Tugas bahasa

31
BAB II LANDASAN TEORI I. KONSEP-KONSEP MEMBACA 1. Pengertian Membaca Pengertian membaca menurut Ronald Wardaugh adalah suatu kegiatan yang aktif dan interaktif dikatakan aktif. Menurut Stevens, membaca adalah suatu kegiatan yang kompleks. Selama proses membaca berlangsung melibatkan kegiatan jasmani dan rohani. Selain itu, Nurhadi dalam bukunya Membaca cepat dan efektif menerangkan bahwa membaca adalah suatu proses yang kompleks dan rumit. Seorang ahli membaca Edward L Thorndike mengatakan “ Reading as thingking and reading as reasoning “. Artinya, proses membaca itu tak ubahnya seperti ketika seorang sedang berfikir dan bernalar. Jadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca adalah proses yang kompleks dan rumit, serta mengindikasikan bahwa kemampuan membaca itu adalah kemampuan yang spesifik. Latar belakang kemampuan faktor internal dan faktor eksternal seseorang menyebabkan setiap orang mempunyai kemampuan membaca yang berbeda-beda dengan orang lain. 2. Proses Membaca Secara garis besar, membaca berlangsung dalam dua proses. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan diuraikan satu per satu. 1. Pemahaman atau Penagkapan Makna Pemahaman dan penangkapan makna yang ada dibalik lambang bahasa; baik makna pokok maupun makna tambahan harus dilakukan oleh pembaca. Kegiatan ini dilakukan supaya pembaca dapat memahami dan menangkap makna makna apa saja yang bisa diberikan kepada lambing-lambang bahasa tadi. Makna tersebut berupa makna pokok atau makna sebenarnya. Disamping itu dapat juga dibubuhi dengan makna tambahan atau makna kiasan, jika hal itu diperlukan.

Transcript of Tugas bahasa

Page 1: Tugas bahasa

BAB II

LANDASAN TEORI

I. KONSEP-KONSEP MEMBACA

1. Pengertian Membaca

Pengertian membaca menurut Ronald Wardaugh adalah suatu kegiatan yang

aktif dan interaktif dikatakan aktif. Menurut Stevens, membaca adalah suatu kegiatan

yang kompleks. Selama proses membaca berlangsung melibatkan kegiatan jasmani dan

rohani. Selain itu, Nurhadi dalam bukunya “ Membaca cepat dan efektif ” menerangkan

bahwa membaca adalah suatu proses yang kompleks dan rumit.

Seorang ahli membaca Edward L Thorndike mengatakan “ Reading as

thingking and reading as reasoning “. Artinya, proses membaca itu tak ubahnya seperti

ketika seorang sedang berfikir dan bernalar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca adalah proses yang kompleks

dan rumit, serta mengindikasikan bahwa kemampuan membaca itu adalah kemampuan

yang spesifik. Latar belakang kemampuan faktor internal dan faktor eksternal seseorang

menyebabkan setiap orang mempunyai kemampuan membaca yang berbeda-beda

dengan orang lain.

2. Proses Membaca

Secara garis besar, membaca berlangsung dalam dua proses. Untuk lebih

jelasnya, berikut ini akan diuraikan satu per satu.

1. Pemahaman atau Penagkapan Makna

Pemahaman dan penangkapan makna yang ada dibalik lambang bahasa; baik

makna pokok maupun makna tambahan harus dilakukan oleh pembaca. Kegiatan ini

dilakukan supaya pembaca dapat memahami dan menangkap makna–makna apa saja

yang bisa diberikan kepada lambing-lambang bahasa tadi. Makna tersebut berupa

makna pokok atau makna sebenarnya. Disamping itu dapat juga dibubuhi dengan

makna tambahan atau makna kiasan, jika hal itu diperlukan.

Page 2: Tugas bahasa

2. Bereaksi secara Interpretatif

Setelah pembaca memahami lambing bahasa tersebut, pembaca harus

bereaksi secara interpretatife. Pembaca dapat menafsirkan apa-apa yang

diperolehnya dari pemahaman yang ditetapkannya tadi. Reaksi dapat secara positif

dan dapat pula secara negatif. Antara lain, dalam bentuk menerima dan menyetujui;

dan dapat pula dalam bentuk menolak atau tidak menyetujui sama sekali.

3. Tujuan Membaca

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh

informasi, mencakup tentang isi bacaan, dan memahami makna bacaan. Atau membaca

merupakan usaha untuk mendapatkan sesuatu yang ingin diketahui, mengetahui sesuatu

yang akan dilakukan, atau untuk mendapatkan kesenangan dan pengalaman.

Uraian diatas adalah tujuan membaca secara umum. Namun begitu, tujuan

membaca dapat dibagi secara rinci sesuai dengan keperluan pembaca secara khusus,

perincian tersebut adalah sebgai berikut:

1. Membaca untuk memperoleh rincian.

2. Membaca untuk memperoleh ide utama.

3. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita.

4. Membaca untuk menyimpulkan atau membaca untuk bahan rujukan.

5. Membaca untuk mengelompokan atau membaca untuk mengklasifikasikan.

6. Membaca untuk menilai atau mengevaluasi.

7. Membaca untuk mempebandingkan atau membaca untuk mempertentangkan.

II. JENIS-JENIS MEMBACA

1. Jenis Membaca Berdasarkan Tingkatan

Menurut Rizanur Gani dan M. Atar Semi (1997:4) terdapat dalam tiga tahapan,

yaitu membaca permulaan, membaca lanjutan dan membaca orang dewasa. Namun

begitu ada juga para pakar yang lain membagi empat tingkatan, misalnya Adler dan

Doren (1986:13) seperti berikut ini:

a. Membaca Permulaan

b. Membaca Inspeksional

Page 3: Tugas bahasa

c. Membaca Analisis

d. Membaca Sintopikal

2. Jenis Membaca Berdasarkan Kecepatan dan Tujuan

a. Membaca Kilat ( Skimming )

Membaca kilat merupakan satu cara membaca yang mengutamakan

penangkapan esensi materi bacaan, tanpa membaca keseluruhan materi bacaan itu.

Di dalam membaca kilat, membaca kilat diperlukan keterampilan menentukan

bagiuan-bagian bacaan yang mengandung ide atau pokok pikiran.

Tujuan membaca kilat adalah untuk mendapatkan informasi yang penting

dalam waktu yang terbatas. Untuk menangkap satu atau seperangkat ide pokok atau

untuk mengetahui apa yang terjadi selanjutnya dalam suatu fiksi atau non fiksi.

