Esay Kondisi Fisik Kabupaten Jombang

download Esay Kondisi Fisik Kabupaten Jombang

of 17

Transcript of Esay Kondisi Fisik Kabupaten Jombang

KONDISI FISIK KABUPATEN JOMBANG

1. Kondisi Geografis Jombang merupakan satu dari kabupaten di Jawa Timur yang terletak di tengahtengah Propinsi Jawa Timur. Kabupaten Jombang memiliki letak yang sangat strategis, karena berada pada perlintasan jalur selatan jaringan jalan nasional Jakarta Surabaya dan jalan propinsi Malang-JombangBabat, serta dilintasi rencana jalan tol yang menghubungkan SurabayaMojokertoJombangNganjuk. Dalam skenario pengembangan sistem perwilayahan Jawa Timur, Kabupaten Jombang termasuk dalam kawasan Gerbangkertosusila Plus. Kabupaten Jombang memiliki luas wilayah sebesar 1.159,50 km, atau 2,5% dari wilayah Propinsi Jawa Timur. Jumlah penduduk Jombang pada tahun 2007 adalah 1.174.050 jiwa. Pusat kota Jombang terletak di tengah-tengah wilayah Kabupaten, memiliki ketinggian 44 meter di atas permukaan laut, dan berjarak 79 km (1,5 jam perjalanan) dari barat daya Kota Surabaya, ibu kota Propinsi Jawa Timur. Secara geografis, Kabupaten Jombang berada di antara 112o20 01 dan 112o 30 01 Bujur Timur serta antara 7o 20 01 dan 7o 45 01 Lintang Selatan. Batas-batas wilayah administrasi Kabupaten Jombang adalah: Sebelah Utara : Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Bojonegoro

Sebelah Selatan : Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang Sebelah Timur Sebelah Barat : Kabupaten Mojokerto : Kabupaten Nganjuk.

Keadaan iklim pada suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh faktor hujan. Kabupaten Jombang memiliki iklim tropis, dengan suhu rata-rata 27-34 C. Di kawasan pegunungan, suhu cukup sejuk sekitar 22 C. Wilayah Kabupaten Jombang memiliki beberapa bulan basah dengan tingkat curah hujan yang bervariasi. Bulan basah tertinggi terjadi pada sekitar bulan Nopember sampai Juni dengan curah hujan rata-rata tahunan berkisar 1.621 mm. Dengan demikian berdasarkan klasifikasi Schmidt Fergusson maka wilayah Kabupaten Jombang termasuk dalam tipe iklim B (basah). Sedangkan berdasarkan klasifikasi Oldeman yang mendasarkan pada jumlah bulan basah dan kering, maka Kabupaten Jombang termasuk ke dalam tipe D4.

Grafik 1. Curah Hujan Rata-rata Kabupaten Jombang

Sumber: Kabupaten Jombang dalam Angka, 2005/2006

Secara administratif, Kabupaten Jombang terdiri dari 21 kecamatan, yang meliputi 302 desa dan 4 kelurahan, serta 1.258 dusun. Berikut ini adalah pembagian wilayah administratif Kabupaten Jombang:

Tabel 1. Pembagian Wilayah Administratif Kanupaten Jombang No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Kecamatan Bandar Kedungmulyo Perak Gudo Diwek Ngoro Mojowarno Bareng Wonosalam Mojoagung Sumobito Jogoroto Peterongan Jombang Megaluh Tembelang Kesamben Jumlah Desa/Kelurahan 11 13 18 20 13 19 13 9 18 21 11 14 20 13 15 14 Jumlah Dusun 42 36 75 100 82 68 50 48 60 76 46 56 72 41 65 61

17 18 19 20 21

Kudu 11 Ngusikan 11 Ploso 13 Kabuh 16 Plandaan 13 Jumlah 306 Sumber data: Bappeda Kabupaten Jombang

