Rangkuman Untuk Tugas Uts PAI

21
IMAN A. IMAN DASAR AQIDAH Iman dasar Aqidah “ Sesungguhnya aku telah meninggalkan untukmu dua pusaka,jika kamu berpegang teguh pada keduanya niscaya kamu tidak akan tersesat untuk selama-lamanya yaitu Kitabullah dan Hadis Rasulullah Saw”. (HR. Al Hakim). Mengacu pada hadis Rasul Saw di atas sebagai umat Islam sudah menjadi suatu kewajiban menyakini seyakin-yakinnya bahwa yang menciptakan / menjadikan baik dan buruk, anuqrah dan bencana, yang mengatur riski, langkah, pertemuan dan maut, sampai pada penciptaan jagat raya ini plus pengaturanya tiada lain adalah sang khalik, Allah Swt. Dialah zat yang maha pencipta dan maha kuasa atas segala sesuatu yang ada di jagat raya ini. Keyakinan itulah yang di sebut dalam Islam sebagai iman yang berujung pada ketaqwaan serta Al Quran & Sunah Saw sebagai pedomanya. Menurut pengertian bahasa iman adalah percaya atau membenarkan,sedangkan menurut ilmu tauhid iman berarti membenarkan atau meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan yang terpenting adalah mengamalkanya / meimplementasikanya dalam bentuk / wujud perbuatan selain menjalani kehidupan di atas dunia ini. Tidak bisa di pungkiri lagi bahwa hal seperti yang di sebutkan di ataslah yang merupakan pokok dasar dari seluruh rangkaian akidah Islam dengan menyempurnakan keimanan pada-Nya. Seperti yang telah di firmankan Allah dalam Qs Al Anfal-2-4 yang artinya. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila di sebut nama Allah gemetarlah hati mereka,dan apabila di bacakan pada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka karenanya dan kepada tuhanlah mereka bertawakal.Yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian riski yang kami berikan pada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya,mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi tuhan-Nya dan ampunan serta rizki (ni’mat) yang mulia”. Dari uraian ayat Al Quran di atas mengambarkan bahwa Islam itu memandang iman dan takwa sebagai martabat yang paling mulia di sisi Allah Swt. Jelas sangat percuma sekali kalau hanya sekedar percaya atau sekedar mempercayai Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab- Kitab-Nya maupun para Rasul-Rasul-Nya jika mengesampingkan / tidak mengimani kesaan Allah Swt sebagai khalik yang harus di sembah menurut aturan Syariat dan Hadis Rasul Saw. Keyakinan terhadap 0800766 agung sandiba

Transcript of Rangkuman Untuk Tugas Uts PAI

Page 1: Rangkuman Untuk Tugas Uts PAI

IMAN

A. IMAN DASAR AQIDAH

Iman dasar Aqidah “ Sesungguhnya aku telah meninggalkan untukmu dua pusaka,jika kamu berpegang teguh pada keduanya niscaya kamu tidak akan tersesat untuk selama-lamanya yaitu Kitabullah dan Hadis Rasulullah Saw”. (HR. Al Hakim). Mengacu pada hadis Rasul Saw di atas sebagai umat Islam sudah menjadi suatu kewajiban menyakini seyakin-yakinnya bahwa yang menciptakan / menjadikan baik dan buruk, anuqrah dan bencana, yang mengatur riski, langkah, pertemuan dan maut, sampai pada penciptaan jagat raya ini plus pengaturanya tiada lain adalah sang khalik, Allah Swt. Dialah zat yang maha pencipta dan maha kuasa atas segala sesuatu yang ada di jagat raya ini. Keyakinan itulah yang di sebut dalam Islam sebagai iman yang berujung pada ketaqwaan serta Al Quran & Sunah Saw sebagai pedomanya.

Menurut pengertian bahasa iman adalah percaya atau membenarkan,sedangkan menurut ilmu tauhid iman berarti membenarkan atau meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan yang terpenting adalah mengamalkanya / meimplementasikanya dalam bentuk / wujud perbuatan selain menjalani kehidupan di atas dunia ini. Tidak bisa di pungkiri lagi bahwa hal seperti yang di sebutkan di ataslah yang merupakan pokok dasar dari seluruh rangkaian akidah Islam dengan menyempurnakan keimanan pada-Nya.

Seperti yang telah di firmankan Allah dalam Qs Al Anfal-2-4 yang artinya. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila di sebut nama Allah gemetarlah hati mereka,dan apabila di bacakan pada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka karenanya dan kepada tuhanlah mereka bertawakal.Yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian riski yang kami berikan pada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya,mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi tuhan-Nya dan ampunan serta rizki (ni’mat) yang mulia”.

Dari uraian ayat Al Quran di atas mengambarkan bahwa Islam itu memandang iman dan takwa sebagai martabat yang paling mulia di sisi Allah Swt. Jelas sangat percuma sekali kalau hanya sekedar percaya atau sekedar mempercayai Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya maupun para Rasul-Rasul-Nya jika mengesampingkan / tidak mengimani kesaan Allah Swt sebagai khalik yang harus di sembah menurut aturan Syariat dan Hadis Rasul Saw. Keyakinan terhadap sang pencipta itu sebenarnya tidak saja di ajarkan oleh agama Islam khususnya, tetapi ilmu pengetahuanpun telah mengakui akan keagungan dan keberadaa-Nya itu. Seperti yang pernah di kemukakan oleh seorang filosof Yunani Xenophanes (580-470 SM),dia mengatakan tuhan yang maha esa itu di jadikan tidak bergerak, berubah-rubah dan Dia adalah penguasa tunggal alam semesta ini.

