Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

56
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah bayi lahir yang disebabkan oleh hipoksia janin rahim yang berhubungan dengan faktor-faktor timbul dalam kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir, keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas dan morbilitas bagi bayi baru lahir. Asfiksia neonatorum merupakan keadaan bayi yang baru lahir yang tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur dalam satu menit pertama setelah lahir. Biasanya terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu dengan kompikasi, seperti diabetes melitus, preeklamsia berat atau eklamsia, eritroblastosis fetais, kelahiran kurang bulan (kehamilan < 34 minggu), kelahiran lewat bulan, plasenta previa, solusio plasenta, korioamnionitis, hidramnion, dan oligohidramnion, gawat janin serta pemberian obat anestesi atau narkotika sebelum kelahiran.(Ummu Harist, 2005). 1

description

kep. gerontik

Transcript of Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

Page 1: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi tidak dapat segera bernafas

secara spontan dan teratur setelah bayi lahir yang disebabkan oleh hipoksia

janin rahim yang berhubungan dengan faktor-faktor timbul dalam kehamilan,

persalinan atau segera setelah bayi lahir, keadaan ini merupakan penyebab

utama mortalitas dan morbilitas bagi bayi baru lahir.

Asfiksia neonatorum merupakan keadaan bayi yang baru lahir yang

tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur dalam satu menit pertama

setelah lahir. Biasanya terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu dengan

kompikasi, seperti diabetes melitus, preeklamsia berat atau eklamsia,

eritroblastosis fetais, kelahiran kurang bulan (kehamilan < 34 minggu),

kelahiran lewat bulan, plasenta previa, solusio plasenta, korioamnionitis,

hidramnion, dan oligohidramnion, gawat janin serta pemberian obat anestesi

atau narkotika sebelum kelahiran.(Ummu Harist, 2005).

Masa neonatal adalah masa yang sangat rawan bagi bayi, karena

mudahnya terjadi gangguan atau masalah  pada system tubuh yang akan

menjadi penyulit pada neonatus ini.

Insiden asfiksia perinatal di negara maju berkisar antara 1,0 – 1,5%

tergantung dari masa gestasi dan berat lahir. Insiden asfiksia pada bayi matur

berkisar 0,5% sedang bayi prematur 0,6%. Di Indonesia  prevelen asfiksia

berkisar 0,3% kelahiran (1998), atau setiap tahunnya sekitar 144.900 bayi

dilahirkan dengan asfiksia berat (Abd. Sukadi dkk).

Kematian bayi merupakan salah satu indikator dari derajat kesehatan

masyarakat. Angka kematian bayi sangat dipengaruhi oleh angka kematian

perinatal. Tiga penyebab utama kematian bayi adalah komplikasi perinatal

1

Page 2: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

(dibawah usia 7 hari), infeksi pernapasan akut, dan diare. Sekitar sepertiga

kematian balita dan separuh kematian bayi terjadi pada masa perinatal

(dibawah usia 7 hari), yang berkaitan dengan layanan penting selama

kehamilan dan persalinan (Unicef, 2006).

Penyebab kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28

minggu sampai hari ke-7 setelah persalinan (masa perinatal). Penyebab

kematian bayi yang terbanyak adalah karena pertumbuhan janin yang lambat,

kekurangan gizi pada janin, kelahiran premature, dan berat bayi lahir rendah

yaitu sebesar 40,68%. Sedangkan penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi

adalah kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia intra uterus) dan kegagalan

nafas secara spontan dan teratur pada beberapa saat setelah lahir (asfiksia

lahir), yaitu 25,13%. Hal ini dapat diartikan bahwa 65,8% kematian bayi pada

masa perinatal dipengaruhi pada kondisi ibu saat melahirkan (Depkes, 2005).

Oleh karena itu orang tua (terutama ibu) harus dapat menjaga anak dari

masa kehamilan sampai anak dilahirkan, terutama masa neonatal ini dengan

baik dengan pengetahuan yang cukup mengenai masalah / penyulit yang

mungkin bisa terjadi. Dan sebagai tenaga kesehatan sangat diperlukan

menguasai pengetahuan mengenai hal ini agar dapat memberikan pertolongan

yang baik dan tepat pada bayi di usia neonatal ini yang mengalami penyulit

atau masalah yang terjadi.

Dari latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan dalam masalah

ini adalah bagaimana caranya memberikan asuhan kebidanan terhadap bayi

baru lahir secara fisiologis maupun patologis khusunya dalam penanganan

bayi baru lahir dengan asfiksia berat.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Laporan kasus ini mempunyai tujuan yaitu melakukan pengkajian

sesuai standar kompetensi mata kuliah Asuhan Neonatus dan Neonatal di

lahan praktik.

2

Page 3: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian/pemeriksaan fisik terhadap bayi baru lahir dan

mengidentifikasi data untuk membedakan data normal dan patologis

dari hasil pengkajian khususnya pada bayi baru lahir dengan asfiksia

berat

b. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan dengan memberikan

tujuan dari setiap tindakan yang direncanakan dengan tepat.

c. Melakukan tindakan sesuai standard an prosedur.

d. Melakukan evaluasi tentang kelebihan dan kekurangan dari tindakan

yang telah dilakukan.

C. Manfaat

Manfaat dari laporan kasus ini, khususnya dalam memberikan asuhan

kebidanan terhadap bayi baru lahir adalah sebagai berikut:

1. Untuk Pembaca dan Penulis

Penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan

dan wawasan mahasiswa, terutama dalam mendeteksi secara klinis

tentang asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Berat dan

memperhatikan gejala klinis yang ada sehingga dapat memberikan

tindakan dan konseling yang adekuat dan dapat melakukan penulisan yang

berkaitan dengan masalah yang sama dengan menambah jumlah variabel

disamping variabel yang sudah ada.

2. Untuk Petugas Kesehatan

Penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi petugas kesehatan di lahan praktik dan dapat dijadikan

bahan masukan dan informasi, khususnya bidan dalam memberikan

asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Berat.

3

Page 4: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

3. Untuk Pendidikan

Bagi institusi diharapkan hasil laporan kasus ini dapat menjadi

bahan referensi bagi mahasiswa lain yang ingin melakukan dalam

pemberian asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia berat

supaya dapat di implementasikan oleh mahasiswa setelah menyelesaikan

pendidikan.

