Transplantasi Jaringan Atau Organ

32
TRANSPLANTASI JARINGAN ATAU ORGAN A. Pengertian Transplantasi Transplantasi adalah memindahkan alat atau jaringan tubuh dari satu orang ke orang lain (Baratawidjaja, 2006). Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu. Transplantasi ditinjau dari sudut si penerima, dapat dibedakan menjadi: 1. Autotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain dalam tubuh orang itu sendiri. 2. Homotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh seseorang ke tubuh orang lain. 3. Heterotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ dari suatu spesies ke tubuh spesies lainnya. Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi, yaitu : 1. Eksplantasi, yaitu usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup atau yang sudah meninggal. 2. Implantasi, yaitu usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut kepada bagian tubuh sendiri atau tubuh orang lain. Disamping itu, ada dua komponen penting yang menunjang keberhasilan tindakan transplantasi, yaitu:

description

transplantasi

Transcript of Transplantasi Jaringan Atau Organ

Page 1: Transplantasi Jaringan Atau Organ

TRANSPLANTASI JARINGAN ATAU ORGAN

A.      Pengertian Transplantasi

Transplantasi adalah memindahkan alat atau jaringan tubuh dari satu orang ke orang lain

(Baratawidjaja, 2006).

Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu

tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan dan

kondisi tertentu.

Transplantasi ditinjau dari sudut si penerima, dapat dibedakan menjadi:

1.      Autotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain dalam tubuh

orang itu sendiri.

2.      Homotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh seseorang ke

tubuh orang lain.

3.      Heterotransplantasi, yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ dari suatu spesies ke tubuh

spesies lainnya.

Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi, yaitu :

1.      Eksplantasi, yaitu usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup atau yang sudah

meninggal.

2.      Implantasi, yaitu usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut kepada bagian

tubuh sendiri atau tubuh orang lain.

Disamping itu, ada dua komponen penting yang menunjang keberhasilan tindakan

transplantasi, yaitu:

1.      Adaptasi donasi, yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang hidup yang diambil

jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan psikis, untuk hidup dengan kekurangan

jaringan / organ.

2.      Adaptasi resepien, yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima jaringan / organ tubuh

baru sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak jaringan / organ tersebut, untuk

berfungsi baik, mengganti yang sudah tidak dapat berfungsi lagi.

B.       Jenis-Jenis Transplantasi

Page 2: Transplantasi Jaringan Atau Organ

Kini telah dikenal beberapa jenis transplantasi atau pencangkokan, baik berupa sel,

jaringan maupun organ tubuh yaitu sebagai berikut (Guyton: 2007):

1.    Transplantasi Autologus

Yaitu perpindahan dari satu tempat ketempat lain dalam tubuh itu sendiri, yang

dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi

2.    Transplantasi Alogenik

Yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang sama spesiesnya, baik dengan

hubungan keluarga atau tanpa hubungan keluarga

3.    Transplantasi Singenik

Yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang identik, misalnya pada gambar

identik

4.    Transplantasi Xenograft

Yaitu perpindahan dari satu tubuh ke tubuh lain yang tidak sama spesiesnya.

C.       Reaksi Penolakan

Terjadi oleh sel T helper (Saat ini disebut CD4+) resipien yang mengenal antigen MHC

allogenic. Sel T helper merangsang sel Tc (T citotoxic atau CD8+) mengenal antigen MHC

allogenic untuk membunuh sel sasaran. Sel T helper melalui Limfokin menyebabkan

Makrofag dikerahkan akibatnya kerusakan jaringan target. Reaksi yang terjadi mirip dengan

Hipersensitivitas tipe IV (Gell dan Coombs) (Kates: 2002): Tipe Reaksi penolakan:

1.    Tipe Reaksi Penolakan Transplantasi Rejeksi Hiperakut : Reaksi penolakan yang terjadi

dalam 24 jam setelah transplantasi.

2.    Rejeksi Akut : Reaksi terlihat pada resipien yang sebelumnya tidak tersensitisasi terhadap

transplan pada penolakan umum allograft dan pengobatan imunosupresif yang kurang efektif.

3.    Rejeksi Kronis : Hilangnya fungsi organ yang dicangkokkan secara perlahan beberapa

bulan-tahun sesudah organ berfungsi normal dan disebabkan oleh sensitivitas yang timbul

terhadap antigen transplan atau oleh sebab intoleransi terhadap sel T.

Immunosupressan

Walaupun HLA agak mirip, namun sistem imun resipien dapat berbeda dalam

penerimaannya akibatnya dapat terjadi penolakan. Penolakan terjadi setelah beberapa minggu

transplantasi. Pemberian Immunosupressan mampu menekan reaksi penolakan ini. Efek

negatif : Menekan reaksi imun keseluruhan dan menekan imun terhadap infeksi dari luar.

Obat Imunosupressan : Kortikosteroid (misalnya prednison), Azatioprin, Takrolimus,

Page 3: Transplantasi Jaringan Atau Organ

Mikofenolat mofetil, Siklosporin, Siklofosfamid, Globulin anti-limfosit dan globulin anti-

timosit dan terakhir Antibodi monoclonal (Baratawidjaja: 2006).

Kompleks Histokompatibilitas Utama

Kompleks Histokompabilitas menurut (bahasa Inggris: major histocompatibility

complex atau MHC) adalah sekumpulan gen  yang ditemukan pada semua jenis vertebrata.

Gen tersebut terdiri dari ± 4 juta bp yang terdapat di kromosom nomor 6 manusia dan lebih

dikenal sebagai kompleks antigen leukosit  manusia (HLA). Protein MHC yang disandikan

berperan dalam mengikat dan mempresentasikan antigen peptida ke sel T. (David, 2004).

Struktur protein MHC

a.      Protein MHC kelas I

Protein MHC kelas I ditemukan pada semua permukaan sel berinti. Protein ini bertugas

mempresentasikan antigen  peptida ke sel T sitotoksik (Tc) yang secara langsung akan

menghancurkan sel yang mengandung antigen asing tersebut. Protein MHC kelas I terdiri

dari dua polipeptida , yaitu rantai membrane integrated alfa (α) yang disandikan oleh gen

MHC pada kromosom nomor  6, dan non-covalently associated beta-2 mikroglobulin (β2m).

