Tugas Nisa (Gangguan Kepribadian Menghindar)

26
Gangguan Kepribadian Menghindar 02 Desember 2008 | Kategori : Gangguan Kepribadian , Menghindar , Orang Lain , Perasaan , Sosial , Terapi Diperkirakan sekitar 1% - 2% populasi dewasa mengalami gangguan ini. Gangguan kepribadian ini hampir sama dengan Fobia Sosial, yaitu ketakutan akan dihina dan perasaan rendah diri. Perbedaannya yaitu jika Fobia Sosial takut akan suasana sosial, sedangkan Gangguan Kepribadian Menghindar takut pada hubungan sosial yang dekat. Tanda – tanda Gangguan Kepribadian Menghindar, yaitu : Perasaan tegang dan takut yang menetap dan pervasif. Merasa dirinya tak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain. Kekhawatiran yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi sosial. Keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin akan disukai. Pembatasan gaya hidup karena alasan kemampuan fisik. Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak. Psikodinamika Gangguan Kepribadian Menghindar Karena disebabkan oleh hal yang sama, gangguan kepribadian ini secara tidak langsung dihubungkan dengan Gangguan Cemas. Seperti awal traumatisnya, kondisi ketakutannya, keyakinan yang terganggu, dan abnormalitas neurotransmiternya. Para ahli psikodinamika memfokuskan pada perasaan malu yang dimulai dari pengalaman awal pada “toilet training”. Penyebabnya adalah perilaku kasar dan penolakan pada awal masa kanak yang mengarahkan pada perasaan bahwa orang lain selalu menghakiminya dengan kasar. Pengobatan Gangguan Kepribadian Menghindar Terapi yang digunakan pada gangguan ini adalah terapi kognitif dan terapi perilaku. Juga bisa digunakan terapi obat dan terapi kelompok. Kesulitan awal dari terapi adalah adanya usaha menghindar penderita dari terapistnya. Gangguan Kepribadian Dependen 02 Desember 2008 | Kategori : Anak , Dependen , Gangguan Kepribadian , Orang Lain , Penderita , Terapi

description

keluarga

Transcript of Tugas Nisa (Gangguan Kepribadian Menghindar)

Gangguan Kepribadian Menghindar 02 Desember 2008 | Kategori : Gangguan Kepribadian, Menghindar, Orang Lain, Perasaan, Sosial, Terapi

Diperkirakan sekitar 1% - 2% populasi dewasa mengalami gangguan ini. Gangguan kepribadian ini hampir sama dengan Fobia Sosial, yaitu ketakutan akan dihina dan perasaan rendah diri. Perbedaannya yaitu jika Fobia Sosial takut akan suasana sosial, sedangkan Gangguan Kepribadian Menghindar takut pada hubungan sosial yang dekat.

Tanda tanda Gangguan Kepribadian Menghindar, yaitu : Perasaan tegang dan takut yang menetap dan pervasif. Merasa dirinya tak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain. Kekhawatiran yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi sosial. Keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin akan disukai. Pembatasan gaya hidup karena alasan kemampuan fisik. Menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak.Psikodinamika Gangguan Kepribadian Menghindar

Karena disebabkan oleh hal yang sama, gangguan kepribadian ini secara tidak langsung dihubungkan dengan Gangguan Cemas. Seperti awal traumatisnya, kondisi ketakutannya, keyakinan yang terganggu, dan abnormalitas neurotransmiternya.

Para ahli psikodinamika memfokuskan pada perasaan malu yang dimulai dari pengalaman awal pada toilet training. Penyebabnya adalah perilaku kasar dan penolakan pada awal masa kanak yang mengarahkan pada perasaan bahwa orang lain selalu menghakiminya dengan kasar.

Pengobatan Gangguan Kepribadian Menghindar

Terapi yang digunakan pada gangguan ini adalah terapi kognitif dan terapi perilaku. Juga bisa digunakan terapi obat dan terapi kelompok.

Kesulitan awal dari terapi adalah adanya usaha menghindar penderita dari terapistnya.

Gangguan Kepribadian Dependen 02 Desember 2008 | Kategori : Anak, Dependen, Gangguan Kepribadian, Orang Lain, Penderita, Terapi

Gambaran utama dari gangguan ini adalah kesulitan dengan perpisahan, dimana gangguan ini beresiko menjadi gangguan depresi dan gangguan cemas sehingga berkecenderungan berpikiran untuk bunuh diri. Diperkirakan lebih dari 2% dari populasi dewasa mengalami gangguan ini dengan perbandingan antara pria dan wanita sama.

Tanda tanda Gangguan Kepribadian Dependen, antara lain : Mendorong atau membiarkan orang lain untuk mengambil sebagian besar keputusan penting bagi dirinya. Meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah daripada kebutuhan orang lain pada siapa dia bergantung, dan kerelaan yang tidak semestinya terhadap keinginan mereka. Keengganan untuk mengajukan tuntutan yang layak pada siapa dia bergantung. Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena ketakutan yang dibesar besarkan tentang ketidakmampuan mengurus diri sendiri. Terpaku akan ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya dan ditinggal agar mengurus diri sendiri. Keterbatasan kemampuan untuk membuat keputusan sehari hari tanpa mendapat nasihat yang berlebihan dan diyakinkan oleh orang lain. Gambaran penyerta dapat mencakup perasaan tidak berdaya, tidak kompeten, dan kehilangan stamina.Termasuk : Gangguan astenik, inadekuat, pasif, dan menyalahkan diri sendiri.

Psikodinamika Gangguan Kepribadian Dependen

Teori Freudian mengatakan bahwa konflik perkembangan fase oral yang tidak terselesaikan menyebabkan pasien membutuhkan pengasuhan sepanjang hidupnya.

Teori tentang hubungan objektif mengatakan bahwa kehilangan orang tua yang dini atau penolakan membatasi seseorang untuk mendapatkan pengalaman normal dari attachment dan separation, sehingga anak tetap dalam keadaan takut.

Teori lain mengatakan bahwa overproteksi dari orang tua menyebabkan anak menjadi tergantung/dependen.

Para pakar perilaku mengatakan bahwa orang tua individu dengan gangguan ini secara tidak sengaja memberi reward bagi anak yang penurut dan punishment bagi anak yang bebas.

Ahli kognitif mendapatkan 2 perilaku maladaptif yang menyebabkan anak menjadi dependen, saya tidak cukup mendapatkan bantuan untuk berhubungan dengan dunia dan saya harus mencari seseorang yang bisa memberikan perlindungan sehingga saya bisa menghadapi dunia. Dimana pola pikir tersebut membatasi seseorang untuk membuat keputusan yang bebas dan merdeka.

Pengobatan Gangguan Kepribadian Dependen

Kunci dari penanganan gangguan ini adalah menyerahkan tanggung jawab diri pada dirinya sendiri.

Terapi yang digunakan adalah terapi psikodinamik yang memfokuskan penderita sebagai penderita gangguan depresi, dan terapi kognitif yang merubah asumsi penderita dari ketidakmampuan dan ketidakberdayaan. Sedangkan terapi keluarga dan terapi kelompok dapat membantu dan dianjurkan.

Penggunaan obat antidepresan bisa digunakan jika terdapat gambaran depresi pada penderita.

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK Label: Askep Jiwa A. TOPIKTerapi Aktivitas Kelompok (TAK) : Sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial antara klien maupun dengan perawat.

B. TUJUAN1. Tujuan UmumMembantu klien meningkatkan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain.2. Tujuan Khususa. Klien dapat menyebutkan identitas dirinya; nama lengkap, nama panggilan yang disukai dan hobby, b. Klien dapat menyebutkan identitas pasangan bermainnya; nama lengkap, nama panggilan yang disukai dan hobby.c. Klien dapat menyebutkan identitas salah satu orang dari pasangan lain: nama lengkap, nama panggilan yang disukai dan hobby.

C. LANDASAN TEORIManusia sebagai makhluk sosial hidup berkelompok dan saling berhubungan untuk memenuhi kebutuhan sosial. Secara alamiah individu selalu berada dalam kelompok. Dengan demikian pula dasarnya individu memerlukan hubungan timbal balik yang didapatkan melalui kelompok.Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan. pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan jiwa seseorang. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh individu atau klien melalui terapi aktifitas kelompok melalui dukungan pendidikan, meningkatkan hubungan interpersonal. (Barkhead, 1989).Kepuasan berhubungan dapat dicapai jika individu dapat terlibat secara aktif dalam proses berhubungan. Peran serta yang tinggi daiam berhubungan disertai respon lingkungan yang positif akan meningkatkan rasa memiliki, kerja sama, hubungan timbal balik yang sinkron (Stuart & Sundeen, 1995).Fokus terapi aktivitas kelompok ini adalah mengajarkan klien untuk bekerjasama dcngan klien lain dalam melakukan permaian, yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan sosialisasi klien dengan orang lain.

D. KRITERIA ANGGOTA KELOMPOK/KLIEN1. Klien dengan masalah keperawatan isolasi sosial ; menarik diri 2. Klien dengan masalah keperawatan perubahan persepsi sensori ; halusinasi

E. PROSES SELEKSI1. Dengan mcngobservasi dari perkembangan klien dimana klien nampak suka menyendiri.2. Menggali minat klien untuk mengikuti terapi aktivitas yang akan dilaksanakan

F. URAIAN STRUKTUR KELOMPOK1. Tempat pertemuan : Ruang kelas III wanita (Intan) RS Dr H M. Ansari Saleh Banjarmasin dengan setting tempat: di ruang tengah kelas III wanita (Intan) duduk di kursi membentuk setengah lingkaran, kemudian saat permainan akan dimulai klien berdiri memanjang dan berhadapan antar pasangan. Fasilitator bcrada di samping barisan. Leader dan Co leader berada di depan barisan yang telah berpasangan. Observer berada di depan barisan klien untuk mengawasi jalannya kegiatan.

