Refarat Transplantasi Organ UNIMUS_revisi

download Refarat Transplantasi Organ UNIMUS_revisi

of 26

Transcript of Refarat Transplantasi Organ UNIMUS_revisi

BAB IPENDAHULUANI.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman, dunia juga mengalami perkembangannya di berbagai bidang. Salah satunya adalah kemajuan di bidang kesehatan yaitu teknik transplantasi organ. Transplantasi organ merupakan suatu teknologi medis untuk penggantian organ tubuh pasien yang tidak berfungsi dengan organ dari individu yang lain. Sampai sekarang penelitian tentang transplantasi organ masih terus dilakukan.Sejak kesuksesan transplantasi yang pertama kali berupa ginjal dari donor kepada pasien gagal ginjal pada tahun 1954, perkembangan di bidang transplantasi maju dengan pesat. Permintaan untuk transplantasi organ terus mengalami peningkatan melebihi ketersediaan donor yang ada. Sebagai contoh di Cina, pada tahun 1999 tercatat hanya 24 transplantasi hati, namun tahun 2000 jumlahnya mencapai 78 angka. Sedangkan tahun 2003 angkanya bertambah 356. Jumlah tersebut semakin meningkat pada tahun 2004 yaitu 507 kali transplantasi. Tidak hanya hati, jumlah transplantasi keseluruhan organ di China memang meningkat drastis. Setidaknya telah terjadi 3 kali lipat melebihi Amerika Serikat. Ketidakseimbangan antara jumlah pemberi organ dengan penerima organ hampir terjadi di seluruh dunia.Sedangkan transplantasi organ yang lazim dikerjakan di Indonesia adalah pemindahan suatu jaringan atau organ antar manusia, bukan antara hewan ke manusia, sehingga menimbulkan pengertian bahwa transplantasi adalah pemindahan seluruh atau sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain atau dari satu tempat ke tempat yang lain di tubuh yang sama. Transplantasi ini ditujukan untuk mengganti organ yang rusak atau tak berfungsi pada penerima. Pada saat ini jumlah pasien gagal ginjal yang membutuhkan transplantasi ginjal di Indonesia mencapai 40.000 orang. Mereka yang menjalani perawatan medis sangat sedikit karena biaya perawatan yang mahal dan jangka panjang. Di Indonesia, transplantasi ginjal pertama kali dilakukan di RSCM pada tahun 1977. Sampai saat ini, hanya 500 pasien yang telah menjalani cangkok ginjal di Indonesia, dimana 200 diantaranya dilakukan di RS PGI Cikini. Donor ginjal di Indonesia semuanya adalah donor hidup dan jumlahnya amat sedikit dibandingkan kebutuhan. Sebagian besar pasien lain ternyata menjalani cangkok ginjal di China, karena jumlah donor yang banyak dan biayanya yang relatif murah. Dengan melakukan transplantasi ginjal, menurut data Transplant Centre Directory sedunia tahun 1992, lama perpanjangan hidup pasien yang menjalani transplantasi ginjal dapat mencapai 29,9 tahun.

Sebagai suatu tindakan medis, transplantasi organ memiliki potensi untuk disalahgunakan dan menimbulkan sengketa, sehingga untuk pelaksanaannya dirasakan memerlukan pengaturan bukan hanya dari segi etika, tetapi juga hukum. Pada makalah ini akan dibahas tentang transplantasi, aspek etik dan medikolegalnyaSaat ini di Indonesia, transplantasi organ ataupun jaringan diatur dalam UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dan UU No.23 tahun 2009. Sedangkan peraturan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia. Hal ini tentu saja menimbulkan suatu pertanyaan tentang relevansi antara Peraturan Pemerintah dan Undang-Undang dimana Peraturan Pemerintah diterbitkan jauh sebelum Undang-Undang. (Binchoutan,2008)Penulis mengambil tema makalah Transplantasi organ dikarenakan maraknya kasus transplantasi di Indonesia serta masih adanya pro dan kontra di kalangan masyarakat maupun dunia kesehaan tentang etis dan tidaknya praktek transplantasi organ.

