Tugas Blok 29

35
Eirene Megahwati Paembonan 102012082 TUGAS BLOK 29 1. GLAUKOMA AKUT Glaukoma akut merupakan presentasi klinis dari glaukoma sudut tertutup. Kondisi ini merupakan keadaan gawat darurat. Etiologi Glaukoma sudut tertutup akut ditandai dengan tekanan intraokular (TIO) yang meningkat secara mendadak, dan terjadi pada usia lebih dari 40 tahun dengan sudut bilik mata sempit. Cairan mata (aqueous humor) yang berada di belakang iris tidak dapat mengalir melalui pupil sehingga mendorong iris ke depan, mencegah keluarnya cairan mata melalui sudut bilik mata (mekanisme blokade pupil). Klasifikasi Secara umum glaukoma sudut tertutup dapat dibagi menjadi: Tersangka sudut tertutup: pada pemeriksaan gonioskopi terlihat kontak iridotrabekular pada 3 kuadran atau lebih. Tekanan intraokular, lapang pandang, dan diskus optik normal. Sudut tertutup primer: pada pemeriksaan gonioskopi terlihat kontak iridotrabekular pada 3 kuadran atau lebih dengan peningkatan TIO dan/ sinekia posterior-anterior, diskus optik dan lapang pandang normal. Glaukoma sudut tertutup primer: pada pemeriksaan gonioskopi terlihat kontak iridotrabekular pada 3 kuadran atau lebih, peningkatan TIO dengan neuropati optik dan gangguan lapang pandang. Pemeriksaan Mata Pemeriksaan fisik mata lengkap Pemeriksaan segmen anterior o Palpebra: baik posisi, kulit, bulu mata, lacrimal/eversi punctum. o Konjungtiva: tarsal dan bulbi. o Kornea (jernih, edem, sikatriks, foreign body)

description

EYE EMERGENCY

Transcript of Tugas Blok 29

Page 1: Tugas Blok 29

Eirene Megahwati Paembonan102012082

TUGAS BLOK 29

1. GLAUKOMA AKUT

Glaukoma akut merupakan presentasi klinis dari glaukoma sudut tertutup. Kondisi ini merupakan keadaan gawat darurat.Etiologi

Glaukoma sudut tertutup akut ditandai dengan tekanan intraokular (TIO) yang meningkat secara mendadak, dan terjadi pada usia lebih dari 40 tahun dengan sudut bilik mata sempit. Cairan mata (aqueous humor) yang berada di belakang iris tidak dapat mengalir melalui pupil sehingga mendorong iris ke depan, mencegah keluarnya cairan mata melalui sudut bilik mata (mekanisme blokade pupil).

KlasifikasiSecara umum glaukoma sudut tertutup dapat dibagi menjadi: Tersangka sudut tertutup: pada pemeriksaan gonioskopi terlihat kontak iridotrabekular

pada 3 kuadran atau lebih. Tekanan intraokular, lapang pandang, dan diskus optik normal.

Sudut tertutup primer: pada pemeriksaan gonioskopi terlihat kontak iridotrabekular pada 3 kuadran atau lebih dengan peningkatan TIO dan/ sinekia posterior-anterior, diskus optik dan lapang pandang normal.

Glaukoma sudut tertutup primer: pada pemeriksaan gonioskopi terlihat kontak iridotrabekular pada 3 kuadran atau lebih, peningkatan TIO dengan neuropati optik dan gangguan lapang pandang.

Pemeriksaan MataPemeriksaan fisik mata lengkapPemeriksaan segmen anterior

o Palpebra: baik posisi, kulit, bulu mata, lacrimal/eversi punctum.o Konjungtiva: tarsal dan bulbi.o Kornea (jernih, edem, sikatriks, foreign body)o Pupil: ukuran, bentuk, erosi, laserasi,arcus senilis(isokor)o Refleks cahaya: langsung dan tidak langsung.o Camera oculi anterior: dangkal atau dalam.o Lensa: shadow test

Pemeriksaan visusPemeriksaan visus jarak jauh: meminta pasien duduk pada jarak 5 atau 6 meter

dari Snellen chart, lalu meminta pasien untuk menutup sebelah mata dengan telapak tangan, pemeriksaan dimulai dari sebelah kanan, meminta pasien untuk melihat ke depan tanpa melirik, meminta pasien menyebutkan angka/huruf/symbol yang ditunjuk dari yang besar sampai yang terkecil, menyebutkan hasil pemeriksaan: normal (6/6 atau 20/20), bila visus pasien tidak normal maka dilakukan pinhole untuk melihat adanya perbaikan visus (kelainan pada media refraksi atau tidak (kelainan organik)), menyebutkan hasil pemeriksaan dengan pinhole.

Page 2: Tugas Blok 29

Pemeriksaan visus jarak jauh buruk. Pasien tidak dapat melihat Snellen chart (visus 6/60) atau tidak dapat melihat huruf terbesar diSnellen chart, maka minta pasien untuk duduk pada jarak 5 atau 6 meter dari Snellen chart, kemudian meminta pasien untuk menutup sebelah mata dengan telapak tangan, pemeriksaan dimulai dari mata kanan, minta pasien untuk melihat ke depan tanpa melihat.

o Finger counting test: meminta pasien menyebutkan jari yang ditunjuk pemeriksa dengan latar belakang putih (kertas, baju) dengan jarak 1 meter kemudian mundur 2-5 meter. Catat hasil pemeriksaan 1/60-5/60)

o Hand movement test: jika pasien tidak dapat melihat finger counting pada jarak 1 meter, periksalah hand movement dengan melambaikan tangan ke kiri ke kanan atau ke atas ke bawah dengan jarak 1 meter. Catat hasil pemeriksaan (visus 1/300).

o Light projection test: apabila tidak dapat melihat lambaian tangan, periksalah dengan memberikan sinar lampu (senter/penlight) dari superior, inferior, nasal dan temporal. Pasien diminta untuk menyebutkan arah sinar tersebut. Hasil pemeriksaan visus 1/~.

Biasanya pada glaukoma akut: didapatkan penurunan tajam penglihatan mendadak (biasanya visus <6/60).

Pemeriksaan segmen posterior (funduskopi)Pemeriksaan dilakukan di ruangan gelap, aturlah oftalmoskop sehingga ada

dalam posisi normal angka 0, sesuaikan ukuran lensa oftalmoskop kurang lebih sama dengan keadaan refraksi pasien (kalau diketahui), peganglah oftalmoskop dengan cara menggenggam bagian pegangannya, sedangkan jari telunjuk berada panel pengatur ukuran lensa, pemeriksaan memegang oftalmoskop dengan tangan kanan, dan melihat melalui oftalmoskop dengan mata kanan demikian sebaliknya, pasien duduk tenang, pandangan difiksasi pada 1 titik jauh, tempatkan oftalmoskop mulai jarak 15-30 cm di depan mata penderita. Cahaya oftalmoskop diarahkan ke dalam pupil pasien sambil pemeriksa terus mendekat ke arah pasien.

Penilaian pada refleks fundus: positif kanan dan kiri (biasanya dimulai selalu dari mata kanan, kecuali bila di mata kanan tidak ditemukan refleks funduskopi. Apabila ditemukan salah satu refleks lebih buruk, maka pemeriksaan funduskopi dimulai dari mata yang refleks fundusnya lebih baik.

Nilai vitreus (jernih/tidak), papil (warna, bentuk, batas jelas/tidak), C/D ratio, ratio arteri dengan vena, macula lutea, retina (eksudat, perdarahan, ablation). Laporkan hasil pemeriksaan, dan ulangi pada mata kontralateral.

Pemeriksaan gerak bola mataPemeriksa berdiri 33 cm di depan pasien, cek pergerakan bola mata ke 8 arah,

laporkan hasilnya dan ditulis dalam bagan seperti mata angin.