2. Waktu pelaksanaan: Hari/tanggal : Sabtu, 6 Juni 2009 Waktu : 10.00 10.45 Wita3. Lamanya : 45 MenitAlokasi waktu : Perkenalan dan Pengarahan 10 menitPermainan 25 menitEkspress Feeling 5 menitPenutup 5 menit4. Jumlah Anggota : 6 orang1. Ny. A2. Ny. T3. Ny. W4. Ny. A5. Ny. J6. Ny. A7. Ny.C

5. Perilaku yang diharapkan dari anggota:a. Klien mampu memperkenalkan dirinya dengan menyebutkan nama lengkap, nama panggilan yang disukai dan hobby. b. Klien dapat berperan aktif dengan pasangan bermainnya dengan cara bekerjasama dan mempertahankan posisi balon yang diapit di perut agar tidak terjatuh. c. Klien dapat mengenal identitas pasangan bermainnya; nama lengkap, nama panggilan yang disukai dan hobby.

6. Metode dan media:Metode : Model Interpersonal (permainan simulasi). Media : Balon, Handphone, Gambar, kartu pesanan

Kartu pesanan :a. Menyebutkan identitas pasangan bermain: nama lengkap, nama panggilan yang disukai dan hobby. b. Menyebutkan identitas salah satu dari pasangan lain; nama lengkap, nama panggilan yang disukai dan hobby c. Menyebutkan identitas peserta TAK lain yang paling disukai; nama lengkap, nama panggilan yang disukai dan hobby.d. Berjogede. Tampilakan bakat yang Anda punyaf. Ceritakan gambar yang Anda dapat, yaitu gambar yang dibagikan sebelum permainan dimulai

7. PENGORGANISASIAN1. Leader : MAHLAN Tugas: Menyiapkan proposal kegiatan TAK Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas kelompok sebelum kegiatan dimulai. Menjelaskan permainan. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kclompok dan memperkenalkan dirinya. Mampu memimpin tcrapi aktilitas kelompok dengan baik dan tertib Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok.

2. Co leader : MISTIYATI, GAJIANSYAH Tugas : Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktifitas klien. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang.

3. Fasilitator : Kurnain,khaidir,hendro sw, mariniTugas: Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung. Memotivasi klien yang kurang aktif. Membantu leader memfasilitasi anggota untuk berperan aktif dan memfasilitasi anggota kelompok

4. Observer : midiatmoko,hj.masliana, h.ibrahimTugas : Mengobservasi jalannya proses kegiatan Mencatat prilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan berlangsung

Proses Pelaksanaan.1. Perkenalan dan pengarahana. Mempersiapkan lingkungan : suasana tenang dan nyaman (tidak ribut) b. Mempersiapkan tempat : pengaturan klien duduk di kursi membentuk setengah lingkaran dengan posisi tempat duduk menghadap pada leader dan co. leader yang berdiri di depan.2. Pembukaang. Leader memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama, asal institusi dan memperkenalkan anggota tim TAK lainnya.h. Leader menjelaskan tujuan terapi aktifitas kelompoki. Membuat kontrak waktu dengan klien dan lamanya permainan berlangsung.j. Menjelaskan peraturan kegiatan dalam kelompok lain :1. Diharapkan klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir2. Jika klien ingin ke kamar mandi atau toilet harus minta ijin kepada leader3. Bila ingin bertanya tentang cara permainan di minta untuk mengacungkan tangan.3. Permainan Klien dibagi dalam 3 pasangan Pasangan klien ditentukan dengan cara; setiap klien akan mengambil satu gambar di mana setiap klien yang mengambil gambar yang sama merupakan pasangan kelompoknya. Sebelum permainan setiap klien akan dipersilahkan untuk memperkenalkan diri : nama lengkap, nama panggilan dan hobby Fasilitator memberikan balon masing-masing pasangan. Saat musik dihidupkan klien yang telah berpasangan tersebut di minta untuk berjalan sepanjang 20 meter sampai garis finish yang telah ditentukan, sambil menjepit balon di perut masing-masing pasangan. Apabila telah sampai di garis finish klien di minta tetap mempertahankan posisi balon di perut sambil berjogit sampai musik berhenti. Pasangan yang terlebih dahulu sampai di garis finish dan dapat mempertahankan balon dengan waktu yang paling singkat atau paling sedikit dalam menjatuhkan balon berhak mendapatkan pujian. 3 pasangan yang lambat atau paling sering menjatuhkan balon akan mendapatkan permainan tambahan yang ditentukan dengan cara memilih satu balon yang telah disediakan, di balon tersebut ditempelkan kertas yang berisikan tulisan tentang kegiatan tambahan yang harus dilakukan:- Menyebutkan identitas pasangan bermain: nama lengkap, nama panggilan yang disukai dan hobby.- Menyebutkan identitas salah satu dari pasangan lain: nama lengkap, nama panggilan yang disukai dan hobby.- Menyebutkan identitas peserta TAK lain yang paling disukai; nama lengkap, nama panggilan yang disukai dan hobby. Apabila ada peserta yang tidak dapat dapat menjawab pertanyaan dari balon yang dipecahkan pertama, maka peserta harus memecahkan balon dan melaksanakan perintah dalam balon sesuai dengan perintah yang bertuliskan pada kertas.yaitu:

- Peserta disuruh berjoged- Peserta disuruh menampilkan bakat yang ia punya - Peserta disuruh menceritakan gambar yang ia dapat, yaitu gambar yang didapat saat dibagikan sebelum permainan dimulai. Pada akhir permainan pasangan yang menang juga memecahkan balon yang berisi perintah untuk berjoged dengan menjepit balon dari dada dengan diiringi lagu yang disediakan oleh perawat.

Antisipasi Masalah1) Penanganan klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok- Memanggil klien- Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab sapaan perawat atau klien yang lain2) Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit:- Panggil nama klien- Tanya alasan klien meninggaikan permainan- Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan pada klien bahwa klien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu klien boleh kembali lagi3) Bila ada klien lain ingin ikut- Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang telah dipilih- Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin dapat diikuti oleh klien tersebut- Jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi peran pada permainan tersebut.

G. PROSES EVALUASI1. Evaluasi Input. Tim berjumlah 4 orang. terdiri atas 1 leader, 2 Co leader, 4 fasilitator, dan 3 observer. Lingkungan tenang. Peralatan handphone, balon, kertas pesanan, gambar.

2. Evaluasi Proses. Minimal 75 % dapat mengikuti permainan dan dapat mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai. Minimal 75 % klien aktif mengikuti kegiatan. Maksimal 25 % klien yang keluar.

3. Evaluasi Output. Minimal 75 % mampu memperkenalkan dirinya dengan menyebutkan nama lengkap, nama panggilan yang disukai dan hobinya. Minimal 75 % mampu menyebutkan identitas pasangan bermainnya. Minimal 75 % mampu menyebutkan identitas satu pasangan lain yang mengikuti TAK Minimal 75 % mampu mengikuti peraturan permainan. Minimal 75 % mampu menyebutkan manfaat dari TAKSATUAN ACARA PENYULUHAN KEP.JIWA Label: Askep Jiwa Bidang studi : Keperawatan JiwaTopik : Cara Mencuci RambutSasaran : Pasien di ruang kelas III wanita/ruang Intan RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh BanjarmasinTempat : ruang kelas III wanita/ruang Intan RSUD Dr. H. Moch. Ansyari Saleh BanjarmasinHari/Tanggal : Sabtu, 13 Juni 2009Waktu : 1 X 30 Menit

I. TOPIK.Cara mencuci rambut yang benarUntuk Leafletnya silahkan download

II. WAKTU.Hari : SabtuTanggal : 13 JUNI 2009Jam : 09.00 - 09.30

III. TUJUAN.1. Tujuan Instruksional UmumUntuk meningkatkan personal hygiene pasien (khususnya kebersihan rambut)2. Tujuan Instruksional Khusus Setelah diberikan penyuluhan pasien dapat :a. Menyebutkan tujuan mencuci rambutb. Menyebutkan kriteria rambut sehatc. Menyebutkan cara mencuci rambut.

3. SasaranPasien di ruang kelas III wanita/ruang Intan RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin 4. Materia. Tujuan mencuci rambutb. Kriteria rambut sehatc. Cara mencuci rambut5. Metode Ceramah Demonstrasi Tanya jawab

6. Media Leaflet IV. PENGORGANISASIANPenyaji : Gajiansyah, Mistiyati, Mahlan.Pembimbing : Setiawati, Yeni Mulyani M.KesTugas : Memimpin / membawakan materi penyuluhan Memfasilitasi audience untuk bertanya dan menjawab pertanyaan. Mengajukan pertanyaan kepada audience

Pembawa Acara/MC : H. Ibrahim Istar

Tugas : Membuka acara penyuluhan, mengatur seting waktu yang diperlukan

Fasilitator : Hj. Masliana, Marini, KhaidirTugas : Menyediakan dan menyiapkan fasilitas sebelum dan selama kegiatan berlangsung Membantu Penyaji dalam memfasilitasi audience untuk berperan aktif

Observer : Midiyatmoko, Kurnain, Hendro suryo wibowo

Tugas : Mengobservasi setiap respon klien dan penyaji Mencatat semua respon yang terjadi dan semua respon Perilaku audience dan penyaji Memberikan umpan balik kepada kelompok Membuat laporan penyuluhan (evaluasi hasil dan proses)

V. EVALUASIPROSESSetelah proses pcnyuluhan diharapkan : Penyampaian materi menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, posisi penyaji berhadapan dengan audien Selama proses penyajian minimal 90 % audien mendengarkan dengan seksama Minimal 75 % audien mengikuti acara penyuluhan sampai selesai

