Tugas Kel. ARDS 2

23

Click here to load reader

description

Askep

Transcript of Tugas Kel. ARDS 2

Page 1: Tugas Kel. ARDS 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sindrome gagal nafas pada pasien dewasa (ARDS) adalah Penyakit

akut dan progressive dari kegagalan pernafasan disebabkan terhambatnya

proses difusi oksigen dari alveolar ke kapiler (a-c block) yang disebabkan oleh

karena terdapatnya edema yang terdiri dari cairan koloid protein baik

interseluler maupun intraalveolar (Prof. Dr. H. Tabrani Rab, 2000). ARDS

merupakan kondisi paru yang mengarah ke tingkat oksigen yang rendah

dalam darah ditandai dengan sesak napas yang berat, hipoksemia dan infiltrat

yang menyebar dikedua belah paru.

Acute respiratory distress syndrome (ARDS) adalah salah satu penyakit

paru akut yang memerlukan perawatan di Intensive Care Unit (ICU) dan

mempunyai angka kematian yang tinggi yaitu mencapai 60%.1,2 Estimasi

yang akurat tentang insidensi ARDS sulit karena definisi yang tidak seragam

serta heterogenitas penyebab dan manifestasi klinis.1,2 Estimasi insidensi

ARDS di Amerika Serikat sebesar 100.000-150.000 jumlah penduduk per

tahun (1996).

Sepsis merupakan faktor risiko yang paling tinggi, mikroorganisme dan

produknya (terutama endotoksin) bersifat sangat toksik terhadap parenkim

paru dan merupakan faktor risiko terbesar kejadian ARDS, insiden sepsis

menyebabkan ARDS berkisar antara 30-50%. Aspirasi cairan lambung

menduduki tempat kedua sebagai faktor risiko ARDS (30%). Aspirasi cairan

lambung dengan pH<2,5 akan menyebabkan penderita mengalami chemical

burn pada parenkim paru dan menimbulkan kerusakan berat pada epitel

alveolar.

Oleh karena itu, penanganan ARDS sangat memerlukan tindakan

khusus dari perawatuntuk mencegah memburuknya kondisi kesehatan klien.

Hal tersebut dikarenakan klien yang mengalami ARDS dalam kondisi gawat

yang dapat mengancam jiwa klien.

1

Page 2: Tugas Kel. ARDS 2

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum :

Untuk memperoleh informasi mengenai penyakit ARDS pada

pasien dengan gawat darurat.

2. Tujuan Khusus:

a. Untuk mengetahui proses timbulnya penyakit ARDS

b. Untuk mengetahui cara penanganan secara darurat pada pasien

dengan ARDS

c. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang ditimbulkan jika tidak

ditangani secara segera pada pasien ARDS

C. Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah asuhan keperawatan terhadap penyakit

ARDS ini penulis menggunakan metode:

1. Studi pustaka

Mempelajari literature-literatur yang brkaitan dengan ARDS dari buku-

buku.

2. Internet

Mengumpulkan data-data terbaru tentang penyakit ARDS dan asuhan

keperawatan yang dibutuhkan.

D. Sistematika Penulisan

Penulisan makalah ini disusun secara sistematis dalam 3 bab, yaitu:

Bab 1 : Pendahuluan yang berisi: latar belakang, tujuan penulisan, metode

penulisan, dan Sistematika penulisan

Bab 2 : Tinjauan teoritis yang terdiri dari; konsep dasar medic dan asuhan

keperawatan

Bab 3: Penutup yang berisi kesimpulan dan saran

2

Page 3: Tugas Kel. ARDS 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medik

1. Defenisi

a. ARDS adalahn suatu sindrom gagal nafas akut akibat kerusakan

sawar membran kapiler alveoli sehingga menyebabkan edema paru

akibat peningkatan permeabilitas (Idrus.dkk, 2002).

b. ARDS adalah istilah untuk mengambarkan kondisi fungsi paru yang

mengakibatkan gagal nafas (Darmantyo, 2007).

c. ARDS merupakan keadaan gagal nafas mendadak yang tiimbul

pada klien dewasa tanpa kelainan paru yang mendasari

sebelumnya (Arif , 2008).

d. ARDS adalah bentuk kegagalan pernafasan parah yang terkait

dengan infiltrat paru yang berasal dari beberapa faktor yang

mengakibatkan kerusakan selaput kapiler alveoli dengan akumulasi

cairan dalam ruang udara di paru – paru (Nancy , 2008).

