Tugas Ragam Bahasa ( Bahasa Indonesia ).docx
-
Upload
santosoagus237 -
Category
Documents
-
view
355 -
download
3
Transcript of Tugas Ragam Bahasa ( Bahasa Indonesia ).docx
PENGERTIAN, FUNGSI DAN RAGAM BAHASA
Disusun sebagai bentuk syarat pemenuhan tugas pada mata kuliah Bahasa Indonesia
Disusun Oleh :
Agus Santoso ( 201203075 )
Dosen Pengampu :
Hendrian Yonata, SE.,S.Pd.,B.,S.Pd
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BUDDHI
Jl. Imam Bonjol No.41 Karawaci Ilir - Tangerang, Banten, Indonesia - 15115
Telp : ( 021 ) 5517853, Fax : ( 021 ) 5586820
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang memberikan
petunjuknya sehingga dapat diselesaikannya pemenuhan tugas Bahasa Indonesia.
Pengembangan pembelajaran yang ada pada makalah ini dapat senantiasa dilakukan
oleh mahasiswa/i dengan tetap bimbingan dosen. Upaya ini diharapkandapat lebih
mengoptimalkan penguasahaan mahasiswa/i terhadapat kompetensi yang diajarakan.
Dalam menyusun makalah ini, masih banyak kekurangannya. Untuk itu penyusun
mengharapkan tegur, sapa, atau kritik demi perbaikan yang akan datang.
Akhirnya penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantuk dalam menyelesaikan makalah ini,
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Bab 2 Landasan Teori
2.1 Pengertian Bahasa, aspek dan fungsinya
2.1.1 Pengertian Bahasa
2.1.2 Aspek Bahasa
2.1.3 Fungsi Bahasa
2.2 Fungsi Kecerdasan Berbahasa
2.3 Pengertian Ragam Bahasa
2.4 Macam -Macam Ragam Bahasa
2.5 Contoh Ragam Bahasa yang tidak baku dijadikan baku
2.6 Contoh Ragam Bahasa Ilmiah & Non-Ilmiah
2.6.1 Ragam Bahasa Ilmiah
2.6.2 Ragam Bahasa Non-Ilmiah
2.7 Ragam Bahasa Formal & Non-Formal
2.8 Ragam Bahasa yang telah disempurnakan dan belum disempurnakan
Bab 3 Kesimpulan dan Saran
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Bab 4 Sintesis
4.1 Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa Indonesia ialah bahasa yang terpenting di kawasan republik kita. Pentingnya
peranan bahasa itu antara lain bersumber pada ikrar ketiga sumpah pemuda 1928 yang
berbunyi: “ kami poetera dan poeteri Indonesia mendjoen-djoeng bahasa persatoean,
bahasa Indonesia ” dan pada undang-undang dasar 1945 kita yang di dalamnya tercantum
pasal khusus yang menyatakan bahwa “ Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”. Namun, di
samping itu masih ada beberapa alasan lain mengapa bahasa Indonesia menduduki tempat
yang terkemuka diantara beratus-beratus bahasa nusantara yang masing-masing amat penting
bagi penuturnya sebagai bahasa ibu.
Penting tidaknya suatu bahasa dapat juga didasari patokan seperti jumlah penutur,
luas penyebaran, dan peranannya sebagai sarana ilmu, seni sastra, dan pengungkap budaya.
Jika kita menggunakan patokan yang pertama, yaitu jumlah penutur, maka bahasa Indonesia
sebagai bahasa ibu, jumlah penuturnya mungkin tidak sebanyak bahasa Jawa atau bahasa
Sunda. Akan tetapi, jika pada jumlah itu ditambahkan penutur dwibahasawan yang
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama atau bahasa kedua, kedudukannya
dalam deretan jumlah penutur berbagai bahasa di Indonesia ada di peringkat pertama.
Lagipula, hendaknya disadari bahwa jumlah penutur asli bahasa Indonesia lambat laun akan
bertambah. Patokan yang kedua, yakni luas penyebaran, jelas menempatkan bahasa Indonesia
di baris depan. Sebagai bahasa setempat, bahasa itu dipakai orang di daerah pantai timur
Sumatera, di Kepulauan Riau dan Bangka, serta di daerah pantai Kalimantan. Sebagai bahasa
kedua, pemencarannya dapat disaksikan dari ujung barat sampai ke ujung timur dan dari
pucuk utara sampai ke batas selatan negeri kita. Patokan yang ketiga, yakni peranannya
sebagai sarana ilmu, seni sastra, dan pengungkap budaya, menunjukkan bahwa bahasa
Indonesia telah benar-benar menjadi satu-satunya wahana dalam penyampaian ilmu
pengetahuan serta media untuk pengungkapan seni sastra dan budaya bagi semua warga
Indonesia dengan latar belakang budaya serta bahasa daerah yang berbeda-beda. Uraian di
atas memberikan gambaran betapa pentingnya bahasa Indonesia bagi kita. Berdasarkan ketiga
patokan itu, bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang lebih penting dari pada bahasa
daerah. Harus dicatat disini bahwa kedudukannya yang penting itu sekali-kali bukan karena
mutunya sebagai bahasa, bukan karena besar kecilnya jumlah kosakatanya atau keluwesan
dalam tata kalimatnya, dan bukan pula karena kemampuan daya ungkapnya.
Bahasa indonesia adalah alat komunikasi paling penting untuk memepersatukan
seluruh penduduk indonesia. Oleh sebab itu, merupakan alat mengungkapkan diri baik secara
lisan maupun tulisan, dari segi rasa harsa dan cipta serta piker baik secara efektif dan logis.
