Ragam Bahasa Bakvjvhvju Lie

33
Ragam bahasa merupakan pemakaian bahasa berdasarkan konteksnya, seperti berdasarkan pemakai, pemakaian, keformalan, dan sarana (Nababan). Ragam bahasa terbagi berdasarkan: 1. Pemakai: usia,pendidikan,profesi,tempat tinggal,dan etnis 2. Pemakaian: dimana,bagaimana situasi,dengan siapa,kapan,dan untuk apa 3. Keformalan: baku vs tak baku, ilmiah vs popular, formal vs informal 4. Sarana: koran/media cetak,radio,TV,,internet,mobile(HP) Gorys Keraf (1991:5-7) menggolongkan ragam bahasa berdasarkan 1. bidang wacana 2. cara berwacana 3. peran 4. formalitas hubungan Berdasarkan bidang wacana dibedakan 1. ragam ilmiah 2. ragam populer; berdasarkan cara berwacana secara umum dapat dibedakan 1. ragam tulis 2. ragam lisan berdasarkan peran sosial atau fungsi, ragam bahasa dapat dibedakan atas 1. ragam resmi dan ragam tak resmi, 2. ragam teknis dan nonteknis, 3. ragam prosa dan lirik, 4. ragam terbatas (misalnya telegram). berdasarkan formalitas hubungan dibedakan 1. ragam netral 2. ragam sopan 3. ragam kasar Ragam baku atau bahasa standar merupakan bahasa yang dianggap dan diterima sebagai patokan umum atau tolak ukur bagi seluruh penutur. Bersifat: 1. kemantapan dinamis yang berupa kaidah dan aturan yang tetap 2. kecendekiaan yang perwujudannya mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal. /home/website/convert/temp/convert_html/55cf8ddd550346703b8c1600/document.doc 1

description

buhuhuhk

Transcript of Ragam Bahasa Bakvjvhvju Lie

Kapita Selekta Bahasa Indonesia

Ragam bahasa merupakan pemakaian bahasa berdasarkan konteksnya, seperti berdasarkan pemakai, pemakaian, keformalan, dan sarana (Nababan).

Ragam bahasa terbagi berdasarkan:

1. Pemakai: usia,pendidikan,profesi,tempat tinggal,dan etnis

2. Pemakaian: dimana,bagaimana situasi,dengan siapa,kapan,dan untuk apa

3. Keformalan: baku vs tak baku, ilmiah vs popular, formal vs informal

4. Sarana: koran/media cetak,radio,TV,,internet,mobile(HP)

Gorys Keraf (1991:5-7) menggolongkan ragam bahasa berdasarkan 1. bidang wacana2. cara berwacana3. peran4. formalitas hubunganBerdasarkan bidang wacana dibedakan 1. ragam ilmiah2. ragam populer; berdasarkan cara berwacana secara umum dapat dibedakan 1. ragam tulis2. ragam lisanberdasarkan peran sosial atau fungsi, ragam bahasa dapat dibedakan atas1. ragam resmi dan ragam tak resmi, 2. ragam teknis dan nonteknis,3. ragam prosa dan lirik, 4. ragam terbatas (misalnya telegram). berdasarkan formalitas hubungan dibedakan 1. ragam netral

2. ragam sopan3. ragam kasarRagam baku atau bahasa standar merupakan bahasa yang dianggap dan diterima sebagai patokan umum atau tolak ukur bagi seluruh penutur. Bersifat:1. kemantapan dinamis( yang berupa kaidah dan aturan yang tetap 2. kecendekiaan ( yang perwujudannya mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal. Adanya kaidah dan norma dalam bahasa standar ini menjadi tolak ukur bagi betul tidaknya pemakaian bahasa perorangan atau golongan (Alwi, 1998: 13-16: Keraf, 1991: 8).

Berbicara tentang orang yang berpendidikan tidak lepas dari bahasa dunia pendidikan yang tentu menyangkut masalah ragam bahasa. Ragam bahasa yang dimaksud adalah ragam bahasa baku atau bahasa standar.

Ragam Bahasa Baku Memiliki Sifat

1. kemantapan dinamis(berupa kaidah dan aturan yang tetap. Selain itu, tidak dapat berubah setiap saat. Oleh karena itu, bentuk peran dan perumus dengan taat asas dapat menghasilkan perajin dan perusak, bukan pengrajin dan pengrusak. Dengan kata lain, kebakuan itu cukup luwes memungkinkan perubahan yang bersistem dan teratur di bidang kosakata dan peristilahan.

2. sifat kecendekiaan(perwujudannya ialah dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang dapat mengungkapkan penalaran dan pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal. Oleh karena itu, sangat tepat jika proses pembakuan bahasa yang dimaksud adalah proses penyeragaman kaidah, bukan penyamaan ragam bahasa atau penyeragaman variasi bahasa.

Paparan di atas menunjukkan bahwa pembakuan kosakata sangat penting untuk direalisasikan. Hal itu perlu dilakukan karena dengan adanya pembakuan kosakata itu dapat memberikan pandangan berikut.

(1)fungsi pemersatu,

(2)fungsi pemberi kekhasan,

(3)fungsi pembawa wibawa, dan

(4)fungsi sebagai kerangka acuan.

Bahasa baku berfungsi pemersatu yang dimaksud adalah bahwa bahasa baku mempersatukan makna menjadi satu masyarakat bahasa dan dapat meningkatkan proses identifikasi penutur orang seorang. Fungsi yang dimaksud sebagai berikut.

1. Fungsi pemberi kekhasan yang dimaksud adalah membedakan bahasa itu dari bahasa yang lain. Misalnya bahasa Indonesia berbeda dengan bahasa Malaysia atau bahasa Melayu Singapura dan Brunei Darussalam. Dengan kata lain, bahasa Indonesia dianggap sudah jauh berbeda dari bahasa Melayu Riau, Johor yang menjadi induknya.

2. Pemilihan bahasa baku membawa satu wibawa atau prestasi seseorang. Fungsi pembawa wibawa berkaitan dengan usaha orang seorang untuk mencapai kesederajatan dengan peradaban lain.3. Bahasa baku berfungsi sebagai kerangka acuan bagi pemakaian bahasa. Untuk menerapkan pemakaiannya itu, dan kaidah menjadi dasar benar tidaknya pemakaian bahasa itu. Oleh karena itu, kumpulan unsur bahasa yang disebut kosakata perlu adanya pembakuan, misalnya cewek, nggak, dan entar. Kata-kata itu sudah menjadi bagian kosakata Indonesia, tetapi tidak termasuk ke dalam kelompok yang baku. (Tata bahasa Baku, 1993:1321Ragam ilmiah

Bahasa ragam ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan pengelompokkan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat keilmuannya. Bahasa Indonesia harus memenuhi syarat diantaranya benar (sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku), logis, cermat dan sistematis. Pada bahasa ragam ilmiah, bahasa bentuk luas dan ide yang disampaikan melalui bahasa itu sebagai bentuk dalam, tidak dapat dipisahkan. Ciri bahasa ilmu, seperti berikut ini. 1. Baku. Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku, baik mengenai struktur kalimat maupun kata. Demikian juga, pemilihan kata istilah dan penulisan yang sesuai dengan kaidah ejaan. 2. Logis. Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal.Contoh: Masalah pengembangan dakwah kita tingkatkan. Ide kalimat di atas tidak logis. Pilihan kata masalah, kurang tepat. Pengembangan dakwah mempunyai masalah kendala. Tidak logis apabila masalahnya kita tingkatkan. Kalimat di atas seharusnya Pengembangan dakwah kita tingkatkan. 3. Kuantitatif. Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti.contoh di bawah ini: Dai di Gunung Kidul kebanyakan lulusan perguruan tinggi. Arti kata kebanyakan relatif, mungkin bisa 5, 6 atau 10 orang. Jadi, dalam tulisan ilmiah tidak benar memilih kata kebanyakan kalimat di atas dapat kita benahi menjadi Dai di Gunung Kidul 5 orang lulusan perguruan tinggi, dan yang 3 orang lagi dari lulusan pesantren. 4. Tepat. Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh penulis dan tidak mengandung makna ganda. Contoh: Jamban pesantren yang sudah rusak itu sedang diperbaiki.

Kalimat tersebut, mempunyai makna ganda, yang rusaknya itu mungkin jamban, atau mungkin juga pesantren. 5. Denotatif yang berlawanan dengan konotatif. Kata yang digunakan atau dipilih sesuai dengan arti sesungguhnya dan tidak diperhatikan perasaan karena sifat ilmu yang objektif. 6. Runtun. Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan tingkatannya, baik dalam kalimat maupun dalam alinea atau paragraf adalah seperangkat kalimat yang mengemban satu ide atau satu pokok bahasan.Dalam karangan ilmiah, bahasa ragam merupakan ragam bahasa berdasarkan pengelompokan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan. Sesuai dengan sifat keilmuannya, bahasa Indonesia harus memenuhi syarat diantaranya benar (sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia), logis, cermat dan sistematis. Karangan ilmiah mempunyai beberapa ciri, diantaranya: jelas, logis, lugas, objektif, seksama, sistematis dan tuntas.Berikut adalah contoh-contoh ragam bahasa yang ditemukan di media cetak,

1. Listrik Mati Bawa Suami Istri ke Penjara [?]

Masa enam bulan perkawinan tentulah saat-saat yang penuh kehangatan namun, apa yang dialami pasangan suami istri Sup (21) dan Mur (16), jauh dari gambaran itu. Mereka harus menerima kenyataan pahit yakni hidup di dalam penjara. Pasangan tersebut tertangkap basah ketika sedang mencuri TV dan VCD di rumah Yeyet di Kampung Pintu Air,Desa Babakan Anyar, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi.