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan ARDS

adalah penyakit akut dan progresif dari kegagalan pernafasan

disebabkan terhambatnya proses difusi oksigen dari alveolar ke

kapiler yang disebabkan oleh karna terdapatnya edema yang terdiri

dari cairan koloid protein baik interseluler maupun intraalveolar .

American European Concencus Conference Committee

(AECC) pada tahun 1994 merekomendasikan definisi ARDS, yaitu

sekumpulan gejala dan tanda yang terdiri dari empat komponen di

bawah ini (dapat dilihat pada tabel 1).

3

Page 4: Tugas Kel. ARDS 2

2. Anatomi Sistem Respirasi

Secara garis besar urutan saluran pernapasan manusia adalah

sebagai berikut :

Rongga hidung - faring - trakea - bronkus - paru-paru (bronkiolus dan

alveolus).

a. Alat Pernafasan

1) Rongga Hidung (Cavum Nasalis)

Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung

(cavum nasalis).Rongga hidung berlapis selaput lendir, di

dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan

kelenjar keringat (kelenjar sudorifera).Selaput lendir berfungsi

menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan.

Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi

menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga

terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang

berfungsi menghangatkan udara yang masuk.

2) Faring

Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan

percabangan 3 saluran, yaitu saluran

pernapasan (nasofarings) pada bagian depan, saluran

pencernaan (orofarings) pada bagian belakang dan saluran yang

berhubungan dengan laring (laringofarings).

4

Page 5: Tugas Kel. ARDS 2

Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak)

tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara

melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan

terdengar sebagai suara.

Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk

ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat

tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan

mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak

terjadi bersamaan agar tidak mengakibatkan gangguan kesehatan.

3) Trakea

Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak

sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding

tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan,

dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi

menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran

pernapasan.

4) Cabang-cabang Trakea (Bronkus)

Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian,

yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa

bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus

bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih

besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan

sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.

5) Paru-paru (Pulmo)

Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di

bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian

bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada

2 bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas

3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas

2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis,

disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi

paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput

yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan

tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis).

5

Page 6: Tugas Kel. ARDS 2

Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi

cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan

pleura berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi.

Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-

zat lain.

Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan

elastik, dan pembuluh darah. Paru-paru berstruktur seperti spon

yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar

untuk pertukaran gas.

Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus

dengan diameter ±1mm, dindingnya makin menipis jika

dibanding dengan bronkus.

Bronkiolus tidak

mempunyai tulang rawan,

tetapi rongganya masih

mempunyai silia dan di

bagian ujung mempunyai

epitelium berbentuk kubus

bersilia. Pada bagian distal

kemungkinan tidak bersilia.

Bronkiolus berakhir pada

gugus kantung

udara (alveolus). 

Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa

kantong kecil yang salah satu sisinya terbuka sehingga

menyerupai busa atau mirip sarang tawon. Oleh karena alveolus

berselaput tipis dan di situ banyak bermuara kapiler darah maka

memungkinkan terjadinya difusi gas pernapasan

b. Mekanisme Respirasi

Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis

walau dalam keadaan tertidur sekalipun karma sistem pernapasan

dipengaruhi oleh susunan saraf otonom.

6

Page 7: Tugas Kel. ARDS 2

Menurut tempat terjadinya pertukaran gas, maka

pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar

dan pernapasan dalam.