4

Page 5: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Bayi baru lahir adalah bayi yang mengalami proses kelahiran dan

menyesuaikan dari kehidupan   intra   uteri   ke   kehidupan   ekstra   uterin.

Bayi   baru   lahir  adalah   organisme   yang   sedang   tumbuh   yang  baru

kehidupan ekstra uteri.

Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak

dapat bernafas segera secara spontan dan teratur setelah dilahirkan akibat

adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin

gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat

menurunkan O2 dan mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat

buruk dalam kehidupan lebih lanjut.

            Masa neonatal adalah masa yang sangat rawan bagi bayi, karena

mudahnya terjadi gangguan atau masalah  pada system tubuh yang akan

menjadi penyulit pada neonatus ini. Adapun penyulit yang dapat terjadi pada

masa neonatal ini yakni:

1. Perlukaan kelahiran (dapat timbul karena disebabkan oleh alat bantu saat

persalinan, misal: forcep dan vacum).

2. Asfiksia neonatorum.

3. Kelainan congenital.

4. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

5. Adanya penyakit-penyakit dalam masa neonatal ini (mis: meningitis,

pneumonia, dll).

            Oleh karena itu orang tua (terutama ibu) harus dapat menjaga anak dari

masa kehamilan sampai anak dilahirkan, terutama masa neonatal ini dengan

baik dengan pengetahuan yang cukup mengenai msalah / penyulit yang

mungkin bisa terjadi. Dan sebagai tenaga kesehatan sangat diperlukan

mengusai pengetahuan mengenai hal ini agar dapat memberikan pertolongan

5

Page 6: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

yang baik dan tepat pada bayi di usia neonatal ini yang mengalami penyulit

atau masalah yang terjadi.

1. Atas dasar pengalaman klinis, Asfikia Neonaiorum dapat dibagi dalam :

a. "Vigorous baby'' skor apgar 7-10, dalam hal ini bayi dianggap sehat

dan tidak memiliki masalah istimewa.

b. "Mild-moderate asphyxia" (asfiksia sedang) skor apgar 4-6 pada

pemeriksaan fisis akan terlihat frekuensi jantung lebih dari l00x/menit,

tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refick iritabilitas tidak ada

c. Asfiksia berat: skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisis ditemukan'

frekuensi jantung kurang dari l00x/menit, tonus otot buruk, sianosis

berat dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada

Asfiksia berat dengan henti jantung yaitu keadaan :

a. Bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelu lahir

lengkap.

b. Bunyi jantung bayi menghilang post partum

2. Ada juga yang mengklasifikasikan asfiksia neonatorum menurut ringan

beratnya, yaitu bebang bayi asfiksia neonatorum dibagi dalam dua tingkat,

sebagai berikut :

a. Asfiksia Livida (Bebang Biru)

Dengan gejala warna kulit kebiru-biruan, tonus otot cukup tegang dan

denyut jantung cukup kuat, lebih dari 100/menit.

b. Asfiksia Palida (Bebang Putih)

Dengan gejala warna kulit putih, tonus otot lemas, dan denyut jantung

kurang dari 100/menit.

Namun saat ini, derajat ringan beratnya bebang bayi (asfiksia

neonatorum) lebih tepat dinilai dengan cara penilaian menurut APGAR.

Setelah dilahirkan satu menit diperiksa keadaan denyut jantung, pernapasan,

tonus otot, reaksi pengisapan dan warna kulit dinilai menurut APGAR, yang

kemudian ditentukan dengan menjumlah nilai-nilai APGAR tersebut, yaitu :

6

Page 7: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

- Nilai APGAR 4-6, disebut Asfiksia ringan-sedang. Biasanya didapatkan

frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau biru,

refleks masih ada.

- Nilai APGAR 0-3, disebut Asfiksia berat. Didapatkan frekuensi jantung

kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, biru dan kadang-kadang pucat,

refleks rangsang tidak ada.

B. Etiologi

Dari segi etiologi, asfiksia dapat disebabkan oleh hal berikut:

Penyebab Alamiah, misalnya penyakit yang menyumbat saluran

pernafasan seperti laryngitis difteri, tumor laring, asma bronkiale, atau

menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru, pneumonia,

COPD.

Trauma mekanik, yang menyebabkan asfiksia mekanik, misalnya

trauma yang mengakibatkan emboli, pneumotoraks bilateral, sumbatan atau

halangan pada saluran napas dan sebagainya. Emboli terbagi atas 2 macam,

yaitu emboli lemak dan emboli udara. Emboli lemak disebabkan oleh fraktur

tulang panjang. Emboli udara disebabkan oleh terbukanya vena jugularis

akibat luka.

Keracunan bahan yang menimbulkan depresi pusat pernafasan,

misalnya barbiturate, narkotika.

Pengolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari:

1. Penyakit Kronis

Hipertensi, penyakit jantung

Gangguan aliran darah uterus dimana berkurangnya aliran darah

pada uterus akan menyebabkan berkurang pula pengaliran oksigen ke

placenta dan demikian pula ke janin mengalami hipoksia yang

menyebabkan asfiksia neonatorum. Terjadi karena gangguan pertukaran

gas serta O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam

persediaan O2 dan dan dalam menghilangkan CO2. gangguan ini dapat

berlangsung secara menahun akibat kelainan pada ibu selama kehamilan.

7

Page 8: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang

buruk, penyakit menahun seperti hipertensi dan penyakit jantung. Pada

keadaan ini pengaruh terhadap janin disebabkan oleh gangguan

oksigenterasi serta kekurangan pemberian zat-zat makanan berhubungan

dengan gangguan fungsi placenta.

2. Faktor Ibu

a. Hipoksia ibu

Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau

anestesia dalam. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin.

c. Gangguan aliran darah uterus

Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan

berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini

sering ditemukan pada :

1) Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani

uterus akibat penyakit atau obat.

2) Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.

3) Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.

3. Faktor plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan

kondisi plasenta. .Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan

mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta

dan lain-lain.

4. Faktor fetus

Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran

darah dalam pcmbuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas

antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada

keadaan : tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher kompresi tali pusat

antar janin dan jalan lahir dan lain-lain.

8

Page 9: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

5. Faktor Neonatus

Depresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat terjadi karena :

a. Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara

langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.

b. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah intrakranial.