Rantai α akan melipat dan membentuk alur besar antara domain  α1 dan α2 yang menjadi

tempat penempelan molekul MHC dengan antigen protein. Alur tersebut tertutup pada pada

kedua ujungnya dan peptida  yang terikat sekitar 8-10 asam amino. MHC kelas satu juga

memiliki dua α heliks yang menyebar di rantai beta sehingga dapat berikatan dan berinteraksi

dengan reseptor sel T. (Pandjassarame, 2009)

b.      Protein MHC kelas II

Protein MHC kelas I terdapat pada permukaan sel B, makrofag, sel dendritik, dan beberapa

sel penampil (antigen presenting cell atau APC) khusus. Melalui protein MHC kelas II inilah,

APC dapat mempresentasikan antigen ke sel-T penolong (Th) yang akan menstimulasi reaksi

inflamatori  atau respon antibodi. MHC kelas II ini terdiri dari dua ikatan non kovalen

polipeptida integrated-membrane yang disebut α dan β. Biasanya, protein ini akan

berpasangan untuk memperkuat kemampuannnya untuk berikatan dengan reseptor sel T.

Domain α1 dan β1 akan membentuk tempat untuk pengikatan MHC dan antigen (Anthony,

2007).

c.       Gen MHC dan polimorfisme

Page 4: Transplantasi Jaringan Atau Organ

Pada manusia, gen yang mengkodekan MHC terletak pada kromosom nomor 6 dan terbagi

menjadi dua kelas gen, yaitu kelas I untuk MHC I dan kelas II untuk MHC II. Kelompok gen

yang termasuk kelas I terdiri dari tiga lokus mayor yang disebut B, C, dan A, serta beberapa

lokus  minor yang belum diketahui. Setiap lokus mayor menyandikan satu

polipeptida tertentu. Pada gen pengkode rantai alfa, terdapat banyak alel atau dengan kata

lain bersifat polimorfik. Rantai beta-2-mikro globulin dikodekan oleh gen yang terletak di

luar kompleks gen MHC, namun apabila terjadi kecacatan pada gen tersebut maka antigen

kelas I tidak bisa dihasilkan dan dapat terjadi defisiensi sel T sitotoksik. Kompleks gen kelas

II terdiri dari tiga lokus  yaitu DP, DQ, dan DR yang masing-masing mengkodekan satu

rantai alfa atau beta. Rantai polipeptida yang dihasilkan akan saling berikatan dan

membentuk antigen kelas II. Seperti halnya antigen kelas II, antigen kelas II juga bersifat

polimorfik (unik) karena lokus DR dapat terdiri atas lebih dari satu macam gen penyandi

rantai beta fungsional (Abdul, 2009).

D.      Respon Imun Pada Transplantasi Organ atau Jaringan

Masalah utama: Pada transplantasi à perbedaan genetik diantara jaringan/tissue atau

organ yang di transplantasi. Perbedaan ini dapat dibagi 4:

1.    Autograf

Transplantasi jaringan dari satu bagian tubuh ke bagian lain pada orang yang sama, tidak

dianggap asing oleh sistem imun, tidak menyebabkan masalah kekebalan tubuh, variasi

genetik tidak ada dan molekul major histocompatibility complex (MHC) dapat mengenal

jaringan atau organ yang baru sebagai “ sendiri”

2.    Allograf

Pencangkokan yang umum, dari satu organisme ke organisme lain berasal dari spesies

yang sama, walaupun demikian mereka mempunyai latar belakang genetik berbeda. Molekul-

molekul MHC penerima akan mengenal bagian cangkokan sebagai benda asing, memberitahu

sistem kekebalan tubuh untuk menolaknya.

3.    Isograf

Transplantsi jaringan atau organ dari donor yang secara genetik identik dengan resipien

atau jaringan dari individu

4.    Xenograf

Page 5: Transplantasi Jaringan Atau Organ

Pencangkokan satu spesies suatu organisme ke spesies lain. Masalah: Variasi genetik

yang terlalu besar di antara dua organisme tersebut. Menimbulkan penolakan yang sangat

cepat ke jaringan-jaringan asing atau organ yang berasal dari respon sel dibantu oleh Ig.M.

Gagasan untuk pencangkokan dari hewan ke manusia, masalah: seperti penyakit, ukuran

organ dan perdebatan etis. 1999 di, Inggris eksperimen pencangkokan hati babon ke manusia,

mengakibatkan terinfeksi virus yang berasal dari babon tersebut.

E.       Sistem Kekebalan / Imun & Pencangkokan

Keberhasilan pencangkokan organ terletak pada kendali sistem imun untuk mengizinkan

proses adaptasi pencangkokan tersebut, dan mencegah proses penolakan. Gen-gen merupakan

alasan utama pengenalan antigen-antigen asing.

Major Histocompatibility Complex (MHC), berada pada lengan pendek kromosom 6.

Gen-gen MHC manusia mencerminkan molekul-molekul permukaan sel: disebut alloantigen

dikenal sebagai HLA

Molekul-molekul permukaan sel bersifat bersifat polimorfik & memungkinkan sistem

imun untuk mengenal antigen sendiri dan asing. Gen-gen MHC, diwariskan menurut model

Mendelian klasik, terdiri dari MHC kelas I dan MHC kelas II.

F.       HLA (Histocompatibility Antigen)

HLA kelas I: HLA-A, HLA-B & HLA-C ditemukan pada semua permukaan sel. HLA

kelas I mengikat antigen protein asing, termasuk jaringan/tissu yang dicangkok, dikenal oleh

sel T antigen-spesifik. Molekul MHC/HLA kelas I Biasanya dikenal oleh CD8+ sel T

sitotoksik.

Page 6: Transplantasi Jaringan Atau Organ

HLA kelas II : (HLA-DR,HLA-DP, HLA-DQ), ditemukan hanya pada sel-sel yang

mengenali antigen seperti limfosit B, makrofag, sel-sel dendrit dari organ-organ limfoid.