1) Pernapasan luar adalah pertukaran gas yang terjadi antara

udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler

2) Pernapasan dalam adalah pertukaran gas yang terjadi antara

udara dalam kapiler dengan sel-sel tubuh.

Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh

perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan

udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar

maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam

rongga dada lebih besar maka udara akan keluar.

3. Etiologi

a. Sepsis

b. Mekanisme paru akibat inhalasi :

1) Inhalasi gas oksigen

2) Contusion paru

3) Aspirasi cairan lambung

4) Inhalasi asap berlebih (pada kebakaran)

5) Koagulasi intravaskular

c. Rudapaksa (Trauma)

d. Obat-obatan : Heronin dan salisilat

e. Infeksi oleh virus, bakteri dan jamur : Tuberkulosis

f. Embolisme mikrovaskular

4. Manifestasi Klinis

a. Gejala klinis utama pada kasus ARDS adalah:

1) Penurunan kesadaram mental

2) Takikardi , Takipnea

3) Dispnea dengan kesulitan bernafas.

4) Terdapat retraksi interkosta

5) Sianosis

6) Hipoksemia

7

Page 8: Tugas Kel. ARDS 2

7) Auskultasi paru:ronkhi basah,krekels,stridor,weezing

8) Auskultasi jantung:BJ normal tanpa murmur atau gailop

5. Komplikasi

Menurut Hudak dan Gallo (1997), komlikasi yang dapat terjadi

pada ARDS adalah:

a. Abnormalitas obstruktif terbatas (keterbatasan aliran udara)

b. Defek difusi sedang

c. Hipoksemia selsama latihan

d. Toksisitas oksigen

e. Sepsis

f. Sinusitis

g. Kematian

6. Penatalaksanaan Medis

a. Pencegahaan

Pada klien dengan ARDS posisi semifowler dilakukan

untuk mengurangi regurgitasi asam lambung. Pada klien dengan

ARDS yang mendapat makanan melalui pita nasogastrik, penting

untuk berpuasa selama 8 jam sebelum operasi yang akan

mendapat anestesia umum agar lambung kosong. Selain

berpuasa selama 8 jam pemberian antasida dan simetide

sebelum operasi pada klien yang akan mendapat anastesia

umum dilakukan untuk menurunkan keasamaan lambung

sehingga jika terjadi aspirasi , kerusakan paru akan lebih kecil.

Setiap keadaan syok harus diatasi secepatnya dan harus selalu

memakai filter untuk transfusi darah guna menangulagi sepsis

dengan antibiotik yang adekuat, dan jika perlu hilangkan sumber

infeksi dengan tindakan operasi. Pengawasan yang ketat harus

dilakukan pada klien dengan resiko ARDS selama masa laten,

jika klien mengalami sesak nafas, segera dilakukan gas darah

arteri (Astrup).

8

Page 9: Tugas Kel. ARDS 2

b. Pengobatan

Pemberian cairan harus dilakukan secara saksama,

terutama jika ARDS disertai kelainan fungsi ginjal dan sirkulasi,

sebab dengan adanya kenaikan permeabilitas kapiler paru cairan

dari sirkulasi merembes ke jaringan interstisial dan memperberat

edema paru. Cairan yang diberikan harus cukup untuk

mempertahanakan sirkulasi yang adekuat ( denyut jantung yang

tidak cepat, ekstermitas hangat, dan diuresis yang baik ) tanpa

menimbulkan edema atau memperberat edema paru. Jika perlu,

dimonitor dengan kateter Swan Ganz dan teknik thermodelution

untuk mengukur curah jantung.

Pemberian albumin tidak terbukti efektif pada ARDS, sebab pada

kelainan permeabilitas yang luas, albumin akan ikut masuk ke

ruang ekstravaskuler. Peranan kortikosteroid pada ARDS masih

diperdebatkan. Kortikosteroid biasanya diberikan pada dosis

besar, pemberian metilprednisolon 30 mg/kgBB secara intravena

setiap 6 jam sekali lebih disukai, kortikosteroid terutama

diberikan pada syok sepsis.

7. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan laboratorium 

1) Pemeriksaan fungsi ventilasi

a) Frekuensi pernafasan per menit

b) Volume tidal

2) Ventilasi semenit

3) Kapasitas vital paksa

4) Volume ekspirasi paksa dalam 1 detik

5) Daya inspirasi maksimum

6) Rasio ruang mati/volume tidal

7) PaCO2, mmHg

b. Pemeriksaan status oksigen

c. Pemeriksaan status asam-basa

d. Arteri gas darah (AGD) menunjukkan penyimpangan dari

9

Page 10: Tugas Kel. ARDS 2

nilai normal pada PaO2, PaCO2, dan pH dari pasien normal;

atau PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 lebih dari 50 mHg, dan

pH < 7,35.

e. Oksimetri nadi untuk mendeteksi penurunan SaO2

f. Pemantauan CO2 tidal akhir (kapnografi) menunjukkan

peningkatan

g. Hitung darah lengkap, serum elektrolit, urinalisis dan kultur (darah,

sputum) untuk menentukan penyebab utama dari kondisi pasien.

h. Sinar-X dada dapat menunjukkan penyakit yang mendasarinya.

i. EKG, mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di

sisi kanan, disritmia.

B. Konsep Dasar Keperawatan

Asuhan Keperawatan pada kasus Gawat Darurat dengan pasien yang

mengalami ARDS, berbeda dengan pemberian ASKEP pada Konsep

Medikal Bedah.

Dalam mengkaji pasien Gawat Darurat dengan kasus ARDS, harus

dilakukan dengan sistematis mulai dari:

1. A : Airway ( Jalan Napas)

Pengkajian :

Adapun hal yang perlu dikaji pada jalan napas yatu :

a. Apakah terdapat sputum yang berlebihan

b. Terjadi dipsnea

c. Inhalasi asap gas

d. Infeksi difus paru/contisio paru

e. Inhalasi toksin.

Diagnosa 1 :

Ketidak efektifan bersihan jalan napas b/d peningkatan secret

pulmonal

Intervensi :

10

Page 11: Tugas Kel. ARDS 2

a. Kaji kesadaran pasien dengan menyentuh, menggoyang dan

memanggil namanya.

R/ mengetahui tingkat kesadaran pasien, apakah masih dalam

tahap unrespon, pain, voice, dan alert.

b. Lakukan panggilan untuk pertolongan darurat

R/ bantuan segera dapat membantu mempercepat pertolongan.

c. Beri posisi terlentang pada permukaan rata yang keras, kedua

lengan pasien disamping tubuhnya.

R/ mengantisipasi trauma servikal, posisi yang tepat dan lingkungan

yang nyaman dapat penolong dan korban dalam melakukan

tindakan.

d. Buka jalan napas dengan tekhnik tengadahkan kepala, topang dagu

untuk membuka jalan napas, jari tengah, jari manis dan

kelengking bias digunakan untuk menopang dagu sedangkan jari

telunjuk (teknik menyilangkan jari) untuk mengeluarkan benda asing

yang ada dalam mulut.

R/ memastikan tidak ada obstruksi pada jalan napas sehingga

pasien dapat bernapas dengan baik.

e. Beri O2 atau pasang ventilator

R/ membantu memenuhi kebutuhan O2 pasien

f. Lakukan suction bila perlu .

R/ pengisapan di lakukan bila pasien tidak mampu mengeluarkan

secret

g. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat agen mukolitik

R/ agen mukolitik menurukan kekentalan dan perlengketan secret

paru untuk memudahkan pembersihan

Evaluasi :

a. Tampak Tidak ada sumbatan(secret) pada jalan napas.

b. Pasien mampu mempertahankan kepatenan jalan napas.

