Kanker Rongga Mulut Final Edit Kami Ber3

25
Kanker Rongga Mulut : Sebuah Diagnosa Prostodonsia Michael A. Siegel, DDS, MS, FDS RCS, 1 Michael A. Kahn, DDS, 2 & Mitzi J. Palazzolo, DDS, MS 3 1 Profesor dan Kepala, Departemen Pendidikan Diagnostik, Universitas Nova Southeastern, Fakultas Kedokteran Gigi, Fort Lauderdale, FL 2 Profesor dan Kepala, Departemen Patologi Oral dan Maksilofasial, Universitas Tufts Fakultas Kedokteran Gigi, Boston, MA 3 Asisten Profesor, Departemen Pendidikan Diagnostik, Universitas Nova Southeastern FakultasKedokteran Gigi, Fort Lauderdale, FL Abstrak Literatur prostodontik banyak membahas mengenai rekonstruksi, adaptasi psikologis, keberhasilan protesa, kualitas hidup, pemeliharaan lanjutan, dan masalah lain yang berhubungan dengan pasien yang telah menjalani operasi, radiasi dan/atau kemoterapi untuk neoplasma maligna oral. Namun dalam literatur prostodontik profesional terdapat kekurangan informasi yang berkaitan dengan diagnosa awal dan gambaran lesi yang dapat mewakili neoplasia premaligna atau maligna. Artikel ini akan menjelaskan dasar pemikiran, epidemiologi dan gambaran dari premaligna oral dan lesi mukosa maligna serta peralatan diagnosa mutakhir yang tersedia bagi Koresponden : Michael A. Siegel, Department of Diagnostic Sciences, Nova Southeastern University College of Dental Medicine, 3200 South University Drive, Fort Lauderdale, FL 33328-2018. E-mail: [email protected]

Transcript of Kanker Rongga Mulut Final Edit Kami Ber3

Page 1: Kanker Rongga Mulut Final Edit Kami Ber3

Kanker Rongga Mulut : Sebuah Diagnosa Prostodonsia

Michael A. Siegel, DDS, MS, FDS RCS,1 Michael A. Kahn, DDS,2 & Mitzi J. Palazzolo, DDS, MS3

1Profesor dan Kepala, Departemen Pendidikan Diagnostik, Universitas Nova Southeastern, Fakultas Kedokteran Gigi, Fort Lauderdale, FL2Profesor dan Kepala, Departemen Patologi Oral dan Maksilofasial, Universitas Tufts Fakultas Kedokteran Gigi, Boston, MA3Asisten Profesor, Departemen Pendidikan Diagnostik, Universitas Nova Southeastern FakultasKedokteran Gigi, Fort Lauderdale, FL

Abstrak

Literatur prostodontik banyak membahas mengenai rekonstruksi, adaptasi psikologis,

keberhasilan protesa, kualitas hidup, pemeliharaan lanjutan, dan masalah lain yang

berhubungan dengan pasien yang telah menjalani operasi, radiasi dan/atau kemoterapi untuk

neoplasma maligna oral. Namun dalam literatur prostodontik profesional terdapat

kekurangan informasi yang berkaitan dengan diagnosa awal dan gambaran lesi yang dapat

mewakili neoplasia premaligna atau maligna. Artikel ini akan menjelaskan dasar pemikiran,

epidemiologi dan gambaran dari premaligna oral dan lesi mukosa maligna serta peralatan

diagnosa mutakhir yang tersedia bagi prostodontis untuk memastikan bahwa pasien dapat

didiagnosa sedini mungkin.

Kata kunci : Kanker, Screen, Pemeriksaan, Diagnosa, Teknik adjektif, Karsinoma, Diagnosa awal, Riwayat.

Pada tahun 2006, sekitar 31.000

kasus kanker orofaringeal didiagnosa di

negara Amerika Serikat, dan sekitar 25%

pasien meninggal akibat kasus ini.1 Sebagian

besar dari tumor ini merupakan karsinoma

sel skuamosa dari membran mukosa oral.

Angka harapan hidup lima tahunan di

Amerika Serikat adalah 57% dan lebih lanjut

menetapkan bahwa peningkatan penyakit

dapat meningkatkan prognosa secara

signifikan.1-4 Pernyataan dari mahasiswa

kedokteran gigi bahwa deteksi dan diagnosa

dini dapat memberikan prognosa yang palin

baik, tetap diberlakukan.

Menurut Campisi, “perkembangan

kanker hampir tidak dapat dihindari bagi

Koresponden : Michael A. Siegel, Department of DiagnosticSciences, Nova Southeastern UniversityCollege of Dental Medicine, 3200 SouthUniversity Drive, Fort Lauderdale, FL33328-2018. E-mail: [email protected]

Page 2: Kanker Rongga Mulut Final Edit Kami Ber3

mamalia yang berumur" 5 Meskipun

kebutuhan akan prostodontik diharapkan

dapat menurun dengan promosi tindakan

pencegahan, pada kenyataannya meningkat

sesuai laju penuaan populasi.6 Penuaan

mukosa oral termasuk neoplasma maligna,

ditemukan dalam frekuensi yang lebih tinggi

pada usia lanjut.7,8 Terdapat data signifikan

yang menunjukkan bahwa pasien prostetik

yang menderita kanker oral dan menjalani

terapi kanker, memerlukan close medical dan

pemeliharaan psikologis lanjutan.9,10

Terdapat studi yang menunjukkan bahwa

kebersihan rongga mulut yang buruk akibat

jarang menyikat gigi dan luka yang

disebabkan oleh gigitiruan dapat beresiko

untuk prekanker dan kanker oral, tetapi hal

ini masih menjadi kontroversial dan

memerlukan studi prospektif lebih banyak

untuk mengesahkannya.11-13 Hal ini

merekomendasikan bahwa pasien dengan

resiko kanker oral agar diamati dengan

seksama terhadap perkembangan iritasi

kronis dari gigi dan piranti (gambar 1).12

Literatur prostodontik banyak

membahas mengenai rekonstruksi, adaptasi

psikologis, keberhasilan protesa, kualitas

hidup, pemeliharaan lanjutan, dan masalah

lain yang berhubungan dengan pasien yang

telah menjalani operasi, radiasi dan/atau

kemoterapi untuk neoplasma maligna

oral.10,14-18 Namun dalam literatur

prostodontik profesional untuk praktisi

prostodontis yang tersedia, ada kekurangan

informasi yang berkaitan dengan diagnosa

awal dan gambaran lesi yang dapat mewakili

neoplasia premaligna atau maligna.

