Tugas Iswantini ; Ggn Pd System Reproduksi

99
MAKALAH GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI : YANG DIAKIBATKAN OLEH : INFEKSI, PERDARAHAN, DAN KEGANASAN Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Maternitas Disusun Oleh : ISWANTINI NIM : C.0105.11.085

description

Ggn Pd System Reproduksi

Transcript of Tugas Iswantini ; Ggn Pd System Reproduksi

BAB I

MAKALAH GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI : YANG DIAKIBATKAN OLEH : INFEKSI, PERDARAHAN, DAN KEGANASAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Maternitas

Disusun Oleh :ISWANTININIM : C.0105.11.085

KELAS NON REGULAR AL IHSANPROGRAM S1 KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR2012KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmanirrahiim.Assalamuallaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Alloh SWT atas segala nikmat dan berkah yang telah dianugrahkan kepada kita semua, karena berkat ridho dan magfiroh-Nya, penulis dapat menyusun Makalah gangguan sistem Reproduksi ini.

Makalah gangguan sistem Reproduksi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Maternitas, dengan harapan setiap mahasiswa dapat memahami masalah-masalah yang terjadi pada pasien dengan gangguan sistem reproduksi dan mekanisme patofisiologinya.

Masukan dan saran terkait makalah ini sangat penulis harapkan untuk perbaikan wawasan penulis kedepan. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Makalah ini, penulis sampaikan doa: jazakullahu khairan katsiraa.

Nasrun minallaahiwafathun qarib.Wassalamualaikum Wr.Wb.

Bandung, November 2012Penulis

DAFTAR ISI

HalKATAPENGANTAR ..i

DAFTAR ISI ...ii

BAB I : PENDAHULUAN .1

I. Latar belakang 1

II. Tujuan .....1

BAB II : Perdarahan, Infeksi, Dan Keganasan Pada Sistem Reproduksi ....3

I. Perdarahan Postpartum .............................................................................................3

A. Definisi .................................................................................................................3

B. Patofisiologi .........................................................................................................5

C. Asuhan Keperawatan ...........................................................................................10

II. Abortus ...................................................13

A. Definisi .................................................................................................................13

B. Patofisiologi .........................................................................................................16

C. Asuhan Keperawatan ...........................................................................................18

III. Endometriosis ...........................................................................................................22

A. Definisi .................................................................................................................22

B. Patofisiologi .........................................................................................................23

C. Asuhan Keperawatan ...........................................................................................25

IV. Bartolinitis .................................................................................................................28

A. Definisi .................................................................................................................28

B. Patofisiologi .........................................................................................................29

C. Asuhan Keperawatan ...........................................................................................29

V. Ca Mamae .................................................................................................................32

A. Definisi .................................................................................................................32

B. Patofisiologi .........................................................................................................34

C. Asuhan Keperawatan ...........................................................................................42

VI. Ca Ovarium ...............................................................................................................50

A. Definisi .................................................................................................................50

B. Patofisiologi .........................................................................................................55

C. Asuhan Keperawatan ...........................................................................................56

BAB III : PENUTUP ...................................................................................................................61

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................62

BAB IPENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANGGangguan pada System Reproduksi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan yang cukup serius. Gangguan yang paling sering terjadi meliputi kejadian infeksi, perdarahan, dan keganasan. Yang mana dari ketiga penyebab gangguan pada system reproduksi tersebut terdiri berbagai penyakit diantaranya adalah : perdarahan postpartum, Abortus, Endometriosis, Bartolinitis, Ca Mamae. Ca Ovarium.Perdarahan postpartum atau pun abortus disebabkan oleh berbagai penyebab dan jika tidak ditangani maka akan mengakibatkan kematian pada ibu. Begitupun kejadian Keganasan pada system Reproduksi. Ca Ovarium merupakan 6 kasus kanker terbanyak dan merupakan penyebab kematian oleh karena keganasan ginekologi. Sedangkan infeksi pada system reproduksi dapat terjadi pada pria dan wanita. Melihat hal tersebut, penulis tertarik untuk membuat sebuah kumpulan materi terkait penyakit-penyakit tersebut diatas. II. TUJUANA. Tujuan Umum1. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Perdarahan post partum2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Abortus3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Endometriosis4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Bartolinitis5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Ca Mamae6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Ca Ovarium

B. Tujuan Khusus1. Untuk mengetahui pengertian Perdarahan post partum, Abortus, Endometriosis, Bartolinitis, Ca Mamae, dan Ca Ovarium2. Untuk mengetahui penyebab Perdarahan post partum, Abortus, Endometriosis, Bartolinitis, Ca Mamae, dan Ca Ovarium3. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada Perdarahan post partum, Abortus, Endometriosis, Bartolinitis, Ca Mamae, dan Ca Ovarium4. Untuk mengetahui patofisiologi Perdarahan post partum, Abortus, Endometriosis, Bartolinitis, Ca Mamae, dan Ca Ovarium5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada kasus Perdarahan post partum, Abortus, Endometriosis, Bartolinitis, Ca Mamae, dan Ca Ovarium6. Untuk mengetahui penatalaksanaan Perdarahan post partum, Abortus, Endometriosis, Bartolinitis, Ca Mamae, dan Ca Ovarium 7. Untuk mengetahui komplikasi Perdarahan post partum, Abortus, Endometriosis, Bartolinitis, Ca Mamae, dan Ca Ovarium8. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami Perdarahan post partum, Abortus, Endometriosis, Bartolinitis, Ca Mamae, dan Ca Ovarium

BAB IIPERDARAHAN, INFEKSI, DAN KEGANASAN PADA SISTEM REPRODUKSI

I. ASKEP PERDARAHAN POSTPARTUMA. DefenisiPerdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir(Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).Haemoragic Post Partum (HPP) biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran (Marylin E Dongoes, 2001).

Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu : Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir

Frekuensi perdarahan post partum 4/5-15 % dari seluruh persalinan. Berdasarkan penyebabnya :1. Atoni uteri (50-60%)2. Retensio plasenta (16-17%)3. Sisa plasenta (23-24%)4. Laserasi jalan lahir (4-5%)5. Kelainan darah (0,5-0,8%)

B. EtiologiPenyebab umum perdarahan postpartum adalah:1. Atonia Uteri2. Retensi Plasenta3. Sisa Plasenta dan selaput ketubana. Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)b. Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)4. Trauma jalan lahira. Episiotomi yang lebarb. Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahimc. Rupture uteri5. Penyakit darah ; Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia. Tanda yang sering dijumpai : Perdarahan yang banyak. Solusio plasenta Kematian janin yang lama dalam kandungan Pre eklampsia dan eklampsia Infeksi, hepatitis dan syok septik.6. Hematoma7. Inversi Uterus8. Subinvolusi Uterus

Hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca persalinan. Yaitu;1. Riwayat persalinan yang kurang baik, misalnya:a. Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulub. Grande multipara (lebih dari empat anak)c. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun)d. Bekas operasi Caesare. Pernah abortus (keguguran) sebelumnyaf. Hasil pemeriksaan waktu bersalin, misalnya: Persalinan/kala II yang terlalu cepat, sebagai contoh setelah ekstraksi vakum, forsep Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar, anak besar Uterus yang kelelahan, persalinan lama Uterus yang lembek akibat narkosa Inversi uteri primer dan sekunder.

C. Manifestasi KlinisGejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual.Gejala Klinis berdasarkan penyebab :1. Atonia Uteri :Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer) Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)

2. Robekan jalan lahirGejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik. Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.3. Retensio plasentaGejala yang selalu ada : plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan4. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segeraGejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.5. Inversio uterusGejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat.Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat

D. PatofisiologiDalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik.

1. Perdarahan Postpartum akibat Atonia UteriPerdarahan postpartum dapat terjadi karena terlepasnya sebagian plasenta dari rahim dan sebagian lagi belum; karena perlukaan pada jalan lahir atau karena atonia uteri. Atoni uteri merupakan sebab terpenting perdarahan postpartum.Atonia uteri dapat terjadi karena proses persalinan yang lama; pembesaran rahim yang berlebihan pada waktu hamil seperti pada hamil kembar atau janin besar; persalinan yang sering (multiparitas) atau anestesi yang dalam. Atonia uteri juga dapat terjadi bila ada usaha mengeluarkan plasenta dengan memijat dan mendorong rahim ke bawah sementara plasenta belum lepas dari rahim. Perdarahan yang banyak dalam waktu pendek dapat segera diketahui. Tapi bila perdarahan sedikit dalam waktu lama tanpa disadari penderita telah kehilangan banyak darah sebelum tampak pucat dan gejala lainnya. Pada perdarahan karena atonia uteri, rahim membesar dan lembek. Perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan robekan jalan lahir adalah :a. Kontraksi uterus lembek, lemah, dan membesar (fundus uteri masih tinggib. Perdarahan terjadi beberapa menit setelah anak lahirc. Bila kontraksi lemah, setelah masase atau pemberian uterotonika, kontraksi yang lemah tersebut menjadi kuat.Terapi terbaik adalah pencegahan. Anemia pada kehamilan harus diobati karena perdarahan yang normal pun dapat membahayakan seorang ibu yang telah mengalami anemia. Bila sebelumnya pernah mengalami perdarahan postpartum, persalinan berikutnya harus di rumah sakit. Pada persalinan yang lama diupayakan agar jangan sampai terlalu lelah. Rahim jangan dipijat dan didorong ke bawah sebelum plasenta lepas dari dinding rahim. Pada perdarahan yang timbul setelah janin lahir dilakukan upaya penghentian perdarahan secepat mungkin dan mengangatasi akibat perdarahan. Pada perdarahan yang disebabkan atonia uteri dilakukan massage rahim dan suntikan ergometrin ke dalam pembuluh balik. Bila tidak memberi hasil yang diharapkan dalam waktu singkat, dilakukan kompresi bimanual pada rahim, bila perlu dilakukan tamponade utero vaginal, yaitu dimasukkan tampon kasa kedalam rahim sampai rongga rahim terisi penuh. Pada perdarahan postpartum ada kemungkinann dilakukan pengikatan pembuluh nadi yang mensuplai darah ke rahim atau pengangkatan rahim.Adapun Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri : Umur, Paritas, Partus lama dan partus terlantar, Obstetri operatif dan narkosa, Uterus terlalu regang dan besar misalnya pada gemelli, hidramnion atau janin besar, Kelainan pada uterus seperti mioma uterii, uterus couvelair pada solusio plasenta, Faktor sosio ekonomi yaitu malnutrisi.