47 39 50 87 57 1.258

Tabel 2. Tinggi dan Luas Daerah Menurut Kecamatan 2009 Letak Ketinggian (m) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Kecamatan Bandar Kedung Mulyo Perak Gudo Diwek Ngoro Mojowarno Bareng Wonosalam Mojoagung Sumobito Jogoroto Peterongan Jombang Megaluh Tembelang Kesamben Kudu Ngusikan Ploso Kabuh Plandaan 700 7,22 Luas (km2 ) 32,50 29,05 34,39 47,70 49,86 78,62 94,27 121,63 60,18 47,64 28,28 29,47 36,40 28,41 32,94 51,72 77,75 34,98 25,96 97,35 120,40

Kabupaten Jombang

1.101,52

50,76

7,22

1.159,50

Sumber: Kabupaten Jombang Dalam Angka 2010

Peta Adminstrasi Kabupaten Jombang

2. Kondisi Geologi Kabupaten Jombang memiliki struktur geologi yang bervariasi, masing-masing jenis keadaan struktur geologi dibagi dalam 7 (tujuh) jenis yaitu plitosen fasies gunung api, plistosen fasies sedimen, alluvium fasies gunung api, pleistosen fasies sediemen, hasil gunung api kwarter tua, hasil gunung api kwarter muda dan aluvium. Keseluruhan struktur geologi diatas didominasi oleh jenis batuan dari hasil gunung api yang mempunyai ciri serta sifat mudah lapuk dengan kecenderungan menjadi tanah subur. Berdasarkan jenis batuan tersebut Kabupaten Jombang termasuk endapan alluvium dan kwarter dari gunung api baik yang berupa kerikil, pasir, tuff, maupun lempung. Batuan ini banyak mengandung unsur hara, oleh karena itu banyak dimanfaatkan untu lahan pertanian irigasi dan perkembangan permukiman. Menurut Van Bemmelen, Kabupaten Jombang termasuk dalam Zone Solo dan Zone Kendeng Ridge. Yang termasuk Zone Solo yaitu Jombang bagian Selatan (selatan Sungai Brantas). Zone Solo merupakan depresi yang ditumbuhi oleh vulkan-vulkan kuarter. Zone ini terdiri dari tiga sub-zone, yaitu: a. Sub-Zone Litar, suatu depresi yang membatasi Pegunungan Selatan dengan vulkanvulkan di depresi tengah; b. Solo Sensu Stricto, yaitu bagian tengah yang diisi oleh vulkan-vulkan kuarter; c. Sub-Zone Ngawi, yaitu depresi yang membatasi vulkan-vulkan di depresi tengah Pegunungan Kendeng. Pada umumnya vulkan-vulkan kuarter telah mengalami collapse karena tumbuh di atas sedimen yang plastis. Vulkan kuarter yang ada di Jombang bagian selatan yaitu kompleks Anjasmoro-Arjuno-Kawi-Butak-Welirang-Kelud. Bagian paling tua dalam kompleks ini adalah Gunung Anjasmoro, bahkan tertua pada zone Solo. Di kaki utara vulkan ini terbentuk Jombang Layer yang oleh Duyfjes ditaksir berumur Pleistosen Tengah bagian akhir, tetapi Van Bemmelen menaksirnya berasal dari Pleistosen Akhir karena lapisan ini menutupi Kabuh Layer yang berumur Pleistosen Tengah. Vulkan Anjasmoro telah pecah menjadi beberapa blok yang tidak teratur, dan di sebelah utaranya terjadi pelipatan lemah Lapisan Jombang di delta Brantas, membentuk Antiklin Jombang, Pojok, Watudakon, Sekarputih, dan Kedungwaruh. Belum ada penelitian mendalam apakah ada hubungan patahan blok Anjasmoro dengan pelipatan yang terjadi di sebelah utaranya, tetapi sangat mungkin terjadi hubungan mutual efek samping dari tektonik gravitasional.

