Tugas Bahasa Indonesia Kti

34
Diagnosa Dini Terhadap Penyakit Malaria dengan Menggunakan Pemeriksaan Diagnosis Klinis Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mata Kuliah Bahasa Indonesia Nugra Daary Razsky Gunawan 1410311072 PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

description

KARYA TULIS ILMIAH

Transcript of Tugas Bahasa Indonesia Kti

Page 1: Tugas Bahasa Indonesia Kti

Diagnosa Dini Terhadap Penyakit Malaria dengan

Menggunakan Pemeriksaan Diagnosis Klinis

Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Nugra Daary Razsky Gunawan

1410311072

PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2015

Page 2: Tugas Bahasa Indonesia Kti

Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu

Persyaratan

Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Diagnosa Dini Terhadap Penyakit Malaria dengan Menggunakan

Pemeriksaan Diagnosis Klinis

Oleh:

Nugra Daary Razsky Gunawan

1410311072

PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2015

2

Page 3: Tugas Bahasa Indonesia Kti

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Di Indonesia, sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah

kesehatan masyarakat. Angka kesakitan penyakit ini masih cukup tinggi, terutama di

daerah luar Jawa dan Bali, dimana terdapat campuran penduduk yang berasal dari

daerah endemis dan yang tidak endemis malaria. Di dearah-dearah tersebut masih

sering terjadi letusan wabah yang menimbulkan banyak kematian.

Malaria adalah penyakit infeksi akut maupun kronis yang disebabkan oleh

plasmodium malaria dengan demam yang rekren, anemia dan hepatosplenomegali.

Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 macam (spesies) parasit malaria yaitu

Plsmodium falciparum, Plasmodium ovale, Plasmodium vivax,dan Plasmodium

malariae. Jenis baru juga telah ditemukan yaitu Plasmodium knewlesi

Seorang penderita dapat dihinggapi lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi

demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Biasanya paling banyak dua

jenis penyakit, yakni campuran abtara falciparum dan vivax atau malariae. Kadang-

kadang dijumpai tiga jenis parasit sekaligus, meskipun hal ini jarang sekali terjadi.

Infeksi campuran biasanya terdapat didaerah yang tinggi angka penularannya.

Penyakit malaria sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan dengan

morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Malaria dapat ditemui hampir di seluruh

dunia, terutama Negara-negara beriklim tropis dan subtropics. Setiap tahunnya

ditemukan 300-500 juta kasus malaria yang mengakibatkan 1,5-2,7 juta kematian

terutama di negara-negara benua Afrika. (1,2,3)

Upaya untuk menanggulangi malaria di daerah endemis terus dilakukan.

Upaya penatalaksanaan penyakit malaria memerlukan informasi berdasarkan eviden

3

Page 4: Tugas Bahasa Indonesia Kti

yang akurat dari lapangan. Dengan melakukan diagnosis parasitologi atau secara

mikroskopis merupakan pilihan yang terbaik untuk diagnosis yang tepat. Namun,

banyak daerah endemis yang tidak memiliki fasilitas serta alat untuk mengujis

penyakit malaria secara diagnosis parasitology. Gejala dan tanda klinis menjadi

alternatif diagnosis malaria bagi daerah endemis yang memiliki keterbatasan

pemeriksaan mikroskopik dalam mencegah penularan dan komplikasi penyakit

malaria.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Bagaimana cara diagnosa dini dengan menggunakan diagnosis klinis ?

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

1.2.1 Tujuan dari penulisan ini adalah :

1.2.1.1 Mengetahui manifestasi klinis, parasitologi dan pathogenesis dari

penyakit malaria yang menunjang evaluasi dari jenis tes yang telah diterapkan

sebagai diagnosa dini.

1.2.1.2 Mengetahui berbagai tes yang menunjang diagnosis penyakit malaria

1.2.1.3 Mengetahui kelemahan dan kelebihan dari berbagai tes yang telah ada

untuk Diabetes Melitus

1.2.2 Adapun manfaat dari penulisan karya tulis ini adalah :

1.2.2.1 Bagi Peneliti

1.2.2.1.1 Memperluas cakrawala informasi dan mengembangkan ilmu

pengetahuan pembaca karya tulis ini penyakit malaria

4

Page 5: Tugas Bahasa Indonesia Kti

1.2.2.1.2 Sebagai salah satu bentuk evaluasi lebih lanjut tentang diagnosa

dini yang efektif terhadap penyakit malaria

1.2.2.2 Bagi Lembaga Kesehatan

1.2.2.2.1 Memberikan evaluasi kepada pihak rumah sakit atau yang

menangani penyakit malaria agar memperbaiki kelemahan pada tes

penyakit malaria.