Materi bacaan biasanya : eresi, surat kabar, majalah, cerita fiksi dan non fiksi, serta

bacaan-bacaan problematika lainnya.

b. Membaca Cepat ( Spead Reading )

Membaca cepat adalah membaca yang dilakukan dengan kecepatan yang

tinggi. Biasanya dilakukan dengan membaca kalimat demi kalimat, dan membaca

paragraph;tetapi tidak membaca kata demi kata.

Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi, gagasan utama dan gagasan

penjelas dari suatu bacaan dalam waktu yang singkat. Bahan bacaan umumnya

berupa : esai, majalah, surat kabar, dan bacaan lainnya yang memuat materi yang

tidak terlalu kompleks. Pembahasan membaca cepat secara rinci dibahas tersendiri

c. Membaca Studi ( Careful Reading )

Membaca dalam jenis ini dilakukan untuk memahami, mempelajari, dan

meneliti suatu persoalan. Kadang-kadang ditujukan pula untuk mengendapkannya

dalam ingatan. Untuk keperluan ini membaca harus dilaksanakan dengan kecepatan

yang agak rendah.

Bahan bacaan biasanya terdiri dari artikel ilmiah, buku pelajaran dan buku-

buku semi ilmiah lainnya.

Page 4: Tugas bahasa

d. Membaca Studi ( Careful Reading )

Membaca relektif yaitu membaca untuk menangkap informasi dengan terinci

dan kemudian melahirkannya kembali atau melaksanakan dengan tepat segala

keterangan yang diperoleh itu. Biasanya membaca jenis ini dilakukan untuk

tuntutan-tuntutan, anatar lain petunjuk tentang percobaan di laboratorium dan

sejenisnya. Disamping itu, juga dilaksanakan atau ditujukan untuk merefleksikan

suatu bacaan, membaca untuk kesenangan, atau membaca estetis

Materi bacaan biasanya terdiri dari : tuntutan buku-buku filsafat, buku suci,

tajuk rencana, puisi, drama, berita dan bacaan-bacaan yang dibaca secara oral

lainnya.

Page 5: Tugas bahasa

BAB II

LANDASAN TEORI

I. KONSEP-KONSEP MENULIS

1. Pengertian Menulis

Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi

pada suatu media dengan menggunakan aksara. Menulis biasa dilakukan pada kertas

dengan menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil. Pada awal sejarahnya dilakukan

dengan menggunakan gambar, contohnya tulisan hieroglif (hieroglyph) pada zaman

Mesir Kuno.

Kegiatan menulis berkembang pesat sejak diciptakannya teknik percetakan yang

menyebabkan orang makin giat menulis karena karya mereka mudah diterbitkan.

Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dlam bentuk

bahasa tulis untuk tujuan, misalnya member tahu, meyakinkan, atau menghibur. Hasil

dari proses kreatif ini biasa disebut dengan istilah karangan atau tulisan. Istilah menulis

sering melekatkan pada proses kreatif yang berjenis ilmiah. Sementara istilah

mengarang sering dilekatkan pada proses kreatif yang berjenis non ilmiah.

Menulis sebagai keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam mengemukan

gagasan-pikirannya kepada orang atau pihak lain dengan media tulisan. Menurut kamus

Besar Bahasa Indonesia, menulis adalah membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan

pena (pensil, kapur dsb), anak-anak sedang belajar, melahirkan pikiran atau perasaan

(spt mengarang, membuat surat).

Menurut (Angelo, 1980:5), Menulis merupakan suatu bentuk berpikir, tetapi

justru berpikir bagi membawa tertentu dan bagi waktu tertentu

2. Pengertian dan Hakikat Menulis

Jadi menulis itu dapat juga dimaknakan sebagai penyampaian ide dan pikiran

melalui media tulisan. Menulis merupakan suatu cara untuk mengetahui dan

menemukan apa yang diketahui oleh seseorang yang terekam dalam pikirannya (Cox,

1999:309).

Page 6: Tugas bahasa

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pengertian dan Hakikat menulis

diperlukan kegiatan berpikir atau ketika seseorang ingin menulis, ia menggunakan

pikirannya agar ia dapat menghasilkan tulisan.

Pada dasarnya Pengertian dan Hakikat menulis dapat dilihat pada tiga aspek,

yakni :

1. Menulis sebagai proses berpikir,

2. Menulis sebagai proses berpikir meliputi serangkaian aktivitas,

3. Dan menulis sebagai proses berhubungan erat dengan membaca.

Ketiga hal tersebut yang menjadi dasar pengertian dan hakikat menulis

dipaparkan sebagai berikut :

1. Menulis sebagai proses berpikir.

Menulis sebagai suatu proses menuangkan gagasan atau pikiran dalam

bentuk tertulis. Menulis sebagai proses berpikir berarti bahwa sebelum dan atau saat

setelah menuangkan gagasan dan perasaan secara tertulis diperlukan keterlibatan

proses berpikir.

2. Menulis sebagai proses berpikir meliputi serangkaian aktivitas.

Menulis sebagai suatu proses berpikir yang menghasilkan kreativitas berupa

karangan, baik karangan ilmiah maupun karangan sastra.

3. Menulis sebagai suatu proses berpikir berkaitan erat dengan membaca

Menulis sebagai suatu proses berpikir yang terdiri atas serangkaian aktivitas

yang fleksibel berkaitan erat dengan membaca. Hal ini dapat dilihat dari :

a. Segi sebelum menulis diperlukan berbagai pengetahuan awal dan informasi yang

berkaitan dengan topik yang di garap,

b. Segi saat setelah menulis, membaca merupakan kegiatan yang tak terpisahkan

dengan kegiatan menulis pada tahap perbaikan, penyuntingan.

Page 7: Tugas bahasa

Penulis pada dasarnya adalah pembaca berulang-ulang terhadap tulisannya.

Menulis sebagai proses :

a. Pra menulis (prewriting) : siswa memilih topik, siswa mengumpulkan dan

menyesuaikan ide-ide, siswa mengindefikasi pembacanya, siswa mengindefikasi

tujuan menulis siswa memilih bentuk yang sesuai berdasarkan pembaca.

b. Pengedrafan (drafting) : siswa menulis draf kasar, siswa- siswa menulis pokok-

pokok yang menarik pembaca, siswa lebih menekankan isi dari pada mekanik.

c. Merevisi (revising) : siswa membagi tulisannya kepada kelompok, siswa

mendiskusikan tulisannya kepada temannya.

d. Mengedit (editannya) : siswa membaca ulang tulisannya, siswa membantu baca

ulang tulisannya.

e. Mempublikasikan (publishing) : siswa mempublikasikan tulisannya dalam

bentuk yang sesuai.

