Tugas KTI Filsafat

34
KTI FILSAFAT “SEJARAH DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT DARI MASA KE MASA” D I S U S U N OLEH NAMA : GRICE AYAL NIM : 210901 KELAS : A.2 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GEMA INSAN AKADEMIK MAKASSAR 2010

Transcript of Tugas KTI Filsafat

Page 1: Tugas KTI Filsafat

KTI FILSAFAT

“SEJARAH DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT

DARI MASA KE MASA”

D

I

S

U

S

U

N

OLEH

NAMA : GRICE AYAL

NIM : 210901

KELAS : A.2

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

2010

Kata Pengantar

Page 2: Tugas KTI Filsafat

Puji syukur penulis telah panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sang Pencipta

alam semesta, manusia, dan kehidupan beserta seperangkat aturan-Nya, karena berkat limpahan

rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan

tema “Sejarah dan Perkembangan Filsafat Dari Masa ke Masa” yang sederhana ini dapat

terselesaikan tidak kurang daripada waktunya.

Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain untuk memenuhi salah satu dari

sekian kewajiban mata kuliah Filsafat Ilmu serta merupakan bentuk langsung tanggung jawab

penulis pada tugas yang diberikan.

Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada

Bpk.ERMAN SYARIEF selaku dosen mata kuliah Filsafat Ilmu serta semua pihak yang telah

membantu penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan dimana penulis pun sadar bawasannya

penulis hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan

kesempurnaan hanya milik Tuhan Azza Wa’jala hingga dalam penulisan dan penyusununnya

masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa

penulis nanti dalam upaya evaluasi diri.

Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidak sempurnaan penulisan dan

penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau bahkan

hikmah bagi penulis, pembaca, dan bagi seluruh mahasiswa-mahasiswi STIK GIA MAKASSAR.

Makssar, 13 Juli 2010

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………. i

Page 3: Tugas KTI Filsafat

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………

iii

BAB I : Pendahuluan………………………………………………………………………… 1

A. Latar Belakang………………………………………………………………. 1……..

B. Klasifikasi Filsafat…………………………………………………………… 2

1. Klasifikasi Filsafat Menurut Wilayah……………………………… 3

2. Klasifikasi Filsafat Menurut Latar Belakang Agama…………. 5

BAB II : Pembahasan………………………………………………………………………… 9

A. Kajian Filsafat………………………………………………………………… 9……..

B. Munculnya Filsafat………………………………………………………… 11

C. Sejarah Perkembangan Awal Filsafat Dunia……………………….. 12

BAB III : Penutup……………………………………………………………………………. 21

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………… 23

BAB I

PENDAHULUAN

Page 4: Tugas KTI Filsafat

A. Latar BelakangDalam menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia senatiasa terkagum atas

apa yang dilihatnya. Manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh panca-inderanya, dan mulai

menyadari keterbatasannya. Dalam situasi itu banyak yang berpaling kepada agama atau

kepercayaan Ilahiah.

Tetapi sudah sejak awal sejarah, ternyata sikap iman penuh taqwa itu tidak menahan

manusia menggunakan akal budi dan fikirannya untuk mencari tahu apa sebenarnya yang ada

dibalik segala kenyataan (realitas) itu. Proses itu mencari tahu itu menghasilkan kesadaran, yang

disebut pencerahan. Jika proses itu memiliki ciri-ciri metodis, sistematis dan koheren, dan cara

mendapatkannya dapat dipertanggung-jawabkan, maka lahirlah ilmu pengetahuan.

Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang;

(1) disusun metodis, sistematis dan koheren (“bertalian”) tentang suatu bidang tertentu

dari kenyataan (realitas), dan yang

(2) dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan)

tersebut.

Makin ilmu pengetahuan menggali dan menekuni hal-hal yang khusus dari kenyataan

(realitas), makin nyatalah tuntutan untuk mencari tahu tentang seluruh kenyataan (realitas).

Jauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan apa yang sekarang kita sebut sesuatu

sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana kita mengenal ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan

lain sebagainya, umat manusia lebih dulu memfikirkan dengan bertanya tentang berbagai hakikat

apa yang mereka lihat. Dan jawaban mereka itulah yang nanti akan kita sebut sebagai sebuah

jawaban filsafati.

Kegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan

pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia . Bagian

filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang

merupakan sebab dari segala kebenaran (Al-Kindi, 801 – 873 M).

Page 5: Tugas KTI Filsafat

Metode filsafat adalah metode bertanya. Objek formal filsafat adalah ratio yang bertanya.

Obyek materinya semua yang ada. Maka menjadi tugas filsafat mempersoalkan segala sesuatu

yang ada sampai akhirnya menemukan kebijaksanaan universal.

Sonny Keraf dan Mikhael Dua mengartikan ilmu filsafat sebagai ilmu tentag bertanya

atau berpikir tentang segala sesuatu (apa saja dan bahkan tentang pemikiran itu sendiri) dari

segala sudut pandang. Thinking about thinking.

Meski bagaimanapun banyaknya gambaran yang kita dapatkan tentang filsafat,

sebenarnya masih sulit untuk mendefinisikan secara konkret apa itu filsafat dan apa kriteria suatu

pemikiran hingga kita bisa memvonisnya, karena filsafat bukanlah sebuah disiplin ilmu.

Sebagaimana definisinya, sejarah dan perkembangan filsafat pun takkan pernah habis untuk

dikupas. Tapi justru karena itulah mengapa fisafat begitu layak untuk dikaji demi mencari serta

memaknai segala esensi kehidupan.