1.2.2.3 Bagi Masyarakat

1.2.2.3.1 Mencegah timbulnya komplikasi Penyakit malaria dengan

menggunakan diagnosis klinis

5

Page 6: Tugas Bahasa Indonesia Kti

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Penyakit Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasite yang

merupakan golongan plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel

darah merah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan

nyamuk anopheles betina. Malaria merupakan salah satu penyakit yang tersebar di

beberapa wilayah di dunia. Umumnya tempat-tempat yang rawan malaria terdapat

pada Negara-negara berkembang dimana tidak memiliki tempat penampungan

atau pembuangan air yang cukup, sehingga menyebabkan air menggenang dan

dapat dijadikan sebagai tempat ideal nyamuk untuk bertelur. Malaria disebabkan

oleh parasit dari genus plasmodium. Ada empat jenis plasmodium yang dapat

menyebabkan malaria, yaitu Plasmodium falciparum dengan masa inkubasi 7-14

hari, Plasmodium vivax dengan masa inkubasi 8-14 hari, Plasmodium oval

dengan masa inkubasi 8-14 hari, dan Plasmodium malariae dengan masa inkubasi

7-30 hari . Jenis baru ditemuka Plasmodium knewlesi. Parasit-parasit tersebut

ditularkan pada manusia melalui gigitan seekor nyamuk dari genus anopheles.

Gejala yang ditimbulkan antara lain adalah demam, anemia, panas dingin, dan

keringat dingin. Untuk mendiagnosa seseorang menderita malaria adalah dengan

memeriksa ada tidaknya plasmodium pada sampel darah. Namun yang seringkali

ditemui dalam kasus penyakit malaria adalah Plasmodium falciparum dan

Plasmodium vivax.

2.2 Jenis-Jenis serta Penyebab Penyakit Malaria

Secara parasitologi dikenal 4 genus Plasmodium dengan karakteristik klinis yang

berbeda bentuk demamnya, yaitu :

6

Page 7: Tugas Bahasa Indonesia Kti

2.2.1 Plasmodium vivax, secara klinis dikenal sebagai Malaria tertiana

disebabkan serangan demamnya yang timbul setiap 3 hari sekali. Masa

inkubasi 8-14 hari.

2.2.2 Plasmodium malariae, secara klinis juga dikenal juga sebagai Malaria

Quartanakarena serangan demamnya yang timbul setiap 4 hari sekali.

Masa inkubasi 7-30 hari.

2.2.3 Plasmodium ovale, secara klinis dikenal juga sebagai Malaria Ovale

dengan pola demam tidak khas setiap 1-2 hari sekali.

2.2.4 Plasmodium falciparum, secara klinis dikenal sebagai Malaria tropicana

atau Malaria tertiana maligna sebab serangan demamnya yang biasanya

timbul setiap 3 hari sekali dengan gejala yang lebih berat dibandingkan

infeksi oleh jenis plasmodium lainnya. Masa inkubasi 7-14 hari.

Secara epidemiologi, spesies yang terbanyak dijumpai di Indonesia adalah

Plasmodium falciparum dan vivax. Penyakit malaria dapat berlangsung akut maupun

kronik dan tanpa komplikasi atau disertai komplikasi sistemik atau malaria berat.

Salah satu jenis malaria komplikasiadalah malaria serebral. Plasmodium falciparum

adalah jenis yang paling sering memberi komplikasi malaria serebral dengan angka

kematian yang tinggi. Dalam kejadiannya ada beberapa penyebab yang menjadi

faktor penting, seperti faktor manusia, vektor, parasit, dan faktor lingkungan yang

mempengaruhi siklus biologi nyamuk

2.3 Siklus Hidup Parasit Malaria

2.3.1      Siklus Hidup Plasmodium, Siklus aseksual

Sporozoit infeksius dari kelenjar ludah nyamuk anopheles betina dimasukkan

kedalam darah manusia melalui tusukan nyamuk tersebut. Dalam waktu tiga

puluh menit jasad tersebut memasuki sel-sel parenkim hati dan dimulai

7

Page 8: Tugas Bahasa Indonesia Kti

stadium eksoeritrositik dari pada daur hidupnya. Didalam sel hati parasit tumbuh

menjadiskizon dan berkembang menjadi merozoit (10.000-30.000 merozoit,

tergantung spesiesnya). Sel hati yang mengandung parasit pecah

dan merozoit keluar dengan bebas, sebagian di fagosit. Oleh karena prosesnya

terjadi sebelum memasuki eritrosit maka disebut

stadium preeritrositik atau eksoeritrositik yang berlangsung selama 2 minggu.

