Tugas aplikom ttg kti
Transcript of Tugas aplikom ttg kti
Tugas
Aplikasi komputer
Di susun oleh :
Tului wan
P07133113081
JURUSAN D-III KESEHATAN LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES
YOGYAKARTA
2014/2015
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................... iHALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................ iiHALAMAN PENGESAHAN................................................................... iiiABSTRACT........................................................................................... ivINTISARI.............................................................................................. vKATA PENGANTAR.............................................................................. viDAFTAR ISI.......................................................................................... viiiDAFTAR TABEL.................................................................................... xDAFTAR GAMBAR............................................................................... xiDAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xiiBAB 1 PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar belakang....................................................................... 1B. Rumusan masalah................................................................. 5C. Tujuan penelitian.................................................................. 6D. Ruang lingkup penelitian....................................................... 6E. Manfaat penelitian................................................................ 7F. Keaslian penelitian................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 9A. Dasar teori............................................................................. 9
1.Sampah ………………………………………………………………………… 92. Sampah pasar………………………………………………………………. 143. Kompos……………………………………………………………………….. 16 4. Guano Kotoran Burung Keriti……………………………………….. 205. Kerangka Konsep………………………………………………………….. 236. Hipotesis……………………………………………………………………..
24
xii
BAB III METODE PENELITIAN………………………………………………………….. 25
A. Jenis Penelitian……………………………………………………………………..
25
B. Populasi dan Sampel……………………………………………………………..
27
C. Variable dan Definisi Operasional………………………………………….
27
D. Hubungan Antar Variaabel…………………………………………………….
29
E. Bahan dan Alat………………………………………………………………………
30
F. Tahap Penelitian……………………………………………………………………
32
G. Metode Pengumpulan Data………………………………………………….
36
H. Analis Data…………………………………………………………………………..
37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………….. 39
A. Gambar Umum Lokasi Penelitian…………………………………………. 39
B. Hasil Penelitian…………………………………………………………………….
41
1. Data Utama…………………………………………………………………… 42
2. Data Pendukung……………………………………………………………. 43
xii
C. Hasil Analis Data………………………………………………………………….
48
D. Pembahasan……………………………………………………………………….
49
E. Factor Pendukung dan Penghambat……………………………………
59
F. Kekurangan Penelitian………………………………………………………... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………… 61
A. Kesimpulan………………………………………………………………………….
61
B. Saran…………………………………………………………………………………..
61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Seperti ini masih belum optimal digunakan dalam masyarakat
karena belum diolah lebih lanjut dan sering kali hanya dibuang
sebagai pupuk pada tanaman tanpa pengolahan lebih lanjut. Bau
kotorannya pun sangat menyengat, hingga diperlukan sekat kedap
udara agar udara dari kotoran tidak sampai masuk ruangan yang
dihuni oleh manusia.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dari uji
pendahuluan, yaitu dengan menambahkan seriti pada sampah
organik dengan dosis sebanyak 80 gr/kg, 100 gr/kg,120 gr/kg,
xii
140gr/kg, dan 160 gr/kg selama kurun waktu yang sama kompos
secara fisik mulai terbentuk pada dosis ≥120 gr/kg. Dari uji
pendahuluan tersebut maka peneliti melakukan pengomposan
dengan dosis 100 gr/kg, 120 gr/kg, 130 gr/kg, 140 gr/kg dan 0
gr/kg sebagai kontrol. Dari dosis-dosis tersebut akan dicari dosis
yang paling efektif dalam mempersingkat waktu terbentuknya
kompos.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan peneliti
yang diajukan adalah “Apakah ada pengaruh penambahan
kotoran burung seriti pada sampah organik pasar (100 gr/kg, 110
gr/kg, 120 gr/kg, 130 gr/kg dan 140 gr/kg) terhadap lama waktu
pengomposan?”
Dengan masing-masing 3 kali pengulangan. Diperoleh dosis
yang paling efektif adalah 180 gr/kg.
2. KTI milik hastomo tahun 2008 yang menanbahkan inokulan
limbah nanas yang mengandung Azotobacter crococcum
dengan dosis 100 gr/kg, 120 gr/kg dan 140 gr/kg. Diperoleh
dosis yang paling efektif adalah 140 gr/kg.