B. Klasifikasi Filsafat

Dalam membangun tradisi filsafat banyak orang mengajukan pertanyaan yang sama,

menanggapi, dan meneruskan karya-karya pendahulunya sesuai dengan latar belakang budaya,

bahasa, bahkan agama tempat tradisi filsafat itu dibangun. Oleh karena itu, filsafat biasa

diklasifikasikan menurut daerah geografis dan latar belakang budayanya. Dewasa ini filsafat

biasa dibagi menjadi dua kategori besar menurut wilayah dan menurut latar belakang agama.

Menurut wilayah bisa dibagi menjadi: “Filsafat Barat”, “Filsafat Timur”, dan “Filsafat Timur

Tengah”. Sementara latar belakang agama dibagi menjadi: “Filsafat Islam”, “Filsafat Budha”,

“Filsafat Hindu”, dan “Filsafat Kristen”.

1.) Klasifikasi Filsafat Menurut Wilayah

a. Filsafat Barat

Page 6: Tugas KTI Filsafat

‘‘‘Filsafat Barat’’’ adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-

universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi

falsafi orang Yunani kuno. Namun pada hakikatnya, tradisi falsafi Yunani sebenarnya sempat

mengalami pemutusan rantai ketika salinan buku filsafat Aristoteles seperti Isagoge, Categories

dan Porphyry telah dimusnahkan oleh pemerintah Romawi bersamaan dengan eksekusi mati

terhadap Boethius, yang dianggap telah menyebarkan ajaran yang dilarang oleh negara.

Selanjutnya dikatakan bahwa seandainya kitab-kitab terjemahan Boethius menjadi sumber

perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan di Eropah, maka John Salisbury, seorang guru

besar filsafat di Universitas Paris, tidak akan menyalin kembali buku Organon karangan

Aristoteles dari terjemahan-terjemahan berbahasa Arab, yang telah dikerjakan oleh filosof Islam

pada dinasti Abbasyah.

Tokoh utama filsafat Barat antara lain Plato, Thomas Aquinas, Réne Descartes,

Immanuel Kant, George Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche,

dan Jean-Paul Sartre.

Dalam tradisi filsafat Barat di Indonesia sendiri yang notabene-nya adalah bekas jajahan

bangsa Eropa-Belanda, dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema

tertentu. Tema-tema tersebut adalah: ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

Tema pertama adalah ontologi. Ontologi membahas tentang masalah “keberadaan”

sesuatu yang dapat dilihat dan dibedakan secara empiris (kasat mata), misalnya tentang

keberadaan alam semesta, makhluk hidup, atau tata surya.

Tema kedua adalah epistemologi. Epistemologi adalah tema yang mengkaji tentang

pengetahuan (episteme secara harafiah berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai

hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan.

Tema ketiga adalah aksiolgi. Aksiologi yaitu tema yang membahas tentang masalah nilai

atau norma sosial yang berlaku pada kehidupan manusia. Nilai sosial .

b. Filsafat Timur

Page 7: Tugas KTI Filsafat

‘‘‘Filsafat Timur’’’ adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya

di India, Tiongkok dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas

Filsafat Timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama. Meskipun hal ini kurang lebih

juga bisa dikatakan untuk Filsafat Barat, terutama di Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat

filsafat ’an sich’ masih lebih menonjol daripada agama. Nama-nama beberapa filsuf Timur,

antara lain Siddharta Gautama/Buddha, Bodhidharma, Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi dan

juga Mao Zedong.

‘‘‘Filsafat Timur Tengah’’’ ini sebenarnya mengambil tempat yang istimewa. Sebab

dilihat dari sejarah, para filsuf dari tradisi ini sebenarnya bisa dikatakan juga merupakan ahli

waris tradisi Filsafat Yunani. Sebab para filsuf Timur Tengah yang pertama-tama adalah orang-

orang Arab atau orang-orang Islam dan juga beberapa orang Yahudi, yang menaklukkan daerah-

daerah di sekitar Laut Tengah dan menjumpai kebudayaan Yunani dengan tradisi falsafi mereka.

Lalu mereka menterjemahkan dan memberikan komentar terhadap karya-karya Yunani.

Bahkan ketika Eropa setalah runtuhnya Kekaisaran Romawi masuk ke Abad

Pertengahan dan melupakan karya-karya klasik Yunani, para filsuf Timur Tengah ini

mempelajari karya-karya yang sama dan bahkan terjemahan mereka dipelajari lagi oleh orang-

orang Eropa. Nama-nama beberapa filsuf Timur Tengah: Avicenna(Ibnu Sina), Ibnu Tufail,

Kahlil Gibran (aliran romantisme; kalau boleh disebut bergitu)dan Averroes.

2.) Klasifikasi Filsafat Menurut Latar Belakang Agama

a. Filsafat Islam

‘‘‘Filsafat Islam’’’ bukanlah filsafat Timur Tengah. Bila memang disebut ada beberapa

nama Yahudi dan Nasrani dalam filsafat Timur Tengah, dalam filsafat Islam tentu seluruhnya

adalah muslim. Ada sejumlah perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain.

Pertama, meski semula filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani

terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam.

Kedua, Islam adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih ‘mencari Tuhan’,

dalam filsafat Islam justru Tuhan ‘sudah ditemukan.’

Page 8: Tugas KTI Filsafat

Pada mulanya filsafat berkembang di pesisir samudera Mediterania bagian Timur pada

abad ke-6 M yang ditandai dengan pertanyaan-pertanyaan untuk menjawab persoalan seputar

alam, manusia, dan Tuhan. Dari sinilah lahirlah sains-sains besar, seperti fisika, etika,

matematika, dan metafisika yang menjadi batubara kebudayaan dunia.

Dari Asia Minor (Mediterania) bergerak menuju Athena yang menjadi tanah air filsafat.