Ajaran Islam tidak akan berarti apa-apa jikalau kurang mendapatkan tempat yang khusus dalam setiap pribadi muslim/muslimah, dengan artian ajaran Islam itu harus dihayati dan dipahami oleh para pemeluknya dalam segala sisi kehidupan dengan berkarakterkan tauhid serta menanamkan satu harapan yaitu keridhoan Allah Swt.

0800766 agung sandiba

1

Page 2: Rangkuman Untuk Tugas Uts PAI

B. BENTUK-BENTUK UJIAN IMAN

Ujian yang diberikan Allah kepada manusia berbeda-beda, dan bentuknya pun berbeda-beda. Ada beberapa macam bentuk ujian iman yang Allah berikan kepada pendahulu kita maupun pada kita sekalian.

1. Ujian iman dalam bentuk perintah. Contohnya, yang dialami Nabi Ibrahim as ketika diperintah untuk menyembelih anaknya, yaitu Ismail as. Ini merupakan ujian yang sangat berat. Bagaimana seorang bapak harus rela menyembelih anaknya sendiri. Namun, karena keimanannya kepada Allah Swt. begitu kuat, Nabi Ibrahim as tetap menjalankan perintah-Nya. Dan Allah pun menggantikan Ismail ketika hendak disembelih dengan seekor domba.Bagaimana dengan kita? Allah memerintahkan kita untuk shalat lima waktu, Allah juga memerintahkan kita untuk berpuasa dan membayar zakat. Jika shalat kita masih banyak bolongnya, pantaskah kita menyatakan iman kita kuat?

2. Ujian iman dalam bentuk larangan. Contohnya, yang dialami Nabi Yusuf as ketika diuji dengan wanita cantik, istri pembesar di Mesir. Beliau dan istri pembesar Mesir berada dalam satu ruangan. Beliau diajak berzina, tetapi karena Nabi Yusuf tahu bahwa berzina itu dilarang Allah, maka Nabi Yusuf pun menolaknya, meskipun resikonya harus masuk penjara karena fitnah.Bagaimana dengan kita? Allah melarang kita berzina, berjudi, minum minuman keras, mencuri, dan masih banyak lagi larangan. Namun, banyak di antara kita yang masih terus saja melanggar larangan tersebut.

3. Ujian iman dalam bentuk musibah. Contohnya, yang dialami Nabi Ayub as yang terkena penyakit dan kemiskinan. Penyakit Nabi Ayub as dan kemiskinannya telah membuatnya dijauhi tetangga bahkan ditinggalkan istri dan anak-anaknya. Namun, Nabi Ayub as tetap beriman dan bertakwa kepada Allah Swt.Bagaimana dengan kita? Kerapkali musibah yang menimpa kita membuat kita putus asa dan bahkan menyalahkan Allah Swt. Akibatnya, keimanan kita menurun. Rasa tawakal yang hilang menyebabkan kita tidak sabar ketika didera musibah. Sebagai orang beriman kita harus mampu bersabar ketika terkena musibah. Itulah salah satu bukti kekuatan iman kita.

4. Ujian lewat tangan-tangan orang kafir dan orang-orang yang tidak menyenangi Islam. Contohnya, yang dialami Nabi Muhammad SAW awal-awal dakwah Islam, kebencian orang-orang kafir Quraisy terhadap Nabi Muhammad begitu besar. Namun, Rasulullah tetap tabah dengan keimanannya.

Dengan adanya ujian dari Alloh apakah umatnya selalu ingat kepadaNya atau sebaliknya. sebagai mana ada pada hadist:Allahh berfirman kepada malaikat malaikat NYA: pergilah kepada hamba-KU. lalu, timpahkanlah bermacam macam ujian karena aku ingin mendengar suaranya”(HR.Thabrani).

Itulah beberapa bentuk ujian iman seseorang. Jika kita mampu melewati semua ujian yang Allah timpakan, insyaallah kita termasuk orang-orang yang beriman. Sebuah bahan diskusi bagi kita, yaitu: “Apakah kenikmatan yang Allah berikan kepada kita juga merupakan bentuk ujian keimanan kita?”

0800766 agung sandiba

2

Page 3: Rangkuman Untuk Tugas Uts PAI

C. KEUTAMAAN KEIMANAN DAN ISTIQOMAH

Dari Abu Amr atau Abu Amrah ra; Sufyan bin Abdullah Atsaqafi ra berkata, Aku berkata Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku dalam Islam satu perkataan yang aku tidak akan menanyakannya kepada seorangpun selain padamu. Rasulullah menjawab, “Katakanlah Saya beriman kemudian istiqomahlah.” (HR. Muslim)

Dilihat dari isi kandungannya, hadits ini menggabungkan dua pokok permasalahan besar dalam Islam, yaitu Iman dan Istiqomah. Iman merupakan implementasi dari tauhid yang merupakan inti ajaran islam, sedangkan istiqomah merupakan implementasi dari pengamalan aspek-aspek tauhid dalam kehidupan nyata. Dan kedua hal tersebut terangkum dalam hadits singkat ini, melalui pertanyaan seorang sahabat kepada Rasulullah SAW.