Molekul HLA kelas II dipercaya memegang peranan dominan

G.      Penolakan

Penolakan dari pencangkokan à proses dari sistem imun si penerima pencangkokan

menyerang organ/jaringan/tissu yang dicangkok. Sebab sistem imun normal & sehat dapat

membedakan organ/jaringan/tissu asing untuk menghancurkan mereka. Seperti sistem

organisme menghancurkan bakteri dan virus yang menginfeksinya

Antigen MHC/HLA alasan utama penolakan secara genetik dari penerima cangkokan

terhadap organ/jaringan asing. Alloantigen ini dibawa ke sel T oleh HLA kompleks yang

menentukan kecepatan penolakan ini akan terjadi.

Klasifikasi Penolakan :

1.      Hiper-akut:

Respon mediasi komplemen pada penerima dengan antibodi yang telah ada pada donor

(antibodi tipe darah ABO) terjadi dalam hitungan menit sehingga cangkokan tersebut harus

segera dibuang mencegah respons inflamasi sistemik yang parah.

2.      Akut:

Umumnya terjadi 5-10 hari setelah pencangkokan, dan dapat menghancurkan cangkokan

tersebut. Obat penekan sistem imun sangat efektif mencegah tipe penolakan ini. Hal ini

berhasil 60-75% pencangkokan ginjal pertama. 50-60% pada pencangkokan hati.

3.      Penolakan Kronis

Penolakan jangka panjang diakibatkan oleh respons imun alloreaktif penerima. Hal ini

dapat terjadi pada semua tipe cangkokan seperti pengcangkokan jantung, paru, ginjal dll

Page 7: Transplantasi Jaringan Atau Organ

Mekanisme Penolakan

Sel T berpranan utama utama dalam proses penolakan. Setelah distimulasi efektor

CD4+sel T menghasilkan sitokin (antara lain interleukin-interleukin yang menyediakan

signal untuk Sel T sitotoksik dan sel T helper. IL-2 juga meningkatkan ekspansi klonal sel T,

yang membantu dalam proses penolakan

Sitokin yang lain juga dihasilkan dalam proses Respons untuk mendeteksi antigen asing.

Pengenalan antgen transplantasi oleh sel T Helper disebut “allorecognition”.

H.      Transplantasi

Pencocokan Jaringan 

Pencangkokan jaringan dan organ merupakan suatu proses yang rumit. Dalam keadaan

normal, sistem kekebalan akan menyerang dan menghancurkan jaringan asing (keadaan ini

dikenal sebagai penolakan cangkokan). Untuk mengurangi beratnya penolakan tersebut,

maka sebaiknya jaringan donor dan jaringan resipien harus memiliki kesesuaian yang

semaksimal mungkin.

Untuk mencapai tingkat kesesuaian yang semaksimal mungkin, dilakukan penentuan

jenis jaringan donor dan resipien. 

Antigen adalah zat yang dapat merangsang terjadinya suatu respon kekebalan, yang

ditemukan pada permukaan setiap sel di tubuh manusia. Jika seseorang menerima jaringan

dari donor, maka antigen pada jaringan yang dicangkokkan tersebut akan memberi peringatan

kepada tubuh resipien bahwa jaringan tersebut merupakan benda asing.

3 antigen spesifik pada permukaan sel darah merah adalah A, B dan Rh, yang menentukan

apakah akan terjadi penolakan atau penerimaan pada suatu transfusi darah. Karena itu darah

digolongkan berdasarkan ketiga jenis antigen tersebut. 

Jaringan lainnya memiliki berbagai antigen, sehingga penyesuaian menjadi lebih

mungkin terjadi. Sekelompok antigen yang disebut human leukocyte antigen (HLA)

merupakan antigen yang paling penting pada pencangkokan jaringan lain selain darah.

Semakin sesuai antigen HLAnya, maka kemungkinan besar pencangkokan akan berhasil. 

Biasanya sebelum suatu organ dicangkokkan, jaringan dari donor dan resipien diperiksa

jenis HLAnya. Pada kembar identik, antigen HLAnya benar-benar sama. Pada orang tua dan

sebagian besar saudara kandung, beberapa memiliki antigen yang sama; 1 diantara 4 pasang

saudara kandung memiliki antigen yang sama. 

Penekanan Sistem Kekebalan 

Page 8: Transplantasi Jaringan Atau Organ

Meskipun jenis HLA agak mirip, tetapi jika sistem kekebalan resipien tidak

dikendalikan, maka organ yang dicangkokkan biasanya ditolak.

Penolakan biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan, tetapi mungkin juga baru

tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian. 

Penolakan bisa bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan

progresif meskipun telah dilakukan pengobatan. 

Penolakan tidak hanya dapat merusak jaringan maupun organ yang dicangkokkan tetapi

juga bisa menyebabkan demam, menggigil, mual, lelah dan perubahan tekanan darah yang

terjadi secara tiba-tiba. 

Penemuan obat-obatan yang dapat menekan sistem kekebalan telah meningkatkan angka

keberhasilan pencangkokkan. 

Tetapi obat tersebut juga memiliki resiko. Pada saat obat menekan reaksi sistem

kekebalan terhadap organ yang dicangkokkan, obat juga menghalangi perlawanan infeksi dan

penghancuran benda asing lainnya oleh sistem kekebalan. 

Penekanan sistem kekebalan yang intensif biasanya hanya perlu dilakukan pada minggu-

minggu pertama setelah pencangkokkan atau jika terlihat tanda-tanda penolakan. 

Berbagai jenis obat bisa bertindak sebagai immunosupresan. Yang sering digunakan

adalah kortikosteroid (misalnya prednison); pada awalnya diberikan melalui infus kemudian

dalam bentuk obat yang diminum. Obat lainnya adalah:

1.    Azatioprin

2.    Takrolimus

3.    Mikofenolat mofetil

4.    Siklosporin

5.    Siklofosfamid (terutama digunakan pada pencangkokkan sumsum tulang)

6.    Globulin anti-limfosit dan globulin anti-timosit

7.    Antibodi monoklonal. 

Pencangkokan Ginjal 

Untuk orang-orang yang ginjalnya sudah tidak berfungsi, pencangkokan ginjal

merupakan alternatif pengobatan selain dialisa dan telah berhasil dilakukan pada semua

golongan umur. 

Ginjal yang dicangkokkan kadang berfungsi sampai lebih dari 30 tahun. Orang-orang

yang telah berhasil menjalani pencangkokkan ginjal biasanya bisa hidup secara normal dan

aktif. 