2. Perdarahan Pospartum akibat Retensio PlasentaRetensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir selama 1 jam setelah bayi lahir. Penyebab retensio plasenta :a. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih dalam. Menurut tingkat perlekatannya :1) Plasenta adhesiva : plasenta yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam.2) Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua endometrium sampai ke miometrium.3) Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus miometrium sampai ke serosa.4) Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus serosa atau peritoneum dinding rahim.b. Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar karena atoni uteri atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim (akibat kesalahan penanganan kala III) yang akan menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata).

3. Perdarahan Postpartum akibat SubinvolusSubinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi, dan keadaan ini merupakan salah satu dari penyebab terumum perdarahan pascapartum. Biasanya tanda dan gejala subinvolusi tidak tampak, sampai kira-kira 4 hingga 6 minggu pascapartum. Fundus uteri letaknya tetap tinggi di dalam abdomen/ pelvis dari yang diperkirakan. Keluaran lokia seringkali gagal berubah dari bentuk rubra ke bntuk serosa, lalu ke bentuk lokia alba. Lokia bisa tetap dalam bentuk rubra, atau kembali ke bentuk rubra dalam beberapa hari pacapartum. Lokia yang tetap bertahan dalam bentuk rubra selama lebih dari 2 minggu pascapatum sangatlah perlu dicurigai terjadi kasus subinvolusi. Jumlah lokia bisa lebih banyak dari pada yang diperkirakan. Leukore, sakit punggung, dan lokia berbau menyengat, bisa terjadi jika ada infeksi. Ibu bisa juga memiliki riwayat perdarahan yang tidak teratur, atau perdarahan yang berlebihan setelah kelahiran.

4. Perdarahan Postpartum akibat Inversio UteriInversio Uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri. Uterus dikatakan mengalami inverse jika bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya segera dilakukan dengan berjalannya waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus yang terinversi akan mengecil dan uterus akan terisi darah.

Pembagian inversio uteri :a. Inversio uteri ringan : Fundus uteri terbalik menonjol ke dalam kavum uteri namun belum keluar dari ruang rongga rahimb. Inversio uteri sedang : Terbalik dan sudah masuk ke dalam vaginac. Inversio uteri berat : Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar vagina.

Penyebab inversio uteri :a. Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan, tekanan intra abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk).b. Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat, manual plasenta yang dipaksakan, perlekatan plasenta pada dinding rahim.

Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya inversio uteri :a. Uterus yang lembek, lemah, tipis dindingnya.b. Tarikan tali pusat yang berlebihan.

Gejala klinis inversio uteri : Dijumpai pada kala III atau post partum dengan gejala nyeri yang hebat, perdarahan yang banyak sampai syok. Apalagi bila plasenta masih melekat dan sebagian sudah ada yang terlepas dan dapat terjadi strangulasi dan nekrosis.

5. Perdarahan Postpartum Akibat HematomaHematoma terjadi karena kompresi yang kuat disepanjang traktus genitalia, dan tampak sebagai warna ungu pada mukosa vagina atau perineum yang ekimotik. Hematoma yang kecil diatasi dengan es, analgesic dan pemantauan yang terus menerus. Biasanya hematoma ini dapat diserap kembali secara alami.

6. Perdarahan Postpartum akibat Laserasi /Robekan Jalan LahirRobekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan postpartum. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Tanda-tanda Robekan jalan lahir (robekan jaringan lunak)a. Kontraksi uterus kuat, keras dan mengecilb. Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir. Perdarahan ini terus-menerus.c. Setelah dilakukan masase atau pemberian uterotonika langsung uterus mengeras tapi perdarahan tidak berkurang.Perdarahan postpartum dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robelan servik atau vagina. Robekan Serviks : Persalinan Selalu mengakibatkan robekan serviks sehingga servik seorang multipara berbeda dari yang belum pernah melahirkan pervaginam. Robekan servik yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti, meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus sudah berkontraksi dengan baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya robekan servik uteri.Robekan Vagina : Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan speculum.Robekan Perineum : Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkum ferensia suboksipito bregmatika.Laserasi pada traktus genitalia sebaiknya dicurigai, ketika terjadi perdarahan yang berlangsung lama yang menyertai kontraksi uterus yang kuat.

E. Pemeriksaan Penunjang1. Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang2. Jumlah darah lengkap : menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan jumlah sel darah putuih (SDP). (Hb saat tidak hamil:12-16gr/dl, saat hamil: 10-14gr/dl. Ht saat tidak hamil:37%-47%, saat hamil:32%-42%. Total SDP saat tidak hamil 4.500-10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000)3. Kultur uterus dan vagina : mengesampingkan infeksi pasca partum4. Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih5. Profil koagulasi : peningkatan degradasi, kadar produk fibrin/produk split fibrin (FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen : masa tromboplastin partial diaktivasi, masa tromboplastin partial (APT/PTT), masa protrombin memanjang pada KID Sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan

F. TerapiTiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum :1. Menghentikan perdarahan.2. Mencegah timbulnya syok3. Mengganti darah yang hilang

G. Pemeriksaan Fisik1. Pemeriksaan tanda-tanda vitala. Suhu badan : biasanya meningkat sampai 380 C dianggap normal. Setelah satu hari suhu akan kembali normal (360 C 370 C), terjadi penurunan akibat hipovolemiab. Nadi : akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi hipovolemia yang semakin berat.c. Tekanan darah : biasanya stabil, memperingan hipovolemiad. Pernafasan : Bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga menjadi tidak normal.2. Pemeriksaan KhususObservasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi dengan mengevaluasi sistem dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi :a. Nyeri/ketidaknyamanan : Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan)Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma)b. Sistem vaskuler Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian tiap 8 jam berikutnya- Tensi diawasi tiap 8 jam Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan merah Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan kekenyalan Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis, defek koagulasi kongenital, idiopatik trombositopeni purpura.c. Sistem Reproduksi1) Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari post partum, kemudian tiap 8 jam selama 3 hari meliputi tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya2) Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna, banyak dan bau3) Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi, luka jahitan dan apakah ada jahitannya yang lepas4) Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak5) Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan kolostrum6) Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada ukuran dan fungsi sebelum kehamilan (sub involusi)d. Traktus urinariusDiobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi miksi lancar atau tidak, spontan dan lain-laine. Traktur gastro intestinalObservasi terhadap nafsu makan dan obstipasif. Integritas Ego : Mungkin cemas, ketakutan dan khawatir

H. Asuhan Keperawatan1. PengkajianPengkajian terhadap klien post meliputi :a. Identitas klienData diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record dan lain lainb. Riwayat kesehatan1) Riwayat kesehatan dahulu : riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.2) Riwayat kesehatan sekarang : Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual.3) Riwayat kesehatan keluarga : Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular.c. Riwayat obstetrik1) Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT2) Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai hamil3) Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus, retensi plasenta Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi4) Riwayat Kehamilan sekarang Hamil muda, keluhan selama hamil muda Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain5) Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapatPola aktifitas sehari-hari Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik sebelum dirawat maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum pada masa nifas harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi. Adanya perubahan pola miksi dan defeksi. BAB harus ada 3-4 hari post partum sedangkan miksi hendaklah secepatnya dilakukan sendiri (Rustam Mukthar, 1995) Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran dan melaporkan kelelahan yang berlebihan. Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas, baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan mengganti balutan atau duk.

2. Diagnosa Keperawatana. Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervaginamb. Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervaginamc. Cemas/ketakutan b/d perubahan keadaan atau ancaman kematiand. Resiko infeksi b/d perdarahane. Resiko shock hipovolemik b/d perdarahan.

3. Rencana tindakan keperawatana. Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervaginam1) Tujuan : Mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume cairan2) Rencana tindakan :a) Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya tetap terlentangRasional : Dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan venous return dan memungkinkan darah keotak dan organ lain.b) Monitor tanda vitalRasional : Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebatc) Monitor intake dan output setiap 5-10 menitRasional : Perubahan output merupakan tanda adanya gangguan fungsi ginjald) Evaluasi kandung kencingRasional : Kandung kencing yang penuh menghalangi kontraksi uteruse) Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan diatas simpisis.Rasional : Massage uterus merangsang kontraksi uterus dan membantu pelepasan placenta, satu tangan diatas simpisis mencegah terjadinya inversio uterif) Batasi pemeriksaan vagina dan rectumRasional : Trauma yang terjadi pada daerah vagina serta rektum meningkatkan terjadinya perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi laserasi pada serviks / perineum atau terdapat hematom. Bila tekanan darah semakin turun, denyut nadi makin lemah, kecil dan cepat, pasien merasa mengantuk, perdarahan semakin hebat, segera kolaborasi.g) Kolaborasi : Berikan infus atau cairan intravenaRasional : Cairan intravena dapat meningkatkan volume intravascular Berikan uterotonika ( bila perdarahan karena atonia uteri )Rasional : Uterotonika merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan Berikan antibioticRasional : Antibiotik mencegah infeksi yang mungkin terjadi karena perdarahan Berikan transfusi whole blood ( bila perlu )Rasional : Whole blood membantu menormalkan volume cairan tubuh.

b. Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervaginam1) Tujuan: Tanda vital dan gas darah dalam batas normal2) Rencana keperawatan :a) Monitor tanda vital tiap 5-10 menitRasional : Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda vitalb) Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulitRasional : Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di jaingan perifer berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu kulit yang dinginc) Kaji ada / tidak adanya produksi ASIRasional : Perfusi yang jelek menghambat produksi prolaktin dimana diperlukan dalam produksi ASId) Tindakan kolaborasi : Monitor kadar gas darah dan PH (perubahan kadar gas darah dan PH merupakan tanda hipoksia jaringan) Berikan terapi oksigen (Oksigen diperlukan untuk memaksimalkan transportasi sirkulasi jaringan).

c. Cemas/ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian1) Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang.2) Rencana tindakan : a) Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinanRasional : Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnyab) Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )Rasional : Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologisc) Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukungRasional : Memberikan dukungan emosid) Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatanRasional : Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak diketahuie) Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnyaRasional : Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemasf) Kaji mekanisme koping yang digunakan klienCemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping yang tepat.