Pemeriksaan tekanan bola mataPemeriksaan tekanan bola mata dilakukan dengan alat yang dinamakan

tonometer. Pemeriksaan tekanan yang dilakukan dengan tonometer pada bola mata dinamakan tonometri. Tonometri Schiotz merupakan alat yang praktis sederhana. Pengukuran tekanan bola mata dinilai secara tidak langsung yaitu dengan teknik melihat daya tekan alat pada kornea karena itu dinamakan juga tonometri indentasi Schiotz. Dengan tonometri Schiotz dilakukan indentasi (penekanan) terhadap permukaan kornea. Bila suatu beban tertentu memberikan kecekungan pada kornea maka akan terlihat perubahan pada skala Schiotz. Makin rendah tekanan bola mata makin mudah bola mata ditekan, yang pada skala akan terlihat angka skala yang lebih

Page 3: Tugas Blok 29

besar. Hal ini juga berlaku sebaliknya. Angka skala yang ditunjuk dapat dilihat nilainya di dalam tabel untuk mengetahui keasaman tekanan dalam mmHg, Transformasi pembacaan skala tonometer ke dalam tabel akan menunjukkan tekanan bola mata dalam mmHg. Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien ditidurkan dengan posisi horizontal dan mata ditetesi dengan obat anestesi topical atau pantokain 0,5%. Tonometer Schiotz kemudian diletakkan di atas permukaan kornea, sedang mata yang lainnya berfiksasi pada satu titik di langit-langit kamar periksa.

Selain itu juga dapat dilakukan dengan tonometri digital. Tonometri digital dilakukan dengan pasien diminta menutup mata dan melihat ke bawah. Pemeriksa meraba rasakan/palpasi bagian sklera atas dengan benar, pemeriksa membandingkannya dengan penekanan skleranya sendiri. Peningkatan TIO, terkadang ≥ 50 mmHg.

Pemeriksaan gonioskopi: mata kontralateral menunjukkan sudut bilik mata depan dangkal.

Terdapat faktor pencetus: menonton televisi di ruang gelap, membaca, midriatikum, stress emosional, dan terkadang obat sistemik agonis parasimpatik atau simpatik dan topiramat.Jika pasien berusia >/=40 tahun sebaiknya juga diperiksa visus jarak dekat dengan meminta pasien untuk menutup sebelah mata dengan telapak tangan. Pemeriksaan dimulai dari mata kanan, pasien diminta untuk membaca tulisan pada Jaeger Chart dengan jarak 33 cm, pemeriksa menilai hasil pembacaan pasien.

Diagnosis Banding Iritis akut: mengakibatkan fotofobia yang lebih nyata, tanpa peningkatan TIO, disertai

kornea yang tidak edem. Konjungtivitis akut: nyeri tidak ada atau minimal, terjadi bilateral, terdapat sekret, dari

mata dan konjungtiva yang meradang. TIO normal, refleks pupil normal, dan kornea jernih.

Tata laksanaTata laksana awal: Pasien diposisikan pada posisi supinasi untuk membiarkan lensa tertarik oleh gravitasi

menuju posterior. Berikan asetazolamid 500 mg IV apabila TIO ≥ 50 mmHg atau oral (bukan kerja

lambat) apabila TIO < 50 mmHg. Apabila diberikan IV, dapat ditambahkan dosis oral 500 mg.Alternarif obat hiperosmolar lain: mannitol 20 % 1-2 g/kgBB, gliserol oral 50% 1-1,5 g/kgBB (kontraindikasi: Diabetes Mellitus), atau isosorbid oral 1,5-2,5 g/kgBB.

Berikan apraclonidine 1%, timolol 0,5%, prednisolon 1%, deksametason 0,1% pada mata yang mengalami serangan.

Pilokarpin 2-4% satu tetes diberikan pada mata yang mengalami srangan, diulangi setelah setengah jam dan satu tetes pilokarpin 1% sebagai profilaksis pada mata kontralateral.

Analgetik dan antiemetik

Tata laksana lanjutan

Page 4: Tugas Blok 29

Pilokarpin 2% 4 kali/hari pada mata yang mengalami serangan dan 1% 4 kali/hari pada mata kontralateral.

Steroid topikal (prednisolone 1% atau deksametason 0,1%) 4 kali/hari apabila mata mengalami peradangan akut.

Timolol 0,5% 2 kali/hari, apraclonidine 1% 3 kali/hari, dan/atau asetazolamid 250 mg 4 kali/hari mungkin dibutuhkan sesuai respons terapi.

Setelah terapi berhasil, kornea jernih kembali, bilik mata depan tenang, dan TIO normal, iridotomi bilateral dapat dikerjakan oleh dokter spesialis mata. Manajemen selanjutnya termasuk observasi, terapi untuk peningkatan TIO yang dapat dipertahankan, iridoplasti atau pilokarpin jangka panjang dosis rentah. Pertimbangkan operasi katarak dan trabekulektomi.2. ULKUS KORNEAUlkus kornea didefinisikan sebagai diskontinuitas jaringan kornea akibat terjadinya defek epitel.

KlasifikasiBerdasarkan lokasinya, ulkus kornea dapat dibagi menjadi: Sentral

Ulkus kornea sentral hampir selalu diakibatkan oleh infeksi. Lokasi lesi terletak di sentral, jauh dari limbus yang kaya akan pembuluh darah. Sikatriks yang terbentuk akibat ulkus kornea merupakan salah satu penyebab utama kebutaan dan penurunan penglihatan di berbagai belahan dunia.

Marginal

EtiologiUlkus kornea dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus atau jamur.

Riwayat klinis Mata merah berair, dan nyeri hebat Sensasi benda asing Terdapat sekret Kelopak mata bengkak Nyeri apabila melihat cahaya terang Terdapat infiltrate tergantung dari kedalaman lesi dan etiologi keratitis Gejala spesifik dapat menunjukkan etiologi dari agen spesifik

DiagnosisDiagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik mata, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik mata dan pemeriksaan penunjang yang dapat membantu diagnosis adalah: Pemeriksaan tajam penglihatan dengan menggunakan snellen chart dan pinhole. Bisa

menurun sesuai dengan lokasi ulkus dan perjalanan penyakit. Pemeriksaan TIO dengan tonometri non kontak atau dengan palpasi. Tonometri kontak

merupakan kontraindikasi pada keadaan ini. Pemeriksaan slit lamp untuk melihat adanya hipopion, infiltrat, dan segmen anterior. Pemeriksaan sensibilitas kornea, fluorosens, dan tes fistula Penilaian tingkat keparahan ulkus; apakah sudah melewati 1/3 stroma anterior, nilai

tanda-tanda endoftalmitis, nilai kemungkinan kejadian perforasi. Pemeriksaan oftalmoskop untuk menilai bagian posterior mata.

Page 5: Tugas Blok 29

Pemeriksaan gram, mikroskopis langsung dengan bantuan KOH 10%, dan biakan dengan specimen kerokan kornea.

Diagnosis Banding

Bakteri

Streptococcus pneumonia Ulkus berwarna kelabu, berbatas tegas, dan menyebar menuju sentral. Ulkus pada lesi awal memberikan gambaran sembuh sementara batas yang lain menunjukkan lesi aktif. Sering ditemukan hipopion.

Pseudomonas aeruginosa Lesi awal berwarna kelabu atau kekuningan, disertai nyeri hebat. Lesi menyebar ke segala arah. Lesi tumbuh cepat karena enzim proteolitik patogen, dan dapat mengakibatkan perforasi kornea serta infeksi intaokular berat. Eksudat berwarna hijau kebiruan.

Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Streptococcus alfa-hemolitik

Seringkali ditemukan pada mata dengan terapi steroid topikal. Ulkus bersifat superfisial.

Jamur Ulkus indolen dengan infiltrat kelabu dan batas ireguler, memiliki lesi satelit, ulserasi superfisial, dan peradangan bola mata yang nyata.

Virus

Herpes Simpleks Seringkali unilateral, diawali dengan iritasi, fotofobia, dan mata berair, Terkadang tidak terasa nyeri. Ulkus membentuk lesi dendritic meluas dengan batas yang seperti bulu disertai sensasi kornea yang menurun. Ulkus perifer dapat ditemui di kornea.

Varicella zoster Lesi amorfik dengan pseudodendrit linear, opasitas stroma dan infiltrasi selular ringan. Penyakit stroma dapat mengakibatkan nekrosis dan vaskularisasi.

Acanthamoeba Gejala awalnya adalah nyeri

Page 6: Tugas Blok 29

di luar proporsi dari temuan klinis, mata merah, dan fotofobia. Ciri khasnya adalah ulkus indolen, cincin stroma, dan infiltrat perineural.

Endoftalmitis Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, akibat infeksi setelah tauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis.2 Berbentuk peradangan supuratif intraokular yang melibatkan segmen anterior dan posterior mata. Sering dihubungkan dengan infeksi bakteri atau jamur.

Enndoftalmitis adalah penurunan tajam penglihatan, mata merah, floaters, fotofobia, dan nyeri. Endoftalmitis karena jamur: biasanya masa inkubasi lambat kadang-kadang sampai 14 hari setelah infeksi dengan gejala mata merah dan sakit.