Pada P. Vivax dan Ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang

menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang

disebut hipnozoit. Hipnozoitdapat tinggal didalam hati sampai bertahun-tahun.

Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat

menimbulkan relaps (kekambuhan).

Siklus eritrositik dimulai saat merozoit memasuki sel-sel darah merah. Parasit

tampak sebagai kromatin kecil, dikelilingi oleh sitoplasma yang membesar,

bentuk tidak teratur dan mulai membentuk tropozoit, tropozoit berkembang

menjadi skizon muda, kemudian berkembang menjadi skizon matang dan

membelah banyak menjadi merozoit. Dengan selesainya pembelahan tersebut sel

darah merah pecah dan merozoit, pigmen dan sisa sel keluar dan memasuki

plasma darah. Parasit memasuki sel darah merah lainnya untuk mengulangi

siklus skizogoni. Beberapa merozoit memasuki eritrosit dan

membentuk skizondan lainnya membentuk gametosit yaitu bentuk seksual

(gametosit jantan dan betina) setelah melalui 2-3 siklus skizogoni darah.

2.3.2      Siklus Hidup Plasmodium, Siklus seksual

Terjadi dalam tubuh nyamuk apabila nyamuk anopheles betina menghisap darah

yang mengandunggametosit. Gametosit yang bersama darah tidak dicerna.

Pada makrogamet (jantan) kromatin membagi menjadi 6-8 inti yang bergerak

kepinggir parasit. Dipinggir ini beberapa filamen dibentuk seperti cambuk dan

bergerak aktif disebut mikrogamet. Pembuahan terjadi karena masuknya

mikrogamet kedalam makrogamet untuk membentuk zigot. Zigot berubah bentuk

seperti cacing pendek disebut ookinet yang dapat menembus lapisan epitel dan

8

Page 9: Tugas Bahasa Indonesia Kti

membran basal dinding lambung. Ditempat ini ookinet membesar dan disebut

ookista.Didalam ookista dibentukribuan sporozoit danbeberapa sporozoit menem

bus kelenjar nyamuk dan bila nyamuk menggigit/ menusuk manusia maka

sporozoit masuk kedalam darah dan mulailah siklus pre eritrositik.

2.4 Tanda dan Gejala yang dapat dikatakan tanda penyakit malaria

Tanda dan Gejala Penyakit Malaria

Menurut berat-ringannya tanda-tanda dan gejalanya , gejala malaria dapat dibagi

menjadi 2 jenis:

1. Gejala malaria ringan (malaria tanpa komplikasi)

Meskipun disebut malaria ringan, sebenarnya gejala yang dirasakan penderitanya cukup

menyiksa. Gejala malaria yang utama yaitu: demam dan menggigil, juga dapat

disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot atau pegal-pegal. Gejala-

gejala yang timbul dapat bervariasi tergantung daya tahan tubuh penderita dan gejala

spesifik dari mana parasit berasal. Gejala malaria ini terdiri dari tiga stadium berurutan

yang disebut trias malaria, yaitu :

a. Stadium dingin (cold stage)

berlangsung kurang kebih 15 menit sampai dengan 1 jam. Dimulai dengan menggigil dan

perasaan sangat dingin, gigi gemeretak, denyut nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-

jari pucat kebiru-biruan (sianotik), kulit kering dan terkadang disertai muntah.

b.      Stadium demam (hot stage)

berlangsung lebih dari 2 hingga 12 jam. Penderita merasa kepanasan (fever). Muka

merah, kulit kering, sakit kepala dan sering kali mual muntah . Nadi menjadi kuat

kembali, merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat hingga 41o C atau lebih.

Pada anak-anak, suhu tubuh yang sangat tinggi dapat menimbulkan kejang-kejang.

c. Stadium berkeringat (sweating stage)

9

Page 10: Tugas Bahasa Indonesia Kti

berlangsung lebih dar 2 hingga 4 jam. Penderita berkeringat sangat banyak. Suhu tubuh

kembali turun, kadang-kadang sampai di bawah normal. Setelah itu biasanya penderita

beristirahat hingga tertidur. Setelah bangun tidur penderita merasa lemah tetapi tidak

ada gejala lain sehingga dapat kembali melakukan kegiatan sehari-hari. Gejala mungkin

berupa koma atau pinsan, kejang-kejang sampai tidak berfungsinya ginjal. Kadang

kadang gejalanya mirip kolera atau disentri.