Gambar 1 : Karsinoma sel skuamosa pada lateral kiri lidah seorang pria berusia 67-tahun. Perhatikan kehadiran Candida albicans yang hanya ada pada permukaan lesi. Ini adalah tanda prognosa yang tidak baik. Tanda tersebut menunjukkan adanya infeksi oportunistik yang dihubungkan dengan compromised tissue immunity di daerah Neoplasma.

Epidemiologi Karsinoma Sel Skuamosa

Oral

Karsinoma sel skuamosa oral,

yang muncul dari lapisan mukosa  rongga

mulut, tercatat lebih dari 90% dari kanker

oral. Di seluruh dunia, lebih dari 500.000

kasus baru didiagnosa setiap tahun.19,20

Kanker mulut menyumbang kurang dari 3%

dari semua kasus kanker di Amerika Serikat,

akan tetapi merupakan urutan keenam paling

umum terjadi pada pria dan kedua belas pada

wanita.1 Diperkirakan bahwa 34.360 kasus

kanker baru dari rongga mulut dan faring

akan terdiagnosa pada tahun 2007.21

Tingkat insiden dua kali lebih tinggi pada

pria dibandingkan wanita, namun rasip

perbedaan laki-laki : perempuan mngah abad

yang  lalu. Hal ini mungkin dikarenakan

penggunaan alkohol dan tembakau pada

wanita juga mengalami peningkatan.22

2

Page 3: Kanker Rongga Mulut Final Edit Kami Ber3

Insiden kanker rongga mulut paling banyak

terjadi pada pria diatas usia 50 tahun.

Namun, insiden rata-rata pertahun dan

tingkat kematian bervariasi jauh antara

berbagai ras, jenis, kelamin, dan kelompok

umur. Selama dekade terakhir, telah dicatat

dan diverifikasi bahwa angka kejadian pada

individu dibawah 40 tahun meningkat.

Seiring waktu, insiden kanker intraoral telah

meningkat secara dramatis pada pria kulit

hitam di Amerika Serikat. Diperkirakan

7.550 kematian akibat kanker mulut terjadi

pada tahun 2007.21 Angka harapan hidup 5-

tahunan relatif bervariasi untuk ras dan jenis

kelamin. Pria kulit hitam memiliki resiko

yang lebih tinggi, dengan tingkat

kelangsungan hidup 35,5% dibandingkan

dengan pria kulit putih (62.8%).21

Faktor Resiko yang Dihubungkan dengan

Perkembangan Karsinoma Sel Skuamosa

Oral

Penyebab karsinoma sel skuamosa

oral adalah multifaktorial.23 Tidak ada agen

kausatif tunggal atau faktor yang telah

didefinisikan ataupun diterima. Sangat

mungkin bahwa banyak faktor yang

memainkan peran dalam transformasi

maligna.

Tembakau dan Alkohol

Adanya hubungan erat antara

karsinoma sel skuamosa dengan penggunaan

tembakau telah dibuktikan. Studi

epidemiologi menunjukkan bahwa resiko

berkembangnya kanker oral adalah lima

sampai sembilan kali lebih besar untuk

perokok dibandingkan non perokok, dan

resiko ini bisa meningkat sebanyak tujuh

belas kali lebih besar untuk perokok berat

dengan 80 batang rokok atau lebih per hari.22

Resiko terjadinya karsinoma pada saluran

atas aerodigestif adalah dua sampai enam

kali lebih besar untuk pasien yang dirawat

dengan kanker mulut yang terus merokok

daripada mereka yang berhenti setelah

diagnosa.22

Penggunaan alkohol telah

diidentifikasi sebagai faktor resiko utama

untuk kanker pada saluran aero-digestif

bagian atas. Dalam penelitian yang

melakukan kontrol terhadap rokok, pencandu

alkohol sedang sampai berat  telah terbukti

memiliki resiko tiga sampai sembilan kali

lebih besar terkenan kanker oral. 22 Selain

itu, konsumsi alkohol tampaknya menjadi

potensiator atau penyebab yang signifikan

untuk faktor-faktor penyebab lainnya,

terutama tembakau , dan terdapat efek

signifikan yang dapat disimpulkan bahwa

peminum berat juga merupakan perokok

berat. Penggunaan produk tembakau dan

kecanduan alkohol secara simultan

menghasilkan efek multiplikasi dari dua

kebiasaan sosial dibandingkan aditif.

Virus onkogenik

3

Page 4: Kanker Rongga Mulut Final Edit Kami Ber3

Virus dapat berintegrasi ke dalam

host dan dapat menghambat kemampuan

host untuk meregulasi pertumbuhan normal

dan proliferasi dari sel yang terinfeksi.

Bukti terakhir menunjukkan bahwa human

papillomavirus (HPV) terkait dengan

beberapa kanker oral dan orofaringeal. HPV-

16 dan HPV-18 telah diidentifikasi lebih dari

50% pada karsinoma sel skuamosa oral

menimbulkan waldeyer’s tonsillar ring dan

dalam 15 sampai 20% terdapat pada lidah

dan bagian lain pada rongga mulut (gambar

2).24,25

Gambar 2 : Lesi seperti bunga kol yang secara klinis menunjukkan karsinoma verrucous yang diinduksi oleh human papillomavirus pada wanita berusia 59 tahun.

PREMALIGNA LESI PADA RONGGA

MULUT

Invasif karsinoma sel skuamosa rongga

mulut sering didahului dengan adanya

perubahan premaligna yang diidentifikasi

secara klinis pada mukosa rongga mulut.

