tugas ikm

11
1. Apakah perbedaan air bersih dan air minum? Air Bersih Beberapa pengertian air bersih menurut beberapa literature diantaranya adalah : 1. Air bersih adalah air sehat yang dipergunakan untuk kegiatan manusia dan harus bebas dari kuman-kuman penyebab penyakit, bebas dari bahan-bahan kimia yang dapat mencemari air bersih tersebut. Air merupakan zat yang mutlak bagi setiap mahluk hidup dan kebersihan air adalah syarat utama bagi terjaminnya kesehatan (Dwijosaputro, 1981). 2. Menurut Peraturan Menteri Kesehata RI Nomor : 41 6/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat pengawasan kualitas air, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat- syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air Minum Berikut beberapa pengertian air minum menurut beberapa literature : 1. Menurut Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat¬Syarat dan Pengawasan Kualitas Air bersih, Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan langsung dapat diminum. 2. Menurut Permendagri No. 23 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan

description

ikm

Transcript of tugas ikm

Page 1: tugas ikm

1. Apakah perbedaan air bersih dan air minum?

Air Bersih

Beberapa pengertian air bersih menurut beberapa literature diantaranya adalah :

1. Air bersih adalah air sehat yang dipergunakan untuk kegiatan manusia dan harus bebas

dari kuman-kuman penyebab penyakit, bebas dari bahan-bahan kimia yang dapat

mencemari air bersih tersebut. Air merupakan zat yang mutlak bagi setiap mahluk hidup

dan kebersihan air adalah syarat utama bagi terjaminnya kesehatan (Dwijosaputro, 1981).

2. Menurut Peraturan Menteri Kesehata RI Nomor : 41 6/Menkes/Per/IX/1990 tentang

syarat-syarat pengawasan kualitas air, air bersih adalah air yang digunakan untuk

keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat

diminum apabila telah dimasak.

Air Minum

Berikut beberapa pengertian air minum menurut beberapa literature :

1. Menurut Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat¬Syarat dan

Pengawasan Kualitas Air bersih, Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi

syarat-syarat kesehatan dan langsung dapat diminum.

2. Menurut Permendagri No. 23 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara

Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum, Departemen dalam

Negeri Republik Indonesia, Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau

tanpa pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

2. Apakah syarat air bersih?

Menurut Kusnaedi (2004), syarat-syarat kualitas air bersih, antara lain:

1. Syarat Fisik

Page 2: tugas ikm

Persyaratan fisik untuk air bersih, antara lain: airnya jernih tidak keruh, tidak

berwarna, rasanya tawar, tidak berbau, suhunya normal (20- 260C), tidak

mengandung zat padatan.

2. Syarat Kimia

Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia, antara lain: pH

netral, tidak mengandung zat kimia beracun, tidak mengandung garam-

garam atau ion-ion logam, kesadahan rendah, tidak mengandung bahan

kimia anorganik.

3. Syarat Biologis

Air tidak boleh mengandung Coliform. Air yang mengandung golongan Coli

dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia (Sutrisno, 2004).

Berdasarkan PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan

bakteriologis air bersih adalah dilihat dari Coliform tinja per 100 ml sampel

air dengan kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 50.

3. Apakah syarat jamban yang baik?

Menurut Depkes RI (2007), jamban yang memenuhi syarat adalah:

1. Kotoran tidak mencemari permukaan tanah, air tanah dan air permukaan

2. Cukup terang

3. Tidak menjadi sarang serangga (nyamuk, lalat, lipan, dan kecoa)

4. Selalu dibersihkan agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap

5. Cukup lobang angin

6. Tidak menimbulkan kecelakaan

4. Peraturan Perundangan terkait air bersih

Pada awalnya pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) banyak dilakukan oleh pemerintah pusat. Tetapi sejalan dengan upaya desentralisasi melalui PP No.14 Tahun 1987 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah bidang Pekerjaan Umum kepada Daerah, urusan pembangunan, pemerliharaan dan pengelolaan prasarana dan sarana air minum diserahkan kepada pemerintah Kabupaten/Kota. Meskipun urusan tersebut telah diserahkan, namum pendanaannya masih dapat dibantu sebagian oleh Pemerintah pusat. Penyerahan urusan

Page 3: tugas ikm

pembangunan, pemerliharaan dan pengelolaan prasarana dan sarana air minum sebagai wewenang dan tanggung jawab pemerintah Kabupaten/Kota tersebut selanjutnya dipertegas dalam Pasal 16 Undang-Undang No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan Pasal 40 PP No.16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan rumusan “memenuhi kebutuhan air minum masyarakat di wilayahnya sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan.”