2. Gejala malaria berat (malaria dengan komplikasi)

Penderita dikatakan menderita malaria berat bila di dalam darahnya ditemukan parasit

malaria melalui pemeriksaan laboratorium Sediaan Darah Tepi atau Rapid Diagnostic

Test (RDT) dan disertai memiliki satu atau beberapa gejala/komplikasi berikut ini:

a. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat (mulai dari koma sampai penurunan kesadaran lebih ringan dengan manifestasi seperti: mengigau, bicara salah, tidur terus, diam saja, tingkah laku berubah).

b. Keadaan umum yang sangat lemah (tidak bisa duduk/berdiri).

c. Kejang-kejang.

d. Panas sangat tinggi.

e. Mata atau tubuh kuning.

f. Tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir kering, produksi air seni berkurang) Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan.

g. Nafas cepat atau sesak nafas

2.5 Tes pemeriksaan penyakit malaria

1.      Pemeriksaan tetes darah untuk malaria

Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat

penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negative

tidak mengenyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi tiga kali dan

hasil negative maka diagnosa malaria dapat dikesampingkan. Adapun pemeriksaan

darah tepi dapat dilakukan melalui :

10

Page 11: Tugas Bahasa Indonesia Kti

a.      Tetesan preparat darah tebal.

Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan darah cukup

banyak dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan mudah dibuat khususnya untuk

studi di lapangan. Ketebalan dalam membuat sediaan perlu untuk memudahkan

identifikasi parasit. Pemeriksaan parasit dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100

lapang pandangan dengan pembesaran kuat). Preparat dinyatakan negative bila

setelah diperiksa 200 lapang pandangan dengan pembesaran 700-1000 kali tidak

ditemukan parasit. Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal dengan

menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Bila leukosit 10.000/ul maka hitung

parasitnya ialah jumlah parasit dikalikan 50 merupakan jumlah parasit per mikro-liter

darah.

b.      Tetesan preparat darah tipis.

Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila dengan preparat darah tebal sulit

ditentukan. Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit (parasite count),

dapat dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel

darah merah. Bila jumlah parasit > 100.000/ul darah menandakan infeksi yang berat.

Hitung parasit penting untuk menentukan prognosa penderita malaria. Pengecatan

dilakukan dengan pewarnaan Giemsa, atau Leishman’s, atau Field’s dan juga

Romanowsky. Pengecatan Giemsa yang umum dipakai pada beberapa laboratorium

dan merupakan pengecatan yang mudah dengan hasil yang cukup baik.

2.      Tes Antigen : p-f test

Yaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine Rich Protein II). Deteksi

sangat cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik,

tidak memerlukan alat khusus. Deteksi untuk antigen vivaks sudah beredar dipasaran

yaitu dengan metode ICT. Tes sejenis dengan mendeteksi laktat dehidrogenase dari

plasmodium (pLDH) dengan cara immunochromatographic telah dipasarkan dengan

nama tes OPTIMAL. Optimal dapat mendeteksi dari 0-200 parasit/ul darah dan dapat

membedakan apakah infeksi P.falciparum atau P.vivax. Sensitivitas sampai 95 % dan

11

Page 12: Tugas Bahasa Indonesia Kti

hasil positif salah lebih rendah dari tes deteksi HRP-2. Tes ini sekarang dikenal

sebagai tes cepat (Rapid test).

3.      Tes Serologi

Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai tekhnik indirect

fluorescent antibody test. Tes ini berguna mendeteksi adanya antibody specific

terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang

bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab antibody baru terjadi setelah beberapa hari

parasitemia. Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat uji

saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap sebagai infeksi baru ; dan test > 1:20

dinyatakan positif . Metode-metode tes serologi antara lain indirect

haemagglutination test, immunoprecipitation techniques, ELISA test, radio-

immunoassay.

4.      Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)

Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan tekhnologi amplifikasi DNA, waktu

dipakai cukup cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini

walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tes ini baru

dipakai sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin.

12

Page 13: Tugas Bahasa Indonesia Kti

BAB III

METODE PENULISAN

Uraian metode penulisan yang disajikan merupakan metode studi pustaka,

bukan uraian tentang metode penelitian.Penulisan dilakukan mengikuti metode yang

benar dengan penguraian secara cermat melalui pendekatan berikut:

1. Perumusan masalah

Ide perumusan masalah dilatarbelakangi oleh fakta dan hal yang belum

terpecahkan terkait jenis diagnosis diabetes mellitus tipe 2 yang lebih efektif dari

diagnosis yang sebelumnya sebagai diagnosis dini.