Lesi ini sering terlihat bercak berwarna

putih, merah atau gabungan yang lebih

dikenal sebagai leukoplakia, eritroplakia atau

eritroleukoplakia.22 Banyak kasus karsinoma

sel squamosa rongga mulut didahului dengan

perubahan premaligna epitel yaitu dengan

kehadiran displasia epitel.26,27 Evaluasi

histopatologis pada epitel yang berdekatan

dengan karsinoma sel skuamosa rongga

mulut sering menunjukkan perubahan

displastik dan multisentrik. Displasia berat

menunjukkan risiko yang sangat tinggi

terhadap perkembangannya menjadi

kanker.28

Proporsi dari karsinoma sel

skuamosa yang terlihat secara klinis dan

berkembang ke tahap prekanker sering tidak

diketahui. Secara histopatalogis lesi

prekanker bervariasi dari ringan sampai

parah. Prediksi terhadap lesi prekanker yang

akan berkembang menjadi karsinoma rongga

mulut amat sulit sekali. Secara keseluruhan,

proporsi lesi epitel displasia yang

berkembang menjadi kanker adalah sekitar

16% dengan periode waktu dimana hal ini

terjadi bervariasi dari beberapa bulan

menjadi lebih dari 20 tahun.27 Rata-rata

tingkat transformasi maligna telah dilaporkan

selama 24 sampai 30 bulan. Tingkat tinggi

dari displasia secara umumnya merupakan

risiko yang lebih tinggi terhadap

perkembangan karsinoma. Hanya 4 sampai

11% dari displasia ringan dan sedang yang

berkembang menjadi karsinoma sel

skuamosa sedangkan 35% dari lesi di

diagnosa sebagai displasia parah yang dapat

berkembang menjadi karsinoma sel

4

Page 5: Kanker Rongga Mulut Final Edit Kami Ber3

skuamosa. Kehadiran displasia tidak selalu

merupakan prediksi terhadap perkembangan

karsinoma sel skuamosa karena ia juga dapat

berkembang tanpa adanya displasia.27

Leukoplakia

Leukoplakia seperti yang

didefiniskan oleh Organisasi Kesehatan

Dunia merupakan istilah klinis yang

menggambarkan sebuah bercak putih atau

plak yang tidak dapat dikarekteristikkan

secara klinis atau patologis seperti penyakit

lain (Gambar 3). Oleh karena itu, leukoplakia

merupakan istilah klinis dan tidak memiliki

arti tambahan terhadap spesifikasi

histopatologis. Mayoritas dari lesi ini

terdeteksi pada individu berusia 60 tahun

atau lebih walaupun secara umumnya dapat

mengenai pasien dari berbagai usia. Pada

pria yang berusia diatas 70 tahun, prevalensi

leukoplakia adalah 8%, prevalensi pada

wanita melewati usia 70 adalah sekitar 2%.22

Prediksi pada pria dan wanita kecenderungan

menurun, dengan wanita yang menderita

penyakit ini hampir sesering pria. Sekitar

setengah dari lesi melibatkan mukosa

mandibula, sulkus mandibular dan mukosa

bukal.29

Sebagian besar lesi leukoplakia

adalah merupakan reaksi fisiologis dari

mukosa terhadap trauma kronis atau iritasi.

Gigi tiruan yang tidak sesuai dan kebiasaan

parafungsional seperti menggigit pipi dan

lidah merupakan penyebab utama. Faktor

yang terkait dengan lesi putih pada mukosa

merupakan iritasi mekanik dan kimia,

kandidiasis hiperplastik kronis, sifilis, dan

reaksi elektro-galvanik, namun tidak terbatas

pada ini saja.30 Lesi leukoplakia sering

mengenai pada pasien dengan riwayat

penggunaan tembakau dan alkohol.

Leukoplakia dapat bervariasi dalam bentuk

penampilan. Lesi dapat muncul secara

homogen atau heterogen dengan permukaan

yang halus, fisur atau bergelombang dan

berwarna putih, abu-abu atau translusen.

Leukoplakia juga bervariasi pada ukuran dan

distribusi. Lesi ini mungkin hampir tidak

keliatan secara klinis atau menutupi seluruh

permukaan mukosa. Lokasi dimana lesi

leukoplakia sering ditemui adalah dasar

mulut, batas lateral dan ventral lidah, mukosa

labial dan bukal, gingiva, palatum lunak dan

daerah retromolar.

Sebagian besar yaitu sebanyak 80%

dari leukoplakia adalah jinak.29 Lesi yang

tersisa adalah baik premaligna (displastik

atau karsinoma in-situ) atau maligna. Sifat

prekanker dari leukoplakia yang terbentuk

didasarkan pada beberapa faktor. Berbagai

studi menyatakan bahwa 15,6-39,2% dari

sampel biopsi leukoplakia telah

menunjukkan adanya displasia epitel atau

karsinoma invasif, dan lebih dari sepertiga

dari karsinoma mulut memiliki korelasi yang

signifikan dengan frekuensi penemuan

displastik atau perubahan maligna pada

biopsi.31 Dasar mulut menunjukkan resiko

5

Page 6: Kanker Rongga Mulut Final Edit Kami Ber3

tertinggi terhadap terjadinya displasia atau

karsinoma (42,9%), sementara ventral dan

lateral lidah merupakan kedua tertinggi yaitu

25%.22

Gambar 3 : Leukoplakia homogen pada dasar mulut seorang pasien laki-laki berusia 36 tahun dengan sejarah merokok yang signifikan. Biopsi eksisi menunjukkan diagnosa histopatologis hiperkeratosis dan displasia ringan.

Lesi displastik adalah multisentrik

dan paling sering dihadapi pada dasar mulut

atau permukaan lidah.29,32 Lokasi lain yang

berisiko terhadap terjadinya leukoplakia

premaligna atau maligna termasuk mukosa

labial dan vermilion bibir, lateral dan ventral

perbatasan lidah, dasar mulut, palatum lunak,

uvula kompleks dan retromolar. Lesi

leukoplakia merupakan prognosa buruk pada

pasien dengan riwayat karsinoma lidah.

Beberapa karsinoma rongga mulut dan

orofaring (116 kali lebih besar dari yang

diharapkan) telah ditemui pada pasien

dengan riwayat karsinoma lidah.33 Para klinis

sering menghadapi masalah dalam

menentukan lesi premaligna atau maligna

dan harus menentukan sifat dari lesi putih

tanpa memberikan alasan yang

mengkhawatirkan pasien.

Eritroleukoplakia

Leukoplakia lokalisata dengan

bintik-bintik kemerahan atau eritroplakia

lokalisata dengan bintik-bintik keputihan

juga merupakan risiko tinggi terhadap

kanker rongga mulut (Gambar 4). Berbagai

istilah seperti bintik-bintik eritroplakia atau

leukoplakia telah digunakan untuk

menggambarkan gabungan dari lesi merah

dan putih. Risiko sebanyak empat kali lipat

yang menyatakan bahwa lesi ini akan

mengalami transformasi kearah maligna bila

dibandingkan dengan leukoplakia

homogen.7 Eritroplakia dapat terjadi pada

semua permukaan didalam rongga mulut

dan lebih sering terjadi pada pria. Bahkan

tidak mengherankan bahwa lesi ini biasanya

ditemukan pada pasien yang mempunyai

kebersihan rongga mulut yang rendah serta

menggunakan tembakau dan alkohol.