Niat melakukan pencurian secara spontan muncul ketika kampung tersebut gelap karena mati lampu (Harian Umum Pikiran Rakyat,22 Agustus 2007)

Penjelasan:

Sekilas ketika melihat judul seperti di atas adalah hal yang tidak masuk akal atau bisa dikatakan tidak berhubungan. Listrik yang padam seolah-olah bersifat seperti manusia. Ini dimaksudkan agar si pembaca tertarik minatnya untuk membaca koran tersebut untuk mengetahui isinya sehingga judul yang tadinya kita pikir tidak masuk akal tersebut dapat dimengerti dengan jelas.

2. Awas..Nomor HP Anda Bakal Dibunuh [?]

Menteri Komunikasi dan Informatika,waktu itu, Sofyan Djalil menerbitkan Peraturan Menteri nomor 23/M.KOMINFO/10/2005, tentang Registrasi Terhadap Pelanggan Jasa Telekomunikasi, tertanggal 28 Oktober 2005. Alasannya, untuk membatasi gerak teroris yang selama ini banyak memanfaatkan telepon seluler untuk melakukan aksi teror mereka. Kenyataannya? Sudah bisa ditebak, itu semua cuma gertak sambel, yang awalnya pedas namun akhirnya hambar juga (Dwi Mingguan Pulsa, Edisi 111,2-15 Agustus 2007)

Penjelasan:

Adalah suatu hal yang mustahil jika nomor HP dibunuh karena nomor HP bukanlah makhluk hidup yang memiliki nyawa. Namun, judul tersebut memiliki makna konotasi, yang mana maksud sebenarnya adalah penonaktifan nomor HP tersebut. Judul dibuat semenarik mungkin untuk menciptakan keingintahuan dari para pembaca.

3. Samsons Kerjasama RI 1 [?]

Setelah bkin sensasi dengan merilis album full set orkestra, lima anak muda metropolitan ini kembali membuat sensasi yang nggak kalah dahsyatnya. Dalam klip yang diangkat dari album Penantian Hidup, mereka bakal kerjasama bareng Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Jadi ceritanya, Pak Presiden bakal menjadi model klipnya Samsons yang berjudul For You. Lagu ini sendiri dipilih atas inisiatif dari staf khusus dan Juru Bicara Kepresidenan untuk Masalah Internasional, Bapak Dino Patti Djalal. Lagu khusus untuk misi khusus. Lagu ini memang disesuaikan dengan Ulang Tahun Indonesia, tanggal 17 Agustus 2007. sementara tujuan dibalik video klip ini adalah sebuah persembahan untuk menghormati Kontingen TNI Garuda XXII yang sekarang berada di Lebanon, sebagai bagian dari misi pasukan perdamaian PBB,UNIFIL

(Tabloid Gaul, Edisi 33,20-26 Agustus 2007)

Penjelasan:

Judul dibuat begitu garang dan menarik, dimana sebuah grup band mampu menarik hati presiden yang diistilahkan dengan RI 1. Hal ini tentu akan mengundang keingintahuan dari para pembacanya.

4. Disentuh Langsung On [?]

Bodinya yang diselimuti warna hitam terlihat begitu macho. Desainnya begitu ergonomic sehingga enak sekali digenggam. Kemampuannya pun boleh diadu. Sudah menggunakan Windows Mobile versi terbaru, yakni 6.0. sekilas PDA phone ini seperti nggak ada bedanya dengan yang lain. Pada bodinya yang compact, cuma ada layar seluas 2,8 inci dan tiga tombol di bawah layar, yakni tombol navigator, answer key, dan call key. Selebihnya, kalau kamu mau ngoprek habis alat ini, cukup dengan sentuhan saja

(Phone3, Edisi 551-15 Agustus 2007)

Penjelasan:

Judulnya dibuat dengan bahasa sekreatif mungkin,Disentuh Langsung On, mendatangkan penafsiran yang berbeda-beda dari para pembaca sebelum memahami isinya sehingga menarik mereka untuk mengetahui isi berita tersebut.

5. Si Hitam yang Bersinar [?]

LG Shine yang sekarang lagi naik daun dengan tampilan yang berkilau dan glamour ternyata juga dikeluarkan dengan warna hitam mengkilap yang nggak kalah glamour. Shine berwarna gelap ini dilengkapi dengan layar 240x320 piksel dengan kapasitas 262 ribu warna (Phone3, Edisi 551-15 Agustus 2007)

Penjelasan:

Judul dengan bahasa sedemikian rupa seperti di atas tentu mengundang tanda tanya bagi para pembacanya, apa yang dimaksud Si Hitam yang Bersinar tersebut.

6. Putra SMAN 4 Taklukkan SMAN 18 [?]

Melalui pertandingan yang melelahkan, putra SMAN 4 Bandung menaklukkan SMAN 18 Bandung dengan skor 52-45 pada babak penyisihan Kompetisi Bola Basket SOJI Cup 2007 di lapangan basket SMAN 1 Soreang, Kab. Bandung, Selasa (21/8). Selanjutnya, SMAN 4 akan menghadapi pemenang pertandingan antara tim tuan rumah, SMAN 1 Soreang melawan SMAN Margahayu, yang akan digelar Sabtu (25/8). Sementara itu, pada pertandingan lainnya, putra SMA Cililin menang mudah atas SMA Handayani 31-10 (Harian Umum Pikiran Rakyat, Rabu 22 Agustus 2007)

Penjelasan:

Para pembaca dibuat penasaran dengan judul tersebut. Pembaca yang pada awalnya menafsirkan secara berbeda judul tersebut akhirnya paham bahwa ternyata yang dimaksudkan adalah kompetisi olahraga bola basket.

7. i-Phone Mengguncang Motorola [?]

Sejak peluncuran produk i-Phone terbaru, Motorola seperti mendapat saingan berat. Maklumlah, dua-duanya merupakan produk yang berasal dari Negeri Paman Sam. Ponsel Motorola dikenal memiliki pasar yang kuat di benua Amerika. Dengan kehadiran iPhone yang cukup diterima konsumen Amerika, Motorola harus melakukan sesuatu agar tetap eksis. Sejak Motorola meluncurkan RAZR yang cukup fenomenal, belum ada lagi terobosan baru yang dilakukan Motorola. Padahal, vendor lain sudah menggeliat dengan menghadirkan produk-produk baru yang mengguncang pasar (Phone3, Edisi 55,1-15 Agustus 2007)

Penjelasan:

Judul yang cukup berlebihan dan garang tersebut semata-mata dimaksudkan untuk menggugah keingintahuan para pembacanya. Kata mengguncang merupakan makna konotasi,yang maksud sebenarnya adalah menyaingi. Dengan penggunaan kata seperti itu, bacaan yang awalnya biasa-biasa saja,bisa menarik perhatian para pembaca.

8. Bangkitlah, Perjalanan Masih Panjang! [?]

Saya ikut merasakan apa yang dialami oleh pelatih Arcan Iurie, menyusul kekalahan Persib 0-1 dari PSIS Semarang. Apalagi kekalahan tersebut berlangsung di depan public sendiri. Persib adalah sebuah tim besar, didukung bobotoh fanatic dalam jumlah yang juga besar. Mereka, akan selalu menuntut timnya menang. Bagi pelatih hal itu merupakan beban ekstra. Akan tetapi, itulah risiko yang mau tak mau harus dihadapi, bagi siapa saja yang melayani tim sekelas Persib (Harian Umum Pikiran Rakyat, Rabu 22 Agustus 2007)

Penjelasan:

Pada awalnya, tentu pembaca bingung untuk siapa judul tersebut dimaksudkan. Judul yang cukup menggugah semangat ini ternyata dimaksudkan untuk perjuangan tim sepak bola Persib Bandung. Bahasanya yang singkat dan tajam tersebut membuat pembaca menjadi tertarik.

9. Penuh! Yang Nonton Banyak Banget [?]

Ngantrinya panjang. Yang dateng banyak, dari berbagai unsur dan kalangan, dari selebritis sampe para pemenang kuis. Bioskop XXX Djakarta Teater, Kamis malam(9/8) rame banget. Yup, hari ini jadwalnya Gala premier film Merah Itu Cinta. Saking ramenya, panitia sampe kwalahan mengatur dan membagi souvenir pada undangan. Selain tamu undangan, gala premier ini juga didatengin banyak bintang top. Di antaranya, Nicholas Saputra, Indra Birowo dan istri, Mario Lawalatta, Olvia Zalianty,dll. Mereka rupanya juga penasaran pengen melihat aksi Garry Iskak dan Marsha Timoty

(Tabloid Gaul, Edisi 33,20-26 Agustus 2007)

Penjelasan:

Sesuai dengan para pengkonsumsinya yang memang ditujukan untuk generasi muda, bahasanya pun dikemas semenarik dan sekreatif mungkin dengan menggunakan bahasa gaul dan mudah dimengerti anak-anak muda.

10. Rianti Cartwright, Pake Jilbab [?]Diangkatnya salah satu novel karya Habiburrahman El Shirazy, berjudul Ayat-Ayat Cinta ini, sekarang mulai masuk pada tahap syuting sekitar tanggal 19 Agustus 2007. trus, bagaimana persiapan Rianti yang ikut kebagian peran dalam film drama cinta religius ini.

Setelah melewati beberapa pertimbangan, film yang sebelumnya akan menggunakan bahasa Arab ini, diubah menggunakan bahasa Indonesia. Tapi, kalau masalah jilbab, nggak ada yang diubah. Rianti harus tahan dengan baju panjang dan syuting di Mesir sampe beberapa minggu (Tabloid Gaul, Edisi 33,20-26 Agustus 2007)

Penjelasan:

Apakah seorang VJ MTV, Rianti Cartwright bakal merubah penampilannya dengan memakai jilbab? Ternyata itu hanyalah judul yang cukup membuat para pembaca penasaran. Faktanya, itu hanya terjadi untuk kegiatan syutingnya. Selain membuat para pembaca bertanya-tanya dengan bahasa judul seperti di atas, bahasanya pun dikemas dengan bahasa gaul sesuai dengan pengkonsumsinya yang berasal dari kawula muda.

