Tugas Final Edit

54
1 Final Test Cultural Anthropology ”Etnografi Suku Biak” (Papua/Irian Jaya) Disusun Oleh : OLIVIA (2007110664) MC11-1B

Transcript of Tugas Final Edit

Page 1: Tugas Final Edit

1

Final Test

Cultural Anthropology

”Etnografi Suku Biak”

(Papua/Irian Jaya)

Disusun Oleh :

OLIVIA (2007110664)

MC11-1B

Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi

The London School of Public Relations

Jakarta

Page 2: Tugas Final Edit

2

Kata pengantar

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan rahmat karunianya, saya diberikan kekuatan dan kesempatan menyelesaikan sebuah

karya etnografi yang berdasarkan hasil pengamatan mengenai kebudayaan suatu daerah

sehingga karya ini pun dapat terselesaikan dengan tepat waktu.

Ada pun Karya etnografi ini dapat terselesaikan, semata-mata demi memenuhi

salah satu syarat untuk memperoleh nilai ujian akhir mata kuliah Cultural Anthropology.

Segala rasa puji dan syukur serta terima kasih saya haturkan atas dorongan dan dukungan

dari orang-orang terdekat yang senantiasa memberi semangat sehingga karya etnografi

ini dapat diselesaikan dengan baik walau pun didalam penyusunan dan penulisan karya

etnografi ini, penulis banyak menemukan hambatan dalam proses pengerjaan serta

kesulitan mengumpulkan data atau bahan yang berhubungan dengan kebudayaan atau

suku yang diangkat dalam etnografi ini.

Karya etnografi ini juga dapat terselesaikan karena bantuan, bimbingan, doa dan

dorongan dari pihak-pihak lain. Oleh karena itu saya ingin mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada pihak yang ikut terlibat dan membantu dalam pengerjaan

dan penyelesaian karya etnografi ini.

Namun, saya senantiasa menyadari akan kekurangan yang terdapat pada karya

tulis yang saya buat ini. Oleh karena itu, sudi kiranya pembaca memberi saran dan kritik

yang membangun sebagai bahan perbaikan di waktu mendatang. Saya pun sangat

berharap karya tulis ini dapat memberi manfaat bagi pembaca dan masyarakat luas.

Penulis,

Jakarta, 13 juli 2009

Page 3: Tugas Final Edit

3

Daftar isi

Kata pengantar i

Daftar isi ii

Bab 1 Pendahuluan 1

Bab 2 Etnografi Suku Asmat

2.1 Lokasi......................................................................................................4-7

2.2 Sejarah / Asal Mula Suku BIAK............................................................8-10

2.3 Sistem Bahasa........................................................................................10-21

2.4 Sistem Mata pencaharian.......................................................................21-22

2.5 Sistem Organisasi Sosial........................................................................22-25

2.6 SistemKesenian......................................................................................25-29

2.7 Sistem Religi..........................................................................................30-31

Bab 3 Penutup 32- 33

Daftar pustaka 34

Biografi penulis 35

Page 4: Tugas Final Edit

4

Bab I

Pendahuluan

Negara kita memiliki berbagai macam suku dan terbagi atas banyak wilayah.

Suku-suku tersebut menduduki di tiap-tiap wilayah Indonesia. seperti jawa,suku

batak,suku dayak,dan lain-lain. Diantaranya adalah suku-suku papua, mereka mempunyai

kebiasaan dan kebudayaan yang berbeda-beda. sesuatu yang dianggap biasa pada salah

satu suku,belum tentu dianggap biasa pula pada suku yang lain meski pun wilayah yang

mereka ditempati jaraknya berdekatan. Begitu pula dengan cara mereka bergaul dan

menjalani kehidupan mereka sehari-hari. bahasa yang mereka pakai sehari-

hari,Kepercayaan yang dianut, serta seni budaya yang ada pada tiap suku di papua belum

tentu sama.

Karena banyaknya perbedaan di berbagai hal,banyak suku-suku di

indonesia yang terlibat perang yang di karenakan salah paham atau kurangnya

komunikasi. sehingga terjadi perselisihan pendapat,dan lain-lain. Untuk itu didalam karya

etnografi ini, saya akan mengangkat topik pembahasan mengenai kebudayaan daerah

Irian Jaya dengan melihat salah satu suku budayanya yaitu suku Biak guna mengenalkan

suku biak terhadap pembaca, dimana suku tersebut sebagai salah satu suku yang menarik

perhatian saya dan kebudayaan yang melekat pada suku Biak masih kuat sehingga

membuat saya ingin lebih menggali informasi seputar asal usul biak serta kebudayaan

dari suku biak itu sendiri. Manfaat dari karya etnogragi suku ini adalah sebagai salah

satu cara mengetahui tentang kebudayaan suku asli biak dalam hal unsur-unsur yang

terkait dalam kebudayaan suku asli Biak-Numfor tersebut.

2.1 Lokasi

A.1. Letak dan Lingkungan Alam.

Kepulauan Biak-Numfor adalah salah satu kabupaten di Provinsi Papua yang

merupakan tempat asal dan tempat tinggal orang Biak terletak di sebelah utara Teluk

Cenderawasih dan terdiri dari tiga pulau besar dan puluhan pulau-pulau kecil. Tiga pulau besar

Page 5: Tugas Final Edit

5

adalah Pulau Biak, Pulau Supiori dan Pulau Numfor. Sedangkan pulau-pulau kecil adalah

gugusan Kepulauan Padaido, yang terdapat di sebelat timur Pulau Biak, Pulau-pulau Rani dan

Insumbabi yang terdapat di sebelah selatan Pulau Supiori, Pulau-pulau Meosbefandi dan Ayau

yang terdapat di sebelah utara Pulau Supiori dan Kepulauan Mapia yang letaknya jauh di sebelah

utara Pulau Ayau.

Secara geografis Kepulauan Biak-Numfor terletak antara 134043’-137050’ Bujur

Timur dan antara 010-10045’ Lintang Selatan. Luas seluruh pulau-pulau yang tergabung

dalam gugusan Kepulauan Biak-Numfor adalah 2.500 km2 dengan perincian Pulau Biak

dengan luas 1.832 km2, Pulau Supiori dengan luas 434 km2 dan Pulau Numfor dengan

luas 324 km2. Luas keseluruhan Kabupaten Biak Numfor 21.572 km2 yang terdiri dari

luas daratan 3.130 km2 dan luas lautan 18.442 km2 atau sekitar 5,11 % dari luas wilayah

provinsi Papua.

Page 6: Tugas Final Edit

6

Topografi

Keadaan topografi Pulau Biak Numfor sangat bervariasi mulai dari daerah pantai

yang tediri dari dataran rendah dengan lereng dan landai sampai dengan daerah

pedalaman yang memiliki kemiringan terjal, namun pada umumnya keadaan topografi

Pulau Biak Numfor itu sendiri yaitu berbentuk teras dan bergelombang tidak teratur.

Secara morfologi, Pulau Biak terbagi 4 (empat) satuan, yaitu dataran, daerah berombak,

daerah bergelombang, dan perbukitan. Berdasarkan ketinggiannya, Pulau Biak Numfor

berada pada ketinggian 0 sampai dengan 920 meter dari permukaan laut. Ketinggian

daerah pantai sebesar 0 - 5 m dpl, seperti daerah pantai pada Pulau Biak dan Pulau

Numfor.