Hadits di atas menggambarkan tentang dua makna besar dalam Islam, yaitu Iman dan Istiqomah. Dua hal ini merupakan aspek yang sangat penting dalam keislaman seseorang. Karena Iman (sebagaimana digambarkan di atas) merupakan pondasi keislaman seseorang dimana pun dan kapan pun. Tanpa Iman, maka segala amal seseorang tiada akan pernah memiliki arti di hadapan Allah SWT. Namun hanya iman saja tidak cukup :

يكفي ال وحده اإليمان

Penggambaran Rasulullah SAW dalam hadits di atas adalah berangkat dari firman Allah SWT dalam Al-Qur’an (QS. Fusshilat/ 41 : 30) :“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”

Iman harus dibekali dengan keistiqomahan dalam implementasi konsekwensinya, hingga akhir masa kehidupan untuk menghadap Allah SWT. Sehingga peranan keistiqomahan dalam perjalanan iman (baca; dakwah), sangatlah penting. Hingga demikian pentingnya, tidak sedikit para salafuna shaleh yang mencoba memberikan gambaran mengenai istiqomah ini :Jika ditinjau dari segi asal katanya, istiqomah ( ( اإلستقامة merupakan bentuk mashdar (baca; infinitif) dari kata istaqama ( استقام ) yang berarti tegak dan lurus.Istiqomah merupakan mashdar dari fi’il istaqama – yastaqimu – istiqaman, yang berarti tegak dan lurus.

D. CARA UNTUK MEREALISASIKAN ISTIQAMAH

Setelah kita memahami mengenai istiqamah secara singkat, tinggallah sebuah kenyataan yang ada dalam diri kita semua, yaitu bahwa kita semua barangkali masih jauh dari sifat istiqamah ini. Kita masih belum mampu merealisasikannya dalam kehidupan nyata dengan berbagai dimensinya. Oleh karena itulah, perlu kiranya kita semua mencoba untuk merealisasikan sifat ini. Berikut adalah beberapa kiat dalam mewujudkan sikap istiqamah:

1. Mengkikhlaskan niat semata-mata hanya mengharap Allah dan karena Allah SWT. Ketika beramal, tiada yang hadir dalam jiwa dan fikiran kita selain hanya Allah dan Allah. Karena keikhlasan merupakan pijakan dasar dalam bertawakal kepada Allah. Tidak mungkin seseorang akan bertawakal, tanpa diiringi rasa ikhlas.

2. Bertahap dalam beramal. Dalam artian, ketika menjalankan suatu ibadah, kita hendaknya memulai dari sesuatu yang kecil namun rutin. Bahkan sifat kerutinan ini jika dipandang perlu, harus bersifat sedikit dipaksakan. Sehingga akan terwujud sebuah amalan yang rutin meskipun sedikit. Kerutinan inilah yang insya Allah menjadi cikal bakalnya keistiqamahan. Seperti dalam

0800766 agung sandiba

3

Page 4: Rangkuman Untuk Tugas Uts PAI

bertilawah Al-Qur’an, dalam qiyamul lail dan lain sebagainya; hendaknya dimulai dari sedikit demi sedikit, kemudian ditingkatkan menjadi lebih baik lagi.

3. Diperlukan adanya kesabaran. Karena untuk melakukan suatu amalan yang bersifat kontinyu dan rutin, memang merupakan amalan yang berat. Karena kadangkala sebagai seorang insan, kita terkadang dihinggapi rasa giat dan kadang rasa malas. Oleh karenanya diperlukan kesabaran dalam menghilangkan rasa malas ini, guna menjalankan ibadah atau amalan yang akan diistiqamahi.

4. Istiqamah tidak dapat direalisasikan melainkan dengan berpegang teguh terhadap ajaran Allah SWT. Allah berfirman (QS. 3 : 101)“Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.”

IBADAH

A. DEFINISI IBADAH

Ibadah (عبادة) secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk. Di dalam syara’, ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi ibadah itu antara lain :

1. Ibadah ialah taat kepada Allah  dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya (yang digariskan) melalui lisan para Rasul-Nya,

2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah , yaitu tingkatan ketundukan yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi,

3. Ibadah ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah , baik berupa ucapan atau perbuatan, yang dzahir maupun bathin. Ini adalah definisi ibadah yang paling lengkap.

Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang) dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan hati, lisan dan badan.

Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia, Allah berfirman, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dia-lah Maha Pemberi rizki yang mempunyai kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat: 56-58)

Allah memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah kepada Allah . Dan Allah Maha Kaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya. Karena ketergantungan mereka kepada Allah , maka mereka menyembah-Nya sesuai dengan aturan syari’at-Nya. Maka siapa yang menolak beribadah kepada Allah , ia adalah sombong. Siapa yang menyembah-Nya tetapi dengan selain apa yang disyari’atkan-Nya maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan siapa yang hanya menyembah-Nya dan dengan syari’at-Nya, maka dia adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah ).

0800766 agung sandiba4

Page 5: Rangkuman Untuk Tugas Uts PAI

B. MACAM-MACAM IBADAH DAN KELUASAN CAKUPANNYA

Ibadah itu banyak macamnya. Ia mencakup semua ketaatan yang nampak pada lisan, anggota badan dan yang lahir dari hati. Seperti dzikir, tasbih, tahlil, dan membaca Al-Qur’an; shalat, zakat, puasa, haji, jihad, amar ma’ruf nahi munkar, berbuat baik kepada kerabat, anak yatim, orang miskin dan ibnu sabil. Begitu pula cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, khassyatullah (takut kepada Allah), inabah (kembali) kepada-Nya, ikhlas kepada-Nya, sabar terhadap hukum-Nya, ridha dengan qadha’-Nya, tawakkal, mengharap nikmat-Nya dan takut dari siksa-Nya.

Jadi, ibadah mencakup seluruh tingkah laku seorang mukmin jika perbuatan itu diniatkan sebagai qurbah (pendekatan diri kepada Allah ) atau apa-apa yang membantu qurbah itu. Bahkan adat kebiasaan yang dibolehkan secara syari’at (mubah) dapat bernilai ibadah jika diniatkan sebagai bekal untuk taat kepada-Nya. Seperti tidur, makan, minum, jual-beli, bekerja mencari nafkah, nikah dan sebagainya. Berbagai kebiasaan tersebut jika disertai niat baik (benar) maka menjadi bernilai ibadah yang berhak mendapatkan pahala. Karenanya, tidaklah ibadah itu terbatas pada syi’ar-syi’ar yang biasa dikenal semata.