I.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari Transplantasi Organ 2. Bagaimana aspek medis Transplantasi Organ3. Bagaimana Transplantasi Organ dari Segi Etik Kedokteran I.3 TUJUANI.3.1 Tujuan Umum Mengetahui praktek transplantasi organ di dunia pada umumnya dan praktek transplantasi organ di Indonesia pada khususnya dilihat dari sudut dilema etik. I.3.2 Tujuan Khususa. Mengetahui pengertian dan sejarah Transplantasi Organ

b. Mengetahui Klasifikasi Transplantasi Organ

c. Mengetahui penyebab Transplantasi Organ

d. Mengetahui Transplantasi organ dari Segi Etika Kedokterane. Mengetahui Transplantasi organ dari Segi Hukum

I.4 MANFAATa. Referat ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang Pengertian, Sejarah, Klasifikasi dan Penyebab transplantasi organ.b. Sebagai sarana mengetahui apa itu Pengertian, Klasifikasi dan Penyebab transplantasi organ.c. Referat ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang bagaimana pandangan Segi Etika Kedokteran dan Hukum. BAB IITINJAUAN PUSTAKAII.1 TRANSPLANTASI ORGAN II.1.1Sejarah Transplantasi OrganKira-kira 2000 tahun sebelum Isa Almasih, di Mesir ditemukan sebuah manuskrip yang isinya antara lain uraian mengenai percobaan-percobaan transplantasi jaringan. Sedang di India, seorang ahli bedah bangsa Hindu telah berhasil memperbaiki hidung seorang tahanan yang cacat akibat siksaan, dengan cara mentransplantasikan sebagian kulit jaringan lemak di bawahnya yang berasal dari lengannya. Pengalaman ini merangsang George Tagliacosi, ahli bedah bangsa Italia, pada tahun 1597 mencoba memperbaiki cacat pada hidung seseorang dengan menggunakan kulit milik kawannya.Pada tahun 1863, Paul Bert, ahli fisiologi bangsa Perancis berpendapat transplantasi jaringan antar individu yang sejenis akan mengalami kegagalan, tetapi dia tidak dapat menjelaskan sebabnya. Kemudian pada tahun 1903, C.O. Jensen, seorang ahli biologi dan tahun 1912, G. Schone, seorang ahli bedah; kedua-duanya bangsa Jerman; menjelaskan mekanisme penolakan jaringan oleh resipien, yaitu karena terjadi proses imunitas dalam tubuh resipien. John Murphy, ahli bedah bangsa Amerika, pada tahun 1897 telah berhasil menyambung pembuluh darah pada binatang percobaan. Prestasinya ini membawa perkembangan lebih pesat dan lebih maju dalam bidang transplantasi dan menjadi tonggak diadakannya transplantasi organ.Pada tahun 1902 E. Ullman, ahli bedah bangsa Jerman, dan setahun kemudian Claude Beck, ahli bedah bangsa Amerika, telah berhasil melakukan transplantasi ginjal pada seekor anjing.Pada awal abad ke XX timbul pemikiran mengadakan transplantasi jaringan atau organ pada dua individu kembar yang berasal dari satu sel telur. Karena individu kembar yang berasal dari satu sel telur secara biologis dapat dianggap satu individu. Berdasarkan kenyataan ini mendorong Dr. J.E. Murray pada tahun 1954 untuk mengobati seorang anak yang menderita penyakit ginjal dengan mentransplantasikan ginjal yang berasal dari sudara kembarnya.Transplantasi termasuk inovasi alternatif dalam dunia bedah kedokteran modern, meski telah dilakukan beberapa abad sebelumnya secara sederhana. Perkembangan dunia bedah beberapa dekade terakhir, kajian dan studi mengenai transplantasi meramaikan perkembangan ilmu kedokteran karena merupakan tantangan medis tersendiri. Di Indonesia, topik tentang transplantasi pernah diangkat dalam sebuah seminar yang diselenggarakan oleh FOKKI (Forum Kajian Kedokteran Islam Indonesia), FIMA (Federation of Islamic Medical Association) dan MUI di Universitas Yarsi pada tanggal 29-30 Juli 1996 dengan tema Organ Transplantation and Health Care Management From Islamic Perspective. Hal ini menandakan terjadinya pengembangan dialektika hukum syariah Islam dan kode etik terhadap aplikasi terapan dan teknologi praktek transplantasi.Yayasan Ginjal Nasional juga pernah menggelar Simposium Nasional mengenai masalah Transplantasi Organ pada tangal 8 September 1995 di arena PRJ Kemayoran, Jakarta. Symposium ini cukup bersejarah karena ditandatangani sebuah persetujuan dari wakil-wakil organisasi Islam seperti MUI, PB NU dan PP Muhammadiyah dan wakil-wakil lain dari berbagai kelompok agama di Indonesia perihal dibolehkannya transplantasi organ.II.1.2 Pengertian Donor organ atau lebih sering disebut transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu. Syarat tersebut melipui kecocokan organ dari donor dan resipen. Menurut Dorland's Medical Dictionary for Health Consumers Transplantasi adalah Pencangkokan jaringan yang diambil dari tubuh pasien sendiri atau dari orang lain.