HASILSetelah proses pdnyuluhan diharapkan : Minimal 40 % klien dan keluarga dapat menjelaskan secara sederhana tentang pengertian gangguan jiwa Minimal 30 % klien dan keluarga dapat menyebutkan penyebab gangguan jiwa Minimal 30 % klien dan keluarga dapat menyebutkan tanda dan gejala gangguan jiwa Minimal 50 % klien dan keluarga mampu menyebutkan jenis-jenis gangguan jiwa Minimal 50 % klien dan keluarga dapat menyebutkan terapy medis atau penatalaksanaan kilen gangguan jiwa di rumahArtikel

Non English | Popularity: 5 | Entries: 259 | Modified: 1d 14h ago | | Add to My FeedsRemove from My FeedsProposal Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Sensori HalusinasiNovember 3rd, 2010

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

I. Topik : HalusinasiTerapis : 12 MahasiswaSasaran : 10 OrangBangsal : Abimanyu

II. Tujuana. Umum : klien dapat mengenal halusinasinyab. Khusus :1. Klien mengenal isi halusinasinya2. Klien mengenal waktu terjadinya halusinasinya3. Klien mengenal frekuensi halusinasinya4. Klien mengenal perasaan bila mengalami halusinasinya5. Klien mampu membicarakan topik perencanaan6. Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok7. Klien mampu menyampaikan pendapat kelompok tentang manfaat kegiatan

III. Pembagian Tugasa. Leader : Tri Wahyunib. Co Leader : Yuliac. Observer : Novita, Diah Ayu, Tri Utamid. Fasilitator :1. Robert2. Dwi Erna3. Nina Alya4. Jokoe. Anggota :1. Linda H2. Didik R3. Fendika W4. Ripah S

IV. Kerangka Landasan TeoriA. PengertianHalusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu perserapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar. (Miramis, 1998)Halusinasi merupakan suatu yang dialami sebagai penghayatan seperti suatu persepsi melalui panca indera tanpa stimulus ekstren, persepsi palsu (Lubis, 1993)

B. Rentang Respon Halusinasi

Gambar : Rentang Responden Neurobiology (Stuart dan Laraia, 2001)C. Jenis-Jenis HalusinasiMenurut Stuart dan Laraia, 1998 membagi Halusinasi menjadi 7 jenis, yaitu :1. PendengaranMendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara terbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai ke percakapan lengkap antara 2 orang atau lebih tentang orang yang mengalami Halusinasi pikiran yang terdengar perkataan bahkan pasien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang-kadang dapat membahayakan.2. PenglihatanStimulasi visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambaran, geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit dan kompleks. Bayangan bisa menyenangkan, menakutkan seperti monster.3. PenghidungMembau bau-bauan tertentu seperti bau-bauan darah, urine atau feses, umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidung sering mengakibatkan stroke, tumor, kejang atau demensia.4. PengucapanMerasa mengecap rasa seperti darah, urine atau feses.5. PerabaanMengalami nyeri atau ketidaknyamanan stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.6. CenestheticMerasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan atau pembentukan urine.7. KinestheticMerasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.D. Fase-Fase HalusinasiMenurut Stuart dan Laraia, membagi fase Halusinasi dalam 4 fase yaitu :1. Fase I = Comforting (Ansietas Sedang) atau Halusinasi menyenangkan.Karakteristik = Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan takut, dan mencoba untuk berfokus pada pikiran menyenangkan untuk meredakan ansietas. Individu mengenali bahwa pikiran dan pengalaman sensori berada dalam kondisi kesadaran jika ansietas dapat ditangani. (non psikotik)Tanda dan Gejala = Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik, diam dan asyik menyendiri.2. Fase II = Condemning (Ansietas berat) atau halusinasi menjijikkan.Karakteristik = Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan atau klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Klien mungkin mengalami dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain. (Psikotik ringan)Tanda dan gejala = Meningkatkan tanda-tanda sistem syaraf otonom dan tekanan darah, rentang peningkatan denyut jantung. Pernafasan dan tekanan darah, rentang perhatian menyempit, asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita.3. Fase III = Controlling (Ansietas berat) atau pengalaman sensori menjadi berkuasaKarakteristik = Klien menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerahkan pada halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik. Klien mungkin mengalami pengalaman kesepian jika sensori halusinasi berhenti (Psikotik)Tanda dan Gejala = Kemauan yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti kesukaan berhubungan dengan orang lain. Rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit, adanya tanda-tanda fisik ansietas mampu mematuhi perintah.4. Fase IV = Conquering (Panic) atau umumnya menjadi melebur dalam halusinasinyaKarakteristik = pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasinya. Halusinasinya berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi terapeutik (Psikotik berat)Tanda dan Gejala = perilaku terror akibat panik. Potensi buat solude atau nomiede aktifitas perilaku kekerasan. Agitasi menarik diri atau katatonia, tidak mampu berespon terhadap perintah kompleks, tidak mampu berespon lebih dari satu orang.

V. Kriteria Anggota KelompokHalusinasi

VI. Proses Seleksia. Hasil Observasi sehari-hari di ruanganb. Informasi dari perawat ruanganc. Hasil diskusi kelompokd. Kontrak dengan klien yaitu kesadaran klien untuk mengikuti kegiatan berdasarkan kesepakatan mengenai kegiatan tempat dan waktu.

VII. Uraian Seleksi Kelompoka. Hari / Tanggal : Jumat, 30 Juli 2010b. Tempat pertemuan : Bangsal Abimanyuc. Waktu : -d. Lamanya : 45 menite. Kegiatan : IIf. Jumlah anggota : 10 orang

VIII. Perilaku Yang Diharapkan Dari Anggotaa. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi halusinasi.b. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi.c. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi.IX. Perilaku yang Diharapkan dari Kadera. Menjelaskan tujuan aktivitasb. Memperkenalkan diric. Memberi pemahaman cara menghardik halusinasid. Menjelaskan aturan permainane. Memberikan reinforcement dengan atau atas perilaku anggota

X. Metodea. Setiap anggota diberi kesempatan memperkenalkan diri dan anggota lain mendengarkan.b. Anggota kelompok mampu mengenal isi, waktu, frekuensi, terjadinya halusinasi.c. Setiap anggota kelompok diminta mengungkapkan perasaannya bila mengalami halusinasi.

XI. Pengorganisasian

XII. Jalannya Acaraa. Mengumpulkan klienb. Perawat memperkenalkan diric. Melakukan kontrak dengan klien1. Menjelaskan tujuan2. Waktu dan tempat kegiatan3. Perjanjian dengan klien tidak dapat mengikuti proses kegiatan klien akan dikeluarkan dari kelompokd. Menjelaskan aturan maine. Proses TAK

Peran Relawan Dalam Perawatan Paliatif

Siapakah yang disebut relawan dalam perawatan paliatif itu? Relawan adalah seseorang yang: Sama dengan pasien, dan bukan ahli dalam perawatan kesehatan. Tidak berseragam tetapi berbusana harian. Bisa seorang bapak, ibu, suami, istri, atau orang lain siapa saja. Mempunyai waktu dan bersedia untuk mendengarkan. Bersedia hadir untuk memberikan perhatian sepenuhnya kepada pasien. Dapat membantu melakukan sesuatu pada pasien. Dapat mendengarkan keluh kesah pasien atau bersedia diajak berbicara apa saja kecuali mengenai penyakit, bila pasien tidak menghendakinya. Bersedia mengantar pasien berjalan-jalan walaupun menggunakan kursi roda. Bersedia membantu pasien saat makan. Selalu menghormati kerahasiaan pasien.Batasan-batasan bagi relawan: Bila menemui keadaan darurat segera menghubungi dokter. Tidak memberi komentar atas perawatan. Menjadi pendengar yang baik dengan memberi kesempatan pada pasien atau keluarganya untuk menyampaikan masalahnya. Menghormati privasi pasien dan keluarganya. Meninggalkan masalah pribadinya pada saat mengunjungi pasien. Memperlakukan pasien dan keluarganya dengan pantas selayaknya seorang pribadi.Relawan perawatan paliatif adalah bagian dari tim perawatan paliatif dari berbagai disiplin perawatan dan harus bertindak serta diperlakukan dengan pantas selayaknya anggota tim lainnya. Agar dapat melakukan tugas-tugasnya sesuai harapan, relawan perlu mendapatkan pelatihan-pelatihan yang memadai.To Treat The PatientManusia adalah makhluk psiko-bio-sosio-kultural-spiritual. Unsur-unsur jiwa, badan, lingkungan, dan spiritual berada dalam suatu keseimbangan. Jika salah satu unsur terganggu maka unsur-unsur lain akan terganggu juga. Oleh karena itu jika aspek psiko-sosio-spiritual terganggu, fungsi tubuh dapat terganggu juga, yang sering dirasakan sebagai keluhan somatik atau penyakit psikosomatik.Masalah-masalah psikososial, masalah budaya, dan spiritual, dapat menyebabkan bahkan menimbulkan rasa sakit, yang tidak dapat disembuhkan dengan obat sebanyak apa pun kecuali masalah psikososial yang mendasarinya ditemukan dan diselesaikan.Perawatan paliatif menerapkan prinsip perawatan holistik atau secara menyeluruh kepada pasien, yang menyangkut keseluruhan aspek bio-psiko-sosio-kultural-spiritual. Jadi penekanannya bukan to treat the disease tapi to treat the patient.Tindakan perawatan holistik ini tidak mungkin seluruhnya dilakukan oleh dokter atau perawat saja, karena dokter dan perawat memiliki keterbatasan tenaga. Di sinilah dibutuhkan peran relawan paliatif.Jadi relawan paliatif berkarya di luar masalah perawatan medis dan kuratif. Karya relawan terutama pada bidang dukungan spiritual, membantu mengatasi masalah sosial dan budaya, masalah psikologis, bahkan masalah yang berhubungan dengan keluarga. Relawan juga berfungsi sebagai jembatan penghubung antara pasien-dokter maupun pasien-keluarga.Agar dapat melakukan tugasnya dengan baik, relawan perlu melakukan pendekatan kepada pasien, dan pendekatan ini butuh waktu. Relawan harus sering mengunjungi dan berkomunikasi dengan pasien, tidak terbatas hanya pada waktu yang dianggap perlu untuk mengunjunginya. Kunjungan semacam inilah yang tidak dapat dilakukan oleh dokter maupun perawat.Kendala yang dialami oleh relawan dalam melakukan tugasnya adalah keterbatasan waktu dan tenaga. Apalagi, saat ini di Pusat Pengembangan Paliatif & Bebas Nyeri RSU Dr. Soetomo hanya ada dua orang relawan yang aktif dan dapat melaksanakan tugas sebagaimana mestinya.Untuk mengatasi kendala ini, Pusat Pengembangan Perawatan Paliatif & Bebas Nyeri RSU Dr. Soetomo Surabaya memberikan pelatihan kepada kader-kader PKK se-Kodya Surabaya. (Th. Max Koesbagyo/rumahkanker.com)* Disampaikan pada Seminar Strategi Berperang Melawan Kanker yang diselenggarakan Pusat Pengembangan Paliatif & Bebas Nyeri RSU Dr. Soetomo FK Unair Surabaya, 17 Februari 2007, diupload dengan seijin penulisnya.