Sedangkan ketinggian daerah pedalamannya sendiri adalah sebagai berikut:

Pulau Biak : 10 - 600 m dpl

Pulau Numfor : 10 - 201 m dpl

Pulau Numfor juga terbentuk dari karang laut dan bentuk topografinya menyerupai

sebuah cakram bulat panjang yang berbukit-bukit di bagian tengah dengan ketinggian

tidak lebih dari 225 m di atas permukaan air laut. Pada celah-celah yang ada di antara

bukit-bukit terdapat tanah-tanah yang cukup baik untuk usaha pertanian. Keadaan tanah

yang relatif subur ini menyebabkan sejak dahulu hingga sekarang mata pencaharian

pokok penduduknya adalah mengusahakan ladang dengan berbagai tanaman umbi-

umbian dan kacang hijau.

Secara tektonis, wilayah Indonesia Timur merupakan lokasi pertemuan tiga

lempeng tektonik, yaitu Lempeng Pasifik yang bergerak dari arah timur ke barat,

Lempeng Australia yang bergerak dari arah tenggara ke barat laut dan Lempeng Eurasia

yang bergerak dari arah barat laut ke tenggara.

Page 7: Tugas Final Edit

7

IKLIM

Secara umum, pola iklim Biak-Numfor dipengaruhi oleh monsoon dan

maritime, yang mana porsi besaran pengaruhnya adalah pada maritimnya. Iklim di Irian

Jaya sangat dipengaruhi oleh letak astronomis maupun letak geografis, sehingga keadaan

iklim beberapa daerah Irian Jaya berbeda-beda. Secara keseluruhan daerah Irian Jaya

termasuk dalam golongan iklim tropis.

Curah hujan bervariasi (secara local) mulai 1.500 mm - 7.500 mm per tahun.

Jumlah hari-hari hujan per tahun : Jayapura 160, Biak 125, Guarotali 250, Manokwari

140, Merauke 100.

Temperatur rata-rata pada daerah pantai berkisar 260C, 170C dengan rata-rata

maksimum 32,10C. Temperatur daerah pegunungan pada umumnya berbeda secara

gradual menurut ketinggiannya, yaitu dengan rata-rata penurunan 0,20C untuk setiap

kenaikan setinggi 100 meter diatas permukaan laut.

Data demografi

Orang Biak yang berdomisili di Kepulauan Biak-Numfor pada tahun 1999

berjumlah 115.134 orang. Mereka tersebar pada 153 desa/kelurahan yang terbagi atas

dua belas wilayah kecamatan. Jumlah penduduk terbanyak terdapat pada Kecamatan Biak

Kota (36.098 jiwa) dan Kecamatan Biak Timur (10.121 jiwa), sedangkan kecamatan yang

paling sedikit yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah Kecamatan Numfor Barat

yang hanya berpenduduk 3.656 jiwa. Perincian jumlah penduduk menurut kecamatan

adalah seperti pada tabel 1. Perbandingan jumlah penduduk (115.134 orang) dengan luas

wilayah (2.595 km2), menunjukkan bahwa kepadatan penduduk di Kabupaten Biak-

Numfor adalah sebesar 40,48 orang tiap km2. Angka tersebut menunjukkan bahwa

Kepulauan Biak-Numfor merupakan kabupaten yang paling tinggi kepadatan penduduknya

dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lainnya di Papua.

Page 8: Tugas Final Edit

8

2.2 Sejarah / Asal Mula Suku BIAK

Nama dan Latar Belakang Sejarah

Pada waktu pemerintah Belanda berkuasa di daerah Papua hingga awal

tahun 1960-an nama yang dipakai untuk menamakan Kepulauan Biak-Numfor adalah

Schouten Eilanden, menurut nama orang

Eropa pertama berkebangsaan Belanda, yang

mengunjungi daerah ini pada awal abad ke

17. Nama-nama lain yang sering dijumpai

dalam laporan-laporan tua untuk penduduk

dan daerah kepuluan ini adalah Numfor atau

Wiak. Fonem w pada kata wiak sebenarnya

berasal dari fonem v yang kemudian berubah

menjadi b sehingga muncullah kata biak seperti yang digunakan sekarang. Dua nama

terakhir itulah kemudian digabungkan menjadi satu nama yaitu Biak-Numfor, dengan

tanda garis mendatar di antara dua kata itu sebagai tanda penghubung antara dua kata

tersebut, yang dipakai secara resmi untuk menamakan daerah dan penduduk yang

mendiami pulau-pulau yang terletak di sebelah utara Teluk Cenderawasih itu. Dalam

percakapan sehari-hari orang hanya menggunakan nama Biak saja yang mengandung

pengertian yang sama juga dengan yang disebutkan di atas.

Tentang asal-usul nama serta arti kata tersebut ada beberapa pendapat.

Pertama ialah bahwa nama Biak yang berasal dari kata v`iak itu yang pada mulanya

merupakan suatu kata yang dipakai untuk menamakan penduduk yang bertempat tinggal

di daerah pedalaman pulau-pulau tersebut. Kata tersebut mengandung pengertian orang-

orang yang tinggal di dalam hutan,`orang-orang yang tidak pandai kelautan`, seperti

misalnya tidak cakap menangkap ikan di laut, tidak pandai berlayar di laut dan

menyeberangi lautan yang luas dan lain-lain. Nama tersebut diberikan oleh penduduk

pesisir pulau-pulau itu yang memang mempunyai kemahiran tinggi dalam hal-hal

kelautan. Sungguhpun nama tersebut pada mulanya mengandung pengertian menghina

Page 9: Tugas Final Edit

9

golongan penduduk tertentu, nama itulah kemudian diterima dan dipakai sebagai nama

resmi untuk penduduk dan daerah tersebut.

Pendapat lain, berasal dari keterangan ceritera lisan rakyat berupa mite,

yang menceritakan bahwa nama itu berasal dari warga klen Burdam yang meninggalkan

Pulau Biak akibat pertengkaran mereka dengan warga klen Mandowen. Menurut mite

itu, warga klen Burdam memutuskan berangkat meninggalkan Pulau Warmambo (nama

asli Pulau Biak) untuk menetap di suatu tempat yang letaknya jauh sehingga Pulau

Warmambo hilang dari pandangan mata. Demikianlah mereka berangkat, tetapi setiap

kali mereka menoleh ke belakang mereka melihat Pulau Warmambo nampak di atas

permukaan laut. Keadaan ini menyebabkan mereka berkata, v`iak wer`, atau `v`iak`,

artinya ia muncul lagi. Kata v`iak inilah yang kemudian dipakai oleh mereka yang pergi

untuk menamakan Pulau Warmambo dan hingga sekarang nama itulah yang tetap

dipakai (Kamma 1978:29-33).

Kata Biak secara resmi dipakai sebagai nama untuk menyebut daerah dan

penduduknya yaitu pada saat dibentuknya lembaga Kainkain Karkara Biak pada tahun

1947 (De Bruijn 1965:87). Lembaga tersebut merupakan pengembangan dari lembaga

adat kainkain karkara mnu yaitu suatu lembaga adat yang mempunyai fungsi mengatur

kehidupan bersama dalam suatu komnunitas yang disebut mnu atau kampung.

Penjelasan lebih luas tentang kedua lembaga itu diberikan pada pokok yang

membicarakan organisasi kepemimpinan di bawah.

Nama Numfor berasal dari nama pulau dan golongan penduduk asli Pulau

Numfor. Penggabungan nama Biak dan Numfor menjadi satu nama dan pemakaiannya

secara resmi terjadi pada saat terbentuknya lembaga dewan daerah di Kepulauan

Schouten yang diberi nama Dewan daerah Biak-Numfor pada tahun 1959.

