Tugas Esay Print

17
Nama : Iin norhasanah Kelas : 12 ipa 3 Tugas : ESAI UJIAN NASIONAL Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah . Ujian Nasional bertujuan menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Adapun hasil UN digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk: (a) pemetaan mutu satuan dan/atau program pendidikan; (b) seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; (c) penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan; dan (d) pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Dalam pelaksanaan Ujian Nasional ini ternyata menimbulkan pro-kontra di berbagai pihak. Banyak yang berkata Ujian Nasional perlu dilakukan, namun tak jarang pula yang menentangnya. Lalu bagaimana? Pertama, adalah pihak yang pro dengan adanya Ujian

description

llllllllllllllllllllllllllllllllllllllll

Transcript of Tugas Esay Print

Page 1: Tugas Esay Print

Nama : Iin norhasanah

Kelas : 12 ipa 3

Tugas : ESAI

UJIAN NASIONAL

Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN adalah kegiatan pengukuran dan

penilaian kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah . Ujian Nasional bertujuan menilai pencapaian kompetensi lulusan secara

nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu

pengetahuan dan teknologi. Adapun hasil UN digunakan sebagai salah satu

pertimbangan untuk: (a) pemetaan mutu satuan dan/atau program pendidikan; (b)

seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; (c) penentuan kelulusan peserta didik

dari program dan/atau satuan pendidikan; dan (d) pembinaan dan pemberian bantuan

kepada satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.

Dalam pelaksanaan Ujian Nasional ini ternyata menimbulkan pro-kontra di berbagai

pihak. Banyak yang berkata Ujian Nasional perlu dilakukan, namun tak jarang pula

yang menentangnya. Lalu bagaimana?

Pertama, adalah pihak yang pro dengan adanya Ujian Nasional. Mereka beranggapan

bahwa ujian nasional adalah suatu bentuk usaha untuk menyamaratakan seperti yang

telah disebutkan di atas. Dengan adanya Ujian Nasional tentu siswa akan berusaha

keras untuk meraih hasil semaksimal mungkin. Ujian Nasional juga dapat dipakai

sebagai tingkat prestasi suatu sekolah. Misal, sekolah C pada tahun ini siswanya lulus

100% dengan nilai yang memuaskan, tentu akan menarik minat para calon siswa

baru. Masyarakat beranggapan bahwa sekolah yang mampu meluluskan siswanya

dengan hasil yang baik tentu sistem pembelajarannya baik.

Seseorang yang mendapatkan nilai hasil Ujian Nasional dengan angka yang tinggi

dianggap sebagai siswa yang pandai dan akan dimudahkan untuk meneruskan tingkat

Page 2: Tugas Esay Print

pendidikan selanjutnya (SMP ke SMA).

Namun, terkadang jalan yang dipakai untuk melangkah ke Ujian Nasional tidaklah

mulus. Seperti layaknya jalanan, selurus-lurusnya jalan tentu ada belokan juga.

Dalam pelaksanaan Ujian Nasional ternyata tak semulus yang diharapkan. Banyak

belokan atau memang sengaja ada yang membelokkan diri.

Ujian Nasional ternyata menjadi ancaman bagi beberapa siswa yang notabene

‘kurang’ pintar. Mereka yang menganggap Ujian Nasional sebagai momok mulai

melakukan segala usaha, namun terkadang usaha yang mereka lakukan tidaklah benar

dengan adanya penghalalan segala cara. Dimulai dari siswa, siswa yang dinilai

‘kurang’ dari yang lainnya biasanya mulai berusaha dengan cara yang ‘lain’. Mereka

sadar bahwa mereka kurang, sehingga mereka mulai mencari celah demi keberhasilan

mereka. Kebanyakan mereka melakukan tindak seperti ini karena mendapatkan suatu

tekanan dari pihak lain, seperti orang tua, guru, dan teman-teman. Orang tua mereka

menuntut agar lulus dengan hasil yang memuaskan. Guru juga begitu, sehingga

menambah beban mental di pikiran siswa. Sedangkan jika nantinya mereka gagal

dalam Ujian Nasional mereka takut akan cibiran teman-teman dan banyak yang

menjauhi. Alhasil, mereka mulai mencari-cari kunci jawaban.

