Tugas Osteoporosis

download Tugas Osteoporosis

of 4

description

patofisio

Transcript of Tugas Osteoporosis

OSTEOPOROSIS

Patofisiologi

Tulang terdiri atas sel dan matriks. Sel tulang terdiri atas osteoblas, osteosit dan osteoklas yang berfungsi untuk mengatur homeostasis kalsium. Homeostasis kalsium pada tingkat seluler didahului perombakan tulang oleh osteoklas yang memerlukan waktu 40 hari disusul fase istirahat dan kemudian disusul fase pembentukan tulang baru kembali oleh osteoblas yang memerlukan waktu 120 hari. Dalam penyerapannya, osteoklas melepas Transforming Growth Factor yang merangsang aktivitas awal osteoblas. Dalam keadaan normal, kuantitas dan kualitas tulang yang dirombak oleh osteoklas sama dengan kuantitas dan kualitas pembentukan tulang baru oleh osteoklas. Sedangkan, pada kasus osteoporosis, kuantitas tulang yang dirombak oleh osteoklas akan lebih banyak dibanding dengan kuantitas tulang yang dibentuk kembali oleh osteoblas.Keseimbangan antara aktivitas osteoblas dan osteoklas menyebabkan tulang terus menerus diperbarui atau mengalami remodeling. Padaanak dan remaja, aktivitas osteoblas melebihi aktivitas osteoklas, sehingga kerangka tulang menjadi lebih panjang dan tebal. Pada orangdewasa muda, aktivitas osteoblas dan osteoklas biasanya setara, sehingga jumlah total massa tulang konstan.Pada usia pertengahan, aktivitas osteoklas melebihi aktivitas osteoblas dan kepadatan tulang mulai berkurang. Aktivitas osteoklas juga meningkat pada tulang-tulang yang mengalami imobilisasi. Pada usia dekade ketujuh atau kedelapan, dominasi aktivitas osteoklas dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh sehingga mudah patah. Aktivitas osteoblas dan osteoklas dikontrol oleh beberapa faktor fisik dan hormon.Aktivitas osteoblas dirangsang oleh olahraga.Dengan berolahaga, tulang menjadi lebih kuat dan lebih padat. Makin teratur dan rajin berolahraga, peredaran darah makin baik. Akibatnya, distribusi nutrisi lewat darah ke seluruh bagian tubuh termasuk tulang akan lancar. Dengan demikian, pertumbuhan tulang akan baik dan terjaga. Estrogen, testosteron, dan hormon perturnbuhanadalah promotor kuat bagi aktivitas osteoblas dan pertumbuhan tulang. Saat masa pubertas, terjadi peningkatan hormon-hormon estrogen dan testosteron, sehingga pertumbuhan tulang menjadi sangat pesat. Itulah sebabnya, saat wanita mengalami masa menopause, dimana kadar estrogen menurun, aktivitas osteoblas akan berkurang. Defisiensi hormon pertumbuhan juga mengganggu pertumbuhan tulang.Aktivitas osteoklas terutama dikontrol olehhormon paratiroid. Hormon paratiroid dilepaskan oleh kelenjar paratiroid yang terletak tepat di belakang kelenjar tiroid. Pelepasan hormon paratiroid meningkat sebagai respons terhadap penurunan kadar kalsium serum. Hormon paratiroid meningkatkan aktivitas osteoklas dan merangsang pemecahan tulanguntuk membebaskan kalsium ke dalam darah.Secara garis besar patofisiologi osteoporosis berawal dari adanya massa puncak tulang yang rendah disertai adanya penurunan massa tulang. Massa puncak tulang yang rendah ini diduga berkaitan dengan faktor genetik, sedangkan faktor yang menyebabkan penurunan massa tulang adalah proses penuaan, menopause, faktor lain seperi obat obatan atau aktivitas fisik yang kurang serta faktor genetik. Akibat massa puncak tulang yang rendah disertai adanya penurunan massa tulang, terjadilah penurunan densitas tulang yang merupakan faktor resiko terjadinya fraktur.

Gambar diatas menunjukan bahwa masa puncak pertumbuhan tulang berkisar pada usia 20-30 tahun, kemudian terjadi perlambatan formasi tulang dan dimulai resorpsi tulang oleh osteoklas yang lebih dominan. Pada wanita yang mengalami menopause, akan terjadi percepatan resorpsi tulang, sehingga pada keadaan ini, tulang akan menjadi sangat rapuh dan mudah terjadi fraktur (patah tulang).Setelah usia 30 tahun, resorpsi tulang secara perlahan dimulai hingga akhirnya akan lebih dominan dibandingkan dengan pembentukan tulang. Kehilangan massa tulang menjadi cepat pada beberapa tahun pertama setelah menopause dan akan menetap pada beberapa tahun kemudian pada masa postmenopause. Proses ini terus berlangsung, perlahan tapi pasti, hingga terjadi osteoporosis. Berikut gambar tulang yang mengalami osteoporosis,

Selama fase pertumbuhan, tulang tidak hanya tumbuh tetapi juga menjadi solid. Pada usia rata-rata 25 tahun, tulang mencapai massa tulang puncak. Walaupun demikian, massa tulang puncak ini secara individual sangat bervariasi dan pada umumnya pada laki-laki lebih tinggi dibanding pada wanita. Obat-obat golongan steroid pun dapat mengakibatkan hilangnya kalsium dari tulang.

Proses pembentukan dan penimbunan sel-sel tulang mencapai kepadatan maksimal berjalan paling efisien sampai umur mencapai 30 tahun, dengan bertambahnya usia, semakin sedikit jaringan tulang yang dibuat. Dengan usia yang lanjut, jaringan tulang yang hilang semakin banyak. Penelitian memperlihatkan bahwa setalah mencapai usia 40 tahun, akan kehilangan tulang sebesar 0,5% setiap tahunnya. Pada wanita dalam masa pascamenopause, keseimbangan kalsium menjadi negatif dengan tingkat 2 kali lipat dibanding sebelum menopause. Faktor hormonal menjadi sebab mengapa wanita dalam masa pascamenopause mempunyai resiko lebih besar untuk menderita osteoporosis. Pada masa menopause, terjadi penurunan kadar hormon estrogen. Estrogen memang merupakan salah satu faktor terpenting dalam mencegah hilangnya kalsium tulang. Selain itu, estrogen juga merangsang aktivitas osteoblas serta menghambat kerja hormon paratiroid dalam merangsang osteoklas.Berdasarkan densitas massa tulang (pemeriksaan massa tulang dengan menggunakan alat densitometri), WHO membuat kriteria sebagai berikut :Normal:Nilai T pada BMD > -1

Osteopenia:Nilai T pada BMD antara -1 dan -2,5

Osteoporosis:Nilai T pada BMD < -2,5

Osteoporosis Berat:Nilai T pada BMD , -2,5 dan ditemukan fraktur

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Penerbit EGCPermana, Hikmat. 2009. Patogenesis dan Metabolisme Osteoporosis pada Manula. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/patogenesis_dan_metabolisme _osteoporosis_pada_manula.pdf. Diakses pada 23 Agustus 2014. Risa, Anggrisya. 2012. Patofisiologi penyakit osteoporosis. http://funliciousanggrisyaa.blog spot.com/2012/04/patofisiologi-osteoporosis.html. Diakses pada 24 Agustus 2014.