Sedangkan resipien adalah orang yang akan menerima jaringan atau organ dari orang lain atau dari bagian lain dari tubuhnya sendiri. Organ tubuh yang ditansplantasikan biasa adalah organ vital seperti ginjal, jantung, dan mata. namun dalma perkembangannya organ-organ tubuh lainnya pun dapat ditransplantasikan untuk membantu ornag yang sangat memerlukannya.

Menurut pasal 1 ayat 5 Undang-undang kesehatan,transplantasi organ adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk menggantikan organ dan atau jaringan tubuh. Pengertian lain mengenai transplantasi organ adalah berdasarkan UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, transplantasi adalah tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk mengganti jaringan dan atau organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik. Jika dilihat dari fungsi dan manfaatnya transplantasi organ dapat dikategorikan sebagai life saving. Live saving maksudnya adalah dengan dilakukannya transplantasi diharapkan bisa memperpanjang jangka waktu seseorang untuk bertahan dari penyakit yang dideritanyaII. 2 TRANSPLANTASI ORGAN DARI ASPEK MEDIS II.2.1 Klasifikasi Transplantasi OrganTransplantasi ditinjau dari sudut si penerima, dapat dibedakan menjadi:1. Autotransplantasi: pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain dalam tubuh orang itu sendiri.2. Homotransplantasi : pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh seseorang ke tubuh orang lain.3. Heterotransplantasi : pemindahan organ atau jaringan dari satu spesies ke spesies lain.4. Autograft

Transplantasi jaringan untuk orang yang sama. Kadang-kadang hal ini dilakukan dengan jaringan surplus, atau jaringan yang dapat memperbarui, atau jaringan lebih sangat dibutuhkan di tempat lain (contoh termasuk kulit grafts , ekstraksi vena untuk CABG , dll) Kadang-kadang autograft dilakukan untuk mengangkat jaringan dan kemudian mengobatinya atau orang, sebelum mengembalikannya (contoh termasuk batang autograft sel dan penyimpanan darah sebelum operasi ). 5. Allograft

Allograft adalah suatu transplantasi organ atau jaringan antara dua non-identik anggota genetis yang sama spesies . Sebagian besar jaringan manusia dan organ transplantasi yang allografts. Karena perbedaan genetik antara organ dan penerima, penerima sistem kekebalan tubuh akan mengidentifikasi organ sebagai benda asing dan berusaha untuk menghancurkannya, menyebabkan penolakan transplantasi . 6. Isograft

Sebuah subset dari allografts di mana organ atau jaringan yang ditransplantasikan dari donor ke penerima yang identik secara genetis (seperti kembar identik ). Isografts dibedakan dari jenis lain transplantasi karena sementara mereka secara anatomi identik dengan allografts, mereka tidak memicu respon kekebalan.

7. Xenograft dan Xenotransplantation

Transplantasi organ atau jaringan dari satu spesies yang lain. Sebuah contoh adalah transplantasi katup jantung babi, yang cukup umum dan sukses. Contoh lain adalah mencoba-primata (ikan primata non manusia)-transplantasi Piscine dari pulau kecil (yaitu pankreas pulau jaringan atau) jaringan.

8. Transplantasi Split

Kadang-kadang organ almarhum-donor, biasanya hati, dapat dibagi antara dua penerima, terutama orang dewasa dan seorang anak. Ini bukan biasanya sebuah pilihan yang diinginkan karena transplantasi organ secara keseluruhan lebih berhasil.