Ketika Iskandariah didirikan oleh Iskandar Agung pada 332 SM, filsafat mulai merambah

dunia timur, dan berpuncak pada 529 M.

b. Filsafat Kristen

‘‘‘Filsafat Kristen’’’ mulanya disusun oleh para bapa gereja untuk menghadapi tantangan

zaman di abad pertengahan. Saat itu dunia barat yang Kristen tengah berada dalam zaman

kegelapan (dark age). Masyarakat mulai mempertanyakan kembali kepercayaan agamanya.

Tak heran, filsafat Kristen banyak berkutat pada masalah ontologis dan filsafat ketuhanan.

Hampir semua filsuf Kristen adalah teologian atau ahli masalah agama. Sebagai contoh:

Santo Thomas Aquinas, Santo Bonaventura, dan lain sebagainya.

Selain dua agama terbesar diatas, masih ada beberapa agama lainya yang melahirkan

pemahaman falsafi yang sampai sekarang masih eksis. Misalnya Budha, Taoisme, dan lain

sebagainya.

Buddha dalam bahasa Sansekerta berarti mereka yang sadar, atau yang mencapai

pencerahan sejati (Dari perkataan Sansekerta: untuk mengetahui). Budha merupakan gelar

kepada individu yang menyadari potensi penuh mereka untuk memajukan diri dan yang

berkembang kesadarannya. Dalam penggunaan kontemporer, ia sering digunakan untuk merujuk

Siddharta Gautama yang dilahirkan pada tahun 623 SM di Taman Lumbini.

Sidharta adalah guru agama dan pendiri Agama Buddha (dianggap “Buddha bagi waktu

ini”). Dalam pandangan lainnya, ia merupakan tarikan dan contoh bagi manusia yang telah sadar.

Penganut Buddha tidak menganggap Siddharta Gautama sebagai sang hyang Buddha

pertama atau terakhir. Secara teknis, Buddha, seseorang yang menemukan Dharma atau Dhamma

Page 9: Tugas KTI Filsafat

(yang bermaksud: Kebenaran; perkara yang sebenarnya, akal budi, kesulitan keadaan manusia,

dan jalan benar kepada kebebasan melalui Kesadaran, datang selepas karma yang bagus (tujuan)

dikekalkan seimbang dan semua tindakan buruk tidak mahir ditinggalkan. Pencapaian nirwana

(nibbana) di antara ketiga jenis Buddha adalah serupa, tetapi Samma-Sambuddha menekankan

lebih kepada kualitas dan usaha dibandingkan dengan dua lainnya.

Taoisme merupakan filsafat Laozi dan Zhuangzi (570 SM ~470 SM) tetapi bukan agama.

Taoisme berasalkan dari kata “Dao” yang berarti tidak berbentuk, tidak terlihat tetapi merupakan

asas atau jalan atau cara kejadian kesemua benda hidup dan benda-benda alam semesta dunia.

Dao yang wujud dalam kesemua benda hidup dan kebendaan adalah “De”. Gabungan Dao

dengan De diperkenalkan sebagai Taoisme merupakan asasi alamiah. Taoisme bersifat tenang,

tidak berbalah, bersifat lembut seperti air, dan berabadi. Keabadian manusia adalah apabila

seseorang mencapai “Kesedaran Dao”. Penganut-penganut Taoisme mempraktekan Dao untuk

mencapai “Kesedaran Dao” dan juga mendewakan.

Taoisme juga memperkenalkan teori Yinyang. Yin dan Yang dengan saintifiknya

diterjemahkan sebagai negatif dan positif. Setiap benda adalah dualisme, terdapat positif mesti

adanya negatif; tidak bernegatif dan tidak berpositif jadinya kosong, tidak ada apa-apa. Bahkan

magnet, magnet memiliki kutub positif dan negatif, kedua-dua sifat tidak bisa diasingkan; tanpa

positif, tidak akan wujud negatif, magnet tidak akan terjadi.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kajian Filsafat

Page 10: Tugas KTI Filsafat

Definisi kata filsafat bisa dikatakan sebagai sebuah problem falsafi pula. Tetapi, paling

tidak bisa dikatakan bahwa “filsafat” adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena

kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan mendasar (radikal).

Kerapkali ilmu filsafat dipandang sebagai ilmu yang abstrak dan berada di awang-awang

(tidak mendarat) saja, padahal ilmu filsafat itu dekat dan berada dalam kehidupan kita sehari-

hari. Benar, filsafat bersifat tidak konkrit (atau lebih bisa dikatakan tidak tunggal), karena

menggunakan metode berpikir sebagai cara pergulatannya dengan realitas hidup kita.

Ini didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan,

tetapi dengan mengutarakan problem secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan

argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses itu

dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektik. Dialektik ini secara singkat bisa dikatakan

merupakan sebuah bentuk dialog. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan

logika bahasa.

Banyak pengertian-pengertian atau definisi-definisi tentang filsafat yang telah

dikemukakan oleh para filsuf. Menurut Merriam-Webster (dalam Soeparmo, 1984), filsafat

merupakan pengetahuan tentang kenyataan-kenyataan yang paling umum dan kaidah-kaidah

realitas serta hakekat manusia dalam segala aspek perilakunya seperti: logika, etika, estetika dan

teori pengetahuan.

Beberapa filsuf mengajukan beberapa definitif pokok filsafat seperti: Upaya spekulatif

untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas. Upaya

untuk melukiskan hakekat realitas akhir dan dasar serta nyata, Upaya untuk menentukan batas-

batas jangkauan pengetahuan: sumbernya, hakekatnya, keabsahannya, dan nilainya. Penyelidikan

kritis dan radikal atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh

berbagai bidang pengetahuan. Sesuatu yang berupaya untuk membantu kita melihat apa yang

kita katakan dan untuk mengatakan apa yang kita lihat.

