1961), menyatakan bahwa akibat korupsi adalah ketidak efisienan, ketidakadilan, rakyat tidak mempercayai pemerintah, memboroskan sumber-sumber negara, tidak mendorong perusahaan untuk berusaha terutama perusahaan asing, ketidakstabilan politik, pembatasan dalam kebijaksanaan pemerintah dan tidak represif.Theobald(1990),menyatakan bahwa korupsi menimbulkan iklim ketamakan, selfishness, dan sinisism. Chandra Muzaffar(1998),menyatakan bahwa korupsi menyebabkan sikap individu menempatkan kepentingan diri sendiri di atas segala sesuatu yang lain dan hanya akan berfikir tentang dirinya sendiri semata-mata. Jika suasana iklim masyarakat telah tercipta demikian itu, maka keinginan publik untuk berkorban demi kebaikan dan perkembangan masyarakat akan terus menurun dan mungkin akan hilang.K.A Abbas (1975), korupsi berakibat sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, baik aspek kehidupan sosial, politik, birokrasi, ekonomi, dan individu. Bahaya korupsi bagi kehidupan diibaratkan bahwa korupsi adalah seperti kanker dalam darah, sehingga si empunya badan harus selalu melakukan cuci darah terus menerus jika ia menginginkan dapat hidup terus.Secara aksiomatik, akibat korupsi dapat dijelaskan seperti berikut:1) Bahaya korupsi terhadap masyarakat dan individu.Jika korupsi dalam suatu masyarakat telah merajalela dan menjadi makanan masyarakat setiap hari, maka akibatnya akan menjadikan masyarakat tersebut sebagai masyarakat yang kacau, tidak ada sistem sosial yang dapat berlaku dengan baik. Setiap individu dalam masyarakat hanya akan mementingkan diri sendiri (self interest), bahkan selfishness. Tidak akan ada kerjasama dan persaudaraan yang tulus.Fakta empirik dari hasil penelitian di banyak negara dan dukungan teoritik oleh para ilmuwan sosial menunjukkan bahwa korupsi berpengaruh negatif terhadap rasa keadilan sosial dan kesetaraan sosial. Korupsi menyebabkan perbedaan yang tajam di antara kelompok sosial dan individu baik dalam hal pendapatan,prestise, kekuasaan dan lain-lain.Korupsi juga membahayakan terhadap standar moral dan intelektual masyarakat. Ketika korupsi merajalela, maka tidak ada nilai utama atau kemulyaan dalam masyarakat.2) Bahaya korupsi terhadap generasi muda.Salah satu efek negatif yang paling berbahaya dari korupsi pada jangka panjang adalah rusaknya generasi muda. Dalam masyarakat yang korupsi telah menjadi makanan sehari-harinya, anak tumbuh dengan pribadi antisosial, selanjutnya generasi muda akan menganggap bahwa korupsi sebagai hal biasa (atau bahkan budayanya), sehingga perkembangan pribadinya menjadi terbiasa dengan sifat tidak jujur dan tidak bertanggungjawab. Jika generasi muda suatu bangsa keadaannya seperti itu, bisa dibayangkan