9. Transplantasi Domino

Operasi ini biasanya dilakukan pada pasien dengan fibrosis kistik karena kedua paru-paru perlu diganti dan itu adalah operasi lebih mudah secara teknis untuk menggantikan jantung dan paru-paru pada waktu yang sama. Sebagai jantung asli penerima biasanya sehat, dapat dipindahkan ke orang lain yang membutuhkan transplantasi jantung. (parsudi,2007). Jika ditinjau dari sudut penyumbang atau donor alat dan atau jaringan tubuh, maka transplantasi dapat dibedakan menjadi : a. Transplantasi dengan donor hidup Transplantasi dengan donor hidup adalah pemindahan jaringan atau organ tubuh seseorang ke orang lain atau ke bagian lain dari tubuhnya sendiri tanpa mengancam kesehatan. Donor hidup ini dilakukan pada jaringan atau organ yang bersifat regeneratif, misalnya kulit, darah dan sumsum tulang, serta organ-organ yang berpasangan misalnya ginjal. Namun sebelum seseorang memutuskan menjadi donor hidup, maka calon pendonor perlu memahami terlebih dahulu syarat dan resiko untuk menjadi seorang pendonor. Usia pendonor minimal 21 tahun, karena pada usia ini organ telah mapan dan matang sehingga layak didonorkan,sedangkan untuk umur 65 tahun keatas,pendonoran organ masih diperbolehkan asalkan organ tersebut msaih dalam keadaan sehat.Dalam hal ini dokter akan melakukan pemeriksaan yang ketat terhadap kondisi tubuh pendonor. Selain itu sang pendonor juga harus memahami resiko kehilangan darah dalam jumlah besar, karena transplantasi organ memerlukan intervensi bedah sehingga akan menimbulkan kehilangan banyak darah. Oleh karena itu, pendonor yang mengalami anemia sebelum pendonoran tidak dianjurkan untuk mendonorkan organ.Untuk pendonoran darah (transfusi darah), seseorang dinyatakan layak menjadi donor darah apabila Umur 17-60 tahun ( usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila mendapat izin tertulis dari orang tua),Berat badan minimal 45 kg,Temperatur tubuh: 36,6 37,5 derajat celcius, tekanan darah sistole = 110 160 mmHg, diastole = 70 100 mmHg . Denyut nadi sekitar 50 100 kali/ menit. Hemoglobin Perempuan minimal 12 gr/dl, pria minimal 12,5 gr/dl. Sedangkan bagi calon pendonor yang memiliki riwayat Hepatitis B, HIV, Thallasemia, serta kelainan darah lainnya tidak diperbolehkan mendonorkan darahnya. Transfusi darah diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pelayanan Darah.

b. Transplantasi dengan donor mati atau jenazah Transplantasi dengan donor mati atau jenazah adalah pemindahan organ atau jaringan dari tubuh jenazah ke tubuh orang lain yang masih hidup. Jenis organ yang biasanya didonorkan adalah organ yang tidak memiliki kemampuan untuk regenerasi misalnya jantung, kornea, ginjal dan pankreas. Secara tradisional seseorang dikatakan mati jika berhentinya fungsi jantung dan paru secara permanent atau ireversibel. Penentuan kematian erat kaitannya dengan transplantasi organ khususnya pada transplantasi yang menggunakan donor mati atau donor jenazah. Pada transplantasi dengan donor mati, organ harus diambil pada saat donor sudah mati agar tidak menimbulkan persoalan-persoalan seperti misalnya tuduhan dari keluarga jenazah bahwa tim dokter pelaksana transplantasi berusaha mempercepat kematian keluarganya demi mengejar organ yang ditransplantasikan. Namun perlu dimengerti bahwa organ yang diambil pada saat jantung sudah berhenti berdenyut mempunyai kesempatan hidup lebih kecil pada tubuh resipien dibandingkan dengan organ yang diambil saat jantung masih berdenyut. Oleh sebab itu jantung perlu dipertahankan tetap berdenyut agar proses oksigenasi tetap berlangsung. Seiring dengan kemajuan ilmu kedokteran, hal ini tidak lagi menjadi masalah. Namun sebagai akibatnya timbul masalah baru yaitu penentuan kematian yang tidak lagi dapat menggunakan kriteria diagnosis yang lazim yaitu berhentinya denyut jantung dan respirasi secara permanen.Pada tahun 1974 Harvard Medical School merevisi kriteria diagnosis kematian yang sudah pernah dibuat pada tahun 1968 yang kesemuanya masih bertolak pada konsep brain death is death. Namun ternyata Bram Death itu sendiri sebenarnya merupakan proses bertingkat sebagai akibat dari resistensi yang berbeda-beda dan bagian-bagian otak terhadap kekurangan oksigen. Dari semua bagian otak, diketahui bahwa batang otak (brain stem) yang mengatur fungsi pernafasan memiliki resistensi yang paling baik terhadap kurangnya oksigenasi. Oleh karena itu saat ini konsep kematian telah bergeser dari brain death is death menjadi brain stem death is death . Diagnosis dari kematian batang otak menjadi penentu keberhasilan dari transplantasi organ. Diagnosis dini dari organ pasien donor penting untuk keberhasilan dari transplantasi organ. Untuk diagnosis klinis didapatkan dari tanda-tanda apneu, hilangnya reflex batang otak, dan terkadang koma.Untuk di Indonesia sendiri, pada tahun 1988 IDI telah mengeluarkan fatwa tentang kriteria mati dimana seseorang dikatakan telah meninggal jika telah terjadi kematian batang otak. Mengenai dokter yang boleh menentukan kematian donor di berbagai negara memiliki peraturan yang berbeda. Di Indonesia terdapat syarat bahwa kematian ditentukan oleh dua dokter yaitu spesialis yang berkompeten (minimal 3 tahun setelah lulus dan telah mendapatkan pelatihan untuk menentukan MO) dapat mendiagnosis MO untuk menerbitkan sertifikasi MO dokter anestesi, neurologi dan bedah saraf yang berbeda yang kesemuanya tidak ada sangkut pautnya dengan dokter yang melakukan transplantasi. Hal ini sesuai dengan deklarasi Sidney tahun l968 dan deklarasi Venice tahun 1983 tentang Kriteria mati dan Penyakit Terminal yang Dikaitkan Dengan Transplantasi Organ.Dalam kaitan dengan hal tersebut diatas, maka definisi mati menjadi penting. Pasal 1g PP 18/1981 menyatakan bahwa mati adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak, pernapasan dan atau denyut jantung seseorang telah berhenti. Secara medis definisi tersebut sudah lama ditinggalkan karena kematian yang dianut saat ini adalah mati batang otak. Mati batang otak merupakan kematian yang paling mudah dideteksi, karena untuk mendeteksinya tidak diperlukan peralatan yang canggih. Kriteria Kematian batang otak yang paling banyak digunakan oleh para dokter adalah seperti di bawah ini : Hilangnya semua respon terhadap sekitarnya