Page 9: Transplantasi Jaringan Atau Organ

Transplantasi merupakan operasi besar karena ginjal dari donor harus disambungkan

dengan pembuluh darah dan saluran kemih resipien.

Lebih dari duapertiga transplantasi berasal dari donor yang sudah meninggal, yang biasanya

merupakan orang sehat yang meninggal karena kecelakaan. Ginjal dikeluarkan dari tubuh

donor, didinginkan dan segera dibawa ke rumah sakit untuk dicangkokkan kepada seseorang

yang memiliki jenis jaringan yang asama dan seru darahnya tidak mengandung antibodi

terhadap jaringan. 

Meskipun telah digunakan obat-obatan untuk menekan sistem kekebalan, tetapi segera

setelah pembedahan dilakukan, bisa terjadi satu atau beberapa episode penolakan. Penolakan

ini bisa menyebabkan: 

  Peningkatan berat badan akibat penimbunan cairan 

  Demam 

  Nyeri dan pembengkakan di daerah tempat ginjal dicangkokkan. 

Pemeriksaan darah mungkin menunjukkan adanya kemunduran fungsi ginjal. Untuk

memperkuat diagnosis penolakan, bisa dilakukan biopsi jarum (pengambilan contoh jaringan

ginjal dengan bantuan sebuah jarum untuk diperiksa dengan mikroskop). 

Penolakan biasanya bisa diatasi dengan menambah dosis atau jumlah obat

immunosupresan. Jika penolakan tidak dapat diatasi, berarti pencangkokkan telah

gagal. Ginjal yang ditolak bisa dibiarkan di dalam tubuh resipien, kecuali jika: 

  Demam terus menerus 

  Air kemih mengandung darah 

  Tekanan darah tetap tinggi. 

Jika pencangkokkan gagal, maka harus segera kembali dilakukan dialisa. Upaya

pencangkokkan berikutnya bisa dilakukan setelah penderita benar-benar pulih dari

pencangkokkan yang pertama. 

Kebanyakan episode penolakan dan komplikasi lainnya terjadi dalam waktu 3-4 bulan

setelah pencangkokkan. Obat immunosupresan tetap diminum karena jika dihentikan bisa

menimbulkan reaksi penolakan. Pemberian obat immunosupresan dihentikan jika timbul efek

samping atau infeksi yang berat. 

Resiko terjadinya kanker pada penerima ginjal adalah 10-15 kali lebih besar bila

dibandingkan dengan populasi umum. 

Page 10: Transplantasi Jaringan Atau Organ

Resiko terjadinya kanker sistem getah bening adalah sekitar 30 kali lebih besar daripada

normal, hal ini terjadi kemungkinan karena telah terjadi penekanan terhadap sistem kekebalan

Pencangkokan Hati 

Penderita penyakit ginjal memiliki alternatif pengobatan dialisa, tetapi tidak demikian

halnya dengan penderita penyakit hati yang berat. Jika hati sudah tidak berfungsi lagi, maka

satu-satunya pilihan pengobatan adalah pencangkokkan hati. 

Angka keberhasilan transplantasi hati lebih rendah daripada transplantasi ginjal, tetapi 70-

80% resipien bertahan hidup minimal selama 1 tahun. 

Mereka yang bertahan hidup kebanyakan adalah resipien yang hatinya telah mengalami

kerusakan akibat sirosis bilier primer, hepatitis atau pemakaian obat yang merupakan racun

bagi hati. 

Tansplantasi hati sebagai pengobatan untuk kanker hati jarang berhasil. Kanker biasanya

kembali tumbuh pada hati yang dicangkokkan atau pada organ lainnya dan kurang dari 20%

resipien yang bertahan hidup selama 1 tahun. 

Yang mengejutkan adalah bahwa reaksi penolakan pada transplantasi hati tidak sehebat

reaksi penolakan pada transplantasi organ lainnya (seperti ginjal dan jantung). Tetapi setelah

pembedahan harus diberikan obat immunosupresan. 

Jika resipien mengalami pembesaran hati, mual, nyeri, demam, sakit kuning atau terdapat

kelainan fungsi hati (yang diketahui dari hasil pemeriskaan darah), maka bisa

dilakukan biposi jarum. Hasil biopsi akan membantu menentukan apakah hati yang

dicangkokkan telah ditolahk dan apakah dosis obat immunosupresan harus ditingkatkan. 

Pencangkokan Jantung 

Beberapa puluh tahun yang lalu tidak mungkin dilakukan, tetapi saat ini transplantasi

jantung telah menjadi kenyataan. 95% resipien bisa lebih baik dalam melakukan olahraga dan

kegiatan sehari-hari; lebih dari 70% resipien yang kembali bekerja. 

Transplantasi jantung dilakukan pada penderita penyakit jantung yang paling serius dan

tidak dapat diatasi dengan obat-obatan atau pembedahan lainnya. 

Setelah pembedahan, kepada resipien perlu diberikan obat immunosupresan. Reaksi

penolakan terhadap jantung biasanya berupa demam, lemah dan denyut jantung yang cepat

atau abnormal.

Jantung yang tidak berfungsi dengan baik bis amenyebabkan tekanan darah rendah,

pembengkakan dan penimbunan cairan di dalam paru-paru.

Page 11: Transplantasi Jaringan Atau Organ

Penolakan yang sifatnya sangat ringan mungkin tidak menunjukkan gejala sama sekali tetapi

bisa terlihat adanya perubahan pada EKG. 

Jika diduga telah terjadi penolakan, biasanya dilakukan biopsi. Jika ternyata terbukti telah

terjadi penolakan, maka dilakukan penyesuaian dosis obat immunosupresan. 

Hampir separuh kematian pada resipien jantung disebabkan oleh infeksi. Komplikasi

lainnya adalah aterosklerosis yang timbul pada arteri koroner dari 25% resipien. 

Penjangkokan Paru-Paru & Jantung-Paru 

Beberapa tahun terakhir ini, transplantasi paru-paru telah menunjukkan kemajuan yang

pesat. Biasanya hanya 1 paru-paru yang dicangkokkan, tetapi kadang dilakukan transplantasi

kedua paru-paru. 