Kandida albicans yaitu jamur yang sering

ditemukan didalam rongga mulut

merupakan organisme yang paling sering

ditemui pada lesi ini dan mungkin memiliki

peran dalam perubahan displastik26 namun

tidak ada penelitian tertulis yang

menunjukkan hubungan langsung antara

keterlibatan kandida dan transformasi

maligna.31,34 Gabungan lesi merah dan putih

yang tidak membaik selama 7 sampai 14

hari setelah dihilangkan faktor lokal yang

mungkin menjadi penyebab, maka

diharuskan melakukan biopsi karena

6

Page 7: Kanker Rongga Mulut Final Edit Kami Ber3

meningkatnya risiko untuk berkembang

menjadi karsinoma.

Gambar 4 : Eritroleukoplakia pada tepi kiri lateral lidah pasien laki-laki usia 42 tahun. Biopsi dari lesi mengungkapkan adanya displasia epitel moderat.

Eritroplakia

Eritroplakia merupakan istilah

klinis yang digunakan untuk mendefinisikan

bercak merah seperti beludru yang tidak

dapat dikategorikan seperti kondisi lainnya

(Gambar 5). Lesi ini sering asimptomatis

dan pertama kali didiagnosa semasa

pemeriksaan gigi rutin. Eritroplakia dapat

terjadi dimana saja didalam rongga mulut

namun yang paling sering terjadi di dasar

mulut, alveolar ridge dan orofaring.

Kemerahan yang terjadi adalah disebabkan

oleh penipisan yaitu erosi yang terjadi pada

permukaan epitel diatasnya. Insiden

tertinggi sering terjadi pada pria dan wanita

yang berusia 60 tahun ke atas dan secara

sama rata mempengaruhi jenis kelamin.

Biopsi pada lesi eritroplakia harus

dilakukan karena telah terbukti secara

histologis bahwa sekitar 90% dari lesi

menunjukkan displasia parah, karsinoma in-

situ atau karsinoma.35 Pemeriksaaan lengkap

harus dilakukan terhadap pasien karena dapat

mengenai beberapa lokasi pada rongga mulut

sehingga menghasilkan sebuah fenomena

yang disebut “ field cancerization ”. Pada

pasien yang menderita lebih dari satu lesi

harus dilakukan rujukan untuk memastikan

hasil spesimen pada setiap lokasi yang

terkena.

Gambar 5 : Eritroplakia pada palatum kanan dari pria usia 76 tahun; hasil biopsi terbukti karena karsinoma sel skuamosa dapat berdiferensiasi.

PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL DAN

INTRA ORAL

Prostodontis harus melakukan

pemeriksaan visual dan palpasi secara hati-

hati, bertahap, dan dilakukan ulang visual

dan palpasi pada pemeriksaan jaringan lunak,

serta pada kelenjar limfa submandibular dan

servikal. Pemeriksaan ini dilakukan pada

semua pasien baru dan pasien kontrol

berkala.36,37 Pasien edentulus harus

diinstruksikan untuk kembali bagi

pemeriksaan berkala. Hal ini dikarenakan

7

Page 8: Kanker Rongga Mulut Final Edit Kami Ber3

pasien edentulus cenderung untuk berpikir

mereka tidak memerlukan kontrol berkala

karena tidak mempunyai gigi.38 Dalam

pemeriksaan, pasien harus dinasehatkan

bahwa mereka telah diperiksa untuk kanker

oral. Dilaporkan hanya 28% pasien yang

pernah menerima pemeriksaan kanker oral.

Dari pasien tersebut, 20% diperiksa pada

tahun sebelumnya.39,40 Pasien yang

menggunakan produk tembakau harus

digalakkan untuk berhenti. Prostodontis

dapat berperan dalam membantu pasien

untuk berhenti merokok baik dengan

penyuluhan langsung atau dengan rujukan ke

program berhenti merokok.41 Geriatrik

pecandu alkohol semakin meningkat,

sehingga prostodontis dapat juga

berpengaruh dalam memberikan saran

kepada pasien tentang perlunya membatasi

asupan alkohol mereka, terutama jika

terdapat tanda-tanda intra oral penggunaan

alkohol.42,43 Individu di atas umur 40 yang

menggunakan tembakau dan alkohol

mempunyai risiko paling tinggi terkena

kanker oral.34

Langkah awal dalam perawatan

leukoplakia atau eritroplakia adalah

mengeliminasi berbagai sumber iritasi atau

trauma, seperti gigi yang tajam atau tepi

sayap gigi tiruan. Indurasi, daerah

berlangsung, lokasi seperti permukaan lateral

lidah atau dasar mulut, komponen merah

pada lesi, atau permukaan granular non-

homogen, dapat meningkatkan kecurigaan

prostodontis dalam pemeriksaan. Namun,

harus diingat bahwa leukoplakia homogeus

yang terlihat tidak berbahaya bisa saja

merupakan maligna secara histopatologi,

jadi, penampilan klinis saja tidak boleh

menjadi satu-satunya kriteria untuk

keputusan merujuk ke biopsi. Perawatan

terapeutik seperti steroid topikal atau retinoid

sebelum biopsi masih menjadi kontroversi.44

Jika lesi leukoplakia tidak sembuh dalam

suatu jangka waktu setelah faktor lokal

dihilangkan, prostodontis harus merujuk

pasien kepada yang ahli untuk melakukan

biopsi dan berkomunikasi dengan dokter ahli

untuk memastikan pasien tersebut telah

ditangani. Dalam keadaan lesi yang didapati

sebagai maligna atau displastik, pasien harus

dikontrol 4 kali setahun untuk 2 hingga 3

tahun yang pertama. Prostodontis dan dokter

ahli harus berkoordinasi dalam penetapan

jadwal untuk kontrol pasien secara bersilang.

Contohnya, ahli bedah oral maksilofasial

memeriksa dan mengevaluasi pasien pada

bulan Januari dan Juli, sedangkan

prostodontis memeriksa pasien pada bulan

April dan Oktober. Dengan cara ini, akan

dapat menambah frekuensi evaluasi pasien

dengan diagnosa premaligna atau lesi

maligna dan mendapatkan perawatan

berkelanjutan dari kedua dokter. Disarankan

tanda-tanda lesi rekuren, ulserasi,

leukoplakia, atau eritroplakia harus dibuat

biopsi ulang sedini mungkin.