Contoh ragam bahasa di media elektronik seperti televisi juga banyak kita temukan. Contohnya,

1. Wisata Kuliner (Trans TV)

Acara yang dibawakan oleh Bapak Bondan ini sudah sangat dikenal oleh masyarakat luas. Kesuksesannya sangat ditentukan oleh bahasa yang digunakan sang presenter itu sendiri sehingga membuat para pemirsanya tertarik. Misalnya caranya dalam memuji masakan ikan bakar:bumbunya itu ya nendang banget,aroma rempahnya khas terasa di lidah, apalagi ikan guramenya manyuus..

Dengan menggunakan bahasa-bahasa serta ekspresi makan yang menggugah selera membuat acaranya menjadi tidak membosankan.

2. Liputan 6 SCTV (SCTV)

Tayangan berita yang menjadi program andalan SCTV ini termasuk tayangan favorit bagi masyarakat Indonesia. Bahasanya yang lugas serta mudah dimengerti masyarakat menjadikan liputan 6 ditunggu-tunggu oleh masyarakat dengan motto menyajikan berita yang aktual,tajam,dan terpercaya. Misalnya dalam salah satu beritanya:Saudara, dari Bandung dilaporkan,sedikitnya lima puluh petak toko hangus terbakar setelah hubungan arus pendek memicu percikan api di kawasan Palasari,Jumat malam,24 Agustus. Tidak ada korban jiwa dalam musibah tersebut, namun kerugian materil diperkirakan mencapai puluhan juta rupiah. Sampai saat ini, polisi masih menyelidiki penyebab terjadinya kebakaran di pasar buku tersebut...

Bahasanya yang padat,tidak bertele-tele mudah dipahami oleh berbagai kalangan, baik itu anak-anak hingga orang dewasa sekalipun.

BAHASA INDONESIA DALAM TULISAN ILMIAH

Bahasa Indonesia dalam tulisan ilmiah mempunyai fungsi yang penting, karena bahasa merupakan media yang menjadi pengungkap gagasan penulis. Bahasa yang digunakan dalam tulisan ilmiah adalah bahasa

Indonesia ilmiah. Bahasa Indonesia yang digunakan didalam tulisan ilmiah ternyata tidaklah selalu baku dan benar,tetapi banyak kesalahan yang sering muncul dalam tulisan ilmiah.

Bahasa Tulis Ilmiah

Bahasa tulis ilmiah merupakan perpaduan ragam bahasa tulis dan ragam bahasa ilmiah.

Ciri Ragam Bahasa Tulis :

(1) Kosa kata yang digunakan dipilih secara cermat,

(2) Pembentukan kata dilakukan secara sempurna,

(3) Kalimat dibentuk dengan struktur yang lengkap, dan

(4) Paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu.

Ciri Ragam Bahasa Ilmiah :

lugas, cendekia, formal,jelas, konsisten, obyektif, bertolak dari gagasan, serta ringkas dan padat.

Lugas

Paparan bahasa yang lugas akan menghindari kesalah-pahaman dan kesalahan menafsirkan isi kalimat dapat dihindarkan. Penulisan yang bernada sastra perlu dihindari.

Contoh-1 :

Mahasiswa sering mendapatkan tugas yang tidak dapat dikatakan ringan sehingga kemampuan berfikirnya menjadi berada di awang-awang.Contoh-2 :

Mahasiswa sering mendapatkan tugas yang berat sehingga kemampuan berfikirnya menjadi menurun.

Cendekia

Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama, sehingga gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca.

Contoh-3 :Infeksi cendawan pembentuk mikoriza (CPM) akan mempengaruhi serapan hara fosfor oleh tanaman inang melalui akar terutama tanaman yang tumbuh pada tanah yang kekurangan fosfor yang dimungkinkan oleh adanya hifa eksternal.

Contoh-4 :

Infeksi cendawan pembentuk mikoriza (CPM) pada akar tanaman inang akan meningkatkan serapan hara fosfor melalui hifa eksternalnya.

Kalimat pada contoh-3 secara jelas mampu menunjukkan hubungan sebab-akibat, tetapi tidak terungkap jelas pada contoh-4 -5 : penyimpulan, pemaparan, pembuatan, dan pembahasan. Contoh-6: simpulan, paparan, buatan, dan bahasanKata pada contoh-5 menunjukkan suatu proses, sedangkan pada contoh-6 menunjukkan suatu hasil. Bahasa Indonesia dalam tulisan ilmiah, dapat menggunakan kedua bentuk kata pada contoh-5 dan contoh-6. Contoh-7 :Virus pada tanaman tembakau karena sulit dikendalikan , maka harus dilakukan pengawasan sejak dalam pembibitan. Contoh-8 : Virus pada tanaman tembakau sulit dikendalikan, maka harus dilakukan pengawasan sejak dalam pembibitan. Contoh-9 : Peneliti mikoriza terdiri dosen berbagai bidang ilmu. Contoh-10 :Peneliti mikoriza terdiri atas dosen berbagai bidang ilmu.

Formal

Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat keformalan bahasa dalam tulisan ilmiah dapat dilihat pada lapis kosa kata, bentukan kata, dan kalimat.

Contoh-11 :

Kata Formal : Kata Non-formal :

Wanita(Cewek

Daripada(Ketimbang

Hanya(Cuma

Membuat(Bikin

Dipikirkan(Dipikirin

Bagaimana(Gimana

Matahari(Mentari

Tulisan ilmiah termasuk katagori paparan yang bersifat teknis.

Contoh-12 :

Kata Ilmiah Teknis : Kata Ilmiah Populer :

Modern(Maju

Alibi(Alasan

Argumen(Bukti

Informasi(Keterangan

Sinopsis( Ringkasan

Urine( Air kencing

Bentukan kata yang formal adalah bentukan kata yang lengkap dan utuh sesuai dengan aturan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia.

Contoh-13 :

Bentukan Kata bernada Formal : Bentukan Kata bernada Non-formal :

Menulis(Nulis

mendengarkan(Dengarkan

Mencuci(Nyuci

Bagaimana (Gimana

Mendapat(Dapat

Tertabrak(Ketabrak

Pengesahan( Legalisir

Kalimat formal dalam tulisan ilmiah dicirikan oleh:

(1) kelengkapan unsur wajib (subyek dan predikat)

(2) ketepatan penggunaan kata fungsi atau kata tugas

(3) kebernalaran isi

(4) tampilan esei formal.

Sebuah kalimat dalam tulisan ilmiah setidak-tidaknya memiliki subyek dan predikat.

Contoh-14 :Apabila tanaman kekurangan unsur nitrogen, maka tanaman tersebut akan mengalami khlorosis.

Contoh-15 :

Tanaman yang kekurangan unsur nitrogen akan mengalami khlorosis.

Jelas

Gagasan akan mudah dipahami apabila

(1) dituangkan dalam bahasa yang jelas

(2) hubungan antara gagasan yang satu dengan yang lain juga jelas.

Kalimat yang tidak jelas, umumnya akan muncul pada kalimat yang sangat panjang.

Contoh-16 :

Struktur cendawan pembentuk mikoriza (CPM) pada apikal akar berbentuk bebas dan berpengaruh tidak langsung terhadap kapasitas serapan hara oleh akar, misalnya dalam kompetisi dalam memanfaatkan karbohidrat, karena cendawan pembentuk mikorisa sangat tergantung kepada kandungan karbon tanaman inang sebagai sumber energinya serta kapasitas dan mekanisme CPM dalam menyerap hara hanya akan dievaluasi dari asosiasinya dengan tanaman inang.

Contoh-17:

Struktur Cendawan pembentuk Mikoriza (CPM) pada apikal akar berbentuk bebas dan berpengaruh tidak langsung

terhadap kapasitas serapan hara oleh akar, misalnya dalam kompetisi dalam memanfaatkan karbohidrat. Cendawan pembentuk mikorisa sangat tergantung kepada kandungan karbon tanaman inang sebagai sumber energinya. Kapasitas dan mekanisme CPM dalam menyerap hara hanya akan dievaluasi dari asosiasinya dengan tanaman inang.

Konsisten

Unsur bahasa, tanda baca, dan istilah, jarang sekali digunakan sesuai dengan kaidah maka untuk selanjutnya digunakan secara konsisten.

Contoh-18 :

Untuk mengatasi bahaya kelaparan pada musim kemarau 2001, masyarakat dihimbau untuk menghemat penggunaan beras dengan sistem diversifikasi pangan dan menggalakan kembali lumbung desa.

Contoh-19 :

Untuk bahaya kelaparan pada musim kemarau 2001, telah disiapkan program ketahanan pangan. Masyarakat dihimbau untuk melakukan diversifikasi pangan dan menggalakan lumbung desa.

Obyektif

Sifat obyektif tidak cukup dengan hanya menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak, tetapi juga diwujudkan dalam penggunaan kata.

Contoh-20 :

Daun tanaman kedelai yang mengalami khlorosis kiranya disebabkan oleh kekurangan unsur nitrogen.

Contoh-21 :

Daun tanaman kedelai yang mengalami khlorosis disebabkan oleh kekurangan unsur nitrogen.

Kata yang menunjukkan sikap ekstrem dapat memberi kesan subyektif dan emosional. Kata seperti harus, wajib, tidak mungkin tidak, pasti, selalu perlu dihindari. Contoh-20 bersifat

subyektif dan emosional, berbeda dengan contoh-21.

Contoh-22 :

Mahasiswa baru wajib mengikuti program pengenalan program studi di fakultasnya masing-masing.

Contoh-23 :

Mahasiswa baru mengikuti program pengenalan program studi di fakultasnya masing-masing.