http://andaners.wordpress.com/2010/11/28/hubungan-antara-persepsi-terhadap-lingkungan-kerja-psikologis-dengan-burnout-pada-perawat/

http://rumahkanker.com/paliatif/relawan/22-peran-relawan-dalam-perawatan-paliatifBAB IITINJAUAN PUSTAKADefinisiPsikoterapi ialah suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional seorang pasien yang dilakukan oleh seorang yang terlatih dalam hubungan profesional secara suka rela, dengan maksud hendak menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala-gejala yang ada, mengoreksi perilaku yang terganggu dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif. Dalam psikoterapi, hubungan pasien-dokter serta pengenalan pemindahan dan hambatan adalah sangat penting.Psikoterapi merupakan suatu seni, dan terapis yang baik dapat membuat perbedaan yang bermakna. Secara umum, Anda harus mencari terapi yang cocok untuk setiap pasien (yaitu, pasien akan merasa nyaman dengan suatu jenis terapi tertentu dan juga terapisnya). Pasien-pasien menolak untuk diberi psikoterapi kecuali mereka merasa mendapat keuntungan dan dapat melakukan toleransi terhadap hal-hal yang dilakukan; angka gugur (drop out) dapat cukup tinggi. Tetapi individual merupakan yang paling banyak digunakan dan jenisnya sangat bervariasi; terapi kelompok, keluarga dan perkawinan penggunaannya juga cukup luas. 2Memilih Psikoterapi yang sesuaiPemilihan terapi yang sesui tidak hanya didasarkan pada diagnosis. Tidak terdapat metode buku masakan sederhana untuk menempatkan seorang individu dengan diagnosis spesifik ke dalam modalitas pengobatan yang sesuai. Beberapa factor disamping diagnosis , perlu dipertimbangkan dengan seksama. Masalah pasien perlu dipandang dalam konteks kemungkinan penyakit mental bedasarkan biologis dan dunia intrapsikisnya, gaya kepribadian, kesukaran perilaku dan factor sosiokultural. Jadi dua individu pada kategori yang sama pada seluruh aksis DSM III-R dapat merupakan orang yang sama sekaligus berbeda dan memerlukan intervensi terpeutk yang berbeda.3Jules Masserman ( dalam Karasu 184 ) telah menulis pengobatan komprehensif secara ekskuisit disesuaikan dengan umur, keadaan fisik, pendidikan , tingkat intelektual, status keluarga dan ekonomi, orientasi budaya dan agama, talenta khusus dan petensialitas individu, sasaran pengobatan dan banyak factor kemungkinan lain. Bagaimana setiap terapis bertindak sebagai klinisi, Ombudsman , dan mentor filosofik, mengkombinasikan unsur berbagai parameter pengaruh merupakan keahlian terapeutiknya yang unik. Analisis vector saling terkait dari pengaruh fisik social dan metapsikologik kemudian dapat mengarah pada rasional yang lebih komprehensif untuk, dan penerapan yang lebih spesifik dan efektif, dari berbagai modalitas terap psikiatrik3.Psikoterapi merupakan hubungan ditambah satu kombinasi tekhnik dari intervensi psikodinamik hingga psikofarmakologik. Karena psikoterapi dari berbagai kelompok terapi menjadi labih berpengalaman apa yang sebenarnya mereka lakukan dalam terapi menjadi semakin mirip. Unsur unsur psikoterapik dapat dipilih untuk masing masing pasien dan dimodifikasi dengan berlanjutnya terapi. Ciri ciri ini dapat diubah dengan berubahnya tujuan terapeutik, keadaan mental dan kebutuhan pasien. Psikoterapi ditandai dengan tujuan, lingkungan, format, jadwal waktu, tekhnik dan penggunaan bersamaan modalitas terapeutik lain.3a. PSIKOANALISISPsikoanalisis dimulai dengan pengobatan pasien dengan hipnosis. Di tahun 1881 Anna O, seorang wanita muda neurotik yang menderita gangguan visual dan motorik yang multipel dan perubahan kesadaran, diobati oleh dokter ahli penyakit daiam dari Vienne, Josef Breuer. Ia mengamati bahwa gejala pasien menghilang jika ia mengekspresikannya secara verbal saat dihipnosis. Sigmeun Freud dan Breuer menggunakan tehknik secara bersama, mereka mendorong pasiennya untuk berkonsentrasi dengan mata tertutup pada ingatan masa lalu yang berhubungan dengan gejala mereka. Metoda konsentrasi tersebut akhirnya menjadi teknik asosiasi bebas. Freud menginstruksikan pasiennya untuk mengatakan apa saja yang datang ke dalam pikirannya, tanpa menyensor pikiran mereka. Metoda ini masih sering digunakan sekarang dan merupakan salah satu ciri psikoanalisis, melalui mana pikiran dan perasaan yang berada dalam alam bawah sadar dibawa ke dalam alam sadar.4Dalam The Interpretation of Drewns Freud menjelaskan model topografik dan pikiran yang terdiri dari alam sadar (conscious), alam prasadar (preconscious), dan alam bawah dasar (unconscious). Pikiran sadar dianggap sebagai kesiagaan. Prasadar, di mana pikiran dan perasaan mudah masuk ke kesadaran, dan bawah sadar, di mana pikiran dan perasaan tidak dapat disadari tanpa melewati tahanan yang kuat. Bawah sadar mengandung bentuk fungsi pikiran nonverbal dan membangkitkan mimpi, parapraksis (lidah terpeleset), dan gejala psikologis. Psikoanalisis menekankan konflik antara dorongan bawah sadar dan pertimbangan moral yang dimiliki pasien terhadap impuls mereka. Konflik tersebut menyebabkan fenomena represi, yang dianggap sebagai patologis. Asosiasi bebas memungkinkan ingatan yang terepresi diungkapkan kembali dan dengan demikian berperan dalam penyembuhan.4TujuanKebutuhan utama untuk psikoanalisis adalah integrasi bertahap material yang sebelumnya direpresi ke dalam struktur kepribadian total. Tugas anlisis pada awalnya adalah mempersiapkan pasien untuk menghadapi material yang menimbulkan kecemasan yang telah diungkapkan. Pasien diajarkan untuk menyadari pikiran dan perasaannya yang paling dalam dan untuk mengenali resistensi alami dan kemauan atau kemampuan pikiran untuk menghadapi secara langsung material psikis yang mencemaskan. Pasien dan ahli analisis jarang mengikuti jalur langsung ke tilikan. 4Psikoterapi terbagi secara kasar dalam tiga golongan yang besar menurut tujuannya, yaitu: 71. untuk membuat orang bahagia dan sejahtera2. untuk membuat orang mengetahui dan mengerti3. untuk membuat orang bertindak harmonis dan memuaskan dengan lingkungannyaProses AnalitikTransferensi pertama kali dijelaskan oleh Freud dan mempermasalahkan perasaan dan perilaku pasien terhadap ahli analisis yang didasarkan pada keinginan infantil pasien terhadap orang tua atau tokoh orang tuanya. Perasaan tersebut adalah tidak disadari tetapi diungkapkan dalam neurosis transferensi, di mana pasien berjuang untuk mernuaskan harapan infantil bawah sadar mereka melalui ahli analisis. Transferensi dapat positif, di mana ahli analisis perlu dilihat sebagai orang dengan nilai, kemampuan, dan karakter yang luar biasa; atau dapat negatif, di mana ahli analisis menjadi perwujudan apa yang dirasakan atau ditakuti pasien dan tokoh parental pada masa lalu. Transferensi negatif dapat diekspresikan dan dialami dalam cara yang sangat labil dan berubah-ubah, khususnya pada pasien dengan kepribadian yang digambankan sebagai ambang atau narsistik. Kedua situasi tersebut mencerminkan kebutuhan pasien untuk mengulangi konflik pada masa anak anak yang belum terpecahkan. Peranan ahli analisis adalah meinbantu pasien mendapatkan kembali tilikan yang sesungguhnya tentang distorsi transferensi dan, melalui tilikan, meningkatkan kemampuan pasien untuk memuaskan hubungan yang didasarkan pada harapan yang matang dan realistik, bukannya khayalan yang irasional dan masa anak-anak.4,5Interpretasi. Dalam psikoanalisis, ahli analisis menjelaskan pada pasien tentang interpretasi peristiwa psikologis yang sebelumnya tidak dimengerti oleh pasien atau tidak berarti bagi pasien.Interpretasi harus tepat waktunya. Ahli analisis mungkin memiliki suatu rumusan di dalam pikirannya, tetapi pasien mungkin tidak siap untuk menghadapinya secara langsung karena berbagai faktor, seperti tingkat kecemasan, transferensi negatif, dan stress kehidupan eksternal. Ahli analisis mungkin memutuskan untuk menunggu sampai pasien dapat mengerti interpretasi secar lengkap. Waktu interpretasi yang tepat rnemerlukan keterampilan kilnis yang besar.4Transferensi balik (countertransference).Seperti istilah transferensi digunakan untuk mencakup keseluruhan rentang perasaan pasien untuk dan terhadap ahli analisis, transferensi balik mencakup spektrum luas reaksi analisis terhadap pasien. Transferensi balik memi!iki komponen bawah sadar yang didasarkan pada konflik yang tidak disadari oleh ahli analisis. Ideailnya, ahli analisis harus menyadari masalah transferensi balik, yang dapat mengganggu kemampuan ahli analisis untuk tetap terpisah dan objektif. Ahli analisis harus menghilangkan halangan tersebut dengan analisis lebih lanjut atau analisis diri sendiri, Tetapi, pada