Penetapan wewenang dan tanggung jawab tersebut sejalan pula dengan pengaturan dalam Pasal 14 Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menempatkan urusan penyediaan prasarana dan sarana umum serta pelayanan dasar bagi masyarakat di Kabupaten/Kota sebagai “urusan wajib Pemerintah Kabupaten/Kota”. Tentunya lingkup atau pengertian dan urusan penyediaan prasarana dan sarana umum serta pelayanan dasar bagi masyarakat di Kabupaten/Kota tersebut mencakup pula penyediaan air minum bagi masyarakat.

Untuk mengatur pengembangan sistem penyediaan air minum nasional yang sekaligus terintegrasi dengan pengelolaan air limbah dan persampahan, Pemerintah telah menetapkan pengaturannya dalam Pasal 23 Peraturan Pemerintah (PP) No.16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sisitem Penyediaan Air Minum (SPAM). Pasal 23 Peraturan Pemerintah tersebut juga menegaskan bahwa perlindungan air baku dilakukan melalui keterpaduan pengaturan pengembangan SPAM dan prasarana dan sarana sanitasi, yang meliputi sarana dan prasarana air limbah dan persampahan. Hal mendasar lainnya yang diatur dalam PP tersebut adalah bahwa Pemerintah bertanggung jawab dan wajib untuk menjamin penyelenggaraan pelayanan air minum yang berkualitas, melalui :

- Terciptanya pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas dengan harga terjangkau,

- Terciptanya kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa pelayanan,

- Meningkatnya efisiensi dan cakupan pelayanan air minum dan sanitasi.

Hingga kini, penyediaan air bersih masih menjadi persoalan serius negeri ini. Dan jika dikaitkan dengan salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) dimana pada tahun 2015 setidaknya separo (50%) masyarakat dunia sudah harus mendapatkan akses terhadap air bersih, maka Indonesia mungkin menjadi salah satu negara yang harus menata diri untuk mencapai target global tersebut.

Air sehat bagi seluruh rakyat, seyogyanya didefinisikan sebagai air minum. Ketentuan tentang air minum, sebagaimana tertuang dalam PP No.16 / 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Persyaratan kesehatan air minum ini sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat Syarat dan Pengawasan Air Minum.

Pemenuhan kebutuhan air minum tidak saja diorientasikan pada kualitas sebagaimana persyaratan kesehatan air minum, tetapi sekaligus menyangkut kuantitas dan kontinuitasnya. Pemerintah dan Pemerintahan di daerah berkewajiban menyelesaikan persoalan penyediaan air

Page 4: tugas ikm

minum yang memenuhi ketentuan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas untuk seluruh rakyat, khususnya terhadap masyarakat yang masih belum memiliki akses terhadap air minum. Di sisi lain, Pemerintah mempertimbangkan pemenuhan akses masyarakat terhadap air minum berlandaskan tantangan nasional dan global.

Upaya melindungi sumber air baku, saat ini mendapatkan perhatian yang cukup serius dari pemerintah. Hal ini berangkat dari kesadaran masyarakat dan pemerintah bahwa sumber air sebagai unsur lingkungan yang vital merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat menjamin berlanjutnya kehidupan.