II. JENIS-JENIS MENULIS

Dalam menulis dikenal bermacam-macam jenis menulis, diantaranya adalah :

1. Deskripsi adalah suatu bentuk tulisan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan

yang sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium,

dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya (Suparno,

2006:4.6). Jadi menulis deskripsi adalah, menulis dengan menceritakan keadaan sesuai

dengan aslinya sehingga pembaca dapat merasakan apa yang dirasakan oleh penulis

2. Narasi adalah tulisan yang menyajikan serangkaian peristiwa (Suparno, 2006:4.54).

Karangan narasi berisi penyampaian rangkaian peristiwa menurut urutan kejadiannya.

Tujuan mnulis narasi ada dua yaitu :

a. Hendak memberikan informasi atau memberi wawasan dan memperluas

pengetahuan kepada pembaca.

b. Hendak memberikan pengalaman estetis kepada pembaca

3. Eksposisi adalah tulisan yang bertujuan untuk memberitahu, mengupas, menguraikan

atau menerangkan sesuatu (Suparno, 2006:5.56). Argumentasi ditulis untuk memberikan

alas an, memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan.

Page 8: Tugas bahasa

III. TUJUAN MENULIS

Penulis memiliki tujuan tertentu dalam penulisannya, yaitu : memberi informasi,

Mencerahkan jiwa, mengabadikan sejarah, ekspresi diri, mengedepankan idealism,

mengemukan opini dan teori dan menghibur. Dari tujuan menulis dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Memberi informasi, maksudnya adalah sebagian besar tulisan dihasilkan dengan tujuan

member informasi, seperti memperkenalkan produk atau mempromosikan sesuatu

termasuk berita maupun tempat pariwisata.

2. Mencerahkan jiwa, yakni bacaan sudah menjadi salah satu kebutuhan manusia, sehingga

karya tulis layak dipandang sebagai salah satu pencerahan pikira dan jiwa.

3. Mengabadikan sejarah yaitu dengan menuliskan sejarah agar abadi sampai ke generasi

berikutnya.

4. Penulis menggunakan tulisannya sebagai sarana mengekspresikan diri, baik bagi

perorangan atau kelompok.

5. Untuk mengedapankan idealism yang umumnya dituliskan karena tulisan memiliki daya

sebar yang sangat cepat.

6. Tulisan juga berfungsi menggunakan opini dan teori yang biasanya selalu diabadikan

dalam bentuk tulisan.

7. Tulisan bertujuan untuk menghibur pembaca, meski bertema humor atau bukan tulisan

umumnya bertujuan untuk menghibur pembaca

Kegunaan menulis secara rinci sebagai berikut :

a. Menulis menolong menemukan kembali apa yang pernah diketahui.

b. Menulis menghasikan ide-ide baru.

c. Menulis membantu mengorganisasikan pikiran dan menempatkannya dalam suatu

bentuk yang berdiri sendiri, hanya karena menulis.

d. Menulis membantu diserap dan dikuasai informasi baru.

e. Praktis, berdasarkan praktiknya, apa yang kita alami bias tertuang secara mudah dan

praktis.

f. Psikologis, secara psikologis menulis sangat bermanfaat dan bisa membuat kita sehat an

bahkan mampu membuat kita untuk mampu sedang GALAU, sedang mengalami

Page 9: Tugas bahasa

masalah, TULISLAH Persoalan Anda! Dan akan menjadi sejarah di masa yang akan

dating. Bahkan menulispun bisa membuat kita awet muda, bagaimana bias? Bias anda

bayangkan ketika anda sedang mengalami kegalauan, atau masalah, pasti rasa yang

begitu menekankan dan begitu menyebalkan yang anda alami pada saat itu. Maka jika

meluapkan semua persoalan ke dalam tulisan. Akan ada manfaat yang anda rasakan,

yakni anda mampu bebas meluapkan segala persoalan tersebut ke dalam tulisan.

Berbeda ketika segala persoalan tersebut anda pilih untuk di pendam dalam hati, dan

tidak anda luapkan dalam tulisan, maka semakin terasa tertekan hidup anda atas

persoalan hidup yang sedang anda alami . Cepat mati bisa jadinya.

g. Metodologi.

h. Filosofis.

i. Pendidikan.

Page 10: Tugas bahasa

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian dan Tujuan Berbicara

Ada beberapa pengertian berbicara yang dicantumkan dalam blog

makalahdanskripsi.blogspot.com, antara lain:

a. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk

mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.

b. Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun

serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau

penyimak.

c. Berbicara adalah proses indipidu berkomunikasi dengan lingkungan masyarakat untuk

menyatakan dirinya sebagai anggota masayarakat.

d. Berbicara adalah ekspresi kreatif yang dapat memanifestasikan kepribadiannya yang

tidak sekedar alat mengkomunikasikan ide belaka, tetapi juga alat utama untuk

menciptakan dan memformulasikan ide baru.

e. Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari dilingkungan keluarga, tetangga, dan

lingkungan lainnya disekitar tempatnya hidup sebelum masuk sekolah.

Tujuan berbicara adalah untuk menginformasikan, untuk melaporkan sesuatu hal

pada pendengar. Sesuatu tersebut dapat berupa menjelaskan sesuatu proses, menguraikan,

menafsirkan, atau menginterprestaikan sesuatu hal, member, menyebarkan, atau

menanamkan pengetahuan, menjelaskan kaitan, hubungan, relasi antara benda, hal, atau

peristiwa.

Unsur Berbicara dan Prosedur Kegiatan Berbicara

Unsur dasar berbicara.

Didalam kegiatan berbicara terdapat lima unsur yang terlibat, yaitu

1. Pembicara

2. Isi Pembicara

3. Saluran

Page 11: Tugas bahasa

4. Penyimak, dan

5. Tanggapan penyimak

Prosedur kegiatan Berbicara

a. Memilih pokok pembicaraan yang menarik hati

b. Membatasi pokok pembicaraan

c. Mengumpulkan bahan-bahan

d. Menyusun bahan (pendahuluan, isi, kemampuan)

Konsep Dasar Berbicara

Kemampuan berbicara siswa bervariasi, mulai dari taraf baik atau lancer, sedang,

gagap, atau kurang. Kenyataan tersebut sebaiknya dijadikan landasan berbicara pun harus

berlandaskan onsep dasar berbicara sebagai saranaberkomunikasi.

Konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup Sembilan hal,

yakni :

a. Berbicara dan menyimak adalah suatu kegiatan resiprokal

b. Berbicara adalah proses individu berkomunikasi

c. Berbicara adalah ekspresi kreatif

d. Berbicara adalah tingkah laku

e. Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari

f. Berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman

g. Berbicara sarana memperluas cakrawala

h. Berbicara adalah pancaran kepribadian

Jenis-Jenis Berbicara

Bila diperhatikan mengenai bahasa pengajaran akan kita dapatkan berbagai jenis

berbicara, antara lain : diskusi, percakapan, pidato menjelaskan, pidato menghibur, ceramah,

dan sebagainya.