Page 10: Tugas Final Edit

Upacara Barapen suku-bangsa Biak-Numfor

10

Tentang sejarah orang Biak, baik sejarah asal usul maupun sejarah kontaknya

dengan dunia luar, tidak diketahui banyak

karena tidak tersedia keterangan tertulis.

Satu-satunya sumber lokal yang

memberikan keterangan tentang asal-usul

orang Biak seperti halnya juga pada suku-

suku bangsa lainnya di Papua, adalah mite.

Menurut mite moyang orang Biak berasal

dari satu daerah yang terletak di sebelah

timur, tempat matahari terbit. Moyang

pertama datang ke daerah kepulauan ini

dengan menggunakan perahu. Ada

beberapa versi ceritera kedatangan

moyang pertama itu. Salah satu versi

mite itu menceriterakan bahwa moyang pertama dari orang Biak terdiri dari sepasang

suami isteri yang dihanyutkan oleh air bah di atas sebuah perahu dan ketika air surut

kembali terdampar di atas satu bukit yang kemudian diberi nama oleh kedua pasang

suami isteri itu Sarwambo. Bukit tersebut terdapat di bagian timur laut Pulau Biak (di

sebelah selatan kampung Korem sekarang). Dari bukit sarwambo, moyang pertama itu

bersama anak-anaknya berpindah ke tepi Sungai Korem dan dari tempat terakhir inilah

mereka berkembang biak memenuhi seluruh Kepulauan Biak-Numfor.

2.3 Sistem Bahasa

Bahasa Biak tergolong rumpun bahasa Melanesia terdiri atas beberapa dialek.

Menurut perkiraan, pada tahun 1983 sekitar 100.000 orang menggunakan bahasa Biak

ini, dengan pemakai terbesar orang-orang dari kepulauan sechouten. Penyebaran Bahasa

Biak paling luas bila dibandingkan dengan penyebaran bahasa daerah lain di wilayah

Propinsi Irian Jaya.

Secara linguistik, bahasa Biak adalah salah satu bahasa di Papua yang

dikategorikan dalam keluarga bahasa Austronesia (Muller 1876-1888; Wurm & Hattori

Page 11: Tugas Final Edit

11

1982) dimana bahasa tersebut mempunyai kelainan dengan bahasa Austronesia bagian

barat” (Soeparno,1977:vii), khususnya bahasa Biak ini termasuk pada subgrup South-

Halmahera-West New Guinea (Blust 1978). Bahasa yang digunakan sehari-hari dalam

kehidupan masyarakat Biak adalah Bahasa Indonesia. Bahasa asli digunakan penduduk

asli hanya dibedakan oleh dialek bahasa seperti Samber, Swapodibo, Wadibu, Sopen,

Mandender, Wombonda, Urmbor, Sawias dan dialek Doreri.

Di Kepulauan Biak-Numfor sendiri terdapat sepuluh dialek sedangkan di daerah-

daerah migrasi atau perantauan terdapat tiga. Oleh karena bahasa Biak tersebut banyak

digunakan oleh para migran Biak di daerah-daerah perantauan, maka ia berfungsi di

tempat-tempat itu sebagai bahasa pergaulan antara orang-orang asal Biak dengan

penduduk asli. Jumlah penduduk yang menggunakan bahasa Biak di daerah Kepulauan

Biak-Numfor sendiri pada saat sekarang berjumlah lebih kurang +70.000 orang.

Membandingkan jumlah penduduk yang menggunakan bahasa Biak dengan bahasa-

bahasa daerah lainnya di Papua, maka bahasa Biak termasuk dalam kelompok bahasa-

bahasa daerah di Papua yang jumlah penuturnya lebih dari 10.000 orang. Kecuali itu, jika

dilihat dari segi luas wilayah pesebarannya maka bahasa Biak merupakan bahasa yang

paling luas wilayah pesebarannya di seluruh Papua. (Dr. J.R. Mansoben, MA, 2003)

Berikut penjelasan seputar arti serta tata cara penggunaan bahasa biak :

2.3.1 Hubungan Kata dalam bahasa Biak.

Bahasa biak memiliki ciri-ciri kata didalam kalimatnya yaitu dengan penggunaan

hubungan kata didalamnya. Berikut sekilas penjelasan hubungan kata pada kalimat

didalam bahasa Biak :

2.3.1.1 Hubungan Kata dalam Batas Satu Fungsi

Hubungan kata dalam batas satu fungsi ini mencakup frasa dan hubungan lain seprti

S,P,O,K. Bahasa Biak memiliki ciri-ciri hubungan yang menduduki salah satu fungsi

dalam kalimat , cukup banyak variasinya. Variasi yang dijumpai antara lain, ialah

sebagai berikut :

Page 12: Tugas Final Edit

12

A. Hubungan yang membentuk kelompok kata biasa :

1.) rum (rumah) + ay (kayu) = rumah kayu

2.) suy (papeda) + sray (kelapa) = papeda kelapa

3.) ay (kayu) + ram (daun) = daun kayu

B. Hubungan yang menggunakan kata-kata tugas, seperti konjugasi :

1.) Konjugasi ma ’dan’

~ sup ma awan ’laut dan daratan’

(laut) (darat)

~ Kasum ma veba ’besar dan kecil’

(besar) (kecil)

~ Naek ma srar ’saudara dan saudari’

2.) Kata tugas Ve- ’yang’

~ Karuy veba ’batu yang besar’

(kayu) (yang besar)

~ War Vedafe ’air yang mengalir’

(air) (yang mengalir)

~ Masem verumek ’laut yg hijau(biru)’

(laut) (yang hijau)

C. Hubungan yang menggunakan kata tugas, yang penjelasnya berwujud

kelompok kata

1.) Faro (kepada) mansar apusi ’kepada kakek tua’

2.) ve (kepada) imem (i) yedi ’kepada pamanku’

3.) ker (dari) sup awa ’dari pulau sana’

D. Hubungan yang atributnya berwujud klausa

1.) karuy veba iyi ’batu yang besar (dia) itu’

2.) ve karuy iya bori ’ke atas batu (dia) itu’

3.) in veba ivavi ’ikan (yang) besar di bawah (dia) itu’

Page 13: Tugas Final Edit

13

E. Hubungan yang sudah membentuk satu kata

1.) imbiswa ’suami istri’

2.) awini ’ibu saya’

3.) kamami ’ayah saya’

2.3.1.2 Hubungan kata dalam batas dua fungsi atau lebih dalam satu pola

tunggal

Hubungan kata dalam batas dua fungsi atau lebih dalam Bahasa Biak cukup banyak

dijumpai sebab didalam setiap konteks yang terdapat verba, adjektive, dan kata-kata

tugas tertentu selalu di rangkaikan dengan pronomina pesona.

Contoh : yan suy nabor kwar ’ saya sudah makan banyak sagu (papeda)’

S dan P pada kalimat tersebut dapat di katakan sebagai fungsi inti, maka hubungan

ini disebut klausa. Apabila ditinjau dari segi struktur Bahasa Biak, maka tuturan saya

sudah makan banyak sagu (papeda)’ yang dalam bahasa indonesia terdapat satu S dan

satu P (hanya satu klausa), Tetapi dalam bahasa Biak temasuk dalam pola yang

berklausa ganda.