Bagian tua dalam kompleks ini adalah Gunung Ar juna tua. Puncaknya yang semula adalah Gunung Ringgit pada sekarang ini. Gunung Arjuna tua dibangun di ujung selatan Geosinklin Jawa Utara yang dasarnya berupa batuan sedimen marin neogen dan kuarter. Permukaan sedimen pra-Miosen di dasar gunung ini miring ke utara. Karena Gunung Arjuno Tua tumbuh semakin berat maka lapisan sedimen tidak dapat menahan beratnya sehingga akhirnya Gunung Arjuna Tua mengalami collapse, sisi utaranya meluncur ke utara dan menekan lapisan sedimen Plio-Pleistosen di kaki utaranya dan terbentuklah antiklin Bangil-Raci. Puncak Gunung Arjuna Tua bergeser ke utara dan menjadi lebih rendah, yang sekarang dikenal sebagai Gunung Ringgit (2.474 m). escarpment dari slip-fault tadi masih nampak di Alas Ridge. Setelah Arjuna Tua mengalami collapse, maka di atasnya tumbuh Gunung Arjuno Muda yang sekarang (3.339 m). Di ujung barat antklin Bangil-Raci, terbentuk vulkan kecil dan muda Gunung Penanggungan. Gunung Kelud, Kawi, Butak dan Welirang merupakan vulkan-vulkan muda yang terbentuk pada periode Holosen. Vulkan-vulkan ini menutupi struktur vulkanis tua dan juga sebagian menutupin escarpment Pegunungan Selatan. Jombang bagian Utara (utara Sungai Brantas) termasuk dalam Zone Kendeng Ridge. Zona Kendeng juga sering disebut Pegunungan Kendeng dan adapula yang menyebutnya dengan Kendeng Deep. Pegunungan Kendeng merupakan antiklinorium berarah barat-timur. Zone ini merupakan pelipatan yang makin ke timur makin membenam di bawah delta Sungai Brantas Pada bagian utara berbatsan dengan Depresi Randublatung, sedangkan bagian selatan bagian jajaran gunung api (Zona Solo). Zona Kendeng merupakan kelanjutan dari Zona Pegunungan Serayu Utara yang berkembang di Jawa Tengah. Mandala Kendeng terbentang mulai dari Salatiga ke timur sampai ke Mojokerto dan menunjam di bawah alluvial Sungai Brantas, kelanjutan pegunungan ini masih dapat diikuti hingga di bawah Selat Madura. Menurut Stille, fase pengangkatan di Kendeng terjadi dari arah Pegunungan Serayu ke timur dengan interval sekitar satu juta tahun. Kendeng ridge dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: a. Kendeng Barat/awal (Ungaran lembah transversal sebelah utara Ngawi), daerah ini terangkat pada Pleistosen Bawah; b. Kendeng Tengah (Utara Ngawi Jombang), terangkat pada Pleistosen Tengah; c. Kendeng Timur (Jombang mendekati Surabaya), terangkat pada Pleistosen Akhir/Atas.

Pegunungan Kendeng ini membenam ke arah timur di bawah endapan alluvial muda delta Sungai Brantas. Sedikit demi sedikit antiklin bagian selatan menghilang dan akhirnya hanya antiklin di bagian utara yang mencapai Surabaya, yaitu Kedungwaru dan Guyangan. Menurut Van Bemmelen, pada periode Holosen, Kendeng Barat dan tengah sudah terangkat sedang bagian timur masih mengalami penurunan. Hal ini didasarkan pada kenampakan tanah hitam dalam sumur artesis pada kedalaman 120 m di bawah permukaan laut, padahal tanah hitam tersebut merupakan hasil pelapukan daratan. Maclaine Pont (1928) mengemukakan bahwa pada abad pertengahan sampai tahun 1936 muara Sungai Brantas masih dilayari sampai ke Mojokerto. Keterangan Maclaine tersebut memperkuat pendapat Van Bemmelen, dan mengganggap bahwa pendapat Stille sebagai overschematiszed. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Van Bemmelen, disimpulkan bahwa Pegunungan Kendeng telah mengalami pelipatan dan pengangkatan sebanyak tiga kali, yaitu pelipatan yang berkaitan dengan collapse yang dialami Geantiklin Jawa, vulkanvulkan di Zone Solo, dan pengangkatan karena dorongan magma dari dalam. Pada periode Pleistosen Tengah, Kendeng Barat mengalami pelipatan intensif yang sudah mulai pada periode Pleistosen Bawah sebagai akibat tekanan dari arah selatan pada waktu Geantiklin Jawa mengalami collapse (terbentuknya depresi tengah Jawa). Pada periode ini Kendeng Tengah juga mengalami pelipatan yang sama, tetapi Kendeng Timur dan dan Selat Madura terus mengalami penurunan. Memasuki periode Pleistosen Atas terjadi lagi pelipatan secara lokal di Kendeng Barat karena volcano-tectonic collapse yang dialami vulkan-vulkan di zone Solo. Kendeng Timur pada masa ini juga mengalami pelipatan lemah, demikian juga sisi selatan pulau Madura. Periode Holosen, terjadi pengangkatan di Kendeng Barat dan Tengah sebagai penggelombangan imigrasi dimana pengangkatan di backdeep, sementara Kendeng Timur dan Selat Madura terus mengalami penurunan.