Sebagai seseorang yang masih labil, belum menemukan jati dirinya, biasanya para

remaja mudah saja percaya dan terhasut pada omongan orang lain. Mereka yang

‘kurang’ biasanya lebih mudah terhasut oleh oknum yang menjual kunci jawaban.

Banyak dari mereka yang beranggapan bahwa semakin mahal suatu kunci jawaban,

maka semakin ‘manjur’-pulalah jawaban yang akan keluar nantinya. Namun,

bodohnya masyarakat kita ialah mereka mempercayainya bulat-bulat. Seperti halnya

siswa yang mempunyai atau telah mendapatkan kunci jawaban yang mahal

beranggapan bahwa kunci yang dipegangnya benar dan mereka pun menyalinnya

tanpa memperhatikan soal yang ditanyakan. Di situlah letak kesalahan terbesar dari

seorang siswa.

Selain siswa yang dianggap ‘kurang’, siswa yang ‘lebih’ dari yang lain pun tak lepas

dari perang batin. Mereka yang pandai mayoritas memilih untuk mengerjakan

Page 3: Tugas Esay Print

ujiannya dengan hasil keringatnya sendiri. Namun, kecaman dari orang-orang di

sekitarnya yang membuatnya goyah. Misalnya, jika dia tidak mau memberikan

jawabannya pada saat ujian akan dianggap sombong atau tidak mau bertoleransi

dengan teman mereka yang membutuhkan. Di lain hal, mereka pun berpikir jika

teman-teman mereka membeli kunci jawaban dan apabila kunci jawaban mereka

benar maka tidaklah mustahil posisinya yang berada di atas akan tergeser. Dirinya

pun mulai ikut-ikutan membeli kunci jawaban dengan dalih takut tersaingi. Tentunya,

seperti halnya dengan siswa yang ‘kurang’, mereka pun tak mau atau lebih tepatnya

menghindari cibiran dari orang lain.

Apalagi pada zaman serba-modern seperti sekarang ini, kunci jawaban tak lagi

diperjualbelikan dalam bentuk lembaran. Namun, sudah merambah ke dunia

teknologi. Apalagi kalau bukan ponsel? Kunci jawaban dapat langsung terkirim

dalam sekali pencet, yaitu melalui pesan singkat atau SMS. Selain SMS, kunci

jawaban juga dapat diakses melalui internet yang tersedia di dalam ponsel. Namun,

kunci jawaban lebih sering dikirim melalui SMS. Meskipun telah tertera larangan

keras membawa ponsel ke dalam kelas, namun faktanya masih ada peserta ujian yang

membawa ponselnya masuk ke ruang ujian.

Selain dari segi siswa, kita juga dapat melihat dari segi kesalahan yang diperbuat

orang tua. Sebagai orang yang dihormati anak, orangtua acapkali menuntut agar sang

anak sukses di Ujian Nasional. Hal ini dilakukan karena lagi-lagi karena tak mau

dicibir oleh orang lain jika mereka gagal. Sebagai penanggung jawab atas perbuatan

anaknya, para orang tua pun mulai mengusahakan yang terbaik. Mulai dari

memfasilitasi anaknya untuk mengikuti bimbingan belajar, pembelian buku-buku,

dan lain lain. Namun, sebagai orang tua mereka membantu putra-putrinya

mendapatkan hasil memuaskan tanpa pertimbangan yang matang. Para orang tua

mendukung anaknya meraih yang diinginkan, namun terkadang jalan yang mereka

tempuh tidaklah benar. Seperti halnya membelikan kunci jawaban atau bagi mereka

yang mempunyai hubungan atau koneksi dengan para oknum pembuat soal Ujian

Nasional memohon pada mereka untuk membantu ‘kesuksesan’ anak.