Kalau menurut tradisi filsafati yang diambil dari zaman Yunani Kuno, orang yang

pertama memakai istilah philosophia dan philosophos ialah Pytagoras (592-497 S.M.), setelah

dia membaca tulisan Herakleides Pontikos (penganut ajaran Aristoteles) yang memakai kata

Page 11: Tugas KTI Filsafat

sophia. Pytagoras menganggap dirinya “philosophos” (pencinta kearifan). Baginya kearifan yang

sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh Tuhan.

Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa

Arab فلسة, yang juga diambil dari bahasa Yunani; philosophia (Φιλοσοφία) Dalam bahasa ini,

kata tersebut merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta

dsb.) dan (sophia = “kebijaksanaan”). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta

kebijaksanaan” atau “ilmu”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di

Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang

yang mendalami bidang falsafah disebut “filsuf”.

Dalam istilah Inggris, philosophy, yang berarti filsafat, juga berasal dari kata Yunani

“philosophia” yang lazim diterjemahkan ke dalam bahasa tersebut sebagai cinta kearifan.

Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu, filsafat berarti cinta kearifan.

Namun, cakupan pengertian sophia yang semula itu ternyata luas sekali. Dahulu sophia tidak

hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas,

kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikkan

dalam memutuskan soal-soal praktis (The Liang Gie, 1999).

Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti semesta dalam hal makna (hakikat)

dan nilai-nilainya (esensi) yang tidak cukup dijangkau hanya dengan panca indera manusia

sekalipun.Bidang filsafat sangatlah luas dan mencakup secara keseluruhan sejauh dapat

dijangkau oleh pikiran. Filsafat berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang asal

mula dan sifat dasar alam semesta tempat manusia hidup serta apa yang merupakan tujuan

hidupnya. Filsafat menggunakan bahan-bahan dasar deskriptif yang disajikan bidang-bidang

studi khusus dan melampaui deskripsi tersebut dengan menyelidiki atau menanyakan sifat

dasarnya, nila-nilainya dan kemungkinannya.Tujuannya adalah pemahaman dan kebijaksanaan.

Karena itulah filsafat merupakan pendekatan yang menyeluruh terhadap kehidupan dan dunia.

Suatu bidang yang berhubungan erat dengan bidang-bidang pokok pengalaman manusia.

B. Munculnya Filsafat

Page 12: Tugas KTI Filsafat

Akibat dari berkembangnya kesusasteraan Yunani dan masuknya ilmu pengetahuan serta

semakin hilangnya kepercayaan akan kebenaran yang diberikan oleh pemikiran keagamaan,

peran mitologi yang sebelumnya mengikat segala aspek pemikiran kemudian secara perlahan-

lahan digantikan oleh logos (rasio/ ilmu).

Pada saat inilah, para filsofof kemudian mencoba memandang dunia dengan cara yang

lain yang belum pernah dipraktekkan sebelumnya, yaitu berpikir secara ilmiah. Dalam mencari

keterangan tentang alam semesta, mereka melepaskan diri dari hal-hal mistis yang secara turun-

temurun diwariskan oleh tradisi. Dan selanjutnya mereka mulai berpikir sendiri. Di balik aneka

kejadian yang diamati secara umum, mereka mulai mencari suatu keterangan yang

memungkinkan mereka mampu mengerti kejadian-kejadian itu. Dalam artian inilah, mulai ada

kesadaran untuk mendekati problem dan kejadian alam semesta secara logis dan rasional.

Sebab hanya dengan cara semacam ini, terbukalah kemungkinan bagi pertanyaan-

pertanyaan lain dan penilaian serta kritik dalam memahami alam semesta. Semangat inilah yang

memunculkan filosof-filosof pada jaman Yunani. Filsafat dan ilmu menjadi satu.

Filsafat, terutama Filsafat Barat, muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 S.M..

Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berfikir-fikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia,

dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama pada saat itu

yang dianggap sebagai “tirai besi keilmuan” lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan ini.

Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang

berberadaban lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana:

di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual

orang lebih bebas.

C. Sejarah Perkembangan Awal Filsafat Dunia

Meski istilah philosophia (Φιλοσοφία) pertama kali dimunculkan oleh Pythagoras, namun

orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales (640-546 S.M.) dari Mileta

(sekarang di pesisir barat Turki). Ia merupakan seorang Filsuf yang mendirikan aliran filsafat

Page 13: Tugas KTI Filsafat

alam semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani. Menurut aliran filsafat kosmos, filsafat

adalah suatu penelaahan terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya, unsur-unsurnya

dan kaidah-kaidahnya (The Liang Gie, 1999).

Dalam buku History and Philosophy of Science karangan L.W.H. Hull (1950), menulis

setidaknya sejarah filsafat dan ilmu dapat dibagi dalam beberapa periode, termasuk di dalamnya

tokoh-tokoh yang terkenal pada periode itu.

a. Periode pertama, filsafat Yunani abad 6 SM

Pada masa ini ahli filsafatnya adalah Thales, Anaximandros, dan Anaximenes yang

dianggap sebagai bapak-bapak fisafat dari Mileta. Thales berpendapat bahwa sumber kehidupan

adalah air. Makhluk yang pertama kali hidup adalah ikan dan menusia yang pertama kali terlahir

dari perut ikan. Thales juga berpendapat bahwa bumi terletak di atas air. Tentang bumi,

Anaximandros mengatakan bahwa bumi persis berada di pusat jagat raya dengan jarak yang

sama terhadap semua badan yang lain. Sementara Anaximenes dapat dikatakan sebagai pemikir

pertama yang mengemukakan persamaan antara tubuh manusia dan jagat raya. Udara di alam

semesta ibarat jiwa yang dipupuk dengan pernapasan di dalam tubuh manusia.