8

Page 9: Kanker Rongga Mulut Final Edit Kami Ber3

ALAT PEMERIKSAAN KANKER

ORAL DAN TEKNIK DIAGNOSTIK

Baru-baru ini, beberapa perusahaan

telah menemukan peralatan yang bertujuan

untuk membantu dokter gigi dalam

medeteksi awal dan mendiagnosa untuk lesi

oral premalignan. Antaranya adalah Vizilite

Plus® (Zila Pharmaceuticals, Inc.,Phoenix,

AZ), MicroLux-DL® (AdDent, Inc.,

Danbury, CT), Orascoptic® DK (Orascoptic

by the Kerr Company, Middleton, WI) dan

VELscope® (L.E.D. Dental, Inc., White

Rock, BC, Canada). Prosedur yang bertujuan

untuk diagnosa lesi premalignant oral antara

lain The BrushTest® (sebelumnya disebut

brush biopsi; OralCDx,Suffern, NY) dan

teknologi sitologi liquid-based, ThinPrep®

dan SurePath® (TriPath, Burlington, NC, dan

Cytyc Corp., Boxborough, MA). Harus

diperhatikan bahwa teknik yang diterangkan

di bawah mempunyai keterbatasan, termasuk

false-positive dan false-negative, bergantung

kepada karakteristik dan lokasi lesi.

Kebanyakan prostodontis tidak dilengkapi

dengan alat-alat ini, tetapi mereka harus

mengetahui alat-alat ini dan dapat

menginterpretasi hasil dari teknik ini. Dokter

ahli seperti ahli bedah oral dan maksilofasial

terlatih dalam penanganan teknologi ini dan

dapat menggunakannya pada situasi yang

tepat dan diperlukan; namun, biopsi skapel

masih merupakan ‘standar emas’ untuk

diagnosa histopatologi yang pasti, jadi jika

dokter prostodontik curiga terhadap

penampilan klinis sesuatu lesi, eksisi secara

rutin atau biopsi insisi perlu diminta.

Reflektansi Jaringan terhadap

Chemiluminescence dan Penandaan

dengan Warna

Sistem Vizilite Plus menggunakan

cara berkumur-kumur dengan larutan asam

asetat non toksik 1%, kemudian diperiksa

dengan lightstick yang diaktivasi dengan cara

dibengkokkan dan digoncang. Lightstick

akan mengalami reaksi endotermik dan

mengeluarkan lampu biru-putih. Langkah

berikut adalah meredupkan cahaya kamar

klinik, dan lightstick dimasukkan dalam

rongga mulut setelah mulut dibuka dengan

retraktor. Larutan kumur asam asetat

menyediakan mukosa mulut dalam keadaan

dehidrasi untuk deteksi sel epithelial yang

rasio nukleus/sitoplasma meningkat,

termasuklah sel yang displastik, dengan

menggunaakan lampu biru-putih dari

lightstick.45,46 Penemuan positif ditandai

dengan adanya warna yang cerah

(leukoplakia) atau warna yang lebih gelap

(eritroplakia). Literatur menunjukkan lesi

premalignan yang tidak dapat dideteksi oleh

dokter gigi pada populasi pasien risiko

tinggi, telah dideteksi dengan penggunaan

sistem Vizilite Plus.47-51 Langkah kedua dari

sistem ini termasuk penandaan lesi yang

telah teridentifikasi dengan menggunakan

pewarnaan metakromatik vital, toluidine blue

(toloniun klorida) yang berikatan dengan sel

9

Page 10: Kanker Rongga Mulut Final Edit Kami Ber3

yang menpunyai rasio nukleus/sitoplasma

yang meningkat. Zila Pharmaceuticals, Inc.,

telah menghasilkan produk pewarnaan jenis

ini dan digunakan bersama dengan Vizilite

Plus dengan nama TBlue (Zila tolonium

klorida). Oleh karena itu, dokter mempunyai

pilihan mendiagnosa dengan cara penandaan

tiga langkah pada lesi yang dicurigai dengan

TBlue untuk dokumentasi dan sebagai

dukungan pengambilan sampel

biopsy/sitologi atau sebagai bahan rujukan

kepada rakan sejawat. TBlue merupakan

satu-satunya produk yang diluluskan oleh

FDA untuk digunakan dalam sistem Vizilite

Plus yang digunakan setelah identifikasi lesi

dengan lightstick.

Reflektansi jaringan dengan luminesensi

Ada dua yang disetujui FDA Kelas I

perangkat pemancar cahaya yang mirip

dengan langkah pertama dari Vizilite sistem

Plus-MicroLux- DLR dan Orascoptic DKR.

Skrining kanker mulut ini diproduksi oleh

perusahaan yang sama (AdDent, Inc,

Danbury, CT) tapi dipasarkan oleh dua

perusahaan yang berbeda, maka terdapat

nama dagang yang berbeda. Kedua perangkat

dapat digunakan kembali, baterai yang

dioperasikan dengan cahaya dioda pemancar

transilluminators gigi telah diadopsi untuk

memancarkan cahaya biru-putih secara difus

(diasumsikan panjang gelombang sama

dengan Vizilite) dengan menghilangkan

Transilluminator light tip dan menggantinya

dengan sebuah sterilizable, tip tembus kaca.

Seperti dengan Vizilite sistem Plus, pasien

mempersiapkan mukosa mulutnya dengan

berkumur dan meludah dengan

menggunakan asam asetat 1%, tapi, tidak

seperti Vizilite, dengan kandungan baterai

yang pegangannya dapat menciptakan

cahaya biru yang menyebar mirip dengan

cara yang sama dengan senter pada

umumnya. Tambahan perangkat ini , seperti

dengan vizilite plus sistem, adalah hanya

akan digunakan setelah lampu pijar

konvensional dengan intraoral pemeriksaan

visual yang positif menemukan peningkatan

lesi yang mencurigakan.

Fluoresensi jaringan dengan Narrow-

emision

VELscope adalah perangkat

screening oral premaligna yang

memancarkan cahaya biru pekat (output

puncak panjang gelombang dari 405 dan 436

nm) yang menciptakan fluoresensi alami. Di

Amerika Utara, yang didukung oleh 120-V

AC arus listrik dan memancarkan cahaya

biru dengan menggunakan bola logam halida

yang dapat diganti, serangkaian cermin

duawarna, dan kabel serat optik fleksibel.

Selain itu, handpiece pemancar cahaya biru

memiliki lensa mata optikal inline di mana

dokter mengamati jaringan mukosa oral.