Page 4: Tugas Esay Print

Guru yang pada dasarnya dihormati dan dipercaya serta dicontoh juga banyak yang

melakukan tindakan yang tak pantas pada saat pelaksanaan Ujian Nasional. Guru

sendiri dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu: guru hitam dan guru putih. Guru

hitam adalah guru yang membantu siswa-siswinya menuju ‘sukses’ Ujian Nasional

dengan menghalalkan segala cara. Dengan alasan membantu siswa-siswinya, mereka

ikut ‘membantu’ anak didiknya dalam mencari kunci jawaban. Bahkan, mereka yang

‘berani’ membantu anak didiknya mengerjakan langsung dengan memberikan kunci

jawaban di depan kelas.

Guru putih ialah guru yang mengajarkan siswa-siswinya untuk berusaha keras

bermandi keringat dalam mendapatkan kesuksesan. Biasanya mereka berusaha

memberikan pelajaran tambahan pada siswa yang dianggap ‘kurang’. Guru putih

beranggapan bahwa kejujuran jauh lebih berharga dibanding kesuksesan semu.

Mereka pun menentang segala bentuk kecurangan. Namun, tekanan di sekitar

merekalah yang membuat mereka tenggelam. Persentase jumlah guru putih yang jauh

lebih kecil dibanding dengan guru hitam membuatnya tesisih menjadi golongan

minoritas dan tak terdengar. Mereka pun terkadang dalam posisi dilematis, nurani

mereka berkata bahwa kejujuranlah yang penting namun posisinya sebagai golongan

minoritas membuatnya terpaksa ‘mengalah’.

Selain guru, kepala sekolah juga rawan dengan ketidakjujuran dalam pelaksanaan

Ujian Nasional. Tuntutan untuk Kepala Sekolah tidak hanya datang dari satu pihak,

tapi berbagai pihak. Seperti halnya orang tua siswa yang menuntut Kepala Sekolah

untuk mengusahakan yang terbaik, guru-guru yang mengharap Kepala Sekolah

membuat suatu kebijakan khusus dalam pelaksanaan Ujian Nasional. Bahkan, Dinas

juga menghendaki Kepala Sekolah mempersembahkan hasil yang maksimal demi

kemajuan daerahnya. Selain hal itu, Kepala Sekolah juga memiliki tanggungan akan

nasib sekolahnya. Masyarakat pada umumnya beranggapan bahwa sekolah yang baik

adalah sekolah yang memiliki peringkat atas pada saat Ujian Nasional. Tingkat

kelulusan dan hasil Ujian Nasional dijadikan tolok ukur masyarakat untuk menilai

baik-buruknya suatu sekolah. Tuntutan dari berbagai pihak itulah yang seringkali

Page 5: Tugas Esay Print

membuat para Kepala Sekolah melakukan tindakan yang tidak sewajarnya.

Kepala sekolah pada umumnya meminta para guru mengadakan bimbingan belajar

tambahan kepada anak didiknya menjelang pelaksanaan Ujian Nasional. Hal ini

diharapkan untuk me-refreshkan ingatan siswa pada pelajaran tingkat sebelumnya

yang mungkin terlupakan. Bimbingan tambahan juga diberikan untuk memberikan

try-out Ujian Nasional. Hal itu merupakan usaha yang wajar dan baik untuk

dilakukan. Namun, kadangkala Kepala Sekolah tak tahan memilih jalan singkat untuk

mencapai Ujian Nasional tersebut yaitu dengan cara berbuat curang. Contohnya

memerintahkan si pandai untuk membantu si kurang pandai atau bahkan membuat

tim ‘sukses’ Ujian Nasional. Dalam pelaksanaan Ujian Nasional, selain ada peserta

ujian juga ada pengawas. Pengawas tentunya bertugas untuk mengawasi jalannya

ujian dan menjaga ujian agar tetap tertib dan teratur. Seperti halnya siswa, pengawas