d. Resiko infeksi sehubungan dengan perdarahan1) Tujuan : Tidak terjadi infeksi ( lokea tidak berbau dan TV dalam batas normal )2) Rencana tindakan :a) Catat perubahan tanda vitalRasional : Perubahan tanda vital ( suhu ) merupakan indikasi terjadinya infeksib) Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang lembek, dan nyeri panggulRasional : Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi terjadinya bakterimia, shock yang tidak terdeteksic) Monitor involusi uterus dan pengeluaran locheaRasional : Infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi pengeluaran lokea yang berkepanjangand) Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain, misalnya infeksi saluran nafas, mastitis dan saluran kencingRasional : Infeksi di tempat lain memperburuk keadaane) Berikan perawatan perineal, dan pertahankan agar pembalut jangan sampai terlalu basahf) pembalut yang terlalu basah menyebabkan kulit iritasi dandapat menjadi media untuk pertumbuhan bakteri,peningkatan resiko infeksi.g) Tindakan kolaborasi Berikan zat besi (Anemi memperberat keadaan) Beri antibiotika (Pemberian antibiotika yang tepat diperlukan untuk keadaan infeksi).

e. Resiko shock hipovolemik s/d perdarahan.1) Tujuan: Tidak terjadi shock(tidak terjadi penurunan kesadaran dan tanda-tanda dalam batas normal)2) Rencana tindakan :a) Anjurkan pasien untuk banyak minumRasional : Peningkatan intake cairan dapat meningkatkan volume intravascular sehingga dapat meningkatkan volume intravascular yang dapat meningkatkan perfusi jaringan.b) Observasitanda-tandavital tiap 4 jam Rasional : Perubahan tanda-tanda vital dapat merupakan indikator terjadinya dehidrasisecara dini.c) Observasi terhadap tanda-tanda dehidrasi. Rasional : Dehidrasi merupakan terjadinya shock bila dehidrasi tidak ditangani secara baik.d) Observasi intake cairan dan output Rasional : Intake cairan yang adekuat dapat menyeimbangi pengeluaran cairan yang berlebihan.e) Kolaborasi : Pemberian cairan infus / transfuseRasional : Cairan intravena dapat meningkatkan volume intravaskular yang dapat meningkatkan perfusi jaringan sehingga dapat mencegah terjadinya shock Pemberian koagulantia dan uterotonikaRasional : Koagulan membantu dalam proses pembekuan darah dan uterotonika merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan.

4. EvaluasiSemua tindakan yang dilakukan diharapkan memberikan hasil : a. Tanda vital dalam batas normal :Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHgDenyut nadi : 70-80 x/menitPernafasan : 20 24 x/menitSuhu : 36 37 ocb. Kadar Hb : Lebih atau sama dengan 10 g/dlc. Gas darah dalam batas normald. Klien dan keluarganya mengekspresikan bahwa dia mengerti tentang komplikasi dan pengobatan yang dilakukane. Klien dan keluarganya menunjukkan kemampuannya dalam mengungkapkan perasaan psikologis dan emosinyaf. Klien dapat melakukan aktifitasnya sehari-harig. Klien tidak merasa nyerih. Klien dapat mengungkapkan secara verbal perasaan cemasnya

II. ABORTUSD. DefinisiAbortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelu kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan. (Sarwono, P. 2002)Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebut abortus. Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atu umur kehamilan 28 minggu. Ada juga yang mengambil sebagai batas untuk abortus berat anak yang kurang dari 500 gram. Jika anak yang lahir beratnya antara 500 dan 999 gram disebut partus immaturus. (Fakultas Kedokteran UNPAD)Abortus dapat dibagi menjadi sebagai berikut:1. Abortus spontan (terjadi dengan sendiri, keguguran); merupakan kurang lebih 20% dari semua abortus.2. Abortus provokatus (disengaja, digugurkan); 80% dari semua abortus. a) Abortus provokatus artificialis atau abortus terapeutikusAbortus provokatus artificialis adalah pengguran kehamilan, biasanya dengan alat-alat dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan membawa maut bagi ibu, misalnya karena ibu berpenyakit berat.Abortus provokatus pada hamil muda dibawah 12 minggu dapat dilakukan dengan pemberian prostaglandin atau kuretase dengan penyedotan (vacum) atau dengan sendok kuret. Pada hamil yang tua diatas 12 minggu dilakukan histerektomi, juga dapat disuntikkan garam hipertonis (20%) atau prostaglandin intra-amnial. Indikasi untuk abortus terapeutikus misalnya: penyakit jantung (jantung rheumatic), hipertensi esentialis, karsinoma serviks.

b) Abortus provokatus kriminalis.Abortus provokatus kriminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum.

Secara klinis masih ada istilah-istilah sebagai berikut:1. Abortus imminens (keguguran mengancam). Abortus baru mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya.2. Abortus incipiens (keguguran berlangsung). Abortus ini sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi.3. Abortus inkompletikus (keguguran tidak lengkap). Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian (biasanya jaringan plasenta masih tertinggal didalam rahim.4. Abortus kompletikus (keguguran lengkap). Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan dengan lengkap. 5. Missed abortion (keguguran tertunda). Missed abortion adalah keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke-22, tetapi tertahan didalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.6. Abortus habitualis (keguguran berulang-ulang). Ialah abortus yang telah berulang dan berturut-turut terjadi; sekurang-kurangnya tiga kali berturut-turut.

E. EtiologiWalaupun terjadinya abortus habitualis berturut-turut mungkin kebetulan, namun wajar untuk memikirkan adanya sebab dasar yang mengakibatkan peristiwa berulang ini. Sebab dasar ini dalam kurang lebih 40% tidak diketahui; yang diketahui, dapat dibagi dalam tiga golongan:1. Kelainan pada zigoteAgar bisa menjadi kehamilan, dan kehamilan itu dapat berlangsung terus dengan selamat, perlu adanya penyatuan antara spermatozoon yang normal dengan ovum yang normal pula. Kelainan genetik pada suami atau istri dapat menjadi sebab kelainan pada zigote dengan akibat terjadinya abortus. Dapat dikatakan bahwa kelainan kromosomal yang dapat memegang peranan dalam abortus berturut-turut, jarang terdapat. Dalam hubungan ini dianjurkan untuk menetapkan kariotipe pasangan suami istri apabila terjadi sedikit-sedikitnya abortus berturut-turut tiga kali, atau janin yang dilahirkan menderita cacat.

2. Gangguan fungsi endometrium yang menyebabkan gangguan implantasi ovum yang dibuahi dan gangguan dalam pertumbuhan mudigah.Malfungsi endometrium yang mengganggu implantasi dan mengganggu mudigah dalam pertumbuhannya.Di bawah pengaruh estrogen, endometrium yang sebagian besar hilang pada waktu haid, timbul lagi sesudah itu, dan dipersiapkan untuk menerima dengan baik ovum yang dibuahi. Sesudah ovulasi glikogen yang terhimpun dalam sel-sel basal endometrium memasuki sel-sel dan lumen kelenjar-kelenjar dalam endometrium, untuk kelak dibawah pengaruh alkalin fosfatase diubah menjadi glukose. Di samping zat hidrat arang tersebut dibutuhkan pula protein, lemak, mineral, dan vitamin untuk pertumbuhan mudigah. Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan endometrium adalah :a) Kelainan hormonalPada wanita dengan abortus habitualis, dapat ditemukan bahwa fungsi glandula tiroidea kurang sempurna. Oleh sebab itu pemeriksaan fungsi tiroid pada wanita-wanita dengan abortus berulang perlu dilakukan; pemerikasaan ini hendaknya dilakukan diluar kehamilan. Selain itu gangguan fase luteal dapat menjadi sebab infertilitas dan abortus muda yang berulang. Gangguan fase luteal dapat menyebabkan disfungsi tuba dengan akibat transfor ovum terlalu cepat, motilitas uterus yang berlebihan dan kesukaran dalam nidasi karena endometrium tidak dipersiapkan dengan baik. b) Gangguan nutrisiPenyakit-penyakit yang mengganggu persediaan zat-zat makanan untuk janin yang sedang tumbuh dapat menyebabkan abortus. Anemia yang berat, penyakit menahun dan lain-lain akan mempengaruhi gizi penderita. c) Penyakit infeksiPenyakit infeksi menahun yang dapat menjadi sebab kegagalan kehamilan ialah luwes. Disebut pula mikoplasma hominis yang ditemukan di serviks uteri, vagina dan uretra. Penyakit infeksi akut dapat menyebabkan abortus yang berturut-turut. d) Kelainan imunologikInkomtabilitas golongan darah A, B, O, dengan reaksi antigen-antibodi dapat menyebabkan abortus berulang, karena pelepasan histamin mengakibatkan vasodilatasi dan peningkatan fragilitas kapiler. Inkomtabilitas karena Rh faktor dapat menyebabkan abortus berulang, tetapi hal itu biasanya menyebabkan gangguan pada kehamilan diatas 28 minggu. e) Faktor psikologisDibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus berulang dan keadaan mental, akan tetapi sebelum terang sebab musababnya. Yang peka terhadap terjadinya abortus ialah wanita yang belum matang secara emosional dan sangat mengkhawatirkan risiko kehamilan; begitu pula wanita yang sehari-hari bergaul dalam dunia pria dan menganggap kehamilan sebagai suatu beban yang berat. Dalam hal-hal tersebut diatas, peranan dokter untuk menyelamatkan kehamilan sangat penting. Usaha-usaha dokter untuk mendapatkan kepercayaan pasien, dan menerangkan segala sesuatu kepadanya, sangat membantu.