Kelainan konginental pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika

atresia/stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.

6. Faktor Resiko

Faktor resiko terjadinya asfiksia terkait beberapa kondisi yang

berhubungan dengan kehamilan, proses persalinan dan melahirkan, antara

lain adalah :

a. Penyakit ibu seperti diabetes, hipertensi dalam kehamilan, penyakit

hati dan ginjal serta penyakit kolagen dan pembuluh darah.

b. Factor janin seperti prematuritas, pertumbuhan janin terhambat/IUGR

dan cacat bawaan, serta

c. Proses persalinan dan melahirkan seperti gawat janin dengan atau

tanpa meconium dalam cairan keetuban, serta penggunaan anestesi dan

analgesik golongan narkotika.

Berikut ini adalah beberapa factor resiko asfiksia neonatorum dengan

kategori-kategori antara lain: factor resiko antepartum, intrapartum dan

karakteristik janinnya.

Tabel Faktor Resiko Asfiksia Neonatorum

Faktor Resiko

Antepartum

Faktor Resiko

Intrapartum

Faktor Resiko Janin

- Primipara

- Demam saat

kehamilan

- Hipertensi dalam

kehamilan

- Malpresentasi

- Partus lama

- Mekonium dalam

air ketuban

- Ketuban pecah

- Prematuritas

- BBLR

- Pertumbuhan janin

terhambat (IUGR)

9

Page 10: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

- Anemia

- Perdarahan

antepartum

- Riwayat kematian

neonates

sebelumnya

dini

- Induksi oksitosin

- Prolapse tali pusat

C. Patofisiologi

Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin

pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu

menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia

transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor

pusat pernafasan agar lerjadi “Primarg gasping” yang kemudian akan berlanjut

dengan pernafasan.

Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama

kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan

mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan

kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak

tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai

dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan penurunan

frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas

(gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita

asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada

dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan

bradikardi dan penurunan tekanan darah.

Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme

dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat

pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris

respiratorik, bila G3 berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme

anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh

terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat

10

Page 11: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada

tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan

oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung

akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan

mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga

menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang

adekuat akan menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru

sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami

gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh

berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi

menimbuikan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.

D. Manifestasi Klinis

Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksia janin yang

menimbulkan tanda-tanda klinis pada janin atau bayi berikut ini:

1. DJJ lebih dari 100x/mnt/kurang dari l00x/menit tidak teratur

2. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala

3. Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot dan organ

lain.

4. Depresi pernapasan karena otak kekurangan oksigen

5. Bradikardi (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen pada

otot-otot jantung atau sel-sel otak.

6. Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung,

kehilangan darah atau kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta

sebelum dan selama proses persalinan.

7. Takipnu (pernapasan cepat) karena kegagalan absorbs cairan paru-paru

atau nafas tidak teratur/megap-megap

8. Sianosis 9warna kebiruan) karena kekurangan oksigen didalam pembuluh

darah.

9. Penurunan terhadap spinkters.

10. Pucat.

11

Page 12: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

Penilaian APGAR Score

TandaSkor APGAR

0 1 2

Frekuensi

Jantung

Tidak ada < 100 x/menit > 100 x/menit

Usaha Bernafas Tidak ada Lambat tak teratur Menangis kuat

Tonus Otot Lumpuh Ekstremitas agak

fleksi

Gerakan aktif

Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan

kuat/melawan

Warna Kulit Biru/pucat Tubuh kemerahan,

ekstremitas biru

Seluruh tubuh

kemerahan

Klasifikasi klinis APGAR SCORE

d. Asfiksia berat (Nilai APGAR 0-3)

e. Asfiksia ringan – sedang (Nilai APGAR 4 – 6)

f. Bayi normal atau  sedikit asfiksia 7 – 9

g. Bayi normal dengan nilai APGAR 10

E. Komplikasi

Komplikasi dari asfiksia neonatorum meliputi berbagai organ yaitu:

1. Otak: hipoksia iskemik ensefalopati, edema serebri, kecacatan cerebral

palsy (CP)

2. Jantung dan paru: hipertensi pulmonal persisten pada neonates, perdaraha

paru, edema paru

3. Gastrointestinal: enterokolitis nekrotikans

4. Ginjal: tubular nekrosis akut, siadh

5. Hematologi: DIC

12

Page 13: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

F. Gejala Dan Tanda

1. Pernafasan cepat

2. Pernafasan cuping hidung

3. Cyanosis

4. Nadi cepat

5. Nilai apgar kurang dari 6

G. Penatalaksanaan Klinis

Tindakan dilakukan pada setiap bayi tanpa memandang nilai apgar.

Segera setelah lahir, usahakan bayi mendapat pemanasan yang baik, harus

dicegah atau dikurangi kehilangan panas pada tubuhnya, penggunaan sinar

lampu untuk pemanasan luar dan untuk meringankan tubuh bayi, mengurangi

evaporasi.

Bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah, pengisapan saluran nafas

bagian atas, segera dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari timbulnya

kerusakan mukosa jalan nafas, spasmus larink atau kolaps paru. Bila bayi

belum berusaha untuk nafas, rangsangan harus segera dikerjakan, dapat berupa

rangsangan nyeri dengan cara memukul kedua telapak kaki, menekan tendon

Achilles atau pada bayi tertentu diberikan suntikan vitamin K.

Tindakan yang dilakukan pada bayi asfiksia adalah :

1. Cegah pelepasan panas yang berlebihan, keringkan ( hangatkan ) dengan

menyelimuti seluruh tubuhnya terutama bagian kepala dengan handuk

yang kering.

2. Bebaskan jalan nafas : atur posisi, isap lendir

3. Bersihkan jalan nafas bayi dengan hati-hatidan pastikan bahwa jalan nafas

bayi bebas dari hal-hal yang dapat menghalangi masuknya udara kedalam

paru-paru. Hal ini dapat dilakukan dengan:

a. Ekstensi kepala dan lehert sedikit lebih rendah dari tubuh bayi.

b. Hisap lendir, cairan pada mulut dan hidung bayi sehingga jalan nafas

bersih dari cairan ketuban, mekonium/ lendir dan menggunakan

penghisap lendir Delee.