Setelah mereka bertiga, Yunani kemudian memiliki pemikir-pemikir terkenal yang lebih

berpengaruh lagi terhadap perkembangan fisafat, seperti Socrates, Plato, Aristoteles,

Phythagoras, Hypocrates, dan lain sebagainya.

b. Periode Kedua, Periode setelah kelahiran Al Masih (Abad 0-6 M)

Pada masa ini pertentangan antara gereja yang diwakili oleh para pastur dan para raja

yang pro kepada gereja, dengan para ulama filsafat. Sehingga pada masa ini filsafat mengalami

kemunduran. Para raja membatasi kebebasan berfikir sehingga filsafat seolah-olah telah mati

suri. Ilmu menjadi beku, kebenaran hanya menjadi otoritas gereja, gereja dan para raja yang

berhak mengatakan dan menjadi sumber kebenaran.

c. Periode Ketiga, Periode kejayaan Islam (Abad 6-13 M)

Page 14: Tugas KTI Filsafat

Pada masa ini dunia Kristen Eropa mengalami abad kegelapan, ada juga yang

menyatakan periode ini sebagai periode pertengahan. Masa keemasan atau kebangkitan Islam

ditandai dengan banyaknya ilmuan-ilmuan Islam yang ahli dibidang masing-masing, berbagai

buku inilah diterbitkan dan ditulis. Di antara tokoh-tokoh tersebut adalah Hanafi, Maliki, Syafii,

dan Hanbali yang ahli dalam hokum Islam, Al-farabi ahli astronomi dan matematika, Ibnu Sina

ahli kedokteran dengan buku terkenalnya yaitu The Canon of Medicine. Al-kindi ahli filsafat,

Al-ghazali intelek yang meramu berbagai ilmu sehingga menjadi kesatuan dan kesinambungan

dan mensintesis antara agama, filsafat, mistik dan sufisme . Ibnu Khaldun ahali sosiologi, filsafat

sejarah, politik, ekonomi, social dan kenegaraan. Anzahel ahli dan penemu teori peredaran

planet. Tetapi setelah perang salib terjadi umat Islam mengalami kemundurran, umat Islam

dalam keadaan porak-poranda oleh berbagai peperangan.

Terdapat 2 pendapat mengenai sumbangan peradaban Islam terhadap filsafat dan ilmu

pengetahuan, yang terus berkembang hingga saat ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa

orang Eropa belajar filsafat dari filosof Yunani seperti Aristoteles, melalui kitab-kitab yang

disalin oleh St. Agustine (354 – 430 M), yang kemudian diteruskan oleh Anicius Manlius

Boethius (480 – 524 M) dan John Scotus. Pendapat kedua menyatakan bahwa orang Eropah

belajar filsafat orang-orang Yunani dari buku-buku filasafat Yunani yang telah diterjemahkan ke

dalam bahasa Arab oleh filosof Islam seperti Al-Kindi dan Al-Farabi. Terhadap pendapat

pertama Hoesin (1961) dengan tegas menolaknya, karena menurutnya salinan buku filsafat

Aristoteles seperti Isagoge, Categories dan Porphyry telah dimusnahkan oleh pemerintah

Romawi bersamaan dengan eksekusi mati terhadap Boethius, yang dianggap telah menyebarkan

ajaran yang dilarang oleh negara. Selanjutnya dikatakan bahwa seandainya kitab-kitab

terjemahan Boethius menjadi sumber perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan di Eropa,

maka John Salisbury, seorang guru besar filsafat di Universitas Paris, tidak akan menyalin

kembali buku Organon karangan Aristoteles dari terjemahan-terjemahan berbahasa Arab, yang

telah dikerjakan oleh filosof Islam.

Sebagaimana telah diketahui, orang yang pertama kali belajar dan mengajarkan filsafat

dari orang-orang sophia atau sophists (500 – 400 SM) adalah Socrates (469 – 399 SM),

kemudian diteruskan oleh Plato (427 – 457 SM). Setelah itu diteruskan oleh muridnya yang

bernama Aristoteles (384 – 322 SM). Setelah zaman Aristoteles, sejarah tidak mencatat lagi

Page 15: Tugas KTI Filsafat

generasi penerus hingga munculnya Al-Kindi pada tahun 801 M. Al-Kindi banyak belajar dari

kitab-kitab filsafat karangan Plato dan Aristoteles. Oleh Raja Al-Makmun dan Raja Harun Al-

Rasyid pada Zaman Abbasiyah, Al-Kindi diperintahkan untuk menyalin karya Plato dan

Aristoteles tersebut ke dalam Bahasa Arab.

Sepeninggal Al-Kindi, muncul filosof-filosof Islam kenamaan yang terus mengembangkan

filsafat. Filosof-filosof itu diantaranya adalah : Al-Farabi, Ibnu Sina, Jamaluddin Al-Afghani,

Muhammad Abduh, Muhamad Iqbal, dan

Ibnu Rushd.

Berbeda dengan filosof-filosof Islam pendahulunya yang lahir dan besar di Timur, Ibnu Rushd

dilahirkan di Barat (Spanyol). Filosof Islam lainnya yang lahir di barat adalah Ibnu Baja

(Avempace) dan Ibnu Tufail (Abubacer).

Ibnu baja dan Ibnu Tufail merupakan pendukung rasionalisme Aris-toteles. Akhirnya kedua

orang ini bisa menjadi sahabat.

Sedangkan Ibnu Rushd yang lahir dan dibesarkan di Cordova, Spanyol meskipun seorang dokter

dan telah mengarang Buku Ilmu Kedokteran berjudul Colliget, yang dianggap setara dengan

kitab Canon karangan Ibnu Sina, lebih dikenal sebagai seorang filosof.