3. Kelainan anatomik pada uterus yang dapat menghalangi berkembangnya janin didalamnya dengan sempurna. Kelainan bawaan dapat menjadi sebab abortus habitualis, antara lain hipoplasia uterus, subseptus uterus bikornis dan sebagainya. Akan tetapi pada kelainan bawaan seperti uterus bikornis, sebagian besar kehamilan dapat berlangsung terus dengan baik. Walaupun pada abortus habitualis perlu diselidiki dengan histerosalpingografi, apakah ada kelainan bawaan, perlu diperiksa pula apakah tidak ada sebab lain dari abortus habitualis, sebelum menganggap kelainan bawaan uterus tersebut sebaga sebabnya. Diantara kelainan-kelainan yang timbul pada wanita dewasa terdapat laserasi serviks uteri yang luas, tumor uterus khususnya mioma, dan serviks uteri yang inkompeten. Pada laserasi yang cukup luas, bagian bawah uterus tidak dapat memberi perlindungan pada janin dan dapat menjadi abortus, biasanya pada inkompeten; pada kehamilan 14 minggu atau lebih ostium uteri internum perlahan-lahan membuka tanpa menimbulkan rasa nyeri dan ketuban mulai menonjol. Jika keadaan dibiarkan, ketuban pecah dan terjadi abortus. Mioma uteri, khususnya berjenis sub mukus, dapat mengganggu implantasi ovum yang dibuahi atau pertumbuhannya didalam cavum uteri.

F. PatofisiologiPatofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2 .bagian yang terlepas dianggap benda asing, sehingga rahim berusaha untuk mengeluarkan dengan kontraksi.Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal yang menyebabkan berbagai penyakit. Oleh karena itu, keguguran memberikan gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan, dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi. Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya: 1. Sedikit-sedikit dan berlangsung lama2. Sekaligus dalam jumlah yang besar dapat disertai gumpalan3. Akibat perdarahan tidak menimbulkan gangguan apapun; dapat menimbulkan syok, nadi meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis dan daerah ujung (akral) dingin.

Bentuk pengeluaran hasil konsepsi bervariasi:1. Umur kehamilan dibawah 14 minggu dimana plasenta belum terbentuk sempurna, dikeluarkan seluruh atau sebagian hasil konsepsi.2. Diatas 16 minggu, dengan pembentukan plasenta sempurna dpat didahului dengan ketuban pecah diikuti pengeluaran hasil konsepsi, dan dilanjutkan dengan pengeluran plasenta berdasarkan proses persalinannya dahulu disebutkan persalinan immaturus. 3. Hasil kosepsi tiak dikeluarkan lebih dari 6 minggu, sehingga terjadi ancaman baru dalam bentuk gangguan pembekuan darah.

Berbagai bentuk perubahan hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan dapat terjadi:1. Mola karnosa: hasil konsepsi menyerap darah, terjadi gumpalan seperti daging.2. Mola tuberosa: amnion berbenjol-benjol, karena terjadi hematoma antara amnion dan karion3. Fetus kompresus: janin mengalami mumifikasi, terjadi penyerapan kalsium, dan tertekan sampai gepeng.4. Fetus papiraseus: kompresi fetus berlangsung terus, terjadi penipisan, laksna kertas.5. Blighted ovum: hasil konsepsi yang dikeluarkan tidak mengandung janin, hanya benda kecil yang tidakberbentuk.6. Missed abortion: hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan lebih dari 6 minggu.

G. Penatalaksanaan Kuretase1. Persiapan Sebelum Tindakana) Pasien 1) cairan dan selang infus sudah terpasang, perut bawah dan lipat paha sudah dibersihkan dengan air dan sabun.2) Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi kardiopulmoner.3) Siapkan kain alas bokong dan penutup perut bawah. 4) Medikamentosa Analgetika (pethidin 1-2 mg/kg BB, ketamin HCI 0,5 mg/kg BB, tramadol 1-2 mg/kg BB) Sedatifa (diazepan 10 mg) Atropin sulfat 0,25-0,50 mg/kg5) Larutan antiseptik (povidon iodin 10%).6) Oksigen dengan regulator.7) Instrumen : Cunam tampon: 1 Klem ovum (foersters/fenster clemp) lurus : 2 Sendok kuret pasca persalinan : 1 Spekulum sims atau L dan kateter karet : 2 dan 1 Tabung ml dan jarum suntik no 23 (sekali pakai) : 2

b) Penolong (operator dan asisten)1) Baju kamar tindakan, apron, masker dan kacamata pelindung : 3 set2) Sarung tangan DTT/steril : 4 pasang 3) Alas kaki (sepatu atau boot karet) : 3 pasang 4) Instrumen : Lampu sorot : 1 Mangkok logam : 2 Penampung udara dan jaringan : 1

H. Asuhan Keperawatan1. Data Fokus PerdarahanServiksUterusGejala / tanda

Bercak hingga sedangTertutupSesuai dengan gestasi Kram perut bawah Uterus lunak

Sedikit membesar dari normal Limbung atau pingsanNyeri perut bawahNyeri goyang porsio Massa adneksa Cairan bebas intra abdomen

Tertutup atau terbuka Lebih kecil dari usia gestasi Sedikit atau tanpa nyeri perut bawahRiwayat ekspulsi hasil konsepsi

Sedang hingga masif atau banyak Terbuka Sesuai usia kehamilan Kram atau nyeri perut bawahBelum terjadi ekspulsi hasil konsepsi

Kram atau nyeri perut bawahEkspulsi sebagian hasil konsepsi

Terbuka Lunak dan lebih besar dari usia gestasi Mual atau muntah Kram perut bawahSindroma mirip pre eklampsiaTak ada janin keluar jaringan seperti anggur

1. Pengkajian a. Riwayat Obstetri1) Riwayat menstruasi : Menarche Siklus Lama Banyak Warna Bau Flour albous HPHT Disminorhe2) Riwayat kehamilan 3) Riwayat kehamilan sekarang : HPL, ANC, Keluhan, TT 4) Riwayat kontrasepsi b. Riwayat perkawinan c. Pola kebiasaan sehari-hari Sebelum hamil Selama hamild. Riwayat psikososial e. Data spiritualf. Data Objektif : 1) Keadaan umum : Kesadaran TTV TB BB sebelum hamil LILA BB setelah hamil2) Pemeriksaan fisik : Muka, Genetalia, Abdomen / TFU3) Pemeriksaan dalam : Servik4) Pemeriksaan penunjang : Hb

2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatana. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus yang berlebihan b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya distribusi darah ke seluruh tubuh.c. Resti infeksi berhubungan dengan tindakan invasif d. Berduka berhubungan dengan kehilangan calon anak

3. Rencana Keperawatana. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus yang berlebihan1) Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2 x 2 jam diharapkan klien dapat mengontrol nyeri yang dibuktikan dengan kriteria hasil :a) Klien menyatakan nyeri hilang/ terkontrolb) Ekspresi wajah tidak menunjukkan rasa menahan sakitc) Kualitas nyeri menunjukkan skala 0-3d) Perilaku relaksasie) TD 120/80 130/90 mmHgf) Nadi 90x/ menitg) Pola nafas efektif 24x/ menit2) Intervensi :a) Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan dan intervensi yang tepatb) Evaluasi tekanan darah (TD) dan nadi. Perhatikan perubahan perilaku (bedakan antara kegelisahan karena nyeri atau kehilangan darah akibat dari proses pembedahan.c) Ubah posisi klien, kurangi rangsangan yang berbahaya dan berikan gosokan punggung anjurkan penggunaan teknik pernafasan dan relaksasi dan distraksi (rangsangan jaringan kutan)d) Palpasi kandung kemih, perhatikan adanya rasa penuh, memudahkan berkemih periodic setelah pengangkatan kateter indwelling.e) Anjurkan penggunaan dengan penyokong.f) Lakukan latihan nafas dalam, spirometri intensif dan batuk dengan menggunakan prosedur-prosedur tepat, 30 menit setelah pemberian analgesic.

b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya distribusi darah ke seluruh tubuh1) Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2 x 2 jam diharapkan klien dapat, dengan kriteria : menunjukkan perfusi aekuat, sesuai dengan bukti tanda vital atsbil, nadi teraba, pengisian kapiler baik, mental biasa, keluaran urin adekuat secara individual dan bebas edema.2) Intervensi :a) Panatau tanda vital; palpasi nadi perifer dan perhatikan pengisian kapiler;kaji keluaran atau karakteristik urine, evaluasi perubahan mental.b) Inspeksi balutan dan pembalut prineal, perhatikan warna, jumlah dan bau drainase. Timbang pembalut dan bandingkan dengan berat yang kering, bila pasien mengalami perdarahan hebat.c) Ubah posisi pasien dan dorong batuk sering dan latihan nafas dalam.d) Hindari posisi fowler tinggi dan tekanan di bawah lutut atau menyilangkan kaki.e) Bantu/instruksikan latiha kaki dan telapak dan ambulas sesegera mungkin.f) Periksa tanda hormo. Perhatikan eritema, pembengkakan ekstremitas, atau keluhan nyeri dad tiba-tiba pada dispnea.g) Kolaborasi : Berikan cairan IV, produk drah sesuai indiaksi. Pekaikan stoking anti emboli. Bantu/dorong penggunaan spirometri insentif.

c. Resti infeksi berhubungan dengan tindakan invasif 1) Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 4 x 24 jam diharapkan klien dapat menerapkan teknik kontrol infeksi yang dibuktikan dengan kriteria hasil:a) Suhu 37 Cb) Poal nafas efektif 24x/ menitc) Tidak terdapat nyeri tekand) Luka bekas dari drainase dengan tanda awal penyembuhane) Tidak terdapat kemerahan2) Intervensi :a) Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan dengan cermat dan pembuangan pangalas kotoran pembakut parineal dan linen terkontaminasi dengan tepatb) Tinjau ulang Hb/Ht prenatal: perhatikan adanya kondisi yang mempredisposisikan klien pada infeksi pasca operasic) Infeksi balutan abdominal terhadap eksudat/ rembesan. Lepaskan balutans sesuai indikasid) Dorong dan masukan cairan oral dan diet tinggi protein, Vit C dan besie) Kaji suhu, nadi, dan jumlah sel darah putihf) Kaji lokasi dan kontraktivitas uterus, perhatikan perubahan involusi/ adanya nyeri tekan uterus yang ekstrimg) Kolaborasi: Berikan infuse antibiotic profilaksi dengan detil pertama biasanya diberikan segera setelah pengekleman tali pusat dan 2 dosis lagi masing-masing berjarak 6 jam. Dapatkan kultur darah, vagina dan urin bila infeksi dicurigai Berikan antibiotic khusus untuk untuk proses infeksi yang diidentifikasi.

d. Berduka berhubungan dengan kehilangan calon anggota keluarga1) Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan klien mampu menerima keadaan yang sebenarnya tentang kematian anaknya, dengan kriteria :a) Mengidentifikasi dan menunjukkan perasaan secara cepatb) Menunjukkan perkembangan melalui proses duka c) Menikmati masa sekarang dan rencana untuk masa depan, hari demi hari 2) Intervensi :a) Kaji status emosionalb) Sediakan waktu untuk mendengarkan pasien. Dorong ekspresi perasaan bebas, tidak berdaya dan keinginan untuk matic) Kaji potensial untuk berdirid) Ikutsertakan orang terdekat dalam diskusi dan aktifitas sampai pada tingkat yang mereka inginkane) Berikan sentuhan atau pelukan bebas sesuai penerimaan individuf) Kolaborasi Rujuk pada sumber-sumber lain sesuai indikasi, misalnya special klinik, perawat, pekerja social. Bantu dengan atau rencanakan dengan spesifik sesuai kebutuhan (misalnya instruksi lanjutan (untuk menentukan status kode atau keinginan untuk hidup), membuat wasiat pengaturan pemakaman)

III. ENDOMETRIOSISA. PengertianEndometriosis adalah keadaan ketika sel-sel endometrium yang seharusnya terdapat hanya dalam uterus, tersebar juga ke dalam rongga pelvis (Mary Baradero dkk, 2005).Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter dan pelvis. ( Scott, R James, dkk. 2002).