Semua warga negara indonesia harus mahir dalam menggunakan Bahasa Indonesia karena itu
merupakan kewajiban bergaul di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu kita harus
mahir dalam memajukan kepribadian indonesia didalam maupun diluar negeri.
Kepribadian Indonesia dapat tercipta dari kemahiran berbahasa indonesia, bagi
mahasiswa indonesia semua itu dapat tercermin dalam tata pikir, tata tulis, tata ucapan dan
tata laku. Berbahasa indonesia dalam konteks ilmiah dan akademis, sebagai mahasiswa harus
lebih dapat menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar supaya negeri ini bisa
tetap utuh terjaga. Mahasiswa selain bebahasa indonesia juga dapat menggunakan kalimat
efektif. Kalimat yang disampaikan secara mudah dipahami oleh pembaca.
Bahasa Indonesia perlu diperlajari oleh semua lapisan masyarakat. Tidak hanya
pelajar dan mahasiswa saja, tetapi semua warga indonesia wahib mempelajari bahasa
indonesia. Dalam bahasaan bahasa indonesia itu ada yang disebut ragam bahasa. Dimana
ragam bahasa merupakan variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda. Ada ragam basa
lisan dan ada ragam bahasa tulisan. Disini yang lebih ditekankan adalah ragam bahasa lisan
karena di-era modern ini komunikasi lebih dominan mengunakan komunikasi lisan dalam
kehidupan sehari-hari dikarenakan sangat praktis menyebabkan orang yang menggunakan
komunikasi bahasa lisan tidak teliti dalam berbahasa akibatnya, kita mengalami kesulitan
pada saat menggunakan bahasa tulis atau bahasa yang lebih teratur dan cenderung lebih kaku,
kita akan berbahasa secara terbata-bata atau mencampurkan bahasa yang bukan bahasa
indonesia kedalam kehidupan kita. Padahal bahasa bersifat sangat manipulatif. Kita selalu
dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu
1.2 Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
Pengertian Bahasa, aspek dan fungsinya
Fungsi Kecerdasan Berbahasa
Pengertian Ragam Bahasa
Macam-macam ragam bahasa
Ragam bahasa yang tidak baku dijadikan baku
Ragam bahasa Ilmiah dan Non-Ilmiah
Ragam bahasa Formal dan Non-Formal
Ragam bahasa yang tidak sempurna dijadikan sempurna
1.3 Tujuan
Tujuan makalah ataupun tugas ini untuk mengetahui apa yang dimaksud ragam
bahasa, serta macam-macam ragam bahasa dan fungsi kecerdasan berbahasa
1.4 Manfaat
Manfaat dibuatnya makalah ini adalah :
Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud ragam bahasa
Mahasiswa mengetahui berbagai macam ragam bahasa yang ada di indonesia
Contoh - contoh ragam bahasa
Mahasiswa mengetahui apa saja fungsi kecerdasan berbahasa
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Bahasa, Aspek dan Fungsinya
2.1.1 Pengertian Bahasa
Basaha merupakan suatu bentuk alat komunikasi manusia yang berupa lambang
bunyi melalui alat ucap, dimana setiap suara yang dikeluarkannya memiliki arti.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahasa dinyatakan sebagai sistem bunyi yang arbitrer
yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri.
Bahasa juga dijabarkan oleh beberapa ahli seperti :
- Harimurti Kridalaksana " Bahasa adalah sistem bunyi bermakna yang dipergunakan untuk
komunikasi oleh kelompok manusia."
- Finoechiaro " Bahasa adalah simbol vokal yang arbitrer yang memungkinkan semua orang
dalam suatu kebudayaan tertentu, atau orang lain yang mempelajari sistem kebudayaan itu,
berkomunikasi atau berinteraksi."
2.1.2 Aspek Bahasa
Ada beberapa aspek dalam bahasa yaitu aspek fisik dan aspek sosial :
Aspek Fisik Bahasa
Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa bahasa merupakan suatu bentuk alat
komunikasi manusia yang berupa lambang bunyi melalui alat ucap, dimana setiap
suara yang dikeluarkannya memiliki arti. Maka yang dimaksud aspek fisik bahasa
pada dasarnya mencakup tiga aspek.
1. Aspek Produksi : Bagaimana bunyi itu dihasilkan2. Aspek Akustis : Bagaimana ciri – ciri bunyi bahasa yang diujarkan.
3. Aspek Persepsi Bunyi Bahasa : Bagaimana bunyi bahasa itu dipahami melalui
indra pendengaran.
Untuk menghasilkan bunyi bahasa yang benar diperlukan alat bicara yang normal,
keterampilan dan kemampuan organ alat bicara dalam melakukan artikulasi, serta
kemampuan mengatur pernapasan. Perubahan proses produksi bunyi menghasilkan
perubahan kualitas bunyi (aspek produksi). Sebagai akibat proses artikulasi yang
berbeda pada bahasa – bahasa di dunia ini, bunyi – bunyi bahasa yang dihasilkan
berbagai bahasa itu pun berbeda (aspek akustis). Indra pendengaran mampu
menangkap dan memahami rangkaian bunyi vokal dan konsonan yang membentuk
sebuah tuturan, cepat lambat tuturan, dan nada tuturan yang dihasilkan oleh seorang
penutur (aspek presepsi bunyi suara).