Jika penyakit paru-paru juga telah menyebabkan kerusakan pada jantung, kadang

transplantasi paru-paru digabungkan dengan transplantasi jantung. 

Transplantasi paru-paru harus dilakukan segera setelah paru-paru diperoleh karena proses

pengawetannya sulit. 

Paru-paru bisa berasal dari donor hidup maupun donor yang baru meninggal. Dari donor

hidup, hanya 1 paru-paru yang bisa diambil dan biasanya hanya 1 lobus yang didonorkan. 

80-85% resipien bertahan hidup minimal selama 1 tahun dan sekitar 70% bertahan hidup

selama 5 tahun. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada resipien: 

  Infeksi 

  Penyembuhan yang jelek pada titik persambungan saluran udara 

  Penyumbatan saluran udara akibat pembentukan jaringan parut 

  Penutupan saluran udara yang kecil (merupakan komplikasi lanjut yang bisa menjadi pertanda

adanya penolakan yang terjadi secara bertahap). 

Penolakan terhadap transplantasi paru-paru sulit untuk diketahui, dinilai dan diobati. Pada

lebih dari 80% resipien, penolakan terjadi dalam beberapa bulan setelah pembedahan. 

Penolakan bisa menyebabkan demam, sesak nafas dan lemah (kelemahan terjadi akibat

berkurangnya oksigen dalam darah). Penolakan diatasi dengan melakukan penyesuaian dosis

obat immunosupresan. 

Pencangkokan Pankreas 

Page 12: Transplantasi Jaringan Atau Organ

Transplantasi pankreas hanya dilakukan pada penderita diabetes tertentu. Tujuan dari

pencangkokkan adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi diabetes dan terutama untuk

mengontrol kadar gula darah secara lebih efektif. 

Penelitian telah menunjukkan bahwa transplantasi pankreas dapat memperlambat atau

menghilangkan komplikasi dari diabetes. Tetapi kebanyakan penderita tidak cocok menjalani

transplantasi dan transplantasi biasanya hanya dilakukan pada penderita yang kadar gula

darahnya sangat sulit dikendalikan serta penderita yang belum mengalami komplikasi yang

serius. 

Lebih dari 50% resipien memili kadar gula darah yang normal dan seringkali tidak perlu

menggunakan insulin lagi. Resipien harus mengkonsumsi obat immunosupresan karena itu

mereka memiliki resiko mengalami infeksi dan komplikasi lainnya. 

Pencangkokan Sumsum Tulang 

Pencangkokkan sumsum tulang pertama kali digunakan sebagai bagian dari

pengobatanleukemia, limfoma jenis tertentu dan anemia aplastik.

Karena teknik dan angka keberhasilannya semakin meningkat, maka pemakaian

pencangkokkan sumsum tulang sekarang ini semakin meluas. Pencangkokkan sumsum tulang

dilakukan pada wanita penderita kanker payudara dan anak-anak yang menderita kelainan

genetik tertentu.

Jika penderita kanker menjalani kemoterapi dan terapi penyinaran, maka sel-sel penghasil

darah yang normal di dalam sumsum tulang juga bisa dihancurkan bersamaan dengan sel-sel

kanker. Tetapi kadang pada saat menerima kemoterapi dosis tinggi, sumsum tulang penderita

bisa dikeluarkan dan kemudian disuntikkan kembali setelah kemoterapi selesai. Karena itu,

penderita kanker bisa menerima terapi penyintaran dan kemoterapi dosis tinggi untuk

menghancurkan sel-sel kanker. 

Jenis HLA resipien harus menyerupai jenis HLA donor, karena itu biasanya donor berasal

dari keluarga dekat. Prosedurnya sendiri adalah sederhana. Biasanya dalam keadaan terbius

total, sumsum tulang diambil dari tulang panggul donor dengan bantuan sebuah jarum.

Kemudian sumsum tulang tersebut disuntikkan ke dalam vena resipien. Sumsum tulang donor

berpindah dan berakar di dalam tulang resipien dan sel-selnya mulai membelah. Pada

akhrinya, jika semua berjalan lancar, seluruh sumsum tulang resipien akan tergantikan

dengan sumsum tulang yang baru. 

Namun, prosedur transplantasi sumsum tulang memiliki resiko karena sel darah putih

resipien telah dihancurkan oleh terapi radiasi dan kemoterapi.

Page 13: Transplantasi Jaringan Atau Organ

Sumsum tulang yang baru memerlukan waktu sekitar 2-3 minggu untuk menghasilkan

sejumlah sel darah putih yang diperlukan guna melindungi resipien terhadap infeksi. 

Resiko lainnya adalah penyakit graft-versus-host), dimana sumsum tulang yang baru

menghasilkan sel-sel aktif yang secara imunologis menyerang sel-sel resipien. 

Transplantasi Organ Lainnya 

Orang yang mengalami luka bakar yang sangat luas atau kerusakan kulit luas lainnya bisa

menjalani pencangkokkan kulit (skin graft).

Cara terbaik untuk melakukan skin graft adalah dengan mengambil kulit yang sehat dari

bagian tubuh lainnya dan mencangkokkannya pada bagian tubuh yang memerlukan. Jika hal

tersebut tidak mungkin dilakukan, untuk sementara waktu bisa diambil kulit dari donor atau

hewan (misalnya babi) sampai tumbuhnya kulit baru yang normal. 

Tulang rawan kadang dicangkokkan pada anak-anak, biasanya untuk memperbaiki

kelainan pada telinga atau hidung. Kartilago donor jarang diserang oleh sistem kekebalan

tubuh resipien. 

Pada transplantasi tulang, biasanya bahan tulang diambil dari bagian tubuh lainnya untuk

dicangkokkan pada bagian tubuh yang memerlukan.

Transplantasi tulang dari donor tidak dapat bertahan, tetapi bisa merangsang pertumbuhan

tulang baru dan merupakan jembatan serta stabilisator yang baik sampai terbentuknya tulang

yang baru. 

Transplantasi usus halus masih bersifat coba-coba dan bisa dilakukan pada orang-orang

yang ususnya telah mengalami kerusakan akibat penyakit atau ususnya sudah tidak dapat

berfungsi dengan baik.

