tugas 1 muskuloskeletal

29
BAB I Pendahuluan Sistem muskuloskeletal manusia merupakan jalinan berbagai jaringan, baik itu jaringan pengikat, tulang maupun otot yang saling berhubungan, sangat khusus, dan kompleks. Fungsi utama sistem ini adalah sebagai penyusun bentuk tubuh dan alat untuk bergerak. Oleh karena itu, jika terdapat kelainan pada sistem ini maka kedua fungsi tersebut juga akan terganggu. Infeksi muskuloskeletal merupakan penyakit yang umum terjadi; dapat melibatkan seluruh struktur dari system muskuloskeletal dan dapat berkembang menjadi penyakit yang berbahaya bahkan membahayakan jiwa. Osteomielitis berasal dari kata osteon yang berarti tulang dan myelo yang berarti sum-sum, yang dikombinasikan dengan itis yang berarti inflamasi. Osteomielitis merupakan suatu proses keradangan tulang baik akut maupun kronik. Osteomielitis biasanya disebabkan oleh bakteri, tapi bisa juga karena jamur. Osteomielitis dapat memberikan klinis pada tulang mana

description

muskuloskeletal

Transcript of tugas 1 muskuloskeletal

Page 1: tugas 1 muskuloskeletal

BAB I

Pendahuluan

Sistem muskuloskeletal manusia merupakan jalinan berbagai jaringan,

baik itu jaringan pengikat, tulang maupun otot yang saling berhubungan, sangat

khusus, dan kompleks. Fungsi utama sistem ini adalah sebagai penyusun bentuk

tubuh dan alat untuk bergerak. Oleh karena itu, jika terdapat kelainan pada sistem

ini maka kedua fungsi tersebut juga akan terganggu. Infeksi muskuloskeletal

merupakan penyakit yang umum terjadi; dapat melibatkan seluruh struktur dari

system muskuloskeletal dan dapat berkembang menjadi penyakit yang berbahaya

bahkan membahayakan jiwa.

Osteomielitis berasal dari kata osteon yang berarti tulang dan myelo yang

berarti sum-sum, yang dikombinasikan dengan itis yang berarti inflamasi.

Osteomielitis merupakan suatu proses keradangan tulang baik akut maupun

kronik. Osteomielitis biasanya disebabkan oleh bakteri, tapi bisa juga karena

jamur. Osteomielitis dapat memberikan klinis pada tulang mana yang terinfeksi

oleh mikroorganisme. Perjalanan infeksi dapat terjadi pada tulang melalui aliran

darah atau penyebaran melalui jaringan tissue yang dekat. Osteomielitis dapat

terjadi pada semua usia, kebanyak pada anak-anak dan usia lebih dari 50 tahun.

Osteomielitis lebih sering terjadi pada laki-laki daripada wanita.

Page 2: tugas 1 muskuloskeletal

Osteomielitis akut terutama ditemukan pada anak-anak. Tulang yang

sering terkena ialah femur bagian distal, tibia bagian proksimal, humerus, radius

dan ulna bagian proksimal dan distal, serta vertebra. Osteomielitis masih

merupakan permasalahan dinegara kita karena: · Tingkat higienis yang masih

rendah dan pengertian mengenai pengobatan yang belum baik · Diagnosis yang

sering terlambat sehingga biasanya berakhir dengan osteomielitis kronis

· Fasilitas diagnostik yang belum memadai di puskesmas. Angka kejadian

tuberkulosis di Indonesia pada saat ini masih tinggi sehingga kasus – kasus

tuberkulosis tulang dan sendi juga masih tinggi. Pengobatan osteomielitis

memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya tinggi. Banyaknya penderita

dengan fraktur terbuka yang dating terlambat dan biasanya datang dengan

komplikasi osteomielitis

Page 3: tugas 1 muskuloskeletal

BAB II

KONSEP TEORITIS SECARA MEDIS

2.1. Pengertian

Osteomielitis adalah penyakit infeksi tulang yang dapat bersifat akut ataupun

kronis. (PubMed, 2010).

Osteomielitis adalah infeksi pada jaringan tulang tulang dan dapat bersifat akut

maupun kronis (Price, 2002).

Osteomielitis merupakan infeksi pada tulang yang lebih sulit disembuhkan

daripada infeksi pada jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respon

jaringan terhadap infeksi, tingginya tekanan jaringan dan pembekuan involukrum

(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati) (Smeltzer, 2002).

2.2. Etiologi

Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari focus

infeksi di tempat lain (misalnya, Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi,

infeksi saluran nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya

terjadi ditempat di mana terdapat trauma dimana terdapat resistensi rendah

kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).

Page 4: tugas 1 muskuloskeletal

Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan

lunak (misalnya. Ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau

kontaminasi langsung tulang (mis, fraktur ulkus vaskuler) atau kontaminasi

langsung tulang (misalnya, fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak,

pembedahan tulang.

Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang

nutrisinya buruk, lansia, kegemukan atau penderita diabetes. Selain itu, pasien

yang menderita artritis reumatoid, telah di rawat lama dirumah sakit, mendapat

terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum

operasi sekarang atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani

pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus,

mengalami nekrosis insisi marginal atau dehisensi luka, atau memerlukan

evakuasi hematoma pascaoperasi.

2.3. Klasifikasi

Menurut kejadiannya osteomyelitis ada 2 yaitu :

1. Osteomyelitis Primer : Kuman-kuman mencapai tulang secara langsung melalui

luka.

2. Osteomyelitis Sekunder : Adalah kuman-kuman mencapai tulang melalui aliran

darah dari suatu focus primer ditempat lain (misalnya infeksi saluran nafas,

genitourinaria furunkel).

Sedangkan osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas :

Page 5: tugas 1 muskuloskeletal

1. Osteomyelitis akut

1) Nyeri daerah lesi

2) Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional

3) Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka

4) Pembengkakan local

5) Kemerahan

6) Suhu raba hangat

7) Gangguan fungsi

8) Lab = anemia, leukositosis

2. Osteomyelitis kronis

1) Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri

2) Gejala-gejala umum tidak ada

3) Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur

4) Lab = LED meningkat

Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling

sering :

1) Staphylococcus (orang dewasa)

2) Streptococcus (anak-anak)

3) Pneumococcus dan Gonococcu

Page 6: tugas 1 muskuloskeletal

2.4. Manifestasi Klinis

Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi

dengan manifestasi klinis septikemia, seperti:

1. Menggigil

2. Demam tinggi

3. Denyut nadi cepat

4. Malaise umum

5. Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala lokal secara

lengkap.

6. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang,

akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian

yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.

7. Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin

memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus

yang terkumpul.

Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau

kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septicemia:

1. Daerah infeksi membengkak

2. Hangat

3. Nyeri tekan

Page 7: tugas 1 muskuloskeletal

4. Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu

mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri

5. Inflamasi

6. Pembengkakan dan pengeluaran pus.

7. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada jaringan parut akibat kurangnya

asupan darah.

2.5. Patofisiologi

Menurut Rasjad (1998), Smeltzer (2002) dan Tucker (1998) osteomielitis

biasanya disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan mikrorganisme lainnya. Pada

anak-anak infeksi tulang seringkali timbul karena adanya penyebaran infeksi dari

tempat lain seperti faringitis, otitis media dan impetigo. Bakterinya (Stapilococcus

Aureus, Hemofilus Influenza) berpindah melalui aliran darah menuju metafisis

tulang didekat lempeng pertumbuhan dimana darah mengalir ke dalam sinusoid.

Akibat proses perkembangbiakan bakteri dan nekrosis jaringan, maka tempat

peradangan yang terbatas ini akan terasa nyeri dan nyeri tekan

Page 8: tugas 1 muskuloskeletal

Emboli bakteri

Abses

Peningkatan tekanan dan nekrosis sekunder

Rupture di dalam ruang subperiosteal

Infeksi menyebar di bawah periosteum

Thrombosis pada pembuluh darah dan menambah nekrosis

Gangguan siklus sirkulasi sehingga terbentuk sinus dan memperluas infeksi ke

kulit

Perluasan persendian dapat menyebabkan arthritis septikktur

2.6. Komplikasi

Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi yang tidak

terkendali dan pemberian antibiotik yang tidak dapat mengeradikasi bakteri

penyebab. Komplikasi osteomyelitis dapat mencakup infeksi yang semakin

memberat pada daerah tulang yang terkena infeksi atau meluasnya infeksi dari

fokus infeksi ke jaringan sekitar bahkan ke aliran darah sistemik. Secara umum

komplikasi osteomyelitis adalah sebagai berikut:

1) Abses tulang.

2) Bakteremia

3) Fraktur Patologis

Page 9: tugas 1 muskuloskeletal

4) Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic).

5) Sellulitis pada jaringan lunak sekitar.

6) Abses otak pada osteomyelitis di daerah kranium.

2.7. Pemeriksaan Diagnostik

1) Scan tulang dengan menggunakan nukleotida berlabel radioaktif dapat

memperlihatkan peradangan di tulang.

2) Pemeriksaan darah

1) Sel darah putih meningkat sampai 30.000 /ul disertai peningkatan laju

darah.

) Pemeriksaan titer antibodi – anti stapilococcus.

3) Pemeriksaan kultur darah dan pus kultur untuk menentukan jenis

bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitifitas untuk menentukan

jenis antibiotik yang sesuai, juga harus diperiksa adanya penyakit anemia

sel sabit.

3) Pemeriksaan feses: dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi yang

disebabkan oleh bakteri salmonella dan E. Coli.