Berdasarkan pengamatan minimal ada lima landasan yang digunakan dalam

mengklasifikasikan berbicara. Kelima landasan tersebut adalah :

Page 12: Tugas bahasa

1. Situasi

Aktivitas berbicara terjadi dalam suasana, situasi, dan lingkungan tertentu.

Situasi dan lingkungan itu dapat bersifat formal atau resmi, mungkin pula bersifat

informal atau tidak resmi. Dalam situasi formal pembicara dituntut berbicara secara

formal, sebaliknya dalam situasi tak formal, pembicara harus berbicara secara tak formal

pula. Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dalam kehidupan manusia

sehari-hari.

Jenis-jenis kegiatan berbicara informal meliputi :

a. Tukar pengalaman

b. Percakapan

c. Menyampaikan berita

d. Menyampaikan pengumuman

e. Bertelepon

f. Memberi petunjuk

Sedangkan kegiatan berbicara yang bersifat formal meliputi :

a. Ceramah

b. Perencanaan dan penilaian

c. Interview

d. Prosedur parlementer

e. Bercerita

2. Tujuan

Akhir pembicaraan, pembicara menginginkan respons dari pendengar. Pada

umumnya tujuan orang berbicara adalah untuk menghibur, menginformasikan,

meyakinkan, atau menggerakkan pendengarnya.

3. Metode Berbicara

Ada empat cara atau teknik yang dapat atau biasa digunakan orang dalam

menyampaikan pembicaraan, (H.G. Tarigan) yaitu :

Page 13: Tugas bahasa

a. Metode Impromptu ‘Serta Merta’

Dalam hal ini pembicara tidak melakukan persiapan lebih dulu sebelum

berbicara, tetapi secara serta merta atau mendadak berbicara berdasarkan

pengetahuan dan pengalamannya. Pembicara menyampaikan pengetahuan yang ada,

dihubungkan dengan situasi dan kepentingan saat itu.

b. Mentode Menghafal

Pembicara sebelum melakukan kegiatannya melakukan persiapan secara

tertulis, kemudian dihafal kata demi kata, kalimat demi kalimat. Dalam

penyampaiannya pembicara tidak membaca naskah. Ada kecenderungan pembicara

berbicara tanpa menghayati maknanya, berbicara terlalu cepat. Hal itu dapat

menjemukan, tidak menarik perhatian pendengar. Mungkin juga ada pembicara yang

berhasil dengan metode ini. Metode ini biasanya digunakan oleh pembicara pemula

tau yang masih belum biasa berbicara di depan orang banyak.

c. Metode Naskah

Pada metode ini pembicara sebelum berbicara terlebih dulu menyiapkan

naskah. Pembicara membacakan naskah itu di depan para pendengarnya. Hal ini

dapat kita perhatikan pada pidato resmi Presiden di depan anggota DPR/MPR, pidato

pejabat pada upacara resmi. Pembicaraan harus memiliki kemampuan menempatkan

tekanan, nada, intonasi, dan ritme. Cara ini sering kurang komunikatif dengan

pendengarnya karena mata dan perhatian pembicara selalu ditujukan ke naskah. Oleh

sebab itu, apabila akan menggunakan metode harus melakukan latihan yang intensif.

d. Metode Ekstemporan

Dalam hal ini pembicara sebelum melakukan kegiatan bahwa berbicara

terlebih dahulu mempersiapkan diri dengan cermat dan membuat catatan penting.

Catatan itu digunakan sebagai pedoman pembicaraan dalam melakukan

pembicaraanya. Dengan pedoman itu pembicara dapat mengembangkannya secara

bebas.

Page 14: Tugas bahasa

4. Jumlah Penyimak

Komunikasi lisan melibatkan dua pihak, pendengar dan pembicara. Jumlah

peserta yang berfungsi sebagai penyimak dalam komunikasi lisan dapat bervariasi

misalnya satu orang, beberapa orang (kelompok kecil), dan banyak orang (kelompok

besar).

5. Peristiwa Khusus

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering menghadapi berbagai kegiatan.

Sebagian dari kegiatan itu dikategorikan sebagai peristiwa khusus, istimewa, atau

spesifik. Contoh kegiatan khusus itu adalah ulang tahun, perpisahan, perkenalan,

pemberian hadiah.

Jenis-jenis Kegiatan Berbicara

Berbicara terdiri atas berbicara formal dan berbicara informal. Berbicara informal

meliputi bertukar pikiran, percakapan, penyampaian berita, bertelepon, dan member

petunjuk. Sedangkan berbicara formal antara lain, diskusi, ceramah, pidato, wawancara, dan

bercerita (dalam situasi formal). Pembagian atau klasifikasi seperti ini bersifat luwes.

Artinya, situasi pembicaraan yang akan menentukan keformalan dan keinformalannya.

Misalnya : penyampaian berita atau memberi petunjuk dapat juga bersifat formal jika berita

itu atau pemberian petunjuk itu berkaitan dengan situasi formal, bukan penyampaiaan berita

antar teman atau bukan pemberian petunjuk kepada orang yang tersesat di jalan.

Seminar

Seminar merupakan jenis diskusi kelompok yang diikuti oleh para ahli dan dipimpin

oleh pemandu untuk mencari pedoman dan penyelesaian masalah tertentu. Hasil pemikiran

atau hasil penelitian yang akan disampaikan oleh pembicara atau penyanggah utama

sebaiknya ditulis dalam kertas kerja atau makalah.

Pidato

Pidato adalah pengungkapan pikiran oleh seseorang dalam bentuk lisan yang

ditujukan kepada orang banyak. Misalnya:

Page 15: Tugas bahasa

1.) Pidato kenegaraan, yaitu pidato Kepala Negara di depan anggota DPR/MPR.

2.) Pidato pengukuhan, yaitu pidato yang disampaikanoleh seseorang pejabat tinggi

rector universitas pada saat diangkat secara resmi.

3.) Pidato perpisahan.

Ceramah

Ceramah adalah ungkapan pikiran secara lisan oleh seseorang tentang sesuatu atau

pengetahuan kepada para pendengar. Dalam ceramah ada beberapa hal yang merupakan ciri

khas.

Page 16: Tugas bahasa

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Penyimak

Menyimak adalah mendengar secara khusus dan berpusat pada objek yang di simak

(Panduan Bahasa dan Sastra Indonesia, Natasasmita Hanapi, Drs ; 1995 :18). Menyimak

dapat di definisikan suatu aktifitas yang mencakup kegiatan mendengar dan bunyi bahasa,

mengidenfikasikan, menilik, dan mereaksi atas makna dalam bahan simakan. (Djago

Tarigan; 1991:4).