2. Pengumpulan data dan informasi

Pengumpulan data dan informasi didapatkan melalui buku dan jurnal-

jurnal ilmiah hasil penelitian.

3. Pengolahan data dan informasi

Dalam karya tulis ini, data dan informasi yang diverifikasikan lebih lanjut

terbatas pada bukti yang menunjukkan jenis-jenis diagnosa diabetes melitus tipe 2

dan membuat jenis diagnosis yang lebih efektif.

4. Analisis dan sintesis

Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul, dilakukan pengelolaan

data dengan menyusun secara sistematis dan logis. Teknis analisis data yang

dipergunakan adalah analisis deskriptif argumentasi. Metode pengutipan

kepustakaan yang digunakan adalah teknik Vancouver.

5. Penarikan kesimpulan

Kesimpulan diambil berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan dan

menjawab rumusan permasalahan.

13

Page 14: Tugas Bahasa Indonesia Kti

6. Merumuskan saran atau rekomendasi

Saran yang dirumuskan merupakan prediksi transfer gagasan sebagai

usulan dan penelitianlebih lanjut yang relevan dengan topik yang diangkat pada

karya tulis ini demi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

14

Page 15: Tugas Bahasa Indonesia Kti

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Penelitian terhadap Diagnosis Klinis Sebagai Patokan Diagnosa Dini

Penyakit Malaria

Menggigil yang timbul karena kompensasi tubuh terhadap demam terjadi

dengan ciri suhu tubuh relatif lebih tinggi dibandingkan suhu lingkungan

sehingga penderita merasa kedinginan hebat. Menggigil terjadi setelah skizon

dalam eritrosit pecah dan keluar zat-zat antigenik yang menimbulkan menggigil.

Gejala ini merupakan stadium awal penyakit malaria yang ditandai dengan

perasaan kedinginan sehingga penderita sering membungkus diri dengan selimut

atau sarung yang berlangsung sekitar 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan

meningkatnya temperatur. Pada Penelitian mengemukakan bahwa gejala

menggigil dapat digunakan untuk skrining awal malaria karena berhubungan

bermakna dengan hasil pemeriksaan mikroskopik. Gejala ini mempunyai nilai

sensitivitas yang paling tinggi yaitu 74,4% dan akurasi sebesar 66,0%.

Selanjutnya dengan uji multivariat diperoleh gejala menggigil adalah gejala

paling bermakna sehingga dapat dijadikan sebagai prediktor dalam mendiagnosis

klinis malaria. Hasil penelitian lainnya juga mengemukakan bahwa gejala

menggigil merupakan gejala yang dapat digunakan untuk skrining awal malaria

karena gejala ini bermakna dengan hasil pemeriksaan mikroskopik yang

memiliki nilai sensitivitas lebih rendah 68,14% sehingga jumlah penderita

suspect malaria yang tidak menggigil tetapi dengan hasil mikroskopik positif

lebih tinggi (31,86%). Gejala ini merupakan faktor prediksi yang baik dalam

menetapkan malaria karena mempunyai nilai kemaknaan yang cukup baik pada

uji multivariat dan ditemukan nilai duga positif yang cukup tinggi (85,80%).2

15

Page 16: Tugas Bahasa Indonesia Kti

Sakit kepala merupakan manifestasi klinis pelepasan berbagai faktor

pemicu nyeri dari dalam eritrosit yang keluar karena merozoit yang lepas.

Penelitian ini menunjukkan bahwa hasil yang signifikan antara gejala sakit

kepala dengan hasil pemeriksaan mikroskopik. Gejala ini mempunyai nilai

sensitivitas 92,3% dan akurasi 59,3%, tetapi nilai spesifisitasnya 23,6% sehingga

nilai positif palsu menjadi tinggi (76,4%). Hal ini berarti bahwa banyak yang

bukan penderita malaria menunjukkan gejala sakit kepala karena gejala sakit

kepala dapat disebabkan oleh faktor lain. Penelitian sebelumnya tentang gejala

sakit kepala menemukan nilai sensitivitas yang lebih rendah (75,98%) sehingga

penderita suspect malaria yang tidak mengalami sakit kepala tetapi dengan hasil

positif secara mikroskopik lebih tinggi (24,02%). Gejala ini bermakna secara

bivariat dengan hasil pemeriksaan mikroskopik. 2

Nyeri otot/tulang merupakan manifestasi klinis pengeluaran zat pemicu

sakit yang keluar bersama merozoit ketika eritrosit pecah. Nyeri otot/tulang

disebabkan oleh pelepasan histamin dan TNF α yang menyebabkan peningkatan

suhu tubuh dan berakibat sensasi nyeri otot/tulang. TNF dan IL-1 bersifat

fisiologis dan metabolis yang bersamaan dengan nyeri tubuh dan gejala klinis

yang lain. Penelitian ini menunjukkan bahwa hasil yang signifikan antara nyeri

otot/tulang dengan hasil pemeriksaan mikroskopik. Nilai sensitivitas gejala nyeri