C. PAHAM-PAHAM YANG SALAH TENTANG PEMBATASAN IBADAH

Ibadah adalah perkara tauqifiyah. Artinya tidak ada suatu bentuk ibadah pun yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Apa yang tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak), sebagaimana sabda Nabi :

د� �ا ف�ه�و� ر� م ر� ن� �ي ه" أ �ي س� ع�ل م�ن ع�م"ل� ع�م�ال( ل

“Barang siapa melaksanakan suatu amalan tidak atas perintah kami, maka ia ditolak.” (HR. Bukhari no. 2697, Muslim no. 1718)

Maksudnya, amalnya ditolak dan tidak diterima, bahkan ia berdosa karenanya. Sebab amal tersebut adalah maksiat, bukan taat.

Kemudian manhaj (jalan) yang benar dalam melaksanakan ibadah yang disyari’atkan adalah sikap pertengahan. Tidak meremehkan dan malas, serta tidak dengan sikap ekstrim dan melampaui batas. Allah  berfirman kepada Nabi-Nya , “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.” (QS. Hud: 112)

Ayat Al-Qur’an ini adalah garis petunjuk bagi langkah manhaj yang benar dalam pelaksanaan ibadah. Yaitu dengan ber-istiqomah dalam melaksanakan ibadah pada jalan tengah, tidak kurang atau lebih, sesuai dengan petunjuk syari’at (sebagaimana yang diperintahkan). Kemudian pada akhir ayat, Allah  menegaskan lagi dengan firman-Nya, “Dan janganlah kamu melampaui batas.”Tughyan adalah melampaui batas dengan bersikap terlalu keras dan memaksakan kehendak serta megada-ada. Ia lebih dikenal dengan ghuluw.

Ketika Rasulullah  mengetahui bahwa tiga orang dari sahabatnya melakukan ghuluw  dalam ibadah, dimana seorang dari mereka berkata, “Saya akan terus berpuasa dan tidak  berbuka”, yang kedua berkata, “Saya akan shalat terus dan tidak tidur”, lalu yang ketiga berkata, “Saya tidak akan menikahi wanita”, maka beliau  bersabda, “Adapun saya, maka saya berpuasa dan berbuka, saya shalat dan saya tidur, dan saya menikahi perempuan. Maka barang siapa tidak menyukai jejakku maka dia bukan dari (bagian atau golongan)-ku.” (HR. Bukhari no. 4675 dan Muslim no. 2487)Ada 2 golongan yang saling bertentangan dalam soal ibadah :

0800766 agung sandiba

5

Page 6: Rangkuman Untuk Tugas Uts PAI

1. Golongan pertama: Yang mengurangi makna ibadah serta meremehkan pelaksanaannya. Mereka meniadakan berbagai macam ibadah dan hanya melaksanakan ibadah-ibadah yang terbatas pada syi’ar-syi’ar tertentu dan sedikit, yang hanya diadakan  di masjid-masjid saja. Menurut mereka tidak ada ibadah di rumah, di kantor, di toko, di bidang sosial, juga tidak dalam peradilan kasus sengketa dan dalam perkara-perkara kehidupan lainnya.Memang masjid mempunyai keistimewaan dan harus dipergunakan dalam shalat fardhu lima waktu. Akan tetapi ibadah mencakup seluruh aspek kehidupan muslim, baik di masjid maupun di luar masjid.

2. Golongan kedua: Yang bersikap berlebih-lebihan dalam praktek ibadah sampai pada batas ekstrim, yang sunnah sampai mereka angkat menjadi wajib, sebagaimana yang mubah (boleh) mereka angkat menjadi haram. Mereka menghukumi sesat dan salah orang yang menyalahi jalan (manhaj) mereka, serta menyalahkan pemahaman-pemahaman lainnya.Padahal sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad  dan seburuk-buruk perkara adalah yang bid’ah.

D. PILAR-PILAR UBUDIYAH YANG BENAR

Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar sentral, yaitu: hubb (cinta), khauf (takut) dan raja’ (harapan).

Rasa cinta (hubb) harus dibarengi dengan sikap rasa rendah diri, sedangkan khauf (takut) harus dibarengi dengan raja’ (harapan). Dalam setiap ibadah harus terkumpul unsur-unsur ini. Allah berfirman tentang sifat hamba-hamba-Nya yang mukmin, “Dia mencintai mereka dan mereka mencintai-Nya.” (QS. Al-Maidah: 54).

Dan juga firman-Nya, “Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 165)

Dalam perkara ini, Allah  juga berfirman menyifati para Rasul dan Nabi-Nya, “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo’a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya: 90)

Sebagian salaf berkata, “Siapa yang menyembah Allah  dengan rasa hubb (cinta) saja maka dia zindiq (istilah untuk setiap munafik, orang yang sesat dan mulhid). Siapa yang menyembah-Nya dengan raja’ (harapan) semata maka ia adalah murji’ (orang Murji’ah, yaitu golongan yang mengatakan bahwa amal bukan dari iman. Iman hanya dengan hati saja). Dan siapa yang menyembah-Nya hanya dengan khauf (takut) saja, maka dia adalah harury (orang dari golongan Khawarij, yang pertama kali muncul di Harurro’, dekat Kufah, yang berkeyakinan bahwa orang mukmin yang berdosa adalah kafir). Siapa yang menyembah-Nya dengan hubb, khauf dan raja’ maka dia adalah mukmin muwahhid”.