13

Page 14: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

c. Rangsangan taktil, bila mengeringkan tubuh bayi dan penghisapan

lendir/cairan ketuban dari mulut dan hidung yang dasarnyan

merupakan tindakan rangsangan belum cukup untuk menimbulkan

pernafasan yang adekuat padabayi lahir dengan penyulit, maka

diperlukan rangsangan taktil tambahan. Selama melakukan rangsangan

taktil, hendaknya jalan nafas sudah dipastikan bersih. Walaupun

prosedur ini cukup sederhana tetapi perlu dilakukan dengan cara yang

betul.

Ada 2 cara yang memadai dan cukup aman untuk memberikan rangsangan

taktil, yaitu:

1. Menepukan atau menyentil telapak kaki dan menggosok punggung bayi.

Cara ini sering kali menimbulkan pernafasan pada bayi yang mengalami

depresi pernafasan yang ringan.

2. Cara lain yang cukup aman adalah melakukan penggosokan pada

punggung bayi secara cepat, mengusap atau mengelus tubuh, tungkai dan

kepala bayi juga merupakan rangsangan taktil tetapi rangsangan yang

ditimbulkan lebih ringan dari menepuk, menyentil, atau menggosok.

Prosedur ini tidak dapat dilakukan pada bayi yang appnoe, hanya

dilakukan pada bayi yang telah berusaha bernafas. Elusan pada tubuh bayi,

dapat membantu untuk meningkatkan frekuensi dari dalamnya pernafasan.

H. Diagnosis

Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan

ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu diperhatikan

Denyut jantung janin. Frekuensi normal adalah antara120 dan 160

denyut/menit selama his frekuensi turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada

keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak besar,

artinya frekuensi turun sampai dibawah 100 x/ menit diluar his dan lebih-lebih

jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.

Mekonium dalam air ketuban. Mekonium pada presentasi – sungsang

tidak ada, artinya akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukan

14

Page 15: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

gangguan. Oksigenisasi dan harus menimbulkan kewaspadaan. Biasanya

mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepaladapat merupakan indikasi

untuk mengakhir persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.

Pemeriksaan pH darah janin. Dengan menggunakan amnioskop yang

dimasukan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit pada kulit kepala janin

dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis

menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu sampai turun dibawah 7,2 hal itu

dianggap sebagai tanda bahaya.

I. Prognosis

Asfiksia livida lebih baik dari pallida. Prognosis tergantung pada

kekurangan O2 dan luasnya perdarahan dalam otak, bayi yang dalam keadaan

asfiksia dan pulih kembali harus di pikirkan kemungkinannya cacat mental

seperti epilepsi dan bodoh pada masa mendatang.

1. Asfiksia Ringan   : Tergantung pada kecepatan penatalaksanaan.

2. Asfikisia Berat    : Dapat menimbulkan kematian pada hari-hari pertama

kelainan saraf. Asfiksia dengan PH 6,9 dapat menyababkan kejang sampai

koma dan kelainan neurologis permanen,misalnya retardasi mental.

J. Pemeriksaan Diagnostik

1. Analisa gas darah

2. Elektrolit darah

3. Gula darah

4. Baby gram

5. USG ( Kepala )

6. Penilaian APGAR score

7. Pemeriksaan EGC dab CT- Scan

8. Pengkajian spesifik

15

Page 16: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

BAB III

TINJAUAN KASUS

Asuhan Kebidanan

Pada By. Ny. Dwi dengan Asfiksia Berat

Di Rumah Sakit Umum Ratu Zalecha

Martapura

I. Pengkajian Data

Hari/tanggal : Selasa, 17 juli 2012

Jam : 14.00 WITA

Tempat Pengkajian : Ruang Perinatologi

Nama Mahasiswa : Salwa

A. Data Subjektif

1. Identitas

Bayi

Nama : By. Ny. Dwi Astuti

Tanggal/Jam Lahir : 17 Juli 2012 / 14.00 WITA

Jenis Kelamin : Perempuan

Orang Tua

Ayah Ibu

Nama

Umur

Suku/Bangsa

Agama

Pendidikan

Pekerjaan

Alamat

Tn. Mahmud

34 Tahun

Banjar/Indonesia

Islam

S1

Swasta

Jl. Bawahan Sebrang Rt. 2

Ny. Dwi Astuti

29 Tahun

Banjar/Indonesia

Islam

S1

Guru

Jl. Bawahan Sebrang Rt. 2

16

Page 17: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

2. Keluhan Utama : Ibu baru melahirkan seorang bayi

perempuan dengan letak sungsang, ibu melahirkan secara normal dan

bayi tidak menangis serta terdapat lendir darah pada jalan nafas bayi.

3. Riwayat Prenatal

Kehamilan ke : II

Tempat ANC : Bidan

Imunisasi TT : Lengkap

Obat-obatan yang diminum selama hamil : Fe, Kalk,

Vit.C & B12

Penerimaan ibu/keluarga terhadap kehamilan : Baik

Masalah yang pernah dialami ibu saat hamil

No. Keluhan UK Tindakan Oleh Ket

1.Kurang nafsu

makan

2 bulan Terapi B12 Bidan Masalah

teratasi

4. Riwayat Intra Natal

- Persalinan ke : II

- Tempat dan penolong persalinan : Rumah sakit / oleh bidan

- Masalah saat persalinan : Letak sungsang

- Cara persalinan : Spontan presentasi bokong

- Lama persalinan

Kala I : + 8 jam

Kala II : + 45 menit

- Keadaan bayi saat lahir

Segera menangis/tidak : Tidak menangis

BB lahir/PB lahir : 2800 gram / 48 cm

17

Page 18: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

Penilaian APGAR Score

No. Aspek Yang Dinilai 1 Menit 5 Menit 10 Menit

1. Pernapasan 1 1 1

2. Denyut Jantung 1 1 1

3. Refleks 0 0 1

4. Tonus Otot 0 0 0

5. Warna Kulit 0 1 1

Total 2 3 4

5. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan bayi

Ibu mengatakan bahwa bayi lahir spontan dengan presentasi

bokong, bayi tidak menangis dan tampak biru

b. Riwayat kesehatan ibu

Ibu mengatakan bahwa dari ibu ataupun keluarga tidak memiliki

penyakit keturunan seperti : Asma, Jantung, Diabetes Mellitus,

Penyakit menular seperti : Hepatitis, HIV/AIDS dan penyakit

kronis lainnya.