11

Page 12: Tugas Kel. ARDS 2

2. B: Breathing (Pernapasan)

Pengkajian :

Adapun yang perlu dikaji pada pola pernapasan yaitu :

a. Pernapasan : cepat, mendengkur, dangkal

b. Bunyi napas : pada awal normal, ronkhi, dan dapat terjadi bronchial

c. Perkusi dada : bunyi pekak diatas area konsilidasi

d. Pucat

e. Penurunan mental, bingung

f. Peningkatan fremitus ( getar, vibrasi pada dinding dada dengan

palpitasi )

Diagnosa 2 :

Gangguan perukaran gas b/d penumpukan cairan di alveoli.

Intervensi :

a. Kaji fungsi pernapasan ( bunyi napas, kecepatan, dan penggunaan

otot bantu napas)

R/ penurunan bunyi napas menunjukkan atelektasis, ronchi

menunjukan akumulasi secret

b. Kaji tingkat kesadaran takikardi, takipnea

R/ merupakan tanda utama distress pernapasan dan hipoksemia

c. Lakukan pemberian terapi oksigen 3-5 liter sesuai keadaan pasien

R/ akumulasi secret dan berkurangnya jaringan paru yang sehat

dapat menganggu oksigenasi organ vital dan jaringan tubuh

d. .Berikan posisi semi fowler

R/ posisi semi fowler memungkinkan ekskursi maksimal toraks

e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat kortikosteroid

R/ kortikosteroid erguna pada keterlibatan luas dengan hipoksia.

Evaluasi :

a. Tampak Pasien sesak berkurang

12

Page 13: Tugas Kel. ARDS 2

b. Tampak irama pernapasan pasien mulai kembali teratur.

c. Tampak pasien tidak lagi menggunakan otot bantu pernapasan

d. Terdengar tidak adanya suara tambahan.

3. C: Circulation (Sirkulasi)

Pengkajian :

Adapun hal yang perlu dikaji pada peredaran darah yaitu:

a. TD : dapat normal atau meningkat pada awal ( berlanjut menjadi

hipoksia ) : hipotensi terjadi pada tahap lanjut ( syok )

b. Frekuensi jantung ; takikardi, biasanya ada

c. Kulit dan membran mukosa : pucat, dingin, sianosis biasanya terjadi

karena adanya gangguan/masalah pada organ paru, maka akan

terjadi penurunan balik vena. Yang kemudian akan menyebabkan

penurunan curah jantung maka akan mengakibatkan sianosis,

hipoksemia dan pucat. Penumpukan CO2 dalam darah yang

menyebabkan asidosis repiratorik dengan tanda penurunan

O2,penurunan pH,peningkatan CO2 dan HCO3- . Hal ini

mempengaruhi juga ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

Diagnosa 3 :

Ketidakefektifan perfusi jaringan b/d gangguan pertukaran gas.

Intervensi:

a. Kaji adanya sianosis

R/ sianosis merupakan tanda awal dan nyata terjadi sianosis

b. Beri posisi semifowler

R/ meningkatkan aliran darah balik vena

c. Kaji pola napas pasien : auskultasi inspirasi dan ekspirasi

R/ untuk mengetahui lamanya proses pertukaran gas di dalam paru

d. jika tidak tampak adanya ekspansi dada dan tidak teraba arteri

karotis segera berikan teknik RJP

13

Page 14: Tugas Kel. ARDS 2

R/ membantu usaha pernapasan pasien

e. Lakukan pemasangan inkubasi untuk respiratori

R/ kegagalan pernapasan akan diminimalkan dengan pemasangan

respiratori

Evaluasi :

a. Tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas normal

b. Kulit dan menbran mukosa lembab

c. Tidak ada tanda-tanda sianosis

d. Bunyi dada : sonor

4. D: Disability (Kesadaran)

Pada pasien ARDS, biasanya akan mengalami penurunan

kesadaran. Ini mungkin diakibatkan transport oksigen ke otak yang

kurang/tidak mencukupi (menurunya curah jantung hipotensi). Yang

akhirnya darah akan sulit mencapai jarinagn otak. Pada pasien ARDS

kesdaran memang mungkin akan menurun tetapi GCSnya masih sekitar

12-14. Sehingga kita lebih memprioritaskan pernapasan dan pemompaan

jantungnya. Karena apabila pernapsan dan pemompaan jantungnya

sudah tertangani dengan baik maka secara otomatis kesadarnnya akan

membaik(GCS 15).