beberapa pasier atau kelompok pasien, ahli analisis tertentu tidak berfungsi dengan baik, dan dokter yang berpengalainan, yang menyadari kenyataan tersebut, merujuk pasien tertentu kepada sejawatnya.4Ikatan terapetik. Di sampiig masalah transferensi dan transferensi balik, suatu hubungan nyata antara ahli analisis dan pasien melibatkan dua orang dewasa yang memasuki kerja sama, dinamakan sebagai ikatan terapetik atau kerja. Keduanya mempersiapkan dirinya sendiri untuk menggali masalah pasien, untuk menegakkan kepercayaan yang saling menguntungkan, dan untuk bekerja sama satu sama lain urtuk mencapai tujuan kesembuhan yang realistik atau meaghilangkan gejala.4Resistensi Freud percaya bahwa gagasan atau impuls bawah sadar adalah direpresikan dan dicegah supaya tidak memasuki kesadaran karena ha! tersebut adalah tidak dapat diterima bagi kesadaran karena suatu alasan. Ia memainkan fenomena tersebut sebagai resistensi, yang perlu diatasi jika analisis berjalan. Resistensi kadang-kadang merupakan proses sadar yang dimanifestasikan dengan menahan informasi yang relevan.4Indikasi TerapiIndikasi utama psikoanalisis adalah konflik psikologis yang berlangsung lama yang telah menimbulkan gejala atau gangguan. Hubungan antara konflik dan gejala rnungkin langsung atau tidak langsung. Psikoanalisis dianggap efektif dalam mengobati gangguan kecemasan tertentu, seperti fobia dan gangguan obsesif-kompulsif, gangguan depresif ringan (gangguan distimik), beberapa gangguan kepribadian, dan beberapa gangguan pengendalian impuls dan gangguan seksual. Tetapi, lebih penting dari diagnosis adalah kemampuan pasien untuk membentuk persetujuan analitik dan mempertahankan komitmen terhadap proses analitik yang semakin dalam yang membawa perubahan internal melalui peningkatkan kesadaran terhadap diri sendiri. Freud percaya bahwa pasien juga mampu membentuk perlekatan transferensi yang kuat kepada ahli analisis (dinamakan neurosis transferensi), tanpanya analisis tidak dimungkinkan. Hal tersebut mengecualikan sebagian besar pasien psikotik karena kesulitan mereka dalam membentuk ikatan afektif dan realistik yang penting untuk perkembangan dan resolusi neurosis transferensi. Ego pasien dalam analisis harus mampu mentoleransi frustrasi tanpa berespon dengan suatu bentuk penentangan (acting out) yang serius atau pindah dan satu pola patologis ke pola lain. Hal tersebut mengecualikan sebagian besar pasien ketergantungan obat, yang dianggap tidak mampu karena ego mereka tidak mampu menoleransi frustrasi dan kebutuhan emosional dan psikoanalisis.4Kontraindikasi TerapiBerbagai kontraindikasi untuk psikoanalisis adalah relatif, tetapi masing-masingnya harus dipertimbangkan sebelum melakukan terapi. Usia. Biasanya, hanyak ahli analisis percaya bahwa sebagian besar orang dewasa yang berusia di atas 40 tahun tidak memiliki fleksibilitas yang cukup untuk perubahan. Tetapi yang lebih penting dari usia adalah kapasitas pasien individual untuk introspeksi secara bijaksana dan keinginan untuk berubah. Calon ideal dalah biasanya dewasa muda, anak anak tidak mampu mengikuti aturan asosiasi bebas. Pasien juga harus cukup cerdas untuk mengerti prosedur dan untuk bekerja sama dalam proses. Klinisi dan peneliti percata bahwa pasien dengan gangguan kepribadian anti social adalah prediktor paling negatif dari respon psikoterapi. Pada pasien dengan keterbatasan waktu dapat dipertimbangkan terapi lain. Analisis dengan sifat hubungan teman, saudara dan kenalan di kontraindikasikan karena mengganggu transferensi dan objektifitas ahli analisis.4 PSIKOTERAPI PSIKOANALITIKPsikoterapi psikoasialitik adalah terapi yang didasarkan pada rumusan psikoanalitik yang telah dimodifikasi secara konseptual dan teknik. Tidak seperti psikoanalisis, yang sebagian permasalahan akhirnya mengungkapkan dan bekerja selanjutnya melalui konflik infantil saat timbul dalam neurosis transferensi, psikoterapi psikonalitik memusatkan perhatian pada konflik pasien sekarang dan pola dinamika sekarang yaitu, analisis masalah pasien dengan orang lain dan dengan dirinya sendiri. Juga tidak seperti psikoanalisis, yang sebagai tekniknya menggunakan asosiasi bebas dan analisis neurosis transferensi, psikoterapi psikoanalitik ditandai dengan teknik wawancara dan diskusi yang jarang menggunakan asosiasi bebas, Dan sekali lagi tidak seperti psikoanalisis, psikoterapi psikoanalitik biasanya mcmbatasi kerjanya pada transferensi dengan suatu diskusi reaksi pasien terhadap dokter pskiatrik dan orang lain.4Teknik TerapiPada psikoterapi psikoanalitik pasien dan ahli terapi biasanya saling bertatap-tatapan satu sama lainnya, yang membuat ahli terapi terlihat nyata dan bukan mernpakan kumpulan khayaian yang diproyeksikan. Tipe terapi ini jauh lebih fleksibel dibandingkan. psikoanalisis, dan dapat lebih sering digunakan bersarna-sama dengan medikasi psikotropik dibandingkan psikoanalisis.Psikoterapi psikoanalitik dapat terentang dari wawancara suportif tunggal, memusatkan pada masalah yang sekarang dan menekan, sampal terapi selama bertahun-tahun, dengan satu sampai tiga wawancara dalam seminggu dengan lama yang bervaniasi. Berbeda dengan psikoanalisis, psikoterapi psikoanalitik mengobati sebagian besar gangguan yang dalam bidang psikopatologi.4TipePsikoterapi berorientasi tilikanTilikan adalah pengertian pasien tentang fungsi psikologisnya dan kepribadiannya. Untuk mencapai tilikan, klinisi harus menyebutkan bidang atau tingkat pengertian atau pengalaman di mana pasien berada, Penekanan dokter psikiatrik pada terapi berorientasi tilikan (juga disebut terapi ekspresif dan psikoterapi psikoanalitik intensif) adalah pada nilai di mana pasien menggali sejumlah tilikan baru ke dalam dinamika perasaan, respon, perilaku sekarang dan khususnya, hubungan mereka sekarang dengan orang lain. Dalam lingkup yang lebih sempit penekanan adalah pada nilai untuk mengembangkan tilikan ke dalam respon pasien terhadap ahli terapi dan respon pada masa anak anak. Terapi berorientasi tilikan adalah terapi yang terpilih untuk seorang pasien yang meniiliki kekuatan ego yang adekuat tetapi, karena satu dan lain alasan, tidak dapat atau tidak boleh menjalani psikoanalisis.4Efektivitas terapi tidak tergantung semata-mata pada tilikan yang dikembangkan atau digunakan. Respon terapi pasien juga didasarkan pada faktor faktor tertentu seperti pengungkapan perasaaan dalam suasana yang tidak menghakimi tetapi memiliki batas-batas, identifikasi dengan ahli terapi, dan faktor hubungan lainnya. Hubungan terapetik tidak memerlukan suatu penerimaan tanpa pilih pilih sama sekali terhadap apa yang dikatakan dan dilakukan pasien. Kadang kadang ahli terapi harus mengintervensi sisi ego yang relatif lemah dengan memberikan bukti-bukti yang tidak dapat disanggah sehingga pasien dapat mencoba untuk mencapai penyesuaian yang lebik baik atau dengan menentukan batas yang realistik untuk perilaku maladaptif pasien.4Psikoterapi suportifPsikoterapi suportif (juga disebut psikoterapi berorientasi hubungan) menawarkan dukungan kepada pasien oleh seorang tokoh yang berkuasa selama periode penyakit, kekacauan atau dekompensasi sementara. Pendekatan ini juga memiliki tujuan untuk memulihkan dan memperkuat pertahanan pasien dan mengintegrasikan kapasitas yang telah terganggu. Cara ini memberikan suatu periode penerimaan dan ketergantungan bagi pasien yang membutuhkan bantuan untuk menghadapi rasa bersalah, malu dan kecemasan dan dalam menghadapi frustasi atau tekanan eksternal yang mungkin terlalu kuat untuk dihadapi. 