Peradangan yang disebabkan oleh bakteri akan memberikan gambaran klinis rasa sakit yang sangat, kelopak merah, dan bengkak, kelopak sukar dibuka, konjungtiva hemolitik dan merah, kornea keruh, bilik mata depan keruh, kadang-kadang disertai hipopion.

Pada kasus pasca operasi, problem yang serius adalah kehilangan penglihatan yang permanen.Gejala biasanya tidak terlalu menonjol, tergantung dari kapan terjadinya infeksi, dini (6minggu atau kurang) atau lanjut (bulan atau tahunan) setelah operasi. Gejala pada stadium dini adalah penurunan penglihatan yang dramatis padamata yang terlibat, sakit pada mata setelah operasi, mata merah danpembengkakan kelopak.Gejala pada stadium lanjut biasnya lebih berat pada stadium dini. Seperti:penglihatan buram, penurunan sensitivitas terhadap cahaya (fotofobia) dan sakityang berat pada mata.

Gejala pada endophthalmitis yang disebabkan trauma tembus biasanya lebih berattermasuk penurunan visus yang cepat, sakit mata yang lebih hebat, mata merah danpembengkakan kelopak.Pada saat infeksi menyebar melalui aliran darah dan masuk ke dalam mata, gejalanyaakan timbulperlahan-lahan/ bertahap dan lebih ringan. Sebagai contoh, pasien mungkintidak akan mengeluhpenglihatannya turun setelah 5 minggu, biasanya akan terlihatfloaters berwarna hitam, semi transparan yang akan mengganggu penglihatan.

PanoftalmitisPanoftalmitis merupakan peradangan seluruh bola mata termasuk sclera dan kapsul

tenon sehigga bola mata merupakan rongga abses. Infeksi ke dalam bola mata dapat melalui peredaran darah (endogen) atau perforasi bola mata (eksogen), dan akibat tukak kornea perforasi.

Gejala: kemunduran tajam penghlihatan, disertai rasa sakit, mata menonjol, edem kelopak, konjungtiva kemotik, kornea keruh, bilik mata dengan hipopion, dan refleks putih di dalam fundus.

UveitisUveitis dibagi menjadi anterior dan posterior. Uveitis anterior adalah peradangan

mengenai iris dan jaringan badan siliar (iridosiklitis) biasanya unilateral dengan onset akut.

Page 7: Tugas Blok 29

Penyebab uveitis anterior akut dibedakan dalam bentuk nongranulomatosa dan granulomatosa akut-kronis.

Nongranulomatosa akut memiliki gejala: ada rasa nyeri, fotofobia, penglihatan buram keratik presipitat kecil, pupil mengecil, sering terjadi kekambuhan.

Granulomatosa akut: tidak nyeri, fotofobia ringan, buram, keratik presipitat besar (mutton fat) benjolan Koeppe (penimbunan sel pada tepi pupil atau benjolan Busacca (penimbunan sel pada permukaan iris.

Uveitis terjadi mendadak atau akut berupa mata merah, dan sakit, Ataupun datan perlahan dengan mata merah dan sakit ringan dengan penglihatan turun perlahan-lahan. Uveitis anterior akut memiliki gejala: mata sakit, merah, fotofobia, penglihatan turun ringan dengan mata berair.

Uveitis posterior/koroiditis memiliki gejala: penglihatan buram terutama bila mengenai daerah sentral makula, bintik terbang (floater), vitreous keruh, mata jarang menjadi merah, tidak sakit, tidak fotofobia, infiltrat dalam retina dan koroid, edem papil, perdarahan papil, perdarahan retina, dan vascular sheathing.

Tata laksanaTata laksana terbaik sesuai dengan etiologinya. Terapi pertama kali berdasarkan pada hasil pemeriksaan gram dan KOH 10%. Hasil kultur digunakan sebagai dasar terapi selanjutnya.

Terapi antibiotik lokal: Terapi empirik: fluorokuinolon (0,3%). Kokus gram positif: cefuroksim (0,3%), vankomisin (5%). Batang gram negatif: gentamisin (1,5%), fluorokuinolon (0,3%), atau seftazidim (5%). Kokus gram negatif: fluorokuinolon (0,3%), seftriakson (5%). Mycobacterium: amikasin (2%), klaritromisin (1%), atau trimetroprim-sulfametoksazol

(1,6%;8%).

Terapi antifungi lokal: Candida: amfoterisin B 0,15%, natamisin 5%, atau fluconazole 2%. Kapang: natamisin 5%, amfoterisin B 0,15%, atau miconazole 1%.

Terapi antiviral lokal: Herpes simpleks: salep asiklovir 3%. Varicella zoster: asiklovir oral 800 mg/hari selama 7-10 hari.

Ulkus Kornea MarginalisKondisi ini diakibatkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap eksotoksin stafilokokus

dan protein dinding sel disertai dengan endapan kompleks imun kornea perifer. Kondisi ini seringkali tidak berbahaya namun sangat nyeri.

DiagnosisPemeriksaan fisik: Pemeriksaan tajam penglihatan dengan Snellen chart dan pinhole. Pemeriksaan TIO dengan cara non-kontak. Pemeriksaan dengan slit lamp. Pemeriksaan sensibilitas kornea dan fluorosens.

Page 8: Tugas Blok 29

Pemeriksaan PenunjangPerlu dicari kelainan kulit, kardiovaskular, dan sistem pernapasan.

Pemeriksaan laboratorium: darah perifer lengkap, hitung jenis, tes fungsi hati, uji fungsi ginjal, uji ANA, anti dsDNA, faktor rheumatoid.

Diagnosis ulkus kornea marginalis harus ditegakkan lebih dahulu sebelum dimulai terapi kortikosteroid topikal.

Diagnosis banding penyakit ini adalah keratitis herpes simpleks, peripheral ulceratif keratitis (PUK), dan ulkus Mooren. PUK seringkali berhubungan dengan penyakit sistemik lainnya. Herpes simpleks mengakibatkan ulkus indolen, sementara ulkus marginalis tidak.

3. ENDOFTALMITIS

Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, akibat infeksi setelah tauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis.2 Berbentuk peradangan supuratif intraokular yang melibatkan segmen anterior dan posterior mata. Sering dihubungkan dengan infeksi bakteri atau jamur.

Penyebab endoftalmitis supuratif adalah kuman dan jamur yang masuk bersama trauma tembus (eksogen) atau sistemik melalui peredaran darah (endogen).Etiologi

Berdasarkan etiologinya, endoftalmitis terbagi menjadi pasca operasi, pasca trauma, dan endogen. Pasca operasi dibagi menjadi akut (dalam 6 minggu pasca operasi), dan kronis (di atas 6 minggu pasca operasi).

Endoftalmitis akut pasca operasi: Staphylococcus aureus koagulase negatif, Streptococcus sp., dan bakteri gram negatif.

Endoftalmitis kronis pasca operasi: Propionibacterium aknes, Staphylococcus koagulase negatif dan jamur.

Endoftalmitis endogen: bakteri gram: Streptococcus sp., Staphylococcus aureus, dan Bacillus sp. Bakteri gram negatif: Neisseria meningitidis.

Gejala klinisGejala endoftalmitis adalah penurunan tajam penglihatan, mata merah, floaters,

fotofobia, dan nyeri.Endoftalmitis karena jamur: biasanya masa inkubasi lambat kadang-kadang sampai 14

hari setelah infeksi dengan gejala mata merah dan sakit.Peradangan yang disebabkan oleh bakteri akan memberikan gambaran klinis rasa sakit

yang sangat, kelopak merah, dan bengkak, kelopak sukar dibuka, konjungtiva hemolitik dan merah, kornea keruh, bilik mata depan keruh, kadang-kadang disertai hipopion.

Pada kasus pasca operasi, problem yang serius adalah kehilangan penglihatan yang permanen.Gejala biasanya tidak terlalu menonjol, tergantung dari kapan terjadinya infeksi, dini (6minggu atau kurang) atau lanjut (bulan atau tahunan) setelah operasi. Gejala pada stadium dini adalah penurunan penglihatan yang dramatis padamata yang terlibat, sakit pada mata setelah operasi, mata merah danpembengkakan kelopak.Gejala pada stadium lanjut biasanya lebih berat pada stadium dini. Seperti:penglihatan buram, penurunan sensitivitas terhadap cahaya (fotofobia) dan sakityang berat pada mata.