Serangkaian filter optik terletak antara klinisi

10

Page 11: Kanker Rongga Mulut Final Edit Kami Ber3

mata dan cahaya yang dipancarkan.

Pemancar lampu biru memancarkan cahaya

yang merangsang zat alami, fluorophores,

dalam epitel mulut dan lamina propria yang

mendasari (jaringan ikat). Ketika keluar,

fluorophores autofluoresce dan

memancarkan sebuah warna hijau apel yang

dapat digunakan oleh dokter karena filter

yang terkandung dalam lensa mata. Seperti

perangkat cahaya kanker mulut lainnya,

VELscope adalah hanya untuk digunakan

setelah pemeriksaan intraoral konvensional

pijar cahaya. Klinisi mengulangi

pemeriksaan intraoral, setelah cahaya

operator meredup, dengan VELscope

diaktifkan; mukosa oral yang normal akan

muncul hijau. Jika area hitam (tidak

fluoresensi) terlihat, dapat dikorelasikan

dengan lesi premaligna yang mencurigakan

sebelumnya dan dinilai selama pemeriksaan

cahaya pijar atau, dalam beberapa kasus

yang dilaporkan, luas bagian yang hilang

fluoresensi terlihat meskipun tidak lesi tidak

dicurigai dengan mata kasar.52-53 VELscope

ini dilaporkan untuk menunjukkan hilangnya

fluoresensi dengan adanya displasia

disebabkan oleh penghancuran fluorophores

alami dalam epitel atau jaringan ikat yang

terinfeksi. Lesi oral didokumentasikan di

mana hilangnya fluoresensi meluas ke lesi

klinis luar yang terlihat, dan biopsi

berikutnya pada daerah gelap diperpanjang

dapat mengungkapkan adanya mikroskopis

displasia atau karsinoma sel skuamosa.54

Prosedur diagnostik adjunctive

Selama akhir 1950-an dan 1960-an

peneliti gigi banyak yang berusaha untuk

mengadopsi Pap smear, awal 1950-an teknik

adjunctive diagnostik sangat sukses untuk

kanker serviks uterus, untuk digunakan

dalam rongga mulut. Ini merupakan prosedur

sitologi eksfoliatif dimana permukaan sel

epitel yang tergores dengan cara yang

minimal invasif dan langsung dialihkan

("dioleskan") ke slide mikroskop kaca yang

disemprot dengan alkohol fiksatif untuk

menjaga kumpulan sel. Sel-sel kemudian di

tutup dengan coverslip setelah penggunaan

Papanicolaou noda dan diperiksa dengan

mikroskop cahaya. Sebuah laporan patologi

dikeluarkan menunjukkan bahwa jika salah

satu sel menunjukkan karakteristik morfologi

atipikal maka dapat menunjukkan kehadiran

klinis displasia epitel skuamosa atau sel

karsinoma. Sayangnya, pap smear terbukti

tidak dapat diandalkan hasil positif palsu dan

negatif palsu.55 Jadi, teknik diagnostik oral

adjunctive potensi non-invasif ini tidak aktif

dipakai untuk hampir 30 tahun. Pada tahun

1999, teknik sikat biopsi (baru-baru berganti

nama menjadi BrushTest) diperkenalkan

untuk kedokteran gigi. Dilaporkan

merupakan diagnostik efektif, sensitif, dan

tambah spesifik di mana koleksi

transepitelial (dari permukaan ke sel basal

layer) dari sel epitel mukosa mulut telah

dihapus oleh bilah berbentuk heliks, bulu

11

Page 12: Kanker Rongga Mulut Final Edit Kami Ber3

sikat nilon kaku dan dialihkan ("dioleskan")

ke slide mikroskop kaca bening.56 Sel-sel

dikumpulkan difiksasi dengan larutan

alkohol dan, diikuti pengeringan,

ditempatkan dalam plastik pelindung kasus

dan dikirim ke pusat laboratorium untuk

analisis bantu komputer dilanjutkan dengan

pemeriksaan komputer pada daerah yang

dipilih oleh cytopatologis terlatih. Sel-sel itu

harus dikumpulkan dengan cara

memverifikasi tanpa rasa sakit atau sedikit

tidak nyaman didapatkannya dari semua

tingkat epitel dari pandangan klinis

perdarahan pinpoint dan kemerahan dari

pleksus vaskuler dengan lapisan superfisial

dangkal mendasari jaringan ikat. Setelah

laporan semi dari teknik ini, adanya

serangkaian laporan kasus dan investigasi

yang baik atau membantah akurasi teknik

ini.57-62 Ada juga laporan bahwa semua teknik

yang dicoba untuk mentransfer sel yang

diperoleh dari perangkat brush ke permukaan

planar slide mikroskop dapat gagal untuk

ditransfer hingga 80% dari sel

didistribusikan pada brush bristle itu.63,64 Ada

juga menjadi kontroversi tentang rasio

biaya/manfaat dari brush biopsi, karena

temuan yang positif atau atipikal dari epitel

mungkin displasia akan didapat pada

prosedur kedua, gold standard surgically

invasive biopsy.

Pada 1990-an revolusi teknik Pap

Smear baru mengumpulkan persetujuan FDA

setelah percobaan beberapa fase-3 klinis

besar.64-67 Teknik diagnostik adjunctive, yang

dikenal sebagai sitologi berbasis cairan,

dilaporkan meningkatkan akurasi dari Pap

smears.67 Peningkatan teknik utama dengan

teknik brush mengumpulkan sel yang

langsung ditransfer ke dalam wadah dengan

metanol atau etanol-berbasis cairan pengawet

atau fiksatif; kepala brush ini juga

ditempatkan dalam cairan kontainer. Setelah

larutan sampai di laboratorium patologi,

mesin kemudian menfilter, menyebar,

mengumpul, dan mentransfer sel epitel dari

larutan ke slide. Sel-sel ditempatkan dalam

monolayer yang sangat mengurangi tumpang

tindih sel epitel, di samping itu, menutupi

elemen seperti peradangan, kotoran, dan juga

lendir darah dihapus. Terakhir, sel-sel yang

diwarnai (Papanicolaou) dan di letakkan

coverslip sebelum pemeriksaan mikroskopis

oleh seorang medis bersama ahli patologi.

Baru-baru ini, teknologi berbasis

cairan telah diadopsi untuk digunakan dalam

pengaturan klinis non-gynelogical termasuk

dalam rongga mulut.64 Seperti serviks

mukosa, teknik ini digunakan untuk

mendapatkan sampel transepitel mukosa oral

memiliki potensi yang sama untuk

menghasilkan evaluasi perbaikan dari sel

yang terpisah yang diperoleh dari lesi

premaligna klinis yang mencurigakan apakah

terdeteksi selama pemeriksaan lampu pijar

atau selama salah satu adjunctive teknik

skrining kanker mulut yang disebutkan di

atas.