Hal ini disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam Risalah Ubudiyah. Beliau juga berkata, “Dien Allah adalah menyembah-Nya, taat dan tunduk kepada-Nya. Asal makna ibadah adalah adz-dzull (hina). Dikatakan “ -د معب jika jalan itu dihinakan dan ”طريقdiinjak-injak oleh kaki manusia. Akan tetapi ibadah yang diperintahkan mengandung makna dzull (hina/merendahkan diri) dan hubb (cinta). Yakni mengandung makna dzull yang paling dalam dengan hubb yang paling tinggi kepada Allah . Siapa yang tunduk kepada seseorang dengan perasaan benci kepadanya, maka ia bukanlah menghamba (menyembah) kepadanya. Dan jika ia menyukai sesuatu tetapi tidak tunduk kepadanya, maka iapun tidak menghamba (menyembah) kepadanya. Sebagaimana seorang ayah mencintai anak atau rekannya. Karena itu tidak cukup salah satu dari keduanya dalam beribadah kepada Allah , tetapi hendaklah Allah  lebih dicintainya dari segala sesuatu dan Allah  lebih diagungkan dari segala sesuatu. Tidak ada yang berhak mendapat mahabbah (cinta) dan khudu’ (ketundukan) yang sempurna selain Allah .” (Majmu’ah Tauhid

Najdiyah, 542). Inilah pilar-pilar kehambaan yang merupakan poros segala amal ibadah.

0800766 agung sandiba 6

Page 7: Rangkuman Untuk Tugas Uts PAI

Ibnu Qayyim rahimullah berkata dalam “Nuniyyah-nya”, “Ibadah kepada Ar-Rahman adalah cinta yang dalam kepada-Nya, beserta kepatuhan menyembah-Nya. Dua hal ini adalah ibarat dua kutub. Di atas keduanyalah orbit ibadah beredar. Ia tidak beredar sampai kedua kutub itu berdiri tegak. Sumbunya adalah perintah (perintah Rasul-Nya). Bukan hawa nafsu dan setan.”

Ibnu Qayyim rahimullah menyerupakan beredarnya ibadah di atas rasa cinta dan tunduk bagi yang dicintai, yaitu Allah  dengan beredarnya orbit di atas dua kutubnya. Beliau juga menyebutkan bahwa beredarnya orbit ibadah adalah berdasarkan perintah rasul dan syari’atnya, bukan berdasarkan hawa nafsu dan setan. Karena hal yang demikian bukanlah ibadah. Apa yang disyari’atkan baginda Rasul  itulah yang memutar orbit ibadah. Ibadah tidak diputar oleh bid’ah, nafsu dan khurafat.

E. SYARAT DITERIMANYA IBADAH

Agar bisa diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak benar kecuali dengan ada syarat :1. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil,2. Sesuai dengan tuntunan Rasulullah.

Syarat pertama adalah merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illallah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya untuk Allah  dan jauh dari syirik kepada-Nya.

Sedangkan syarat yang kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajibnya taat kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggalkan bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan. Allah  berfirman, “(Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 112)

Dalam ayat diatas disebutkan “menyerahkan diri” (aslama wajhahu) artinya memurnikan ibadah kepada Allah . Dan “berbuat kebajikan” (wahuwa muhsin) artinya mengikuti Rasul-Nya .Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah  rahimahullah mengatakan, “Inti agama ada dua pokok yaitu kita tidak menyembah kecuali kepada Allah , dan kita tidak menyembah kecuali dengan apa yang dia syari’atkan, tidak dengan bid’ah. Sebagaimana Allah  berfirman, “Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaknya ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi: 110). Yang demikian adalah manifestasi (perwujudan) dari dua kalimat syahadat Laa ilaaha illallah dan Muhammad Rasulullah.

Pada yang pertama, kita tidak menyembah kecuali kepada-Nya. Pada yang kedua bahwasannya Muhammad  adalah utusan-Nya yang menyampaikan ajaran-Nya. Maka kita wajib membenarkan dan mempercayai beritanya serta mentaati perintahnya. Beliau  telah menjelaskan bagaimana cara kita beribadah kepada Allah , dan beliau melarang kita dari hal-hal baru atau bid’ah. Beliau mengatakan bahwa bid’ah itu sesat” (Al-Ubudiyah, hal 103; ada dalam Majmu’ah Tauhid, hal. 645)

0800766 agung sandiba7

Page 8: Rangkuman Untuk Tugas Uts PAI

TAQWA

Taqwa yakni sebuah label tingkatan manusia Islam dan beriman yang tertinggi. Label tersebut bukan diberikan kepada antar sesama manusia melainkan dari Allah SWT kepada manusia.

Taqwa adalah target utama disyari’atkannya Shaum seperti yang tercantum dalam surat Al-Baqoroh : 183. “Wahai manusia, beribadahlah kalian kepada Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi bertaqwa.” (QS Al-Baqarah ayat 21)

Taqwa adalah karakter, sikap, prilaku dan kebiasaan. Taqwa adalah hasil, bukan proses. Proses menuju taqwa, di antaranya adalah dengan menjalankan Ramadhan berdasarkan manajemen Rasul Saw. seperti yang sudah kita bahas sebelumnya. Taqwa adalah buah dari keimanan yang mendalam yang melahirkan ketaatan, ibadah, harapan dan ketakutan mutlak kepada sang Pencipta, yakni Allah Ta’ala saat menjalankan kehidupan di dunia yang fana ini.

Sebab itu, taqwa harus dapat dilihat pengaruh dan ciri-cirinya dalam kehidupan. Taqwa harus menjadi tema terpenting setelah iman. Karena iman yang tidak melahirkan taqwa tidak akan bermanfaat banyak dalam kehidupan dunia dan tidak pula di akhirat kelak.

Saking pentingnya, dalam Al-Qur’an tedapat sekitar 158 ayat yang membahas taqwa dan juga puluhan hadits Rasul Saw. Di antara cakupan makna taqwa adalah takut, beribadah, meninggalkan maksiat, mengesakan dan ikhlas kepada Allah.