Pandangan Ibnu Rushd yang menyatakan bahwa jalan filsafat merupakan jalan terbaik

untuk mencapai kebenaran sejati dibanding jalan yang ditempuh oleh ahli agama, telah

memancing kemarahan pemuka-pemuka agama, sehingga mereka meminta kepada khalifah yang

memerintah di Spanyol untuk menyatakan Ibnu Rushd sebagai atheis. Sebenarnya apa yang

dikemukakan oleh Ibnu Rushd sudah dikemukakan pula oleh Al-Kindi dalam bukunya Falsafah

El-Ula (First Philosophy). Al-Kindi menyatakan bahwa kaum fakih tidak dapat menjelaskan

kebenaran dengan sempurna, oleh karena pengetahuan mereka yang tipis dan kurang bernilai.

Pertentangan antara filosof yang diwakili oleh Ibnu Rushd dan kaum ulama yang diwakili

oleh Al-Ghazali semakin memanas dengan terbitnya karangan Al-Ghazali yang berjudul

Tahafut-El-Falasifah, yang kemudian digunakan pula oleh pihak gereja untuk menghambat

Page 16: Tugas KTI Filsafat

berkembangnya pikiran bebas di Eropah pada Zaman Renaisance. Al-Ghazali berpendapat

bahwa mempelajari filsafat dapat menyebabkan seseorang menjadi atheis. Untuk mencapai

kebenaran sejati menurut Al-Ghazali hanya ada satu cara yaitu melalui tasawuf (mistisisme).

Buku karangan Al-Ghazali ini kemudian ditanggapi oleh Ibnu Rushd dalam karyanya Tahafut-et-

Tahafut (The Incohenrence of the Incoherence).

Kemenangan pandangan Al-Ghazali atas pandangan Ibnu Rushd telah menyebabkan

dilarangnya pengajaran ilmu filsafat di berbagai perguruan-perguruan Islam. Hoesin (1961)

menyatakan bahwa pelarangan penyebaran filsafat Ibnu Rushd merupakan titik awal keruntuhan

peradaban Islam yang didukung oleh maraknya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Hal ini sejalan dengan pendapat Suriasumantri (2002) yang menyatakan bahwa perkembangan

ilmu dalam peradaban Islam bermula dengan berkembangnya filsafat dan mengalami

kemunduran dengan kematian filsafat.

Pada pertengahan abad 12 kalangan gereja melakukan sensor terhadap karangan Ibnu

Rushd, sehingga saat itu berkembang 2 paham yaitu paham pembela Ibnu Rushd (Averroisme)

dan paham yang menentangnya. Kalangan yang menentang ajaran filsafat Ibnu Rushd ini antara

lain pendeta Thomas Aquinas, Ernest Renan dan Roger Bacon. Mereka yang menentang

Averroisme umumnya banyak menggunakan argumentasi yang dikemukakan oleh Al-Ghazali

dalam kitabnya Tahafut-el-Falasifah. Dari hal ini dapat dikatakan bahwa apa yang diperdebatkan

oleh kalangan filosof di Eropah Barat pada abad 12 dan 13, tidak lain adalah masalah yang

diperdebatkan oleh filosof Islam.

d. Periode Keempat, Periode kebangkitan Eropa (Abad 12-17)

Bersamaannya dengan mundurnya kebudayaan Islam, Eropah mengalami kebangkitan.

Pada masa ini, buku-buku filsafat dan ilmu pengetahuan karangan dan terjemahan filosof Islam

seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Rushd diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin.

Pada zaman itu Bahasa Latin menjadi bahasa kebudayaan bangsa-bangsa Eropah. Penterjemahan

karya-karya kaum muslimin antara lain dilakukan di Toledo, ketika Raymund menjadi uskup

Besar Kristen di Toledo pada Tahun 1130 – 1150 M. Hasil terjemahan dari Toledo ini menyebar

sampai ke Italia. Dante menulis Divina Comedia setelah terinspirasi oleh hikayat Isra dan Mikraj

Page 17: Tugas KTI Filsafat

Nabi Muhammad SAW. Universitas Paris menggunakan buku teks Organon karya Aristoteles

yang disalin dari Bahasa Arab ke dalam Bahasa Latin oleh John Salisbury pada tahun 1182.

Seperti halnya yang dilakukan oleh pemuka agama Islam, berkembangnya filsafat ajaran

Ibnu Rushd dianggap dapat membahayakan iman kristiani oleh para pemuka agama Kristen,

sehingga sinode gereja mengeluarkan dekrit pada Tahun 1209, lalu disusul dengan putusan

Papal Legate pada tahun 1215 yang melarang pengajaran dan penyebaran filsafat ajaran Ibnu

Rushd.

Pada Tahun 1215 saat Frederick II menjadi Kaisar Sicilia, ajaran filsafat Islam mulai

berkembang lagi. Pada Tahun 1214, Frederick mendirikan Universitas Naples, yang kemudian

memiliki akademi yang bertugas menterjemahkan kitab-kitab berbahasa Arab ke dalam Bahasa

latin. Pada tahun 1217 Frederick II mengutus Michael Scot ke Toledo untuk mengumpulkan

terjemahan-terjemahan filsafat berbahasa latin karangan kaum muslimin. Berkembangnya ajaran

filsafat Ibnu Rushd di Eropah Barat tidak lepas dari hasil terjemahan Michael Scot. Banyak

orientalis menyatakan bahwa Michael Scot telah berhasil menterjemahkan Komentar Ibnu Rushd

dengan judul de coelo et de mundo dan bagian pertama dari Kitab Anima.