betapa suramnya masa depan bangsa tersebut.3) Bahaya korupsi terhadap politik.Kekuasaan politik yang dicapai dengan korupsi akan menghasilkan pemerintahan dan pemimpin masyarakat yang tidak legitimate di mata publik. Jika demikian keadaannya, maka masyarakat tidak akan percaya terhadap pemerintah dan pemimipin tersebut, akibatnya mereka tidak akan akan patuh dan tunduk pada otoritas mereka. Praktik korupsi yang meluas dalam politik seperti pemilu yang curang, kekerasandalam pemilu, money politics dan lain-lain juga dapat menyebabkan rusaknya demokrasi, karena untuk mempertahankan kekuasaan, penguasa korup itu akan menggunakan kekerasan (otoriter) atau menyebarkan korupsi lebih luas lagi di masyarakat.Di samping itu, keadaan yang demikian itu akan memicu terjadinya instabilitas sosial politik dan integrasi sosial, karena terjadi pertentangan antara penguasa dan rakyat. Bahkan dalam banyak kasus, hal ini menyebabkan jatuhnya kekuasaan pemerintahan secara tidak terhormat, seperti yang terjadi di Indonesia.4) Bahaya korupsi terhadap EkonomiKorupsi merusak perkembangan ekonomi suatu bangsa. Jika suatu projek ekonomi dijalankan sarat dengan unsur-unsur korupsi (penyuapan untuk kelulusan projek, nepotisme dalam penunjukan pelaksana projek, penggelepan dalam pelaksanaannya dan lain-lain bentuk korupsi dalam projek), maka pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dari projek tersebut tidak akan tercapai.Penelitian empirik oleh Transparency International menunjukkan bahwa korupsi juga mengakibatkan berkurangnya investasi dari modal dalam negeri maupun luar negeri, karena para investor akan berfikir dua kali ganda untuk membayar biaya yang lebih tinggi dari semestinya dalam berinvestasi (seperti untuk penyuapan pejabat agar dapat izin, biaya keamanan kepada pihak keamaanan agar investasinya aman dan lain-lain biaya yang tidak perlu). Sejak tahun 1997, investor dari negara-negera maju (Amerika, Inggris dan lain-lain) cenderung lebih suka menginvestasikan dananya dalam bentuk Foreign Direct Investment (FDI) kepada negara yang tingkat korupsinya kecil.5) Bahaya korupsi terhadap BirokrasiKorupsi juga menyebabkan tidak efisiennya birokrasi dan meningkatnya biaya administrasi dalam birokrasi. Jika birokrasi telah dikungkungi oleh korupsi dengan berbagai bentuknya, maka prinsip dasar birokrasi yang rasional, efisien, dan kualifikasi akan tidak pernah terlaksana. Kualitas layanan pasti sangat jelek dan mengecewakan publik. Hanya orang yang berpunya saja yang akan dapat layanan baik karena mampu menyuap. Keadaan ini dapat menyebabkan meluasnya keresahan sosial, ketidaksetaraan sosial dan selanjutnya mungkin kemarahan sosial yang menyebabkan jatuhnya para birokrat.

D. UPAYA MENUMBUHKEMBANGKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

Ada pepatah mengatakan, Segala sesuatu dimulai dari diri sendiri. Dalam upaya memberantas korupsi, kita dapat melakukannya melalui diri sendiri. Tumbuhkanlah sikap-sikap antikorupsi dalam diri kita masing-masing. Berikut ini adalah contoh sikap anti korupsi.

1. KejujuranKejujuran adalah nilai yang sudah tidak terlalu dijunjung tinggi oleh masyarakat, saat ini sepertinya sulit menemukan orang yang masih mengutamakan kejujuran. Kejujuran merupakan kunci utama dalam mencegah terjadinya korupsi. Kita harus membiasakan diri untuk berlaku jujur dimanapun kita berada. Kejujuran dapat dilakukan mulai dari skala yang terkecil, contohnya tidak mencontek. Mencontek adalah cikal-bakal dari tindakan korupsi karena mencontek mengajarkan kepada kita bahwa kita tidak perlu belajar keras untuk mendapatkan nilai yang bagus, cukup dengan berlaku tidak jujur maka nilai bagus akan kita dapatkan. Prinsip yang sama juga tertanam di dalam korupsi, yang mengisyaratkan bahwa kita tidak perlu bersusah-payah membanting tulang untuk mendapatkan uang.Kejujuran dapat pula dipupuk di lingkungan sekolah dengan kantin atau koperasi kejujuran. Dengan demikian kita dapat membiasakan diri berlaku jujur meskipun tidak ada yang melihatnya. Ajaran-ajaran agama dapat pula menumbuhkan sikap jujur. Dalam ajaran agama Islam, Kejujuran merupakan salah satu dari 5 nilai moral Islam. Dalam agama Kristen, kita dituntut untuk mempertanggungjawabkan setiap kelakuan kita dihadapan Tuhan, bukan dihadapan manusia. Dengan demikian kita dituntut untuk berlaku jujur diamanapun kita berada, karena Tuhan adalah Allah yang maha tahu dan maha ada. Jika Allah selalu hadir dalam hidup kita, kita tidak akan berani melakukan kebohongan karena Allah membenci ketidakjujuran itu sendiri. Kejujuran juga merupakan nilai moral yang dijunjung tinggi di dalam agama lain.2. Tanggung JawabSelain belajar bersikap jujur, kita juga harus menumbuhkan sikap tanggung jawab pada diri kita. Sikap bertanggung jawab harus dipupuk sejak dini karena perbuatan korupsi juga berasal dari pelarian tanggung jawab. Korupsi memancarkan sikap yang pengecut yang tidak mau menanggung segala akibat dari perbuatannya yang tidak jujur. Bertanggung jawab berarti menanggung apa yang menjadi akibat dari perbuatan kita.Saat kita membuat suatu kesalahan, kita mungkin akan mencoba melarikan diri dari hukuman. Bertanggung jawab dapat dilakukan dengan belajar mengakui kesalahan kita dan menanggung hukuman yang seharusnya. Meskipun tidak nyaman, hal ini dianggap sebagai suatu tindakan yang pemberani sekaligus dapat membentuk suatu pribadi yang berkarakter dan berintegritas. Kita dapat membantu bertumbuhnya sikap bertanggung jawab di lingkungan kita dengan menghargai sikap itu sendiri, misalnya, jika ada seorang teman yang tidak membawa buku dan mengaku kepada guru, sikap kita seharusnya adalah menghargai kejujuran dan keberaniannya dalam mengakui kesalahannya. Dengan begitu teman kita akan berusaha mempertahankan nilai tersebut dalam dirinya.3. Bersikap KritisBersikap kritis artinya menyikapi segala sesuatu berdasarkan pikiran yang matang dan logis. Kita harus berpikir secara kritis dalam mengatasi serta memberantas tindakan yang merupakan cikal-bakal korupsi, maupun korupsi itu sendiri. Kita harus memikirkan segala cara untuk mempertumbuhkan kedua nilai luhur diatas.Sikap jujur dan bertanggung jawab pada kenyataannya sangat sulit untuk dipraktekkan, apalagi dengan peraturan yang memungkinkan orang-orang yang melanggarnya untuk melarikan diri dari hukuman. Mengkritisi keadaan ini, sebaiknya kita membuat peraturan yang memperkecil kesempatan setiap orang untuk lari dari tanggung jawab dan bersikap tidak jujur. Untuk memperkecil celah ini, kita dapat membuat peraturan yang bersifat lebih spesifik, atau memberikan hukuman yang lebih logis dan adil kepada sebuah pelanggaran, dengan tetap mempertahankan pemberian efek jera pada si pelaku. Pemberian hukuman ini memerlukan pertimbangan yang matang, dimana pikiran kritis seseorang dituntut untuk dipergunakan.

Sikap anti korupsi haruslah dimulai dari diri sendiri dan lingkungan keluarga. Dari dalam diri, sejak dini harus ditanamkan sikap jujur, adil, terbuka dan mandiri. Dengan demikian, orang akan terhindar dari prilaku yang merugikan orang lain demi kepentingan pribadi. Saat ini, masyarakat telah menganggap bahwa korupsi dan kolusi merupakan tindakan yang berbahaya dan tidak terpuji. Namun sebagian mayarakat masih belum sadar bahwa nepotisme pun merupakan tindakan yang merugikan masyarakat umum. Nepotisme sangat berbahaya terutama atas hiangnya kesempatan bekerja atau berusahabagi putra-putri terbaik bangsa.

Makalah PAI / 2013 / KorupsiHalaman 14