Dari ayat dan hadits tersebut kita dapat mengetahui dengan mudah karakteristik muttaqin (orang-orang bertaqwa). Di antaranya seperti yang tercantum dalam

-QS.Al-Baqoroh : 3 – 5 dan 177-QS.Ali Imran : 133 – 138-QS.Al Mukminun : 1 – 10-QS.Al Hujuraat : 6, 10, 11,12,15

Di antara sifat muttaqin ialah :1. Tidak ragu sedikitpun dan menerima semua isi kandungan Al Qur'an2. Ringan dalam menjalankan kewajiban ibadah (Shalat dan Zakat) kepada Allah SWT3. Memahami konsep keimanan yang murni dan benar4. Berusaha menerapkan kesalehan sosial (infaq dalam waktu lapang dan sempit)5. Mempunyai konsistensi kualitas moral (pemaaf, menepati janji, menahan marah, menjauhi ghibah, menjauhi pergaulan bebas)6. Anti berbuat sia-sia (menghabiskan waktu tanpa tujuan)7. Sabar dan syukur menerima ujian dan nikmat Allah SWT8. Tidak segan introspeksi diri dan bertaubat9. Tidak berhenti menuntut ilmu10.Berani Amar makruf Nahi Mungkar, termasuk berjihad di jalan Allah

Dan masih banyak lagi yang perlu digaris bawahi bahwa semua ciri-ciri tersebut akan selalu berkaitan. Dan kita tidak perlu risau kenapa banyak sekali? InsyaAllah dengan keikhlasan maka otomatis tanda-tanda orang bertaqwa akan ada dalam diri orang-orang yang sedang berusaha menuju jalan TAQWA.

0800766 agung sandiba

8

Page 9: Rangkuman Untuk Tugas Uts PAI

AKHLAK MULIA

A. PENGERTIAN AKHLAK MULIA

Akhlak. Kajian Akhlak Tauhid. Akhlak berarti prilaku, sikap, perbuatan, adab dan sopan santun. Akhlak mulia berati seluruh prilaku umat manusia yang sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Hadist yaitu adab sopan santun yang dicontohkan dan diajarkan Rasulullah Muhammad SAW kepada kepada seluruh umat manusia ketika beliau masih hidup. Akhlak beliau adalah Al-Quran.

Akhlak atau adab sopan santun yang telah dicontohkan dan diajarkan Rasulullah Muhammad SAW itu meliputi akhlak manusia kepada Allah SWT dan Akhlak terhadap sesama ciptaan Allah, termasuk didalamnya akhlak terhadap diri sendiri karena diri sendiri itu termasuk ciptaan Allah Juga, lahir dan batin.

Secara garis besar, akhlak mulia itu dapat dikelmpokkan kedalam dua kelompok yaitu:

1. Akhlak kepada Allah

Akhlak mulia kepada Allah berati mengikuti seluruh perintah yang telah disampikan Allah kepada Rasul yang Maha Mulia Muhammad SAW. Seluruh perintah tersebut sudah tercatat dalam Al-Quran dan Hadist.

2. Akhlak kepada ciptaan Allah

Akhlak terhadap ciptaan Allah meliputi segala prilaku, sikap, perbuatan, adab dan sopan santun sesama ciptaan Allah yang terdiri atas ciptaan Allah yang gaib dan ciptaan Allah yang nyata, benda hidup dan benda mati.

B. CIRI-CIRI AKHLAK ISLAMI

Ada dua pembagian akhlak dalam pengertian akhlak dalam Islam ini, yaitu akhlaaqul mahmudah atau akhlak yang terpuji dan akhlaaqul madzmuumah atau akhlak tercela. Pengertian akhlak dalamIslam terbentuk menjadi watak seseorang akibat beberapa faktor. Di antaranya faktor gen atau keturunan, faktor psikologis atau kejiwaan, faktor lingkungan atau syariah istijmaiah, dan Al-Qiyam atau nilai-nilai Islam yang telah dipelajarinya selama hidup. Pedoman akhlak adalah Al-Quran dan hadist.

Bila seseorang telah berdekatan dengan nilai-nilai Islam, yang akan terbentuk adalah akhlak Islaminya. Dengan kata lain seseorang tersebut telah memahami bagaimana pengertian akhlak dalam Islam. Ciri-ciri seseorang yang memiliki pengertian akhlak dalam Islam yang Islami adalah: * Tidak menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu. * Akhlaknya mencakup semua aspek kehidupan. * Berhubungan dengan nilai-nilai keimanannya, sesuai Surat Al-Maidah ayat 8. * Berhubungan dengan hari kiamat atau tafakur alam. * Memandang segala sesuatu dengan fitrah yang benar.

Beberapa alasan betapa pentingnya pengertian akhlak dalam Islam, yaitu: * Akhlak adalah faktor penentu derajat seseorang. * Akhlak merupakan buah ibadah, seperti yang tercantum dalam Surat Al-‘Ankabut ayat 45. * Keluhuran akhlak adalah amal terberat di akhirat. * Lambang kualitas masyarakat. * Untuk membentuk akhlak yang baik.

0800766 agung sandiba

9

Page 10: Rangkuman Untuk Tugas Uts PAI

Pembentukan pengertian akhlak dalam Islam yang baik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:* Ilmu. Banyak membaca buku agar bisa mengambil keteladanan dari sahabat-sahabat nabi dan

mengikuti kajian-kajian Islam. Kemudian, berusaha mengelompokkan nilai-nilai iman yang sudah kita ketahui ke dalam perilaku kita sehari-hari.