2.2. Tujuan Menyimak

Tujuan utama menyimak untuk menangkap dan memahami pesan, ide serta

gagasanyang terdapat pada materi atau bahan simakan. Dengan demikian tujuan menyimak

dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Menyimak memperoleh fakta atau mendapatkan fakta.

b. Untuk menaganalisa fakta.

c. Untuk mengevaluasi fakta.

d. Untuk mendapatkan ispirasi.

e. Untuk mendapatkan hiburan atau menghibur diri.

2.3. Jenis-jenis Menyimak

Pengklasifikasian menyimak berdasarkan :

a. Sumber suara

b. Cara penyimak bahan yang disimak

c. Tujuan menyimak

d. Taraf aktifitas penyimak

Berdasarkan sumber suara yang disimak, penyimak di bagi menjadi dua bagian yaitu :

1. Intrapersonal Listening atau menyimak intrapribadi

2. Intrapersonal Listening atau penyimak antar pribadi

Page 17: Tugas bahasa

Berdasarkan pada cara penyimakan bahan yang disimak, dapat diklarifikasikan sebagai

berikut :

1. Menyimak ektensif (Ektensif Listening)

Menyimak ektensif ialah kegiatan menyimak tidak memerlukan perhatian, ketentuan

dan ketelitian sehingga penyimak hanya memahami seluruh secara garis besarnya saja.

Menyimak ekstensif meliputi :

a. Menyimak Sosial

b. Menyimak Sekunder

c. Menyimak Estetik

2. Menyimak Intensif

Menyimak Intensif adalah kegiatan menyimak dengan penuh perhatian, ketentuan dan

ketelitian sehingga penyimak memahami segala mendalam.

Menyimak intensif meliputi :

a. Menyimak Kritis

b. Menyimak Introgatif

c. Menyimak Penyelidikan

d. Menyimak Kreatif

e. Menyimak Konsentratif

f. Menyimak Selektif

Tujuan menyimak berdasarkan Tidyman dan Butterfield membedakan menyimak

menjadi:

a. Menyimak Sederhana

b. Menyimak Diskriminatif

c. Menyimak Santai

d. Menyimak Informative

e. Menyimak Literature

f. Menyimak Kritis

Berdasrakan pada titik pandang aktivitas penyimak dapat diklarifikasikan :

a. Kegiatan menyimak bertaraf rendah

b. Kegiatan menyimak bertaraf tinggi.

Page 18: Tugas bahasa

2.4. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyimak

1. Unsur Pembicara

Pembaca harus menguasai materi, penuh percaya diri, berbicara sistematis dan

seimbang dengan penyimak juga harus bergaya menarik atau bervariasi.

2. Unsure Materi

Unsure yang diberikan haruslah actual, bermanfaat, sistematis dan seimbang.

3. Unsure Penyimak / Siswa

a. Kondisi siswa dalam keadaan baik

b. Siswa harus berkonsentrasi

c. Adanya minat siswa dalam menyimak

d. Penyimak harus berpengalaman luas

4. Unsure Situasi

a. Waktu penyimakan

b. Saran unsure pendukung

c. Suasana lingkungan

2.5. Ciri-ciri Penyimak Ideal

Menurut Djago Taringan mengindenfikasikan ciri-ciri menyimak ideal sebagai berikut :

1. Berkonsentrasi.

Artinya Penyimak harus betul-betul memusatkan perhatian kepada materi yang

disimak.

2. Penyimakan harus bermotivasi.

Artinya mempunyai tujuan tertentu sehingga untuk menyimak kuat.

3. Penyimak harus menyimak secara menyeluruh

Artinya penyimak harus menyimak materi secara utuh dan padu.

4. Penyimak harus menghargai pembicara.

5. Penyimak yang baik harus selektif, artinya harus memilih bagian-bagian yang inti.

6. Penyimak harus tangguh sungguh-sungguh.

7. Penyimak tidak mudah terganggu.

8. Penyimak harus cepat menyesuaikan diri.

9. Penyimak harus kenal arah pembicaraan.

Page 19: Tugas bahasa

10. Kontak dengan pembicara.

11. Merangkum.

12. Menilai.

13. Merespon.

2.6. Kegiatan Menyimak

1. Proses menyimak komprehensif

Adapun komponen yang termasuk dalam proses menyimak :

a. Rangsang bunyi.

Weafer 91972) memasukan kata-kata, bunyi isyarat dan bunyi-bunyi lainnya

sebagai tipe-tipe symbol bunyi yang dapat diterima dan dapat dimaknai oleh

penyimak.

b. Penerimaan alat peraga.

c. Perhatian dan penyelesaian.

d. Pemberian makna.

2. Fungsi comprehensive listening

Fungsinya berkonsentrasi pada pesan-pesan tang disampaikan selanjutnya kaitan antara

satu pesan dengan lainnya agar sampai pemahaman yang dikehendaki.

3. Faktor-faktor yang berkaitan dengan menyimak komprehensif.

Page 20: Tugas bahasa

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Mengapa Bahasa Melayu Diangkat Menjadi Bahasa Indonesia.

Menurut ahli etnologi dan filogi, bahasa melayu termasuk Bahas Austronesi berasal

dari Kepulauan Riau (Sumatera). Mula-mula bahasa ini hanya dipercakapan terbatas oleh

penuturnya di Riau dan sekitarnya. Secara kebetulan, karena kepulauan ini terletak di jalur

perdagangan yang sangat ramai di Selat Malaka yang penduduknya sebagian besar bermata

pencaharian sebagai nelayan atau pedagang antar pelabuhan, apalagi bahasanya mudah

dipahami atau komunikatif.

Akhirnya bahasa ini tidak hanya digunakan oleh pedagang disekitar perairan

Malaka, tetapi juga diseluruh Nusantara. Tidak hanya sekedar sebagai alat komunikasi di

bidang ekonomi (Perdagangan), tetapi juga di bidang sosial (alat komunikasi) massa,

Politik (perjanjian antar kerajaan) dan sastra-budaya (penyebaran agama islam dan kristen.

Bagaimana bahasa melayu bisa di adopsi menjadi bahasa nasional, yaitu bahasa

Indonesia, di Negara RI ? Perkembangan bahasa melayu menjadi bahasa nasional di NKRI

sejak lama telah menjadi pembicaraan luas. Oleh karena itu, para pemuda Indonesia dalam

kongresnya yang ke-2 bersatu pada tanggal 28 Oktober 1928 bertekat bulat untuk

menggalang persatuan dan kesatuan dengan Sumpah Pemuda Indonesia Raya. Kongres itu

menghasilkan keputusan : “ Kami Putra dan Putri Indonesia Menjunjung Bahasa Persatuan,

Bahasa Indonesia “.