~ yan ’saya makan’ (S-P)

~ suy ’sagu’ (O)

~ nabor ’mereka banyak’(S-P ket.objek)

~ kwar ’sudah/lama’ (K)

Berikut contoh-contoh yang menyatakan klausa tunggal dalam Bahasa Indonesia dan

klausa ganda (jamak) dalam Bahasa Biak :

~ imarisep oan suy

(dia suka) ( dia makan) (papeda)

’Dia suka makan papeda’

~ Skan fas siyi

(mereka makan) (nasi) (mereka nasi itu)

’mereka makan nasi itu’

Page 14: Tugas Final Edit

14

2.3.1.3 Hubungan Kata dalam Batas Kompleks

Hubungan klauasa dengan klausa, yang banyak terdapat dalam Bahasa Biak yang

disebut kaliamt tunggal dan kalimat majemuk. Berikut adalah contoh-contoh

kalimatnya :

~ wan suy war iyine

(engkau makan) (papeda) (sudah) (dia ini)

’ Engkua makan sagu sekarang’

~ Yapepruk Vrampinbey Yedi

(saya potong) (jari-jari tangan) (saya punya)

’ Saya potong kuku saya’

2.3.2 Kalimat

kalimat Bahasa Biak ialah kata atau kelompok kata yang dapat berdiri sendiri, lebih

luas dari klausa dan lebih rendah dari wacana, yang ditentukan oleh unsur-unsur

suprasegmental bahasa, yakni intonasi, tekanan, dan nada dan dalam bahasa tulis

ditandai dengan tanda baca titik, koma, tanda tanya, tanda seru, dan lain – lain serta

pemaikaiannya sesuai dengan waktu, tempat, dan keadaan. Contoh :

~ rwai ! (engkau pergi) ’pergilah

~sa (apa) bari (kamu bawa) ? ’apa yang kamu ’bawa?

Ada 3 faktor sebagai bahan pertimbangan dalam mendefinisikan kaliama menurut

Elson and Pickett yaitu :

1.) bahwa level kalimat di dalam hierarki ialah di atas klausa dan dibawah paragraf

2.) kalimat dapat berdiri sendiri

3.) dalam banyak bahasa, kaliamat akan melibatkan intonasi morfem – morfem dan

jeda.

Ada 18 tipe kalimat dalam Bahasa Biak,Berikut ini adalah contoh –contoh kalimat

menurut tipe-tipenya :

Page 15: Tugas Final Edit

15

a. Kalimat peristiwa –peristiwa bersamaan

* Bapak tidur waktu ibu mencuci pakaian

Fyor kamam denfay awin pyap sansunna

*waktu lusi ke kebun, ibu pergi ke kali

Fyor/fafisu lusi ryabe yafya, awin ryabe ware

b. Kalimat peristiwa –peristiwa berurutan

* John akan pergi kepasar dan sesudah itu maria pulang

John na rya ve pasar ma rasar/pasaido maria ibur.

* Anaknya perempuan itu mandi dan sesudah itu dia memandikan adiknya.

Ina/insos iya imasi ma pasaido imasiyo beknik vyedi

c. Kalimat syarat hasil

* kamu harus bayar dulu baru bisa minum

Mko vak kaku resari insape mkinem

*kamu kerja dulu baru bisa ikut om

Mko fararur resari insape mkoso memi

d. Kalimat sebab akibat

*karena kau marah, maka dia tidak dating

wamsor dari ryama vari

*dia tidak datang sebab dia sakit

Ryamavakukr idufri/ryama va snar idufe

Page 16: Tugas Final Edit

16

e. Kalimat hubungan tambahan

*di samping kaya akan ikan, pulau irian kaya juga akan buah-buahan

Sup irian ine ifo kukr in ma fo kukr aybon kako

* disamping pandai berburu, anak laki-laki itu pandai berkebun

Roma iya ifawi syamnaf ma ifawi ifur yaf kako

f. Kalimat berlawanan

* kamu berdua penakut, tetapi orang itu berani

Mumakakk voy snonkaku iya im rorov (imakakva)

*lukman pinter, tetapi shinta tidak

Lukman ifawinananm, voy shinta roroy

g. Kalimat setara

* Tomas membuka pintu dan jendela

Tomas vyas kadwaya ma kovkiryakoko

*kita berdua makan dan minum

Kuvan ma kvyinem

h. Kalimat yang bertentangan dengan kenyataan

*kalau kau tadi ikut, kau pasti tidak sakit

Insade (ja) wasakade na wadufva kaku

Page 17: Tugas Final Edit

17

*jika saja dia memanjat pohon itu, pasti pohon itu sudah patah.

Dove dek ay iyakada na ikar kaku dan kwar

i. Kalimat alasan dan tujuan

*orang itu minum mabuk supaya dia bisa bicara

Snonkaku iye dinmde imser same ido iwose

*anak itu pura-pura sakit supaya dia tidak bekerja

Roma iya iduf kasrer insame ifararur awer

j. Kalimat umum khusus

*orang itu memasak daging rusak itu dengan memanggangnya

Snon iye ikayaf rusa krafna

*dia membunuh babi dengan menikamnya

Iwan bos randipi

k. Kalimat hubungan antara proporsi dan perbandingan

*john membuat meja, seperti mejamu

John ifur meja yave imnis meja bani

*anak itu dansa, seperti bapaknya

Roma iya ifyer fa imnis kmari

l. Kalimat peristiwa dalam waktu

Page 18: Tugas Final Edit

18

*hari itu hujan lebat waktu john pulang

John ibur do fafisu mekmya imyun fafaya bai

*hari itu panas terik waktu orang itu bekerja.

Ras fyor ifa snonkaku iya ifararur anya sup isam fafaya va

m. Kalimat perkiraan yang salah terhadap kenyataan

*kami kira orang itu miskin , tetapi ternyata orang itu kaya

Nkorkara vo nkove nyanava inkuroyiinsave inkofawi bos nyanari

*kamu kira dia bodoh, tetapi ternyata dia pintar

Mkokara vo mkove ifawinambe mbape nfasna bos ifam nanem

n. Kalimat Cara dan hasil

*Dengan memanjat pohon, ia mencapai puncak rumah

Dek aya rama insape rya ryus rumya dokori

*Dengan merayap, dia dapat memasuki kebun itu.

Vbyarkinawr random syum yaf (iya/iwa)

o. Kalimat hubungan proporsi – proporsi

*Makin cepat engkau pulang, makin cepat engkau dapat makan.