B. EtiologiEtiologi endometriosis belum diketahui tetapi ada beberapa teori yang telah dikemukakan:1. Secara kongenital sudah ada sel-sel endometrium di luar uterus.2. Pindahnya sel-sel endometrium melalui sirkulasi darah atau sirkulasi limfe.3. Refluks menstruasi yang mengandung sel-sel endometrium ke tuba fallopi, sampai ke rongga pelvis.4. Herediter karena insiden lebih tinggi pada wanita yang ibunya juga mengalami endometriosis (Mary Baradero dkk, 2005).

C. Manifestasi KlinisPada umumnya wanita dengan endometriosis tidak memiliki gejala. Gejala pada umumnya terjadi ketika menstruasi dan bertambah hebat setiap tahunnya karena pembesaran daerah endometriosis. Gejala yang paling sering terjadi adalah nyeri panggul, dismenorea (nyeri ketika menstruasi), dispareunia (nyeri ketika senggama), dan infertilitas (gangguan kesuburan, tidak dapat memiliki anak).1. Nyeri panggulNyeri yang berkaitan dengan endometriosis adalah nyeri yang dikatakan sebagai nyeri yang dalam, tumpul, atau tajam, dan biasanya nyeri bertambah ketika menstruasi. Pada umumnya nyeri terdapat di sentral (tengah) dan nyeri yang terjadi pada satu sisi berkaitan dengan lesi (luka atau gangguan) di indung telur atau dinding samping panggul. Dispareunia terjadi terutama pada periode premenstruasi dan menstruasi. Nyeri saat berkemih dan dyschezia dapat muncul apabila terdapat keterlibatan saluran kemih atau saluran cerna.2. DismenoreaNyeri ketika menstruasi adalah keluhan paling umum pada endometriosis.3. InfertilitasEfek endometriosis pada fertilitas (kesuburan) terjadi karena terjadinya gangguan pada lingkungan rahim sehingga perlekatan sel telur yang sudah dibuahi pada dinding rahim menjadi terganggu. Pada endometriosis yang sudah parah, terjadi perlekatan pada rongga panggul, saluran tuba, atau indung telur yang dapat mengganggu transportasi embrio (Missrani, 2009).

D. PatofisiologiEndometriosis berasal dari kata endometrium, yaitu jaringan yang melapisi dinding rahim. Endometriosis terjadi bila endometrium tumbuh di luar rahim. Lokasi tumbuhnya beragam di rongga perut, seperti di ovarium, tuba falopii, jaringan yang menunjang uterus, daerah di antara vagina dan rectum, juga di kandung kemih. Endometriosis bukanlah suatu infeksi menular seksual, sehingga tidak ada hubungannya dengan apakah seorang remaja pernah berhubungan seksual atau tidak. Untuk memahami masalah endometriosis ini, kita perlu memahami siklus menstruasi. Dalam setiap siklus menstruasi lapisan dinding rahim menebal dengan tumbuhnya pembuluh darah dan jaringan, untuk mempersiapkan diri menerima sel telur yang akan dilepaskan oleh indung telur yang terhubungkan dengan rahim oleh saluran yang disebut tuba falopii atau saluran telur. Apabila telur yang sudah matang tersebut tidak dibuahi oleh sel sperma, maka lapisan dinding rahim tadi luruh pada akhir siklus. Lepasnya lapisan dinding rahim inilah yang disebut dengan peristiwa menstruasi. Keseluruhan proses ini diatur oleh hormon, dan biasanya memerlukan waktu 28 sampai 30 hari sampai kembali lagi ke awal proses. Salah satu teori mengatakan bahwa darah menstruasi masuk kembali ke tuba falopii dengan membawa jaringan dari lapisan dinding rahim, sehingga jaringan tersebut menetap dan tumbuh di luar rahim.Teori lain mengatakan bahwa sel-sel jaringan endometrium keluar dari rahim melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening, kemudian mulai tumbuh di lokasi baru. Namun, ada pula teori yang mengatakan bahwa beberapa perempuan memang terlahir dengan sel-sel yang salah letak, dan dapat tumbuh menjadi endometrial implant kelak. Berbagai penelitian masih terus dilakukan untuk memahami endometriosis ini dengan baik sehingga dapat menentukan cara yang tepat untuk mengobatinya. Dalam kasus endometriosis, walaupun jaringan endometrium tumbuh di luar rahim dan menjadi imigran gelap di rongga perut seperti sudah disebutkan tadi, struktur jaringan dan pembuluh darahnya juga sama dengan endometrium yang berada di dalam rahim. Si imigran gelap (yang selanjutnya akan kita sebut endometrial implant) ini juga akan merespons perubahan hormon dalam siklus menstruasi.Menjelang masa menstruasi, jaringannya juga menebal seperti saudaranya yang berada di tanah air. Namun, bila endometrium dapat luruh dan melepaskan diri dari rahim dan ke luar menjadi darah menstruasi, endometrial implant ini tidak punya jalan ke luar. Sehingga, mereka membesar pada setiap siklus, dan gejala endometriosis (yaitu rasa sakit hebat di daerah perut) cenderung makin lama makin parah. Intensitas rasa sakit yang disebabkan oleh endometriosis ini sangat tergantung pada letak dan banyaknya endometrial implant yang ada pada kita. Walaupun demikian, endometrial implant yang sangat kecil pun dapat menyebabkan kita kesakitan luar biasa apabila terletak di dekat saraf (Utamadi, Gunadi, 2004). Setiap bulan, selaput endometrium akan berkembang dalam rahim dan membentuk satu lapisan seperti dinding. Lapisan ini akan menebal pada awal siklus haid sebagai persediaan menerima telur tersenyawa (embrio). Bagaimanapun jika tidak ada, dinding ini akan runtuh dan dibuang sebagai haid.Endometriosis yang ada di luar rahim juga akan mengalami proses sama seperti dalam rahim dan berdarah setiap bulan. Oleh kerana selaput ini ada di tempat tidak sepatutnya, ia tidak boleh keluar dari badan seperti lapisan endometrium dalam rahim. Pada masa sama, selaput ini akan menghasilkan bahan kimia yang akan mengganggu selaput lain dan menyebabkan rasa sakit. Lama kelamaan, lapisan endometriosis ini semakin tebal dan membentuk benjolan atau kista (kantung berisi cecair) dalam ovari (Prof.Dr.Nik Mohd Nasri Ismail, 2005).

E. Pemeriksaan PenunjangCara yang pasti untuk mendiagnosis endometriosis adalah laparoskopi.1. Endoskopi : Endoskopi dapat dilaksanakan untuk mengetahui luasnya endometriosis2. Biopsi : Biopsi untuk mengetahui apakah ada keganasan (Mary Baradero dkk, 2005).

F. Penatalaksanaan1. KolaboratifKehamilan bisa memperlambat perkembangan endometriosis karena menstruasi (ovulasi) berhenti selama kehamilan dan laktasi. Ada beberapa wanita yang menjadi asimptomatis setelah melahirkan. Fertilitas wanita dengan endometriosis rendah maka bagi pasangan yang menginginkan anak memerlukan bantuan medis.Kontrasepsi oral yang mengandung estrogen yang minimal dan progestin yang tinggi dapat menyebabkan atrofi endometrium. Obat-obat antigonadotropik seperti Danasol dapat juga di pakai untuk menekan kegiatan ovarium. Danasol dapat menghentikan perkembangan endometrium, mencegah ovulasi, dan menyebabkan atrofi jaringan endometrium yang ada di luar uterus (jaringan endometrium ektopik). Kelemahan dari obat-obat ini adalah sangat mahal, adanya efek samping seperti mual, cepat lelah, depresi, berat badan bertambah, menyerupai gejala menopause, dan osteoporosis.Apabila tidak ada respons terhadap terapi konservatif, intervensi bedah dapat dilaksankan. Pembedahan laser laparoskopi adalah pembedahan yang bisa mempertahankan fertilitas pasien karena pembedahan ini hanya melepas adhesi dan menghancurkan jaringan endometrium yang ada dalam rongga pelvis. Bedah radikal meliputi pengangkatan uterus, tuba fallopi, dan ovarium. Endometriosis bisa berhenti ketika menopause.

2. MandiriPasien perlu merasa yakin bahwa endometriosis dapat diobati. Perlu diterapkan kepada pasien efek samping dari obat-obat yang dipakainya, strategi untuk menangani nyeri yang kronis juga perlu dijelaskan (Mary Baradero dkk, 2005).

G. Komplikasi1. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat kolon atau ureter.2. Torsi ovarium atau ruptur ovarium sehingga terjadi peritonitis karena endometrioma.3. Infertilitas, ditemukan pada 30% 40% kasus. Endometriosis merupakan penyebab infertilitas kedua terbanyak pada wanita. (Mansjoer, 2001)

H. Asuhan Keperawatan1. Pengkajiana. Riwayat Kesehatan DahuluPernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke daaerah pengolahan produksi kertas, serta terkena limbah pembakaran sampah medis dan sampah perkotaan.b. Riwayat kesehatan sekarang1) Dysmenore primer ataupun sekunder2) Nyeri saat latihan fisik3) Nyeri ovulasi4) Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.5) Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual6) Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter7) Menorrhagia8) Feces berdarah9) Nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi10) Konstipasic. Riwayat kesehatan keluargaMemiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita endometriosisd. Riwayat obstetri dan menstruasiMengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi pendek, darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi.