otot/tulang adalah 73,1% sehingga diperoleh penderita suspectmalaria yang tidak

mengalami nyeri otot/tulang tetapi hasil secara mikroskopik positif adalah

26,9%. Nilai spesifisitas yang diperoleh adalah 54,2% sehingga penderita suspect

malaria yang mengalami nyeri otot/tulang tetapi dengan hasil mikroskopik

negatif adalah 45,8%.2

Pusing adalah salah satu gejala lain yang sering dikeluhkan penderita

malaria dengan stadium demam. Rasa pusing yang sering digolongkan sebagai

sakit kepala ringan karena gangguan alat keseimbangan tubuh yang

mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan

posisi yang dipersepsikan oleh susunan saraf pusat akibat rangsangan yang

16

Page 17: Tugas Bahasa Indonesia Kti

berlebihan. Nilai sensitivitas gejala pusing adalah 33,3% sehingga penderita

suspectmalaria yang tidak mengalami pusing tetapi hasil pemeriksaan

mikroskopik positif adalah 66,7% dan nilai spesifisitas adalah 38,9%. Hal ini

berarti penderita suspectmalaria yang mengalami pusing tetapi hasil pemeriksaan

mikroskopik negatif adalah 61,1%. Hal ini dimungkinkan karena gejala pusing

dapat disebabkan oleh faktor lain. Pada penelitian sebelumnya diperoleh nilai

sensitivitas yang lebih rendah (30,4%) sehingga penderita suspectmalaria yang

tidak mengalami pusing dengan hasil mikroskopik positif lebih tinggi (69,6%)

dan ditemukan bahwa gejala lain termasuk gejala pusing berhubungan bermakna

dengan pemeriksaan mikroskopik tetapi tidak bermakna pada uji multivariat. 2

Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang

mengeluarkan bermacam-macam antigen yang akan merangsang sel-sel

makrofag, manosit, atau limfosit mengeluarkan berbagai macam sitokin antara

lain TNF. TNF akan dibawa aliran darah ke hipotalamus yang merupakan pusat

pengatur suhu sehingga terjadi demam. Proses skizogoni pada keempat

plasmodium memerlukan waktu yang berbeda-beda.Penelitian ini menunjukkan

hasil yang signifikan antara tanda klinis demam dengan hasil pemeriksaan

mikroskopik. Nilai sensitivitas tanda klinis demam diperoleh sebesar 24,4%,

dengan demikian penderita suspectmalaria yang tidak mengalami demam tetapi

hasil pemeriksaan mikroskopik positif adalah 75,6%, mungkin pada saat

penderita berobat suhu badan sudah turun. Nilai spesifisitas adalah 52,8%, yang

berarti penderita suspectmalaria yang mengalami demam tetapi hasil

pemeriksaan mikroskopik negatif adalah 47,2%. Selanjutnya dengan uji

multivariat diperoleh demam berhubungan secara negatif dengan hasil

pemeriksaan mikroskopik. Penelitian sebelumnya diperoleh nilai sensitivitas

yang lebih tinggi (86,6%) Menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara

tanda klinis demam berdasarkan pengukuran suhu tubuh dengan pemeriksaan

mikroskopik. 2

17

Page 18: Tugas Bahasa Indonesia Kti

Anemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan kadar zat

warna merah dalam eritrosit yang disebut sebagai hemoglobin. Anemia terjadi

karena sporulasi dan destruksi eritrosit sehingga infeksi parasit yang berlangsung