pun juga ada yang ‘nakal’. Pengawas yang semestinya menjaga jalannya ujian dari

segala bentuk kecurangan ternyata ada juga yang membiarkan kecurangan tersebut

terjadi. Seperti halnya pengawas yang membiarkan para peserta ujian menyontek atau

bertanya pada siswa lain. Pada peraturan tertulis bahwa pengawas tidak

diperbolehkan membawa ponsel ke dalam ruangan kelas, namun layaknya peserta

ujian mereka tetap saja ngeyel membawa ponselnya masuk kelas. Lalu bagaimana

pelaksanaan Ujian Nasional ini bisa berjalan lancar jika pengawas maupun pesertanya

tidak tertib?

Soal Ujian Nasional tentunya dibuat sama atau setara se-Indonesia dengan kode A

dan B. Para pembuatnya pun sudah benar-benar pilihan. Soal yang dibuat disetarakan

antara sekolah favorit dan non-favorit.

Seperti kata pepatah, semakin tinggi jabatan seseorang semakin kompleks pula

godaan yang datang padanya. Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya

oknum pembuat soal Ujian Nasional. Misalnya, ada keluarga oknum yang memohon-

mohon agar diberi tahu kunci jawaban UN pada si oknum padahal si oknum telah

diwanti-wanti pemerintah untuk tidak membocorkannya pada siapapun. Oknum pun

akan merasa bimbang karena dia sudah berjanji, namun jika dia tidak

Page 6: Tugas Esay Print

memberitahunya dia akan di-cap sebagai orang yang tidak mau membantu orang lain.

Posisi dilematis-lah yang seringkali menjerumuskan seseorang atau sekelompok

orang untuk menghalalkan segala cara. Pembuat soal yang merasa finansial yang

diperolehnya tidak seperti yang diharapkan rawan sekali mengubah dirinya menjadi

oknum yang menyebarkan kunci jawaban pada para peserta UN.

Hal-hal yang telah disebutkan di atas itulah yang menyebabkan munculnya pro-

kontra Ujian Nasional di Indonesia. Ujian Nasional yang seharusnya menjadi sebuah

kompetisi besar bagi para siswa ternyata banyak pula yang menjadikannya momok

menakutkan. Ujian Nasional yang seharusnya dapat menjadi tolok ukur kualitas

sekolah dan kualitas siswa ternyata banyak kecurangan di sana-sini yang

menyebabkan hasil Ujian Nasional tidak murni.

Selain melihat segi kekurangan, kita juga harus melihat sisi kebaikannya. Jika tidak

ada Ujian Nasional, penilaian kualitas suatu sekolah tidak mudah. Karena tidak ada

yang dijadikan tolok ukur secara nasional. Siswa baru yang akan melanjutkan ke

tingkat berikutnya harus belajar kembali untuk mengikuti tes masuk. Sekolah yang

mencari siswa baru pun kesulitan. Jika sekolah tersebut menggunakan nilai rapor,

padahal standar nilai di tiap-tiap sekolah berbeda, maka akan merepotkan. Dan jika

menggunakan tes masuk, sekolah pun harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit

untuk mengurusi segala keperluan tes tersebut.

Kesimpulannya, Ujian Nasional masih perlu dilaksanakan. Kenaikan standar

kelulusan juga sangat perlu karena pada kenyataannya kualitas pendidikan kita berada

jauh di bawah negara lain. Selain meningkatkan standar kelulusan, pemerintah

hendaknya mengawasi secara ketat perihal jalannya Ujian Nasional agar tetap lancar

dan sportif.

Semua kalangan (Pemerintah, Lembaga Pendidikan, Kepala Sekolah, Guru, Siswa,

dan semua yang terkait dengan ujian nasional) hendaknya mengkaji tujuan mulia

diselenggarakannya ujian nasional. Hal ini dimaksudkan agar tujuan mulia ujian

nasional untuk meningkatkan mutu pendidikan dapat tercapai. Selain itu, biaya besar

yang dikeluarkan Pemerintah agar tidak sia-sia.

