Transplantasi Organ
-
Upload
mannfred-yeong-huei-yiaw -
Category
Documents
-
view
229 -
download
2
description
Transcript of Transplantasi Organ
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran saat ini telah
berkembang dengan pesat. Salah satu diantaranya adalah teknik transplantasi
organ manusia. Transplantasi organ manusia merupakan suatu teknologi medis
untuk penggantian organ tubuh pasien yang tidak berfungsi lagi dengan organ dari
manusia lain yang masih berfungsi dengan baik.1
Di Indonesia sendiri transplantasi pertama berhasil dilakukan pada tahun
1977 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Abad ini transplantasi organ telah
menjadi salah satu jalan keluar yang paling berarti dalam dunia kedokteran
modern, banyak nyawa manusia yang tertolong dengan cara transplantasi organ
ini. Didukung dengan semakin majunya ilmu dan teknologi bidang transplantasi
organ manusia maka tingkat keberhasilan dari transplantasi yang dilakukan pun
semakin tinggi. Tingkat kelangsungan hidup dari pasien penerima donor pun saat
ini sangat tinggi, sehingga akibatnya permintaan untuk melakukan transplantasi
maupun akan organ itu sendiripun meningkat secara global diseluruh dunia
termasuk di Indonesia.2
Menurut data dari WHO tranplantasi organ telah dilakukan di 91 negara di
dunia. Pada tahun 2005 ada sekitar 66.000 ribu transplantasi ginjal, 21.000
transplantasi hati, dan 6000 transplantasi ginjal dilakukan diseluruh dunia.3
Sedangkan menurut laporan dari Mayo Clinic lebih dari 101,000 orang
tengah menanti untuk operasi transplantasi organ tubuh, dan dari jumlah tersebut
setiap tahunnya meningkat terus, dan ironisnya tidak semua orang yang
membutuhkan donor tersebut akan mendapatkan donor sebagaimana yang
diharapkan. Setiap harinya 19 orang meninggal dalam penantian untuk
mendapatkan donor organ.4 Di Indonesia menurut Usul Majadi Sinaga dalam
pidato pengukuhan guru besarnya di Universitas Sumatera Utara mengatakan ada
lebih 100.000 orang penderita gagal ginjal di Indonesia, yang membutuhkan
donor ginjal.5 Sedangkan Menteri Kesehatan Dr dr Endang Rahayu Sedyaningsih
1
sebagaimana dikutip dari harian Kompas Senin 15 Maret 2010, lebih dari 600
orang membutuhkan cangkok hati di Indonesia.
Walaupun transplantasi organ dan atau jaringan tersebut telah lama
dikenal dan hingga dewasa ini terus berkembang dalam dunia kedokteran, namun
tindakan medik ini tidak dapat dilakukan begitu saja karena masih harus
dipertimbangkan dari segi nonmedik, yaitu dari segi agama, hukum, budaya,
etika, dan moral. Karena itu diperlukan kerja sama yang saling mendukung antara
pakar terkait (hukum, kedokteran, sosiologi, pemuka agama, pemuka masyarakat),
dengan pemerintah dan swasta.1
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Secara Etimologi transplantasi berasal dari Middle English transplaunten,
diambil dari Bahasa Latin Kuno transplantare, yang artinya to plant.6
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia transplantasi adalah
pemindahan jaringan tubuh dari suatu tempat ke tempat lain (seperti menutup luka
yg tidak berkulit dengan jaringan kulit dari bagian tubuh yg lain).7
Menurut WHO, Transplantation is the transfer (engraftment) of human
cells, tissues or organs from a donor to a recipient with the aim of restoring
function(s) in the body.8
Jadi dapat disimpulkan transplantasi atau pencangkokan adalah
pemindahan organ, sel, atau jaringan dari si pendonor kepada orang lain yang
membutuhkan penggantian organ disebabkan kegagalan organ, kerusakan sel
maupun jaringan dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi organ, sel, maupun
jaringan yang telah rusak tersebut.