2. Diagnosa Keperawatana. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran penyakit.b. Resiko gangguan harga diri b.d infertilitasc. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan pada status kesehatan (Bobak, 2005).

3. Intervensi Keperawatana. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran penyakit.1) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri klien akan berkurang. Dengan kriteria : klien mengatakan nyeri berkurang, klien tidak memegang punggung, kepala atau daerah lainnya yang sakit, keringat berkurang.2) Intervensi:a) Pantau/catat karakteristik nyeri (respon verbal, non verbal, dan respon hemodinamik) klien.Rasional: untuk mendapatkan indicator nyeri.b) Kaji lokasi nyeri dengan memantau lokasi yang ditunjuk oleh klien.Rasional: untuk mendapatkan sumber nyeri.c) Kaji intensitas nyeri dengan menggunakan skala 0-10.Rasional: nyeri merupakan pengalaman subyektif klien dan metode skala merupakan metodeh yang mudah serta terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri.d) Tunjukan sikap penerimaan respon nyeri klien dan akui nyeri yang klien rasakan.Rasional: ketidakpercayaan orang lain membuat klien tidak toleransi terhadap nyeri sehingga klien merasakan nyeri semakin meningkat.e) Jelaskan penyebab nyeri klien.Rasional: dengan mengetahui penyebab nyeri klien dapat bertoleransi terhadap nyeri.f) Bantu untuk melakukan tindakan relaksasi, distraksi, massage.Rasional: memodifikasi reaksi fisik dan psikis terhadap nyeri.g) Berikan pujian untuk kesabaran klien.Rasional: meningkatkan motivasi klien dalam mengatasi nyeri.h) Kolaborasi pemberian analgetik ( ibuprofen, naproksen, ponstan) dan Midol.Rasional: analgetik tersebut bekerja menghambat sintesa prostaglandin dan midol sebagai relaksan uterus.

b. Resiko gangguan harga diri berhubungan dengan infertile pada endometriosis1) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan melakukan perilaku yang dapat meningkatkan kepercayaan diri. Dengan kriteria : Pasien akan mengetahui kekuatan pribadi, Berpartisipasi dalam pembuatan keputusan tentang perencanaan perawatan.2) Intervensi:a) Berikan motivasi kepada pasienRasional: meningkatkan harga diri klien dan merasa di perhatikan.b) Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, dan pandangan tentang dirinya.Rasional: meningkatkan kewaspadaan diri klien dan membantu perawat dalam membuat penyelesaian.c) Bina hubungan saling percayaRasional: hubungan saling percaya memungkinkan klien terbuka pada perawat dan sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.d) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang di milikiRasional: mengidentifikasi hal-hal positif yang masih di miliki klien.e) Informasikan dan diskusikan dengan jujur dan terbuka tentang pilihan penanganan gangguan infertile pada endometriosis seperti ke klinik kewanitaan, dokter ahli kebidanan.Rasional: Jujur dan terbuka dapat mengontrol perasaan klien dan informasi yang diberikan dapat membuat klien mencari penanganan terhadap masalah yang dihadapinya.

c. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan pada status kesehatan1) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan ansietas berkurangDengan kriteria : Pasien tampak rilek, tidak menunjukkan perilaku yang menggambarkan ansietas, 2) Intervensi:a) Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasanrasional: dengan mengetahui tingkat kecemasan pasien perawat dapat melakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien saat ini.b) Selidiki dengan pasien tentang teknik yang telah dimiliki, dan belum dimilkiRasional: menentukan kemampuan pengambilan keputusan pada pasienc) Sediakan informasi faktual menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosisRasional: mengurangi takutd) Instruksikan pasien tentang penggunaan teknik relasasiRasional: teknik relaksasi dapat menurunkan ansietas

========================================================================IV. BARTOLINITISA. Definisi Bartolinitis adalah sumbatan duktus utama kalenjar bartolin menyebabkan retensi sekresi dan dilatasi kistik. Bartholinitis adalah infeksi pada glandula bartholin yang mana sering kali timbul pada gonorea akan tetapi dapat pula mempunyai sebab lain, misalnya: streptoccus atau basil coli.

B. Etiologi1. Kuman stapilococcus2. Kuman gonococcus3. Basil foliformis dan organisme lainC. Manifestasi KlinisKeluhan pasien pada umumnya adalah benjolan, nyeri dan dispareunia. Penyakit ini cukup sering rekurens. Dapat terjadi berulang, akhirnya menahun dalam bentuk kista bartolin. Kista tidak selalu menyebabkan keluhan, tapi dapat terasa berat dan mengganggu koitus.

D. PatofisiologiSumbatan duktus utama kalenjar bartolin menyebabkan retensi sekresi dan dilatasi kistik. Kalenjar bartolin membesar. Merah, nyeri dan lebih panas dari daerah sekitarnya. Isi dalam berupa nanah dapat keluar melalui duktus atau bila tersumbat (biasanya akibat infeksi), mengumpul didalam menjadi abses.E. PenatalaksanaanJika usia pasien sudah lanjut, adanya benjolan harus dicurigai sebagai keganasan meskipun jarang, kemudian dilakukan pemeriksaan yang seharusnya. Yang tepat adalah biopsy. Diberikan antibiotic yang sesuai (umumnya terhadap klamidia, gonococ, bakteroides danEscherichia Coli ).Bila belum terjadi abses. Jika sudah bernanah, harus dikeluarkan dengan sayatan.Jika terbentuk kista yang tidak besar dan tidak mengganggu, tidak perlu dilakukan apa-apa. Pembedahan berupa ekstirpasi dapat dilakukan bila diperlukan. Yang dianjurkan adalah marsupialisasi yaitu sayatan danpengeluaran isi kista diikuti penjahitan dinding kista yang terbuka pada kulit vulva yang terbuka pada sayatan. Tindakan ini terbukti tak beresiko dan hasilnya memuaskan. Jika terdapat hubungan keluar yang permanen, infeksi rekurens dapat dicegah.

F. Konsep Dasar Askep1. Data fokusPembesaran kalenjar bartolini, merah, nyeri dan lebih panas didaerah sekitarnya / perineum, ada nanah, kadang dirasakan sebagai benda berat dan atau menimbulkan kesulitan pada koitus, iritasi vulva, dapat terjadi abses yang kadang-kadang dapat sebesar telur bebek.

2. Diagnosekeperawatan yang mungkin muncul yaitu :a. Nyeri berhubungan dengan peradangan kalenjar bartolin ditandai dengan pembesaran kalenjar bartolin, nyeri dan lebih panas didaerah perineum / sekitarnya, iritasi vulva, kadang terasa seperti benda berat.b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder terhadap penyakit kronis ditandai dengan pembesaran kalenjar bartholin,nyeri dan lebih panas didaerah sekitarnya / perineum, ada nanah, kadang dirasakan sebagai benda berat,ada abses yang kadang-kadang dapat sebesar telur bebek.c. PK : Infeksid. Perubahan pola seksual berhubungan dengan nyeri ditandai dengan kalenjar bartholin membengkak, merah, nyeri pada daerah perineum, dan nanah.e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bahan iritan dari lingkungan sekunder terhadap kelembaban ditandai dengan merah, iritasi vulva, nanah.

3. Perencanaan keperawatan yaitu :a. Nyeri berhubungan dengan peradangan kalenjar bartolin ditandai dengan pembesaran kalenjar bartolin, nyeri dan lebih panas didaerah perineum / sekitarnya, iritasi vulva, kadang terasa seperti benda berat.1) Tujuan : nyeri pasien berkurang atau hilang, dengan kriteria :a) Pasien mengatakan nyerinya berkurangb) Pasien tidak meringis lagic) Skala nyeri 0-1 dari 10 skala nyeri yang diberikand) Vital sign normal2) Intervensi keperawatan :a) Kaji tingkat nyeri, lokasi. Rasional: Mengkaji respon pasien terhadap pemberianintervensi yang tepat.b) Ajarkan teknik distraksi, imajinasi dan relaksasi.Rasional: Mengurangi sensasi nyeri.c) Beri antiansietas.Rasional: Meningkatkan kenyamanan klien.d) Beri analgetik bila perlu Rasional: Mengurangi sensasi nyeri pasien

b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder terhadap penyakit kronis ditandai dengan pembesaran kalenjar bartholin,nyeri dan lebih panas didaerah sekitarnya / perineum, ada nanah, kadang dirasakan sebagai benda berat,ada abses yang kadang-kadang dapat sebesar telur bebek.1) Tujuan : Menyatakan penerimaan diri sesuai indikasi, dengan kriteria :a) Menerima perubahan ke dalam konsep diri tanpa harga diri yang negativeb) Menunjukan penerimaan dengan melihat dan berpartisipasi dalam perawatan diric) Mulai menerima situasi secara konstruktif2) Intervensi keperawatan :a) Pastikan apakah konseling dilakukan bila mungkin Rasional: Memberikan informasi tentang tingkat pengetahuan pasien atau orang terdekat terhadap pengetahuan tentang situasi pasien dan proses peneriman b) Dorong pasien atau orang terdekat untuk menyatakan perasaannya Rasional: Membantu pasien untuk menyadari perasaannya tidak biasa, perasaan bersalah c) Catat perilaku menarik diri. Peningkatan ketergantungan, manipulasi atau tidak terlibat pada perawatan Rasional: Dengan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi lanjut dan terapi lebih ketat d) Pertahankan pendekatan positif selama aktivitas perawatan Rasional: Dapat membantu pasien atau orang terdekat untuk menerima perubahan tubuh, merasakan baik tentang diri sendiri