Wabur fawas fawas-sawido na wasma roveyan sambern kako

p. Kalimat proporsi dengan proporsi tambah

*keladi ada dan babi pun ada

Japan naisya ma warnano naisya kako

Page 19: Tugas Final Edit

19

*sayur ada dan ikan pun ada

Wesya sisya ma insyano sisya kako

q. Kalimat proporsi-proporsi alternative

* orang itu sedang marah atau sedang susah

Snonkaku iye ise irmomnke rovaido ise vyesusa

*anak itu sedang menangis atau sedang tertawa

Roma iye ise kyansvado ise imbrif

r. Kalimat perbandingan

* anak itu berburu seperti ayahnya

Roma iye syamnafre rya kmari rya (bose)

*anak itu tidur seperti orang mati

Roma iye denfre rya vemaro

2.3.3 Kosakata umum

Berikut ini adalah beberapa kosakata yang digunakan oleh Orang Biak :

Page 20: Tugas Final Edit

a) Kata benda

1. Rumah kayu = rum ay

2. batu besar = karuy veba

3. anak laki-laki = kabor

4. anak babi = ben/randip

5. orang jahat = snon mamun

6. tepi kebun = yaf andire

7. kelapa = sray

8. air = war

9. laut = masem

10. Pahlawan = mambri

b) Kata sifat

1. Besar = Kasum

2. kecil = veba

3. Sangat Kecil = vebava

4. Sakit sekali = duf fafayava

5. sama besar = ba mammis

6. lebih kecil = bava syadi

7. lebih besar = ba koper

8. sakit sekali = duf fafayave

9. tisak sakit = dufva

10. hampir sakit = kero dufe

Page 21: Tugas Final Edit

c.) Kata kerja

1. belajar = farkor

2. pergi = Ryai

3. dia makan = dan

4. mereka makan = skan

5. kamu pukul = mkomun

6. Tersesat (hutan) = nimus

7. bekerja = fararur

8. yang berperang = mamun

9. yang menari = vefyeri

10. yang menangis = vekans

Page 22: Tugas Final Edit

d.) Bilangan

1. satu = oser 3. tiga = rikyor

2. dua = ruru 4. lima = ririm

Page 23: Tugas Final Edit

2.4 Sistem Mata pencarian

Mata pencaharian utama penduduk yang bermukim di perdesaan adalah petani dan

nelayan, sedangkan yang di kota lebih beragam antara lain sebagai PNS, pegawai swasta dan

pedagang. Orang Biak, terutama yang tinggal di pedesaan, hidup terutama dari berladang dan

menangkap ikan.

Jenis mata pencaharian hidup yang disebut pertama, berladang, dilakukan oleh sebagian

besar penduduk, sedangkan mata pencaharian yang kedua, menangkap ikan, dilakukan terutama

oleh penduduk yang bertempat tinggal di Kepulauan Padaido, Biak Timur dan di Desa Rayori

Pada umumnya penduduk yang melakukan pekerjaan berladang sebagai pekerjaan pokok, juga

melakukan penangkapan ikan sebagai mata pencaharian tambahan. Hal ini terjadi karena belum

ada pembagian kerja yang bersifat spesialisasi. Seperti halnya di daerah Papua lainnya, di daerah

Biak-Numfor, terutama di daerah pedesaan, tiap keluarga inti berfungsi unit produksi yang

menghasilkan semua kebutuhan pokok bagi kehidupan angngota keluarganya sendiri, tidak

tergantung pada keluarga lain. Hasil yang diperoleh dari berladang dipakai terutama untuk

memenuhi kebutuhan keluarga sendiri, jika ada kelebihan, maka dibagikan kepada anggota

keluarga yang lain (di waktu lalu) atau di jual ke pasar (di waktu sekarang).

Di masa lampau mata pencaharian lain yang sangat penting dalam kehidupan orang Biak adalah

perdagangan. Barang-barang perdagangan utama pada waktu itu adalah hasil laut, piring, budak

dan alat-alat kerja yang dibuat dari besi seperti parang dan tombak. Perlu dicatat disini bahwa

kepandaian besi sudah dikenal orang Biak melalui penduduk Maluku jauh sebelum orang Eropa

pertama datang di daerah ini pada awal abad ke-16 sehingga peralatan kerja tersebut di atas

merupakan hasil produksi sendiri (Kamma & Kooijman 1974).

Sistem perdagangan yang dilakukan pada waktu lampau ialah melalui cara tukar menukar barang

atau barter (dalam bahasa Biak disebut farobek), tanpa mata uang tertentu seperti halnya orang

Me dan Muyu yang menggunkan kulit kerang sebagai alat pertukaran yang terbaku dalam

kebudayaannya.

Page 24: Tugas Final Edit

2.5 Sistem Organisasi Sosial

Stratifikasi Sosial

Dalam masyarakat Biak tidak terdapat pembagian menurut lapisan sosial yang

jelas.Golongan pertama, masyarakat bebas disebut manseren, artinya yang dipertuan, pemilik,

yang membuat putusan dan yang berkuasa, tetapi bukan dalam arti bangsawan atau ningrat yang

sesungguhya. Perbedaan antara kedua golongan manseren itu ialah bahwa golongan pertama

disebut manseren mnu, artinya golonan pendiri dan pemilik kampung, sedangkan golongan

kedua hanya disebut golongan manseren saja.

Golongan masyarakat yang disebut budak atau women berasal dari tawanantawanan

perang. Tugas utama golongan ini adalah membantu melakukan pekerjaan-pekerjaan bagi siapa

mereka dipertuan, seperti berkebun, mencari ikan, membangun rumah dan lain-lain. Oleh karena

tugas yang demikian maka seorang budak sering dinamakan juga dalam bahasa Biak

manfanwan, artinya yang dapat disuruh untuk melaksanakan pekerjaan tertentu.

Struktur Sosial. Kesatuan sosial dan tempat tinggal yang paling penting bagi masyarakat

Biak adalah KERET atau KLAN kecil. Suatu keret terdiri dari keluarga batih yang disebut SIM.

Pada masa sekarang masing-masing keluarga batih (sim) mempunyai rumah sendiri, tetapi

biasanya mereka berkelompok menurut keret dan Mnu. Wujud nyata dari kesatuan sosial

tersebut pada waktu lalu adalah rumah besar yang disebut rumah keret. Rumah keret merupakan

suatu bangunan yang berbentuk segi empat panjang dengan ukuran kurang lebih 30-40 m

panjang dan 15 m lebar. Rumah keret itu dibangun di ats tiang dan dibagi-bagi kedalam sejumlah

kamar atau sim yag letaknya disisi kiri-kanan dan dipisahkan oleh suatu ruang kosong di bagian

tengah rumah yang memanjang mulai dari depan sampai ke belakang. Fungsi utama ruang

tengah yang kosong itu adalah sebagai tempat menaruh perahu milik keret dan juga sebagai

tempat menerima tamu dan tempat berapat anggota keluarga keret.

Pada prinsipnya tanah dipemukiman atau mnu adalah milik keret pertama yang membuka

tempat tersebut menjadi pemukiman. Demikian pula tanah, hutan dan sumber-sumber daya lain

Page 25: Tugas Final Edit

yang bermanfaat bagi kehidupan yang terdapat disekitar tempat pemukiman itu adalah milik

keret pendiri mnu yang disebut Manseren mnu. Jadi,pada dasarnya keret pendatang hanya

mendapatkan hak sebagai pemakai bukan hak sebagai pemilik. Dan biasanya ,para keret hanya

mencari nafkah dari hak yang menjadi miliknya. Apabila seseorang individu dari keret tertentu

hendak mencari hasil hutan atau membuka kebun di lokasi yang merupakan hak milik keret lain,

maka ia harsu meminta izin pada kepala keret pemilik dengan persetujuan dari individu yang

menggunakan lokasi tersebut terlebih dahulu.

a. Sistem kekerabatan

Dalam hubungan kekerabatan, orang Biak mengusut keturunannya melalui garis ayah,

jadi bersifat patrilineal. Sedangkan tipe pokok kekerabatan yang dianut menuurut pembagian

yang dibuat oleh Murdock (1949) adalah sistem Iroquois, yaitu penggunaan satu istilah yang

sama untuk menyebut kelas kerabat tertentu. Misalnya istilah naek digunakan untuk saudara-

saudara kandung dengan sudara-saudara sepupu paralel,yang berbeda dari istilah napirem untuk

menyebut semua saudara sepupu silang. Kecuali itu semua saudara laki-laki ayah disebut juga

dengan istilah ayah, kma, dan semua saudara perempuan ibu disebut, sna. Sebaliknya semua

saudara perempuan ayah disebut bibi, bin, dan semua saudara laki-laki ibu disebut paman.