Page 7: Tugas Esay Print

Nama : Iin norhasanah

Kelas : 12 ipa 3

Tugas : ESAI

MENGAPA HARUS UN

Ujian Nasional adalah suatu tes tertulis untuk siswa yang berada di tingkatan

satuan pendidikan. Ujian Nasional (UN) berguna untuk menentukan kelulusan. Dari

perolehan nilai siswa kita mendapatkan gambaran kemampuan siswa di bidang

akademik yang cenderung fluktuatif disetiap tahunnya.

          Diperlukan biaya lebih kurang 580 milyar untuk pelaksanaan UN tersebut.

Biaya itu dipergunakan antara lain untuk mencetak soal, biaya pengawasan, biaya

pengoreksian, biaya pembuatan soal dan berbagai hal lainnya.

          Tahun ini, nilai akhir siswa diambil dari 60% nilai UN di tambah 40% nilai

ujian sekolah (US). Target kelulusan UN rata-rata nilai akhir minimum adalah 5.5.

selain itu nilai akhir tiap pelajaran tidak boleh dibawah 4.0. sukses UN adalah

harapan kita semua, apalagi bisa meraih nlai terbaik. Namun standar kelulusan yang

kian meningkat, kadang menjadi hal yang mengerikan bagi siswa. Mulai dari

persiapan menghadapi UN, bisa tidaknya siswa menjawab soal, sampai dengan bisa

tidaknya LJK nya terbaca komputer.

          Ujian nasional bersifat menyeluruh, dalam artian sekolah negeri maupun

swasta di seluruh Indonesia wajib bagi siswanya untuk mengikuti UN. Pada saat hasil

UN dipublikasikan, banyak siswa yang tidak lulus baik karena nilai yang di bawah

kelulusan minimal, sampai dengan LJK yang tidak terbaca oleh komputer.

          Banyak penyebab seorang siswa mendapat nilai minimum, namun yang paling

mencolok adalah karena setiap tahun nilai akhir kelulusan minimum terus meningkat

dari tahun ke tahun. Hal ini mengakibatkan ketertekanan mental siswa saat UN,

Page 8: Tugas Esay Print

sehingga saat menjawab soal tidak percaya diri dengan kemampannya. Ditambah lagi

dengan adanya beredar kunci jawaban UN yang dapat menjerumuskan siswa.

Umumnya kunci jawaban yang tersebar itu salah sehingga menyebabkan seorang

siswa tidak lulus UN.

          Lembar jawaban komputer (LJK) yang tidak terbaca oleh komputer juga

menghantarkan siswa pada jurang ketidak lulusan. Pasalnya LJK yang akan bisa

terbaca oleh komputer harus bersih, tidak boleh terlipat, dan mambulatkan obsen

“A”B”C”D”E”, hitamnya tidak boleh keluar lingkaran.

          Hal semacam ini sangat rentan terjadi. Di tingkat sekolah dasar misalnya siswa

SD yang cenderung kepada ketidak hati-hatian dalam melingkari  LJK membawa

mereka kepada kegagalan UN. Di tambah dengan kebersihan siswa SD yang sangat

minim, juga berperan membawa mereka pada ketidaklulusan.

          Di tingkat SMP dan SMA pun juga sering terjadi kesalahan dalam

memperlakukan LJK. Tidak jauh berbeda dengan tingkatan SD, siswa SMP dan SMA

banyak yang tidak lulus karena salah mengisi LJK. Dimulai dari penulisan nama,

paket soal dan melingkari jawaban. Ketidaksiapan mental dan kegugugpan pun siap

membawa para siswa berlabuh pada kegagalan. Kegugupan dan ketidaksiapan siswa

dalalam menjawab soal UN mengakibatkan tangan mereka berkeringat. Lama

kelamaan keringat yang terus bercucuran dari tangan para siswa, membasahi LJK.