Aspek Sosial Bahasa
Bahasa mempunyai variasi dan memiliki ragam. Di dalam lingkungan masyarakat,
ada bahasa yang digunakan dan memperlihatkan ciri keakraban atau keintiman.
Bahasa yang ditandai bentuk dan pilihan kata akrab seperti gue, loe, bete. Berikut
termasuk ke dalam ragam intim. Ragam berikutnya dikenal sebagai ragam konsultatif,
yang merupakan ragam bahasa yang digunakan pada saat guru mengajar di kelas.
Cirinya berbeda dengan ragam formal atau resmi. Ragam lain adalah bahasa yang
ditandai ujaran – ujaran baku dan beku sebagaimana yang terdengar dalam acara ritual
dan seremonial.
2.1.3 Fungsi Bahasa
Bahasa selain berfungsi sebagai alat komunikasi manusia, sarana penyampaian informasi,
mengutarakan pikiran, perasaan maupun gagasan, bahasa juga memiliki beberapa fungsi
lainnya seperti :
1. Untuk Tujuan Praktis : mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari.
2. Untuk Tujuan Artistik : manusia mengolah dan menggunakan bahasa dengan
seindah-indahnya guna pemuasan rasa estetis manusia.
3. Untuk Tujuan Filologis : Untuk mempelajari naskah-naskah tua guna menyelidiki
latar belakang sejarah manusia, selama kebudayaan dan
adat-istiadat, serta perkembangan bahasa itu sendiri
4. Sebagai kunci mempelajari pengetahuan-pengetahuan lain, di luar pengetahuan
kebahasaan.
5. Sebagai alat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, karena tanpa adanya bahasa,
maka pengembangan IPTEK pun tidak dapat tumbuh dan berkembang
2.2 Fungsi Kecerdasam Berbahasa
Ada beberapa fungsi kecerdasan berbahasa sebagai berikut :
1. Bahasa sebagai sarana komunikasi
Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat.
Fungsi tersebut digunakan dalam berbagai lingkungan, tingkatan, dan kepentingan
yang beraneka ragam, misalnya : komunikasi ilmiah, komunikasi bisnis, komunikasi
kerja, dan komunikasi sosial, dan komunikasi budaya.
2. Bahasa sebagai sarana integrasi dan adaptasi
Dengan bahasa orang dapat menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan. Misalnya:
integritas kerja dalam sebuah institusi, integritas karyawan dalam sebuah departemen,
integritas keluarga, integritas kerja sama dalam bidang bisnis, integritas berbangsa
dan bernegara.
3. Bahasa sebagai sarana kontrol sosial
Bahasa sebagai kontrol sosial berfungsi untuk mengendalikan komunikasi agar orang
yang terlibat dalam komunikasi dapat saling memahami. Masing – masing mengamati
ucapan, perilaku, dan simbol – simbol lain yang menunjukan arah komunikasi.
Bahasa kontrol ini dapat diwujudkan dalam bentuk : aturan, anggaran dasar, undang –
undang dan lain – lain.
4. Bahasa sebagai sarana memahami diri
Dalam membangun karakter seseorang harus dapat memahami dan mengidentifikasi
kondisi dirinya terlebih dahulu. Ia harus dapat menyebutkan potensi dirinya,
kelemahan dirinya, kekuatan dirinya, bakat, kecerdasan, kemampuan intelektualnya,
kemauannya, tempramennya, dan sebagainya. Pemahaman ini mencakup kemampuan
fisik, emosi, inteligensi, kecerdasan, psikis, karakternya, psikososial, dan lain – lain.
Dari pemahaman yang cermat atas dirinya, seseorang akan mampu membangun
karakternya dan mengorbitkan-nya ke arah pengembangan potensi dan
kemampuannya menciptakan suatu kreativitas baru.
5. Bahasa sebagai sarana ekspresi diri
Bahasa sebagai ekspresi diri dapat dilakukan dari tingkat yang paling sederhana
sampai yang paling kompleks atau tingkat kesulitan yang sangat tinggi. Ekspresi
sederhana, misalnya, untuk menyatakan cinta (saya akan senatiasa setia, bangga dan
prihatin kepadamu), lapar (sudah saatnya kita makan siang).
6. Bahasa sebagai sarana memahami orang lain
Untuk menjamin efektifitas komunikasi, seseorang perlu memahami orang lain,
seperti dalam memahami dirinya. Dengan pemahaman terhadap seseorang, pemakaian
bahasa dapat mengenali berbagai hal mencakup kondisi pribadinya: potensi biologis,
intelektual, emosional, kecerdasan, karakter, paradigma, yang melandasi
pemikirannya, tipologi dasar tempramennya (sanguines, melankolis, kholeris,
flagmatis), bakatnya, kemampuan kreativitasnya, kemempuan inovasinya, motifasi
pengembangan dirinya, dan lain – lain.
7. Bahasa sebagai sarana mengamati lingkungan sekitar
Bahasa sebagai alat untuk mengamati masalah tersebut harus diupayakan kepastian
konsep, kepastian makna, dan kepastian proses berfikir sehingga dapat
mengekspresikan hasil pengamatan tersebut secara pasti. Misalnya apa yang melatar
belakangi pengamatan, bagaimana pemecahan masalahnya, mengidentifikasi objek
yang diamati, menjelaskan bagaimana cara (metode) mengamati, apa tujuan
mengamati, bagaimana hasil pengamatan,. dan apa kesimpulan.