6. Status Imunisasi

Jenis Imunisasi Umur Diberikan Tempat Pelayanan

Vitamin K

Hepatitis B

BCG

Polio 1

Combo 1

Polio 2

Combo 2

Polio 3

Segera setalah lahir

-

-

-

-

-

-

-

Rumah sakit R. Perinatologi

-

-

-

-

-

-

-

18

Page 19: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

Combo 3

Polio 4

Campak

-

-

-

-

-

-

7. Data Kebutuhan Biologis

- Kebutuhan Nutrisi

Jenis Makanan dan Minuman : MP-PASI dan ASI

Frekuensi : 2 Jam sekali

Banyaknya : Sesuai umur bayi

- Kebutuhan Eliminasi

BAB

Frekuensi : 1 kali/hari

Warna : Hitam kehijauan

Konsistensi : Lembek

Masalah : Susah buang air besar

BAK

Frekuensi : + 7 kali/hari

Warna : Kuning jernih

Khas : Pesing

Masalah : Tidak ada

- Kebutuhan Personal Hygiene

Frekuensi mandi : 1 kali/hari

Frekuensi ganti pakaian : Sesuai kebutuhan

Penggunaan popok anti tembus : ya

8. Data Psikososial dan Spiritual Orang Tua/Keluarga

a. Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi : Ibu senang

dengan kelahiran bayi

b. Tanggapan keluarga terhadap keadaan bayi : Ibu merasa

cemas dengan keadaan bayinya

c. Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami

19

Page 20: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

d. Pengetahuan keluarga tentang perawatan bayi : Ibu

mengetahui bagaimana cara untuk merawat bayinya dari

pengalaman sebelumnya

e. Kebiasaan atau ritual dalam keluarga berkaitan dengan kelahiran

dan perawatan bayi : Tasmiah dan Aqiqah

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum : Lemah

b. Kesadaran : Somnolen

c. Tanda vital : Nadi = 130 kali/menit

Pernapasan = 60 kali/menit

Suhu = 360C

2. Pemeriksaan Antropometri

a. Berat Badan : 2800 gram

b. Panjang Badan : 48 cm

c. Lingkar Kepala

- Circumferentio sub occipito bregmatika : 33 cm

- Circumferentio fronto occypitalis : 34 cm

- Circumferentio mento occypitalis : 36 cm

d. Lingkar Dada : 33 cm

e. Lingkar Perut : 26 cm

f. LILA : 9 cm

g. Lingkar Kaki : 11 cm

3. Pemeriksaan khusus

- Kepala : Tidak tampak lecet, ubun-ubun datar,

sutura tidak tumpang tindih dan tidak tampak trauma persalinan

seperti : caput suksedeneum

- Muka : Bentuk simetris dan tidak tampak paralysis wajah

20

Page 21: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

- Mata : Bentuk simetris dan posisi normal serta tidak

tampak ikterik tidak tampak oedem pada kelopak mata, dan terjadi

miosis pada pupil serta refleks membuka mata lemah.

- Telinga : Bentuk simetris dan posisi normal serta tidak ada

pengeluaran serumen

- Hidung : Terdapat pernapasan cuping hidung

- Mulut : Bibir tampak sianosis dan tidak tampak

kelainan kongenital seperti labiopalatokizis dan labiokizis

- Leher : Tidak tampak pembesaran vena jugularis dan

kelenjar tyroid

- Kulit : Warna kulit tampak pucat dan sianosis

- Dada : Puting susu menonjol, terdapat retraksi dinding

dada dan terdapat pernapasan yang irregular.

- Abdomen : Tidak tampak perdarahan tali pusat atau tanda-

tanda infeksi dan tidak tampak benjolan

- Ekstremitas : Bentuk simetris, jari-jari lengkap (tidak ada

sindaktil dan polidaktil), gerak tampak lemah, tampak sianosis

dan tidak ada fraktur

- Genetalia : Anus berlubang dan labia mayora serta labia

minora tampak membuka

4. Pemeriksaan Repleks Primitif

a. Refleks morro / refleks gerakan mendadak : ( + )

b. Refleks rooting / refleks menoleh : ( - )

c. Refleks grasping / refleks menggenggam : ( + )

d. Refleks sucking / refleks menghisap : ( - )

e. Refleks tonick neck / refleks mengankat kepala : ( - )

f. Refleks Babinsky / refleks digoreskan ditelapak kaki : ( - )

21

Page 22: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

5. Pemeriksaan Perkembangan Bayi

a. Kemampuan bahasa bayi : Menangis

b. Kemampuan motorik halus : Tidak ada

c. Kemampuan motorik kasar : Tidak ada

d. Adaptasi sosial : Tidak ada

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium :

Pemeriksaan Hasil Satuan Normal

Hb17,4 gr%

P= 13,5-18

W= 12,0-16

Jumlah Leokosit 12800 /mm3 5000-10.000

LED8 mm/jam

P= 0-10

W= 0-15

Hitung Jenis

Basofil 0 % 0-1 %

Eosinofil 2 % 1-3 %

Stb/Batang 5 % 2-6 %

Segmen 68 % 50-70 %

Limfosit 22 % 20-40 %

Monosit 3 % 2-8 %

Hematokrit48 %

P= 40-48

W= 37-43

Jumlah Trombosit239.000 /mm3

150.000-

440.000

Jumlah Eritrosit4,91 /mm3

P= 4,6-6,2

W= 4,6-5,4 juta

GOLDA AB

b. Rontgen : Tidak ada

c. CT Scan : Tidak ada

22

Page 23: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

d. USG : Tidak ada

C. Assesment

a. Diagnosa Kebidanan : N. Aterm

BBLC SMK SPT Bokong dengan Asfiksia

Berat

b. Masalah : Bayi sesak nafas

c. Kebutuhan : Pemberian O2, Infus, dan perawatan BBL

D. Planning

Tindakan yang dilakukan dengan segera, meliputi:

1. Tindakan Umum

- Meletakkan bayi ditempat yang hangat

- Bersihkan jalan nafas : kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir

mudah mengalir, dengan menghisap lendir menggunakan section.

- Rangsang reflek pernafasan : dilakukan setelah 20 detik bayi tidak

memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki

menekan tanda achiles. (Rangsangan Taktil).