3. KTI milik Dwi Ningsih tahun 2007 yang melakukan
pengomposan sampah organik dengan menambahkan
xii
inokulan blotong sebesar 5 gr/kg, 6 gr/kg, 7 gr/kg, 8 gr/kg dan
9 gr/kg. Diketahui dosis yang paling efektif adalah 9 gr/kg.
Perbedaan terhadap penelitian-penelitian yang terdahulu
yaitu menggunakan inokulan yang berasal dari kotoran burung
seriti. Kotoran seriti secara kimia mengandung N lebih tinggi
dibanding beberapa kotoran hewan yang lain, sehingga
diharapkan dapat mempercepat lama waktu pengomposan.
Kotoran seriti digunakan sebagai inokulan dalam pembuatan
kompos dengan bahan utama sampah organik pasar.
Karbon sebagai sel-sel tubuh. Dalam proses akan terjadi berbagai
proses penguraian secara biologis. Berikut adalah organisme
yang terlibat
pengomposan secara alami.
Table 1
Daftar Organisme yang Terlibat dalam Proses Pengomposan
pada Umunnya.
Kelompok Organisme Organisme
xii
Mikroflora Bakteri :Aktinomicetetes, kapang
Mikrofauna Protozoa
Makroflora Jamur tingkat tinggi
Makrofauna Kutu, kecoa, rayap
Sumber : Wikipedia, 2009
Secara garis besar keberhasilan pengomposan sangat
ditentukan oleh beberapa factor (Musnamar, 2003), antara lain:
1) Susunan bahan mentah
Proses penguraian yang terjadi pada bahan mentah
berupa campuran dari berbagai bahan organik akan relatif
lebih cepat dibandingkan bahan organik yang terdiri dari
tanaman sejenis. Semakin kecil ukuran bahan mentah maka
semakin cepat proses pengomposan. Ukuran ideal potongan
bahan adalah ± 4 cm.
2) Kondisi mikro (suhu, pH, kelembaban, tinggi tumpukan)
Pengaturan suhu merupakan faktor penting dalam
pengomposan. Salah satu faktor yang menentukan suhu
adalah tinggi tumpukan. Tumpukan bahan yang terlalu rendah
berakibat cepatnya kehilangan panas. Untuk mempercepat
proses maka pH juga harus dikondisikan agar diperkirakan
kandungan bahan-bahan kimia yang ada di dalam kotoran
seriti tidak jauh berbeda dengan kotoran kelelawar. Berikut
xii
perbandingan kandungan bahan kimia antara berbagai jenis
kotoran hewan.
Table 3
Kandungan Zat Hara dalam Kotoran Walet(seriti)
Jenis
kotoran
N (%) P (%) K (%) Ca (%) Mg (%) S (%)
Guano 8-13 5-12 1,5-2,5 7,5-11 0,5-1,0 2,0-3,5
Ayam 1,63 1,54 0,85
Merpati 1,76 1,78 1,00
Bebek 1,00 1,54 0,62
Angsa 0,55 1,40 0,95
Kambing 0,95 0,51 1,20
Sapi 0,96 1,15 1,00
Sumber : Marsono, 2005 dan Musnamar, 2003
Dilihat dari hasil diatas dapat diuraikan bahwa kandungan
guano pada kotoran walet mempunyai kandungan NPK lebih
tinggi dari kotoran hewan yang lain, serta mengandung unsur
mikronutrien lain yang berguna bagi tumbuhan tanaman.
Penggunaan guano kotoran walet dapat menggantikan guano
kotoran kelelawar yang diperkirakan kini di alam makin menipis
karena penambangan yang terus menerus tanpa diimbangi
pelestarian serta tergesernya habitatnya oleh manusia.
Sedangkan disisi lain maraknya bududaya burung walet termasuk
didalamnya burung seriti meningkatkan jumlah kotoran walet.
xii
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Jenis penelitianPenelitian ini menjelaskan tentang pengaruh inokulan
kotoran burung seriti terhadap lama waktu terjadinya kompos
sampah organik. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian
xii
“Experiment” , adapun desain penelitian yang digunakan yaitu
“Post Test Only With Control Group Design”.