12

Page 13: Kanker Rongga Mulut Final Edit Kami Ber3

KESIMPULAN

Prostodontis berada dalam posisi yang

secara signifikan mempengaruhi secara

keseluruhan kesehatan pasien mereka, tidak

hanya melalui keahlian mereka dalam seni

dan ilmu prostodontik tetapi juga

berdasarkan akses mereka untuk pasien pada

risiko kanker oral. Kinerja pemeriksaan

jaringan lunak intraoral, palpasi kelenjar

getah bening, identifikasi lesi yang dicurigai,

penggunaan teknik diagnostik adjunctive,

dan rujukan dini untuk biopsi akan

memastikan bahwa pasien diberikan

perawatan prostodontik bersamaan dengan

penurunan resiko morbiditas dan kematian.

REFERENSI

1. American Cancer Society: Cancer Facts and Figures 2006. American Cancer Society, Atlanta, 2006. Available at http://www.cancer.org (accessed on June 5, 2008)

2. Shiboski CH, Shiboski SC, Silverman S Jr: Trends in oral cancer rates in the United States, 1973–1996. Community Dent Oral Epidemiol 2000;28:249-256

3. Silverman S Jr: Demographics and occurrence of oral and pharyngeal cancers: the outcomes, the trends, the challenge. J Am Dent Assoc 2001;132(suppl):7S-11S

4. National Cancer Institute: Surveillance, Epidemiology, and End Results Program Public-Use-Data, 1973–1998. Rockville, MD, National Cancer Institute, Division of Cancer Control and Population Sciences, Surveillance Research Program, Cancer Statistics Branch, 2001

5. Campisi J: Cancer, aging and cellular senescence. In Vivo 2000;14:183-188

6. Chaytor DV: Prosthodontics 1966–2042:changes in prosthodontic education, past and future. J Can Dent Assoc 2005;71:329

7. Correa L, Frigerio ML, Sousa SC, et al: Oral lesions in elderly population: a biopsy survey using 2250 histopathological records. Gerodontology 2006;23:48-54

8. Jainkittivong A, Aneksuk V, Langlais RP: Oral mucosal conditions in elderly dental patients. Oral Dis 2002;8:218-223

9. Gellrich NC, Schramm A, Bockmann R, et al: Follow-up in patients with oral cancer. J Oral Maxillofac Surg 2002;60:380-388

10. Rogers SN, McNally D, Mahmoud M, et al: Psychologic response of the edentulous patient after primary surgery for oral cancer. J Prosthet Dent 1999;82:317-321

11. Velly AM, Franco EL, Schlecht N, et al: Relationship between dental factors and risk of upper aerodigestive tract cancer. Oral Oncol 1998;34:284-291

12. Lockhart PB, Norris CM Jr, Pulliam C: Dental factors in the genesis of squamous cell carcinoma of the oral cavity. Oral Oncol 1998;34:133-139

13. Morse DE, Katz RV, Pendrys DG, et al: Mouthwash use and dentures in relation to oral epithelial dysplasia. Oral Oncol 1997;33:338-343

14. Schoen PJ, Reinsema H, Bouma J, et al: Quality of life related to oral function in edentulous head and neck cancer patients posttreatment. Int J Prosthodont 2007;20:469-477

15. Roumanas ED, Garrett N, Blackwell KE, et al: Masticatory and swallowing threshold performances with conventional and implant-supported prostheses after mandibular fibula free-flap reconstruction. J Prosthet Dent 2006;96:289-297

16. Garrett N, Roumanas ED, Blackwell KE, et al: Efficacy of conventional and implant-supported mandibular resection prostheses: study overview and treatment outcomes. J Prosthet Dent 2006;96:13-24

17. Weischer T, Mohr C: Implant-supported mandibular telescopic prostheses in oral cancer patients: an up to 9-year retrospective study. Int J Prosthodont 2001;14:329-334

18. Weischer T, Schettler D, Mohr C: Implant supported telescopic restoration in maxillofacial prosthetics. Int J Posthodont 1997;10:287-292

19. Sanderson RJ, Ironside JA: Squamous cell carcinomas of the head and neck. BMJ 2002;325:822-827

20. Vokes EE, Weichselbaum RR, Lippman SM, et al: Head and neck cancer. N Engl J Med 1993;328:184-194

21. Ries LAG, Melbert D, Krapcho M, et al (eds): SEER Cancer Statistics Review, 1975–2004. Bethesda, MD, National Cancer Institute,http://seer.cancer.gov/csr/1975_2004/, based on November 2006 SEER data submission, posted to the SEER website, 2007 (accessed June 5, 2008)

22. Neville BW, Day TA: Oral cancer and precancerous lesions. CA Cancer J Clin 2002;52:195-215

13

Page 14: Kanker Rongga Mulut Final Edit Kami Ber3

23. Binnie WH, Rankin KV, Mackenzie IC: Etiology of oral squamous cell carcinoma. J Oral Pathol 1983;12:11-29

24. Kreimer AR, Clifford GM, Boyle P, et al: Human papillomavirus types in head and neck squamous cell carcinomas worldwide: a systematic review. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev 2005;14:467-475

25. Paz I, Cook N, Odom-Maryom T, et al: Human papillomavirus (HPV) in head and neck cancer. An association of HPV 16 with squamous cell carcinoma of Waldeyer’s tonsillar ring. Cancer 1997;79:595-604

26. Scully C, Cawson RC: Potentially malignant lesions. K Epidemiol Biostat 1996;1:3-12

27. Lumerman H, Freedman P, Kerpel S: Oral epithelial dysplasia and the development of invasive squamous cell carcinoma. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 1995;79:321-329

28. Bouquot JE, Ephros H: Erythroplakia: the dangerous red mucosa. Pract Periodontics Aesthet Dent 1995;7:59-67

29. Waldron CA, Shaffer WG: Leukoplakia revisited: a clinical immunopathologic study of 3256 oral leukoplakias. Cancer 1975;36:1386-1392

30. Langlais RP, Miller CS: Color Atlas of Common Oral Diseases(ed 1). Philadelphia, PA, Lea and Febiger, 1992, pp. 54-55