- Mempertahankan suhu tubuh.

- Memberikan O2 ½ Lpm, OGT dialirkan.

“keluarga mengetahui tentang tindakan yang dilakukan oleh bidan”.

2. Memberitahu keluarga tentang pemeriksaan umum pada bayi bahwa bayi

mengalmai masalah dengan hasil sebagai berikut:

Nadi = 130 kali/menit

Pernapasan = 60 kali/menit

Suhu = 360C

“keluarga mengetahui hasil pemeriksaan umum pada bayinya bahwa

bayinya dalam keadaan bermasalah”.

23

Page 24: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

3. Memberitahu keluarga tentang keadaan yang dialami oleh bayi saat ini

bahwa bayi mengalami asfiksia neonatorum dengan tingkat berat, dimana

itu merupakan kegawatdaruratan berupa depresi pernapasan yang berlanjut

sehingga menimbulkan berbagai komplikasi, dan bayi mengalami

kegagalan bernafas secara spontan dan teratur sesaat sesudah lahir.

“keluarga mengetahui keadaan bayinya bahwa bayi mengalami asfiksia

tingkat berat”.

4. Memberitahu keluarga tindakan apa yang akan dilakukan pada bayinya,

sebagai berikut:

Tindakan yang akan kami lakukan adalah pemasangan infus pada bayi dan

perawatan bayi di inkubator untuk mencegah terjadinya komplikasi yang

lebih lanjut.

“keluarga bersedia bayinya untuk dilakukan perawatan dirumah sakit”.

5. Melakukan pengukuran antropometri bahwa keadaan bayi dalam keadaan

normal dengan hasil sebagai berikut:

- Berat Badan = 2800 gram

- Panjang Badan = 48 cm

- Lingkar Kepala = 34 cm

- Lingkar Dada = 33 cm

- Lingkar Perut = 26 cm

- Lingkar Lengan = 9 cm

- Lingkar Kaki = 11 cm

“keluarga mengetahui hasil pengukuran yang dilakukan oleh bidan dan

mengetahui bahwa keadaan bayinya dalam keadaan normal”.

6. Memberikan terapi sesuai protab.

a. Memberikan Injeksi Neo K. 1 mg / IM

b. Memberikan Salep Mata Gentamycin

c. Memasang Infus D 10 % 8 tetes/menit

24

Page 25: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

d. Memberikan Injeksi Cefotaxime 2 x 125 mg / IV

e. Memasang OGT pada bayi

“keluarga mengetahui tentang terapi yang diberikan pada bayi oleh

bidan”.

7. Melakukan perawatan bayi di incubator dan menjaga kehangatan pada

bayi

“keluarga mengetahui dan bersedia bahwa bayinya dirawat di

incubator”.

8. Memberikan support kepada keluarga untuk tidak terlalu cemas akan

keadaan bayi saat ini, dan yakinkan keluarga bahwa bayinya dapat

mengalami kesembuhan secara total.

“keluarga senang atas support yang diberikan bidan”.

9. Melakukan perawatan di rumah sakit.

a. Cek residu/ 6 jam

b. Observasi tanda-tanda vital, keadaan umum, infus, OGT dan

pemberian obat pada bayi

c. Memberi kehangatan dan menjaga PH

d. Memberi kebutuhan nutrisi dan personal hygiene pada bayi

e. Melakukan kolaborasi dengan Tim Medis.

“keluarga mengetahui dan menyetujui bayinya dilakukan perawatan oleh

tim medis”.

25

Page 26: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

Data Perkembangan Bayi baru Lahir pada saat Rawat Inap

di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Ratu Zalecha Martapura

No. Hari/Tanggal/Jam Data Klien Catatan Perkembangan

1. Rabu, 18 Juli 2012

pukul 08.00 WITA

By. Ny. Dwi S = -

O = k/u lemah T : 370C RR : 70 kali/menit HR : 140 kali/menit Puasa ( + ) Residu = lendir darah O2 nasal ½ Lpm OGT dialirkan BAB/BAK (-/1 kali) BB = 2800 gramA= N. aterm BBLC SMK Spt. Bokong dengan Asfiksia Berat Hr. 2P = Melakukan observasi

keadaan umum Memberikan terapi sesuai

jadwal- Inj. Kalmetason 3 x 1/5

amp- Inj. Cefotaxime 2 x 150

mg- Inf. D 10% 8 tetes/menit

Melakukan cek residu/OGT/6 jam

Memberikan O2 nasal ½ Lpm Menjaga PH dan kehangatan

2. Kamis, 19 Juli

2012 / pukul 14.00

WITA

By. Ny. Dwi S = -

O = k/u lemah Menangis (+), gerak (<) aktif T : 36,10C

26

Page 27: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

RR : 50 kali/menit HR : 140 kali/menit Puasa ( + ) Residu = keruh BAB/BAK (1 kali/1kali) BB = 2700 gram O2 nasal ½ Lpm OGT (+) dialirkanA= N. aterm BBLC SMK Spt. Bokong dengan Asfiksia Berat Hr. 3P = Melakukan observasi

keadaan umum Memberikan terapi sesuai

jadwal- Inj. Kalmetason 3 x 1/5

amp- Inj. Cefotaxime 2 x 150

mg- Inf. D5 ¼ Ns + D40% 2

vial + ca. gluconas 10 cc + KCl 5 cc dengan 8 tetes/menit

Melakukan cek residu/OGT/6 jam

Residu (+), Puasa (+) Memberikan O2 nasal ½ Lpm Menjaga PH dan kehangatan

3. Jum’at, 20 Juli

2012 / pukul 20.00

WITA

By. Ny. Dwi S = -

O = k/u lemah Menangis (+), gerak (<) aktif T : 36,20C RR : 54 kali/menit HR : 135 kali/menit Puasa ( + ) Residu = lendir BAB/BAK (2 kali/3kali) BB = 2600 gram O2 nasal ½ Lpm