Bertolak dari Gagasan

Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan. Pilihan kalimat yang lebih cocok adalah kalimat pasif sehingga kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku perlu dihindari.

Contoh-24 :

Penulis menyimpulkan bahwa hifa cendawan pembentuk mikoriza yang berasosiasi dengan akar tanaman mampu

membantu tanaman untuk menyerap unsur hara fosfor dan nitrogen.

Contoh-25 :

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa hifa cendawan pembentuk mikoriza yang berasosiasi dengan akar tanaman mampu membantu tanaman untuk menyerap unsur hara fosfor dan

nitrogen.

Orientasi pelaku yang bukan penulis yang tidak berorientasi pada gagasan juga perlu dihindari.

Contoh-26 :

Para dosen mengetahui dengan baik bahwa kurikulum sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan di perguruan tinggi.

Contoh-27 :

Kurikulum sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan

di perguruan tinggi.

Contoh-28 :

Siswono Yudo Husodo (2001) menyatakan bahwa pada tahun 2000 Indonesia mengimpor kedelai sebanyak 1,3 juta ton atau senilai US$305,882,353.

Ringkas dan Padat

Ciri padat merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan unsur-unsur bahasa. Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah memadai dengan unsur bahasa yang terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi.

Contoh-29 :

Tri dharma perguruan tinggi menjadi ukuran kinerja setiap sivitas akademika.

Contoh-30 :

Tri dharma perguruan tinggi sebagaimana yang tersebut pada Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Tinggi menjadi ukuran kinerja dan prosedur standar setiap sivitas akademika.

Keringkasan dan kepadatan penggunaan bahasa tulis ilmiah juga ditandai dengan tidak adanya kalimat atau paragraf yang berlebihan dalam tulisan ilmiah.

Contoh-31 :

Berdasarkan hasil analisis biji tanaman di Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember bahwa biji kedelai tidak mengandung genetic modified organism (GMO). Dengan demikian, tidak menyalahi aturan tentang uji coba produk berbahan baku kedelai. Artinya, produk olahan berbahan baku kedelai aman bagi kesehatan manusia. Isu negatif yang selama ini berkembang bahwa kedelai mengandung GMO adalah tidak benar.

Contoh-32 :

Hasil analisis biji tanaman di Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember bahwa biji kedelai tidak mengandung genetic modified organism (GMO). Isu negatif yang selama ini berkembang bahwa kedelai mengandung GMO adalah tidak benar.

Kesalahan Umum Pemakaian Bahasa Indonesia

dalam Tulisan Ilmiah

Kesalahan pemakaian bahasa Indonesia dalam tulisan ilmiah pada umumnya berkaitan dengan:

(1) kesalahan penalaran,

(2) kerancuan

(3) pemborosan

(4) ketidaklengkapan kalimat,

(5) kesalahan kalimat pasif

(6) kesalahan ejaan

(7) kesalahan pengembangan paragraf.

Kesalahan PenalaranKesalahan penalaran yang umum terjadi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kesalahan penalaran intra-kalimat

dan antar-kalimat.

Contoh-33 :

Kegiatan penelitian di bidang ilmu hortikultur akan meningkatkan kesadaran mahasiswa akan

pentingnya persatuan dan kesatuan.

Contoh-34 :

Penelitian di bidang ilmu hortikultur akan meningkatkan kreativitas mahasiswa di bidang pertanian.

Kerancuan

Kerancuan terjadi karena penerapan dua kaidah atau lebih. Kerancuan dapat dipilah atas kerancuan bentukan kata dan kerancuan kalimat.

Contoh-35 :

1. Memperlihatkan dari melihatkan dan memperlihat

2. Memperdengarkan dari mendengarkan dan memperdengar

3. Memperdebatkan dari memperdebat dan mendebatkan

4. Memperjadikan dari menjadikan dan memperjadi

5. Memperlebarkan dari melebarkan dan memperlebar

6. Mempertinggikan dari mempertinggi dan meninggikan

7. dan lain sebagainya dari dan lain-lain serta dan sebagainya

Contoh-36 :

Penelitian yang dilakukan telah dibahas efektivitas Rhizobium terhadap serapan nitrogen oleh tanaman kedelai.Contoh-37 :

Penelitian yang dilakukan membahas efektivitas Rhizobium terhadap serapan nitrogen oleh tanaman kedelai.

Kerancuan kalimat juga sering terjadi pada redaksi perujukan. Penulis sering bingung terhadap redaksi rujukan

yang berpola menurut .. .]

Contoh-38 :

Menurut Sarwanto (1999) menyatakan bahwa kenaikkan konsumsi kedelai Indonesia mencapai 9,4% per tahun,

sedangkan laju kenaikkan produksi kedelai hanya 6,2% per tahun.

Contoh-39 :

Sarwanto (1999) menyatakan bahwa kenaikkan konsumsi kedelai Indonesia mencapai 9,4% per tahun, sedangkan

laju kenaikkan produksi kedelai hanya 6,2% per tahun. Atau Konsumsi kedelai Indonesia naik 9,4% per tahun, sedangkan laju kenaikkan produksi kedelai hanya 6,2% per tahun

(Sarwanto, 1999).

Pemborosan

Pemborosan terjadi apabila terdapat unsur yang tidak berguna dalam penggunaan bahasa.

Contoh-40 :

Parameter percobaan yang digunakan untuk menjawab hipotesis penelitian yang terdapat dalam penelitian yang dilakukan terdiri dari dua parameter, yaitu parameter utama dan parameter penunjang.

Contoh-41 :

Parameter percobaan dibedakan menjadi dua, yaitu parameter utama dan parameter penunjang.

Contoh-42 :

Nasoetion (1993) dalam makalahnya yang berjudul Berkatabenar itu Baik, Berkata Arif itu Lebih Baik Lagi menyatakan bahwa pedoman kerja bagi dosen diantaranya adalah bekerja denganjujur dan tidak menukangi data.

Contoh-43 :

Nasoetion (1993) menyatakan bahwa pedoman kerja bagi dosen diantaranya adalah bekerja dengan jujur dan tidak menukangi data.

Ketidaklengkapan Kalimat

Sebuah kalimat dikatakan lengkap apabila setidak-tidaknya mempunyai pokok (subyek) dan penjelas (predikat).

Contoh-44 :

Penelitian yang dilakukan menghasilkan teknologi baru tentang sistem pertanian organik.

Contoh-45 :

Nitrogen pada pupuk urea yang dipergunakan untuk memupuk tanaman Jagung di sawah dan pada pupuk organik bokhasi, yang akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman juga meningkatkan populasi mikroorganisme tanah.

Kesalahan Kalimat Pasif

Kesalahan pembentukan kalimat pasif yang sering dilakukan oleh penulis karya tulis ilmiah adalah kesalahan pembentukan kalimat pasif yang berasal dari kalimat aktif intransitif.

Contoh-46 :

Berbagai kesalahan departemen teknis dalam kuartal pertama tahun 2001 berhasil diungkap melalui pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan. Pertanyaan yang dapat diajukan adalah siapa yang berhasil ? Benarkah yang berhasil adalah berbagai kesalahan departemen teknis ?

Contoh-47 :

Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan berhasil mengungkap berbagai kesalahan departemen teknis dalam kuartal pertama tahun 2001.Kesalahan Ejaan

Bahasa Indonesia telah mempunyai kaidah penulisan (ejaan) yang telah dibakukan, yaitu Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan atau lebih dikenal dengan istilah EYD.

Kaidah ejaan tersebut tertuang dalam buku : Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan(Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Republik Indonesia Nomor : 0543a/U/1987).

Kesalahan penulisan ejaan yang sering dilakukan oleh penulis, diantaranya :

Pemisahan kata yang tidak dapat berdiri sendiri :

Contoh-48 :

Salah : Benar :

Pasca Sarjana(Pascasarjana

Pasca Panen(Pascapanen

Usaha Tani(Usahatani

Gabungan kata yang mungkin menimbulkan salahpenafsiran :

Contoh-58 :

Salah Penafsiran : Benar :

Alat pandang dengar(Alat pandang-dengar

Bersama anak isteri(Bersama anak-isteri

Buku sejarah baru(Buku sejarah-baru

Kata jadian berimbuhan gabung depan dan belakang ditulis serangkai :

Contoh-49 :

Kurang benar : Benar :

Memberi tahukan(Memberitahukan

Dilipat gandakan(Dilipatgandakan

Dinon-aktifkan(Dinonaktifkan

Penggunaan huruf kapital pada huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa; berbeda dengan pada huruf pertama yang menunjuk tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah

Contoh-50 :

Kurang benar : Benar :

Bangsa Indonesia(bangsa Indonesia

Suku Madura(suku Madura

Bedakan dengan :

hari Kartini(Hari Kartini

hari Raya Idhul Fitri(Hari Raya Idhul Fitri

Kata hubung antar kalimat

Contoh-51 :

Kurang benar : Benar :

Oleh sebab itu kami (Oleh sebab itu, kami Namun hal itu (Namun, hal itu Untuk itu saudara (Untuk itu, saudara Penulisan lambang bilangan yang dapat dinyatakan

dengan satu kata atau dua kata

Contoh-52 :

Kurang benar : Benar :

Menonton 3 kali(Menonton tiga kali

Tigaratus ekor ayam(300 ekor ayam

bagian keuntungan(Setengah bagian keuntungan

Penulisan lambang bilangan dan singkatan pada

awal kalimat

Contoh-53 :

Kurang benar : Benar :

15 orang berhasi (Limabelas orang berhasil

250 orang tamu (Duaratus limapuluh orang

tamu.