2.2. Jenis-jenis Transplantasi
Hingga waktu ini telah dikenal beberapa jenis transplantasi atau pencangkokan,
baik berupa sel, jaringan, maupun organ tubuh, yaitu sebagai berikut:1
a. Autograft, yaitu pemindahan dari satu tempat ke tempat lain dalam tubuh
itu sendiri. Biasanya transplantasi ini dilakukan pada jaringan yang
berlebih atau pada jaringan yang dapat beregenerasi kembali. Sebagai
contoh, tindakan skin graft pada penderita luka bakar dan operasi bypass
pada penyakit jantung koroner.
b. Allograft, yaitu pemindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang sama
spesiesnya. Misalnya, pemindahan jantung dari seseorang yang telah
dinyatakan meninggal pada orang lain yang masih hidup.
c. Isograft, yaitu pemindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang identik,
misalnya pada kembar identik.
3
d. Xenograft, yaitu pemindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang tidak
sama spesiesnya (dari spesies bukan manusia kepada tubuh manusia).
Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari donor yang
hidup atau jenazah orang yang baru meninggal (untuk keperluan ini, definisi
meninggal adalah mati batang otak). Organ atau jaringan yang dapat diambil dari
donor hidup adalah kulit, ginjal, sumsum tulang, dan darah (transfusi darah).
Organ/jaringan yang diambil dari jenazah adalah jantung, hati, ginjal, kornea,
pankreas, paru, dan sel otak.1
2.3. Pandangan World Health Organization
Pandangan World Health Organisasion yang selanjutnya disebut sebagai
WHO, sangat penting sebagai acuan dalam penyusunan naskah akademik yang
merupakan dasar dari dibentuknya naskah perundang-undangan. WHO sebagai
Badan Kesehatan Bangsa-bangsa di dunia bertindak untuk memberikan petunjuk
dan koordinasi bidang kesehatan dengan pihak yang berwenang di dalam sistem
Persatuan Bangsa-Bangsa. WHO bertanggung jawab untuk menyiapkan
kepemimpinan di dalam permasalahan kesehatan global, membuat agenda riset
kesehatan, menyiapkan norma dan standar, mengartikulasi kebijakan berdasar
evidence, menyediakan bantuan teknik kepada negara-negara dan memonitor serta
mengakses tren kesehatan.9
Transplantasi organ merupakan salah satu hal yang sangat serius yang
telah diagendakan WHO, hal ini terbukti dengan dimasukkannya transplantasi
kedalam program WHO. WHO menyerukan kepada seluruh negara anggota untuk
menjadikan transplantasi organ sebagai perhatian yang serius bagi negara-negara
anggota untuk mengatur lebih lanjut kedalam hukum positif negara-negara
anggota.9
Pembahasan mengenai transplantasi organ telah dilakukan oleh WHO
diantaranya tahun 1987 di Jenewa tanggal 4-15 May, yang telah menghasilkan
WHA 40.13 mengenai Pengembangan Prinsip-prinsip Dasar bagi Transplantasi
Organ Manusia. Disini sidang menegaskan kembali bahwa perdagangan demi
4
mendapatkan keuntungan dari organ manusia sebagai mahluk hidup adalah tidak
sesuai dengan nilai manusia yang paling mendasar. Kemudian dalam sidang yang
ke 42 di Jenewa menghasilkan WHA42.5 mengenai Pencegahan dan Penjualan
Organ Manusia dengan rekomendasi negara-negara anggota memasukkan
kedalam perundangannya untuk mencegah organ trafficking.10
Tahun 1991, dalam sidangnya telah menghasilkan WHA44.25 yang
merekomendasikan kepada negara-negara anggotanya untuk memasukkan
Petunjuk Prinsip kedalam fomulasi kebijakan dalam transplantasi organ manusia.
WHA 44.25 ini penting karena meletakkan Petunjuk Prinsip. Ada 9 Petunjuk
Prinsip yang secara garis besar menekankan kepada donasi organ manusia yang
sukarela dan tidak komersial.10
Dalam sidang yang ke 62 pada bulan Mei 2009, 9 Petunjuk Prinsip
tersebut diperbaiki dan disesuaikan dengan perkembangan dan laporan
transplantasi organ saat ini. Petunjuk prinsip tersebut merupakan petunjuk bagi
negara-negara dalam menyusun ketentuan mengenai transplantasi organ dan
memasukkan prinsip tersebut kedalam aturan nasionalnya. Petunjuk prinsip
tersebut meliputi:
Petunjuk Prinsip 1
Sel, jaringan dan organ dapat dipindahkan dari tubuh orang yang telah meninggal
untuk kepentingan transplantasi jika:
(a) Adanya persetujuan sebagaimana disyaratkan oleh Undang-undang telah
diperoleh. dan
(b) Tidak ada alasan yang diyakini bahwa orang yang meninggal tersebut
keberatan terhadap pemindahan tersebut.