Berbagai peraturan perundang-undangan dikeluarkan seperti yang dituangkan dalam Undang-undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, UU No. 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No.41/1999 tentang Kehutanan, UU No.7/2004 tentang Sumber Daya Air. Peraturan-peraturan pelaksanaannya antara lain dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No.22/1982 tentang Tata Pengaturan Air, PP 27/1991 tentang Rawa, PP 35/1991 tentang Sungai, PP 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, PP 16/2004 tentang Penatagunaan Tanah dan Keppres No. 32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, apabila master plan dan sistem jaringan air bersih akan disusun,  landasan hukum yang dapat digunakan dalam penyusunan adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air2. Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang3. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup4. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah5. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air

Minum6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan

Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur7. Peraturan Pemerintah No. 22/1982 tentang Tata Pengaturan Air8. Peraturan Pemerintah No. 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 294/PRT/M/2005 tentang Badan Pendukung

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi

Sistem Penyediaan Air Minum11. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat Syarat

dan Pengawasan Air Minum

5. Peraturan perundangan terkait pengelolaan sampah

- Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah

Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

Page 5: tugas ikm

- UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

Terdapat beberapa muatan pokok yang penting yang diamanatkan oleh peraturan pemerintah ini, yaitu: 1. Memberikan landasan yang lebih kuat bagi pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan dari berbagai aspek antara lain legal formal, manajemen, teknis operasional, pembiayaan, kelembagaan, dan sumber daya manusia; 2. Memberikan kejelasan perihal pembagian tugas dan peran seluruh parapihak terkait dalam pengelolaan sampah mulai dari kementerian/lembaga di tingkat pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dunia usaha, pengelola kawasan sampai masyarakat; 3. Memberikan landasan operasional bagi implementasi 3R (reduce, reuse, recycle) dalam pengelolaan sampah menggantikan paradigma lama kumpul-angkut-buang; 4. Memberikan landasan hukum yang kuat bagi pelibatan dunia usaha untuk turut bertanggungjawab dalam pengelolaan sampah sesuai dengan perannya.

6. Peraturan perundangan terkait pengelolaan sampah

PP tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun seperti yang diamanatkan dalam Pasal 58 ayat (2) UU 32/2009

PP tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun seperti yang diamanatkan dalam Pasal 59 ayat (7) UU 32/2009

PP Dumping Limbah seperti yang diamanatkan dalam Pasal 60 ayat (3) UU 32/2009.

7. Program kesehatan masyarakat terkait penyediaan air bersih

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) adalah salah satu program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia dengan dukungan Bank Dunia, program ini dilaksanakan di wilayah perdesaan dan pinggiran kota.

Program Pamsimas  bertujuan untuk meningkatkan jumlah fasilitas pada warga masyarakat kurang terlayani termasuk masyarakat berpendapatan rendah di wilayah perdesaan dan peri-urban. Dengan  Pamsimas, diharapkan mereka dapat mengakses pelayanan air minum dan sanitasi yang berkelanjutan serta meningkatkan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat. Penerapan program ini dalam rangka mendukung pencapaian target MDGs (sektor air minum dan sanitasi) melalui pengarusutamaan dan perluasan pendekatan pembangunan berbasis masyarakat.

Program Pamsimas I dilaksanakan pada tahun 2008 sampai tahun 2012 di 110 Kabupaten/Kota dari 15 Provinsi. Pamsimas I berhasil diterapkan pada 6.845 (enam ribu delapan ratus empat puluh lima) desa, terdiri dari 6.262 (enam ribu dua ratus enam puluh dua) desa reguler dan sekitar 593 (lima ratus sembilan puluh tiga) desa replikasi.

Program Pamsimas II dilaksanakan pada tahun 2013 sampai dengan 2016. Program Pamsimas II ditargetkan akan dilaksanakan di sekitar 5000 desa di 32 provinsi di 220 Kab/Kota.

Page 6: tugas ikm

8. Bagaimana seharusnya pengelolaan limbah rumah sakit?

Pengolahan limbah RS Pengelolaan limbah RS dilakukan dengan berbagai cara. Yang diutamakan adalah sterilisasi, yakni berupa pengurangan (reduce) dalam volume, penggunaan kembali (reuse) dengan sterilisasi lebih dulu, daur ulang (recycle), dan pengolahan (treatment) (Slamet Riyadi, 2000).

Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan kodifikasi dengan warna yang menyangkut hal-hal berikut :

1. Pemisahan Limbah

-  Limbah harus dipisahkan dari sumbernya

-  Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas

-  Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda yang menunjukkan kemana kantong plastik harus diangkut untuk insinerasi aau dibuang (Koesno Putranto. H, 1995).