Sejak itulah bahasa melayu disepakti untuk diangkat sebagai bahasa persatuan,

bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia. Bahasa pemersatu rakyat Indonesia, yang

digunakan dalam kegiatan sehari-hari dan organisasi. Perkembangan bahasa melayu

menjadi bahasa indonesia itu sebenarnya secara perlahan-lahan, tapi terus-menerus.

Dengan kata lain, bahasa Indonesia dengan perlahan-lahan tetapi pasti, berkembang dan

tumbuh terus.

Peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan bahasa melayu

Indonesia adalah :

Page 21: Tugas bahasa

1. Masa kerajaan Sriwijaya sekitar abad ke-7 Bahasa Melayu telah di gunakan sebagai

Lingua Franca atau Bahasa Penghubung.

2. Masa kerajaan Malaka sekitar abad ke-15 Bahasa Melayu alat komunikasi sangat

penting. Sekitar tahun 1521, Antonio Figagafetta menyusun daftar kata Italy-melayu

yang pertama di buat di Tidore dan berisi kata-kata yang dijumpai di sana.

3. Masa Abdullah Bin Abdulkari Munsyi sekitar abad ke-19 fungsi Bahasa Melayu

sebagai sarana pengungkap nilai-nilai estetikian jelas.

4. Pada tahun 1901 diadakan pembuatan ejaan yang pertama kali oleh Prof.Ch.Van

Ophuysen di bantu Engku Nawawi dan Moh. Toib Sultan Ibrahim.

5. Tahun 1908 pemerintah Belanda mendirikan Commissiee Indland Che School en

Valkslektuur (komisi bacaan sekolah bumi putra dan rakyat) ini mempunyai andil besar

dalam menyebarkan serta mengembangkan bahasa melayu melalui bahan-bahan bacaan

yang diterbitkan untuk umum.

6. Tahun 1928 tepatnya tanggal 28 Oktober dalam sumpah pemuda bahasa melayu

diwisuda menjadi bahasa Nasional Bangsa Indonesia sekaligus namanya diganti

menjadi bahasa Indonesia.

7. Tahun 1933 terbit majalah Poed Jangga Baroe yang pertama kali pelopor pendiri

majalah ini ialah Sultan Takdir Alishahbana, Amir Hamzah, dan Armijn Pane,

kegiatannya ingin dan berusaha memajukan bahasa Indonesia dalam segala bidang.

Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

Status Relatif bahasa sebagai sistem lambang alat budaya, nilai pemakaian Bahasa

tersebut di dalam kedudukan yang diberikan.

Page 22: Tugas bahasa

VARIASI BAHASA

A. Variasi Bahasa

Seabagai sebuah language sebuah bahasa mempunyai sistim dan subsistem yang

dipahami sama oleh semua penutur bahasa itu. namun, karena penutur bahasa tersebut,

meski berada pada masyarakat tutur, tidak merupakan kumpulan manusia yang

homogeny, maka wujud bahasa yang konkret, yang disebut parole, menjadi tidak

seragam. Bahasa itu menjadi seragam dan bervariasi. Terjadinya keragaman atau

kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak

homogeny, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat

beragam. Setiap kegiatan memerlukan atau menyebabkan terjadinya keragaman bahasa

itu. Keragaman ini akan semangkin bertambah kalau bahasa tersebut digunakan oleh

penutur yang sangat banyak, serta dalam wilayah yang sangat luas. Misalnya bahasa

inggris yang digunakan oleh hampir seluruh dunia.

Variasi bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan

oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh penuturnya

yang tidak homogen. Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan:

1. Variasi itu dilihat dari sebagai akibat dari adanya keragaman sosial penutur bahasa itu

dan keragaman fungsi bahasa itu, jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari

adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa.

2. Variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam

kegiatan masyarakat yang beraneka ragam.

Kedua pandangan ini dapat saja diterima atau ditolak, yang jelas variasi bahasa

diklasifikasikan berdasarkan adanya keragaman sosial dan fungsi kegiatan di dalam

masyarakat sosial.

Namun Halliday membedakan variasi bahasa berdasarkan pemakai (dialek) dan

pemakai (register). Chaser (2004:62) mengatakan bahwa variasi bahasa itu pertama-tama

kita bedakan berdasarkan penutur dan penggunanya. Berdasarkan penutur berarti, siapa

yang mengunakan bahasa itu, dimana tinggalnya, bagaimana kedudukan sosialnya

Page 23: Tugas bahasa

didalam masyarakat, apa jenis kelaminnya, dan kapan bahasa itu digunakan. Berdasarkan

penggunaanya berarti, bahasa itu digunakan untuk apa, dalam bidang apa, apa jalur dan

alatnya, dan bagaimana situasi keformalannya.

Berikut ini akan dibicarakan variasi-variasi bahasa tersebut, dimulai dari segi

penutur ataupun dari segi penggunaannya :

1. Variasi Dari Segi Penutur

a. Variasi Bahasa Indiolek

Idiolek merupakan variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Setiap orang

mempunyai idiolek masing-masing idiolek ini berkenaan dengan “ Warna “ suara,

pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat dan sebagainya. Yang paling dominan

adalah warna suara, kita dapat mengenali seseorang yang kita kenal hanya dengan

mendengar suara tersebut. Idiolek melalui tulis pun juga bisa, tetapi disini

membedakannya agak sulit.

b. Variasi Bahasa Dialek

Dialek, yaitu variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya

relatife, yang berada disuatu tempat atau area tertentu. Umpamanya, bahasa jawa

dialek Bayumas, Pekalaongan, Surabaya, dan sebagainya. Bidang studi yang

mempelajari tentang variasi bahasa ini adalah dialektologi.

c. Variasi Bahasa Kronolek Atau Dialek Temporal

Kronolek atau dialek sosial, yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh

komplek sosial pada masa tertentu. Sebagai contoh, variasi bahasa Indonesia pada

masa tahun tiga puluhan, lima puluhan, ataupun saat ini.

d. Variasi Bahasa Sosiolek

Sosiolek atau dialek sosial, yaitu variasi bahasa yanag berkenaan dengan

status, golongan dan kelas sosial para penuturnya. Dalam sosiolinguistik variasi

inilah yang menyangkut masalah poribadi penuturnya, seperti usia, pendidikan,

keadaan sosial ekonomi, pekerjaan seks, dan sebagainya. Sehubungan dengan

variasi bahasa yang berkenaan dengan tingkat, golongan, status, dan kelas sosial

para penuturnya disebut dengan prokem.

