Trauma

6
TINJAUAN PUSTAKA Trauma adalah keadaan yang disebabkan oleh luka atau cedera. Definisi ini memberikan gambaran superfisial dari respons fisik terhadap cedera. Trauma juga mempunyai dampak psikologis dan sosial. Pada kenyataannya, trauma adalah kejadian yang bersifat holistik dan dapat menyebabkan hilangnya produktivitas seseorang. Trauma lebih kompleks dari sekadar cedera. Fraktur jari tangan pada seorang pemain piano atau seorang ahli bedah, dampaknya sangat berat dan dapat menghentikan kariernya; sementara cedera yang sama pada orang berprofesi lain merupakan gangguan yang ringan. Risalah tertua tentang trauma terdapat pada “Edwin Smith Papyrus” yang ditulis antara 3000 sampai 1600 SM, sedangkan kata “trauma” pertama kali dipakai pada zaman Hippocrates. Penanggulangan trauma berkembang pada zaman kerajaan Mesir dan mencapai puncaknya pada 3500 SM. Teknik operasi rekonstruksi hidung sangat berkembang dan masih dipakai sampai sekarang. Pada masa awal ilmu kedokteran Cina (2600 SM) telah mulai dikembangkan teknik debridemen yang juga masih dipakai pada masa kini. Perkembangan penanggulangan trauma dalam ilmu bedah modern dimulai oleh Ambroise Pare (1545) yang melarang memasukkan obat-obatan ke dalam luka dan membiarkan penyembuhan secara alami; halini diungkapkannya dalam kata-katanya :” I dressed him, and God healed him”. John Hunter membedakan antara primary healing

Transcript of Trauma

Page 1: Trauma

TINJAUAN PUSTAKA

Trauma adalah keadaan yang disebabkan oleh luka atau cedera. Definisi ini

memberikan gambaran superfisial dari respons fisik terhadap cedera. Trauma juga

mempunyai dampak psikologis dan sosial. Pada kenyataannya, trauma adalah kejadian yang

bersifat holistik dan dapat menyebabkan hilangnya produktivitas seseorang. Trauma lebih

kompleks dari sekadar cedera. Fraktur jari tangan pada seorang pemain piano atau seorang

ahli bedah, dampaknya sangat berat dan dapat menghentikan kariernya; sementara cedera

yang sama pada orang berprofesi lain merupakan gangguan yang ringan.

Risalah tertua tentang trauma terdapat pada “Edwin Smith Papyrus” yang ditulis antara

3000 sampai 1600 SM, sedangkan kata “trauma” pertama kali dipakai pada zaman

Hippocrates. Penanggulangan trauma berkembang pada zaman kerajaan Mesir dan mencapai

puncaknya pada 3500 SM. Teknik operasi rekonstruksi hidung sangat berkembang dan masih

dipakai sampai sekarang. Pada masa awal ilmu kedokteran Cina (2600 SM) telah mulai

dikembangkan teknik debridemen yang juga masih dipakai pada masa kini.

Perkembangan penanggulangan trauma dalam ilmu bedah modern dimulai oleh

Ambroise Pare (1545) yang melarang memasukkan obat-obatan ke dalam luka dan

membiarkan penyembuhan secara alami; halini diungkapkannya dalam kata-katanya :” I

dressed him, and God healed him”. John Hunter membedakan antara primary healing dan

secondary healing. Ilmu ini berkembang sejalan dengan terjadinya berbagai peperangan,

mulai dari zaman Napoleon sampai ke Perang Teluk dan Perang Afganistan. Pada yang

terakhir ini, konsep ATLS ( Advance Trauma Life Support) dalam pertempuran mulai

diterapkan dan pengetahuan tentang patofisiologi trauma sampai ke tingkat seluler sudah

lebih dipahami sehingga kematian akibat trauma dapat ditekan. Semua yang dipelajari dalam

peperangan banyak dimanfaatkan dalam penanggulangan trauma dalam kehidupan sipil.

Untuk menilai kualitas penanggulangan trauma dikembangkan sistem skoring seperti

revised trauma score yang berkembang dari trauma score untuk menilai keadaan fisiologis,

sedangkan abbreviated injury scale (AIS) berkembang menjadi Injury Severity Score (ISS)

yang menilai secara anatomis. Kombinasi RTS, ISS, umur pasien, dan tipe cedera menjadi

metode TRISS. Dengan metode ini dapat dihitung kemungkinan ketahanan hidup (probability

of suvival, Ps) secara retrospektif. Triase (triage) juga berkembang baik pada fase pra-RS

Page 2: Trauma

maupun pada fase RS. Triase dapat dimanfaatkan pada satu pasien untuk mencari masalah

yang dihadapi pasien tersebut, tetapi dapat juga pada banyak pasien (korban massal) untuk

mengelompokkan pasien sesuai dengan beratnya cedera. Dalam kedua keadaan ini dipakai

prinsip ATLS, yaitu A, B, C, dan D untuk menilai apa yang jadi masalah dan apa yang harus

ditanggulangi lebih dahulu.

Trauma merupakan penyebab kematian utama pada kelompok umur di bawah 35 tahun.

Di Indonesia, trauma merupakan penyebab kematian nomor empat, tetapi pada kelompok

umur 15-25 tahun, merupakan penyebab kematian utama.

Sejak lama trauma merupakan suatu masalah medis yang terabaikan (neglected disease)

oleh para dokter, masyarakat, maupun pemerintah di seluruh dunia. Pasien trauma ditangani

oleh tiap-tiap spesialisasi sesuai dengan cederanya, tidak secara komprehensif-sistematik.