I.         Masalah Etik dan Moral dalam Transplantasi

Beberapa pihak yang ikut terlibat dalam usaha transplantasi adalah :

1.      Donor Hidup

Adalah orang yang memberikan jaringan / organnya kepada orang lain ( resepien ).

Sebelum memutuskan untuk menjadi donor, seseorang harus mengetahui dan mengerti resiko

yang dihadapi, baik resiko di bidang medis, pembedahan, maupun resiko untuk kehidupannya

lebih lanjut sebagai kekurangan jaringan / organ yang telah dipindahkan. Disamping itu,

untuk menjadi donor, sesorang tidak boleh mengalami tekanan psikologis. Hubungan psikis

dan omosi harus sudah dipikirkan oleh donor hidup tersebut untuk mencegah timbulnya

masalah.

Page 14: Transplantasi Jaringan Atau Organ

2.      Jenazah dan donor mati

Adalah orang yang semasa hidupnya telah mengizinkan atau berniat dengan sungguh –

sungguh untuk memberikan jaringan / organ tubuhnya kepada yang memerlukan apabila ia

telah meninggal kapan seorang donor itu dapat dikatakan meninggal secara wajar, dan

apabila sebelum meninggal, donor itu sakit, sudah sejauh mana pertolongan dari dokter yang

merawatnya. Semua itu untuk mencegah adanya tuduhan dari keluarga donor atau pihak lain

bahwa tim pelaksana transplantasi telah melakukan upaya mempercepat kematian seseorang

hanya untuk mengejar organ yang akan ditransplantasikan

3.      Keluarga donor dan ahli waris

Kesepakatan keluarga donor dan resipien sangat diperlukan untuk menciptakan saling

pengertian dan menghindari konflik semaksimal mungkin atau pun tekanan psikis dan emosi

di kemudian hari. Dari keluarga resepien sebenarnya hanya dituntut suatu penghargaan

kepada donor dan keluarganya dengan tulus. Alangkah baiknya apabila dibuat suatu

ketentuan untuk mencegah tinmulnya rasa tidak puas kedua belah pihak.

4.      Resipien

Adalah orang yang menerima jaringan / organ orang lain. Pada dasarnya, seorang

penderita mempunyai hak untuk mendapatkan perawatan yang dapat memperpanjang hidup

atau meringankan penderitaannya. Seorang resepien harus benar – benar mengerti semua hal

yang dijelaskan oleh tim pelaksana transplantasi. Melalui tindakan transplantasi diharapkan

dapat memberikan nilai yang besar bagi kehidupan resepien. Akan tetapi, ia harus menyadari

bahwa hasil transplantasi terbatas dan ada kemungkinan gagal. Juga perlu didasari bahwa jika

ia menerima untuk transplantasi berarti ia dalam percobaan yang sangat berguna bagi

kepentingan orang banyak di masa yang akan datang.

5.      Dokter dan tenaga pelaksana lain

Untuk melakukan suatu transplantasi, tim pelaksana harus mendapat parsetujuan dari

donor, resepien, maupun keluarga kedua belah pihak. Ia wajib menerangkan hal – hal yang

mungkin akan terjadi setelah dilakukan transplantasi sehingga gangguan psikologis dan

emosi di kemudian hari dapat dihindarkan. Tnaggung jawab tim pelaksana adalah menolong

pasien dan mengembangkan ilmu pengetahuan untuk umat manusia. Dengan demikian, dalam

Page 15: Transplantasi Jaringan Atau Organ

melaksanakan tugas, tim pelaksana hendaknya tidak dipengaruhi oleh pertimbangan –

pertimbangan kepentingan pribadi.

6.      Masyarakat

Secara tidak sengaja masyarakat turut menentukan perkembangan transplantasi.

Kerjasama tim pelaksana dengan cara cendekiawan, pemuka masyarakat, atau pemuka agama

diperlukan unutk mendidik masyarakat agar lebih memahami maksud dan tujuan luhur usaha

transplantasi. Dengan adanya pengertian ini kemungkinan penyediaan organ yang segera

diperlikan, atas tujuan luhur, akan dapat diperoleh.

J.        Transplantasi Ditinjau dari Aspek Hukum

Pada saat ini peraturan perundang – undangan yang ada adalah Peraturan Pemerintah No.

18 tahun 1981, tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi

Alat atau Jaringan Tubuh Manusia. Pokok – poko peraturan tersebut, adalah

Pasal 10

Transplantasi alat untuk jaringan tubuh manusia dilakukan dengan memperhatikan

ketentuan – ketentuan sebagai dimaksud dalam Pasal 2 Huruf a dan Huruf b, yaitu harus

dengan persetujuan tertulis penderita dan / keluarganya yang trdekat setelah penderita

meninggal dunia.

Pasal 14

Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank

mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan pernyataan tertulis

keluarga terdekat.

Pasal 15

Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia diberikan oleh

calon donor hidup, calon donor yang bersngkutan terlebih dahulu diberitahu oleh dokter yang

merawatnya, termasuk dokter konsultan mengenai sifat operasi, akibat – akibat dan

kemungkinan – kemungkinan yang dapat terjadi. Dokter yang merawatnya harus yakin benar

bahwa calon donor yang bersangkutan telah menyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan

tersebut.

Pasal 16

Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak atas suatu kompensasi

material apapun sebagai imbalan transaplantasi.

Page 16: Transplantasi Jaringan Atau Organ

Pasal 17

Dilarang memperjual – belikan alat atau jaringan tubuh manusia.

Pasal 18

Dilarang mengirim dan menerima alat dan jaringan tubuh manusia dalam semua bentuk ke

dan dari luar negri

K.      Hukum Transplantasi Menurut Islam

Hukum tentang transplantasi sangat bermacam-macam, ada yang mendukung dan ada pula

yang menolaknya. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini akan menggabungkan hukum-

hukum dari beberapa sumber yaitu dari Abuddin (Ed) (2006) dan Zamzami Saleh (2009),

sebagai berikut:

1.    Transplantasi organ   ketika masih hidup .

Pendapat 1: Hukumnya tidak Boleh (Haram).Meskipun pendonoran tersebut untuk keperluan

medis (pengobatan) bahkan sekalipun telah sampai dalam kondisi darurat.