Page 24: Tugas bahasa

e. Variasi Bahasa Berdasarkan Usia

Variasi bahasa berdasarkan usia yaitu bahasa yang digunakan berdasarkan

tingkat usia. Misalnya variasi bahasa anak-anak akan berbeda dengan variasi

remaja atau orang dewasa.

f. Variasi Bahasa Berdasarkan Pendidikan

Variasi bahasa berdasarkan pendidikan, yaitu variasi bahasa yang terkait

dengan tingkat pendidikan si pengguna bahasa. Misalnya orang yang hanya

mengenyam pendidikan sekolah dasar akan berbeda variasi bahasanya dengan

orang yang lulus sekolah tingkat atas. Demikian pula, orang lulus sekolah

menengah atas akan berbeda penggunaan variasi bahasa dengan mahasiswa atau

para sarjana.

g. Variasi bahasa berdasarkan Seks

Variasi bahasa berdasarkan seks adalah variasi bahasa yang terkait dengan

jenis kelamin dalam hal ini pria atau wanita. Misalnya, Variasi bahasa yang

digunakan oleh ibu-ibu akan berbeda denmgan variasi bahasa yang digunakan

oleh Bapak-bapak.

h. Variasi bahasa berdasarkan Profesi, Pekerjaan, atau Tugas Para Penutur

Variasi bahasa berdasarkan profesi adalah variasi bahasa yang terkait

dengan jenis profesi, pekerjaan dan tugas para pengguna bahasa tersebut.

Misalnya, variasi yang digunakan oleh para buruh, guru, mubalik, dokter, dan lain

sebagainya tentu mempunyai perbedaan variasi bahasa.

i. Variasi bahasa berdasarkan Tingkat Kebangsawanan

Variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan adalah variasi bahasa

yang terkait dengan tingkat dan kedudukan (kebangsawanan atau raja-raja) dalam

masyarakatnya. Misalnya, adanya perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh

raja (keturunan raja) dengan masyarakat biasa dalam bidang kosa kata, seperti

kata mati digunakan untuk masyarakat biasa, sedangkan Tingkat Ekonomi Para

Penuturnya.

j. Variasi bahasa berdasarkan Tingkat Ekonomi Para Penuturnya

Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur adalah variasi

bahasa yang mempunyai kemiripan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat

Page 25: Tugas bahasa

kebangsawanan hanya saja tingkat ekonomi bukan mutlak sebagai warisan

sebagaimana halnya dengan tingkat kebangsawanan. Misalnya, Seseorang yang

mempunyai tingkat ekonomi yang tinggi akan mempunyai variasi bahasa yang

berbeda dengan orang yang mempunyai tingkat ekonomi lemah.

Berkaitan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat golongan, status dan kelas

sosial para penuturnya dikenal hanya variasi bahasa berdasarkan tingkat golongan, status,

dan kelas sosial para penuturnya dikenal adanya variasi bahasa akrolek, basilek, vulgal,

slang, vulokial, jargon, argoi, dan ken, adapun penjelasan tentang variasi bahasa tersebut

sebagai berikut :

1. Akrolek, adalah variasi sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi dari

variasi sosial lainnya.

2. Basilek, adalah variasi sosial yang dianggap kurang bergengsi atau bahkan dipandang

rendah.

3. Vulgar, adalah variasi sosial yang cirinya tampak pada penilaian bahasa yang kurang

terpelajar atau kalangan yang tidak berpendidikan.

4. Slang, adalah variasi sosial yang bersifat kursus dan rahasia.

5. Kolokial, adalah variasi sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari yang

cenderung menyikat kata karena bukan merupakan bahasa tulis. Misalnya dok

(Dokter), prof (professor), let (letnan), dan lain-lainnya.

6. Jargon, adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok sosial

tertentu, Misalnya para montir dengan istilah roda gila, didongkrak dan lain-lainnya.

7. Argon, adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh profesi tertentu dan

bersifat rahasia. Misalnya bahasa para pencuri dan tukang copet, kacamata artinya

polisi.

8. Ken, adalah variasi sosial yang bernada pemalas, dibuat merengek-rengek penuh

dengan kepura-puraan misalnya variasi bahasa para pengemis.

2. Variasi Dari Segi Pemakaian

Variasi bahasa berkenaan dengan pengunaanya, pemakaian atau fungsinya

disebut fungsiolek ragam atau register. Variasi ini biasanya dibicarakan berdasarkan

Page 26: Tugas bahasa

bidang penggunaan, gaya atau tingkat keformalan dan sarana penggunaan. Variasi

bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunakan

untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya bidang sastra, jurnalistik, pertanian,

militer, pelayaran, pendidikkan dan sebagainya. Variasi bahasa dari segi pemakaian

ini yang paling tampak cirinya adalah dalam hal kosakata. Setiap bidang kegiatan

biasanya mempunyai kosakata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain.

Misalnya bahasa dalam karya sastra biasanya menekan penggunaan kata dari

segi estetis sehingga dipilih dan digunakan kosakata yang tepat. Ragam bahasa

jurnalistik juga mempunyai ciri tertentu, yakni bersifat sederhana, komunikatif, dan

ringkas. Sederhana karena harus dipahami dengan mudah, komunikatif, dan ringkas.

Sederhana karena harus dipahami dengan mudah, komunikatif karena jurnalis harus

menyampaikan berita sangat tepat dan ringkas karena keterbatasan ruang (dalam

media cetak), dan keterbatasan waktu (dalam media elektronik). Intinya ragam bahas

yang dimaksud di atas, adalah ragam bahasa menunjukan perbedaan ditinjau dari segi

siapa yang menggunakan bahasa tersebut.

3. Variasi dari Segi Keformalan

Menurut Martin Joos, variasi bahasa dibagi menjadi lima macam gaya

(ragam), yaitu ragam beku (frozen), ragam resmi (formal), ragam usaha (konsultatif),

ragam santai (casual), ragam akrab (intimate)

1. Gaya atau Ragam Beku (Frozen)

Ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan

dalam situasi khidmat dan upacara resmi. Misalnya, dalam khotbah, undang-

undang, akte notaris, sumpah, dan sebagainya. Disebut ragam beku karena pola

dan kaidahnya sudah ditetapkan secara mantap, dan tidak boleh diubah.

2. Gaya atau Ragam Resmi (Formal)

Ragam Resmi adalah variasi bahasa yang digunakan dalam pidato

kenegaraan, rapat dinas, ceramah, buku pelajaran dan sebagainya.

3. Gaya atau Ragam Usaha (Konsultatif)

Ragam Usaha adalah variasi bahasa yang lazim digunakan pembicaraan

biasa di sekolah, rapat-rapat, ataupun pembicaraan yang berorientasi kepada hasil

Page 27: Tugas bahasa

atau produksi. Wujud raga ini berada diantara ragam formal dan ragam informal

atau santai.