8. Bahasa sebagai sarana berfikir logis
Kemampuan berfikir logis memungkinkan seseorang dapat berfikir logis induktif,
deduktif, sebab – akibat, atau kronologis sehingga dapat menyusun konsep atau
pemikiran secara jelas, utuh dan konseptual. Melalui proses berfikir logis, seseorang
dapat menentukan tindakan tepat yang harus dilakukan. Proses berfikir logis
merupakn hal yang abstrak. Untuk itu, diperlukan bahasa yang efektif, sistematis,
dengan ketepatan makna sehingga mampu melambangkan konsep yang abstrak
tersebut menjadi konkret.
9. Bahasa membangun kecerdasan
Kecerdasan berbahasa terkait dengan kemampuan menggunakan sistem dan fungsi
bahasa dalam mengolah kata, kalimat, paragraf, wacana argumentasi, narasi, persuasi,
deskripsi, analisis atau pemaparan, dan kemampuan mengunakan ragam bahasa secara
tepat sehingga menghasilkan kreativitas yang baru dalam berbagai bentuk dan fungsi
kebahasaan.
10. Bahasa mengembangkan kecerdasan ganda
Selain kecerdasan berbahasa, seseorang dimungkinkan memiliki beberapa kecerdasan
sekaligus. Kecerdasan – kecerdasan tersebut dapat berkembang secara bersamaan.
Selain memiliki kecerdasan berbahasa, orang yang tekun dan mendalami bidang
studinya secara serius dimungkinkan memiliki kecerdasan yang produktif. Misalnya,
seorang ahli program yang mendalami bahasa, ia dapat membuat kamus elektronik,
atau membuat mesin penerjemah yang lebih akurat dibandingkan yang sudah ada.
11. Bahasa membangun karakter
Kecerdasan berbahasa memungkinkan seseorang dapat mengembangkan karakternya
lebih baik. Dengan kecerdasan bahasanya, seseorang dapat mengidentifikasi
kemampuan diri dan potensi diri. Dalam bentuk sederhana misalnya : rasa lapar, rasa
cinta. Pada tingkat yang lebih kompleks , misalnya : membuat proposal yang
menyatakan dirinya akan menbuat suatu proyek, kemampuan untuk menulis suatu
laporan.
12. Bahasa Mengembangkan profesi
Proses pengembangan profesi diawali dengan pembelajaran dilanjutkan dengan
pengembangan diri (kecerdasan) yang tidak diperoleh selama proses pembelajaran,
tetapi bertumpu pada pengalaman barunya. Proses berlanjut menuju pendakian
puncak karier / profesi. Puncak pendakian karier tidak akan tercapai tanpa komunikasi
atau interaksi dengan mitra, pesaing dan sumber pegangan ilmunya. Untuk itu semua
kaum profesional memerlukan ketajaman, kecermatan, dan keefektifan dalam
berbahasa sehingga mempu menciptakan kreatifitas baru dalam profesinya.
13. Bahasa sarana menciptakan kreatifitas baru
Bahasa sebagai sarana berekspresi dan komunikasi berkembang menjadi suatu
pemikiran yang logis dimungkinkan untuk mengembangkan segala potensinya.
Perkembangan itu sejalan dengan potensi akademik yang dikembangkannya. Melalui
pendidikan yang kemudian berkembang menjadi suatu bakat intelektual. Bakat alam
dan bakat intelektual ini dapat berkembang spontan menghasilkan suatu kretifitas
yang baru.
2.3 Pengertian Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut
topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan,
serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Ragam bahasa yang oleh penuturnya
dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di
kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam
suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa
baku atau ragam bahasa resmi.
Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia,
timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam
situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa
baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak
dituntut menggunakan bahasa baku.
2.4 Macam - Macam Ragam Bahasa
1. Ragam Bahasa Ilmiah
karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi
penulisan yang baik dan benar.
Jenis karangan ilmiah :
Makalah : Karya tulis yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya
berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif
(menurut bahasa, makalah berasal dari bahasa Arab yang berarti
karangan).
Kertas kerja : Makalah yang memiliki tingkat analisis lebih serius, biasanya
disajikan dalam lokakarya.
Skripsi : Karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasar
pendapat orang lain.
Tesis : Karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam daripada skripsi.
Disertasi : Karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat
dibuktikan oleh penulis berdasar data dan fakta yang sahih dengan
analisi yang terinci.
2. Ragam Bahasa Non Ilmiah
Non Ilmiah (Fiksi) adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta pribadi
dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Satu ciri yang pasti
ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu
dalam praktik penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti
penokohan, plot, konflik, klimaks, setting dan lainnya. Bentuk karangan non ilmiah
adalah dongeng, cerpen, novel, roman, anekdot, hikayat, cerber, puisi dan naskah
drama.
3. Ragam Bahasa Semi Ilmiah
Semi ilmiah adalah karangan ilmu pengatahun yang menyajikan fakta umum dan
menurut metodologi penulisan yang baik dan benar, ditulis dengan bahasa konkret,
gaya bahasanya formal, kata-katanya tekhnis dan didukung dengan fakta umum yang
dapat dibuktikan benar atau tidaknya atau sebuah penulisan yang menyajikan fakta
dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannya pun tidak semi formal tetapi tidak
sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering dimasukkan
karangan non ilmiah. Maksud dari karangan non ilmiah tersebut ialah karena jenis
semi ilmiah masih banyak digunakan misal dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat,
novel, roman dan cerpen. Karakteristiknya adalah berada diantara ilmiah. Bentuk
karangan semi ilmiah yaitu artikel, editorial, opini, tips, reportase dan resensi buku.