Dalil1: Firman Allah SWT “Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri, sesungguhnya

Allah maha penyayang kepadamu“ ( Q.S.An-Nisa’:4:29) dan Firman Allah SWT “Dan

Janganlah kamu jatuhkan dirimu dalam kebinasaan dan berbuat baiklah sesungguhnya Allah

mencintai orang-orang yang berbuat baik” (Q.S.Al-Baqarah :2:195).

Maksudnya adalah bahwa Allah SWT  melarang manusia untuk membunuh dirinya atau

melakukan perbuatan yang membawa kepada kehancuran dan kebinasaan. Sedangkan orang

yang mendonorkan salah satu organ tubuhnya secara tidak langsung telah melakukan

perbuatan yang membawa kepada kehancuran dan kebinasaan. Padahal manusia tidak disuruh

berbuat demikian, manusia hanya disuruh untuk menjaganya (organ tubuhnya) sesuai ayat di

atas.

Manusia tidak memiliki hak atas organ tubuhnya seluruhnya,karena pemilik organ tubuh

manusia Adalah Allah swt.

Pendapat 2: Hukumnya ja’iz (boleh) namun memiliki syarat-syarat tertentu.

Dalil 2:  Seseorang yang mendonorkan organ tubuhnya kepada orang lain untuk

menyelamatkan hidupnya merupakan perbuatan saling tolong-menolong atas kebaikan sesuai

firman Allah swt “ Dan saling tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa dan

janganlah kamu saling tolong monolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan” (Qs.Al-

ma’idah 2).

Page 17: Transplantasi Jaringan Atau Organ

Setiap insan, meskipun bukan pemilik tubuhnya secara pribadi namun memiliki

kehendak atas apa saja yang bersangkutan dengan tubuhnya, ditambah lagi bahwa Allah telah

memberikan kepada manusia hak untuk mengambil manfa’at dari tubuhnya, selama tidak

membawa kepada kehancuran, kebinasaan dan kematian dirinya (QS. An-Nisa’ 29 dan al-

Baqarah 95). Oleh karena itu, sesungguhnya memindahkan organ tubuh ketika darurat

merupakan pekerjaan yang mubah (boleh) dengan dalil

2.    Transplantasi organ   ketika   dalam keadaan koma .

Pendapat:  Melakukan transplantasi organ tubuh donor dalam keadaan masih hidup,

meskipun dalam keadaan koma, hukumnyaharam.

Dalil: Sesungguhnya perbuatan mengambil salah satu organ tubuh manusia dapat membawa

kepada kemudlaratan, sedangkan perbuatan yang membawa kepada kemudlaratan merupakan

perbuatan yang terlarang sesuai Hadist nabi Muhammad saw “Tidak boleh melakukan

pekerjaan yang membawa kemudlaratan dan tidak boleh ada kemudlaratan”

Manusia wajib berusaha untuk menyembuhkan penyakitnya dem mempertahankan

hidupnya, karena hidup dan mati itu berada ditangan Allah SWT. Oleh sebab itu, manusia

tidak boleh mencabut nyawanya sendiri atau mempercepat kematianorang lain, meskipun

mengurangi atau menghilangkan penderitaan pasien

.

3.    Transplantasi organ   ketika   dalam keadaan telah meninggal.

Pendapat 1:  Hukumnya Haram karena kesucian tubuh manusia setiap bentuk agresi atas

tubuh manusia merupakan hal yang terlarang.

Dalil: Ada beberapa perintah Al-Qur’an dan Hadist yang melarang. Diantara hadist yang

terkenal, yaitu:

“Mematahkan tulang mayat seseorang sama berdosanya dan melanggarnya dengan

mematahkan tulang orang tersebut ketika ia masih hidup”

Tubuh manusia adalah amanah, pada dasarnya bukanlah milik manusia tapi merupakan

amanah dari Allah yang harus dijaga, karena itu manusia tidak memiliki hak untuk

mendonorkannya kepada orang lain.

Pendapat 2: Hukumnya Boleh.

Page 18: Transplantasi Jaringan Atau Organ

Dalil: Dalam kaidah fiqiyah menjelaskan bahwa “Apabila bertemu dua hal yang

mendatangkan mafsadah (kebinasaan), maka dipertahankan yang mendatangkan madharat

yang paling besar dengan melakukan perbuatan yang paling ringan madharatnya dari dua

madharat”.

Selama dalam pekerjaan transplantasi itu tidak ada unsur merusak tubuh mayat sebagai

penghinaan kepadanya.

Alasan Dasar Pandangan-Pandangan Transplantasi Organ.

Sebagaimana halnya dalam kasus-kasus lain, karena karakter fikih dalam Islam, pendapat

yang muncul tak hanya satu tapi beragam dan satu dengan lainnya, bahkan ada yang saling

bertolak belakang, meski menggunakan sumber-sumber yang sama. Dalam pembahasan ini

akan disampaikan beberapa pandangan yang cukup terkenal, dan alasan-alasan yang

mendukung dan menentang transplantasi organ, menurut aziz dalam beranda, yaitu:

           Pandangan yang menentang pencangkokan organ.

Ada tiga alasan yang mendasar, yaitu:

a)      Kesucian hidup/tubuh manusia.

Setiap bentuk agresi terhadap tubuh manusia dilarang, karena ada beberapa perintah

yang jelas mengenai ini dalam Al-Qur’an. Dalam kaitan ini ada satu hadis (ucapan) Nabi

Muhammad yang terkenal yang sering dikutip untuk menunjukkan dilarangnya manipulasi

atas tubuh manusia, meskipun sudah menjadi mayat, “Mematahkan tulang mayat seseorang

adalah sama berdosa dan melanggarnya dengan mematahkan tulang orang itu ketika ia masih

hidup”

b)      Tubuh manusia adalah amanah.

Hidup dan tubuh manusia pada dasarnya adalah bukan miliknya sendiri, tapi pinjaman

dari Tuhan dengan syarat untuk dijaga, karena itu manusia tidak boleh untuk merusak

pinjaman yang diberikan oleh Allah SWT.

c)      Tubuh tak boleh diperlakukan sebagai benda material semata.

Pencangkokan dilakukan dengan mengerat organ tubuh seseorang untuk dicangkokkan

pada tubuh orang lain, disini tubuh dianggap sebagai benda material semata yang bagian-

bagiannya bisa dipindah-pindah tanpa mengurangi ketubuh seseorang.