Desain penelitian digambarkan sebagai berikut :
Tabel 4
Desain Penelitian
Perlakuan Post Test
R kelompok Ekseperimen A X(A) O(A)
R kelompok Ekseperimen B X(B) O(B)
R kelompok Ekseperimen C X(C) O(C)
R kelompok ekseperimen D X(D) O(D)
R kelompok Ekseperimen E X(E) O(E)
R kelompok control O(F)
Masing-masing perlakuan lima kali pengulangan
KETERANGAN :
X(A) =Perlakuan dengan menggunakan inokulan kotoran burung
seriti dengan dosis 100 gr/kg sampah organik.
c. Pengadukan
Pengadukan dilakukan setiap periode sama yaitu 4 hari
sekali. Hal ini dilakukan dengan tujuan sebagai suplai
oksigen, menciptakan suhu optimal dan proses
pengomposan dapat berlangsung pada semua bagian.
d. Pengamatan
xii
Perbedaan pengamatan sebagai pengontrol selama
pengomposan berlangsung, sedikit banyak juga
berpengaruh terhadap data yang diperoleh dan perlakuan
yang dilakukan saat pengomposan. Oleh karena itu
pengamat yaitu peneliti sendiri.
D. Hubungan Antar Variabel
Gambar 2. Skema Hubungan Antar Variabel
xii
VARIABEL BEBAS
Variasi dosis kotoran burung seriti
VARIABEL TERIKAT
Lama waktu terjadinya kompos
VARIABEL PENGGANGGU
a. Kelembabanb. Ukuranc. Pengadukand. Pengamat
Gambar 6. Grafik Rata-Rata Perubahan pH Pre dan Post Test
Pada Kelompok Perlakuan Dan Kelompok Kontrol.
d. Bau dan Warna
Hasil pengamatan secara fisik yaitu dengan parameter bau
dan warna. Hasil pengamatan terhadap bau dan warna selama
proses pengomposan dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2.
Pengamatan terhadap bau dan warna dilakukan secara
organoleptik.selama proses pengomposan perubahan bau
dibedakan menjadi 3 tahapan yaitu berbau asli, busuk dan
berbau tanah. Sedangkan pada parameter warna
perubahannya juga dibagi menjadi 3 tahapan yaitu bewarna
asli, kecoklatan dan hitam kecoklatan. Ketiga tahapan ini
ditentukan berdasarkan kecenderungan bau dan warnanya.
xii
Table 7
Volume Akhir Bahan Kompos (Post Test) pada Kelompok
perlakuan dan controlpe
ngul
anga
n Volume akhir kompos
kontrol
Perlakuan penambahan berbagai dosis
100
gr/kg
110
gr/kg
120
gr/kg
130
gr/kg
140
gr/kg
1 3.12 3.34 3.33 3.51 3.45 3.67
2 3.25 3.88 3.86 3.68 3.65 3.51
3 3.71 3.4 3.77 3.25 3.7 3.6
4 3.52 3.6 3.98 4.1 3.7 3.92
5 3.34 3.35 3.23 3.52 3.87 4
∑ 16.94 17.57 103.31 18.02 18.37 18.7
rerata 3.38 3.51 3.58 3.60 3.67 3.74
c. hasil Analisis statistik
1. Uji normalitas data menggunakan Kolmogorov smimov
diperoleh hasil datanya normal.
2. Uji beda data menggunakan anava satu jalan (one way
anova) diperoleh hasil p-volue < 0,0001 yang artinya Hα
diterima.
xii
3. Uji test homogeneity of fariance menunjukan p-value < 0,05
yang artinya menunjukan bahwa seluruh kelompok sampel
menunjukan varians yang sama.
4. Uji beda satu sampel dengan yang lain menggunakan LSD
dan diperoleh semua sampel menunjukan perbedaan yang
bermakna. Untuk lebih lengkapnya dilihat pada table 8
sebagai berikut :
xii
Suhu tersebut dikarenakan ketinggian dan ketebalan bahan
kurang optimal sehingga lebih cepat kehilangan panas.