31. Silverman S, Jr, Gorsky M, Lozada F: Oral leukoplakia and malignant transformation. A follow-up study of 257 patients. Cancer 1984;53:563-568

32. Lumerman H, Friedman P, Kerpel S: Oral epithelial dysplasia and the development of invasive squamous carcinoma. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 1995; 79:321-329

33. Shibuya H, Amagasa T, Seto K, et al: Leukoplakia-associated multiple carcinomas in patients with tongue carcinoma. Cancer 1986;57:843-846

34. Silverman S Jr: Oral Cancer (ed 5). Hamilton, BC, Decker, 2003, pp. 40-42

35. Shafer WG, Hine MK, Levy BM: A Textbook of Oral Pathology (ed 4). Philadelphia, PA, Saunders, 1983, pp. 108

36. Glazer HS: Spotting trouble: without an oral cancer screening, no dental exam is complete. AGD Impact 2003;31:18-19

37. Sciubba JJ: Oral cancer ands its detection: history-taking and the diagnostic phase of management. J Am Dent Assoc 2001;132(Suppl):12S-5S

38. John MT, Szentpetery A, Steele JG: Association between factors related to the time of wearing complete dentures and oral health-related quality of life in patients who maintained a recall. Int J Prosthodont 2007;20:31-36

39. Horowitz AM, Canto MT, Child WL: Maryland adults’ perspectives on oral cancer prevention and early detection. J Am Dent Assoc 2002;133:1058-1063

40. Horowitz AM, Moon HS, Goodman HS, et al: Maryland adults’ knowledge of oral cancer and having oral cancer examinations. J Public Health Dent 1998;58:281-287

41. Cruz GD, Ostroff JS, Kumar JV, et al: Preventing and detecting oral cancer: oral health care providers’ readiness to provide health behavior counseling and oral cancer examinations. J Am Dent Assoc 2005;136:594-601

42. Friedlander AH, Marder SR, Pisegna JR, et al: Alcohol abuse and dependence. J Am Dent Assoc 2003;134:731-740

43. Friedlander AH, Norman DC: Geriatric alcoholism. J Am Dent Assoc 2006;137:330-337

44. Brown RS, Bottomley WK, Abromovich K, et al: Immediate biopsy versus a therapeutic trial in the diagnosis of vesiculobullous/vesiculoerosive oral lesions. Oral Surg Oral Med Oral Pathol 1992;73:694-697

45. Huber MA, Bsoul SA, Terezhalmy GT: Acetic acid wash and chemiluminescent illumination as an adjunct to conventional oral soft tissue examination for the detection of dysplasia: a pilot study. Quintessence Int 2004;35:378-384

46. Lingen MW, Kalmar JR, Karrison T, et al: Critical evaluation of diagnostic aids or the detection of oral cancer. Oral Oncol 2008;44:10-12

47. Ram S, Siar CH: Chemiluminescence as a diagnostic aid in the detection of oral cancer and potentially malignant epithelial lesions. Int J Oral Maxillofac Surg 2005;34:521-527

48. Epstein JB, Gorsky M, Lonky S, et al: The efficacy of oral lumenoscopy (Vizilite) in visualizing oral mucosal lesions. Spec Care Dent 2006;26:171-174

49. Kerr AR, Sirois DA, Epstein JB: Clinical evaluation of chemiluminescent lighting: an adjunct for oral mucosal examinations. J Clin Dent 2006;17:59-63

50. Oh ES, Laskin DM: Efficacy of the ViziLite system in the identification of oral lesions. J Oral Maxillofac Surg 2007;65:424-426

51. Epstein JB, Silverman S Jr, Epstein JD, et al: Analysis of oral lesion biopsies identified and evaluated by visual examination, chemiluminescence and toluidine blue. Oral Oncol 2008;44:538-544

52. Lane PM, Gilhuly T, Whitehead P, et al: Simple device for the direct visualization of oral cavity tissue fluorescence. J Biomed Opt 2006;11:024006

53. Poh CF, Williams PM, Zhang L, et al: Direct fluorescence visualization of clinically occult high-risk oral premalignant disease using a

14

Page 15: Kanker Rongga Mulut Final Edit Kami Ber3

simple hand-held device. Head Neck 2007;29:71-76

54. Poh CF, Zhang L, Anderson SW, et al: Fluorescence visualization detection of field alterations in tumor margins of oral cancer patients. Clin Cancer Res 2006;12:6716- 6722

55. Kahn MA: Oral cancer screening aids. Inside Dentistry 2007;3:24-27

56. Sciubba JJ, US Collaborative OralCDx Study Group: Improving detection of precancerous and cancerous oral lesions.

57. Svirksy JS, Burns JC, Carpenter WM, et al: Comparison of computer-assisted brush biopsy results with follow up scalpel biopsy and histology. Gen Dent 2002;40:829-834

58. Poate TW, Buchanan JA, Hodgson TA, et al: An audit of the efficacy of the oral brush biopsy technique in a specialist Oral medicine unit. Oral Oncol 2004;40:829-834

59. Potter TJ, Summerlin DJ, Campbell JH: Oral malignancies associated with negative transepithelial brush biopsy. J Oral Maxillofac Surg 2003;61:674-677

60. Rick GM: Oral brush biopsy: the problem of false positives. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 2003;96: 252

61. Christian DC: Computer-assisted analysis of oral brush biopsies at an oral cancer screening program. J Am Dent Assoc 2002;133:357-362

62. Scheifele C, Schmidt-Westhausen AM, Dietrich T, et al: The sensitivity and specificity of the OralCDx technique: evaluation of 103 cases. Oral Oncol 2004;40:824-828

63. Bernstein ML, Miller RL: Oral exfoliative cytology. J Am Dent Assoc 1978;96:625-629

64. Kujan O, Desai M, Sargent A, et al: Potential applications of oral brush cytology with liquid-based technology: results from a cohort of normal oral mucosa. Oral Oncol 2006;42:810-818

65. Hayama FH, Motta AC, Silva Ade P, et al: Liquid-based preparations versus conventional cytology: specimen adequacy and diagnostic agreement on oral lesions. Med Oral Pathol Oral Cir Bucal 2005;10:115-122

66. Hoelund B: Implementation of liquid-based cytology in the screening programme against cervical cancer in the county of Funen, Denmark, and status for the first year. Cytopathology 2003;14:269-274

67. Schledermann D, Ejersbo D, Hoelund B: Improvement of diagnostic accuracy and screening conditions with liquid-based cytology. Diagn Cytopathol 2006;34:780 785

15