Gejala pada endoftalmitis yang disebabkan trauma tembus biasanya lebih berattermasuk penurunan visus yang cepat, sakit mata yang lebih hebat, mata merah danpembengkakan kelopak.

Pada saat infeksi menyebar melalui aliran darah dan masuk ke dalam mata, gejalanyaakan timbulperlahan-lahan/bertahap dan lebih ringan. Sebagai contoh, pasien

Page 9: Tugas Blok 29

mungkintidak akan mengeluhpenglihatannya turun setelah 5 minggu, biasanya akan terlihatfloaters berwarna hitam, semi transparan yang akan mengganggu penglihatan.

Pada pemeriksaan mataPemeriksaan segmen anterior: ditemukan pembengkakan dan spasme kelopak mata,

konjungtiva hiperemis (injeksi konjungtiva dan silier), khemosis, dan edem kornea, bilik mata depan: sel (+), flare (+), fibrin dan hipopion. Pada segmen posterior dapat ditemukan: tanda dini berupa Roth’s spot (bercak bulat, putih pada retina yang dikelilingiperdarahan), papilitis, vitreal mass dan debris, vitreitis.

DiagnosisAnamnesisRiwayat operasi, dan trauma sebelumnya serta sistemik yang mendasari.Pemeriksaan fisik mata Pemeriksaan segmen anterior dan posterior.Pemeriksaan penunjangPemeriksaan yang penting adalah biakan kuman dari vitreus dan/atau aqueous humor untuk mencari etiologi infeksi dan sebagai panduan tata laksana antimikroba yang tepat.

Diagnosis bandingUlkus kornealihat keterangan sebelumnya.Panoftalmitislihat keterangan sebelumnya.Uveitislihat keterangan sebelumnya.

Tata laksanaEndoftalmitis akibat pasca operasi Pars plana vitrektomi atau aspirasi vitreous mungkin akan dianjurkan

olehophthalmogolistyang diikuti dengan injeksi antibiotik intravitreal (misalnya :vankomisin, amikasin,ceftazidine).

Dipertimbangkan antibotik sistemik atau steroid intravitreal. Pasien dengan endoftalmitis pasca operasimungkin tidak dianjurkan untukdirawat di

rumah sakit. Tetapi keputusan tersebut sangat tergantung dariophthalmologist.

Endoftalmitis akibat trauma Sarankan pasien untuk dirawat di rumah sakit Tangani ruptur bola mata (bila ada). Antibiotik sistemik termasuk vankomisin, aminoglikosida atau cefalosporingenerasi ke-

3, pertimbangkan klindamisin bila ditemukan Bacillus spasies. Antibotik topikal. Antibiotik intravitreal mungkin diperlukan. Pertimbangkan pars plana vitrektomi. Imunisasi tetanus bila sebelumnya belum pernah diimunisasi. Siklopegik mungkin diperlukan.

Endoftalmitis akibat bakteri endogen Sarankan pasien untuk dirawat di rumah sakit. Antibiotik spektrum luas intravena termasuk vankomisin, aminoglikosida,

atausefalosporin generasi ke-3. pertimbangkan penggunaan clindamycin secara intravena jika ditemukan infeksi Bacillus spesies.

Antibiotik periokular.

Page 10: Tugas Blok 29

Antibiotik intravitreal. Siklopegik (misalnya: atropin). Steroid topikal mungkin dapat diberikan. Atau pemberian steroid injeksilangsung ke

mata untuk mengurangi inflamasi dan mempercepat penyembuhan.

Vitrektomi mungkin diperlukan pada organisme yang virulen, atau pada infeksi yang parah.

4. TRAUMA TEMBUS BOLA MATA

Trauma tembus menyebabkan gangguan pada lapisan mata terluar tanpa menganggu kontinuitas anatomi keseluruhan mata, tidak sampai terjadi prolapsus dari isi bola mata. Namun demikian trauma ini menjadi hal yang sangat serius dan mengancam fungsi penglihatan yang memakan waktu serta biaya yang mahal danprognosis kebanyakan kasus adalah buruk.

Trauma dapat mengakibatkan robekan pada konjungtiva saja. Bila robekan konjungtiva ini atau tidak melebihi 1 cm, maka tidak perlu dilakukan penjahitan. Bila robekan konjungtiva lebih dari 1 cm diperlukan penjahitan untuk mencegah terjadinya granuloma. Pada setiap robekan konjungtiva perlu diperhatikan terdapatnya robekan sklera bersama-sama dengan robekan konjungtiva tersebut.

Bila trauma disebabkan oleh benda tajam atau benda asing masuk ke dalam bola mata maka akan terlihat tanda-tanda klinis bola mata tembus.

Tanda klinis bola mata tembus: Tajam penglihatan yang menurun. Tekanan bola mata rendah. Pada pemeriksaan fisik mata segmen anterior bilik mata dangkal, letak dan bentuk pupil

berubah, terlihat adanya ruptur pada kornea atau sklera. Terdapat jaringan yang prolapse seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca atau retina. Konjungtiva kemotis.

Pemeriksaan fisikPemeriksaan segmen anterior, posterior.Pemeriksan visusPemeriksaan tekanan bola mata

DiagnosisUntuk mendiagnosis suatu trauma tembus pada mata dapatdilakukan tahapan sebagai

berikut, dimulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan fisikPemeriksaan umum mata: sesegera mungkin, pemeriksa dapat menentukan akuisi

visual, yang menjadi prediktor reliabel untuk visual akhir pada mata yang mengalami trauma dan melakukan pemeriksaan pada pupil untuk mendeteksi adanya defek pada pupil aferen.Pemeriksaan akuisi visual dan pupil dilakukan pada kedua mata. Secara khusus akuisi visual awal (kurang dari 20/200), adanya hifema, serta pupil dan uvea yang abnormal adalah indikator dari trauma tembus pada mata yang harus sesegera mungkin mendapat penanganan dan respon yang cepat oleh tenaga medis.

Page 11: Tugas Blok 29

Pemeriksaan penunjangCT scan, Plain-film x-rays ,CBC, differential, platelets ,electrolytes, blood urea

nitrogen, creatinine, test for HIV estetue, hepatitis, MRI (especially in cases of suspected organic foreign objects in the eye or orbit; this should never be used if a metallic foreign object is suspected), prothrombin time, partial thromboplastin time, bleeding time.

Diagnosis Banding

Trauma pada bola mata menurut Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT)Terminologi Definisi DeskripsiDinding bola mata Sklera dan kornea

Trauma tertutup bola mataTidak didapatkan luka full thickness dari dinding bola mata

Trauma terbuka bola mataDidapatkan luka full thickness dari dinding bola mata

KontusioTidak terdapat luka dinding bola mata

Laserasi lamellarLuka partial thickness dari dinding bola mata

Ruptur

Luka full thickness dari dinding bola mata akibat benda tumpul yang ukurannya besar

Akibat peningkatan TIO yang cepat mengakibatkan dinding bola mata rupture pada titik-titik terlemah

Laserasi

Luka full thickness dari bola mata yang disebabkan benda tajam

Luka diakibatkan oleh mekanisme “outside in mechanism” sering ditemukan prolaps jaringan

Penetrating injury

Didapatkan luka masuk Jika didapatkan lebih dari satu luka, masing-masing disebabkan oleh benda yang berbeda

Perforating injuryDidapatkan luka masuk dan luka keluar

Kedua luka ditimbulkan oleh sebab yang sama

Tata laksanaBila terlihat salah satu tanda di atas atau dicurigai adanya perforasi bola mata maka

secepatnya diberikan antibiotik topikal dan mata ditutup segera dikirim ke dokter mata untuk dilakukan pembedahan.

Pada pasien dengan dengan luka tembus bola mata selamanya diberikan antibiotika sistemik atau intravena dan pasien dipuasakan untuk tindakan pembedahan. Pasien juga diberikan anti tetanus profilaksis, analgetika, dan kalau perlu penenang. Sebelum dirujuk mata tidak diberi salep, karena salep dapat masuk ke dalam mata. Pasien tidak boleh diberi steroid lokal, dan beban yang diberikan pada mata tidak menekan bola mata.

Pada setiap terlihat kemungkinan trauma perforasi sebaiknya dipastikan apakah ada benda asing yang masuk ke dalam mata dengan membuat foto.

Page 12: Tugas Blok 29

5. TRAUMA KIMIA (ASAM DAN BASA)

Trauma yang diakibatkan oleh bahan kimia dapat menyebabkan kelainan pada mata. Terutama bahan kimia yang berbahaya yang biasa terdapat pada kehidupan sehari-hari. Pengaruh bahan kimia sangat bergantung pada pH, kecepatan dan jumlah bahan kimia yang mengenai mata.