berulang atau bahkan berlangsung terusmenerus dalam waktu lama dapat

menimbulkan kehilangan hemoglobin. Tanda klinis ini terjadi terutama karena

eritrosit yang terinfeksi pecah. Plasmodium falcifarummenginfeksi seluruh

stadium eritrosit sehingga anemia dapat terjadi pada infeksi akut dan kronis,

sedangkan Plasmodium vivaxhanya menginfeksi eritrosit muda yang berjumlah

2% dari seluruh jumlah eritrosit sehingga anemia terjadi hanya pada infeksi

kronis. Penderita akan mengalami anemia yang dapat berbentuk anemia

hipokromik mikrositik atau anemia hipokromik normositik. Berdasarkan uji chi

square didapatkan hasil yang signifikan antara anemia dengan hasil pemeriksaan

mikroskopik. Nilai sensitivitas tanda klinis anemia adalah 76,9% sehingga

diperoleh penderita suspectmalaria yang tidak mengalami anemia tetapi hasil

pemeriksaan mikroskopik positif adalah 23,1%. Nilai spesifisitas yang ditemukan

adalah 59,7% sehingga penderita suspectmalaria yang mengalami anemia tetapi

dengan hasil pemeriksaan mikroskopik negatif adalah 40,3% sedangkan nilai

akurasi cukup tinggi yaitu sebesar 68,7%. Diperoleh bahwa anemia merupakan

tanda klinis yang paling berhubungan dengan hasil pemeriksaan mikroskopik

sehingga dapat dijadikan sebagai prediktor dalam mendiagnosis klinis

malaria. 2

Pembesaran limfa atau splenomegali adalah satu dari tiga tanda

karakteristik utama infeksi malaria (demam, anemia, dan splenomegali). Akibat

hiperaktivitas limfa terhadap adanya infeksi parasit malaria maka terjadi

splenomegali. Splenomegali sering ditemukan pada kasus malaria akut dan

kronis terutama terlihat pada anak-anak umur 2 sampai 9 tahun yang

menunjukkan infeksi kronis dan berulang. Splenomegali jarang terjadi pada

orang dewasa di daerah endemik seiring terbentuk imunitas. Splenomegali juga

merupakan petunjuk endemisitas yang dihitung dengan Spleen Rate. Berdasarkan

18

Page 19: Tugas Bahasa Indonesia Kti

uji chi squaredidapatkan hasil yang signifikan antara splenomegali dengan hasil

pemeriksaan mikroskopik. Nilai spesifisitas splenomegali cukup tinggi yaitu

97,2% yang akan menekan angka sensitivitas menjadi rendah sehingga angka

negatif palsu menjadi tinggi.Hal ini berarti bahwa banyak penderita malaria yang

tidak ada splenomegali. 2

B. Gejala klinis Sebagai Diagnosa Penyakit Malaria

Gejala dan tanda klinis yaitu: 1) demam, timbul bersamaan dengan

pecahnya skizon darah yang mengeluarkan bermacam antigen dan merangsang

sel-sel makrofag, monosit atau limfosit yang mengeluarkan berbagai macam

sitokin antara lain tumor nekrosis faktor (TNF) α. TNF α akan dibawa aliran

darah ke hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh dan terjadi

demam; 2) menggigil merupakan tanda khas demam yang dialami penderita

malaria yakni panas tinggi yang timbul dikompensasi oleh tubuh sehingga

penderita menggigil; 3) sakit kepala merupakan akibat dari lepasnya mastosit dan

TNF α, selain menimbulkan demam juga menimbulkan sakit kepala; 4) nyeri

otot/tulang juga diakibatkan lepasnya mastosit dan TNF αyang bermanifestasi

pada nyeri otot/tulang; 5) mual merupakan gejala yang timbul sebagai reaksi

gastrointestinal akibat infeksi plasmodium; 6) muntah merupakan kelanjutan dari

kondisi mual yang meningkat menjadi rangsangan terhadap lambung untuk

mengeluarkan isinya; 7) pusing merupakan gejala lain yang muncul pada

penderita suspectmalaria; 8) suhu tubuh tinggi/demam merupakan tanda klinis

akibat reaksi tubuh terhadap adanya benda asing karena adanya pelepasan

histamin dan TNF α yang menimbulkan peningkatan suhu tubuh diatas 37,5°C;

9) anemia merupakan tanda klinis akibat pecahnya sel darah merah (eritrosit)

selama terjadinya segmentasi parasit yang ditandai dengan menurunnya kadar

hemoglobin (Hb) darah di bawah 11,5 g/dl; 10) pembesaran limfa (splenomegali)

19

Page 20: Tugas Bahasa Indonesia Kti

karena adanya invasi parasit dan pembentukan jaringan ikat pada limfa.5

Penentuan diagnosis malaria perlu dikonfirmasi dengan pemeriksaan

mikroskopik untuk meningkatkan validitas diagnosis sehingga

penatalaksanaannya dapat dilakukan dengan tepat. Hal ini dimaksudkan untuk

pemberian obat yang rasional sehingga dapat mengurangi kejadian resistensi obat

anti malaria dan mencegah penularan.2

C. Kelebihan dan Kekurangan Diagnosis Klinis Sebagai Patokan Diagnosa Dini

Penyakit Malaria

Penyakit malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan dunia

terutama di kawasan tropis dan subtropis negara sedang berkembang. Sekitar 40%

penduduk dunia tinggal di daerah endemis malaria. Upaya penanggulangan

penyakit malaria di daerah endemis tinggi terus dilakukan, tetapi hasil yang

diperoleh masih belum optimal menurunkan angka kesakitan dan kematian.