Petunjuk Prinsip 2
Dokter yang menentukan bahwa donor yang potential telah meninggal tidak dapat
terlibat secara langsung dalam pemindahan sel, jaringan dan organ atau prosedur
transplantasi yang akan datang, dan juga bertanggung jawab terhadap perawatan
penerima donor dari sel, jaringan dan organ.
5
Petunjuk Prinsip 3
Donasi dari orang yang meninggal dikembangkan kepada potensi pengobatan
yang maksimum, akan tetapi orang hidup dewasa dapat mendonasikan organ jika
diperbolehkan oleh hukum negaranya. Secara umum donor hidup seharusnya ada
hubungan genetis, ada hubungan hukum dan emosional dengan si penerima donor.
Donor hidup dapat disetujui apabila adanya pemberitahuan dan persetujuan secara
sukarela, ketika petugas medis profesional dari donor secara teroganisasi
memastikan dan menindaklanjuti, dan ketika memilih kriteria dari donor
diaplikasikan dengan teliti dan seksama dan dimonitor.
Donor hidup harus diinformasikan mengenai kemungkinan resiko, keuntungan
dan konsekuensi dari donasi secara lengkap dan mudah dimengerti, donor hidup
tersebut harus secara hukum cakap dan mampu untuk mencerna informasi, dan
bertindak menurut kemauannya, dan terbebas dari pengaruh maupun tekanan.
Petunjuk Prinsip 4
Tidak ada sel, jaringan dan organ yang dapat dipindahkan dari tubuh anak kecil
hidup untuk keperluan transplantasi selain dari pada pengecualian yang sempit
dibawah hukum nasional. Ukuran yang spesifik sebaiknya ditempatkan untuk
melindungi anak kecil tersebut, dan apabila mungkin dilakukan harus ada
persetujuan didapatkan sebelum donasi dilakukan. Hal yang berlaku untuk anak
kecil tersebut, berlaku juga bagi orang yang kurang cakap.
Petunjuk Prinsip 5
Sel, jaringan dan organ didonasikan secara cuma-cuma, tanpa ada pembayaran
dalam bentuk uang atau dalam penghargaan lain dari nilai uang. Pembelian atau
penawaran
untuk membeli sel, jaringan dan organ untuk transplantasi atau penjualan organ
jenazah oleh orang hidup atau saudaranya adalah dilarang. Larangan terhadap
penjualan atau
pembelian terhadap sel, jaringan dan organ, tidak berlaku bagi penggantian biaya
yang masuk akal dan pengeluaran yang timbul yang dapat diperiksa kebenarannya
6
dari donor, termasuk hilangnya pendapatan, atau pembayaran biaya
penyembuhan, proses dan penyimpanan serta penyediaan sel, jaringan dan organ
manusia bagi transplantasi.
Petunjuk Prinsip 6
Promosi donasi yang bersifat kemanusiaan atas sel, jaringan dan organ yang
dimaksud di masyarakat dapat dilakukan sesuai dengan aturan hukum
nasional. Pengiklanan mengenai tersedianya sel, jaringan dan organ, dengan
menyebutkan penawaran atau mencari pembayaran kepada seseorang dimana
seseorang tersebut telah meninggal adalah dilarang. Menjadi perantara yang
melibatkan pembayaran kepada individu atau pihak ketiga juga dilarang.
Petunjuk Prinsip 7
Dokter dan tenaga medis lainnya sebaiknya tidak terlibat dalam prosedur
transplantasi, dan asuransi kesehatan dan pembayar lain sebaiknya tidak
mengganti pembayaran seperti prosedur, jika sel, jaringan dan organ terkait telah
diperoleh dari eksploitasi atau paksaan atau pembayaran kepada donor ataupun
saudara dari donor mati.
Petunjuk Prinsip 8
Seluruh fasilitas pelayanan kesehatan dan profesional yang terlibat dalam
pengadaan dan prosedur transplatasi sel, jaringan dan organ dilarang untuk
menerima pembayaran apapun yang melebihi biaya yang dapat dibenarkan bagi
pelayanan yang dilakukan.