Penulisan gelar kesarjanaan

Contoh-54 :

Kurang benar : Benar :

DR untuk doktor(Dr. untuk gelar doktor

Dr atau untuk profesi dokter(dr. untuk profesi dokter

SE untuk sarjana ekonomi S.E(untuk sarjana ekonomi

Penulisan unsur serapan

Contoh-55 :Bahasa asli : Kurang benar : Benar :

Analysis : Analisa( Analisis

Chromosome : Khromosom( Kromosom

Technique : Tehnik (Teknik

Quality : Kwalitas : (Kualitas

Kesalahan Pengembangan Paragraf

Paragraf yang digunakan dalam tulisan ilmiah mempunyai tiga syarat, yaitu:

(1) kesatuan

(2) kesistematisan dan kelengkapan

(3) kepaduan.

Contoh-56 :

Proses pembentukan formasi bintil akar merupakan rangkaian interaksi yang komplek antara Rhizobia dan akar tanaman (1). Awalnya, tanaman mengeluarkan senyawa yang secara kemotaktis menarik bakteri ke rhizosfer dan mempersilahkan bakteri untuk berkembang biak (2). Lektin (protein tanaman) menjadi mediator agar rhizobia dengan mudah menempel pada rambut akar (3). Akar tanaman, selama proses pembentukan bintil akar, mengeluarkan tryptophan yang akan dioksidasi oleh rhizobia menjadi IAA (4). Untuk penambatan nitrogen secara aktif, asosiasi rhizobia-tanaman memerlukan berbagai senyawa organik dan inorganik. Molibdenum (Mo) dalam jumlah kecil diperlukan dan merupakan bagian penting dari enzim

nitrogenase (5).

Gagasan pokok paragraf pada contoh-66 adalah proses pembentukan formasi bintil akar pada interaksi antara Rhizobia dan akar tanaman. Kalimat ke-5 tidak relevan dengan gagasan pokok paragraf walaupun secara sepintas mendukung gagasan pokok paragraf.Contoh-57 :

Masyarakat desa, pada umumnya akan berpendapat bahwa kehidupan di desa merupakan kehidupan yang sudah tidak layak di masa sekarang (1). Justru, kehidupan masyarakat desa merupakan suatu kehidupan yang damai dan tenteram (2). Desa, sebenarnya menyimpan potensi besar yang harus dimanfaatkan oleh masyarakat desa sendiri (3). Pendapat tersebut menyebabkan masyarakat desa yang beranggapan salah tersebut segera meninggalkan desanya dengan harapan dapat memperoleh kehidupan yang lebih baik sehingga banyak orang desa malu kembali ke desanya dan bahkan rela untuk menjadi tunakarya dan tunawisma di kota (4).

Urutan kalimat dalam paragraf di atas sebaiknya (1), (4), (3) dan (2).

Paragraf yang baik juga mempunyai jalinan yang erat antar-ide, dan antar-kalimat pendukungnya.Contoh-58 :

Tanaman kedelai, sebagai tanaman indikator, ternyata menunjukkan pertumbuhan yang baik setelah dipupuk nitrogen. Pemupukan dilakukan pada hari ke-30 setelah tanam, padahal pada hari ke-21 tanaman tersebut masih menunjukkan gejala khlorosis. Hari ke-24 para petani melaksanakan anjuran untuk memupuk dengan urea. Kegiatan pemupukan yang dilaksanakan petani apabila dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman, maka tidak akan merusak keseimbangan nutrisi tanah.(Penanda hubungan (tercetak miring) berfungsi untuk menjalin antar-ide dan antar-kalimat.)Dari kenyataan juga dapat dirasakan bahwa dewasa ini batas antara ragam yang satu dengan yang lain kadang-kadang tidak jelas. Dialek Jakarta, misalnya, telah menular ke mana-mana walaupun tidak sepenuhnya, terutama di kalangan anak muda. Dalam berbagai peristiwa yang seharusnya orang menggunakan ragam bahasa baku banyak terdapat penyimpangan terhadap kaidah dan pemakaian kata yang tidak tepat. Kata kita yang melibatkan lawan bicara sering dipakai dalam pengertian kami yang tidak melibatkan lawan bicara; kata cuman yang tidak baku sering dipakai sebagai pengganti hanya yang baku. Agaknya penyimpangan itu tidak dirasakan atau tidak dipedulikan oleh banyak pemakai karena komunikasi tetap berjalan tanpa salah paham.

Perbedaan antara bahasa Indonesia dengan bahasa asing dalam hal ejaan, kosakata, dan struktur cukup jelas karena bahasa Indonesia merupakan salah satu bahasa yang berdiri sendiri, memiliki sistem tersendiri. Dalam hal ejaan yang perlu dicatat adalah adanya dua huruf yang melambangkan satu bunyi, misalnya kh, ng, ny, dan sy; dan satu huruf yang melambangkan lebih dari satu bunyi, misalnya e dan k. Perbedaan yang menonjol mungkin adanya keluwesan dalam pemakaian yang tidak dimiliki bahasa lain. Yang dimaksud keluwesan di sini yaitu variasi bebas dan penyimpangan yang tidak mengganggu proses komunikasi atau tidak menimbulkan salah paham bagi pelakunya, terutama dalam ragam lisan. Ucapan, aksen, dan intonasi yang bervariasi dalam bahasa Indonesia tidak pernah menimbulkan persoalan. Selain itu, banyaknya kata-kata asing masuk ke dalam bahasa Indonesia dan mudahnya pembentukan akronim juga merupakan sesuatu yang membedakan bahasa Indonesia dengan bahasa lain.

Ragam Jurnalistik

Bahasa ragam jurnalistik merupakan tanda jurnalistik terdapat: pada koran, majalah berita, film berita, radio dan televisi memiliki sisi logis dan etisnya, biasanya menggabungkan beberapa perspektif. Karya jurnalistik ideal merangkum sifat-sifat: pelaporan mendalam, penggarapan pro kontra, kesaksian langsung, bersisi kemanusiaan, imbang, susunan baik, dan berdaya tahan. Bahasa ragam khusus pada ragam jurnalistik, di samping sifatnya sendiri dapat berunsurkan ragam sastra dan ragam ilmiah. Demi eksistensi bisnisnya karya jurnalistik menjalin ikatan dengan bidang politik dan ekonomi; dan demi mutunya diperlukan intensitas penggarapan dan rentang waktu perenungan. Ragam jurnalistik sendiri, secara garis besar terbagi dua, straight news dan feature. berita langsung dan berita kisah. Masing masing diperlukan pada tempat yang berbeda dan jenis medianya. pemahaman tentang kedua jenis itu, akan menjadi dasar teknis penulisan yang enak dibaca dan perlu. Sebuah contoh sederhana untuk berita langsung: Seorang ibu rumah tangga yang sedang hamil tua berhasil menangkap maling kalimat diatas, sangat tidak memadai untuk dikatakan sebagai sebuah berita. Ia hanya memuat dua pokok hal, WHAT & WHO Orang yang membaca,tentu akan bertanya-tanya dimana, gimana caranya dia nangkap, siapa dia trus kapan kejadiannya? Bandingkan dengan ini: Dengan menggunakan sapu lidi yang ia temukan di kamar mandi, seorang ibu rumah tangga berhasil menangkap maling. Walau ia tengah hamil tua ia mampu melakukannya seorang diri pagi menjelang subuh dirumah kontrakannya yang sempit itu Bandingkan juga dengan ini: Disebuah rumah kontrakan yang sederhana, seorang ibu hamil menangkap maling.Ia menangkapnya seorang diri dengan memukul maling itu dengan sapu lidi yang ia temukan di kamar mandinya

Versi selanjutnya,...Menjelang subuh senin(12/7), penghuni sebuah kontrakan dibilangan kampung melayu dikejutkan dengan tertangkapnya seorang maling. Maling naas itu berhasil dipergoki Ibu vera, seorang ibu rumah tangga yang sedang hamil tua, tengah menyatroni rumahnya. Dengan sapu lidi yang ia temukan dikamar mandi, ia memukul maling itu yang dengan segera terkapar jatuh. Ia berhasil menangkapnya.Jika Anda jeli, tentu bisa menangkap perbedaan perbedaan dalam contoh diatas. Sebuah kontrakan yang sempit tidaklah perlu dijelaskan dengan istilah itu. Sempit itu relatif kan? Sempit buat Anda belum tentu sempit buat saya. Daripada bias,mending ga usah sekalian dan Anda dapat menjelaskan pada paragraf lainnya.

Lalu contoh sebuah berita kisah:Berikut ini adalah biodata seorang artis pemula yang baru ngetop, punya banyak daya tarik baik itu fisik maupun gaya lengkapnya seperti dibawah ini: Nama : Vera Lahir di : Jakarta Umur : 32 tahun Jenis kelamin: perempuan Rambut : ikal Hidung : mancung Tinggi : 180 cm perjalanan karir : bermula sebagai penari baletLalu bandingkan dengan ini:Vera, seorang artis pemula memiliki banyak daya tarik. Dengan rambut yang ikal dan hidung yang mancung, ia merupakan keindahan tersendiri yang mampu memikat setiap mata yang memandangnya. Terlebih dengan tingginya yang semampai yang mencapai 180cm ia terlihat anggun walau telah berusia 32 tahun.Dari kedua contoh sederhana diatas, bisa dipahami bahwa Berita Langsung adalah berita yang langsung pada sasaran yang jelas dengan patokan 5w+1H, sedangkan berita kisah adalah ragam berita yang mengisahkan sesuatu. Perbedaan mendasar ada pada esensi penulisannya. Berita langsung untuk berita-berita yang singkat padat jelas dan cepet basi, sedang berita kisah adalah berita yang abadi, yang akan selalu nyaman dibaca sepanjang waktu. Untuk menuliskannya, ada beberapa perbedaan tentang obyektifitas berita. Untuk berita langsung, obyektifitas dituntut pada level tertinggi sedang pada berita kisah, selera penulis dapat masuk didalamnya.