Pekerjaan yang dilakukan oleh Kaisar Frederick II untuk menterje-mahkan karya-karya

filsafat Islam ke dalam Bahasa Latin, guna mendorong pengembangan ilmu pengetahuan di

Eropah Barat, serupa dengan pekerjaan yang pernah dilakukan oleh Raja Al-Makmun dan Harun

Al-Rashid dari Dinasti Abbasiyah, untuk mendorong pengembangan ilmu pengetahuan di Jazirah

Arab.

Setelah Kaisar Frederick II wafat, usahanya untuk mengembangkan pengetahuan

diteruskan oleh putranya. Untuk tujuan ini putranya mengutus orang Jerman bernama Hermann

untuk kembali ke Toledo pada tahun 1256. Hermann kemudian menterjemahkan Ichtisar

Manthiq karangan Al-Farabi dan Ichtisar Syair karangan Ibnu Rushd. Pada pertengahan abad 13

hampir seluruh karya Ibnu Rushd telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin, termasuk kitab

tahafut-et-tahafut, yang diterjemahkan oleh Colonymus pada Tahun 1328.

e. Periode Filsafat Modern (Abad 17-20 M)

Page 18: Tugas KTI Filsafat

Dikenal Juga sebagai abad Äufklarung. Pada masa ini Kristen yang berkuasa dan menjadi

sumber otoritas kebenaran mengalami kehancuran, dan juga awal abad kemunduran bagi umat

Islam. Berbagai pemikiran Yunani muncul, alur pemikiran yang mereka anut adalah

rasionalitas, empirisrme, dan Kritisme. Peradaban Eropa bangkit melampaui dunia islam.

Masa ini juga memunculkan intelektual Gerard Van Cromona yang menyalin buku Ibnu Sina,

”The canon of medicine”, Fransiscan Roger Bacon, yang menganut aliran pemikiran empirisme

dan realisme berusaha menentang berbagai kebijakan gereja dan penguasa pada waktu itu.

Dalam hal ini Galileo dan Copernicus juga mengalami penindasan dari penguasa. Masa ini juga

menyebabkan perpecahan dalam agama Kristen, yaitu Kristen Katolik dan Protestan. Perlawanan

terhadap gereja dan raja yang menindas terus berlangsung Revolusi ilmu pengetahuan makin

gencar dan meningkat. Pada masa ini banyak muncul para ilmuwan seperti Newton dengan teori

gravitasinya, John Locke yang menghembuskan perlawanan kepada pihak gereja dengan

mengemukakan bahwa manusia bebas untuk berbicara, bebas mengeluarkan pendapat, hak untuk

hidup, hak untuk merdeka, serta hak berfikir. Hal serupa juga dilakuklan ole J.J .Rousseau

mengecam penguasa dalam bukunya yang berjudul Social Contak.

Hal berbeda terjadi didunai Islam, pada masa ini umat Islam tertatih untuk bangkit dari

keterpurukan spiritual. Intelektual Islam yang gigih menyeru umat Islam untuk kembali pada

ajaran al-Quran dan Hadis. Pada masa krisis moral dan peradaban muncul ilmuwan lainnya yaitu

Muhammad Abduh. Muhammad Abduh berusaha membangkitkan umat Islam untuk

menggunakan akalnya. Ia berusaha mengikis habis taklid. Hal tersebut dilakukan oleh

Muhammad Abduh agara umat Islam menemukan ilmu yang berasal dari al-Quran dan hadis.

Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci

atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang

aspek mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber

pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme,

sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang

inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme, yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda itu.

Aliran rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M). Dalam buku

Discourse de la Methode tahun 1637 ia menegaskan perlunya ada metode yang jitu sebagai dasar

Page 19: Tugas KTI Filsafat

kokoh bagi semua pengetahuan, yaitu dengan menyangsikan segalanya, secara metodis. Kalau

suatu kebenaran tahan terhadap ujian kesangsian yang radikal ini, maka kebenaran itu 100%

pasti dan menjadi landasan bagi seluruh pengetahuan.

Tetapi dalam rangka kesangsian yang metodis ini ternyata hanya ada satu hal yang tidak

dapat diragukan, yaitu “saya ragu-ragu”. Ini bukan khayalan, tetapi kenyataan, bahwa “aku ragu-

ragu”. Jika aku menyangsikan sesuatu, aku menyadari bahwa aku menyangsikan adanya. Dengan

lain kata kesangsian itu langsung menyatakan adanya aku. Itulah “cogito ergo sum”, aku berpikir

( menyadari) maka aku ada. Itulah kebenaran yang tidak dapat disangkal lagi. — Mengapa

kebenaran itu pasti? Sebab aku mengerti itu dengan “jelas, dan terpilah-pilah” — “clearly and

distinctly”, “clara et distincta”. Artinya, yang jelas dan terpilah-pilah itulah yang harus diterima

sebagai benar. Dan itu menjadi norma Descartes dalam menentukan kebenaran.

Descartes adalah pelopor kaum rasionalis, yaitu mereka yang percaya bahwa dasar semua

pengetahuan ada dalam pikiran.

Aliran empririsme nyata dalam pemikiran David Hume (1711-1776), yang memilih

pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan. Pengalaman itu dapat yang bersifat lahirilah

(yang menyangkut dunia), maupun yang batiniah (yang menyangkut pribadi manusia). Oleh

karena itu pengenalan inderawi merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna.

Hume merupakan pelopor para empirisis, yang percaya bahwa seluruh pengetahuan

tentang dunia berasal dari indera. Menurut Hume ada batasan-batasan yang tegas tentang

bagaimana kesimpulan dapat diambil melalui persepsi indera kita.