c. Perubahan pola seksual berhubungan dengan nyeri ditandai dengan kalenjar bartholin membengkak, merah, nyeri pada daerah perineum, dan nanah.1) Tujuan : tidak terjadi perubahan pola respons seksual, dengan kriteria :a) Menyatakan pemahaman perubahan anatomi atau fungsi seksualb) Mendiskusikan masalah tentang gambaran diri, peran seksual2) Intervensi keperawatan :a) Mendengarkan pernyataan orang terdekat Rasional: Masalah seksual sering tersembunyi sebagai pernyataan humor b) Kaji informasi pasien atau orang terdekat tentang fungsi seksual Rasional: Menunjukkan kesalahan informasi atau konsep yang mempengaruhi pengambilan keputusanc) Indentifikasi factor budaya / nilai dan adanya konflikRasional: Dapat mempengaruhi kembalinya kepuasan hubungan seksuald) Diskusikan ketidaknyamanan fisikRasional: Nyeri pada vulva dapat mengakibatkan kehilangan sensori namun biasanya sementara untuk dapat kembali baik.d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bahan iritan dari lingkungan sekunder terhadap kelembaban ditandai dengan merah, iritasi vulva, nanah.1) Tujuan : diharapkan kerusakan integritas kulit dapat diatasi, dengan kriteria :a) Kulit dalam keadaan normalb) Kulit tidak gatal2) Intervensi keperawatan :a) Indentifikasi faktor penyebab Rasional: Agar dapat ditentukan intervensi selanjutnya b) Kaji integritas kulit (gangguan warna, hangat lokal, eritema)Rasional: Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi, jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusakc) Pertahankan linen kering, bebas keriput Rasional: Untuk menurunkan iritasi dan resiko kerusakan kulit lebih lanjut d) Gunanya krim kulit / zalf sesuai indikasi Rasional: Untuk melicinkan kulit danmenurunkan rasa gatal

e. PK : infeksi1) Tujuan : Selama diberikan asuhan keperawatan komplikasi infeksi dapat dicegah.2) Intervensi keperawatan :a) Kaji tanda-tanda infeksi Rasional: Mengidentifikasi adanya infeksi secara dini untuk menentukan intervensi selanjutnya. b) Kolaborasi dalam pemberian therapy Rasional: Membantu dalam mengatasi terjadinya infeksi.

f. EVALUASI1) Nyeri pasien berkurang atau hilang2) Menyatakan penerimaan diri sesuai indikasi3) Tidak terjadi perubahan pola respons seksual4) Diharapkan kerusakan integritas kulit dapat diatasi5) Selama diberikan asuhan keperawatan komplikasi infeksi dapat dicegah.

V. CA MAMAEA. Definisi Kanker Payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara.

B. Etiologi Penyebabnya tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan seorang wanita menjadi lebih mungkin menderita kanker payudara. Beberapa faktor resiko tersebut adalah: 1. Usia : Sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar ditemukan pada wanita berusia diatas 75 tahun. 2. Pernah menderita kanker payudara : Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki resiko tertinggi untuk menderita kanker payudara. Setelah payudara yang terkena diangkat, maka resiko terjadinya kanker pada payudara yang sehat meningkat sebesar 0,5-1%/tahun. 3. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara : Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara. 4. Faktor genetik dan hormonal.Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan dalam terjadinya kanker payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang mwanita memiliki salah satu dari gen tersebut, maka kemungkinan menderita kanker payudara sangat besar. Gen lainnya yang juga diduga berperan dalam terjadinya kanker payudara adalah p53, BARD1, BRCA3 dan Noey2. Kenyataan ini menimbulkan dugaan bahwa kanker payudara disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel yang secara genetik mengalami kerusakan.Faktor hormonal juga penting karena hormon memicu pertumbuhan sel. Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif wanita, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormonal karena kehamilan, tampaknya meningkatkan peluang tumbuhnya sel-sel yang secara genetik telah mengalami kerusakan dan menyebabkan kanker. 5. Pernah menderita penyakit payudara non-kanker. Resiko menderita kanker payudara agak lebih tinggi pada wanita yang pernah menderita penyakit payudara non-kanker yang menyebabkan bertambahnya jumlah saluarn air susu dan terjadinya kelainan struktur jaringan payudara (hiperplasia atipik). 6. Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil. Semakin dini menarke, semakin besar resiko menderita kanker payudara. Resiko menderita kanker payudara adalah 2-4 kali lebih besar pada wanita yang mengalami menarke sebelum usia 12 tahun.Demikian pula halnya dengan menopause ataupun kehamilan pertama. Semakin lambat menopause dan kehamilan pertama, semakin besar resiko menderita kanker payudara 7. Pemakaian pil KB atau terapi sulih estrogen. Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, yang tergantung kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum diketahui berapa lama efek pil akan tetap ada setelah pemakaian pil dihentikan. Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko kanker payudara dan resikonya meningkat jika pemakaiannya lebih lama. 8. Obesitas pasca menopause. Obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara masih diperdebatkan. Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang obes. 9. Pemakaian alkohol. Pemakaian alkohol lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara. 10. Bahan kimia. Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industri lainnya) mungkin meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara. 11. DES (dietilstilbestrol). Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki resiko tinggi menderita kanker payudara. 12. Penyinaran. Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada masa kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara. 13. Faktor resiko lainnya.Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker rahim, ovarium dan kanker usus besar serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

C. Patofisiologi Kanker payudara berasal dari unsur epitel parenkim payudara. Kesatuan fungsional terkecil payudara disebut lobulus, yang terbentuk oleh kelompokan asinus dengan fungsi sekresi air susu dan struktur saluran keluarnya, yang berukuran kecil disebut duktulus, yang lebih besar disebut duktus. Papila atau puting susu adalah muara duktus ekskretorius bentuk lobus yang bercabang dalam sekelompok lobulus. Kanker payudara yang berasal dari epitel asinus dalam lobulus disebut Karsinoma Lobular sedangkan kanker yang berasal dari epitel duktulus atau duktus disebut Karsinoma Duktal. Keganasan setempat yang masih terbatas intra lobular atau intra duktal, belum ada kerusakan membran basalis dalam asinus dan duktulus atau duktus, jadi belum ada tanda invasi ke jaringan di luar lobulus atau duktus, merupakan tahap awal karsinoma payudara. Pertumbuhan lebih lanjut dari masing-masing keganasan tersebut tetap seperti keadaan semula atau menyebuk (invasif). Jaringan di luar lobulus atau duktulus atau duktus. Pertumbuhan keganasan yang tidak menyibuk kemana-mana disebut karsinoma invasif = karsinoma insitu. Karsinoma lobular maupun duktal baik bersifat invasif atau non invasif yang berukuran kurang dari 0,5 cm (ada yang memakai patokan kurang dari 1 cm) disebut karsinoma payudara minimal (dini), secara klinik. Dan apabila ditinjau dari populasi sel ganas, masa minimal terdeteksi tersebut diperkirakan telah mencapai 30 doublings sehingga berbentuk 10 sel tumor ganas. Sel tumor ganas mengadakan pembelahan secara tidak teratur dan diperkirakan satu waktu doubling berkisar antara 30 sampai 200 hari atau lebih. Sehingga status dini klinis tidak sama dengan status dini biologis. Apabila invasi tumor ganas mencapai pembuluh limfe atau pembuluh darah, akan terjadi emboli sel tumor ganas, sehingga akan memungkinkan penyebaran limfogen atau hematogen baik regional atau metastasis jauh. Perjalanan penyakit lebih lanjut secara klinis dinyatakan secara klinis T.N.M.

D. Staging (Penentuan Stadium Kanker)Penentuan stadium kanker penting sebagai panduan pengobatan, follow-up dan menentukan prognosis. Staging kanker payudara (American Joint Committee on Cancer):1. Stadium 0 : Kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya di dalam jaringan payudara yang normal2. Stadium I : Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum menyebar keluar payudara3. Stadium IIA : Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak4. Stadium IIB : Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah 2-5 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak5. Stadium IIIA : Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu sama lain atau perlengketah ke struktur lainnya; atau tumor dengan garis tengah lebih dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak6. Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam kulit payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening di dalam dinding dada dan tulang dada7. Stadium IV : Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada, misalnya ke hati, tulang atau paru-paru.

Selain stadium kanker, terdapat faktor lain yang mempengaruhi jenis pengobatan dan prognosis: 1. Jenis sel kanker 2. Gambaran kanker 3. Respon kanker terhadap hormonKanker yang memiliki reseptor estrogen tumbuh secara lebih lambat dan lebih sering ditemukan pada wanita pasca menopause. 4. Ada atau tidaknya gen penyebab kanker payudara.

E. Manifestasi klinik Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki pinggiran yang tidak teratur. Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah kulit. Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit di sekitarnya. Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok di kulit payudara. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk.

F. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:1. Benjolan atau massa di ketiak2. Perubahan ukuran atau bentuk payudara3. Keluar cairan yang abnormal dari puting susu (biasanya berdarah atau berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah)4. Perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu maupun areola (daerah berwana coklat tua di sekeliling puting susu)5. Payudara tampak kemerahan6. Kulit di sekitar puting susu bersisik7. Puting susu tertarik ke dalam atau terasa gatal8. Nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara9. Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.

G. Penatalaksanaan Medis Untuk kanker yang terbatas pada payudara, pengobatannya hampir selalu meliputi pembedahan (yang dilakukan segera setelah diagnosis ditegakkan) untuk mengangkat sebanyak mungkin tumor.Terdapat sejumlah pilihan pembedahan, pilihan utama adalah mastektomi (pengangkatan seluruh payudara) atau pembedahan breast-conserving (hanya mengangkat tumor dan jaringan normal di sekitarnya). Pembedahan breast-conserving : 1. Lumpektomi : pengangkatan tumor dan sejumlah kecil jaringan normal di sekitarnya 2. Eksisi luas atau mastektomi parsial : pengangkatan tumor dan jaringan normal di sekitarnya yang lebih banyak 3. Kuadrantektomi : pengangkatan seperempat bagian payudara. Pengangkatan tumor dan beberapa jaringan normal di sekitarnya memberikan peluang terbaik untuk mencegah kambuhnya kanker. Keuntungan utama dari pembedahan breast-conserving ditambah terapi penyinaran adalah kosmetik. Biasanya efek samping dari penyinaran tidak menimbulkan nyeri dan berlangsung tidak lama. Kulit tampak merah atau melepuh.