Ragam bahasa jurnalistik memang sering ditandai oleh efisiensi penggunaan tanda baca, diksi, dan kalimat. Akan tetapi, efisiensi itu tak jarang harus dibayar mahal, karena berbuntut kebingungan pada diri pembaca. Maunya irit koma, tapi yang terjadi justru orot (boro-Red) pikiran. Sebab, dengan penghilangan koma, pembaca malahan jadi kebingungan. Jadi, mana yang lebih mahal, harga sebuah titik atau kebingungan pembaca? kata pakar linguistik, Dr. Sudaryanto, di depan guru-dosen bahasa dan redaktur Suara Merdeka.

Senada dengan Sudaryanto, Sawali mengungkapkan, prinsip efisiensi berbahasa pada ragam jurnalistik tak jarang memunculkan gejala deviasi. Sebenarnya sah-sah saja ragam bahasa jurnalistik mengekspresikan ide-ide dengan karakteristik itu. Akan tetapi, jangan terlalu banyak menabrak kaidah bahasa standar jika bahasa jurnalistik ingin memainkan misi pendidikan bahasa bagi masyarakat, katanya.

Pemakaian Bahasa Jurnalistik

Terdapat berbagai penelitian yang terkait dengan bahasa, pikiran, ideologi, dan media massa cetak di Indonesia. Anderson (1966, 1984) meneliti pengaruh bahasa dan budaya Belanda serta Jawa dalam perkembangan bahasa politik Indonesia modern, ketegangan bahasa Indonesia yang populis dan bahasa Indonesia yang feodalis. Naina (1982) tentang perilaku pers Indonesia terhadap kebijakan pemerintah seperti yang termanifestasikan dalam Tajuk Rencana. Hooker (1990) meneliti model wacana zaman orde lama dan orde baru. Penelitian tabor Eryanto (2001) tentang analisis teks di media massa. Dari puluhan penelitian yang breakout dengan pers, tenyata belum terdapat penelitian yang secara khusus memformulasikan karakteristik (ideal) bahasa jurnalistik berdasarkan induksi karakteristik bahasa pers yang termanifestasikan dalam kata, kalimat, dan wacana.

Di awal tahun 1980-an terbersit berita bahwa bahasa Indonesia di media massa menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia baku. Roni Wahyono (1995) menemukan kemubaziran bahasa wartawan di Semarang dan Yogyakarta pada aspek gramatikal (tata bahasa), leksikal (pemilihan kosakata) dan ortografis (ejaan). Berdasarkan aspek kebahasaan, kesalahan tertinggi yang dilakukan wartawan terdapat pada aspek gramatikal dan kesalahan terendah pada aspek ortografi. Berdasarkan jenis berita, berita olahraga memiliki frekuensi kesalahan tertinggi dan frekuensi kesalahan terendah pada berita kriminal. Penyebab wartawan melakukan kesalahan bahasa dari faktor penulis karena minimnya penguasaan kosakata, pengetahuan kebahasaan yang terbatas, dan kurang bertanggung jawab terhadap pemakaian bahasa, karena kebiasaan lupa dan pendidikan yang belum baik. Sedangkan faktor di luar penulis, yang menyebabkan wartawan melakukan kesalahan dalam menggunakan bahasa Indonesia karena keterbatasan waktu menulis, lama kerja, banyaknya naskah yang dikoreksi, dan tidak tersedianya redaktur bahasa dalam surat kabar.

Walaupun di dunia penerbitan telah ada buku-buku jurnalistik praktis karya Rosihan Anwar (1991), Asegaf (1982), Jacob Oetama (1987), Ashadi Siregar, dll, namun masih perlu dimunculkan petunjuk akademik maupun teknis pemakaian bahasa jurnalistik. Dengan mengetahui karakteristik bahasa pers Indonesiatermasuk sejauh mana mengetahui penyimpangan yang terjadi, kesalahan dan kelemahannya,-- maka akan dapat diformat pemakaian bahasa jurnalistik yang komunikatif.

Terdapat beberapa penyimpangan bahasa jurnalistik dibandingkan dengan kaidah bahasa Indonesia baku:

1. Peyimpangan morfologis. Peyimpangan ini sering terjadi dijumpai pada judul berita surat kabar yang memakai kalimat aktif, yaitu pemakaian kata kerja tidak baku dengan penghilangan afiks. Afiks pada kata kerja yang berupa prefiks atau awalan dihilangkan. Kita sering menemukan judul berita misalnya, Polisi Tembak Mati Lima Perampok Nasabah Bank. Israil Tembak Pesawat Mata-mata. Amerika Bom Lagi Kota Bagdad.

2. Kesalahan sintaksis. Kesalahan berupa pemakaian tatabahasa atau struktur kalimat yang kurang benar sehingga sering mengacaukan pengertian. Hal ini disebabkan logika yang kurang bagus. Contoh: Kerajinan Kasongan Banyak Diekspor Hasilnya Ke Amerika Serikat. Seharusnya Judul tersebut diubah Hasil Kerajinan Desa Kasongan Banyak Diekspor Ke Amerika. Kasus serupa sering dijumpai baik di koran lokal maupun koran nasional.

3. Kesalahan kosakata. Kesalahan ini sering dilakukan dengan alasan kesopanan (eufemisme) atau meminimalkan dampak buruk pemberitaan. Contoh: Penculikan Mahasiswa Oleh Oknum Kopasus itu Merupakan Pil Pahit bagi ABRI. Seharusnya kata Pil Pahit diganti kejahatan. Dalam konflik Dayak- Madura, jelas bahwa yang bertikai adalah Dayak dan Madura, tetapi wartawan tidak menunjuk kedua etnis secara eksplisit. Bahkan di era rezim Soeharto banyak sekali kosakata yang diekspose merupakan kosakata yang menekan seperti GPK, subversif, aktor intelektual, ekstrim kiri, ekstrim kanan, golongan frustrasi, golongan anti pembangunan, dll. Bahkan di era kebebasan pers seperti sekarang ini, kecenderungan pemakaian kosakata yang bias makna semakin banyak.

4. Kesalahan ejaan. Kesalahan ini hampir setiap kali dijumpai dalam surat kabar. Koran Tempo yang terbit 2 April 2001yang lalu tidak luput dari berbagai kesalahan ejaan. Kesalahan ejaan juga terjadi dalam penulisan kata, seperti: Jumat ditulis Jumat, khawatir ditulis hawatir, jadwal ditulis jadual, sinkron ditulis singkron, dll.

5. Kesalahan pemenggalan. Terkesan setiap ganti garis pada setiap kolom kelihatan asal penggal saja. Kesalahan ini disebabkan pemenggalan bahasa Indonesia masih menggunakan program komputer berbahasa Inggris. Hal ini sudah bisa diantisipasi dengan program pemenggalan bahasa Indonesia.

Untuk menghindari beberapa kesalahan seperti diuraikan di atas adalah melakukan kegiatan penyuntingan baik menyangkut pemakaian kalimat, pilihan kata, dan ejaan. Selain itu, pemakai bahasa jurnalistik yang baik tercermin dari kesanggupannya menulis paragraf yang baik. Syarat untuk menulis paragraf yang baik tentu memerlukan persyaratan menulis kalimat yang baik pula. Paragraf yang berhasil tidak hanya lengkap pengembangannya tetapi juga menunjukkan kesatuan dalam isinya. Paragraf menjadi rusak karena penyisipan-penyisipan yang tidak bertemali dan pemasukan kalimat topik kedua atau gagasan pokok lain ke dalamnya.

Oleh karena itu seorang penulis seyogyanya memperhatikan pertautan dengan(a) memperhatikan kata ganti

(b) gagasan yang sejajar dituangkan dalam kalimat sejajar; manakala sudut pandang terhadap isi kalimat tetap sama, penempatan fokus dapat dicapai dengan pengubahan urutan kata yang lazim dalam kalimat, pemakaian bentuk aktif atau pasif, atau mengulang fungsi khusus. Variasi dapat diperoleh dengan (1) pemakaian kalimat yang berbeda menurut struktur gramatikalnya; (2) memakai kalimat yang panjangnya berbeda-beda, dan (3) pemakaian urutan unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan dengan selang-seling. Jurnalistik gaya Tempo menggunakan kalimat-kalimat yang pendek dan pemakaian kata imajinatif. Gaya ini banyak dipakai oleh berbagai wartawan yang pernah bersentuhan dengan majalah Tempo.

Agar penulis mampu memilih kosakata yang tepat mereka dapat memperkaya kosakata dengan latihan penambahan kosakata dengan teknik sinonimi, dan antonimi. Dalam teknik sinonimi penulis dapat mensejajarkan kelas kata yang sama yang nuansa maknanya sama atau berbeda. Dalam teknik antonimi penulis bisa mendaftar kata-kata dan lawan katanya. Dengan cara ini penulis bisa memilih kosakata yang memiliki rasa dan bermakna bagi pembaca. Jika dianalogikan dengan makanan, semua makanan memiliki fungsi sama, tetapi setiap orang memiliki selera makan yang berbeda. Tugas jurnalis adalah melayani selera pembaca dengan jurnalistik yang enak dibaca dan perlu. (Slogan Tempo).

Goenawan Mohamad pada 1974 telah melakukan revolusi putih (Istilah Daniel Dhakidae) yaitu melakukan kegiatan pemangkasan sekaligus pemadatan makna dan substansi suatu berita. Berita-berita yang sebelumnya cenderung bombastis bernada heroik--karena pengaruh revolusidipangkas habis menjadi jurnalisme sastra yang enak dibaca. Jurnalisme semacam ini setidaknya menjadi acuan atau model koran atau majalah yang redakturnya pernah mempraktikkan model jurnalisme ini. Banyak orang fanatik membaca koran atau majalah karena gaya jurnalistiknya, spesialisasinya, dan spesifikasinya. Ada koran yang secara khusus menjual rubrik opini, ada pula koran yang mengkhususkan diri dalam peliputan berita. Ada pula koran yang secara khusus mengkhususkan pada bisnis dan iklan. Jika dicermati, sesungguhnya, tidak ada koran yang betul-betul berbeda, karena biasanya mereka berburu berita pada sumber yang sama. Jurnalis yang bagus, tentu akan menyiasati selera dan pasar pembacanya.