Petunjuk Prinsip 9
Alokasi dari organ, sel dan jaringan harus berdasarkan pada kriteria, norma etis
bukan kepada uang atau pertimbangan lainnya. Pengaturan mengenai alokasi ini
ditentukan oleh komite yang sesuai dan sah, harus adil, benar dan transparan.
7
Petunjuk Prinsip 10
Prosedur yang berkualitas tinggi, aman dan berkemampuan merupakan hal pokok
yang sama bagi donor dan penerima. Hasil dalam jangka panjang dari jaringan, sel
dan organ sebaiknya dievaluasi pada donor hidup dan juga penerima donor
sehubungan dengan keuntungan dan kerugian.
Tingkat keamanan, efikasi dan kualitas dari sel, jaringn dan organ manusia untuk
transplantasi sebagai produk kesehatan, harus terus dipelihara dan dioptimalkan
secara terus menerus. Hal ini memerlukan penerapan dari sistem kualitas
termasuk pengusutan dan kesiapsiagaan, dengan situasi yang merugikan dan
laporan reaksi, secara nasional maupun terhadap ekpor produk manusia.
Petunjuk Prinsip 11
Organisasi dan pelaksana dari kegiatan donasi dan transplantasi, termasuk juga
hasil klinis harus transparan dan terbuka terhadap pengamatan, dengan tetap
menjamin kerahasiaan dan privasi dari donor dan penerima donor.
2.4. Aspek Hukum Transplantasi
Dalam PP No.18 tahun 1981 tentang bedah mayat klinis, bedah mayat anatomis
dan transplantasi alat serta jaringan tubuh manusia, tercantum pasal-pasal tentang
transplantasi sebagai berikut:
Pasal 1
a. Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringan tubuh yang
dibentuk oleh beberapa jenis sel dan mempunyai bentuk serta faal (fungsi)
tertentu untuk tubuh tersebut.
b. Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai bentuk dan faal
(fungsi) yang sama dan tertentu.
c. Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan
dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain dalam
rangka pengobatan untuk menggantikan alat dan atau jaringan tubuh ynag
tidak berfungsi dengan baik.
8
d. Donor adalah orang yang menyumbangkan alat atau jaringan tubuhnya
kepada orang lain untuk keperluan kesehatan.
e. Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran
yang berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan, dan atau denyut jantung
seseorang telah berhenti.
Ayat e mengenai definisi meninggal dunia kurang jelas, maka IDI dalam seminar
nasionalnya mencetuskan fatwa tentang masalah mati yaitu bahwa seseorang
dikatakan mati bila fungsi spontan pernafasan dan jantung telah berhenti secara
pasti atau irreversible, atau terbukti telah terjadi kematian batang otak.
Pasal 10
Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia dilakukan dengan memperhatikan
ketentuan yaitu harus dengan persetujuan tertulis pasien atau keluarga terdekat
setelah penderita meninggal dunia.
Pasal 11
1. Transplantasi organ dan jaringan tubuh hanya boleh dilakukan oleh dokter
yang ditunjuk oleh menteri kesehatan.
2. Transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia tidak boleh dilakukan oleh
dokter yang merawat atau mengobati donor yang bersangkutan
Pasal 12
Penentuan saat mati ditentukan oleh 2 orang dokter yang tidak ada sangkut paut
medik dengan dokter yang melakukan transplantasi.
Pasal 13
Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksudkan yaitu dibuat diatas kertas
bermaterai dengan 2 (dua) orang saksi.
9
Pasal 14
Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau
Bank Mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan
persetujuan tertulis keluarga terdekat.
Pasal 15
1. Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan atau jaringan tubuh
manusia diberikan oleh donor hidup, calon donor yang bersangkutan
terlebih dahulu diberitahu oleh dokter yang merawatnya, termasuk dokter
konsultan mengenai operasi, akibat-akibatnya, dan kemungkinan-
kemungkinan yang terjadi.
2. Dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus yakin benar, bahwa
calon donor yang bersangkutan telah meyadari sepenuhnya arti dari
pemberitahuan tersebut.
Pasal 16
Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak atas kompensasi
material apapun sebagai imbalan transplantasi.
Pasal 17
Dilarang memperjualbelikan alat atau jaringan tubuh manusia.
Pasal 18
Dilarang mengirim dan menerima alat dan jaringan tubuh manusia dalam semua
bentuk ke dan dari luar negeri.