tidak adanya reflek pupil terhadap cahaya

hilangnya reflek kornea

tidak adanya reflek menelan atau batuk ketika tuba endotrakheal didorong kedalam.

Tidak ada reflek vestibulo-okularis terhadap rangsangan air es yang dimasukkan ke dalam lubang telinga

Tidak ada napas spontan ketika respirator di lepas untuk waktu yang cukup lama walaupun pCO2 sudah melampaui nilai ambang rangsangan napas (50 torr)II.2.3 Organ dan Jaringan Yang Dapat Transplantasi

Organ yang paling sering di transplantasi dilihat dari resipien:

1. Ginjal 2. Hati 3. Jantung 4. Pankreas 5. Paru 6. Usus Halus Jaringan yang paling sering di transplantasi antara lain :

1. Kornea2. Kulit3. Hematopoetik stem cell(sum-sum tulang)4. Darah Sedangkan organ dan jaringan lain yang dapat ditransplantasi adalah

1. Tangan2. Kaki3. Penis4. Tulang5. Rahim6. Thymus7. Sel islet langerhans8. Katub jantung9. Ovarium dan sebagainya.Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi, yaitu:a) Eksplantasi : usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup atau yang sudah meninggal.b) Implantasi : usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh tersebut kepada bagian tubuh sendiri atau tubuh orang lain.Disamping itu, ada dua komponen penting yang menunjang keberhasilan tindakan transplantasi, yaitu :

1) Adaptasi donasi, yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri orang hidup yang diambil jaringan atau organ tubuhnya, secara biologis dan psikis, untuk hidup dengan kekurangan jaringan atau organ. (anonim,2006).

2) Adaptasi resepien, yaitu usaha dan kemampuan diri dari penerima jaringan atau organ tubuh baru sehingga tubuhnya dapat menerima atau menolak jaringan atau organ tersebut, untuk berfungsi baik, mengganti yang sudah tidak dapat berfungsi lagi.Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari donor yang hidup atau dari jenazah orang baru meninggal dimana meninggal sendiri didefinisikan kematian batang otak. Organ-organ yang diambil dari donor hidup seperti : kulit, ginjal, sumsum tulang dan darah (tranfusi darah). Organ-organ yang diambil dari jenazah adalah : jantung, hati, ginjal, kornea, pankreas, paru-paru dan sel otak. Untuk donor hidup, diperbolehkan melakukan donor pada saat berusia 18-65 tahun, sedangkan untuk donor jenazah, usia saat meninggal tidak lebih dari 65 tahun,dan penyimpanan organ setelah meninggal maksimal 5 tahun.

Hal lain yang menarik, adalah perkembangan transplantasi melaluistem celluntuk pengobatan penyakit regeneratif. Metode melauistem cellsangat menjanjikan dalam upaya memecahkan masalah penolakan organ transplantasi dengan teknik penumbuhan-kembali (regrowing) organ di laboratorium, yang berasal dari sel-sel pasien sendiri (atau stem cell yang diambil dari orang sehat).Saat ini Institute for Regenerative Medicine, North Carolina, Dr Anthony dan sejawatnya telah berhasil mengekstraksi sel otot dan kandung kemih dari tubuh beberapa pasien, kemudian dibudidayakan atau diperbanyak di dalampetri glass.Sel-sel baru ini diletakkan dalam cetakan khusus tiga dimensi yang menyerupai bentuk kandung kemih.Dalam beberapa minggu, sel-sel itu mulai berfungsi sebagai kandung kencing (bladder)biasa yang kemudian ditanamkan kembali ke dalam tubuh pasien. Tim ini sedang mengerjakan untuk penyembuhan tumbuh lebih dari 22 organ yang berbeda lainnya termasuk hati, jantung, ginjal dan testis.