Dalam hubungannya dengan prinsip penyuntingan bahasa jurnalistik terdapat beberapa prinsip yang dilakukan (1) balancing, menyangkut lengkap-tidaknya batang tubuh dan data tulisan, (2) visi tulisan seorang penulis yang mereferensi pada penguasaan atas data-data aktual; (3) logika cerita yang mereferensi pada kecocokan; (4) akurasi data; (5) kelengkapan data, setidaknya prinsip 5wh, dan (6) panjang pendeknya tulisan karena keterbatasan halaman.

Prinsip Dasar Bahasa Jurnalistik

Bahasa jurnalistik merupakan bahasa komunikasi massa sebagai tampak dalam harian-harian surat kabar dan majalah. Dengan fungsi yang demikian itu bahasa jurnalistik itu harus jelas dan mudah dibaca dengan tingkat ukuran intelektual minimal. Menurut JS Badudu (1988) bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, lugas, menarik, lancar dan jelas. Sifat-sifat itu harus dimiliki oleh bahasa pers, bahasa jurnalistik, mengingat surat kabar dibaca oleh semua lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya. Oleh karena itu beberapa ciri yang harus dimiliki bahasa jurnalistik di antaranya:

1. Singkat, artinya bahasa jurnalistik harus menghindari penjelasan yang panjang dan bertele-tele.

2. Padat, artinya bahasa jurnalistik yang singkat itu sudah mampu menyampaikan informasi yang lengkap. Semua yang diperlukan pembaca sudah tertampung didalamnya. Menerapkan prinsip 5 wh, membuang kata-kata mubazir dan menerapkan ekonomi kata.

3. Sederhana, artinya bahasa pers sedapat-dapatnya memilih kalimat tunggal dan sederhana, bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit, dan kompleks. Kalimat yang efektif, praktis, sederhana pemakaian kalimatnya, tidak berlebihan pengungkapannya (bombastis)

4. Lugas, artinya bahasa jurnalistik mampu menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga .

5. Menarik, artinya dengan menggunakan pilihan kata yang masih hidup, tumbuh, dan berkembang. Menghindari kata-kata yang sudah mati.

6. Jelas, artinya informasi yang disampaikan jurnalis dengan mudah dapat dipahami oleh khalayak umum (pembaca). Struktur kalimatnya tidak menimbulkan penyimpangan/pengertian makna yang berbeda, menghindari ungkapan bersayap atau bermakna ganda (ambigu). Oleh karena itu, seyogyanya bahasa jurnalistik menggunakan kata-kata yang bermakna denotatif. Namun seringkali kita masih menjumpai judul berita: Tim Ferrari Berhasil Mengatasi Rally Neraka Paris-Dakar. Jago Merah Melahap Mall Termewah di Kawasan Jakarta. Polisi Mengamankan Oknum Pemerkosa dari Penghakiman Massa. Dalam menerapkan ke-6 prinsip tersebut tentunya diperlukan latihan berbahasa tulis yang terus-menerus, melakukan penyuntingan yang tidak pernah berhenti. Dengan berbagai upaya pelatihan dan penyuntingan, barangkali akan bisa diwujudkan keinginan jurnalis untuk menyajikan ragam bahasa jurnalistik yang memiliki rasa dan memuaskan dahaga selera pembacanya.

Dipandang dari fungsinya, bahasa jurnalistik merupakan perwujudan dua jenis bahasa yaitu seperti yang disebut Halliday (1972) sebagai fungsi ideasional dan fungsi tekstual atau fungsi referensial, yaitu wacana yang menyajikan fakta-fakta. Namun, persoalan muncul bagaimana cara mengkonstruksi bahasa jurnalistik itu agar dapat menggambarkan fakta yang sebenarnya. Persoalan ini oleh Leech (1993) disebut retorika tekstual yaitu kekhasan pemakai bahasa sebagai alat untuk mengkonstruksi teks. Dengan kata lain prinsip ini juga berlaku pada bahasa jurnalistik.

Terdapat empat prinsip retorika tekstual yang dikemukakan Leech, yaitu prinsip:1. Prinsip prosesibilitas, menganjurkan agar teks disajikan sedemikian rupa sehingga mudah bagi pembaca untuk memahami pesan pada waktunya. Dalam proses memahami pesan penulis harus menentukan (a) bagaimana membagi pesan-pesan menjadi satuan; (b) bagaimana tingkat subordinasi dan seberapa pentingnya masing-masing satuan, dan (c) bagaimana mengurutkan satuan-satuan pesan itu. Ketiga macam itu harus saling berkaitan satu sama lain.

Penyusunan bahasa jurnalistik dalam surat kabar berbahasa Indonesia, yang menjadi fakta-fakta harus cepat dipahami oleh pembaca dalam kondisi apa pun agar tidak melanggar prinsip prosesibilitas ini. Bahasa jurnalistik Indonesia disusun dengan struktur sintaksis yang penting mendahului struktur sintaksis yang tidak penting

Perhatikan contoh berikut:

(1) Pangdam VIII/Trikora Mayjen TNI Amir Sembiring mengeluarkan perintah tembak di tempat, bila masyarakat yang membawa senjata tajam, melawan serta tidak menuruti permintaan untuk menyerahkannya. Jadi petugas akan meminta dengan baik. Namun jika bersikeras dan melawan, terpaksa akan ditembak di tempat sesuai dengan prosedur (Kompas, 24/1/99)

(2) Ketua Umum PB NU KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) mengadakan kunjungan kemanusiaan kepada Ketua Gerakan Perlawanan Timor (CNRT) Xanana Gusmao di LP Cipinang, Selasa (2/2) pukul 09.00 WIB. Gus Dur didampingi pengurus PBNU Rosi Munir dan staf Gus Dur, Sastro. Turut juga Aristides Kattopo dan Maria Pakpahan (Suara Pembaruan, 2/2/99)

Contoh (1) terdiri dari dua kalimat, yaitu kalimat pertama menyatakan pesan penting dan kalimat kedua menerangkan pesan kalimat pertama. Contoh (2) terdiri dari tiga kalimat, yaitu kalimat pertama menyatakan pesan penting dan kalimat kedua serta kalimat ketiga menyatakan pesan yang menerangkan pesan kalimat pertama.

2. Prinsip kejelasan, yaitu agar teks itu mudah dipahami. Prinsip ini menganjurkan agar bahasa teks menghindari ketaksaan (ambiguity). Teks yang tidak mengandung ketaksaan akan dengan mudah dan cepat dipahami.

Perhatikan Contoh:

(3) Ketika mengendarai mobil dari rumah menuju kantornya di kawasan Sudirman, seorang pegawai bank, Deysi Dasuki, sempat tertegun mendengar berita radio. Radio swasta itu mengumumkan bahwa kawasan Semanggi sudah penuh dengan mahasiswa dan suasananya sangat mencekam (Republika, 24/11/98)

(4) Wahyudi menjelaskan, negara rugi karena pembajak buku tidak membayar pajak penjualan (PPN) dan pajak penghasilan (PPH). Juga pengarang, karena mereka tidak menerima royalti atas karya ciptaannya. (Media Indonesia, 20/4/1997).

Contoh (3) dan (4) tidak mengandung ketaksaan. Setiap pembaca akan menangkap pesan yang sama atas teks di atas. Hal ini disebabkan teks tersebut dikonstruksi oleh kata-kata yang mengandung kata harfiah, bukan kata-kata metaforis.

3. Prinsip ekonomi. Prinsip ekonomi menganjurkan agar teks itu singkat tanpa harus merusak dan mereduksi pesan. Teks yang singkat dengan mengandung pesan yang utuh akan menghemat waktu dan tenaga dalam memahaminya. Sebagaimana wacana dibatasi oleh ruang wacana jurnalistik dikonstruksi agar tidak melanggar prinsip ini. Untuk mengkonstruksi teks yang singkat, dalam wacana jurnalistik dikenal adanya cara-cara mereduksi konstituen sintaksis yaitu (i) singkatan; (ii) elipsis, dan (iii) pronominalisasi. Singkatan, baik abreviasi maupun akronim, sebagai cara mereduksi konstituen sintaktik banyak dijumpai dalam wacana jurnalistik

(5) Setelah dipecat oleh DPR AS karena memberikan sumpah palsu dan menghalang-halangi peradilan, Presiden Bill Clinton telah menjadi presiden kedua sejak berdirinya Amerika untuk diperintahkan diadili di dalam senat (Suara Pembaruan, 21/12/98)

(6) Ketua DPP PPP Drs. Zarkasih Noer menyatakan, segala bentuk dan usaha untuk menghindari disintegrasi bangsa dari mana pun atau siapa pun perlu disambut baik (Suara Pembaruan, 21/12/98

Pada contoh (5) terdapat abreviasi DPR AS. Pada contoh (6) terdapat abreviasi DPP PPP. Selain itu ada abreviasi lain seperti SARA, GPK, OTB, OT, AMD, SDM. AAK, GPK, dll. Terdapat pula berbagai bentuk akronim dengan variasi pembentukannya walaupun seringkali tidak berkaidah. Misalnya. Curanmor, Curas, Miras, dll.

Elipsis merupakan salah satu cara mereduksi konstituen sintaktik dengan melesapkan konstituen tertentu.

(7) AG XII Momentum gairahkan olahraga Indonesia (Suara Pembaruan, 21/12/98)

(8) Jauh sebelum Ratih diributkan, Letjen (Pur) Mashudi, mantan Gubernur Jawa Barat dan mantan Ketua Umum Kwartir Gerakan Pramuka telah menerapkan ide mobilisasi massa. Konsepnya memang berbeda dengan ratih (Republika, 223/12/98)

Pada contoh ((7) terdapat pelepasan afiks me(N)- pada verba gairahkan. Pelepasan afiks seperti contoh (7) di atas sering terdapat pada judul wacana jurnalistik. Pada contoh (8) terdapat pelesapan kata mobilisasi masa pada kalimat kedua.