Trauma basa biasanya disebabkan oleh cairan pembersih rumah, KOH, magnesium hidroksida, dan kapur. Sedangkan trauma asam biasanya disebabkan karena sulfur, hydrofluoric acetic (CH3COOH), krom (Cr2O3),dan HCl. Terdapat derajat klasifikasi trauma kimia mata:

Derajat 1: defek epitel kornea tanpa iskemi limbusDerajat 2: defek epitel kornea dengan kekeruhan trauma dan iskemik kurang dari 1/3 limbus.Derajat 3: defek epitel kornea total dan kekeruhan stroma dan iskemi yang melibatkan 1/3-1/2 limbus.Derajat 4: kekeruhan kornea total iskemi ≥ 1/2 limbus.

Bahan basa menyebabkan kerusakan kolagen dan terjadi proses saponifikasi atau persabunan yang disertai dengan hidrasi. Bahan basa dapat menembus kornea, bilik mata depan dalam waktu ± 7 detik dan sampai pada jaringan retina. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran kolagen kornea. Bahan kimia alkali bersifat koagulasi sel.Basa terdisosiasi menjadi ion hidroksil dan kation di permukaan bola mata. Ion hidroksil membuat reaksi saponifikasi pada membran sel asam lemak, sedangkan kation berinteraksi dengan kolagen stroma dan glikosaminoglikan. Jaringan yang rusak ini menstimulasi respon inflamasi, yang merangsang pelepasan enzim proteolitik, sehingga memperberat kerusakan jaringan.Terbentuknya kolagenase akan menambah kerusakan kolagen kornea.Hidrasi kolagen menyebabkan distorsi dan pemendekan fibril sehingga terjadi perubahan pada jalinan trabekulum yang selanjutnya dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokular.Mediator inflamasi yang dikeluarkan pada proses ini merangsang pelepasanprostaglandin  yang juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan akibat yang sangat gawat pada mata.

Sedangkan pada bahan asam langsung terjadi pengendapan dan penggumpalan protein permukaan yang sangat mempengaruhi prognosis. Biasanya akan terjadi kerusakan hanya pada bagian superfisial saja. Prosesnya adalah asam akan terdisosiasi menjadi ion-ion  Hidrogen dan anion di kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan bola mata dengan merubah pH, sedangkan anion menyebabkan denaturasi, presipitasi dan koagulasi protein pada epitel-epitel kornea yang terpajan.Presipitasi dan koagulasi permukaan bola  mata disebut nekrosis koagulatif.Koagulasi protein mencegah terjadinya penetrasi asam lebih dalam,sehingga bila konsentrasi tidak tinggi tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali.

Diagnosis dan gejala klinis

Diagnosis trauma kimia pada mata lebih sering didasarkan pada anamnesis dibandingkan atas dasar tanda dan gejala. Pasien biasanya mengeluhkan nyeri dengan derajat yang bervariasi, fotofobia, penurunan penglihatan serta adanya halo di sekitar cahaya.Umumnya pasien datang dengan keluhan adanya riwayat terpajan cairan atau gas kimia pada mata. Keluhan pasien biasanya nyeri setelah terpajan, rasa mengganjal di mata, pandangan kabur, fotofobia, mata merah dan rasa terbakar.Jenis bahan sebaiknya digali,

Page 13: Tugas Blok 29

misalnya dengan menunjukkan botol bahan kimia, hal ini dapat membantu menentukan jenis bahan kimia yang mengenai mata.Waktu dan durasi dari pajanan, gejala yang timbul segera setelah pajanan,  serta penatalaksanaan yang telah diberikan di tempat kejadian juga merupakan anamnesis yang dapat membantu dalam diagnosis.

Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik yang cermat harus ditunda  setelah dilakukan irigasi yang banyak

pada mata yang terkena dan pH mata telah netral. Setelah dilakukan irigasi, dilakukan pemeriksaan dengan seksama terutama melihat kejernihan dan integritas kornea, iskemia limbus dan tekanan intraokular. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pemberian anestesi topikal. Tanda-tanda yang dapat ditemui pada pemeriksaan fisik dan oftalmologi adalah :

Defek epitel kornea, dapat ringan berupa keratitis pungtata sampai kerusakan seluruh epitel. Kerusakan semua epitel kornea dapat tidak meng-uptake  fluoresin secepat abrasi kornea sehingga dapat tidak teridentifikasi.

Kekeruhan kornea yang dapat bervariasi dari kornea jernih  sampai opasifikasi total sehingga menutupi gambaran bilik mata depan.

Perforasi kornea. Sangat jarang terjadi, biasa pada trauma berat yang penyembuhannya tidak baik.

Reaksi inflamasi bilik mata depan, dalam bentuk  flare dan cells. Temuan ini biasa terjadi pada trauma basa dan berhubungan dengan penetrasi yang lebih dalam.

Peningkatan  tekanan intraokular Kerusakan/jaringan parut pada adneksa. Pada kelopak mata hal ini menyebabkan 

kesulitan menutup mata sehingga meng-exspose permukaan bola yang telah terkena trauma.

Inflamasi konjungtiva. Iskemia perilimbus Penurunan tajam penglihatan.Terjadi karena  kerusakan epitel, kekeruhan kornea,

banyaknya air mata.

Tata laksanaPenatalaksanaan awal adalah irigasi secepatnya dengan air mengalir atau cairan

isotonik (normal saline atau ringer laktat) dianjurkan selama 15-30 menit sebelumnya, kemudian diberikan anestesi topikal. Dilakukan pengecekan pH berulang sampai pH mencapai 7,3-7,7. Perlu dilakukan eversi palpebra dan irigasi bagian forniks untuk membersihkan benda asing dan jaringan nekrotik.Pemberian steroid topikal, anti glaukoma dan sikoplegik diindikasikan untuk 2 minggu pertama namun setelahnya steroid harus dihindari karena dapat menghambat reepitelisasi.

Terapi medikamentosa pada trauma kimiaObat DosisKortikosteroid topikal Tiap 1-4 jamSodium askorbat topical Tiap 2-4 jamSodium sitrat 10% topikal

Tiap 2-4 jam

Tetrasiklin topikal 4x sehariSodium askorbat 2 g 2x sehari P.OSDoksisiklin 100 mg 2x sehari P.OSTerapi glaukoma Jika diperlukansikloplegik Jika diperlukan

Page 14: Tugas Blok 29

6. HIFEMA

Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar.

KlasifikasiKlasifikasi hifema dibedakan berdasarkan kepada onset perdarahannya, darah yang terlihat, serta pengisian darah pada bilik mata depan. Berdasarkan onset perdarahan, hifemadiklasifikasikan menjadi:

o Hifema primer terjadi langsung sampai 2 hari setelah trauma pada mata.o Hifema sekunder terjadi 2-5 hari setelah trauma pada mata.

Sementara itu, berdasarkan darah yang terlihat, hifema diklasifikasikan menjadi :o Makrohifema, perdarahan terlihat dengan mata telanjang.o Mikrohifema, perdarahan terlihat apabila menggunakan mikroskop.

Dan apabila dibagi berdasarkan pemenuhan darah di bilik mata depan, hifema dibagi menjadi:o Grade 1, darah mengisi kurang dari 1/3 bilik mata depan, insidensi kasusnya 58%.o Grade 2, darah mengisi 1/3 – ½ bilik mata depan, dengan insidensi kasus 20%.o Grade 3, darah mengisi ½ – kurang dari seluruh bilik mata depan, insidensi kasusnya

14%.o Grade 4, darah mengisi seluruh bilik mata depan, dikenal dengan total

hyphema,blackball atau 8-ball hyphema, insidensi kasusnya 8%.

Gejala klinis: pasien akan mengeluh sakit disertai epifora dan blefarospasme. Ketajaman penglihatan pasien akan sangat menurun. Bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah bilik mata depan dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis.

Gejala penyerta lain yang dapat muncul pada hifema adalah kemunculan perdarahan sekunder. Perdarahan sekunder mungkin disebabkan oleh lisis dan retraksi bekuan dan fibrin, yang berfungsi sebagai penyumbat pembuluh darah yang mengalami ruptur di awal trauma. Perdarahan sekunder ini dapatmemicu oleh peningkatan TIO dan pewarnaan kornea. Perdarahan sekunder terjadi pada 25% dari seluruh pasien hifema, dengan insiden terjadinya perdarahan sekunder yang lebih tinggi pada hifema grade 3 dan 4.

Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan oftamologis

Pemeriksaan oftamologis dilakukan secara menyeluruh, meliputi pemeriksaan visus, lapang pandang, gerakan bola mata, mata bagian anterior dan posterior,serta TIO. Pemeriksaan dengan gonioskopi tidak dianjurkan karena meningkatkan risiko perdarahan ulang. Pemeriksaan pada mata bagian anterior diharapkan bisa memberikan assesment mengenai grading hifema.

Pemeriksaan penunjang

Page 15: Tugas Blok 29

Pemeriksaan penunjang dilakukan lebih untuk menemukan etiologi atau menyingkirkan diagnosis banding. Yang akan dinilai meliputi kondisi mata bagian posterior, adneksamata, dan orbita. Pemeriksaan yang umum dilakukan berupa ultrasonografi (USG) mata atau CT-scan untuk melihat adanya tumor intraokuler. Dapat juga dilakukan angiografi pada iris untuk melihat adanya neovaskularisasi meskipun sangat jarang dilakukan. Pemeriksaan laboratorium jarang dilakukan, kecuali pemeriksaan darah untuk melihat adanyasickle cell disease.

Tata laksana

Hifema biasanya akan mengalami penyerapan secara spontan. Umumnya hal ini terjadi setelah 5-7 hari dari awal trauma. Oleh karena itu, tatalaksana hifema pada awal lebih menitikberatkan kepada elevasikepala,monitoring peningkatan TIO serta adanyaperdarahan sekunder. Dibawah akan dijelaskan secara lebih lanjut mengenai hal tersebut.

Terapi Medikamentosa

o Pasien dengan hifema yang tampak mengisi lebih dari 5% bilik mata depan sebaiknya diistirahatkan. Pemberian steroid tetes harus segera dimulai. Aspirin dan antiinflamasi nonsteroid harus dihindari. Dilatasi pupil dapat meningkatkan risiko perdarahan kembali sehingga mungkin ditunda sampai hifema reda dengan penyerapan spontan. Oleh karena itu, pemeriksaan dini untuk mencari kerusakan segmen posterior mungkin memerlukan pemeriksaan ultrasonografi. Mata sebaiknya diperiksa secara berkala untuk mencari adanya perdarahan sekunder, glaukoma, atau bercak darah di kornea akibat pigmen besi. Perdarahan ulang terjadi pada 16-20% kasus dalam 2-3 hari. Komplikasi ini memiliki risiko tinggi menimbulkan glaukoma dan pewarnaan kornea.

o Kortikosteroid topikal untuk mengurangi inflamasi dan mencegah iritis/iridosiklitis.o Agen antifibrinolitik seperti asam aminokaproat topikal dan/atau oral serta asam

traneksamat oral untuk mengurangi risiko perdarahan ulang. Dosis untuk asam aminokaproat adalah 100 mg/kgBB setiap 4 jam, maksimal 30 gram/hari selama 5 hari. Dosis untuk asam traneksamat adalah 25 mg/kgBB, 3 kali sehari selama 6 hari. Kontraindikasi pada gangguan clotting intravaskuler dan kehamilan.

o Tissueplasminogen activator untuk fibrinolisis clotting yang stagnan. Dosis tPA adalah 10 mikrogram, diberikan injeksi intracamera.

o Terapi antiglaukoma jika dibutuhkan, seperti dengan pemberian asetazolamid atau beta-blocker seperti timolol. Tatalaksana glaukoma meliputi terapi topikal dengan penyekat-β (mis, timolol 0,25% 2 kali sehari), analog prostaglandin (mis, latanoprost 0,005% malam hari), dorzolamide 2% dua atau tiga kali sehari, atau apraclonidine 0,5% tiga kali sehari. Terapi oral dengan acetazolamide 250 mg per oral empat kali sehari, dan obat hiperosmotik (manitol, gliserol, dan sorbitol) dapat pula digunakan bila terapi topikal tidak efektif. Bedah drainase glaukoma mungkin diperlukan pada kasus-kasus yang sangat berat.

Terapi non medikamentosaSelain dari elevasi kepala 30-45ountuk membantu proses penyerapan darah,

sesungguhnya secara umumbed rest, rawat inap, dan patching tidak perlu dilakukan. Namun jika hifema terjadi pada pasien yang tidak kooperatif, pada penderita sickle cell disease, atau terjadi perdarahan ulang, terapi-terapi nonmedikamentosa di atas perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi berikut.Monitoring TIO, pewarnaan kornea, dan perdarahan

Page 16: Tugas Blok 29

sekunder perlu dilakukan secara berkala untuk mengetahui kemunculan komplikasi dan pemberian penatalaksanaan sesuai.

Tatalaksana operatifIndikasi untuk melakukan operasi pada pasien hifema adalah:

oAbsorpsi darah secara spontan terlalu lambat.oTerdapat kelainan penggumpalan darah yang dapat menjadi resiko

perdarahansekunder, seperti hemoglobinopati atau sickle cell disease.oPeningkatan TIO tidak bisa diatasi dengan obat-obatan (>35 mmHg selama 7

hariatau>50 mmHg selama 5 hari) dan adanya kemungkinan corneal blood staining.

7. KORPUS ALIENUM KONJUNGTIVA DAN KORNEA

Corpus alienum adalah benda asing. Merupakan salah satu penyebab cedera mata yang paling sering mengenai sklera, kornea dan konjungtiva. Apabila korpus alienum masuk ke dlm bola mata maka biasanya terjadi reaksi infeksi yg hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata dan iridosiklitis. Beratnya kerusakan pada organ di dalam bola mata tergantung dari besarnya corpus alienum, kecepatan masuknya, ada /tidaknya proses infeksi dan jenis bendanya sendiri.

Etiologi

Trauma mata dapat terjadi secara mekanik dan nonmekanik. Mekanik meliputi: trauma benda tumpul dan tajam serta trauma oleh benda asing seperti kelilipan pasir, tanah. Non mekanik: trauma bahan kimia, trauma termik, trauma radiasi.

Tanda dan gejalao mendadak merasa tidak enak ketika mengedipkan mata.o ekskoriasi kornea terjadi bila benda asing menggesek kornea oleh kedipan bola mata.o lakrimasi hebat.o benda asing dapat bersarang di konjungtiva.o nyeri.o sensasi benda asing.o mata merah dan mata berair banyak. o mata terasa pedih, seperti kering, seperti ada pasir dan ketajaman mata biasanya

menurun.

Pemeriksaan fisikPemeriksaan umum pemeriksaan subyektif: pemeriksaan ketajaman penglihatan.pemeriksaan obyektif: saat penderita di inspeksi dapat diketahui adanya kelainan disekitar mata seperti adanya perdarahan sekitar mata, periksa keadaan kelopak mata kornea, bilik mata depan, pupil, lensa, gerakan bola mata. Pemeriksaan segmen anterior dilakukan dengan slit lamp dan oftalmoskop.Dalam pemeriksaan oftalmologi, ditemukan visus normal atau menurun, adanya injeksi konjungtiva atau injeksi silar, terdapat benda asing pada bola mata, tes fluorescein (+).

Pemeriksaan khususBila terdapat perforasi, maka dilakukan pemeriksaan X-ray orbita.

Page 17: Tugas Blok 29

Diagnosis banding

Trauma mata akibat radiasi sinar ultravioletSinar ultra violet biasanya memberikan kerusakan terbatas pada kornea sehingga

kerusakan pada lensa dan retina tidak akan nyata terlihat. Kerusakan ini akan segera baik kembali setelah beberapa waktu, dan tidak akan memberikan gangguan tajam penglihatan yang menetap. Gejala: pasien yang telah terkena sinar sinar ultra violet akan memberikan keluhan 4-10 jam setelah trauma. Terdapat rasa sangat sakit pada mata, mata seperti kelilipan atau kemasukan pasir, fotofobia, blefarospasme, dan konjungtiva kemotik.

Trauma mata akibat sinar infraredAkibat sinar infrared dapat terjadi pada saat menatap gerhana matahari dan pada saat

bekerja di pemanggangan. Kerusakan ini dapat terjadi akibat terkonsentrasinya sinar infrared. Kaca yang mencair seperti yang ditemukan di tempat pemanggangan akan mengeluarkan sinar infrared. Bila seseorang berada pada jarak 1 kaki selama 1 menit di depan kaca yang mencair dan pupilnya melebar maka suhu lensa akan naik sebanyak 9 derajat celcius. Iris yang mengabsorpsi sinar infrared akan panas sehingga berakibat pada kapsul lensa di dekatnya. Absorpsi sinar infrared oleh lensa akan mengakibatkan katarak pada lensa.