Pada masa aktif ini bakteri menguraikan sebagian bahan
organik dan menggunakan O2 dalam jumlah yang besar sehingga
menghasilkan CO2 uap air dan panas. Adapun reaksi penguraian
adalah sebagai berikut (saraswati et al, 2008)
Gula (CH2O)x + O2 → XCO2 + H2O + E
(selulosa, hemiselulosa)
N-organik (protein) → NH4 → NO2 + NO3 + E
Sulfur organik (S) + O2 → SO4 + E
Fosfor organik → H3BO3 → Ca(HPO4)
Reaksi utuh :
Bahan organik → CO2 + H2O + hara + humus + E
Setelah pengomposan ini mencapai suhu optimal selama
beberapa hari, suhu kemudian turun dan memasuki tahap
pematangan. Dalam keadaan ini bakteri mulai mati atau menjadi
dorman. Aktivitas mikroba juga menurun. Periode pematangan
aktif diikuti oleh pengomposan pasif. Temperature yang tadinya
tutun, lama kelamaan akan menjadi stabil. Selama proses
pengomposan sebagian bahan organik mengalami pembusukan
dan pelapukan,perubahan bahan segar, pembentukan substansi
sel mikroba serta transformasi menjadi bentuk amorf berwarna
gelap. Substansi seperti inilah yang disebut materi seperti tanah
(Suraswati et al, 2008).
xii
Dari hasil kriteria kematangan kompos terhadap keadaan
kelembaban akhir menunjukan bahwa hanya satu sampel yang
tidak memenuhi syarat sedangkan sampel yang lainnya
memenuhi syarat yaitu 50 % - 60 % berdasarkan SNI 19-7030-
2004.
Pengamatan pH berfungsi sebagai indikator proses
dekomposisi kompos. Selama proses pengomposan akan terjadi
perubahan pH bersamaan berlangsungnya reaksi kimia dan
biologis pada proses aktifasi. Hasil pengamatan menunjukan
proses pengomposan cenderung bersifat asam. Pada awalnya
terjadi penurunan pH disebabkan karena bakteri membentuk
asam-asam organik seperti asam lemak dan asam asetat.
Kemudian setelah proses berlangsung optimal pH turun kembali.
Penurunan pH pada akhir pengomposan terjadi karena adanya
oksidasi enzimatik senyawa inorganik hasil proses dekomposisi,
misalnya NH4+ dan H2S mengalami oksidasi enzimatik menjadi NO-
3 dan (SO4)2+. Pada reaksi oksidasi enzimatik tersebut dihasilkan
sejumlah kation H+. pada tahap ini juga terjadi mineralisasi kation
basa seperti K+, Ca2+, dan Mg2+(Yuwono, 2006).
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa keadaan akhir pH
akhir kompos didapati dua hasil sampel tidak memenuhi syarat
sedangkan yang lain memenuhi syarat yaitu 6,7-7,5 berdasarkan
SNI 19-7030-2004.
xii
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat
diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut :
A. KESIMPULAN
1. Ada pengaruh penambahan inokulan kotoran burung seriti
terhadap proses pengomposan.
2. Ada perbedaan yang bermakna terhadap lama waktu
pengomposan pada masing-masing perlakuan dengan
penambahan variasi dosis kotoran burung seriti.
3. Penambahan dosis kotoran burung seriti pada proses
pengomposan yang paling efektif adalah dosis 130 gr/kg.
B. SARAN
1. Bagi masyarakat
Bagi masyarakat dan pembudidaya burung seriti dapat
menggunakan kotoran burung tersebut sebagai inokulan
pengomposan. Dosis efektif yang diperoleh dari penelitian
ini dapat dijadikan acuan saat pembuatan kompos.
2. Bagi penelitian lain
xii
Adapun saran bagi peneliti yang ingin melanjutkan
penelitian ini yaitu:
a) Menambah ketebalan bahan yang dikomposkan dan
seberapa besar pengaruh ketebalan dan dosis
terhadap waktu terbentuknya kompos.
b) Mengukur C/N bahan dan hasil kompos akhir sehingga
diketahui kualitasnya secara kimia.
3. Bagi pengusaha kompos
Pengunaan guano yang berasal dari kotoran burung walet
termasuk didalamnya jenis seriti mempunyai potensi untuk
mengganti atau sebagai campuran guano kelelawar yang
kini jumlahnya dialam mulai sedikit.
4. Bagi pengolah pasar jodog
Pengolah pasar dapat bekerja sama dengan pembudidaya
burung seriti dalam mengolah sampah organik.
Pembuatan bahan organik menjadi kompos selain dapat
mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh
sampah, juga dapat mendatangkan nilai ekonomi bagi
masyarakat.
xii