5. E: Exposure (Pengkajian Secara Menyeluruh)

Setelah kita mengkaji secara menyeluruh dan sistematis mulai dari

airway, breathing, circulation, dan disability, sekarang kita mengkaji

secara menyeluruh untuk melihat apakah ada organ lain yang

mengalami gangguan. Sehingga kita dapat cepat memberikan

perawatan yang lebih intensif. Dan untuk pasien dengan ARDS ini yang

menjadi inti permasalahannya adalah breathing dan circulationnya

14

Page 15: Tugas Kel. ARDS 2

dimana akibat adanya gangguan pertukaran gas, CO2 menumpuk

dalam darah (hiperkapnea).

Diagnose 4 :

Gangguan perukaran gas b/d penumpukan cairan di alveoli,

alveolar hipoventilasi.

Intervensi :

a. Kaji pernapasan pasien dengan mendekatkan telinga diatas mulut/

hidung pasien sambil memepertahankan pembukaan jalan napas.

R/ mengetahui ada tidaknya pernapasan.

b. Kaji ventilasi dan perfusi pasien

R/ ketidakseimbangan ventilasi-perfusi yang jelas akibat akibat

kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstensif darah dalam

paru-paru.

c. Perhatikan dada pasien dengan melihat gerakan naik turunnya

dada pasien

R/ mengetahui apakah masih terjadi pengembangan paru.

d. Auskultasi udara yang keluar waktu ekspirasi, merasakan adanya

aliran udara.

R/ mendengarkan apakah terdapat suara tambahan atau tidak.

e. Baringkan pasien dalam posisi semi-fowler atau fowler tinggi

R/ posisi semi-fowler dan fowler tinggi memungkinkan ekskursi

maksimal toraks.

f. Beri O2 atau pasang ventilator

R/ pasien dengan ADRS membuthkan pemantauan yang ketat

karena kondisi dapat berubah dengan cepat dalam hal ini perlu

ditekankan ventilasi yang adekuat.

15

Page 16: Tugas Kel. ARDS 2

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Acute respiratory distress syndrome (ARDS) adalah sekumpulan gejala

dan tanda yang terdiri dari empat komponen yaitu: gagal napas akut,

perbandingan antara PaO2/FiO2 <300 mmHg, terdapat gambaran infiltrat

alveolar bilateral yang sesuai dengan gambaran edema paru pada foto toraks

dan tidak ada hipertensi atrium kiri serta tekanan kapiler wedge paru <18

mmHg. Berbagai penyakit lain atau kelainan, baik intra pulmoner maupun

ekstrapulmoner, dapat menyebabkan terjadi kelainan ini. Untuk dapat

memberikan terapi yang tepat pada penderita ARDS pemahaman mengenai

patofisiologinya adalah sangat penting.

B. Saran

Untuk menangani kasus gawat darurat dengan masalah ARDS, hal

yang perlu dilakukan adalah :

1. Tekankan tindakan pertolongan untuk mengatasi masalah pernapasan

yang dialami.

2. Kita perlu memperhatikan linkungan sekitar demi keamanan dan

kenyaman penolong dan korban.

3. Prioritaskan ke-3 hal penting yaitu system kardi, pulmoner, dan serebral

yang mana jika tidak ditangani segera dalam waktu 4-6 menit maka

akan menyebabkan kematian biologis.

4. Jangan cepat menyerah apabila tindakannya yang kita berikan belum

mencapai hasil yang kita inginkan. Tetap monitor dan berikan tindakan

untuk membantu menyelamatkan nyawa korban.

5. Jangan lupa proteksi diri untuk menghindari penularan penyakit

16