4) Pemeriksaan biopsi : dilakukan ditempat yang dicurigai.

5) Pemeriksaan ultrasound : memperlihatkan adanya efussi pada sendi.

6) Pemeriksaan radiologis : pemeriksaan foto polos dalam sepuluh hari pertama

tidak ditemukan kelainan radiologik yang berarti dan mungkin hanya

ditemukan pembengkakan jaringan lunak.

Gambaran destruksi tulang dapat terlihat setelah sepuluh hari (2 minggu) berupa

refraksi tulang yang bersifat difus pada daerah metafisis dan pembentukan tulang

baru di bawah periosteum yang terangkat.

Page 10: tugas 1 muskuloskeletal

2.8. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan medis osteomielitis menurut Rasjad (1998) dan Tucker (1998)

adalah sebagai berikut :

1) Pemberian antibiotik yang bertujuan untuk : mencegah terjadinya

penyebaran infeksi pada tulang yang sehat dan mengontrol

ekserbasi akut.

2) Tindakan operatif dilakukan bila fase ekserbasi akut telah reda

setelah pemberian antibiotic yang adekuat. Operasi yang dilakukan

bertujuan untuk : mengeluarkan seluruh jaringan nekrotik, baik

jaringan lunak maupun jaringan tulang (sekuestrum) sampai ke

jaringan sehat lainnya, yang selanjutnya dilakukan drainase dan

irigasi secara kontinue selama beberapa hari, (adakalanya

diperlukan penanaman rantai antibiotik di dalam bagian tulang

yang terinfeksi) dan sebagai dekompresi pada tulang dan

memudahkan antibiotik mencapai sasaran serta mencegah

penyebaran osteomielitis lebih lanjut.

3) Pemberian cairan parenteral / intravena dan kalau perlu tranfusi

darah.

4) Pengaturan diet dan aktivitas.

Page 11: tugas 1 muskuloskeletal

2. Penatalaksanaan keperawatan

Menurut Smeltzer (2002) dan Tucker (1998) penatalaksanaan keperawatan pada

osteomielitis adalah sebagai berikut :

1) Daerah yang terkena harus dimobilisasi untuk mengurangi

ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur.

2) Dapat dilakukan rendaman salin selama beberapa kali selama 20

menit perhari untuk meningkatkan aliran darah.

3) Kompres : hangat, atau selang seling hangat dan dingin.

Page 12: tugas 1 muskuloskeletal

BAB III

KONSEP TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a) Riwayat keperawatan

Dalam hal ini perawat menanyakan faktor-faktor resiko sehubungan dengan

osteomielitisHal-hal yang dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka

terbuka, tindakan operasi khususnya operasi tulang, dan terapi radiasi.Faktor-

faktor tersebut adalah sumber potensial terjadinya infeksi.

b) Pemeriksaan fisik

Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila

dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik

menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah

bengkak, nyeri, maupun eritema.

c) Riwayat psikososial

Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh, takut

diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat perlu

mengfkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan

keluarga, pekerjaan atau sekolah.

Page 13: tugas 1 muskuloskeletal

d) Pemeriksaan diagnostik

Hasil laboratorium menunjukan adanya leukositosis dan laju endap darah

meningkat. 50% pasien yang mengalami infeksi hematogen secara dini adanya

osteomielitis maka dilakukan scanning tulang. Selain itu dapat pula dengan biopsi

tulang atau MRI

2. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan

2) Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan

keterbatasan menahan beban berat badan.

3) Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

4) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit

dan pengobatan.

5) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman

6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak

7) Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses

tulang

Intervensi

1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri dapat berkurang, pasien dapat

tenang dan keadaan umum cukup baik

Page 14: tugas 1 muskuloskeletal

Kriteria Hasil:

• Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang

• Klien tidak menyeringai kesakitan

TTV dalam batasan normal

• Intensitas nyeri berkurang (skala nyeri berkurang 1-10)

• Menunjukkan rileks, istirahat tidur, peningkatan aktivitas dengan cepat

1. Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, itensitas nyeri, dan skala

2. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera saat mulai

3. Pantau tanda-tanda vital

4. Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya

5. Anjurkan istirahat selama fase akut

6. Anjurkan teknik distruksi dan relaksasi

7. Berikan situasi lingkungan yang kondusif

8. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian tindakan

2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan

keterbatasan menahan beban berat badan.

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Gangguan mobilitas fisik dapat

berkurang.

Page 15: tugas 1 muskuloskeletal

Kriteria Hasil:

• Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin

• Mempertahankan posisi fungsional

• Meningkatkan / fungsi yang sakit

Menunjukkna teknik mampu melakukan aktivitas

1. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang di programkan

2. Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu dalam latihan

rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit

3. Beri penyanggah pada ekstremitas yang sakit pada saat bergerak

4. Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas

5. Berikan dorongan pada klien untuk melakukan AKS dalam lingkup

keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan

6. Ubah posisi secara periodic

3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien daoat mendemonstrasikan bebas

dari hipertermia.