1. Mastektomi a. Mastektomi simplek : seluruh jaringan payudara diangkat tetapi otot dibawah payudara dibiarkan utuh dan disisakan kulit yang cukup untuk menutup luka bekas operasi. Rekonstruksi payudara lebih mudah dilakukan jika otot dada dan jaringan lain dibawah payudara dibiarkan utuh. Prosedur ini biasanya digunakan untuk mengobati kanker invasif yang telah menyebar luar ke dalam saluran air susu, karena jika dilakukan pembedahan breast-conserving, kanker sering kambuh. b. Mastektomi simplek ditambah diseksi kelenjar getah bening atau modifikasi mastektomi radikal : seluruh jaringan payudara diangkat dengan menyisakan otot dan kulit, disertai pengangkatan kelenjar getah bening ketiak. c. Mastektomi radikal : seluruh payudara, otot dada dan jaringan lainnya diangkat.

Terapi penyinaran yang dilakukan setelah pembedahan, akan sangat mengurangi resiko kambuhnya kanker pada dinding dada atau pada kelenjar getah bening di sekitarnya. Ukuran tumor dan adanya sel-sel tumor di dalam kelenjar getah bening mempengaruhi pemakaian kemoterapi dan obat penghambat hormon. Beberapa ahli percaya bahwa tumor yang garis tengahnya lebih kecil dari 1,3 cm bisa diatasi dengan pembedahan saja. Jika garis tengah tumor lebih besar dari 5 cm, setelah pembedahan biasanya diberikan kemoterapi. Jika garis tengah tumor lebih besar dari 7,6 cm, kemoterapi biasanya diberikan sebelum pembedahan.Penderita karsinoma lobuler in situ bisa tetap berada dalam pengawasan ketat dan tidak menjalani pengobatan atau segera menjalani mastektomi bilateral (pengangkatan kedua payudara). Hanya 25% karsinoma lobuler yang berkembang menjadi kanker invasif sehingga banyak penderita yang memilih untuk tidak menjalani pengobatan. Jika penderita memilih untuk menjalani pengobatan, maka dilakukan mastektomi bilateral karena kanker tidak selalu tumbuh pada payudara yang sama dengan karsinoma lobuler. Jika penderita menginginkan pengobatan selain mastektomi, maka diberikan obat penghambat hormon yaitu tamoxifen.Setelah menjalani mastektomi simplek, kebanyakan penderita karsinoma duktal in situ tidak pernah mengalami kekambuhan. Banyak juga penderita yang menjalani lumpektomi, kadang dikombinasi dengan terapi penyinaran.Kanker payudara inflamatori adalah kanker yang sangat serius meskipun jarang terjadi. Payudara tampak seperti terinfeksi, teraba hangat, merah dan membengkak. Pengobatannya terdiri dari kemoterapi dan terapi penyinaran.

2. Rekonstruksi payudaraUntuk rekonstruksi payudara bisa digunakan implan silikon atau salin maupun jaringan yang diambil dari bagian tubuh lainnya. Rekonstruksi bisa dilakukan bersamaan dengan mastektomi atau bisa juga dilakukan di kemudian hari. Akhir-akhir ini keamanan pemakaian silikon telah dipertanyakan. Silikon kadang merembes dari kantongnya sehingga implan menjadi keras, menimbulkan nyeri dan bentuknya berubah. Selain itu, silikon kadang masuk ke dalam laliran darah.

3. Kemoterapi & Obat Penghambat HormonKemoterapi dan obat penghambat hormon seringkali diberikan segera setelah pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun. Pengobatan ini menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka harapan hidup penderita. Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih efektif dibandingkan dengan kemoterapi tunggal. Tetapi tanpa pembedahan maupun penyinara, obat-obat tersebut tidak dapat menyembuhkan kanker payudara. Efek samping dari kemoterapi bisa berupa mual, lelah, muntah, luka terbuka di mulut yang menimbulkan nyeri atau kerontokan rambut yang sifatnya sementara. Pada saat ini muntah relatif jarang terjadi karena adanya obat ondansetron. Tanpa ondansetron, penderita akan muntah sebanyak 1-6 kali selama 1-3 hari setelah kemoterapi. Berat dan lamanya muntah bervariasi, tergantung kepada jenis kemoterapi yang digunakan dan penderita. Selama beberapa bulan, penderita juga menjadi lebih peka terhadap infeksi dan perdarahan. Tetapi pada akhirnya efek samping tersebut akan menghilang. Tamoxifen adalah obat penghambat hormon yang bisa diberikan sebagai terapi lanjutan setelah pembedahan. Tamoxifen secara kimia berhubungan dengan esrogen dan memiliki beberapa efek yang sama dengan terapisulih hormon (misalnya mengurangi resiko terjadinya osteoporosis dan penyakit jantung serta meningkatkan resiko terjadinya kanker rahim). Tetapi tamoxifen tidak mengurangi hot flashes ataupun merubah kekeringan vagina akibat menopause.

4. Pengobatan Kanker Payudara Yang Telah MenyebarKanker payudara bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh. Bagian tubuh yang paling sering diserang adalah paru-paru, hati, tulang, kelenjar getah bening, otak dan kulit. Kanker muncul pada bagian tubuh tersebut dalam waktu bertahun-tahun atau bahkan berpuluh-puluh tahun setelah kanker terdiagnosis dan diobati. Penderita kanker payudara yang telah menyebar tetapi tidak menunjukkan gejala biasanya tidak akan memperoleh keuntungan dari pengobatan. Akibatnya pengobatan seringkali ditunda sampai timbul gejala (misalnya nyeri) atau kanker mulai memburuk. Jika penderita merasakan nyeri, diberikan obat penghambat hormon atau kemoterapi untuk menekan pertumbuhan sel kanker di seluruh tubuh. Tetapi jika kanker hanya ditemukan di tulang, maka dilakukan terapi penyinaran. Terapi penyinaran merupakan pengobatan yang paling efektif untuk kanker tulang dan kanker yang telah menyebar ke otak. Obat penghambat hormon lebih sering diberikan :a. Kanker yang didukung oleh estrogenb. Penderita yang tidak menunjukkan tanda-tanda kanker selama lebih dari 2 tahun setelah terdiagnosisc. Kanker yang tidak terlalu mengancam jiwa penderita.

Obat tersebut sangat efektif jika diberikan kepada penderita yang berusia 40 tahun dan masih mengalami menstruasi serta menghasilkan estrogen dalam jumlah besar atau kepada penderita yang 5 tahun lalu mengalami menopause.Tamoxifen memiliki sedikit efek samping sehngga merupakan obat pilihan pertama. Selain itu, untuk menghentikan pembentukan estrogen bisa dilakukan pembedahan untuk mengangkat ovarium (indung telur) atau terapi penyinaran untuk menghancurkan ovarium. Jika kanker mulai menyebar kembali berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah pemberian obat penghambat hormon, maka digunakan obat penghambat hormon yang lain. Aminoglutetimid adalah obat penghambat hormon yang banyak digunakan untuk mengatasi rasa nyeri akibat kanker di dalam tulang. Hydrocortisone (suatu hormon steroid) biasanya diberikan pada saat yang bersamaan, karena aminoglutetimid menekan pembentukan hydrocortisone alami oleh tubuh. Kemoterapi yang paling efektif adalah cyclophosphamide, doxorubicin, paclitaxel, dosetaxel, vinorelbin dan mitomycin C. Obat-obat ini seringkali digunakan sebagai tambahan pada pemberian obat penghambat hormon.Kanker pada stadium awal jarang menimbulkan gejala, karena itu sangat penting untuk melakukan penyaringan. Beberapa prosedur yang digunakan untuk penyaringan kanker payudara: 1. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri).Jika SADARI dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan benjolan pada stadium dini. Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu yang sama setiap bulan. Bagi wanita yang masih mengalami menstruasi, waktu yang paling tepat untuk melakukan SADARI adalah 7-10 hari sesudah hari 1 menstruasi. Bagi wanita pasca menopause, SADARI bisa dilakukan kapan saja, tetapi secara rutin dilakuka setiap bulan (misalnya setiap awal bulan). 2. Mammografi.Pada mammografi digunakan sinar X dosis rendah untuk menemukan daerah yang abnormal pada payudara. Para ahli menganjurkan kepada setiap wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan mammogram secara rutin setiap 1-2 tahun dan pada usia 50 tahun keatas mammogarm dilakukan sekali/tahun. 3. USG payudara : USG digunakan untuk membedakan kista (kantung berisi cairan) dengan benjolan padat. 4. Termografi : Pada termografi digunakan suhu untuk menemukan kelainan pada payudara.

H. Pencegahan Banyak faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan. Beberapa ahli diet dan ahli kanker percaya bahwa perubahan diet dan gaya hidup secara umum bisa mengurangi angka kejadian kanker. Diusahakan untuk melakukan diagnosis dini karena kanker payudara lebih mudah diobati dan bisa disembuhan jika masih pada stadium dini. SADARI, pemeriksan payudara secara klinis dan mammografi sebagai prosedur penyaringan merupakan alat untuk mendeteksi kanker secara dini. Penelitian terakhir telah menyebutkan 2 macam obat yang terbukti bisa mengurangi resiko kanker payudara, yaitu tamoksifen dan raloksifen. Keduanya adalah anti estrogen di dalam jaringan payudara. Tamoksifen telah banyak digunakan untuk mencegah kekambuhan pada penderita yang telah menjalani pengobatan untuk kanker payudara. Obat ini bisa digunakan pada wanita yang memiliki resiko sangat tinggi.Mastektomi pencegahan adalah pembedahan untuk mengangkat salah satu atau kedua payudara dan merupakan pilihan untuk mencegah kanker payudara pada wanita yang memiliki resiko sangat tinggi (misalnya wanita yang salah satu payudaranya telah diangkat karena kanker, wanita yang memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker payudara dan wanita yang memiliki gen p53, BRCA1 atauk BRCA 2).

1. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) a. Berdiri di depan cermin, perhatikan payudara. Dalam keadaan normal, ukuran payudara kiri dan kanan sedikit berbeda. Perhatikan perubahan perbedaan ukuran antara payudara kiri dan kanan dan perubahan pada puting susu (misalnya tertarik ke dalam) atau keluarnya cairan dari puting susu. Perhatikan apakah kulit pada puting susu berkerut. b. Masih berdiri di depan cermin, kedua telapak tangan diletak