Resensi buku adalah bentuk konbinasi antara uraian, ringkasan dan kritik objektif
terhadap sebuah buku. Klasifikasi pembuatan resensi buku ilmiah yaitu ringkasan,
deskripsi, kritik, apresiasi, dan praduga.
4. Ragam bahasa sastra
ragam bahasa yang banyak menggunakan kalimat tidak efektif. Penggambaran yang
sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai dalam
ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta pencitraan di dalam imajinasi
pembaca.
Ciri-ciri ragam bahasa sastra :
Menggunakan kalimat yang tidak efektif,
menggunakan kalimat yang tidak baku, dan
danya rangkaian kata yang bermakna konotasi
5. Ragam Bahasa Lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan
fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa,
kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan
tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk
mengungkapkan ide. Contoh ragam lisan antara lain meliputi:
Ragam bahasa cakapan
Ragam bahasa pidato
Ragam bahasa kuliah
Ragam bahasa panggung
6. Ragam Bahasa Tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan
dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata
cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain
dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti
bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan
ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide. Contoh ragam lisan
antara lain meliputi:
Ragam bahasa teknis
Ragam bahasa undang-undang
Ragam bahasa catatan
Ragam bahasa surat
2.5 Contoh Ragam Bahasa Tidak Baku dijadikan Baku
Berikut beberapa contoh bahasa baku dan non baku :
atap - atep
habis - abis
dengan - dengen
senin - senen
mantap - mantep
hilang - ilang
dalam – dalem
Bahasa baku dan non baku ini dapat pula digunakan dalam sebuah kalimat efektif,
contohnya :
A. Bahasa Baku
Pulau Buton banyak menghasilkan aspal.
Tindakan-tindakan itu menyebabkan penduduk merasa tidak aman dan keluarganya
merasa tidak aman.
B. Bahasa Tidak Baku
Di pulau Buton banyak menghasilkan aspal.
Tindakan-tindakan itu menyebabkan penduduk merasa tidak aman dan
keluarganya.
2.6 Contoh Ragam Bahasa Ilmiah dan Non-Ilmiah
2.6.1 Ragam Bahasa Ilmiah
Artikel ilmiah adalah artikel yang memiliki nilai atau memenuhi kaidah (syarat)
keilmuan. Artinya artikel ilmiah menggunakan metode ilmiah dalam membahas
permasalahan, menyajikan kajian dengan ragam bahasa dan tata tulis ilmiah, dan
menggunakan prinsip-prinsip keilmuan pada umumnya seperti objektif, logis, empiris,
sistematis. Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dapat
diartikan sebagai karya tulis lengkap. Misalnya laporan berita atau essai dalam
majalah atau surat kabar. Artikel imiah juga dapat diartikan sebagai hasil berpikir
ilmiah yang didasarkan pada rencana yang relatif matang karena akan memudahkan
penulis untuk mewujudkan teks artikel.
Puspandari (2008:10) dalam karyanya menuturkan ragam bahasa ilmu yangditunjukkan pada
bagan berikut.
Ciri dan Karakter Bahasa Indonesia Ilmiah
Puspandari (2008:10) mengungkapkan bahwa ragam ilmu memiliki sifat sabagai berikut:
1) Baku
Ragam bahasa ilmu termasuk ragam bahasa baku. Oleh karena itu,
ragam bahasa ilmu mengikuti kaidah - kaidah baku , yakni EYD, dan dalam ragam lisan
menggunakan ucapan yang baku, menggunakan kata-kata, struktur frasa dan kalimat yang
baku atau sudah dibakukan.
Contoh: Dikarenakan kekurangan dana, modal, tenaga ahli, dan lain sebagainya, maka
proyek pembangunan sarana telekomunikasi di Indonesia bagian timur kita terpaksa
serahkan kepada penguasa asing (Tidak Baku) Pada kalimat di atas terdapat kata dan
struktur yang tidak baku, yaitu: dikarenakan, dan lain sebagainya, dan kita terpaksa
serahkan. Kalimat diatas dapat diperbaiki sebagai berikut. Karena kekurangan modal,
tenaga, dan lain-lain, maka proyek pembangunan sarana telekomunikasi di Indonesia
Timur terpaksa kita serahkan kepada pengsaha asing.
2) Denotatif
Kata-kata dan istilah yang digunakan haruslah bermakna lugas, bukankonotatif dan tidak
bermakna ganda.
Contoh: Sampai saat ini masyarakat desa Bojongsoang belum memperoleh penerangan
yang memadai. (tidak lugas)Maksud kalimat diatas tidak jelas karena kata penerangan
mengandung maknaganda, yaitu informasi atau listrik.Perbaikan: Sampai saat ini
masyarakat desa Bojongsoang belum memperolehinformasi yang memadai atau sampai
saat ini masyarakat desa Bojongsoang belum memperoleh listrik yang memadai.
3) Berkomunikasi dengan pikiran dari pada perasaan
Ragam bahasa ilmu lebih bersifat tenang, jelas, tidak berlebih-lebihan atauhemat, dan
tidak emosional.Contoh: Sebaiknya letak kampus tidak dekat dengan pasar, stasiun,
terminal,atau tempat-tempat ramai lain-lainnya, sebab jika dekat dengan tempat-
tempatramai seperti itu kegiatan belajar akan mengalami gangguan. (tidak
efisien)Perbaikan: Sebaiknya letak kampus tidak berdekatan dengan tempat-tempatyang
ramai supaya kegiatan belajar tidak terganggu. (efisien)
4) Kohesif
Agar tercipta hubungan gramatik antara unsur-unsur, baik dalam kalimatmaupun dalam
alinea, dan juga hubungan antara alinea yang satu denganalinea yang lainnya bersifat
padu maka digunakan alat-alat penghubung,seperti kata-kata penunjuk, dan kata-kata
penghubung.