Dalam kaitannya dengan pengklasifikasian anggota kerabat seperti tersebut di atas adalah

adanya larangan perkawinan antara saudara-saudara sepupu, baik saudara-saudara sepupu sejajar

maupun saudara-saudara silang. Larangan tersebut merupakan ketentuan adat yang menetapkan

perkawinan tersebut sebagai perkawinan inses.

Perkawinan dan pola menetap sesudah kawin

Prinsip perkawinan yang dianut oleh kesatuan sosial yang disebut keret itu adalah

eksogami, artinya antara anggota-anggota warga satu keret tidak boleh terjadi perkawinan.

Dengan demikian isteri harus diambil dari keret lain, apakah keret lain itu berada pada mnu yang

sama atau bukan. Selanjutnya pola perkawinan ideal menurut orang Biak, terutama pada waktu

lampau, adalah perkawinan yang disebut indadwer, atau exchange marriage, yaitu pertukaran

Page 26: Tugas Final Edit

perempuan antara dua keluarga yang berasal dari dua keret yang berbeda. Di samping pola

perkawinan ideal tersebut, orang Biak mengenal juga bentuk perkawinan lainnya seperti

perkawinan melalui peminangan dan perkawinan ganti tikar baik yang bersifat levirate maupun

sororate. Bentuk perkawinan yang paling banyak terjadi adalah perkawinan melalui peminangan,

fakfuken.

Menurut tradisi pihak laki-lakilah yang berkewajiban untuk melakukan peminangan pada

pihak perempuan. Unsur-unsur penting dalam proses peminangan adalah penentuan jumlah

maskawin yag dibayarkan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan dan penetuan waktu

pelaksanaan perkawinan,

Pola menetap sesudah kawin yang dianut adalah patrilokal, yaitu pasangan baru yang

menikah menetap di rumah atau lokasi tempat asal suami. Sering terjadi juga bahwa sesudah

menikah, pasangan baru itu menetap untuk waktu tertentu di rumah orang tua atau wali isteri.

Hal ini disebabkan oleh karena sang suami dari keluarga baru itu harus melakukan pekerjaan

tertentu misalnya membantu membuka kebun baru.

Struktur Organisasi pemerintahan Biak-Numfor

Menurut struktur organisasi pemerintahan sekarang. Kepulauan Biak-Numfor membentuk suatu

daerah pemerintahan berstatus daerah Tingkat II di propinsi Papua dengan nama Daerah Tingkat II

Kabupaten Biak-Numfor. Daerah Tingkat II tersebut selanjutnya dibagi ke dalam dua belas wilayah

kecamatan, dan 153 desa. Ibu kota daerah tingkat II Kabupaten Biak-Numfor adalah Kota Biak yang

berpenduduk 60.111 jiwa. Selain berfungsi sebagai ibu kota pemerintahan, kota Biak juga berfungsi

sebagai pusat pendidikan dan perekonomian daerah tersebut. Di Kota Biak terdapat suatu lapangan

terbang internasional yang dapat menghubungkan daerah Papua dengan daerah-daerah lainnya di

Indonesia maupun dengan dunia luar terutama ke Hawaii dan Los Angeles di Amerika Serikat.

2. 6 Sistem kesenian

Menurut seorang ahli antropologi Belanda Dr. G.J Held Kebudayaan penduduk Irian

memiliki ciri tersendiri yaitu keanekaragaman dan variabilitasnya yang besar. Kedua ciri

tersebut mencakup kebudayaan material seperti seni pahat dan seni ukir. Di mulai dari ujung

barat Irian Jaya ke ujung Timur Papua Nugini, terdapat 9 macam daerah kebudayaan, antara

lain :

Page 27: Tugas Final Edit

1. daerah pantai Barat- Laut Irian yang mencakup daerah kebudayaan Biak-Numfor;

2. Teluk Yos Sudarso- Danau sentani;

3. daerah Sepik;

4. daerah Teluk Huon;

5. daerah massim;

6. daerah Teluk Papua;

7. daerah Selat Torres;

8. daerah Marind-Anim; dan

9. daerah pantai Barat-daya.

Masyrakat Biak – numfor memiliki Kesenian yang terdiri dari seni tari dan

musik, dan teater modern dan tradisional. Berikut merupakan uraian kesenian

serta arti dibalik filosofi dari kesenian tersebut :

a. Seni Musik dan Tari

Bagi suku-bangsa Biak-Numfor, music dan tarian merupakan suatu kesatuan.

Dalam bahasa daerahnya. Mereka menyebut music dan tarian dengan satu istilah : WOR.

Penduduk daerah kebudayaan Biak-Numfor membedakan kira-kira 16-22 melodi baku

yang disertai syair-syairnya. Yang terutama menentukan sifat Wor adalah melodinya.

Setiap melodi berlaku untuk satu macam seremoni. Melodi wor umumnya berdsarkan

tangga nada pentatonis (lima nada) yang bersifat manis,ringan, gembira,hidup, keras, liar,

mistis, dan bahkan melankolis dan senitimental.

Lagu Kururuye! adalah contoh sebuah wor untuk berdayung dengan irama yang hidup.

Biasanya wor untuk berdayung dinyanyikan dan dilaksanakan oleh lebih daripada satu

orang.

Kururuye adalah kata seru untuk mengungkapkan rasa senang pelaut atau nelayan Biak

yang sambil berdayung atau berlayar menuju kampungnya dar laut. Angin Buritan yang

mengantarnya kembali dari “perjalanan”nya tidak terlalu kuat dan tidak terlalu lemah.

Sedangkan Pelabuhan Koreri yang di maksud pada syair ini adalah pelabuhan yang secara

ketat berarti pelabuhan Negara Adil , Negara Bahagia.

Berikut syair daripada Kururuye! :

Kururuye

1. Kururu, kururuye! Perahu ini melaju dengan manis

Page 28: Tugas Final Edit

Berlayarnya kemana?

2. Kururu, kururuye!

Janganlah salah berlayar

Ke Tanah Orang Mati.

Tanah Orang Mati adalah

Pelabuhan Derita.

Refrein

Aku ingin berlayar.

Aku, kururu, ingin mencari,

Mencari Pelabuhan koreri,

Pelabuhan yang teduh,

Teduh sekali.

Page 29: Tugas Final Edit

Syori Wandama, adalah wor untuk suasana yang tenang dan teduh. Syair

lagu ini mengungkapkan “perjalanan Kehidupan” suku-bangsa Biak-

Numfor menuju Timur,lambing dari ketenangan, kedamaian.Syair Syori

Wandama sudah mendapat pengaruh Kristen.

Syori Wandama (Air Laut Yang Surut)

Air laut yang surut,

Yang surut,yang teduh,

Teduh dan tidak berombak.

Sorga tempatku,

Tempatku.

Aku kenangkan.

Masyarakat Biak juga memiliki

Tarian untuk mengiri lagu yang

dinyanyikan. Tari Yosim Pancar, Tarian

persahabatan Biak Numfor dikenal dengan

nama Yosim Pancar. Pertunjukkan yang

diadakan lebih dari satu orang denga

gerakan dasar yang penuh semangat,

dinamik dan menarik, seperti Pancar gas,

Gale-gale, Jef, Pacul Tiga, Seka dan lain-

lain. Yospan dalam arti sebenarnya adalah salah satu tarian pergaulan yang berasal

dari dua daerah, yakni Biak dan Yapen-Waropen. Awalnya, yospan terdiri dari tarian

pergaulan yosim dan pancar, dua tarian berbeda yang akhirnya dipadu menjadi satu.