Adapun Kritisisme oleh Imanuel Kant (1724-1804) mencoba mengembangkan suatu

sintesis atas dua pendekatan yang bertentangan ini. Kant berpendapat bahwa masing-masing

pendekatan benar separuh, dan salah separuh. Benarlah bahwa pengetahuan kita tentang dunia

berasal dari indera kita, namun dalam akal kita ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana

kita memandang dunia sekitar kita. Ada kondisi-kondisi tertentu dalam manusia yang ikut

menentukan konsepsi manusia tentang dunia. Kant setuju dengan Hume bahwa kita tidak

mengetahui secara pasti seperti apa dunia “itu sendiri” (”das Ding an sich”), namun hanya dunia

itu seperti tampak “bagiku”, atau “bagi semua orang”. Namun, menurut Kant, ada dua unsur

Page 20: Tugas KTI Filsafat

yang memberi sumbangan kepada pengetahuan manusia tentang dunia. Yang pertama adalah

kondisi-kondisi lahirilah ruang dan waktu yang tidak dapat kita ketahui sebelum kita

menangkapnya dengan indera kita. Ruang dan waktu adalah cara pandang dan bukan atribut dari

dunia fisik. Itu materi pengetahuan. Yang kedua adalah kondisi-kondisi batiniah dalam manusia

mengenai proses-proses yang tunduk kepada hukum kausalitas yang tak terpatahkan. Ini bentuk

pengetahuan. Demikian Kant membuat kritik atas seluruh pemikiran filsafat, membuat suatu

sintesis, dan meletakkan dasar bagi aneka aliran filsafat masa kini.

Begitulah pergulatan antar aliran filsafat Modern. Rasionalist diwakili Descartes,

Empirist diwakili Hume, dan Kritisme oleh Kant saling menkritik satu sama lain.

BAB III

PENUTUP

Page 21: Tugas KTI Filsafat

Jauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan apa yang sekarang kita sebut sesuatu

sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana kita mengenal ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan

lain sebagainya, umat manusia lebih dulu memfikirkan dengan bertanya tentang berbagai hakikat

apa yang mereka lihat. Dan jawaban mereka itulah yang nanti akan kita sebut sebagai sebuah

jawaban filsafati. Kalau ilmu diibiratkan sebagai sebuah pohon yang memiliki berbagai cabang

pemikiran, ranting pemahaman, serta buah solusi, maka filsafat adalah tanah dasar tempat pohon

tersebut berpijak dan tumbuh.

Metode filsafat adalah metode bertanya. Objek formal filsafat adalah ratio yang bertanya.

Sedang objek materinya ialah semua yang ada yang bagi manusia perlu dipertanyakan

hakikatnya. Maka menjadi tugas filsafat mempersoalkan segala sesuatu yang ada sampai

akhirnya menemukan kebijaksanaan universal.

Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang

berberadaban lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana:

di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual

orang lebih bebas.

Dalam perkembanganya, filsafat Yunani sempat mengalami masa pasang surut. Ketika

peradaban Eropa harus berhadapan dengan otoritas Gereja dan imperium Romawi yang

bertindak tegas terhadap keberadaan filsafat di mana dianggap mengancam kedudukannya

sebagai penguasa ketika itu.

Filsafat Yunani kembali muncul pada masa kejayaan Islam dinasti Abbasiyah sekitar

awal abad 9 M. Tetapi di puncak kejayaannya, dunia filsafat Islam mulai mengalami

kemunduran ketika antara para kaum filsuf yang diwakili oleh Ibnu Rusd dengan para kaum

ulama oleh Al-Ghazali yang menganggap filsafat dapat menjerumuskan manusia ke dalam

Atheisme bergolak. Hal ini setelah Ibnu Rusd sendiri menyatakan bahwa jalan filsafat

merupakan jalan terbaik untuk mencapai kebenaran sejati dibanding jalan yang ditempuh oleh

ahli atau mistikus agama.

Setelah abad ke-13, peradaban filsafat islam benar-benar mengalami kejumudan setelah

kaum ulama berhasil memenangkan perdebatan panjang dengan kaum filosof. Kajian filsafat

Page 22: Tugas KTI Filsafat

dilarang masuk kurikulum pendidikan. Pemerintahan mempercayakan semua konsep berfikir

kepada para ulama dan ahli tafsir agama. Beriringan dengan itu, di Eropa, demam filsafat sedang

menjamur. Banyak buku-buku karangan filosof muslim yang diterjemahkan kedalam bahasa

latin. Ini sekaligus menunjukkan bahwa setelah pihak gereja berkuasa pada masanya dan

sebelum peradaban Islam mulai menerjemahkan teks-teks aristoteles dan lain sebagainya oleh Al

Kindhi, di Eropa benar-benar tidak ditemukan lagi buku-buku filsafat hasil peradaban Yunani.

Entah kebetulan atau tidak, ketika filsafat di dunia islam bisa dikatakan telah usai dan

berpindah ke eropa, peradaban islam pun mengalami kemunduran sementara di eropa sendiri

mengalami masa yang disebut sebagai abad Renaissance atau abad pencerahan, pada sekitar abad

ke-15 M.

Tapi tidak demikian halnya dalam komunitas gereja. Periode ini juga menghantarkan

dunia kristen menjadi terbelah. Doktrin para pendeta katolik terus mendapatkan protes dari kaum

Protestan.

Adapun para filsuf zaman modern setelah masa aufklarung, abad ke-17 M, menegaskan

bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para

penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Para filsuf modern yang tercatat dalam sejarah ialah

Descartes, Karl Marx, Nietsche, JJ Rosseau, Dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

www.muslimphilosophy.com

Page 23: Tugas KTI Filsafat

id.wikipedia.org

www.cidcm.umd.edu

blog.wordpress.com

philosopi Mingguan Indonesia

Harian KOMPAS Rabu, 02 Mar 2005 Halaman: 46

kognItar.wordpres.org