5) Koheren
Semua unsur pembentuk kalimat atau alinea mendukung satu makna atau ide pokok
6) Mengutamakan Kalimat Pasif
Contoh: Penulis melakukan penelitian ini di laboratorium. Perbaikan: Penelitian ini
dilakukan di laboratorium.
7) Konsisten
Konsisten dalam segala hal, misalnya dalam penggunaan istilah, singkatan, tanda-tanda,
dan juga penggunaan kata ganti diri.
8) Logis
Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat diterima
akal. Contoh: Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar lagi juga akan menguap (tidak
logis) Perbaikan: Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar lagi bensin itu akan
menguap.
9) Efektif
Ide yang diungkapkan sesuai dengan ide yang dimaksudkan baik oleh penutur atau oleh
penulis, maupun oleh penyimak atau pembaca.
10) Kuantitatif
Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti. Contoh: Untuk
menanam pohon itu, diperlukan lubang yang cukup dalam. Perbaikan: Untuk menanam
pohon itu, diperlukan lubang dengan kedalamansatu meter.
2.6.2 Ragam Bahasa Non Ilmiah
Artikel Non Ilmiah (Fiksi) adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta
pribadi dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Satu ciri yang
pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu
dalam praktik penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti
penokohan, plot, konflik, klimaks, setting dan lainnya. Bentuk karangan non ilmiah
adalah dongeng, cerpen, novel, roman, anekdot, hikayat, cerber, puisi dan naskah
drama.
Berikut penggalan contoh Ragam Bahasa Non Ilmiah :
Langit Menggelap di Vredeburg
Cerpen Sulialine Adelia
Beginilah menjelang senja di jantung kota. Sekelompok remaja nongkrong di atas motor
model terbaru mereka sambil ngobrol dan tertawa-tawa. Ada juga remaja atau mereka
yang beranjak dewasa duduk berdua-dua, di bangku semen, di atas sadel motor, atau di
trotoar. Anak-anak kecil berlarian sambil disuapi orang tuanya. Pengamen yang
beristirahat setelah seharian bekerja. Dan orang gila yang tidur di sisi pagar.
Di salah satu bangku kayu panjang, bersisihan dengan remaja yang sedang bermesraan,
Reyna duduk menghadap ke jalan. Hanya duduk. Mengamati kendaraan atau orang-orang
yang melintas. Menunggu senja rebah di hamparan kota.
Tiba-tiba laki-laki itu sudah berada di depannya sambil mengulurkan tangan. "Apa
kabar?" katanya memperlihatkan giginya yang kekuningan. Asap rokok telah menindas
warna putihnya.
"Kamu di sini?" Reyna tak mampu menyembunyikan keterkejutannya. Segala rasa
berpendaran dalam hatinya. Senang, sendu, haru, pilu, yang kesemuanya membuat Reyna
ingin menjatuhkan dirinya dalam peluk lelaki itu.
Begitu juga Mozes, lelaki tua yang berdiri di depan Reyna. Dadanya bergemuruh hebat
mendapati perempuan itu di depan matanya. Ingin ia memeluk, menciumi perempuan itu
seperti dulu, tetapi tak juga dilakukannya.
Hingga Reyna kembali menguasai perasaannya, lalu menggeser duduknya memberi
tempat Mozes di sebelahnya.
"Kaget?" tanya Mozes, duduk di sebelah Reyna.
Reyna tertawa kecil.
"Gimana?" tanya Reyna tak jelas arahnya. "Lama sekali nggak ketemu."
"Iya. Berapa tahun ya? Dua lima, tiga puluh?"
"Tiga puluh tahun!" jawab Reyna pasti.
"Ouw! Tiga puluh tahun. Dan kamu masih semanis dulu."
"Terima kasih," Reyna tersenyum geli. Masih ’semanis dulu’. Bukankah itu lucu?
Kalaupun masih tampak cantik atau manis itu pasti tinggal sisanya saja. Kecantikan yang
telah terbalut keriput di seluruh tubuhnya. Tapi kalimat itu tak urung membuat Reyna
tersipu. Merasa bangga, tersanjung karenanya.
"Kapan datang?" tanya Reyna. Mulai berani lagi menatap mata lelaki di sebelahnya.
"Belum seminggu," jawab Mozes.
"Mencariku?" Reyna tersenyum. Sisa genitnya di masa muda.
Mozes tertawa berderai-derai. Lalu katanya pelan, "Aku turut berduka atas meninggalnya
suamimu," tawanya menghilang.
2.7 Ragam Bahasa Formal dan Non-Formal
Berdasarkan situasi pemakaianya, bahasa dapat dibagi menjadi : ragam formal, ragam
semiformal, ragam nonformal.