27

Page 28: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

OGT dialirkanA= N. aterm BBLC SMK Spt. Bokong dengan Asfiksia Berat Hr. 4P = Melakukan observasi

keadaan umum Memberikan terapi sesuai

jadwal- Inj. Kalmetason 3 x 1/5

amp- Inj. Taxegram 2 x 150 mg- Inj. Ulsikur 3 x 1/5 amp- Inf. D5 ¼ Ns + D40% 2

vial + ca. gluconas 10 cc + KCl 5 cc dengan 8 tetes/menit

Melakukan cek residu/OGT/6 jam

Residu (+), Puasa (+) Memberikan O2 nasal ½ Lpm Menjaga PH dan kehangatan

4. Sabtu, 21 Juli 2012

pukul 08.00 WITA

By. Ny. Dwi S = -

O = k/u Baik Menangis kuat, gerak aktif T : 36,90C RR : 40 kali/menit HR : 137 kali/menit Puasa ( + ) Residu = lendir BAB/BAK ( - /2kali) BB = 2700 gram O2 nasal ½ Lpm OGT dialirkanA= N. aterm BBLC SMK Spt. Bokong dengan Asfiksia Berat Hr. 5P = Melakukan observasi

keadaan umum Memberikan terapi sesuai

28

Page 29: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

jadwal- Inj. Kalmetason 1 x 1/5

amp- Inj. Taxegram 2 x 150 mg- Inj. Ulsikur 2 x 1/5 amp- Inf. D5 ¼ Ns + D40% 2

vial + ca. gluconas 10 cc + KCl 5 cc dengan 8 tetes/menit

Melakukan cek residu/OGT/6 jam

Residu (+), Puasa (+) Memberikan O2 nasal ½ Lpm Menjaga PH dan kehangatan

5. Minggu, 22 Juli

2012 / pukul 14.00

WITA

By. Ny. Dwi S = -

O = k/u Baik Menangis kuat, gerak aktif T : 36,50C RR : 45 kali/menit HR : 130 kali/menit Puasa ( - ) Mi-ASI (+) Refleks isap baik Residu = ( - ) BAB/BAK ( - /2kali) BB = 2750 gram OGT (+) ditutupA= N. aterm BBLC SMK Spt. Bokong dengan Asfiksia Berat Hr. 6P = Melakukan observasi

keadaan umum Cek residu /6 jam Mi-ASI 1 cc : 1 cc Aqua/3 jam Memberikan terapi sesuai

jadwal- Inj. Kalmetason 1 x 1/5

amp- Inj. Taxegram 2 x 150 mg- Inj. Ulsikur 2 x 1/5 amp

29

Page 30: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

- Inf. D5 ¼ Ns + D40% 2 vial + ca. gluconas 10 cc + KCl 5 cc dengan 8 tetes/menit

Menjaga PH dan kehangatan6. Senin, 23 Juli 2012

Pukul 20.00 WITA

By. Ny. Dwi S = -

O = k/u Baik Menagis kuat, gerak aktif T : 36,50C RR : 40 kali/menit HR : 132 kali/menit Puasa ( - ) Mi-ASI (+) Residu = ( - ) BAB/BAK ( 1 kali/2kali) BB = 2750 gram OGT (+) ditutupA= N. aterm BBLC SMK Spt. Bokong dengan Asfiksia Berat Hr. 7P = Melakukan observasi

keadaan umum Memberikan terapi sesuai

jadwal- Inj. Kalmetason 1 x 1/5

amp- Inj. Taxegram 2 x 150 mg- Inf. D5 ¼ Ns + D40% 2

vial + ca. gluconas 10 cc + KCl 5 cc dengan 8 tetes/menit

Cek residu /6jamResidu (-)Mi-ASI 3 cc : 1cc aqua /3 jam

Menjaga PH dan kehangatan7. Selasa, 24 Juli

2012 / pukul 08.00

WITA

By. Ny. Dwi S = -

O = k/u Baik Menangis kuat, gerak aktif T : 360C

30

Page 31: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

RR : 45 kali/menit HR : 139 kali/menit Puasa ( - ) Residu = ( - ) BAB/BAK ( 1 kali/3kali) BB = 2750 gram OGT off Infus ( - )A= N. aterm BBLC SMK Spt. Bokong dengan Asfiksia Berat Hr. 8P = Melakukan observasi

keadaan umum Memberikan terapi sesuai

jadwal- Obat per oral supramox

drop 3 x 0,5 ml Menjaga PH dan kehangatan Melatih bayi menetek pada ibunya. Memandikan bayi dan Perawatan tali pusat Pelepasan infus

8. Rabu, 25 Juli 2012

Pukul 14.00 WITA

By. Ny. Dwi S = -

O = k/u Baik Menangis kuat, gerak aktif T : 36,50C RR : 40 kali/menit HR : 135 kali/menit BAB/BAK ( 1 kali/3kali) BB = 2800 gramA= N. aterm BBLC SMK Spt. Bokong dengan Asfiksia Berat Hr. 9P =

- Memberitahu ibu bahwa bayi dalam keadaan baik dan boleh pulang.

- Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga pola nutrisi

31

Page 32: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

bayi dengan ASI.- Menganjurkan ibu untuk

menjaga kebersihan pada bayinya.

- Apabila terjadi tanda-tanda bahaya pada bayi seperti demam, kejang segera ke pelayanan kesehatan terdekat untuk memeriksakan keadaan bayinya.

- Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 4 hari kemudian ke dokter anak atau apabila ada keluhan.

( pasien pulang )

32

Page 33: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

BAB IV

PEMBAHASAN

Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir  yang

mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir,

sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat

asam arang dari tubuhnya. umumnya akan mengalami asfiksia pada saat

dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil,

kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama

atau sesudah persalinan (Nanny, L, V.2010. Hal 102).

Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum adalah dengan resusitasi

bayi baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi

dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul.

Tindakan resusitasi pada bayi baru lahir adalah memastikan saluran nafas

terbuka dengan meletakkan bayi dalam proses yang benar, menghisap mulut

kemudian hidung dan bila perlu masukkan ET untuk memastikan pernafasan

terbuka. Dilanjutkan dengan rangsangan taktil dan bila perlu lakukan ventilasi

tekanan positif. Terakhir, rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara

kompresi dada atau bila perlu menggunakan obat-obatan.

By. Ny. Dwi melakukan perawatan di ruang perinatologi untuk

mendapatkan tindakan yang adekuat dengan pemberian terapi seperti : Inj.