4Terapi suporttif menggunakan sejumlah metoda, baik sendiri-sendiri atau konbinasi, termasuk : kepemimpinan yang kuat, hangat, dan ramah pemuasan kebutuhan tergantungan mendukung perkembangan kemandirian yang sah pada akhirnya membantu mengembangkan sublimasi yang menyenangkan (sebagai contohnya, hobi) istirahat dan penghiburan yang adekuat menghilangkan ketegangan eksternal yang berlebihan.jika mungkin perawatan di rumah sakit jika diindikasikan medikasi untuk menghilangkan gejala bimbingan dan nasehat dalam menghadapi masalah sekarang. Cara ini rnenggunakan teknik yang membantu pasien merasa aman, diterima, terlindungi, terdorong dan tidak merasa cemas.4Psikoterapi suportif cocok untuk berbagai penyakit psokogenik. Terapi ini dapat dipilih jika penilaian diagnostic menyatakan bahwa proses kematangan yang bertahap didasarkan pada perluasan sasaran baru untuk identifikasi, adalah jalan yang paling menjanjikan untuk perbaikan.Semua dokter kiranya harus dapat melakukan psikoterapi suportif jenis : katarsis, persusi, sugesti, penjaminan kembali, bimbingan dan penyuluhan (konseling). Oleh karena itu, hal ini akan dibicarakan secara singkat di bawah ini.Ventilasi atau katarsis ialah membiarkan pasien mengeluarkan isi hati sesukanya. Sesudahnya biasanya ia merasa lega dan kecemasannya (tentang penyakitnya) berkurang, karena ia lalu dapat melihat masalahnya dalam proporsi yang sebenarnya. Hal ini dibantu oleh dokter dengan sikap yang penuh pengertian (empati) dan dengan anjuran. Jangan terlalu banyak memotong bicaranya (menginterupsi). Yang dibicarakan ialah kekhawatiran, impuls-impuls, kecemasan, masalah keluarga, perasaan salah atau berdosa.2Persuasi ialah penerangan yang masuk akal tentang timbulnya gejala-gejala serta baik-baiknya atau fungsinya gejala-gejala itu. Kritik diri sendiri oleh pasien penting untuk dilakukan. Dengan demikian maka impuls-impuls yang tertentu dibangkitkan, diubah atau diperkuat dan impuls-impuls yang lain dihilangkan atau dikurangi, serta pasien dibebaskan dari impuls-impuls yang sangat menganggu. Pasien pelan-pelan menjadi yakin bahwa gejala-gejalanya akan hilang.2Sugesti ialah secara halus dan tidak langsung menanamkan pikiran pada pasien atau membangkitkan kepercayaan padanya bahwa gejala-gejala akan hilang. Dokter sendiri harus mempunyai sikap yang meyakinkan dan otoritas profesional serta menunjukkan empati. Pasien percaya pada dokter sehingga kritiknya berkurang dan emosinya terpengaruh serta perhatiannya menjadi sempit. Ia mengharap-harapkan sesuatu dan ia mulai percaya. Bila tidak terdapat gangguan kepribadian yang mendalam, maka sugesti akan efektif, umpamanya pada reaksi konversi yang baru dan dengan konflik yang dangkal atau pada neurosa cemas sesudah kecelakaan.2Sugesti dengan aliran listrik (faradisasi) atau dengan masasi kadang-kadang juga menolong, tetapi perbaikan itu cenderung untuk tidak menjadi tetap, karena pasien menganggap pengobatan itu datang dari luar dirinya. Jadi sugesti harus diikuti dengan reeduksi. Anak-anak dan orang dengan inteligensi yang sedikit kurang serta pasien yang berkepribadian tak matang atau histerik lebih mudah disugesti. Jangan memaksa-maksa pasien dan jangan memberikan kesan bahwa dokter menganggap ia membesar-besarkan gejalanya. Jangan menganggu rasa harga diri pasien. Pasien harus percaya bahwa gejala-gejalanya akan hilang dan bahwa tidak terdapat kerusakan organik sebagai penyebab gejala-gejala itu. Ia harus diyakinkan bahwa bila gejala-gejala itu hilang, hal itu terjadi karena ia sendiri mengenal maksud gejala-gejala itu dan bahwa timbulnya gejala itu tidak logis.2Penjaminan kembali atau reassurance dilakukan melalui komentar yang halus atau sambil lalu dan pertanyaan yang hati-hati, bahwa pasien mampu berfungsi secara adekuat (cukup, memadai). Dapat juga diberi secara tegas berdasarkan kenyataan atau dengan menekankan pada apa yang telah dicapai oleh pasien. 2Bimbingan ialah memberi nasehat-nasehat yang praktis dan khusus (spesifik) yang berhubungan dengan masalah kesehatan (jiwa) pasien agar ia lebih sanggup mengatasinya, umpamanya tentang cara mengadakan hubungan antar manusia, cara berkomunikasi, bekerja dan belajar, dan sebagainya.2Penyuluhan atau konseling (counseling) ialah suatu bentuk wawancara untuk membantu pasien mengerti dirinya sendiri lebih baik, agar ia dapat mengatasi suatu masalah lingkungan atau dapat menyesuaikan diri. Konseling biasanya dilakukan sekitar masalah pendidikan, pekerjaan, pernikahan dan pribadi. 2Kerja kasus sosial (social casework) secara tradisional didefinisikan sebagai suatu proses bantuan oleh seorang yang terlatih (pekerja sosial atau social worker) kepada seorang pasien yang memerlukan satu atau lebih pelayanan sosial khusus. Fokusnya ialah pada masalah luar atau keadaan sosial dan tidak (seperti pada psikoterapi) pada gangguan dalam individu itu sendiri. Tidak diadakan usaha untuk mengubah pola dasar kepribadian, tujuannya ialah hanya hendak menangani masalah situasi pada tingkat realistik (nyata).2Terapi kerja dapat berupa sekedar memberi kesibukan kepada pasien, ataupun berupa latihan kerja tertentu agar ia terapil dalam hal itu dan berguna baginya untuk mencari nafkah kelak.2c. PSIKOTERAPI KELOMPOKPsikoterapi kelompok adalah terapi di mana orang yang memiliki penyakit emosional yang telah dipilih secara cermat ditempatkan ke dalam kelompok yang dibimbing oleh ahli terapi yang terlatih untuk membantu satu sama lainnya dalarn menjalani perubahan kepribadian. Dengan menggunakan berbagai manuver teknik dan gagasan teoritis, pembimbing menggunakan interaksi anggota kelompok untuk membuat perubahan tersebut.Psikoterapi kelompok meliputi spektruin terapi teoritik dalam psikiatri suportif, terstruktur, terbatas waktu (sebagai contohnya, kelornpok dengan orang psikotik yang kronis), kognitif perilaku, interpersonal, keluarga, dan kelompok berorientasi analitik. Dua kekuatan utama terapi kelompok, jika dibandingkan dengan terapi individual, adalah (1) kesempatan untuk mendapatkan umpan balik segera dan teman sebaya pasien dan (2) kesempatan bagi pasien dan ahli terapi untuk mengobservasi respon psikologis, emosional, dan perilaku pasien terhadap berbagai orang, mendapatkan berbagai transferensi.4Berbagai bentuk terapi kelompokGaya KepemimpinanPemimpin berperan sebagai konsultan yang diangkat oleh anggota kelompok, di mana pemimpinnya sangat aktif, mengarahkan dan terlibat pada sebagian besar interaksi dalam kelompok. Pemimpin dapat mengurus anggota yang berbeda dan berinteraksi dengan mereka sebagaimana ia melakukan terapi perorangan. Pemimpin juga dapat berperan sebagai konsultan yang di angkat oleh anggota kelompok di mana sebagian interaksi dan inisiatif terletak pada anggota kelompok.Fokus dan sasaranKelompok dapat berbeda dalam focus dan sasarannya, sesuai dari tujuan masing - masing, contoh dalam pendidikan, ketrampilan tertentuKeanggotaan kelompokKelompok dapat berbeda dalam berat dan sifatnya penyakit psikologik anggota. Dapat diciptakan kelompok yang homogen dalam masalahnya dan gejala utama dari anggotanya. Kelompok dapat juga heterogen dalam masalah dn sifat demografiknya.Struktur KelompokKelompok dapat berbeda dalam parameter organisasinya, dari mulai frekuensi pertemuan, pembahasan masalah, keanggotaan kelompok yang terbuka atau tertutup dan ukuran atau jumlah anggota kelompok.Orientasi TeoritisKelompok dapat bervariasi dari segi orientasi teoritis. Terdapat teori orientasi eksistensial dari terapi gestal, penekanan interaksi antar pribadi, orientasi psikoanalitik dari kelompok yang dijalankan melalui psikoanalisis, dan lain lain2.KlasifikasiBanyak klinisi bekerja di dalam kerangka referensi psikoanalitik, Teknik terapi lain adalah terapi kelompok transaksional, terapi kelompok perilaku, terapi kelompok Gestalt yang diciptakan dan teori Frederic Pens dan memungkinkan pasien untuk mengabreaksikan dan mengekspresikan dirinya sendiri secara penuh, psikoterapi kelompok berpusat klien (client-centered group psychotherapy), yang dikernbangkan oleh Carl Roger dan didasarkan pada ekspresi perasaan yang tidak mengadili dari anggota kelompok.4Pemilihan PasienUntuk menentukan kecocokan pasien untuk psikoterapi kelompok, ahli terapi memerlukan sejumlah besar informasi, yang digali dan wawancara skrining. Dokter psikiatrik harus menggali riwayat psikiatrik dan melakukkan pemeriksaan.Pasien dengan kecemasan kekuasaan mungkin dapat bekerja atau tidak dalam terapi kelompok. Tetapi mereka seringkali mereka menjadi baik di dalam lingkungan kelompok di banding lingkungan individu. Pasien dengan cemas kekuasaan yang cukup besar mungkin terhambat, cemas, menentang, dan tidak mau mengatakan pikiran dan perasaannya di dalam lingkungan individual, biasanya karena meraa takut akan kecaman atau penolakan dan ahli terapi.Pasien dengan kecemasan teman sebaya dengan gangguan kepribadian ambang dan skizoid, yang memiliki hubungan destruktif dengan teman sebayanya atau yang terisolasi secara ekstrim dan kontak teman sebaya biasanya beraksi secara negatif atau cemas jika ditempatkan dalain lingkungan kelompok. Tetapi, jika pasien tersebut dapat menghilangkan kecemasannya, terapi kelompok dapat membantu.Diagnosis gangguan pasien juga sangat penting dalam menentukan pendekatan terapi yang terbaik dan dalam menilai motivasi pasien untuk terapi, kapasitas untuk berubah, dan kekuatan dan kelemahan struktur kepnibadian.Terdapat beberapa kontraindikasi untuk terapi kelompok. Pasien antisosial biasanya tidak bekerja di dalam lingkungan kelompok heterogen karena mereka tidak dapat mengikuti standar kelompok. Tetapi, jika kelompk terdiri dari