Gejala: Seseorang yang sering terpejan dengan sinar ini dapat terkena keratitis superfisial, katarak kortikal anterior posterior dan koagulasi pada koroid. Biasanya terjadi penurunan tajam penglihatan, penglihatan kabur dan mata terasa panas.

Trauma mata akibat sinar ionisasi dan sinar X

Gambaran klinis: sinar ionisasi dan sinar X dapat mengakibatkan kerusakan pada kornea yang dapat bersifat permanen. Katarak akibat pemecahan sel epitel yang tidak normal dan rusaknya retina dengan gambarandilatasi kapiler, perdarahan, mikroaneuris mata dan eksudat. Atrofi sel goblet pada konjungtiva juga dapat terjadi dan mengganggu fungsi air mata.Trauma mata akibat bahan kimia (asam-basa) lihat keterangan sebelumnya.

Tata laksana

Bila lokasi corpus alienum berada di palpebra dan konjungtiva, kornea maka dengan mudah dapat dilepaskan setelah pemberian anastesi lokal. Untuk mengeluarkannya, diperlukan kapas lidi atau jarum suntik tumpul atau tajam. Arah pengambilan, dari tengah ke tepi. Bila benda bersifat magnetik, maka dapat dikeluarkan dengan magnet portable. Kemudian diberi antibiotik lokal, siklopegik, dan mata dibebat dengan kassa steril dan diperban.

Pecahan besi yang terletak di iris, dapat dikeluarkan dengan dibuat insisi di limbus, melalui insisi tersebut ujung dari magnet dimasukkan untuk menarik benda asing, bila tidak berhasil dapat dilakukan iridektomi dari iris yang mengandung benda asing tersebut.

Pecahan besi yang terletak di dalam bilik mata depan dapat dikeluarkan dengan magnet sama seperti pada iris. Bila letaknya di lensa juga dapat ditarik dengan magnet, sesudah insisi pada limbus kornea, jika tidak berhasil dapat dilakukan pengeluaran lensa dengan ekstraksi linier untuk usia muda dan ekstraksi ekstrakapsuler atau intrakapsuler untuk usia yang tua.

Page 18: Tugas Blok 29

Bila letak corpus alienum berada di dalam badan kaca dapat dikeluarkan dengan giant magnet setelah insisi dari sklera. Bila tidak berhasil, dapat dilakukan dengan operasi vitrektomi.

8. TRAUMA RADIASI SINAR LAS (TRAUMA MATA AKIBAT SINAR ULTRA VIOLET)

Sinar ultra violet merupakansinar gelombang pendek yang tidak terlihat mempunyai panjang gelombang antara 350-295 nm. Sinar ultra violet banyak terdapat pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari atau pantulan sinar matahari di atas salju. Sinar ultra violet akan segera merusak epitel kornea.

Sinar ultra violet biasanya memberikan kerusakan terbatas pada kornea sehingga kerusakan pada lensa dan retina tidak akan nyata terlihat. Kerusakan ini akan segera baik kembali setelah beberapa waktu, dan tidak akan memberikan gangguan tajam penglihatan yang menetap.

Gejala: pasien yang telah terkena sinar sinar ultra violet akan memberikan keluhan 4-10 jam setelah trauma. Terdapat rasa sangat sakit pada mata, mata seperti kelilipan atau kemasukan pasir, fotofobia, blefarospasme, dan konjungtiva kemotik.

Pemeriksaan fisikPada pemeriksaan fisik segmen anterior: kornea akan menunjukkan infiltrate

pada permukaannya, yang kadang-kadang disertai dengan kornea keruh dan uji fluorosein positif. Keratitis terutama terdapat pada fisura palpebra. Pupil akan terlihat miosis. Pada pemeriksaan ketajaman penglihatan: tajam penglihatan terganggu.

Diagnosis bandingTrauma mata akibat benda asing (corpus alienum) lihat keterangan

sebelumnya.Trauma mata akibat sinar infrared lihat keterangan sebelumnya.Trauma mata akibat sinar ionisasi dan sinar X lihat keterangan sebelumnya.Trauma mata akibat bahan kimia (asam-basa) lihat keterangan sebelumnya.

Tata laksanaPengobatan yang diberikan adalah sikloplegia, antibiotika lokal, analgetika dan

mata ditutup selama 2 – 3 hari. Biasanya sembuh setelah 48 jam.2

9. ABLATIO RETINA

Ablatio retina (retinal detachment) merupakan keadaan terpisahnya bagian sensoris retina (fotoreseptor) dan lapisan jaringan dalam dari retinal pigmen epitelium (RPE).

KlasifikasiSecara umum terdapat 3 jenis ablatio retina, yaitu:

Page 19: Tugas Blok 29

o Rhegmatogen: terjadi sekunder akibat adanya robekan pada retina sensoris, yang memungkinkan cairan yang berasal dari vitreous mencapai rongga subretina.

o Traksional: terjadi karena adanya kontraksi membrane vitreoretina atau tarikan tanpa adanya robekan retina sebelumnya.

o Eksudatif: terjadi karena adanya cairan subretina yang berasal dari pembuluh darah retina neurosensoris, koroid, atau keduanya.

Diagnosis untuk ablatio retina rhegmatogenDiagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik serta penunjang.

Anamnesiso Fotopsia: merupakan sensasi subjektif seperti melihat kilatan cahaya. Biasanya

berlangsung singkat pada lapang pandang temporal, terlihat terutama saat gelap, dan setelah pergerakan mata. Hal ini menggambarkan proses traksi dari tempat adhesi vitreoretina.

o Floaters: sensasi subjektif seperti melihat objek berterbangan berwarna gelap yang terjadi di vitreous.

o Defek lapang pandang: dideskripsikan sebagian lapang pandang seperti tertutup tirai gelap.

Pemeriksaan fisiko Pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang terangkat berwarna pucat dengan

pembuluh darah di atasnya dan terlihat robekan retina berwarna merah. Terlihat juga kadang-kadang pigmen dalam badan kaca, pupil terlihat adanya defek aferen pupil akibat penglihatan menurun.

o Tekanan bola mata rendah dan dapat meninggi bila telah terjadi neovaskular glaukoma pada ablasi yang telah lama.

o Relative afferent pupillary defect muncul pada mata dengan ablasio retina ekstensif.o Tekanan intraokular < 5 mmHg dibandingakan dengan mata yang tidak mengalami

ablatio.o Iritis ringan sering kali ditemukan.o Gambaran tobacco dust terdiri atas sel pigmen yang terlihat pada vitreous anterior.o Kelainan pada retina sesuai dengan lamanya ablatio retina yang terjadi. Ablatio

retina baru ditandai dengan ablatio retina memiliki konfigurasi konveks dan tampilan yang sedikit opak karena edem retina, cairan subretina dapat meluas sampai ora serata. Sedangkan ablatio retina lama ditandai dengan kekeruhan vitreous, retina yang pucat dan didapatkan proliferative vitreoretinopathy (PVR), garis demarkasi subretina yang diakibatkan oleh proliferasi dari sel pigmen retina pada sambungan retina.

Pemeriksaan penunjangPada mata dengan media yang keruh, diagnosis ablatio retina dapat ditegakkan

dengan menggunakan ultrasonografi.

Tata laksanaTata laksana adalah dengan pembedahan. Pada kasus retinal break yang ringan,

dimana cairan subretina terbatas di sekitar break, dapat dilakukan fotokoagulasi laser.

Page 20: Tugas Blok 29

Sebelum dilakukan pembedahan pasien disarankan untuk tirah baring dengan satu bantal untuk mencegah penyebaran cairan subretina menuju makula. Terapi bedah yang dapat dipilih adalah:o Pneumatic retinopexy: gas SF6 atau C3F8 diinjeksikan menuju vitreous untuk

mengembalikan posisi retina. o Scleral bucking: terapi ini bertujuan untuk menempelkan kembali retina yang

terlepas dengan menempatkan explant pada daerah yang mengalami robekan. Komplikasi termasuk gangguan retraksi, diplopia, ekstruksi eksplan, dan kemungkinan terjadinya retinopati proliferatif.

o Vitrektomi pars plana: terapi ini memungkinkan untuk melepaskan traksi vitreoretina.