Pronominalisasi merupakan cara mereduksi teks dengan menggantikan konstituen yang telah disebut dengan pronomina. Pronomina Pengganti biasanya lebih pendek daripada konstituen terganti.

(9) Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia (DPP PDI) hasil kongres Medan Soerjadi dan Sekjen Buttu Hutapea pada hari Minggu (23/8) sekitar pukul 18.30 Wita tiba di bandara Mutiara, Palu Sulawesi Tengah, dengan diangkut pesawat khusus. Keduanya datang untuk mengikuti Kongres V PDI, dengan pengawalan ketat langsung menunggu Asrama Haji dan menginap di sana. (Kompas, 24/8/98)

(10) Hendro Subroto bukan militer. Sebagai seorang warga sipil, jejak pengalamannya dalam beragam mandala pertempuran merupakan rentetan panjang sarat pengalaman mendebarkan. Ia hadir ketika Kahar Muzakar tewas disergap pasukan Siliwangi di perbukitan Sulsel (Kompas, 24/8/98).

Pada contoh (9) tampak bahwa keduanya pada kalimat kedua merupakan pronominalisasi kalimat pertama. Pada contoh (10) kata ia mempronominalisasikan Hendro Subroto, sebagai warga sipil pada kalimat pertama dan kedua.

4. Prinsip ekspresivitas. Prinsip ini dapat pula disebut prinsip ikonisitas. Prinsip ini menganjurkan agar teks dikonstruksi selaras dengan aspek-aspek pesan. Dalam wacana jurnalistik, pesan bersifat kausalitas dipaparkan menurut struktur pesannya, yaitu sebab dikemukakan terlebih dahulu baru dikemukakan akibatnya. Demikian pula bila ada peristiwa yang terjadi berturut-turut, maka peristiwa yang terjadi lebih dulu akan dipaparkan lebih dulu dan peristiwa yang terjadi kemudian dipaparkan kemudian.

(11) Dalam situasi bangsa yang sedang kritis dan berada di persimpangan jalan, karena adanya benturan ide maupun paham politik, diperlukan adanya dialog nasional. Dialog diperlukan untuk mengubur masa lalu, dan untuk start ke masa depan. Tutur Prof. Dr. Nurcholis Madjid kepada Kompas di kediamannya di Jakarta Rabu (23/12) (Kompas, 24/12/98).

Pada contoh (11) tampak bahwa kalimat pertama menyatakan sebab dan kalimat kedua mendatangkan akibat.

Pemakaian Kata, Kalimat dan Alinea

Bahasa jurnalistik juga mengikuti kaidah bahasa Indonesia baku. Namun pemakaian bahasa jurnalistik lebih menekankan pada daya kekomunikatifannya. Para pembelajar BIPA tingkat lanjut dapat mempotensikan penggunaan bahasa Indonesia ragam jurnalistik dengan beberapa usaha.

1. Pemakaian kata-kata yang bernas. Kata merupakan modal dasar dalam menulis. Semakin banyak kosakata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula gagasan yang dikuasainya dan sanggup diungkapkannya.

Dalam penggunaan kata, penulis yang menggunakan ragam BI Jurnalistik diperhadapkan pada dua persoalan yaitu ketepatan dan kesesuaian pilihan kata. Ketepatan mempersoalkan apakah pilihan kata yang dipakai sudah setepat-tepatnya, sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis dan pembaca. Sedangkan kesesuaian mempersoalkan pemakaian kata yang tidak merusak wacana.

2. Penggunaan kalimat efektif. Kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu berlangsung sempurna. Kalimat efektif mampu membuat isi atau maksud yang disampaikan itu tergambar lengkap dalam pikiran si pembaca, persis apa yang ditulis. Keefektifan kalimat ditunjang antara lain oleh keteraturan struktur atau pola kalimat. Selain polanya harus benar, kalimat itu harus pula mempunyai tenaga yang menarik.

3. Penggunaan alinea/paragraf yang kompak. Alinea merupakan suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Setidaknya dalam satu alinea terdapat satu gagasan pokok dan beberapa gagasan penjelas. Pembuatan alinea bertujuan memudahkan pengertian dan pemahaman dengan memisahkan suatu tema dari tema yang lain.

Beberapa Jenis Bahasa Indonesia Ragam Jurnalistik

1. Berita.

Berita adalah peristiwa yang dilaporkan. Segala yang didapat di lapangan dan sedang dipersiapkan untuk dilaporkan belum disebut berita. Wartawan yang menonton dan menyaksikan peristiwa, belum tentu telah menemukan peristiwa. Wartawan sudah menemukan peristiwa setelah ia memahami prosesnya atau jalan cerita, yaitu tahu APA yang terjadi, SIAPA yang terlibat, kejadiannya BAGAIMANA, KAPAN, dan DI MANA itu terjadi, dan MENGAPA sampai terjadi. Keenam itu yang disebut unsur berita.

Suatu peristiwa dapat dibuat berita bila paling tidak punya satu NILAI BERITA seperti berikut.

(a) kebermaknaan (significance). Kejadian yang berkemungkinan akan mempengaruhi kehidupan orang banyak atau kejadian yang punya akibat terhadap pembaca. Contoh: Kenaikan BBM, tarif TDL, biaya Pulsa telepon, dll.

(b) Besaran (magnitude). Kejadian yang menyangkut angka-angka yang berarti bagi kehidupan orang banyak. Misalnya: Para penghutang kelas kakap yang mengemplang trilyunan rupiah BLBI.

(c) Kebaruan (timeliness). Kejadian yang menyangkut peristiwa yang baru terjadi. Misalnya, pemboman Gereja tidak akan bernilai berita bila diberitakan satu minggu setelah peristiwa.

(d) Kedekatan (proximity). Kejadian yang ada di dekat pembaca. Bisa kedekatan geogragfis atau emosional. Misalnya, peristiwa tabrakan mobil yang menewaskan pasangan suami isteri, lebih bernilai berita daripada Mac Dohan jatuh dari arena GP 500.

(e) Ketermukaan/sisi manusiawi. (prominence/human interest). Kejadian yang memberi sentuhan perasaan para pembaca. Kejadian orang biasa, tetapi dalam peristiwa yang luar biasa, atau orang luar biasa (public figure) dalam peristiwa biasa. Misalnya, anak kecil yang menemukan granat siap meledak di rel kereta api, atau Megawati yang memiliki hobby pada tanaman hias.

Berita jurnalistik dapat digolongkan menjadi (a) berita langsung (straight/hard/spot news), (b) berita ringan (soft news), berita kisah (feature) serta laporan mendalam (in-depth report).

Berita langsung digunakan untuk menyampaikan kejadian penting yang secepatnya diketahui pembaca. Aktualitas merupakan unsur yang penting dari berita langsung. Kejadian yang sudah lama terjadi tidak bernilai untuk berita langsung. Aktualitas bukan hanya menyangkut waktu tetapi jug sesuatu yang baru diketahui atau diketemukan. Misalnya, cara baru, ide baru, penemuan baru, dll.

Berita ringan tidak mengutamakan unsur penting yang hendak diberitakan tetapi sesuatu yang menarik. Berita ini biasanya ditemukan sebagai kejadian yang menusiawi dari kejadian penting. Kejadian penting ditulis dalam berita langsung, sedang berita yang menarik ditulis dalam berita ringan. Berita ringan sangat cocok untuk majalah karena tidak terikat aktualitas. Berita ringan langsung menyentuh emosi pembaca misalnya keterharuan, kegembiraan, kasihan, kegeraman, kelucun, kemarahan, dll.

2. Berita Kisah (Feature)

Berita kisah adalah tulisan tentang kejadian yang dapat menyentuh perasaan atau menambah pengetahuan pembaca lewat penjelasan rinci, lengkap, serta mendalam. Jadi nilainya pada unsur manusiawi dan dapat menambah pengetahuan pembaca.

Terdapat berbagai jenis berita kisah di antaranya (a) profile feature, (b) How to do it Feature, (c) Science Feature, dan (d) human interest feature.

Profile feature menceritakan perjalanan hidup seseorang, bisa pula hanya menggambarkan sepak terjang orang tersebut dalam suatu kegiatan dan pada kurun waktu tertentu. Profile feature tidak hanya cerita sukses saja, tetapi juga cerita kegagalan seseorang. Tujuannya agar pembaca dapat bercermin lewat kehidupan orang lain.

How to do It feature, berita yang menjelaskan agar orang melakukan sesuatu. Informasi disampaikan berupa petunjuk yang dipandang penting bagi pembaca. Misalnya petunjuk berwisata ke Pulau Bali. Dalam tulisan itu disampaikan beberapa tips praktis rute perjalanan (drat, laut, udara), lokasi wisata, rumah makan dan penginapan, perkiraan biaya, kualitas jalan, keamanan, dll..

Science Feature adalah tulisan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai oleh kedalaman pembahasan dan objektivitas pandangan yang dikemukakan, menggunakan data dan informasi yang memadai. Feature ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dimuat di majalah teknik, komputer, pertanian, kesehatan, kedokteran, dll. Bahkan surat kabar pun sekarang memberi rubrik Science Feature.

Human interest features , merupakan feature yang menonjolkan hal-hal yang menyentuh perasaan sebagai hal yang menarik, termasuk di dalamnya adalah hobby dan kesenangan. Misalnya, orang yang selamat dari kecelakaan pesawat terbang dan hidup di hutan selama dua Minggu. Kakek berusia 85 tahun yang tetap mengabdi pada lingkungan walaupun hidup terpencil dan miskin.

11Telkom University.doc