3. Kondisi Morfologi Menurut zone morfologi Jawa, Jombang termasuk zone tengah yang banyak ditumbuhi vulkan, baik yang bersifat aktif maupun yang yang mati, sub zone Ngawi, depresi antara vulkan di zone tengah dengan Kendeng Ridge. Hal ini berhububngan erat dengan ciri-ciri masih terasa adanya kemiringan 0-20%, walaupun derajatnya kecil. Morfologis ini terbentuk karena proses alluvial dan bahaya dari gunung api. Ketinggian

dari laut rata-rata 40 5.885,475 5,05 Sumber: Penyusunan Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Jombang Tahun 2009 Kemiringan lereng tersebut ditempati oleh kecamatan-kecamatan di Jombang dengan uraian berikut ini: 1. Kemiringan lereng 0-2% meliputi seluruh kecamatan di Kabupaten Jombang, kecuali Kecamatan Wonosalam, Kudu dan Ngusikan; 2. Kemiringan lereng 3-15% meliputi sebagian wilayah Kecamatan Mojowarno, Bareng, Wonosalam, Mojoagung, Jombang, Kudu, Ngusikan, Kabuh dan Plandaan; 3. Kemiringan lereng 16-40% meliputi sebagian wilayah Kecamatan Bareng, Wonosalam, Mojoagung, Kudu, Ngusikan, Kabuh dan Plandaan; 4. Kemiringan lereng >40% meliputi sebagian wilayah Kecamatan Bareng; Wonosalam, Mojoagung, Ngusikan, dan Plandaan.

Tabel 4. Luas Daerah Menurut Kemiringan Tanah 2009 Kemiringan (derajat) No 1 2 3 4 Kecamatan Bandar Kedung Mulyo Perak Gudo 0-2% 4.360 2.890 4.300 5.500 2-5% 15-40%-

>40% -

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Diwek Ngoro Mojowarno Bareng Wonosalam Mojoagung Sumobito Jogoroto Peterongan Jombang Megaluh Tembelang Kesamben Kudu Ngusikan Ploso Kabuh Plandaan

4.637 6.425 3.700 4.550 4.763 2.660 2.890 3.975 4.540 3.310 7.500 0 0 2.250 3.200 3.825 75.275

525,0 1.475,0 4.421,4 225,0 125,0 1.200,0 300,0 6.125,0 6.725,0 21.121,4

225 1.350 3.950 125 225 75 225 850 7.025

175 125 6.629 150 525 150 7.753,6

Kabupaten Jombang

75.275 21.121,4 Sumber: Kabupaten Jombang Dalam Angka 2010

7.025

7.753,6

Secara geologis, wilayah Kabupaten Jombang didominasi oleh struktur geologi Alluvium (48,33 %), hasil gunung api kwarter tua (22,08 %), dan hasil gunung api kwarter muda (14,65 %). Sedangkan jenis tanah di wilayah Kabupaten Jombang didominasi oleh Regosol Coklat Keabuan, Latosol Coklat Kemerahan dan Alluvial Kelabu. Kondisi ini tidak terlepas dari keberadaan wilayah Kabupaten Jombang yang berada di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas. Struktur litologi di Kabupaten Jombang terbagi atas tiga bagian besar, yaitu Litologi Jombang bagian utara yang tersusun oleh batuan sedimen berupa napal tak berlapis, berwarna putih kekuningan sampai abu kebiru-biruan bersifat napalan atau pasiran dan berlapis baik. Jombang bagian tengah tersusun oleh endapan aluvial dan endapan sungai terutama di sekitar Sungai Brantas, berupa material lepas dominan