Ablatio Retina Eksudatif

Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Anamnesiso Penglihatan menurun seperti tertutup tiraio Floaters dapat muncul karena adanya vitreitis, namun tidak umum.

Pemeriksaan fisikPenurunan tajam penglihatan.Pada pemeriksaan retina akan memunculkan gambar:

o Proliferasi ablatio yang konveks dengan permukaan yang licin. o Gambaran shifting fluid sesuai dengan gaya gravitasi. Pada keadaan berdiri

tegak,cairan subretina berada pada retina inferior, namun pada saat berada pada posisi supinasi dapat meluas ke superior.

o Apabila ablatio didasari oleh tumor koroid, maka dapat terlihat penyebab yang mendasarinya.

Pemeriksaan penunjango USG mata: diindikasikan apabila media mengalain kekeruhan.o Pemeriksaan darah untuk uveitis dapat menentukan penyebab yang mendasarinya.o Fluorosein angiography dapat membantu menentukan sumber cairan subretina.

Tata laksanaTata laksana terutama ditujukan pada penyakit yang mendasari timbulnya keadaan ini. Terapi dengan laser, krioterapi, atau steroid intravitreous dapat digunakan pada keadaan tertentu.

Ablatio retina traksional

Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Anamnesiso Mata tenang dengan penglihatan menurun, seringkali berjalan lambat.o Bisa terdapat fotopsia atau floaters.

Pemeriksaan fisik

Page 21: Tugas Blok 29

Penurunan tajam penglihatanPada pemeriksaan funduskopi dapat ditemukan:

o Konfigurasi konkaf dari ablatio retina.o Tidak ditemukannya fenomena shifting fluid seperti kasus eksdatif.o Elevasi retina yang paling tinggi terjadi pada tempat traksi vitreoretina.o Apabila terdapat robekan, maka akan muncul gambaran khas ablatio retina

rhegmatogen dan penyakit akan memiliki progresivitas yang lebih cepat.

Pemeriksaan penunjangUltrasonografi dilakukan pada media yang keruh.

Tata laksanaVitrektomi pars plana untuk membuang jaringan yang mengakibatkan traksi. Injeksi heavy fluid mungkin dibutuhkan untuk meratakan retina. Tampak ada gas, cairan silikon, atau scleral buckling dapat dibutuhkan.

Diagnosa banding

Oklusi vena retinaOklusi retina merupakan kondisi vena retina, baik sentral atau cabang mengalami

sumbatan. Faktor predisposisi utama dari keadaan ini adalah arteriosklerosis atau arterosklerosis. Hal tersebut dikarenakan baik vena maupun arteri berbagi selubung adventisia yang sama sehingga perubahan pada arteri sentral dapat mengakibatkan kompresi pada vena-vena kecil (mengakibatkan oklusi vena cabang atau branch retinal vein occlusion (BRVO) atau kompresa vena besar (mengakibatkan oklusi vena sentralis atau central retinal vein occlusion (CRVO)). Oklusi vena akan akan mengakibatkan peningkatan tekanan vena dan kapiler, yang berujung pada stagnansi aliran darah dan dapat mengakibatkan hipoksia pada bagian retina yang drainasenya bergantung pada vena tersebut.

Manifestasi klinisAnamnesiso Mata tidak meraho Penglihatan bisa normal dengan visus (6/6) hingga menurun mendadak sampai dengan

menghitung jari.o Pada CRVO defek lapang pandang umumnya sentral, sementara pada BRVO dapat

tidak disertai gangguan lapang pandang.o TIdak nyerio Sering kali hanya melibatkan satu mata.

Pemeriksaan fisik Pada BRVO tajam penglihatan 6/6 sampai hanya menghitung jari, tergantung dari

keterlibatan makula, sedangkan pada CRVO berkisar dari 6/60 hingga hanya dapat melihat gerakan lambaian tangan. Pada CRVO biasanya mengeluh adanya penurunan penglihatan sentral maupun perifer mendadak yang dapat memburuk sampai hanya tinggal persepsi cahaya. Pada CRVO juga terdapat penciutan lapang pandangan atau suatu skotoma sentral dan defek ireguler. Dengan angiografi fluorosein dapat ditentukan beberapa hal seperti letak penyumbatan, penyumbatan total atau sebagian, dan ada tidaknya neovaskularisasi.

Relative afferent papillary defect (RAPD) tampak nyata pada kasus-kasus iskemik pada CRVO.

Page 22: Tugas Blok 29

Funduskopi pada BRVO hasil temuan:o Vena yang mengalami oklusi akan berdilatasi dan berkelok-kelok.o Seringkali oklusi terjadi pada tempat persilangan arteri vena.o Perdarahan flame-shape, edem retina, cotton wool spot dan/atau dengan edem

makula.o Dapat terjadi neovaskularisasi retina dalam 6-12 bulan.

Funduskopi pada CRVO dapat ditemukan:o Tampak vena yang mengalami dilatasi dan berkelok-kelok, perdarahan dot/blot,

tampak pada seluruh kuadran dan paling banyak di perifer. Cotton wool spots, edem makula dan edem diskus optic juga umum. Papil edem dengan pulsasi vena menghilang karena penyumbatan biasanya terletak pada lamina kribosa. Terdapat papil merah dan edem.

Oklusi arteri retinaOklusi arteri retina merupakan keadaan terjadi hambatan atau sumbatan aliran darah

sehingga mengakibatkan iskemia retina.

EtiologiSecara umum etiologinya adalah aterosklerosis dan emboli karotis. Aterosklerosis

pada oklusi arteri retina terjadi pada daerah setinggi lamina kribosa. Emboli arteri karotis paling sering berasal dari bifurkasio arteri karotis, diikuti oleh arkus aorta, dan temoat lainnya. Emboli yang terjadi berupa kolesterol, kalsifikasi, atau kompleks platelet-fibrin. Penyebab lain yang tidak umum termasuk giant cell arteritis, emboli jantung, periarteritis, kelainan trombofilik, dan hemoglobinopati bulan sabit.

Retinopati serosa sentralRetinopati serosa sentral adalah keadaan lepasnya retina dari lapis pigmen epitel di

daerah makula akibat masuknya cairan melalui membran Bruch dan pigmen epitel yang inkompeten.

Retinopati serosa sentral dapat bersifat residif. Biasanya ditemui pada penderita laki-laki berusia antara 20-50 tahun, perempuan hamil, dan pada usia diatas 60 tahun.

Akibat tertimbunnya cairan dibawah malula akan terdapat gangguan fungsi makula sehingga visus turun disertai metamorffopsia, hipermetropia dengan skotoma relatif dan sensitif (kelainan pada uji Amsler kisi-kisi). Penglihatan biasanya diantara 20/20-20/80. Dengan uji amsler terdapat penyimpangan garis lurus disertai dengan skotoma. Berkurangnya fungsi makula terlihat dengan penurunan kemampuan melihat warna. Pada funduskopi terlihat terangkatnya retina dapat sangat kecil dan dapat seluas diameter papil. Lepasnya retina dari epitel pigmen akibat masuknya cairan subretina ini dapat dilihat dengan pemeriksaan angiografi fluoresein. Biasanya retinopati serosa sentral akan menyembuh setelah kira-kira 8 minggu dengan tidak terdapatnya lagi kebocoran. Pada keadaan ini cairan subretina akan diserap kembali dan retina akan melekat kembali pada epitel pigmen tanpa gejala sisa subjektif yang menyolok.

Neuritis retrobulbarNeuritis retrobulbar adalah radang saraf optik dibelakang bola mata. Biasanya berjalan

akut yang mengenai satu atau kedua mata. Neuritis retrobulbar dapat disebabkan sklerosis mutltipel, penyakit mielin, saraf, anemia pernisiosa, diabetes mellitus, dan intoksikasi.

Page 23: Tugas Blok 29

Gejala: bola mata bila digerakkan akan terasa berat di bagian belakang bola mata. Rasa sakit akan bertambah bila bola mata ditekan yang disertai dengan sakit kepala.

Pemeriksaan fisik: pada neuritis retrobulbar memiliki gejala seperti neuritis akan tetapi dengan gambaran fundus yang sama sekali normal. Gambaran fundus pasien normal dan diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan lapang pandangan dan turunnya tajam penglihatan yang berat. Walaupun pada permulaan tidak terlihat kelainan fundus, lama kelamaan akan terlihat kekaburan batas papil saraf optik dan degenerasi saraf optik akibat degenerasi serabut saraf, disertai atrofi desenden akan terlihat papil pucat dengan batas yang tegas.