Sebelumnya di Barcelona Metro Hospital, pada Juni 2008, Profesor Paolo Macchiarini dari University of Barcelona, berhasil melakukan rekayasa jaringan trakea melalui pipa yang menyerupai trakea atau saluran napas dari sel induk tulang sumsum pasien.

Sel-sel rekayasa tersebut tumbuh menjadi populasi yang besar dan matang menjadi sel-sel tulang rawan, atauchondrocytes. Membentuk trakea, kemudian hasilnya ditransplantasikan ke pasien dengan hasil yang menggembirakan. Demikian pula University of California Irvine, yang sedang mengembangkan suatu teknik stem cell untuk menyembuhkan penyakit-penyakit kelumpuhan dan juga kebutaaan akibat kerusakan retina, yang sampai sekarang belum ada obatnyaII.3 TRANSPLANTASI ORGAN DARI ASPEK ETIKA

3.1. Definisi EtikEtik adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari moralitas. Etik harus dibedakan dengan sains yang mempelajari moralitas, yaitu etik deskriptif. Etik deskriptif mempelajari pengaturan empiris tentang moralitas atau menjelaskan pandangan moral yang saat itu berlaku tentang issue-issue tertentu.13.2 Macam-macam Etik Etik terbagi ke dalam etik normatif dan metaetik (etik analitik). Pada etik normatif, para filosof mencoba menegakkan apa yang benar secara moral dan mana yang salah secara moral dalam kaitannya dengan tindakan manusia. Pada metaetik, para filosof memperhatikan analisis kedua konsep moral di atas.1Etik kedokteran sudah sewajarnya dilandaskan atas norma-norma etik yang mengatur hubungan manusia umumnya dan memliki asas-asasnya dalam falsafah masyarakat yang diterima dan dikembangkan terus. Khusus di Indonesia, asas itu adalah Pancasila yang sama-sama kita akui sebagai landasan ideal dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan struktural.6

Kewajiban melaksanakan etik dengan baik bagi profesi dokter telah diucapkan saat menerima ijazah sebagai bukti kemampuan. Pengucapan sumpah yang dibimbing oleh pendidiknya (Dekan Fakultas Kedokteran), didampingi para rokhaniawan serta disaksikan oleh keluarga dan wakil masyarakat, merupakan ikatan moral yang akan mendampingi dan mengawal pekerjaan dokter.6Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan

buruknya prilaku manusia :

1. ETIKA DESKRIPTIF, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.

2. ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.

Secara umum, menurut A.Sonny Keraf (1993:41), bahwa Etika normatif dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pertama, Etika Umum membahas kondisi dasar bagaimana manusia bertindak etis, dalam mengambil keputusan etis, dan teori etika serta mengacu pada prinsip moral dasar yang menjadi pegangan dalam bertindak dan tolok ukur atau pedoman untuk menilai baik atau buruknya suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang.

Sedangkan kedua, yaitu Etika Khusus adalah penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang khusus, yaitu bagaimana mengambil keputusan dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari pada proses dan fungsional dari suatu organisasi, atau dapat juga sebagai seorang professional untuk bertindak etis yang berlandaskan teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar.

Etika khusus dibagi menjadi dua bagian, yaitu antara lain :

1. Etika Individual menyangkut kewajiban dan perilaku manusia terhadap dirinya sendiri untukmencapai kesucian kehidupan pribadi, kebersihan hati nurani dan berakhlak luhur

2. Etika social berbicara mengenai kewajiban, sikap dan perilaku sebagai anggota masyarakat yang berkaitan dengan nilai-nilai sopan santun, tata karma dan saling menghormati, yaitu bagaimana saling berinteraksi yang menyangkut hubungan manusia dengan manusia, baik secara perorangan dan langsung, maupun secara bersama-sama atau kelompok dalam bentuk kelembagaan masyarakat dan organisasi formal lainnya3.3. Transplantasi Organ menurut Etik Transplantasi organ dari segi aspek etik kedokteran