Page 16: tugas 1 muskuloskeletal

Kriteria Hasil:

• Pasien tidak mengalami dehidrasi lebih lanjut

• Suhu tubuh normal

• Tidak mual

1. Pantau TTV:- Suhu tubuh setiap 2 jam - Warna kulit - TD, nadi dan pernapasan

- Hidrasi (turgor dan kelembapan kulit

2. Lepaskan pakaian yang berlebihan

3. Lakukan kompres dingin atau kantong es untuk menurunkan kenaikan suhu

tubuh.

4. Motivasi asupan cairan

5. Beriakn obat antipiretik sesuai dengan anjuran

4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit

dan pengobatan.

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien dapat mendemonstrasikan

hilangnya ansietas dan memberikan informasi tentang proses penyakit, program

pengobatan.

Kriteria Hasil:

• Ekspresi wajah relaks

Page 17: tugas 1 muskuloskeletal

• Cemas dan rasa takut hilang atau berkurang

1. Jelaskan tujuan pengobatan pada pasien

2. Kaji patologi masalah individu.

3. Kaji ulang tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat,contoh nyeri

ada tiba-tiba, dispnea, distres pernapasan lanjut.

4. Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, istirahat.

5. Gunakan obat sedatif sesuai dengan anjuran

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pola tidur pasien kembali normal

Kriteria Hasil:

• Jumlah jam tidur tidak terganggu

• Insomnia berkurang

• Adanya kepuasan tidur

• Pasien menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologi

1. Tentukan kebiasaan tidur yang biasanya dan perubahan yang terjadi

2. Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, misalnya ;

bantal dan guling

Page 18: tugas 1 muskuloskeletal

3. Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan

baru

4. Cocokkan dengan teman sekamar yang mempunyai pola tidur serupa dan

kebutuhan malam hari

5. Dorong beberapa aktifitas fisik pada siang hari, jamin pasien berhenti

beraktifitas beberapa jam sebelum tidur

6. Instruksikan tindakan relaksasi

7. Kurangi kebisingan dan lampu

8. Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi, rendhkan tempat tidur bila

mungkin

9. Berikan sedatif, hipnotik sesuai indikasi

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak.

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien menunjukkan peningkatan

toleransi terhadap aktifitas.

Kriteria Hasil:

• Menurunnya keluhan terhadap kelemahan dan kelelahan dalam melakukan

aktifitas.

• Berkurangnya nyeri

Page 19: tugas 1 muskuloskeletal

1. Jelaskan aktivitas dan faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigen

2. Anjurkan program hemat energy

3. Buat jadwal aktifitas harian, tingkatkan secara bertahap

4. Kaji respon abdomen setelah beraktivitas

5. Berikan kompres air hangat

6. Beri waktu istirahat yang cukup

7. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses

tulang.

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidak terjadi pesiko perluasan infeksi

yang dialami.

Kriteria Hasil:

Mencapai waktu penyembuhan

1. Pertahankan system kateter steril; berikan perawatan kateter regular dengan

sabun dan air, berikan salep antibiotic disekitar sisi kateter.

2. Ambulasi dengan kantung drainase dependen.

3. Awasi tanda vital, perhatikan demam ringan, menggigil, nadi dan pernapasan

cepat, gelisah, peka, disorientasi.

Page 20: tugas 1 muskuloskeletal

4. Observasi drainase dari luka, sekitar kateter suprapubik.

5. Ganti balutan dengan sering (insisi supra/ retropublik dan perineal),

pembersihan dan pengeringan kulit sepanjang waktu

6. Gunakan pelindung kulit tipe ostomi

7. Berikan antibiotic sesuai indikasi

Page 21: tugas 1 muskuloskeletal

BAB IV

Kesimpualan

4.1. Kesimpulan

Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran

infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah

kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen).

Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau

penyuntikan intramusculus dapat menyebabkan osteomielitis eksogen.

Osteomielitis akut biasanya dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus, jamur,

dan mikro-organisme lain.

Osteomielitis adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses

local. Abses tulang biasanya memiliki pendarahan yang sangat kurang, dengan

demikian, penyampaian sel-sel imun dan antibiotic terbatas. Apabila infeksi

tulang tidak diobati secara segera dan agresif, nyeri hebat dan ketidak mampuan

permanen dapat terjadi (Corwin, 2001).

Page 22: tugas 1 muskuloskeletal

Daftar Pustaka

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Pamela L. 2001. Keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC.

Reeves, Charlene J. 2001. Keperawatan medical bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku ajar keperawatan medical-bedah. Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.

Doenges, Marilyn E, et all. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien). Jakarta: EGC