* Latihan ibadah, mengurangi maksiat, membentuk lingkungan yang baik, melatih amal atau kerja kita, bergaul dengan orang-orang saleh, meninggalkan lingkungan yang buruk, dan mengambil hal positif dari lingkungan di sekitar kita.

C. METODE PEMBINAAN AKHLAK

Islam sangat memperhatikan pembinaan Akhlak, sehingga didalam Islam pembinaan jiwa harus didahulukan dari pada pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik, yang akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia, lahir dan batin[3]. Hasil analisis Muhammad Al-Ghazali menyatakan bahwa dalam rukun Islam terkandung konsep pembinaan akhlak.1. Mengucapkan dua kalimah syahadat. Kalimat yang mengandung pernyataan bahwa selama

hidup, manusia yang hanya tunduk dan patuh pada aturan Allah dan Rasul-Nya, sudah dapat dipastikan menjadi orang yang berakhlak baik atau mulia.

2. Mengerjakan sholat lima waktuBahwasanya aku menerima sholat hanya dari orang yang bertawadhu’ dengan sholatnya

kepada keagungan-Ku yang tidak terus-menerus berdosa, menghabiskan waktunya sepanjang hari untuk dzikir kepada-Ku, kasih sayang kepada fakir miskin, Ibnu sabil, janda serta mengasihi orang yang mendapat musibah. (H.R. Al-Bazaar)

Pada hadist Qudsi diatas menjelaskan bahwa sholat diharapkan dapat menghasilkan akhlak yang mulia. Selain itu sholat khususnya jika dilakukan berjama’ah akan menghasilkan kesahajaan.

3. Membayar Zakat. Didalam membayar zakat mengandung didikan akhlak, agar orang yang melaksanakannya dapat membersihkan dirinya dari sifat kikir, mementingkan diri sendiri dan membersihkan hartanya dari hak orang lain.

4. Puasa. Puasa bukan hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum dalam waktu terbatas, tetapi juga mendidik agar bisa menahan diri dari keinginan untuk melakukan perbuatan keji yang dilarang.

5. Ibadah Haji. Didalam ibadah haji diamping harus menguasai ilmunya, juga harus sehat fisiknya, ada kemauan keras, bersabar dalam menjalankannya, mengeluarkan biaya yang tidak sedikit dan rela meninggalkan tanah air, harta dan keluarganya. Adapun pembinaan akhlak lainnya adalah dengan cara :

a. Pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung kontinyub. Dengan cara paksaan yang lama kelamaan tidak lagi terasa dipaksa.c. Melalui keteladanand. Dengan cara menuntut ilmu

D. MANFAAT AKHLAK MULIA

1. Memperkuat dan menyempurnakan agama2. Mempermudah perhitungan amal di akhirat3. Menghilangkan kesulitan4. Selamat hidup di dunia dan akherat“Selama umat itu akhlaknya baik ia akan tetap eksis, dan jika akhlaknya sirna, maka ia pun akan binasa (Syair Syauki Bey)”

0800766 agung sandiba

10

Page 11: Rangkuman Untuk Tugas Uts PAI

SHALAT YANG BENAR

Shalat adalah ibadah yang terpenting dan utama dalam Islam. Dalam deretan rukun Islam Rasulullah saw. menyebutnya sebagai yang kedua setelah mengucapkan dua kalimah syahadat (syahadatain).Rasullulah bersabda, “Islam dibangun atas lima pilar: bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, berhajji ke ka’bah baitullah dan puasa di bulan Ramadlan.” (HR. Bukhari, No.8 dan HR. Muslim No.16).

Ketika ditanya Malaikat Jibril mengenai Islam, Rasullah saw. lagi-lagi menyebut shalat pada deretan yang kedua setelah syahadatain (HR. Muslim, No.8). Orang yang mengingkari salah satu dari rukun Islam, otomatis menjadi murtad (keluar dari Islam). Abu Bakar Ash Shidiq ra. ketika menjabat sebagai khalifah setelah Rasullulah Saw. wafat, pernah dihebohkan oleh sekelompok orang yang menolak zakat. Bagi Abu Bakar mereka telah murtad, maka wajib diperangi. Para sahabat bergerak memerangi mereka. Peristiwa itu terkenal dengan harbul murtaddin. Ini baru manolak zakat, apalagi menolak shalat.

Shalat yang benar ialah :1. Serasi tangan & gerakan, waktu, syarat dan rukun sebagaimana yang telah dianjurkan leh rasul.2. Khusyu (menghadirkan Allah SWT dalam shalat).3. Ingat Allah SWT.4. Ikhlas.

Tata Cara Sholat & Bacaannya

Tata Cara sholat haruslah sesuai dengan yang diajarkan oleh junjungan kita, Nabi Muhammad saw. Sebuah hadits yang masyhur, Rasulullah bersabda: Shalat lah kamu sekalian sebagaimana melihatku shalat. Sholat secara bahasa berarti do'a. Sedangkan secara yar'i adalah perkataan dan perbuatan tertentu yang dimuali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Cara Sholat yang benar telah banyak dibahas dalam berbagai macam buku baik buku fikih maupun buku yang secara khusus membahas cara sholat.

Sebelum belajar cara sholat hendaklah dipelajari pula hal-hal: 1. waktu-waktu shalat 2. Adzan dan Iqomah 3. Menutup Aurat 4. Bersuci (Wudhu, Mandi Janabah dan tayamum) 5. Rukun dan Syaratnya 6. Yang membatalkan shalat 7. Perlu Juga untuk mempelajari berbagai macam shalat sunnah seperti: a.Shalat Sunnat Rawatib, b. shalat jenazah, c. shalat istisqo', d. shalat Jumat, e. shalat dua hari raya, f. shalat gerhana, g. shalat safar, h. shalat istikharah dan i. shalat jamaah, j. Salat Jamak-Qasar, k. Shalat Dhuha, l. Tahiyatul Masjid.