pasien antisosial lainnya mereka dapat berespon dengan lebih baik kepada teman sebayanya dibandingkan kepada tokoh yang dirasakan berkuasa. Pasien terdepresi menjadi baik setelah mereka mempercayai ahli terapinya. Pasien yang secara aktif mencoba bunuh diri atau pasien depresi tidak boleh diobati hanya dalam lingkungan kelompok. Pasien manik adalah kacau, tetapi, jika telah di bawah kendali psikofarmakologi, mereka bekerja baik di dalam lingkungan kelompok. Pasien yang delusional dan yang mungkin memasukkan sistem wahamnya ke dalam kelompok harus dikeluarkan, demikian juga pasien yang memiliki ancaman fisik kepada anggota kelompok lain karena ledakan agresif yang tidak dapat dikendalikan.4Ukuran Terapi kelompok telah berhasil dengan anggota sedikitnya 3 orang dan sebanyaknya 15 orang, tetapi sehagian besar ahli terapi merasa bahwa 8 sampai 10 anggota adalah ukuran yang optimal. Pada anggota yang lebih sedikit mungkin tidak cukup interaksi kecuali anggota-anggotanya adalah cukup verbal. Tetapi pada lebih dan 10 anggota interaksi mungkin terlalu besar untuk diikutii oleh anggota atau ahli terapi.Frekuensi sesion. Sebagian besar ahli psikoterapi kelompok melakukan sesion kelompok sekali seminggu. Mempertahankan kontinuitas dalam sesion adalah penting. Jika digunakan sesion berselang kelompok bertemu dua kali seminggu, sekali dengan ahli terapi, sekali tanpa ahli terapi. Panjang sesion. Pada umumnya, sesion kelompok berlangsung kapan saja dan satu sampai dua jam, tetapi pembatasan waktu harus tetap.Peranan Ahli Terapi, Walaupun terjadi perbedaan pendapat tentang seberapa aktifnya atau pasifnya ahli terapi sehanisnya, konsensusnya adalah bahwa peranan ahli terapi terutama adalah sebaga fasilitator. ldealnya, anggota kelompok sendiri adalah sumber primer penyembuhan dan perubahan. Iklim yang ditimbulkan oleh kepribadian ahli terapi adalah agen perubahan yang kuat. Ahli terapi lebih dan sekedar ahli yang menerapkan teknik; ahli terapi memberikan pengaruh pribadi yang menarik vaniabel tertentu seperti empati, kehangatan, dan rasa hormat.4 Psikoterapi Kelompok Rawat Terapi kelompok adalah bagian penting dari pengalaman terapetik pasien yang dirawat di rumah sakit. Kelompok dapat disusun di bangsal dengan berbagai cara: dalam pertemuan komunitas, seluruh unit pasien rawat inap bertemu dengan semua anggota staf (sebagai contohnya, dokter psikiatrilc, ahli psikologi, dan perawat); dalam pertemuan tim, 15 sampai 20 pasien dan anggota staf bertemu; dan suatu kelompok regular atau kecil yang terdiri dan 8 sampai 10 pasien yang bertemu dengan satu atau dua ahli terapi, sebagai terapi kelompok yang tradisional. Walaupun tujuan dan masing-masing tipe kelompok adalah berbeda beda, mereka memiliki tujuan umum: untuk mengingkatkan kesadaran pasien terhadap dirinya sendiri melalui interaksi mereka dengan anggota kelompok lain, yang memberikan umpan balik tentang perilaku mereka untuk memberikan pasien dengan keterampilan interpersonal dan sosial yang lebih baik untuk membantu anggota beradaptasi dengan lingkungan rawat inap untuk meningkatkan komunikasi antara pasien dan staf. Di samping itu, satu tipe pertemuan kelompok terdiri hanya staf rumah sakit rawat inap, ini digunakan untuk meningkatkan komunikasi antara anggota staf dan untuk memberikan dukungan dan dorongan yang saling menguntungkan dalam pekerjaan mereka sehari-hari dengan pasien. Pertemuan komunitas dan pertemuan tim, adalah lebih membantu dalam menghadapi masalah terapi pasien dibandingkan yang diberikan oleh terapi berorientasi tilikan, yang memiliki bidangnya dalam pertemuan terapi kelompok kecil.4Komposisi kelompok. Dua kunci utama dari kelompok rawat inap, yang umum untuk semua terapi jangka pendek, adalah heterogenitas anggotanya dan cepatnya pertukaran pasien. Di luar rumah sakit, ahli terapi merniliki banyak pilihan darimana pasien dipilih untuk terapi kelompok. Di bangsal, ahli terapi memiliki jumlah pasien yang terbatas darimana pasien dipilih dan lebih dibatasi lagi oleh pasien yang mau berperan serta dan layak untuk pengalaman kelompok kecil. Dalam situasi tertentu, peran serta kelompok mungkin diharuskan (sebagai contohnya, dalam penyalahgunaan alkohol dan unit ketergantungan zat). Tetapi hal tersebut tidak selalu berlaku untuk unit psikiatri umum.Pada kenyataannya, sebagian besar kelompok merasakan lebih baik jika pasien sendiri yang memilih untuk memasuki terapi kelompok.4Kelornpok rawat Jalan lawan rawat inap. Walaupun faktor terapetik yang berperan untuk perubahan pada kelompok kecil rawat inap adalah serupa dengan yang berperan dalam lingkungan rawat jalan, terdapat perbedaan kualitatif. Sebagai contohnya, relatif tingginya pertukaran pasien di dalam kelempok rawat inap mempersulit proses perpaduan. Tetapi kenyataan bahwa semua anggota kelompok bersama-sama di dalam rumah sakit membantu perpaduan, seperti juga usaha ahli terapi untuk mempercepat proses, menekankan kemiripan lain. Berbagi informasi, universalisasi, dan katarsis adaiah faktor terapetik utama dalam bekerja pada kelompok rawat inap. Walaupun tilikan lebih mungkin terjadi pada kelompok rawat jalan karena sifat mereka yang jangka panjang, dalam keterbatasan sesion kelompok tunggal, beberapa pasien dapat memperoleh pengertian baru tentang susunan psikologis mereka. Kualitas unik dari kelompok rawat inap adalah kontak pasien di luar kelompok, yang luas, saat mereka tinggal bersama di bangsal yang sama.4Kelompok Menolong Diri Sendiri. Kelompok menolong diri sendiri (self-help group) adalah orang yang ingin mengatasi masalah atau krisis kehidupan tertentu. Biasanya disusun dengan tugas tertentu, kelompok tersebut tidak berusaha untuk menggali psikodinamika individual secara sangat mendalam atau untuk mengubah fungsi kepribadian secara bermakna. Tetapi kelompok menolong diri sendiri telah meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan emosional banyak orang. Suatu karakteristik yang membedakan kelompok menolong diri sendiri adalah homogenitasnya. Anggota ,staf menderita gangguan yang sama, dan mereka berbagi pengalaman mereka baik dan buruk, berhasil dan tidak berhasil satu sama lainnya. Dengan melakukan hal tersebut, mereka saling mendidik satu sama lainnya, memberikan dukungan yang saling menguntungkan, dan menghilangkan perasaan terasing yang biasanya dirasakan oleh orang yang ditarik ke tipe kelompok tersebut.Kelompok menolong diri sendiri dan kelompok terapi telah mulai untuk bergabung. Kelompok menolong diri sendiri telah memungkinkan anggotanya menghentikan pola perilaku yang tidak diinginkan kelompok terapi membantu anggotanya mengerti mengapa dan bagaimana mereka seharusnya.4d. TERAPI JENIS INDIVIDUAL Psikoterapi Jenis SuportifTujuan psikoterapi jenis ini ialah :1. Menguatkan daya tahan mental yang ada2. Mengembangkan mekanisme yang baru dan yang lebih baik untuk mempertahankan kontrol diri3. Mengembalikan keseimbangan adaptif (dapat menyesuaikan diri)2Cara-cara psikoterapi suportif antara lain ialah sebagai berikut :v Ventilasi atau (psiko-) katarsisv Persuasi atau bujukan (persuasion)v Sugestiv Penjaminan kembali (reassurance)v Bimbingan dan penyuluhanv Terapi kerjav Hipnoterapi dan narkoterapiv Psikoterapi kelompokv Terapi perilaku 2Psikoterapi wawasan (atau genetik dinamik) (insight psychotherapy) dibagi menjadi psikoterapi reedukatif dan psiktoerapi rekonstruktif.Psikoterapi reedukatif :Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya lebih banyak di alam sadar, dengan usaha berencana untuk menyesuaikan diri kembali, memodifikasikan tujuan dan membangkitkan serta mempergunakan potensi kreatif yang ada. 2Cara-cara psikoterapi reedukatif antara lain ialah sebagai berikut:1. Terapi hubungan antar manusia (relationship therapy)2. Terapi sikap (attitude therapy)3. Terapi wawancara (interview therapy)4. Analisa dan sinthesa yang distributif (terapi psikobiologik Adolf Meyer)5. Konseling terapetik6. Terapi case work7. Reconditioning8. Terapi kelompok yang reedukatif9. Terapi somatik 2Psikoterapi rekonstruktif Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya di alam tak sadar, dengan usaha untuk mendapatkan perubahan yang luas daripada struktur kepribadian dan perluasan daripada pertumbuhan kepribadian dengan pengembangan potensi penyesuaian diri yang baru.Cara-cara psikoterapi rekonstruktif antara lain ialah sebagai berikut :1. Psikoanalisa Freud2. Psikoanalisa non Freudian3. Psikoterapi yang berorientasi kepada psikoanalysa.Cara : Asosiasi bebas, analisa mimpi, hipnoanalisa/sintesa, narkoterapi, terapi main, terapi seni, terapi kelompok analitik.2