Selanjutnya dalam UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan dicantumkan
beberapa pasal tentang transplantasi sebagai berikut :
Pasal 33
1. Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan
transplantasi organ dan jaringan tubuh, transfusi darah, implan obat dan
10
atau alat kesehatan, serta bedah plastik dan rekontruksi.
2. Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh serta transfusi darah
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan hanya untuk tujuan
kemanusiaan dan dilarang untuk tujuan komersial.
Pasal 34
1. Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu
dan dilakukan di sarana kesehatan tertentu.
2. Pengambilan organ dan atau jaringan tubuh dari seorang donor harus
memperhatikan kesehatan donor yang bersangkutan dan ada persetujuan
ahli waris atau keluarganya.
3. Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi s
ebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
2.5. Aspek Etik Transplantasi
Transplantasi merupakan upaya terakhir untuk menolong seorang pasien
dengan kegagalan fungsi salah satu organ tubuhnya. Dari segi etika kedokteran,
tindakan ini wajib dilakukan jika ada indikasi, berlandaskan beberapa pasal dalam
KODEKI, yaitu:
Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan
standar profesi yang tertinggi
Pasal 7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya melindungi hidup
insani
11
Pasal 10
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ia tidak mampu melakukan
suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib
merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut
Bertitik tolak dari pasal-pasal tersebut di atas, para dokter harus
menguasai, mengembangkan dan memanfaatkan iptek transplantasi untuk
kemashlahatan pasien dan keluarganya.
2.6. Yurisprudensi12
Berikut ini adalah beberapa contoh kasus yang dijadikan yurisprudensi dalam hal
transplantasi organ :
a. Transplantasi – donasi kulit – belum dewasa
Seorang anak laki – laki berumur 15 tahun memberikan persetujuannya
menjadi donor kulit untuk suatu bedah plastik kepada orang lain. Orang
tuanya menuntut dokter itu karena melanggar hukum (assault).
Hakim memutuskan bahwa seorang anak yang baru berumur 16 tahun secara
yuridis belum bisa memberikan persetujuan apabila bukan untuk kepentingan
dirinya sendiri. Izin dari orang tuanya harus diperoleh.
b. Anak Kembar – donor hidup – transplantasi ginjal
Salah satu dari sepasang anak kembar, masing – masing berusia kurang lebih
8 tahun harus dibuang kedua –dua ginjal.
Pengetesan terhadap kedua orang tua menunjukkan bahwa mereka tidak bisa
menjadi donor bagi anak tersebut. Ternyata kemudian yang cocok adalah
saudara kembarnya. Walaupun memperoleh perseutjuan dari kedua orang
tuanya, tapi dokternya menolak untuk melakukan transplantasi tanpa izin dari
pengadilan.
Menurut ilmu kedokteran, donor anak itu bisa hidup normal sebagai mana
biasa lagi sesudah 30 hari sejak operasi dilakukan dan bahwa operasi itu
sendiri tidak menjadi halangan bagi kesehatan si donor anak itu.
12
Seorang psikiater memberi kesaksian bahwa adalah untuk kepentingan donor
anak itu sendiri juga untuk memberikan satu gibnjalnya.
Seorang pendeta juga memberi kesaksian, bahwa donor anak itu secara moral
dan terologis dapat dibernarkan. Pengadilan akhirnya menyetujui dilakukan
transplantasi. Dasar pertimbangan adalah karena tidak ada yang menetang
dilakukannya operasi terhadap anak kembar satunya itu, dan risiko bagi donor
anak itu minimal, maka kedua orang tuanya berhak untuk memberika
persutujuannya.
c. Transplantasi ginjal – donornya IQ 35 – Izin pengadilan
Tommy Strunk, berusia 28 tahun, menikah, menderita sakit ginjal yang berat
dan hidupnya kini hanya tergantung pada hemodialisis. Jerry Strunk,
saudaranya, 27 tahun yang pernah dites IQ nya hanya 35, jalan pikirannya
sama dengan anak berusia 6 tahun. Pengetasan darah seluruh anggota
keluarga lainnya menunjukkan ketidak-cocokan dengan darah dan jaringan
Tommy. Ternyata yang cocok adalah dari Jerry. Ibunya mengajukan kepada
pengadilan untuk mengizinkan dilakukan transplantasi dengan Jerry sebagai
donor hidup. Pengadilan mengizinkan, karena ternyata transplantasi ini juga
akan bermanfaat bagi kedua – dua saudara, baik Tommy maupun Jerry.