1. Kewenangan Komdik = 3 subkomKewenangan Komdik memberi rekomendasi :a. rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege);

b. surat penugasan klinis (clinical appointment);

c. penolakan kewenangan klinis (clinical privilege) tertentu; dan

d. perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege)

2. Tujuan Subkomite Etika disiplin profesi Melindungi pasien dari pelayanan staf medis yang tidak memenuhi syarat (unqualified) dan tidak layak (unfit/unproper) untuk melakukan asuhan klinis (clinical care). Memelihara dan meningkatkan mutu profesionalisme staf medis di rumah sakit. 3. Subkomite Etik & Disiplin (Pasal 12 Permenkes 755/2011)

1) Pembinaan etika dan disiplin profesi kedokteran;2) Pemeriksaan staf medis yang diduga melakukan pelanggaran disiplin;

3) Rekomendasi pendisiplinan pelaku profesional di rumah sakit4) Pemberian nasehat/pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis pada asuhan medis pasien.Tercantum dalam Pasal 50 UU 29/2004 Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak :a) Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional.

b) Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional

Pasal 51 UU 29/2004Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban :a) memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien. b) merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan. Pasal 4 Permenkes 1438/2010Standar pelayanan kedokteran disusun secara sistematis dengan menggunakan pilihan pendekatan:

1) Pengelolaan penyakit dalam kondisi tunggal

2) Pengelolaan berdasarkan kondisi

Pasal 44 UU No 29/04

1) Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib mengikuti standar pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi.2) Standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibedakan menurut jenis dan strata sarana pelayanan kesehatan.3) Penjelasan Pasal 44 ayat (2):

Yang dimaksud dengan strata sarana pelayanan adalah tingkatan pelayanan yang standar tenaga dan peralatannya sesuai dengan kemampuan yang diberikan.Transplantasi merupakan upaya terakhir untuk menolong seorang pasien dengan kegagalan fungsi salah satu organ tubuhnya. Dari segi etik kedokteran, tindakan ini wajib dilakukan jika ada indikasi, berlandaskan beberapa pasal dalam kodeki, yaitu : Pasal 2.

seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran tertinggi.

Pasal 10.

Setiap dokter harus senantiasa mengingat dan kewajibannya melindungi hidup insani.

Pasal 11.

Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan penderita. Pasal-pasal tentang transplantasi dalam PP No. 18 tahun 1981, pada hakekatnya telah mencakup aspek etik, terutama mengenai dilarangnya memperjual belikan alat dan jaringan tubuh untuk tujuan transplantasi ataupun meminta kompensasi material lainnya.3.4. Sumpah Dokter Sumpah Dokter Indonesia adalah sumpah yang dibacakan oleh seseorang yang akan menjalani profesi dokter Indonesia secara resmi. Sumpah Dokter Indonesia didasarkan atas Deklarasi Jenewa (1948) yang isinya menyempurnakan Sumpah Hippokrates.Lafal Sumpah Dokter Indonesia pertama kali digunakan pada 1959 dan diberikan kedudukan hukum dengan Peraturan Pemerintah No.69 Tahun 1960. Sumpah mengalami perbaikan pada 1983 dan 1993.

Lafal Sumpah Dokter :

Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan.Saya akan memberikan kepada guru-guru saya penghormatan dan pernyataan terima kasih yang selayaknya.

Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang berhormat dan bermoral tinggi, sesuai dengan martabat pekerjaan saya.

Kesehatan penderita senantiasa akan saya utamakan Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan kedokteran. Saya akan memperlakukan teman sejawat saya sebagai mana saya sendiri ingin diperlakukan. Dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita, saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian, atau kedudukan sosial. Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan.Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan kedokteran saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan kehormatan diri saya.

3.5. Kode Etik Kedokteran IndonesiaEtika kedokteran adalah sekumpulan nilai-nilai dan moralitas profesi kedokteran yang tercantum dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI), fatwa-fatwa etik, pedoman dan kesepakatan etik lainnya dari IDI sebagai organisasi profesi. Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) adalah aturan internal profesi yang disusun dalam bentuk buku oleh MKEK berupa pasal-pasal (21 pasal) beserta penjelasannya oleh Muktamar IDI. Dalam pasal 1 (satu) KODEKI tercantum Sumpah dokter (12 butir), yang wajib diucapkan di depan pimpinan Fakultas Kedokteran, sebagai sumpah jabatan, sekali untuk seumur hidup saat akhir pendidikan dokter.5Kode etik kedokteran yang tersusun dengan rapi dan disosialisasikan serta dimiliki oleh setiap dokter di Indonesia, terbitan yang terakhir merupakan hasil revisi dari pengkajian Draft Kodeki Mukernas XIX IDI Pekanbaru 19-23 Oktober 2011, Rakernas MKEK Jakarta, 3-4 Januari 2012, draft Revisi Kode Etik Kedokteran Indonesia usulan IDI Wilayah Jawa Tengah dan masukan serta pengarahan Prof. Agus Purwadianto, Ketua Umum MKEK Pusat pada Raker PB IDI diperluas bulan Agustus 2012.1Berikut ini merupakan pasal-pasal Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) dari buku Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran Indonesia 2012:

KEWAJIBAN UMUM

Pasal 1Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dan atau janji dokter.