Dalam pementasan yosim, yang berasal dari Yapen-Waropen, para penari juga

mengajak serta warga lainnya untuk hanyut dalam lagu-lagu yang dibawakan

kelompok penyanyi berikut pemegang perangkat musiknya.

Tarian adat Yosim Pancar yang dibawakan oleh kaum wanita biak.

Page 30: Tugas Final Edit

Tarian adat suku-bangsa Biak-Numfor.

Perangkat musik yang digunakan sangat sederhana, terdiri dari cuku lele dan

gitar yang merupakan alat musik dari luar Papua. Juga ada alat yang berfungsi sebagai

bas dengan tiga tali. Talinya biasa dibuat dari lintingan serat sejenis daun pandan yang

banyak ditemui di hutan-hutan daerah pesisir Papua.

Selain itu, ada alat musik yang disebut kalabasa. Alat ini terbuat dari labu yang

dikeringkan kemudian diisi dengan manik atau batu kecil.

Berbeda dengan yosim, tarian pancar yang berasal dari Biak hanya diiringi tifa,

yang merupakan alat musik tradisional semua suku bangsa pesisir di tanah Papua.

Gerakannya pun tidak lincah dan banyak gaya seperti pada yosim. Gerakan penari

pancar relatif lebih kaku karena mengikuti entakan pukulan tangan pemusik pada kulit

tifa yang biasa dibuat dari kulit soa-soa (biawak).

Tarian pergaulan anak muda itu diadopsi dari nama pesawat pancar gas yang pernah

melintas di angkasa Biak . Saking takjubnya masyarakat Biak dengan pesawat yang

meninggalkan awan tebal dan meninggalkan garis putih pada lintasannya, maka tarian

mereka pun kemudian diberi nama pancar. Ketika kedua tarian pergaulan tersebut

dipadukan menjadi yosim pancar atau yospan, tarian terkesan energik.

Semua tarian yang mengiringi melodi-melodi yang dinyanyikan oleh penduduk

daerah kebudayaan Biak-Numfor biasanya berfsifat tarian-tarian massal dengan

gerakan-gerakan kaki yang melingkari

tempat menari. Para penari seolah-

olah”berlari-lari” dengan langkah-langkah

yang pendek dan terkadang kalau semakin

meinggi –meloncat-loncat. Para peserta

menari berdasarkan tempo dari melodi

yang dinyanyikan. Irama lagu dan tarian

dipertegas oleh pukulan pada tifa. Tifa

adalaha sejenis gendering dari kulit

biawak yang dikeringkan lalu dipasang pada ujung kayu beronggga yang kering dan

bulat. Tifa memakai gagang disalah satu bagian luarnya. Kayu berongga tersebut bisa

Page 31: Tugas Final Edit

Hiasan-

hiasan

haluan

perahu dari

Teluk

Cendrawasih

ciri-ciri:

Dibuat dari

kayu

Sekelompok mahasiswa asal irian jayadi Universitas Kristen Satya Wacana, salatiga.

Kelompok teater Dai Rakuda Kan mementaskan Kuda Laut Berbintik , sebuah dansa di New York City,juli 1982.

setinggi seorang dewasa tapi ada juga yang kecil. Tari-tarian daerah kebudayaan Biak

–Numfor adalah usaha manusia untuk meniru gerakan-gerakan tertentu dari alam

seperti gerakan-gerakan ular naga dalam mitos-mitos penduduk setempat.

b. Seni ukir

Disamping seni musik dan tari-tarian,

penduduk Biak-Numfor pun memiiliki benda seni

berupa ukiran –ukiran kayu yang terdapat pada korwar ,

yaitu kotak kayu penyimpanan tengkorak nenek

moyang. Korwar berbentuk orang yang

sedang berjongkok dihiasi oleh hiasan

gelung yang diukir. Ukiran lain terdapat

pada kalang-kalang kepala, haluan dan

buritan perahu .

Di samping itu secara khusus, MON

yaitu dukun (shaman) dari suku-

bangsa Biak-Numfor ini memiliki

suatu bentuk kesenian yang melambangkan ular naga

dan punya dasar keagamaan. Bentuk tersebut berupa

gambar mitologiis dalam bentuk manusia danbinatang

yaitu Ular dan ular naga. Para MON menggambarkan bentuk-bentuk kesnian

tersebut dan hanya merekalah yang mengetahui arti simbolis dari bentuk-bentuk

kesenian.

c. Seni teater tradisional dan

modern

kesenian lain suku-bangsa Biak-Numfor

antara lain teater tradisional dan teater

Korwar bertengkorak dr Pulau Roon,Teluk Cendrawasih. Cirri-ciri : dibuat dari kayu; tinggi 41 cm dan bagian muka bercat hitam.

Page 32: Tugas Final Edit

modern. Tradisinal dan modern memiliki persamaan. Keduanya mempunyai inti, tujuan, dan

fungsi. Keduanya pula memiliki unsur ruangan, naskah, aksi, suara, adegan dan suasana.

Yang terkadang beda adalah isi dari inti, tujuan, fungsi dan unsur-unsur dari kedua jenis

teater ini. Hakekat Teater modernl ternyata terdapat juga dalam teater tradisional dari daerah

kebudayaan Biak-Numfor.

2.7 Sistem ReligiMasyarakat & Adat Istiadat

Masyarakat Biak masih memiliki kebudayaan kuno yang berkisar pada kepercayaan

animisme bahkan kepercayaan tersebut lebih ditonjolkan melalui upacara ritual yang

lebih dikenal dengan WOR. Kata Wor sudah berarti lagu dan tari tradisional. Semua

anak yang terkena wabah penyakit dianggap bernasib malang sehingga harus diadakan

upacara adat. Wor dapat mengekspresikan semua aspek kehidupan orang Biak, seperti

halnya upacara tradisional para leluhur berupa ukiran kayu, dan lebih khusus pada

motif atribut yang digunakan mereka pada saat menyanyi dan menari; berupa motif

pada pakaian. Semua barang yang digunakan untuk upacara adat dapat disakralkan

atau dikeramatkan.

Beberapa upacara tradisional orang Biak antara lain Upacara gunting rambut/cukur

(Wor Kapapnik), Upacara memberi/mengenakan pakaian (Wor Famarmar), Upacara

perkawinan (Wor Yakyaker Farbakbuk), dan lain-lain. Seluruh upacara diiringi dengan

lagu dan tari bahkan merupakan sumbangan atau pendewaan kepada roh-roh para

leluhur.

Pekuburan Tua Padwa

Tempat di mana dapat dilihat tengkorak dan tulang belulang dari leluhur suku Biak

yang mendiami kampung Padwa yang teratur rapih di dalam goa batu/tebing karang.

Lokasi ini dapat ditempuh dengan kendaraan darat selama kurang lebih 20 menit.

Wor Barapen

Upacara Barapen adalah sebuah upacara yang dilaksanakan oleh para pemuda (Kabor

Page 33: Tugas Final Edit

Insos) sebagai peringatan ketika mereka mulai memasuki usia remaja. Setelah upacara

selesai ribuan batu disusun dan dibakar sampai batu tersebut menjadi bara. Batu yang

masih membara disebar, sementara itu pemimpin keagamaan mempersiapkan dirinya

dengan melumuri kakinya dengan cairan khusus sambil mengucapkan mantra. Ketika

sang pemimpin upacara sudah siap, dia kemudian berjalan di atas batu yang masih

panas membara.