berukuran lempung sampai kerikil. Bagian selatan Jombang tersusun atas batuan volkanik, berupa breksi volkanik dan di beberapa tempat dijumpai andesit dengan warna segar abu-abu cerah, warna lapuk agak kehitaman. Berdasarkan ciri-ciri fisik tanahnya, Kabupaten Jombang dapat dibagi menjadi tiga kawasan utama yaitu: 1. Kawasan utara, berada di sebelah utara Sungai Brantas, merupakan bagian dari pegunungan kapur yang sebagian besar mempunyai fisiologi mendatar dan sebagian lagi berbukit-bukit, meliputi Kecamatan Plandaan, Kabuh, Ploso, Kudu, dan Ngusikan; 2. Kawasan tengah, berada di sebelah selatan Sungai Brantas, sebagian besar merupakan tanah pertanian yang cocok untuk tanaman padi dan palawija karena memiliki sistem irigasi yang cukup bagus, meliputi Kecamatan Bandarkedungmulyo, Perak, Gudo, Diwek, Mojoagung, Sumobito, Jogoroto, Peterongan, Jombang, Megaluh, Tembelang, dan Kesamben; 3. Kawasan selatan, berada di sebelah tenggara Kabupaten Jombang, merupakan tanah pegunungan (kompleks Gunung Anjasmoro) yang cocok untuk tanaman perkebunan, meliputi Kecamatan Ngoro, Bareng, Mojowarno, dan Wonosalam.

Jenis Tanah Tanah merupakan lapisan terluar dari kontur yang relative tidak padu sebagai akibat pelapukan batuan induk dibawah kondisi iklim dan topografi tertentu yang mempunyai sifat dan cirri tertentu serta merupakan akibat kehidupan flora dan fauna yang persebaranya mengikuti zone-zone geografi (Dokachaev dalam Juarti, 1992/1993:5). Jenis tanah di Kabupaten Jombang didominasi oleh asosiasi mediteran coklat dan grumosol kelabu, kompleks andosol coklat, andosol coklat kekuningan dan litosol, grumosol kelabu tua, alluvial kelabu, dan asosiasi litosol dan mediteran merah. Adapun sebaran jenis tanah yang mendominasi di wilayah Kabupaten Jombang adalah sebagai berikut: 1. Asosiasi mediteran coklat dan grumosol kelabu tersebar di wilayah Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Perak, Gudo, Diwek, Mojowarno, Bareng, Mojoagung, Sumobito, Jogoroto, Peterongan, Jombang dan Ngoro; 2. Kompleks andosol coklat, andosol coklat kekuningan, dan litosol tersebar di wilayah Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Perak, Gudo, Diwek, Sumobito,

Peterongan, Jombang, Megaluh, Tembelang, Kesamben, Kudu, Ngusikan, Ploso, Kabuh dan Plandaan; 3. Tanah grumosol kelabu tua di wilayah Kecamatan Ploso, Plandaan, Kabuh, Kudu dan Ngusikan; 4. Alluvial kelabu terletak di Mojowarno, Bareng dan Mojoagung; 5. Asosiasi latosol dan mediteran merah tersebar di Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Perak, Jombang, Megaluh, Kudu, Ngusikan, dan Plandaan.

Tata Guna Lahan Kondisi tata guna tanah wilayah Kabupaten Jombang pada tahun 2007 meliputi daerah pemukiman seluas 27.852,80 ha (24,02%); lahan sawah seluas 50.100,83 ha (43,21%); tegalan seluas 13.617,36 ha (11,74%); hutan seluas 22.562,00 ha (19,46%); kawasan industri seluas 122,28 ha (0,11%), perkebunan seluas 675,98 ha (0,58%) dan lainnya seluas 1.012,61 ha (0,88%).

Grafik 2. Penggunaan Lahan Kabupaten Jombang Tahun 2007

Sumber: Bappeda Kabupaten Jombang

Hutan merupakan daerah yang berfungsi sebagai daerah penyimpan air dan daerah penyangga yang berfungsi untuk keseimbangan alam. Namun hutan juga dapat dieksploitasi sehingga memberi manfaat ekonomi. Hutan di Kabupaten Jombang dibagi ke dalam empat fungsi, yaitu hutan lindung seluas 873,10 ha, hutan produksi seluas 14.868,10 ha, hutan suaka alam/hutan wisata/ taman nasional seluas 2.864,70 ha, dan lainnya seluas 1.045,70 ha.