4. Gaya atau Ragam Santai (Casual)

Ragam Santai adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak

resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman pada waktu

beristirahat, berolahraga, berekreasi, dan sebagainya. Ragam santai banyak

menggunakan bentuk allegro, yakni bentuk kata atau ujaran yang dipendekkan.

5. Ragam atau Ragam Akrab (Intimite)

Ragam Akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para

penutur yang hubungannya sudah akrab, seperti antar anggota keluarga, atau

teman karib. Ragam ini menggunakan bahasa yang tidak lengkap demgan

artikulasi yang tidak jelas.

4. Variasi Dari Segi Sarana

Variasi bahasa dapat juga dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan.

Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan dan tulis atau juga ragam dalam

berbahasa dengan menggunakan saran atau alat tertentu, misalnya bertelepon atau

bertelegraf.

B. Penyebabnya Terjadinya Variasi Penggunaan Bahasa Dalam Lingkup Masyarakat

Indonesia.

1. Interferensi

Heterogenitas Indonesia dan disepakatinya bahasa Indonesia sebagai bahasa

nasional berimplikasi bahwa kewibawaan akan berkembang dalam masyarakat.

Perkembangan ini tentu menjadi masalah tersendiri yang perlu mendapat perhatian,

kewibahasaan, bahkan kemultibahasaan adalah suatu kecenderungan yang akan terus

berkembang sebagai akibat globalisasi. Disamping segi positifnya, situasi kebahasaan

seperti itu berdampak negative terhadap penguasaan Bahasa Indonesia. Bahasa daerah

masih menjadi proporsi utama dalam komunikasi resmi sehingga rasa cinta terhadap

bahasa indonesia harus terkalahkan oleh bahasa daerah.

Page 28: Tugas bahasa

Alwi, dkk.(eds.) (2003:9), menyatakan bahwa banyaknya unsur pungutan dari

bahasa jawa, misalnya dianggap pemerkayaan bahasa Indonesia, tetapi masuknya

unsur punggutan bahasa inggris oleh sebagian orang dianggap pencemaran keaslian

dan kemurnian bahasa kita. Hal tersebut yang menjadi sebab adanya interferensi.

Shaer (1994:66) memberikan batasan interfernsi terbawa masuknya unsur bahasa lain

ke dalam bahasa yang sedang digunakan sehingga tampak adanya penyimpangan

kaidah dari bahasa yang digunakan itu.

Selain bahasa daerah, bahasa asing (bahasa inggris) bagi sebagian kecil orang

Indonesia ditempatkan di atas bahasa Indonesia. Faktor yang menyebabkan timbulnya

sikap tersebut adalah pandangan sosial ekonomi dan bisnis. Penggunaan bahasa

inggris yang baik menjanjikan kedudukan dan taraf social ekonomi yang jauh lebih

baik daripada hanya menguasai bahasa Indonesia.

Penggunaan bahasa inggris di ruang umum telah menjadi kebiasaan yang

sudah tidak terelakkan lagi. Hal tersebut mengakibatkan lunturnya bahasa dan budaya

Indonesia yang secara perlahan tetapi pasti telah menjadi bahasa primadona.

Misalnya, masyarakat lebih cenderung memilih “Pull” untuk “Dorong” dan “Push”

untuk “Tarik”, serta “Welcome” untuk “Selamat Datang”.

Sikap terhadap bahasa Indonesia yang kurang baik terhadap kemampuan

berbahasa Indonesia di berbagai kalangan, baik lapisan bawah, menenggah, dan atas,

bahkan kalangan intelektual. Akan tetapi, kurangnya kemampuan berbahasa

Indonesia pada golongan atas dan kelompok intelektual terletak pada sikap

meremehkan dan kurang menghargai serta tidak mempunyai rasa bangga terhadap

bahasa Indonesia.

2. Intergrasi

Selain interferensi, integrasi juga dianggap sebagai pencemar terhadap bahasa

indinesia. Chaer (1994:67), meyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari

bahasa lain yang terbawa masuk sudah dianggap, diperlukan, dan dipakai sebagai

bagian dan bahasa yang menerima atau memasukinya. Proses intergrasi ini tentunya

disesuaikan, baik lafalnya, ejaanya, maupun tata bentuknya. Contoh kata yang

berintergrasi antara lain montir, riset, sopir, dongkrak.

Page 29: Tugas bahasa

3. Alih Kode dan Campur Kode

Alih Kode (code swiching) dan campur kode (code mixing) merupakan dua

buah masalah dalam masyarakat yang multilingual. Peristiwa campur kode dan alih

kode disebabkan karena penguasaan ragam formal bahasa Indonesia.

Alih Kode adalah beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau

ragam bahasa tertentu) kedalam kode yang lain (bahasa atau bahasa lain) (Chaer,

1994:67). Campur kode adalah dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan,

dan biasanya terjadi dalam situasi santai (Chaer,1994:69). Diantara ke dua gejala

bahasa itu baik alih kode maupun campur kode gejala yang sering merusak bahasa

Indonesia adalah campur kode. Biasanya dalam berbicara bahasa Indonesia

dicampurkan dengan unsur-unsur bahasa daerah. Seabiknya juga bisa terjadi dalam

berbahasa daerah tercampur unsur-unsur bahasa Indonesia. Dalam kalangan orang

terpelajar seringkali bahasa Indonesia di campur dengan unsur-unsur bahasa inggris.

4. Bahasa Gaul

Dewasa ini pemakaian bahasa Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari

maupun dunia film mulai bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa anak remaja

yang dikenal dengan bahasa gaul. Interferensi bahasa gaul kadang muncul dalam

penggunaan bahasa Indonesia dalam situasi resmi yang mengakibatkan penggunaan

bahasa tidak baik dan tidak benar.

Bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai

bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai muncul pada saat akhir tahun 1980-an. Pada

saat itu bahasa gaul dikenal sebagai bahasanya para bajingan atau anak jalanan

disebabkan kata prokem dalam pergaulan sebagai preman.

Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang

digunakan oleh sebagian masyarakat modern, perlu adanya tindakan dari semua pihak

yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional,

bahasa persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.

Dewasa ini, bahasa prokem mengalami pergeseran fungsi dari bahasa rahasia

menjadi bahasa gaul. Dalam konteks kekinian, bahasa gaul merupakan dialek bahasa

Indonesia nonformal yang terutama digunakan disuatu daerah atau komunitas

tertentu. Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih dikenal khalayak ramai setelah

Page 30: Tugas bahasa

Debby Sahertian menggumpulkan kosa kata yang digunakan dalam komunitas

tersebut dan menerbitkan kamus yang bernama Kamus Bahasa Gaul pada tahun 1999.

Page 31: Tugas bahasa