Upaya penatalaksanaan penyakit malaria memerlukan informasi berdasarkan

eviden yang akurat dari lapangan. Gejala dan tanda klinis menjadi alternatif

diagnosis malaria bagi daerah endemis yang memiliki keterbatasan pemeriksaan

mikroskopik dalam mencegah penularan dan komplikasi penyakit malaria.

Menyadari akan hal itu maka diharapkan dapat memperoleh besarnya perbedaan

hasil diagnosis malaria secara klinis dengan diagnosis mikroskopik dan

mengetahui hubungan antara gejala dan tanda klinis malaria dengan hasil

pemeriksaan mikroskopik sehingga didapatkan gejala dan tanda klinis yang dapat

dijadikan alat deteksi dini, pengobatan, dan peningkatan sistem surveilans malaria

di Tempat pelayanan kesehatan primer.2

Keadaan penderita penyakit malaria. Meskipun diagnosis klinis

mempunyai kelemahan yakni gejala klinis yang muncul tidak selalu khas malaria

seperti akibat infeksi virus, namun diagnosis malaria secara klinis terutama pada

20

Page 21: Tugas Bahasa Indonesia Kti

daerah endemis dan wilayah yang mempunyai keterbatasan pemeriksaan

mikroskopik sangat diperlukan secara cepat ditegakkan agar dapat dilakukan

penatalaksanaan/pengobatan penderita sehingga dapat mencegah terjadinya

komplikasi/malaria berat dan mengurangi angka kematian.

21

Page 22: Tugas Bahasa Indonesia Kti

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Diagnosis klinis malaria merupakan alternatif diagnosis penyakit malaria yang

cenderung menduga parasit malaria secara mikroskopik dengan diperolehnya hasil

malaria klinis yang positif menderita sebanyak 52%.2 Gejala klinis malaria yang

berhubungan dengan hasil pemeriksaan mikroskopik adalah menggigil, sakit kepala,

dan nyeri otot. Tanda klinis malaria yang berhubungan dengan hasil pemeriksaan

mikroskopik adalah anemia dan splenomegali. Gejala menggigil merupakan gejala

yang berhubungan paling bermakna dengan hasil pemeriksaan mikroskopik dan tanda

klinis yang paling bermakna berhubungan dengan hasil pemeriksaan mikroskopik

adalah anemia. Dalam mendiagnosis malaria secara klinis, gejala menggigil dan tanda

klinis anemia merupakan faktor prediksi penyakit malaria yang baik.

5.2 SARAN

Diagnosis malaria secara klinis dapat dijadikan alternatif penegakan diagnosis

malaria di daerah yang memang tidak terjangkau atau mempunyai keterbatasan dalam

melakukan pemeriksaan mikroskopik. Dalam penegakan diagnosis malaria secara

klinis, gejala menggigil dan tanda klinis anemia merupakan faktor prediksi penyakit

malaria yang baik.

22

Page 23: Tugas Bahasa Indonesia Kti

DAFTAR PUSTAKA

1 (Brunner&Suddarth,2002) sumbernya terlalu lama, kalau bias 10 atau 5 tahun terakhir

2 Data WHO

3 (Kariadi,2009)

4 (Gordon dkk, 2008)

5 Menurut para pakar (sumber abu-abu)

6 berdasarkan data WHO (2008)

7 Menurut IDF

8 (Hutomo, 2009)

9 (Departemen Kesehatan RI,3 2007)

10 mana sumbernya?

11 mana sumbernya?

12 mana sumbernya?

Ahmad H Asdie. Harrison: Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam 3rd ed.

Jakarta: EGC; 2000

Guyton,Hall: Insulin,Glukagon,dan Diabetes Melitus 78:1022-

1027 ,2012

Lee Sherwood: Kelenjar Endokrin Perifer 19:783,2012

Reinhold, Jennifer A. . Grace Earl : Clinical Therapeutics Primer: Link to

the Evidence for the Ambulatory Care Pharmacist : 546, 2012.

23

Page 24: Tugas Bahasa Indonesia Kti

Reno Gustiviani : Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus 422: 1879-

1881,2009

W. F.Ganong: Fungsi Endokrin Pankreas dan Pengaturan Metabolisme

Karbohidrat 9:354,-370 ,2008

.

24