Ragam formal digunakan dalam situasi resmi. Ragam formal atau ragam baku yaitu
ragam yang mengikuti kaidah atau aturan kebahasaan. Bahasa baku tidak dapat digunakan
untuk segala keperluan, tetapi hanya untuk:
komunikasi resmi
wacana teknis
pembicaraan di depan khalayak ramai
pembicaraan dengan orang yang dihormati
Ragam formal lisan digunakan untuk :
Berceramah ilmiah
Berpidato resmi
Berdiskusi formal
Berdebat resmi
Ragam formal tulis dipakai untuk :
Menulis surat resmi
Menulis makalah, artikel
Menulis proposal
Menulis laporan formal
Sedangkan ragam nonformal tidak mutlak untuk menggunakan pemakaian kata baku.
Ragam nonformal lisan dipakai untuk :
Berbicara sehari-hari dirumah
Bergunjing
Bercerita
Mengobrol
Ragam nonformal tulis dipakai untuk :
Menulis surat kepada kerabat
Menulis surat kepada teman
Menulis surat kepada pacar
Menulis catatan harian
Tipe bahasa yang hanya sesaat yang berada di kawasan non formal / lisan
Di dalam lingkungan masyarakat, ada bahasa yang digunakan dan memperlihatkan
citi keakraban dan keintiman, Bahasa yang ditandai bentuk dan pilihan kata akrab seperti gue,
lo, bête, ember tersebut termasuk ragam intim (intimate) di kalangan kaum muda di Jakarta.
Bahasa ini digunakan di antara orang yang memiliki hubungan yang sangat akrab dan intim.
Secara sepintas, kita dapat membedakannya dengan bahasa santai (casual) yang juga
ditandai dengan bentuk yang tidak baku. Ragam santai digunakan di dalam situasi tidak
resmi dan dapat digunakan oleh orang yang belum tentu saling kenal (tidak intim)
(Kushartanti, 2009:50).
Ragam bahasa Gaul di kalangan anak muda memiliki kesamaan ciri dengan ragam intim
karena percakapan bahasanya terjadi di lingkungan yang sangat akrab dan intim. Walaupun
ragam bahasa ini dapat berubah menjadi ragam santai ketika pemakaiannya telah meluas.
Ragam Bahasa Gaul ini tidak konsisten digunakan oleh penuturnya karena dikatakan sebagai
bahasa musimankarena apabila suatu periode tertentu telah berlalu maka bahasa atau istilah
tersebut tidak lagi digunakan atau dapat dikatakan bahasa itu mengikuti trend yang sedang
ada pada saat itu. Bahasa ini sangat berbeda dengan Bahasa Indonesia yang ‘baik dan benar’.
Ragam ini cenderung memilih ragam santai sehingga tidak terlaku baku atau kaku.
Ketidakbakuan tersebut tercermin dalam kosakata, struktur, kalimat dan intonasi. Ragam ini
merupakan bahasa sehari-hari yang digunakan oleh penduduk Jakarta yang sangat
kosmopolitan. Oleh karena itu, banyak kalangan yang menyebutnya ragam santai dialek
Jakarta. (Sudana, 2011:144).
Kamus Linguistik memaparkan definisi Bahasa Gaul dan Prokem sebagai berikut:
Bahasa Gaul termasuk bahasa dengan ragam non standar Bahasa Indonesia yang lazim
di Jakarta pada tahun 1980-an hingga abad ke-21 ini yang menggantikan bahasa
prokem yang lebih lazim pada tahun-tahun sebelumnya. Ragam ini semua
diperkenalkan oleh generasi muda yang mengambilnya dari kelompok waria dan
masyarakat terpinggir lain. Sintaksis dan morfologi ragam ini memanfaatkan sintaksis
dan morfologi Bahasa Indonesia dan dialek Betawi. (Kridalaksana, 2008:25)
Bahasa prokem termasuk ragam nonstandard Bahasa Indonesia yang lazim di Jakarta
pada tahun 1970-an yang kemudian digantikan oleh ragam yang disebut bahasa gaul.
Ragam prokem ditandai oleh kata-kata Indonesia atau kata dialek Betawi yang
dipotong dua fonemnya yang paling akhir kemudian disisipi bentuk –ok- di depan
fonem terakhir yang tersisa, misal kata bapak dipotong menjadi bap, kemudian disisipi
–ok-, jadilah kata prokembokap. Konon ragam ini berasal dari bahasa khusus yang
digunakan oleh para narapidana. Seperti bahasa gaul, sintaksis dan morfologi ragam ini
memanfaatkan sintaksis dan morfologi Bahasa Indonesia dan dialek Betawi.
(Kridalaksana, 2008:28).
Contoh penggunaan bahasa gaul sebagai berikut :
Bahasa Indonesia Bahasa Gaul (informal)
Aku, Saya Gue
Kamu Elo
Di masa depan kapan-kapan
Apakah benar? Emangnya bener?
Tidak Gak
Tidak Peduli Emang gue pikirin!
Berikut ini contoh kosa kata ragam bahasa gaul dari tahun 1980-an sampai saat ini (Unnanoche,2010):
Tahun 1980-an Tahun 1990-an Tahun 2000-an Alay
Bokin=pasangan Bete=bad mood Akika=akuMenggunakan bahasa
singkat tapi tidak karuan
Gintur=tidurDugem=dunia
gemerlapEmber=emang bener
W gk bs tdr = gue gak bisa tidur
Kemek=makan Gile! Gile!=gilaJayus=merujuk lucu tapi ternyata tidak
Menggunakan campuran huruf besar dan kecil :
BaHaSa aLay bIaSanYa sEpeRti iNi.