Hal ini disebabkan karena Jerry ternyata secara emosionil dan psikologis
sangat menderita apabila sampai kehilangan Tommy. Kesaksian medis
menunjukkan bahwa Tommy mempunyai kesempatan lebi bagus untuk hidup
jika dilakukan transplantasi dari Jerry daripada dari donor mayat.
Transplantasi dilakukan dan berhasil baik.
2.7. Kasus
Lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia mengidap diabetes. Kasus
terbanyak terjadi di India, Tiongkok, dan America. Penyakit tersebut bisa
menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa. Tetapi, transplantasi dua organ
tubuh dipercaya bisa dapat memperpanjang harapan hidup para pengidap diabetes.
Suatu hari pukul 05.30 waktu setempat di ruang bedah Rumah Sakit Barnesh-
Jewish di St Louis, Dokter Jason Wellen yang tengah melakukan pembedahan,
13
menunjuk ke rongga perut pasiennya yang dibedah dan pankreasnya yang baru di
transplantasi. Sang pasien bernama Tiffany Buchta. Ia mengidap diabetes tipe 1
dan didiagnosa ketika berusia 15 tahun.
Dikenal sebagai diabetes usia remaja, diabetes tipe 1 ini terjadi karena
sistem imunitas tubuh menyerang dirinya sendiri, menghancurkan sel-sel yang
memproduksi insulin didalam pankreas. Sekitar 10% penderita sakit gula
mengidap diabetes tipe 1. Penyebab pasti diabetes tipe ini tidak diketahui tetapi
para periset meyakini kombinasi faktor genetic dan lingkungan hidup adalah
penyebabnya. Berbeda dengan penderita diabetes tipe 2 yang seringkali
mengontrol penyakit mereka dengan diet, olah raga dan obat-obatan yang
diminum. Orang yang diabetes tipe 1 membutuhkan suntikan insulin untuk
bertahan hidup. Belum lagi diabetes bisa berakibat buruk pada ginjal.
Tiffany mengatakan “Sekitar tiga atau empat tahun lalu ginjal saya hanya
berfungsi 45 persen dan saya tidak menyadari ini bisa terjadi begitu cepat”.
Hal itu terjadi ketika ia berusia 30-an. Oktober tahun lalu, Butcha mengalami
gagal ginjal. Tiga kali seminggu ia harus pergi ke klinik setempat. Disana selama
3,5 jam ia terhubung dengan mesin dialysis. Mesin tersebut mencuci darahnya.
Pekerjaan yang tidak lagi bisa dilakukan ginjalnya. Lalu Butcha ditawari
transplantasi. Tidak hanya ginjal baru tapi juga pankreas baru.
Dr. Wellen menjelaskan “Jika saya hanya memberi transplantasi ginjal
kepada penderita diabetes tipe 1, seiring berjalannya waktu diabetes mereka akan
menyerang ginjal baru tersebut seperti yang terjadi pada ginjal mereka sendiri.
Jadi, dengan menawarkan mereka transplantasi ginjal dan pankreas dari donor
yang sama, kita tidak hanya meningkatkan secara drastis kualitas hidup mereka.
Gula darah mereka menjadi normal dan tidak lagi membutuhkan insulin serta
membuat ginjal itu lebih tahan lama”.
Dengan pankreas dan ginjal baru dari sang donor yaitu korban kecelakaan
mobil usia 23 tahun, Butcha kemungkinan akan hidup lebih lama. “Pembedahan
ini akan memberinya harapan hidup sekitar 85 persen. Jadi dari harapan hidup 30
persen menjadi 85 persen ini merupakan perbedaan yang sangat besar”, demikian
tambah Dr. Wellen dan bagi Tiffany Butcha, kini ia bisa hidup normal lagi.