Tata Cara Sholat & Bacaannya.1. Sebelum shalat hendaklah terbebas dari najis dan hadas, dengan cara bersuci (wudhu, Tayamum

atau, Mandi Janabah)2. Niat di Dalam Hati dan tidak dilafadkan3. Menghadap kiblat (yaitu ka'bah)

Menghadap ka'bah bukan berarti menyembah ka'bah, karena niat dalam hati adalah untuk menyembah Allah SWT. Shalat menghadap Ka'bah adalah bukti bahwa seorang muslim mematuhi perintah-Nya.

0800766 agung sandiba

11

Page 12: Rangkuman Untuk Tugas Uts PAI

4. Lakukan shalat dengan cara berdiri, Bila tidak mampu maka boleh duduk, bila tidak bisa duduk maka dengan berbaring dan jika tidak mampu menggerakkan anggota badan maka boleh dengan isyarat.

5. Bertakbiratul ihram, dengan mengucapkan "ALLAHU AKBAR" Sambil mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahu atau telinga, serta melihat ke tempat sujud, tidak menoleh ke kiri atau ke kanan.

Mengangkat tangan ketika takbir bisa dilakukan dengan salah satu dari tiga keadaan: --sebelun ucapan takbir, bersamaan dengan ucapan takbir, sesudah ucapan takbir.Jari jemari tangan saat takbir dirapatkan, namun tidak digenggam dan jari jemari menghadap ke atas.

6. Meletakkan telapak tangan di atas punggung telapak kiri atau pergelangan atau di lengan bawah tangan kiri atau tangan menggenggam tangan kiri dan posisi kedua tangan di dada.

7. Membaca doa iftitahAda beberapa doa ifititah diantaranya:

Allahu Akbaru kabira walhamdu lillahi kathira wasubhanallahhi bukratau waasila. Wajjahtu wajhia lillazi fataras sama wati wal ardha hanifam muslimaw wama ana minal musyrikin. Inna solati wanusuki wamahyaya wammamati lillahi rabbil’alamin. La syarikalahu wabiza lika umirtu wa ana minal muslimin.

8. Membaca Surat Al Fatihah.9. Mengucapkan Amin setelah al-fatihah.10. Membaca salah satu surat atau ayat-ayat alquran yang kita hafal : seperti surat Al-Ikhlas, dsb.11. Setelah selesai membaca surat maka berdiam sejenak (Tuma'ninah)12. Melakukan Rukuk Sambil takbir ( ALLAHU AKBAR) dan mengangakt kedua tangan sejajar dengan pundak atau telinga. Kemudian membaca 'SUBHANA RABBIYAL'ADHIM" 3X.13. Bangkit dari ruku' (i'tidal), dengan mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahu atau kedua telinga, dengan mengucapkan "SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH"14. Setelah tegak berdiri lalu mengucapkan "RABBANAA WALAKALHAMDU"15. Melakukan sujud Sambil bertakbir. Saat sujud membaca 'SUBHANA RABBIYAL A'LA" 3x.16. Bangkit dari sujud sambil bertakbir lalu duduk iftirasy (duduk diantara dua sujud), duduk dengan bertumpu pada telapk kaki kiri dengan telapak kaki kanan ditegakan.

Membaca doa "RABBIGHFIRLI" 2x.17. Kemudian bertakbir dan bersujud sebagaimana sebelumnya.18. Setelah itu bangkit dari sujud seraya mengucapkan takbir, lalu duduk sebentar, setelah itu berdiri dengan bertumpu pada tangan.

Inilah yang disebut dengan satu rakaat. Jika sholat yang kita kerjakan adalah sholat dhuhur, ashar dan isya' (4 rakaat), pada rakaat kedua setelah sujud kedua dilanjutkan dengan duduk tasyahud awal dan pada rakaat terakhir kita duduk tasyahud akhir dan salam.

Duduk tasyahud awal caranya seperti duduk iftirosy (duduk diantara dua sujud). Membaca Bacaan Tasyahud dan Sholawat.

Doa Tasyahud:At-tahiyyaatu lillah washalawaatu wat-thayyibat, assalamu ‘alan – nabiyyi warrahmatullahi wabarakaatuh, assalaamu ‘alaiynaa wa’alaa ‘ibaadil-llahis-shaalihiin, asyhadu alaa ilaaha illallah, asyhadu anna muhamaddan ‘abduhu warasuuluh”.

Duduk tasyahud akhir adalah dengan bertawaruk, yaitu menegakan telapak kaki kanan dan menempatkan telapak kaki kiri di bawah betis kaki kanan dengan menjadikan lantai sebagai tempat bertumpu.

0800766 agung sandiba12

Page 13: Rangkuman Untuk Tugas Uts PAI

IMAN, IBADAH, TAQWA, AKHLAK MULIA & SHALAT YANG BENAR

RANGKUMAN ARTIKELdisusun untuk memenuhi tugas UTS mata kuliah Pendidikan Agama Islam

oleh :Agung Sandiba (0800766)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTERFAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIABANDUNG

2012

Page 14: Rangkuman Untuk Tugas Uts PAI

Sumber Referensi :

http://www.gudangmateri.com/2010/07/iman-dan-tujuan-hidup.htmlhttp://www.anneahira.com/http://kaahil.wordpress.com/ibadahhttp://www.percikaniman.org/taqwaProf. Dr. H. Duski Samad, M.Ag, “MENDIDIKAN AKHLAK MULIA & KARAKTER ISLAMI”.http://evisyari.wordpress.com/Tata-Cara-Shalat-Nabi-Muhammad.html

12 0800766 agung sandiba