Kelokur=keluarLagi=digunakan
pada akhir kalimat sebagai penekanan
Gak asik= tidak menyenangkan
Menggunakan campuran angka : 4k L6 d1 sm4r4n6
(aku lagi di Semarang)
Plokis=polisiNgebo’at=
menggunakan narkoba
Gak penting=remeh -
Cipokan=ciuman Tajir=kayaGitu loh!=pada akhir
kalimat sebagai penekanan
-
Kobam=mabok/teller Jomblo=lajang Kacian deh lo! -Doi=dia - Pembokat=pembantu -
Mokan=mana - Sutra= selesai, terserah -
- Borju=kaya -
2.8 Ragam Bahasa yang telah disempurnakan dan belum sempurna
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku sejak
tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.
Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran
Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk
melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru
dan Ejaan Yang Disempurnakan.
Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972,
berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa
Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan
Rumi Bersama (ERB).
Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku panduan
pemakaian berjudul "Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan".
Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas.
Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975
memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah".
Perbedaan-perbedaan antara ejaan sebelumnya dan EYD adalah:
'tj' menjadi 'c' : tjutji → cuci
'dj' menjadi 'j' : djarak → jarak
'oe' menjadi 'u' : oemoem -> umum
'j' menjadi 'y' : sajang → sayang
'nj' menjadi 'ny' : njamuk → nyamuk
'sj' menjadi 'sy' : sjarat → syarat
'ch' menjadi 'kh' : achir → akhir
awalan 'di-' dan kata depan 'di' dibedakan penulisannya. Kata depan 'di' pada contoh
"di rumah", "di sawah", penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara 'di-' pada
dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Sekarang kita akan membahas tentang sejarah dari Ejaan Yang Disempurnakan,adapun
sejarahnya adalah sebagai berikut :
Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan,sudah mengalami perubahan system ejaan yaitu :
1. Ejaan Van Ophuysen
2. Ejaan Suwandi
3. Ejaan Melindo (Melayu Indonesia)
4. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Itu adalah sejarah perubahan system penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan, sekarang saya
akan menjelaskan perubahan system tersebut
Ejaan Ophuysen
Ejaan Republik (Ejaan
Suwandi)
Ejaan Yang
Disempurnakan(EYD
(1901-1947) (1947-1972) (Mulai 16 Agustus 1972)
Choesoes Chusus Khusus
Djoem’at Djum’at Jumat
Ja’ni Jakni Yakni
Dari perubahan system diatas, perubahan terakhirlah yang digunakan hingga saat ini yaitu
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Selain perubahan system penulisan EYD, ada juga ruang
lingkup yang berkaitan dengan penulisan EYD, ruang lingkup tersebut meliputi lima aspek
sebagai berikut :
1. Pemakaian huruf
2. Penulisan huruf
3. Penulisan kata
4. Penulisan unsur
5. Pemakaian tanda baca
BAB 3
KESIMPULAN & SARAN
3.1 KESIMPULAN
Basaha merupakan suatu bentuk alat komunikasi manusia yang berupa lambang bunyi
melalui alat ucap, dimana setiap suara yang dikeluarkannya memiliki arti.
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut
topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan,
serta menurut medium pembicara. Dalam konteks ini ragam bahasa meliputi bahasa lisan dan
bahasa baku tulis.
Pada ragam bahasa baku tulis diharapkan para penulis mampu menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar serta menggunakan Ejaan bahasa yang telah Disempurnakan
(EYD), sedangkan untuk ragam bahasa lisan diharapkan para warga negara Indonesia mampu
mengucapkan dan memakai bahasa Indonesia dengan baik serta bertutur kata sopan
sebagaimana pedoman yang ada.
3.2 SARAN
1. Dalam menulis makalah ini, diharapkan memeperhatikan sistematis penulisan
sehingga makalah ini dapat diterima oleh berbagai kalangan
2. Dalam menulis diharapkan penulis dapat mengkaji berbagai masalah dalam
menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam era-modern ini, sehingga makalah
ini dapat menarik dan bermanfaat bagi semuanya
3. Kami mengharapkan para pembaca dapat meningkatkan kekreatifannya dan
kekritisannya dalam berfikir saat membuat makalah
BAB 4
SINTESIS
4.1 DAFTAR PUSTAKA
http://risanputtra.wordpress.com/2013/10/09/pengertian-bahasa-aspek-dan-fungsinya/
http://aldyforester.wordpress.com/2013/03/24/pengertian-dan-fungsi-bahasa/
http://elishhaumahu.blogspot.com/2011/10/bab-i-pendahuluan.html
http://ani-yunita.blogspot.com/2013/10/macam-macam-ragam-bahasa-dan-
contohnya.html
http://hanumskamyta.blogspot.com/2012/10/pengertian-dan-macam-macam-ragam
bahasa.html
http://imamsetiyantoro.wordpress.com/tag/macam-macam-ragam-bahasa/
http://yana-anggraini.blogspot.com/2012/09/bahasa-baku-dan-tidak-baku.html
http://www.academia.edu/3549685/pengertian_bahasa_indonesia_ragam_ilmiah-
tugas_bahasa_indonesia
http://alwi-hafiz.blogspot.com/2013/10/contoh-ragam-bahasa-ilmiah-semi-
ilmiah.html
http://iwardany.wordpress.com/2012/10/27/tipe-bahasa-yang-hanya-sesaat-yang-
berada-di-kawasan-non-formallisan/
http://rahmaekaputri.blogspot.com/2010/10/ragam-bahasa.html
http://keranggan.blogspot.com/2009/12/ejaan-yang-disempurnakan-eyd.html