2. Penyimpanan Limbah

Dibeberapa Negara kantung plastik cukup mahal sehingga sebagai gantinya dapat digunkanan kantung kertas yang tahan bocor (dibuat secara lokal sehingga dapat diperloleh dengan mudah) kantung kertas ini dapat ditempeli dengan strip berwarna, kemudian ditempatkan ditong dengan kode warna dibangsal dan unit-unit lain.

3. Penanganan Limbah

-  Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah terisi 2/3 bagian. Kemudian diikiat bagian atasnya dan diberik label yang jelas

-  Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga  jika dibawa mengayun menjauhi badan, dan diletakkan ditempat-tempat  tertentu untuk dikumpulkan

-  Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan  warna yang sama telah dijadikan satu dan dikirimkan ketempat yang sesuai

-  Kantung harus disimpan pada kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan perusak sebelum diangkut ketempat pembuangan.

4. Pengangkutan limbah

Kantung limbah dipisahkan dan sekaligus dipisahkan menurut kode warnanya. Limbah bagian bukan klinik misalnya dibawa kekompaktor, limbah bagian Klinik dibawa keinsenerator. Pengangkutan dengan kendaraan khusus (mungkin ada kerjasama dengan dinas pekerja umum)

Page 7: tugas ikm

kendaraan yang digunakan untuk mengangkut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan setiap hari, jika perlu (misalnya bila ada  kebocoran kantung limbah) dibersihkan dengan menggunakan larutan klorin.

5. Pembuangan limbah

Setelah dimanfaatkan dengan konpaktor, limbah bukan klinik dapat dibuang ditempat penimbunan sampah (Land-fill site), limbah klinik harus dibakar (insenerasi), jika tidak mungkin harus ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama sehingga tidak sampai membusuk.

(Bambang Heruhadi, 2000).

Rumah sakit yang besar mungkin mampu memberli inserator sendiri, insinerator berukuran kecil atau menengah dapat membakar pada suhu 1300-1500 ºC atau lebih tinggi dan mungkin dapat mendaur ulang sampai 60% panas yang dihasilkan untuk kebutuhan energi rumah sakit. Suatu rumah sakit dapat pula mempertoleh penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi limbah rumah sakit yang berasal dari rumah sakit yang lain. Insinerator modern yang baik tentu saja memiliki beberapa keuntungan antara lain kemampuannya menampung limbah klinik maupun limbah bukan klinik, termasuk benda tajam dan produk farmasi yang tidak terpakai lagi.

Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat ditimbun dengan kapur dan ditanam. Langkah-langkah pengapuran (Liming) tersebut meliputi sebagai berikut :

1. Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter2. Tebarkan limbah klinik didasar lubang samapi setinggi  75 cm3. Tambahkan lapisan kapur4. Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa ditanamkan samapai ketinggian

0,5 meter dibawah permukaan tanah5. Akhirnya lubang tersebut harus ditutup dengan tanah

(Setyo Sarwanto, 2003).

Perlu diingat, bahan yang tidak dapat dicerna secara biologi (nonbiodegradable), misalnya kantung plastik tidak perlu ikut ditimbun. Oleh karenanya limbah yang ditimbun dengan kapur ini dibungkus kertas. Limbah-limbah tajam harus ditanam.

Limbah bukan klinik tidak usah ditimbun dengan kapur dan mungkin ditangani oleh DPU atau kontraktor swasta dan dibuang ditempat tersendiri atau tempat pembuangan sampah umum. Limbah klinik, jarum, semprit tidak boleh dibuang pada tempat pembuangan samapah umum.

Semua petugas yang menangani limbah klinik perlu dilatih secara memadai dan mengetahui langkah-langkah apa yang harus dilakukan jika mengalami inokulasi atau kontaminasi badan. Semua petugas harus menggunakan pakaian pelindung yang memadai, imunisasi terhadap hepatitis B sangat dianjurkan dan catatan mengenai imunisasi tersebut sebaiknya tersimpan dibagian kesehatan kerja (Moersidik. S.S, 1995).

Page 8: tugas ikm

9. Bagaimana pengelolaan sampah di berbagai kota di Indonesia?