Festival Pesta Pernikahan Tradisional

Suku-suku di Biak sering sekali mengadakan Acara Perkawinan Adat, mereka

menyebutnya “MUNARA YAKYAKER PURBAKBUK”. YAKYAKER adalah suatu

upacara pengiringan penganten wanita ke

rumah penganten pria. Ini merupakan

puncak di upacara perkawinan (Munara

Purbakbuk). Yakyaker artinya membiarkan

seorang pengantin wanita pergi ke

kediaman pengantin pria.

Sebelum berlangsung upacara perkawinan,

didahului dengan sejumlah tahapan upacara

antara lain pembayaran mas kawin yang

disebut Ararem. Sesuai tradisi Suku Biak, besarnya mas kawin (ararem) ditentukan

oleh pihak keluarga wanita yang melalui kesepakatan besarnya antara sanak keluarga.

Untuk penentuan waktu penyerahan Ararem tersebut, dapat disepakati bersama oleh

kedua belah pihak yakni keluarga wanita dan pihak keluarga pria. Munara Yakyaker

(Upacara Pengiringan) selama 7 hari dan 7 malam, kedua calon pengantin diawasi

dalam rumah keluarga masing-masing dan setelah itu pengantin wanita diiring dengan

suatu arak-arakan tari dan lagu yang disebut “WOR” ke rumah pengantin pria, dan

disana dilangsungkan upacara Pengukuhan tanda sahnya perkawinan tersebut.

Page 34: Tugas Final Edit

Bab III

Penutup

Menanggapi semua hal yang sudah di bahas pada bab-bab sebelumnya, saya

menyimpulkan bahwa suku bangsa Biak-Numfor, Irian Jaya mengalami proses

akulturasi pengaruh dari kebudayaan luar yang masuk ke wilayah Biak-Numfor,maka

muncul kebudayan-kebudayaan baru akibat hasil akulturasi tersebut. Berdasarkan

penelitian saya terhadap beberapa data dan fakta mengenai suku Biak di Irian Jaya,

kebudayaan Suku tersebut masih menyimpan benda-benda yang mengandung unsur

mistis.

Page 35: Tugas Final Edit

Dari berbagai unsur-unsur kebudayaan, antara lain dalam sistem ekonomi,

sistem organisasi sosial,sistem religi, dan kesenian. Perubahan di sistem ekonomi

inilah, masyarakat suku Biak-Numfor mengalami perubahan yang cukup signifikan.

Karena di masa lampau mata pencaharian yang sangat penting dalam kehidupan orang

Biak adalah perdagangan. Barang-barang perdagangan utama pada waktu itu adalah

hasil laut, piring, budak dan alat-alat kerja yang dibuat dari besi seperti parang dan

tombak dan mereka pun menggunakan sistem perdagangan yang berupa barter (tukar

menukar barang). Kemudian masyarakat Biak tersebut mengalami perubahan dalam

sistem perdagangan seiring perkembangan jaman. Namun cirri khas orang Biak

khusunya daerah pedesaan serta pesisir pantai, maka mata pencaharian untuk bertahan

hidup ialah dengan berladang dan menangkap ikan karena sulitnya mencari pekerjaan

di sekitar wilayah mereka.

Satu hal yang patut disesalkan dari suku Biak ini ialah bahwa persaingan antara

organisasi-organisasi tersebut telah mempengaruhi para pengikutnya, sehingga timbul

permusuhan antar penduduk serta emosi yang di miliki tiap individual pun ketika

hakmereka di usik maka tempramen dari mereka pin cepat meningkat tanpa peduli

siapa. Namun sistem kekerabat dari suku itu sendiri sangat kental dalam mengayomi

satu sama lain.

Setiap kebudayaan suku suatu bangsa seiring perkembangan jaman sudah pasti

pula mengalami perubahan dalam setiap suku bangsa di Indonesia mau itu berdampak

buruk maupun baik, hal tersebut yang akan mempengaruhi perkembangan negara

Indonesia itu sendiri dalam hal pmerintahan dan kesejahteraan rakyat. Patut kita sadari

dari berbagai macam suku bangsa yang Negara kita miliki, Negara kita termasuk

Negara yang berhasil menyatu padan kan berbagai suku diseluruh pelosok wilayanh

Indonesia menjadi suatu kesatuan di tanah air Indonesia kita yang dipersatukan dan

sering kita kenal dengan Bhinneka Tunggal Ika.

Page 36: Tugas Final Edit

Daftar Pustaka

Akwan, C. Beberapa aspek teater tradisional didaerah kebudayaan Biak-Numfor.

Jakarta : Percetakan PT. BPK Gunung Mulia, 1984.

Bartolomeus Kaimakaimu, Frans Rumbrawer, Syahwin Faut Ngi. Sintaksis Bahasa

Biak. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa, 1994.

Dr. J.R. Mansoben, MA.SISTEM POLITIK TRADISIONAL ETNIS BYAK: Kajian

tentang Pemerintahan Tradisional. Antropologi Papua, Volume 1. No. 3 Agustus

2003

Page 37: Tugas Final Edit

Enos Henok dan Rumansa. Transformasi Wor dalam lingkungan hidup orang Biak.

Jakarta : Perpustakaan Nasional 1995.

Ensiklopedia Nasional Indonesia Jilid 3. Jakarta : PT. Delta Pamungkas, 2004.

http://www.Biak.go.id, 3 juli 2009.

http://regional.coremap.or.id/biak/ , 10 juli 2009.

BIOGRAFI

Olivia lahir di Bandung , 17 September 1988.

Pendidikan SD hingga SMA diselesaikan.

Pendidikan Sekolah Dasar hanya ia jalani hingga

kelas 3 di SDN Taruma Jaya, Bekasi. Kemudian ia

melanjutkan serta menyelesaikan pendidikan

sekolah dasarnya di SD.St.Fransiskus III Jakarta.

Page 38: Tugas Final Edit

Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SLTP Budhaya III St.Agustinus,Jakarta dan

pendidikan Sekolah Menengah Atasnya di SMA I PSKD. Status ia Saat ini masih

sebagai salah satu mahasiswi pendidikan S1 The London School of Public Relation ,

jurusan komunikasi massa. Ia juga memiliki hobby bermain basket dan travelling,

photograpfer, adventuring . Selain itu, ia juga hobby membaca sehingga banyak

pengetahuan yang ia miliki. Menjadi salah satu perwakilan invitasi bola basket

wilayah Jakarta Timur antar pelajar ditingkat SD serta meraih dua gelar pemain terbaik

pada kejuaraan bola basket se-DKI di tingkat SLTP. Juara 1 Bulan Bahasa dalam

kategori Pembaca Berita terbaik.

Ia adalah orang yang aktif dan perfeksionis, ia juga memiliki keuletan dan sifat

pantang menyerah sehingga dapat menyelesaikan tugas dengan tepat waktu serta hasil

yang cukup memuaskan. Namun, hal negatif yang ia miliki adalah pesimistis. Ia juga

termasuk orang yang supel berjiwa humoris sehingga dengan mudah menjalin

hubungan relasi pertemanan ,maupun pekerjaan karena sifatnya yang ramah dan

mampu mencairkan suasan yang tegang.