Harga Diri Rendah Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan ( Townsend, 1998 ). Menurut Schult & Videbeck ( 1998 ), gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diiri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsungGangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999). Jadi dapat disimpulkan bahwa perasaan negatif terhadap diri sendiri yang dapat diekspresikan secara langsung dan tak langsung.

Tanda dan gejala : Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)Gangguan hubungan sosial (menarik diri)Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.(Budi Anna Keliat, 1999)

Penyebab dari harga diri rendahSalah satu penyebab dari harga diri rendah yaitu berduka disfungsional. Berduka disfungsional merupakan pemanjangan atau tidak sukses dalam menggunakan respon intelektual dan emosional oleh individu dalam melalui proses modifikasi konsep diri berdasarkan persepsi kehilangan.

Tanda dan gejala :Rasa bersalahAdanya penolakanMarah, sedih dan menangisPerubahan pola makan, tidur, mimpi, konsentrasi dan aktivitasMengungkapkan tidak berdaya

Akibat dari harga diri rendahHarga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993).

Tanda dan gejala :Apatis, ekspresi sedih, afek tumpulMenghindar dari orang lain (menyendiri)Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawatTidak ada kontak mata, klien sering menundukBerdiam diri di kamar/klien kurang mobilitasMenolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakapTidak/ jarang melakukan kegiatan sehari-hari.(Budi Anna Keliat, 1998)ISOLASI SOSIAL 1. Pengertian

Menurut Townsend, M.C (1998:152) isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam bagi dirinya. Sedangkan menurut DEPKES RI (1989: 117) penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.

Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito ,L.J, 1998: 381). Menurut Rawlins, R.P & Heacock, P.E (1988 : 423) isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.

2. Tanda dan Gejala

Menurut Townsend, M.C (1998:152-153) & Carpenito,L.J (1998: 382) isolasi sosial menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut:

Data subjektif :a. Mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh lingkunganb. Mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki

Data objektifa. Tampak menyendiri dalam ruanganb. Tidak berkomunikasi, menarik diric. Tidak melakukan kontak matad. Tampak sedih, afek datare. Posisi meringkuk di tempat tidur dengang punggung menghadap ke pintuf. Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur dengan perkembangan usianyag. Kegagalan untuk berinterakasi dengan orang lain didekatnyah. Kurang aktivitas fisik dan verbali. Tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasij. Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan di wajahnya

3. Penyebab

Isolasi sosial menarik diri sering disebabkan oleh karena kurangnya rasa percaya pada orang lain, perasaan panik, regresi ke tahap perkembangan sebelumnya, waham, sukar berinteraksi dimasa lampau, perkembangan ego yang lemah serta represi rasa takut (Townsend, M.C,1998:152). Menurut Stuart, G.W & Sundeen, S,J (1998 : 345) Isolasi sosial disebabkan oleh gangguan konsep diri rendah.

Gangguan konsep diri:harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998 :227). Menurut Townsend (1998:189) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun tidak langsung. Pendapat senada dikemukan oleh Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri.

Menurut Carpenito, L.J (1998:352) & Keliat, B.A (1994:20) perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain:

Data subjektif:a. Mengkritik diri sendiri atau orang lainb. Perasaan tidak mampuc. Rasa bersalahd. Sikap negatif pada diri sendirie. Sikap pesimis pada kehidupanf. Keluhan sakit fisikg. Menolak kemampuan diri sendirih. Pengurangan diri/mengejek diri sendirii. Perasaan cemas dan takutj. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positifk. Mengungkapkan kegagalan pribadil. Ketidak mampuan menentukan tujuan

Data objektif:a. Produktivitas menurunb. Perilaku destruktif pada diri sendiric. Menarik diri dari hubungan sosiald. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalahe. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)

4. Akibat

Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya perubahan persepsi sensori halusinasi (Townsend, M.C, 1998 : 156). Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah persepsi sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti melihat bayangan atau mendengarkan suara-suara yang sebenarnya tidak ada (Johnson, B.S, 1995:421). Menurut Maramis (1998:119) halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca indera, di mana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organik atau histerik.

Halusinasi merupakan pengalaman mempersepsikan yang terjadi tanpa adanya stimulus sensori eksternal yang meliputi lima perasaan (pengelihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, perabaan), akan tetapi yang paling umum adalah halusinasi pendengaran dan halusinasi pendengaran (Boyd, M.A & Nihart, M.A, 1998: 303; Rawlins, R.P & Heacock, P.E, 1988 : 198). Menurut Carpenito, L.J (1998: 363) perubahan persepsi sensori halusinasi merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah, pola atau intepretasi stimulus yang datang. Sedangkan menurut pendapat lain halusinasi merupakan persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa adanya stimulus eksternal, yang dibedakan dari distorsi dan ilusi yang merupakan kekeliruan persepsi terhadap stimulus yang nyata dan pasien mengganggap halusinasi sebagai suatu yang nyata (Kusuma, W, 1997 : 284). Menurut Carpenito, L.J (1998: 363) ; Townsend, M.C (1998: 156); dan Stuart, G.W & Sundeen, S.J (1998: 328-329) perubahan persepsi sensori halusinasi sering ditandai dengan adanya:

Data subjektif:a. Tidak mampu mengenal waktu, orang dan tempatb. Tidak mampu memecahkan masalahc. Mengungkapkan adanya halusinasi (misalnya mendengar suara-suara atau melihat bayangan)d. Mengeluh cemas dan khawatir

Data objektif:a. Apatis dan cenderung menarik dirib. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi, kadang berhenti berbicara seolah-olah mendengarkan sesuatuc. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suarad. Menyeringai dan tertawa yang tidak sesuaie. Gerakan mata yang cepatf. Pikiran yang berubah-rubah dan konsentrasi rendahg. Respons-respons yang tidak sesuai (tidak mampu berespons terhadap petunjuk yang kompleks.

C. MASALAH DATA YANG PERLU DIKAJI Tidak tahan terhadap kontak yang lama Tidak konsentrasi dan pikiran mudah beralih saat bicara Tidak ada kontak mata Ekspresi wajah murung, sedih Tampak larut dalam pikiran dan ingatannya sendiri Kurang aktivitas Tidak komunikatif Merusak diri sendiri Ekspresi malu Menarik diri dari hubungan sosial Tidak mau makan dan tidak tidur

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. isolasi sosial menarik diri

F. FOKUS INTERVENSI

PasienSP 11. mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien2. berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain3. berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain4. mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang5. menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang - bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian

SP 21. mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien2. memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang3. membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang - bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian

SP 31. mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien2. memberikan kesempatan kepada klien berkenalan dengan dua orang atau lebih3. menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

KeluargaSP 11. mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien2. menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien beserta proses terjadinya3. menjelaskan cara - cara merawat pasien isolasi sosial

SP 21. melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan isolasi sosial2. melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien isolasi sosial

SP 31. membantu keluarga membuat jadual aktivitas dirumah termasuk minum obat ( Discharge planning)2. menjelaskan follow up pasien setelah pulang

G. DAFTAR PUSTAKABoyd, M.A & Nihart, M.A, (1998). Psychiatric Nursing Contemporary Practice, Edisi 9th, Lippincott-Raven Publishers, Philadelphia

Carpenito, L.J, (1998). Buku Saku Diagnosa keperawatan (terjemahan), Edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

DEPKES RI, (1989). Pedoman Perawatan Psikiatrik, Ed I, DEPKES RI, Jakarta

Johnson, B.S, (1995). Psichiatric-Mental Health Nursing Adaptation and Growth, Edisi 2th, J.B Lippincott Company, Philadelphia

Kusuma, W, (1997). Dari A Sampai Z Kedaruratan Psikiatrik Dalam Praktek, Ed I, Professional Books, Jakarta

Keliat, B.A, dkk, (1997). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Ed I, EGC, Jakarta

Maramis,W.F (1998). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press, Surabaya

Rawlins, R.P & Heacock, P.E (1988). Clinical Manual of Psychiatric Nursing, Edisi 1th, The C.V Mosby Company, Toronto

Stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Edisi 3, EGC, Jakarta

Townsend, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikitari (terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

http://imron46.blogspot.com/2009/02/isolasi-sosial-menarik-diri.html