Diperlukan sikap holistik dari berbagai spesialisasi untuk bekerja sama sebagai suatu sistem

penanggulangan trauma. Perubahan mulai terjadi setelah para veteran perang Vietnam

kembali ke Amerika Serikat dengan dikembangkannya penanggulangan trauma yang lebih

baik pada fase pra-RS (Ambulans Gawat Darurat, AGD) maupun pada fase RS berupa unit

gawat darurat atau trauma center. Seorang ahli bedah ortopedi Amerika Serikat yang bersama

keluarganya mengalami kecelakaan dengan pesawat pribadinya telah memulai kursus

“Advanced Trauma Life Support” (ATLS) di bagian Bedah Universitas Nebraska setelah

merasa kecewa dengan penanggulangan trauma yang diterimanya. Kursus ini kemudian

menyebar ke seluruh dunia dan mulai diterapkan oleh Komisi Trauma Ikatan Ahli Bedah

Indonesia pada tahun 1995. Konsep ATLS mempengaruhi pola pikir untuk berbagai kursus

lain, seperti Prehospital Life Support (PHTLS) dan Basic Trauma Life Support (BTLS).

Konsep A (airway), B (breathing), C (circulation), D (disability), dan E (exposure) sudah

menjadi bahasa universal dalam penanggulangan penderita trauma dan pasien gawat darurat

lainnya, baik pada fase pra-RS maupun pada fase RS.

Dewasa ini trauma melanda dunia bagaikan wabah karena dalam kehidupan modern

penggunaan kendaraan automotif dan senjata api semakin luas. Sayangnya, penyakit akibat

trauma sering ditelantarkan sehingga trauma merupakan penyebab kematian utama pada

kelompok usia muda dan produktif di seluruh dunia. Angka kematian ini dapat diturunkan

melalui upaya pencegahan trauma dan penanggulangan optimal yang diberikan sedini

mungkin pada korbannya. Perlu diingat bahwa penanggulangan trauma bukan hanya masalah

Page 3: Trauma

di rumah sakit, tetapi mencakup penanggulangan menyeluruh yang dimulai di tempat

kejadian, dalam perjalanan ke rumah sakit dan di rumah sakit.

Trauma dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan

metabolisme kelainan imunologi,dan gangguan faal berbagai organ. Penderita trauma berat

mengalami gangguan faal yang penting, seperti kegagalan fungsi membran sel, gangguan

integritas endotel, kelainan sistem imunologi, dan dapat pula terjadi koagulasi intravaskular

menyeluruh (Disseminated Intravascular Coagulation = DIC).

Penyebab

Trauma dapat disebabkan oleh benda tajam, benda tumpul, atau peluru. Luka tusuk dan

luka tembak pada suatu rongga dapat dikelompokkan dalam kategori luka tembus. Untuk

mengetahui bagian tubuh yang terkena, organ apa yang cedera, dan bagaimana derajat

kerusakannya, perlu diketahui biomekanik trauma.

Cedera pada trauma dapat terjadi akibat tenaga dari luar berupa benturan, perlambatan

(deselarisasi), dan kompresi, baik oleh benda tajam, benda tumpul, peluru, ledakan, panas,

maupun zat kimia. Akibat cedera ini dapat berupa memar, luka jaringan lunak, cedera

muskuloskeletal, dan kerusakan organ.

Trauma Tumpul

Trauma tumpul kadang tidak menimbulkan kelainan yang jelas pada permukaan tubuh,

tetapi dapat mengakibatkan kontusi atau laserasi jaringan atau organ di bawahnya. Trauma

tumpul dapat berupa benturan benda tumpul, perlambatan (deselarisasi), dan kompresi.

Benturan benda tumpul pada toraks dapat menimbulkan cedera berupa patah tulang iga; patah

tulang iga majemuk menyebabkan terjadinya flail chest yang tampak dalam gerakan nafas

dinding dada yang paradoksal yaitu bagian dinding dada yang terlepas melesak ke dalam

ketika inspirasi dan menonjol keluar sewaktu ekspirasi. Biasanya terjadi juga hematotoraks

dan pneumotoraks akibat kerusakan pleura dan jaringan paru. Benturan benda tumpul pada

abdomen dapat menimbulkan cedera pada organ berongga berupa perforasi atau organ padat

berupa perdarahan.

Page 4: Trauma

Cedera perlambatan sering terjadi pada kecelakaan lalu lintas karena setelah tabrakan

badan masih melaju dan kemudian tertahan suatu benda keras sedangkan bagian tubuh yang

relatif tidak terpancang bergerak terus dan menyebabkan terjadinya robekan pada hilus organ

tersebut. Organ yang mungkin robek itu adalah aorta, jantung, pangkal bronkus utama, kaki

ginjal, dan tampuk limpa.

Cedera kompresi terjadi bila orang tertimbun runtuhan atau longsoran yang

menimbulkan tekanan secara tiba-tiba pada rongga dada.

Cedera ledak adalah luka atau kerusakan jaringan akibat ledakan granat, bom, atau

ledakan dalam air. Kerusakan jaringan dapat disebabkan oleh pecahan logam atau energi

yang ditimbulkan oleh ledakan.

Kecelakaan Lalu lintas

Korban kecelakaan lalu lintas dapat diduga jenis cederanya dengan meneliti riwayat

trauma dengan cermat. Pengemudi yang tidak memakai sabuk pengaman dapat mengalami