Kalmetason 3 x 1/5 amp, Inj. Cefotaxime 2 x 150 mg, Inf. D 10% 8 tetes/menit

dan OGT tetap dialirkan ½ Lpm. Hal ini dilakukan pada hari kedua, untuk

selanjutnya pemberian terapi sama saja. Namun, cairan yang diberikan lewat

infus diganti dengan Inf. D5 ¼ Ns + D40% 2 vial + ca. gluconas 10 cc + KCl 5 cc

dengan 8 tetes/menit. Mengingat pada cek residu didapatkannya lendir darah

beserta terjadinya penurunan berat badan, hingga hari ke 3. Yang tadinya berat

badan bayi 2800 gram menjadi 2600 gram. Namun pada umur bayi hari ke 6,

terapi diganti dengan Inj. Taxegram 2 x 150 mg

33

Page 34: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

Inj. Ulsikur 3 x 1/5 amp. Sampai akhirnya berat badan bayi menjadi 2750 gram

pada hari ke 7, terapi yang diberikan hanya lewat cairan infus dan Inj. Taxegram 2

x 150 mg, Inj. Ulsikur 3 x 1/5 amp dan OGT ditutup.

Dan pada umur bayi 8 hari semua terapi dihentikan, infus dilepas. Tapi

tetap diberikan obat per oral supramox 3 x 0,5 drop untuk mencegah terjadinya

infeksi pada bayi selama proses pemulihan di ruang perawatan. Hingga bayi pada

umur ke 9 hari, di izinkan dokter untuk pulang.

Dalam pemberian nutrisi biologis diberikan pada hari ke 7 dengan Mi-ASI

3 cc : 1cc aqua /3 jam dan untuk selanjutnya, bayi diajrkan untuk menetek pada

ibunya.

Adapun obat-obatan berikut digunakan dengan tujuan sebagai berikut:

Ulsikur merupakan suatu antagonis kompetitif histamin pada reseptor H2 dari sel

parietalis dan dengan demikian secara efektif menghambat sekresi asam lambung

dalam pemberian ini ditunjukkan dalam pengobatan ulkus duodenum aktif.

Penggunaan selektif dari cefotaxime pada neonatus dengan riwayat depresi

dan asfiksia neonatal dan suspect yang menunjukkan bakteri gram ± pada kultur

penyebab sepsis dan meningitis.

Taxegram diindikasikan untuk pengobatan infeksi serius yang disebabkan

oleh strain-strain mikroorganisme yang sensitif pada kondisi seperti infeksi

saluran pernapasan bawah.

Dalam pelaksanaan asuhan pada bayi Ny. Dwi dengan asfiksia berat

dilakukan sesuai perencanaan yaitu pemasangan O2 ½ liter, pemberian antibiotik

yaitu cefotaxime, dan bayi ditempatkan pada inkubator. Pada tahap evaluasi

setelah memberikan asuhan pada bayi dengan asfiksia berat diharapkan keadaan

umum bayi baik, pernafasan normal 40 -60 kali/menit, dan tidak terjadi hipotermi.

Pada bayi Ny. Dwi keadaan bayi sekarang, keadaan umum bayi baik,

pernafasan 40 kali/menit, tidak hipotermi. Maka tidak ada kesenjangan antara

teori dan praktek di lapangan.

34

Page 35: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

BAB V

PENUTUP

Sebagai akhir dari penulisan laporan kasus ini, penulis menyajikan

kesimpulan dari Bab I hingga pembahasan pada Bab IV serta penulis juga

memberikan saran-saran yang sekiranya dapat bermanfaat bagi pihak-pihak

yang berkepentingan dengan hasil laporan kasus ini.

A. Kesimpulan

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas

secara spontan danteratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,

umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat

hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil,kelainan tali pusat, atau

masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau

sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).

Etiologinya dari beberapa faktor, faktor dari ibu, faktor tali pusat,

dan faktor dari bayi itu sendiri. Manifestasi Klinisnya adalah Distres

pernafasan (apnu atau megap-megap), detak jantung < 100x/menit,

refleks/respon bayi lemah, tonus otot menurun, serta warna kuit biru atau

pucat. Berdasarkan skor APGAR menit pertama, asfiksia pada neonatus

dibagi menjadi : Asfiksia ringan : skor APGAR 4-6, Asfiksia berat : skor

APGAR 0-3.

Tindakan yang lazim dikerjakan adalah dengan resusitasi. Tindakan

umum yang bisa dilakukan seperti pengawasan suhu, pembersihan jalan

nafas serta rangsangan untuk menimbulkan pernafasan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bayi asfiksia berat

memiliki dampak yang buruk dan total dalam pertumbuhan dan

perkembangan bayi cerebral palsi, retardasi mental IQ rendah dan lain-lain.

Walaupun angka prevelensinya rendah sekitar 1,4% dari jumlah kelahiran

normal tetapi merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas bagi bayi baru

lahir.

35

Page 36: Tugas Laporan Asfiksia Berat Apa

B. Saran

Berdasarkan hasil laporan kasus dan pembahasan pada bab

sebelumnya, maka sebagai penutup dari laporan kasus ini penulis

memberikan beberapa saran antara lain :

1. Bagi Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan khususnya bidan harus lebih waspada dan tanggap

dengan adanya asfiksia neonatorum sehingga dapat segera diberi

penanganan.

2. Bagi Mahasiswa

Agar mahasiswa lebih memahami, meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan untuk dapat menangani asfiksia neonatorum dan Bagi

mahasiswa lain dapat melakukan pelaporan yang berkaitan dengan

masalah yang sama dengan menambah jumlah variabel disamping

variabel yang sudah ada.

3. Bagi Masyarakat

Masyarakat harus lebih memperhatikan kesehatan kehamilannya

(untuk ibu hamil) agar tidak terjadi asfiksia terhadap janinnya.

4. Bagi Pendidikan

Diperlukan upaya peningkatan penyuluhan (promosi) kesehatan

kepada masyarakat tentang tanda-tanda bahaya yang bisa terjadi pada

bayi baru lahir khusunya dengan asfiksia sehingga masyarakat tahu

tentang resiko tinggi pada insiden tersebut dan dapat mendeteksinya

secara dini.

5. Bagi Rumah Sakit

a. Penjelasan tentang penyakit dan komplikasi

yang dapat timbul.

b. Berikan pelayanan kesehatan secara tepat,

cepat & dalam keramahan.

36