           Pandangan yang mendukung pencangkokan organ.

Ada beberapa dasar, antara lain:

a)      Kesejahteraan publik (maslahah).

Page 19: Transplantasi Jaringan Atau Organ

Pada dasarnya manipulasi organ memang tak diperkenankan, meski demikian ada

beberapa pertimbangan lain yang bisa mengalahkan larangan itu, yaitu potensinya untuk

menyelamatkan hidup manusia yang mendapat bobot amat tinggi dalam hukum Islam.

Dengan alasan ini pun, ada beberapa kualifikasi yang mesti diperhatikan, yaitu (1)

Pencangkokan organ boleh dilakukan jika tak ada alternatif lain untuk menyelamatkan

nyawa, (2) derajat keberhasilannya cukup tinggi ada persetujuan dari pemilik organ asli (atau

ahli warisnya), (3) penerima organ sudah tahu persis segala implikasi pencangkokan

( informed consent )

b)      Altruisme.

Ada kewajiban yang amat kuat bagi muslim untuk membantu manusia lain khususnya

sesama muslim, pendonoran organ secara sukarela merupakan bentuk altruisme yang amat

tinggi (tentu ini dengan anggapan bahwa si donor tak menerima uang untuk tindakannya),

dan karenanya dianjurkan.

L.       Transplantasi Dapat Mengubah Psikis Pasien

Ada kenyataan yang memperlihatkan bila penerima transplantasi organ harus

mengonsumsi obat tertentu di sepanjang hidup mereka untuk menghindari penolakan alami

tubuh terhadap organ asing, dan tindakan pencegahan ini berisiko tinggi mengidap kanker

dan menderita infeksi. Tetapi nampaknya hal tersebut hanya salah satu konsekuensi dari

transplantasi. Bersamaan dengan perubahan organik, penerima organ nampaknya juga

menerima warisan sifat dari pendonor.

Dalam beberapa hal, fenomena ini nampak sangat jelas, pasien transplantasi merasa

“seperti orang asing dalam tubuh mereka sendiri”. Itu adalah kata-kata yang mengejutkan

dari pasien transplantasi yang menyuarakan keinginan (pasca transplantasinya) terhadap bir

besar, walaupun sebelumnya dia tidak pernah mengonsumsi minuman alkohol.

Baginya, perasaan seperti orang asing dalam tubuhnya adalah sebelum menjalani

transplantasi, dia menggemari musik klasik, namun setelah transplantasi dia lebih menyukai

musik rap, sesuatu yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Saat ini dia meratapi

perasaan seperti orang asing di dalam kulitnya sendiri.

Seorang pasien transplantasi laki-laki tanpa nama telah mengatakan, “Saya merasa seolah-

olah bedah transplantasi telah menyerahkan tubuh saya kepada jiwa yang asing-perasaan

saya, cara saya bertindak, cara saya merasakan berbagai hal, pemikiran dan keinginan saya-

semuanya berubah, seolah-olah ada dua jiwa yang menetap di tubuhku.”

Page 20: Transplantasi Jaringan Atau Organ

Keluarganya mengulas bagaimana dia telah kehilangan kepribadian, karakter, kebiasaan,

dan kegemarannya. Sementara seorang pasien transplantasi dapat melanjutkan hidupnya

setelah operasi, kepribadiannya praktis tidak dikenali lagi oleh orang-orang terdekatnya, dan

bahkan oleh dirinya sendiri.

Dr. Paul Pearsall secara sistematis mendokumentasikan penemuan-penemuan semacam ini

dari penerima transplantasi organ dan membandingkannya dengan kepribadian pendonor. Dia

menemukan bahwa perubahan kepribadian benar-benar merupakan penjelmaaan karakteristik

sifat kepribadian pendonor. Belum ada teori yang dirumuskan yang akan memuaskan

penjelasan fenomena ini, dimana jiwa tersusun secara konkret, barangkali karena mayoritas

ilmuwan bagaimanapun akan menolak riset semacam ini.

Walaupun banyak fenomena yang terjadi tidak mudah dihilangkan, nampaknya kita harus

menunggu lebih lama, sampai seseorang datang dengan kesimpulan yang lebih pasti yang

akan memaksa masyarakat ilmiah dan publik mengenali kebenaran fenomena ini.

Potensi berbahaya yang tak terukur

Terlepas dari “tingkat kejadian” gejala dan konsekuensi asing semacam itu, transplantasi

organ terus berlangsung, dengan catatan, mereka harus melaksanakan transplantasi tanpa

tekanan keuangan, kelompok sosial atau kelompok khusus, atas kemauan sendiri, dan dengan

persetujuan pendonor.

Pada akhirnya, satu individu, kelompok minat khusus yang bebas dari hal semacam itu

muncul ke permukaan: pasien dengan harta melimpah yang memiliki naluri bertahan hidup

yang luar biasa besar. Pasar ini berkontribusi langsung terhadap keinginan mendapatkan

organ tubuh dengan biaya sebesar apapun, tidak terikat dari mana organ itu berasal: apakah

mereka mendonorkan secara sukarela, atau diperoleh secara tidak pantas. Atau barangkali

organ berasal dari warganegara yang, dalam keputusasaan, menjual organ tubuhnya ke

pedagang tak bermoral, dengan demikian melakukan pelanggaran besar dengan mendukung

pasar gelap, perdagangan kriminal. Persetujuan atas pelaksanaan transplantasi organ, tidak

disangsikan dapat memperpanjang hidup seseorang yang tak terhitung jumlahnya, tetapi ada

pertimbangan menyentuh lain. Penerimaan masyarakat terhadap praktek -melindungi organ

asing- telah menciptakan jalan untuk ‘memaklumi’ perdagangan ilegal organ tubuh.

Bahkan negara-negara industri Barat tidak dapat menghindari penyingkapan sumber dari

semua organ secara menyeluruh, meskipun undang-undang telah melakukan yang terbaik

untuk memenuhi segala aspek. Dalam banyak hal, penjualan, sumber, dan pengadaan organ

mempermudah kelanjutan perdagangan organ ilegal, memungkinkan untuk terus tumbuh di

skala internasional

Page 21: Transplantasi Jaringan Atau Organ