14
Kasus diatas menyatakan bahwa transplantasi dilakukan karena faktor
penyakit yang diderita. Penyakit tersebut jika tidak segera dilakukan transplantasi,
dikhawatirkan bisa menimbulkan komplikasi yang lebih berbahaya. Pasal 15
Undang-undang No. 18 tahun 1981 yang berbunyi “Sebelum persetujuan tentang
transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia diberikan oleh calon donor hidup,
calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu diberitahu oleh dokter yang
merawatnya, termasuk dokter konsultan mengenai sifat operasi, akibat-akibat dan
kemungkinan yang dapat terjadi. Dokter yang merawatnya harus yakin benar
bahwa calon donor yang bersangkutan telah menyadari sepenuhnya arti dari
pemberitahuan tersebut”, maka kasus tersebut tidak melanggar hukum. Karena
dokter yang merawat pasien tersebut telah menjelaskan prosedur dan resiko-resiko
yang terjadi. Tindakan selanjutnya kembali kepada keputusan pasien. Jadi pada
dasarnya, transplantasi organ menurut hukum, boleh dilakukan dengan ketentuan,
transplantasi dilakukan dengan persetujuan pendonor dan resipien serta pendonor
maupun resipien paham betul bagaimana transplantasi akan dilakukan serta resiko
apa saja yang akan terjadi.
15
BAB 3
KESIMPULAN
Transplantasi atau pencangkokan adalah pemindahan organ, sel, atau
jaringan dari si pendonor kepada orang lain yang membutuhkan penggantian
organ disebabkan kegagalan organ, kerusakan sel maupun jaringan dengan tujuan
untuk mengembalikan fungsi organ, sel, maupun jaringan yang telah rusak
tersebut. Berdasarkan jenisnya, transplantasi diklasifikasikan menjadi 4 tipe, yaitu
autograft, allograft, isograft, dan xenograft.
Pembahasan mengenai transplantasi organ telah dilakukan oleh WHO
diantaranya tahun 1987 di Jenewa tanggal 4-15 May, yang telah menghasilkan
WHA 40.13 mengenai Pengembangan Prinsip-prinsip Dasar bagi Transplantasi
Organ Manusia yang terdiri dari 9 prinsip dasar. Dalam sidang yang ke 62 pada
bulan Mei 2009, 9 Petunjuk Prinsip tersebut diperbaiki dan disesuaikan dengan
perkembangan dan laporan transplantasi organ saat ini. Petunjuk prinsip tersebut
merupakan petunjuk bagi negara-negara dalam menyusun ketentuan mengenai
transplantasi organ dan memasukkan prinsip tersebut kedalam aturan nasionalnya.
Ditinjau dari aspek hukum, dalam PP No.18 tahun 1981 tentang bedah
mayat klinis, bedah mayat anatomis dan transplantasi alat serta jaringan tubuh
manusia, tercantum pasal-pasal tentang transplantasi yang meliputi pasal 1, 10,
11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 33, dan 34.
Dari segi etika kedokteran, tindakan ini wajib dilakukan jika ada indikasi,
berlandaskan beberapa pasal dalam KODEKI, yaitu pasal 2, 7d, dan 10. Bertitik
tolak dari pasal-pasal tersebut di atas, para dokter harus menguasai,
mengembangkan dan memanfaatkan iptek transplantasi untuk kemashlahatan
pasien dan keluarganya.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Hanafiah, M. Jusuf., Amir, Amri. 2008. Etika Kedokteran & Hukum
Kesehatan. Edisi 4. Jakarta: EGC.
2. Soetjipto, Patricia. 2010. Transplantasi Organ Manusia. Tesis Program
Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Universitas Indonesia.
3. Yusuke Shimazono; http://www.who.int/bulletin/volumes/85/12/06-
039370
4. Mayo Clinic, Transplant Programs at Mayo Clinic, Organ Donation,
http://www.mayoclinic.org/transplant/organ-donation.html
5 Usul Majadi Sinaga,"Pidato Pengukuhan Menjadi Guru Besar Tetap
Dalam Bidang Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Sumater Utara",
28 Juli 2007.
6. Merriem Wesbter Online, Medical Dictionary,
http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=6290
7. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online,
http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php
8. World Health Organization, Transplantation,
http://www.who.int/topics/transplantation/en/
9. Tugas dari WHO diambil dari About WHO, diunduh dari website WHO:
http://www.who.int/about/en/WHO: http://www.who.int/about/en/
10. WHO, Forty-Second World Health Assembly Geneva, May 1989,
4D841222-CCAD-4801-9685-E4DED299DDF7
11. World Health Organization Guiding Principles On Human Cell, Tissue
And Organ Transplantation,
http://www.searo.who.int/LinkFiles/BCT_WHO_guiding_principle
s_organ_transplantation.pdf
12. Gusnadi, JH. 2007. Hukum Medis. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Bab 18.
17