Lalu apa hasilnya? Siswa tidak lulus. Hal inilah yang sangat disayangkan oleh kita

semua. Terkadang siswa yang salah mengisi LJK adalah siswa yang pintar. Tapi

karena ketidak hati hatian, maka mereka juga tidak lulus. Dari pernyataan yang

dijabarkan di atas dapat kita simpulkan bahwa UN tidak efektif sebagai penentu

kelulusan siswa.

          Alangkah baiknya UN ditiadakan, coba kita bayangkan, dana UN yang 580

milyar itu kita gunakan untuk membantu saudara kita yang ditimpa musibah, atau

pembangunan sekolah yang sangat bermanfaat bagi siswa. Tapi dengan adanya UN

dana tersebut minim manfaatnya.

Page 9: Tugas Esay Print

          Dengan tidak lulusnya siswa dalam UN, siswa gagal dalam 3 tahun perjuangan

di sekolah tingkat SMP dan SMA. Padahal UN hanya diadakan 3 hari, dan

dilaksanakan dalam waktu 6 x 120 menit. Apakah itu setimpal dengan perjuangan

siswa selama 3 tahun di sekolahnya?

          Solusi yang baik dari metode ini adalah mengumpulkan nilai hasil pendidikan

selama 3 tahun, untuk dijadikan nilai akhir siswa. Hasil nilai ini lebih mewakili

prestasi siswa selama mengikuti proses belajar di sekolahnya, dibanding UN yang

diadakan 3 hari.

          Tetapi, dengan akan diadakan UN tahun ini, maka “menghilangkan peranan

guru” karena kekakuannya. Perlu di ketahui dan jadi catatan penting bagi kita semua,

bahwa “guru lebih mengenal kemampuan siswa siswinya dari pada mesin pengelola

UN”.

Page 10: Tugas Esay Print

KORUPSI

Indonesia merupakan salah satu Negara dengan kasus korupsi tertinggi didunia.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan politik di Republik tercinta ini

dimanfaatkan sebagai celah untuk melakukan suap atau korupsi. Banyaknya kasus

korupsi yang akhir-akhir ini tidak hanya melibatkan nama pejabat yang masih aktif

bahkan para mantan pejabat telah melukai hati rakyat Indonesia. Mereka kecewa

bukan hanya dengan mental para pejabat negara namun juga kecewa atas buruknya

sistem pengawasan dan pelaksanaan operasional sebuah negara. Apalagi dengan

adanya wacana mengenai pengampunan atas para koruptor sehingga para koruptor

bisa bebas kembali setelah menikmati hasil dari korupsi tersebut.

Menurut saya pribadi, diperlukan sebuah hukuman berat bagi para koruptor sehingga

bisa membuat jera para koruptor dan membuat pejabat yang lain menjadi berfikir

kembali untuk melakukan korupsi ataupun penyuapan. Karena sekarang hukum yang

berlaku di Indonesia ini seolah-olah melindungi para koruptor dari jerat hukum.

Apalagi dengan buruknya sistem pemerintahan Indonesia bila dilihat dari kurang

maksimalnya tugas dari pihak KPK dalam mengatasi masalah korupsi yang telah

membuat masyarakat sudah tidak mau menaruh harapan lagi pada sebuah sistem

pemerintahan dan pengawasannya. dan jika dilihat dari sudut pandang agamapun,

korupsi jelas dianggap sebagai cara yang tidak baik dalam mengais rezeki karena

telah mengambil apa yang sebenarnya menjadi hak orang lain. Korupsi yg terjadi di

Indonesia ini juga tidak hanya melibatkan satu orang atau satu pihak saja, melainkan

banyak pihak yg turut serta dalam membantu proses korupsi tersebut. KPK selaku

pengawas dan pemberantas korupsi harus bisa lebih meningkatkan pengawasannya

terhadap oknum yg ingin melakukan korupsi. Dengan adanya kinerja yg baik dari

pihak pengawas korupsi, kasus korupsi di Indonesia ini minimal bias lebih berkurang

dan membuat para koruptor jera. Dan bagi para oknum yg ingin melakukan korupsi

akan berpikir kembali untuk melakukannya.