Lahan Kritis Lahan Kritis merupakan lahan yang keadaan fisiknya demikian rupa sehingga lahan tersebut tidak dapat berfungsi secara baik sesuai dengan peruntukannya sebagai media produksi maupun sebagai media tata air. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya lahan kritis diantaranya sebagai berikut: 1. Perambahan hutan 2. Penebangan liar 3. Kebakaran hutan 4. Pemanfaatan sumberdaya hutan yang tidak berazaskan kelestarian 5. Penataan zonasi kawasan belum berjalan 6. Pola pengelolaan lahan yang tidak konservatif 7. Pengalihan status lahan (berbagai kepentingan)

Akibat yang ditimbulkan dari lahan kritis sebagai berikut: 1. Daya resap tanah terhadap air menurun sehingga kandungan air tanah berkurang yang mengakibatkan kekeringan pada musim kemarau; 2. Terjadinya arus permukaan tanah pada waktu musim hujan yang mengakibatkan bahaya banjir dan longsor. 3. Menurunnya kesuburan tanah, dan daya dukung lahan serta keanekaragaman hayati.

Luas lahan kritis sampai dengan tahun 2007 sebesar 42.675,366 ha atau 36,805% dari wilayah Kabupaten Jombang. Luas lahan kritis tersebut mengalami penurunan sebesar 14,90 % atau seluas 7.474,100 ha dibanding tahun 2003.

Lahan kritis tersebut dikelompokkan dalam empat tingkat kekritisan, yaitu potensial kritis, agak kritis, kritis dan sangat kritis. Lahan kritis tersebut tersebar di 21 kecamatan, terdiri dari lahan berpotensi kritis seluas 28.730,896 ha, lahan agak kritis seluas 13.661,858 ha, lahan kritis seluas 282,612 ha dan berkriteria sangat kritis seluas 0 ha. Lahan kritis terluas berada di Kecamatan Wonosalam dengan luas 6.032,955 ha, di Kecamatan Kabuh dengan luas 4.431,894 ha, dan Kecamatan Bareng mencapai 4.156,117.

4. Kondisi Hidrologi Kabupaten Jombang memiliki beberapa aliran sungai. Hampir seluruh wilayah Kabupaten Jombang masuk dalam daerah aliran Sungai Brantas. Sungai-sungai utama yang melintasi wilayah Kabupaten Jombang yaitu Sungai Brantas, Kali Konto, Kali Gunting, Kali Ngotok Ringkanal, Kali Gudo, Kali Afvour Besuk, dan Kali Jombang yang sebagian besar berhulu di Pegunungan Arjuno. Sungai Brantas merupakan sebuah sungai yang terbesar dan terpanjang di Jawa Timur, bahkan merupakan sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo. Sungai Brantas bermata air di Desa Sumber Brantas Kota Batu, lalu mengalir melewati Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, Mojokerto. Di Kabupaten Mojokerto sungai ini bercabang menjadi dua, yaitu Kali Mas yang mengarah ke Surabaya dan Kali Porong yang mengarah ke Porong, Kabupaten Sidoarjo. Kali Brantas mempunyai DAS seluas 11.800 km atau dari luas Propinsi Jawa Timur. Panjang sungai utama 320 km mengalir melingkari sebuah gunung berapi yang masih aktif yaitu Gunung Kelud. Curah hujan rata-rata mencapai 2.000 mm per-tahun dan dari jumlah tersebut sekitar 85% jatuh pada musim hujan. Potensi air permukaan pertahun rata-rata 12 miliar m. Potensi yang termanfaatkan sebesar 2,6-3,0 miliar m per-tahun. Berdasarkan kondisi geologi dan hidrogeologi, Kabupaten Jombang termasuk dalam wilayah Sub Cekungan Air Bawah Tanah Mojokerto, yang merupakan bagian dari cekungan air bawah Brantas yang sebarannya berada di wilayah Sungai Brantas. Aliran air bawah tanah di wilayah Kabupaten Jombang dibagi menjadi dua bagian, yaitu aliran air bawah tanah yang mengalir ke sungai Brantas dari arah barat-selatan (wilayah cekungan air bawah tanah KediriNganjuk dan perbukitan vulkanik/Wonosalam), dan aliran air bawah tanah yang mengalir ke sungai Brantas dari utara (wilayah perbukitan struktural/Kabuh).

Tabel 5. Nama, Panjang, dan Debit Air Sungai di Kabupaten Jombang Tahun 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Nama Sungai Brantas Konto Kediri Pait Tengah Bening Sembung Jarak Pakel Jiken Krisik Gogor Bengawan Putih Catak Banteng Gunting Jurang Jero Sumber Aren Pasinan Mangir Gondang Marmoyo Bancang Gembyang Kabuh Kulak Peleman Katemas Made Kromong Panjang (km) 44,261 14,119 2,300 7,250 10,700 12,800 12,800 5,245 4,850 4,850 6,000 7,250 8,750 12,876 12,375 6,075 2,880 5,300 3,800 23,860 7,000 1,500 12,000 8,300 8,450 10,440 8,000 3,250 Debit Air (M3/dt) Maksimum 439,330 71,502 41,318 12,065 21,932 37,194 49,956 39,204 19,602 30,199 28,707 23,634 38,634 61,635 13,707 7,672 8,883 18,634 14,496 53,484 14,761 13,089 47,969 14,803 15,547 19,578 18,478 17,696 Minimum 21,967 2,599 3,085 1,938 1,595 2,628 1,225 1,488 0,872 0,885 0,876 1,426 1,298 1,736 1,829 0,736 0,640 0,955 0,950 1,841 0,712 0,736 0,963 0,612 0,649 0,728 0,728 0,699

29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42

Door Beng Pelabuhan Ngotok Ring Kanal Jombang Jombang Wetan Jombang Kulon Kuwik Sumber Pangkat Langkap Maling Wungu Seloatep Pancir

5,500 3,500 2,500 27,846 4,250 6,115 8,250 5,000 1,938 4,000 1,000 8,000 5,111 5,000

24,719 32,245 12,968 70,445 29,712 19,482 13,578 13,965 6,248 4,806 6,230 6,548 23,707 47,414

1,935 2,438 0,701 4,910 1,935 1,728 0,947 0,869 0,660 0,609 0,716 0,840 1,061 1,948

Sumber: Kabupaten Jombang Dalam Angka 2010

Di Kabupaten Jombang juga mempunyai waduk/embung yang di gunakan untuk mengairi sawah. Berikut ini adalah data waduk yang ada di Kabupaten Jombang:

Tabel 6. Nama, Luas, Volume Waduk dan Kemampuan Waduk Mengairi Sawah 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nama Waduk/Embung Kepuhrejo Grogol Mangunan Kradenan Brumbung Sempal Karangjati Karangpakis Ngabar Luas Waduk (Ha) 2,00 1,93 5,00 1,50 1,50 4,50 1,10 1,50 1,25 Volume (m3 ) 40.000,00 38.600,00 100.000,00 30.000,00 30.000,00 90.000,00 22.000,00 30.000,00 22.000,00 Luas Sawah 51,00 46,00 98,00 17,00 25,00 29,00 17,00 22,00 10,00

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Tanjung Wadung Bangsri Plabuhan Sidowayah Glugu Grojokan Banjardowo Sumbergondang Banjaragung Kalak

1,25 3,05 3,48 1,00 0,48 5,00 2,50 4,00 0,70 0,30

25.000,00 39.650,00 73.080,00 15.000,00 9.600,00 234.500,00 13.726,00 212.300,00 10.416,00 12.350,00

79,00 10,00 20,00 8,00 8,00 781,00 20,00 150,00 7,00 20,00

Sumber: Kabupaten Jombang Dalam Angka 2010

KONDISI FISIK KABUPATEN JOMBANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Geografi Pengembangan Wilayah Yang Dibina Oleh Ibu Satti Wagistina

Oleh: Mohammad Haris Muzakki 109821417290

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN GEOGRAFI Pebruari 2011