Pasal 2Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan professional secara independen, dan mempertahankan perilaku professional dalam ukuran yang tertinggi.

Pasal 3

Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

Pasal 4

Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.

Pasal 5

Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang meungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik. Wajib memperoleh persetujuan pasien/ keluarganya dan hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien tersebut.

Pasal 6

Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan atau menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

Pasal 7

Seorang dokter wajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.

Pasal 8

Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan secara kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih saying (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.

Pasal 9

Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya pada saat menangani pasien dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan.

Pasal 10

Seorang dokter wajib menghormati hak-hak pasien, teman sejawatnya, dan tenaga kesehatan lainnya, serta menjaga kepercayan pasien.

Pasal 11

Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya melindungi hidup makhluk insani.

Pasal 12

Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib memperhatikan keseluruhan aspek pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative), baik fisik maupun psiko-sosial-kultural pasiennya serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi sejati masyarakat.

Pasal 13

Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat lintas sektoral di bidang kesehatan, bidang lainnya dan masyarakat, wajib saling menghormati.KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN

Pasal 14

Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh keilmuan dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, atas persetujuan pasien/keluarganya, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian untuk itu.

Pasal 15

Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar senantiasa dapat berinteraksi dengan keluarga dan penasihatnya, termasuk dalam beribadat dan atau penyelesaian masalah pribadi lainnya.

Pasal 16

Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

Pasal 17

Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT

Pasal 18

Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.

Pasal 19

Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan persetujuan keduanya atau berdasarkan prosedur yang etis.KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRIPasal 20

Setiap dokter wajib selalu memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.

Pasal 21

Setiap dokter wajib senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/ kesehatan.BAB IIIPENUTUP

III.1 KESIMPULAN1. Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh manusia sebagai salah satu kemajuan teknologi di bidang kedokteran maka diatur dengan Undang-Undang sehingga tidak terjadi komersialisasi dalam transplantasi organ.

2. Sebelum melakukan transplantasi organ dan atau jaringan tubuh, seseorang yang memutuskan menjadi donor harus mengetahui dan mengerti resiko yang dihadapi baik resiko di bidang medis, pembedahan maupun resiko untuk kehidupannya lebih lanjut sebagai kekurangan jaringan atau organ yang telah dipindahkan.

3. Bagi donor jenazah sebelum pengambilan organ dilakukan informed consent pada jenazah tersebut, jika diketahui identitasnya maka informed consent didapatkan dari keluarga atau ahli warisnya. Jika tidak diketahui identitasnya, maka jenazah tersebut dianggap milik negara sehingga dokter forensik dapat mengambil organ atau jaringan tubuh untuk kemudian diserahkan pada bank organ dan jaringan tubuh.

4. Penegakan hukum tentang transplantasi di Indonesia No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia tidak memuat batasan yang jelas.

5. Komersialisasi organ dan atau jaringan tubuh manusia mereupakan tindakan pidana yang bersifat delik biasa sehingga penyidik berwenang melakukan penyidikan meskipun tanpa laporan dari masyarakat.III.2 SARAN1. Sebelum melakukan transplantasi organ,maka organ yang akan ditransplantasi tersebut harus diperiksa dulu kelayakannya.

2. Transplantasi organ harus dilakukan oleh dokter yang profesional dan berpengalaman melakukan transplantasi.

3. Pemerintah perlu melakukan sosialisasi peraturan dan pengertian transplantasi organ pada tenaga kesehatan dan masyarakat.

4. Setiap pasien yang akan menerima organ hasil tranasplantasi,harus diberi informconsent dulu tentang apa dan bagaimana transplantasi tersebut.5. Pemerintah harus mengawasi pelaksanaan transplantasi organ dengan ketat, agar tidak terjadi transplantasi illegal 6. Pemerintah harus membuat ketentuan hukum yang jelas mengenai transplantasi organ di Indonesia.7. Aparat penegak hukum harus lebih tegas menindak pelaku komersialisasi organ.DAFTAR PUSTAKA1. Anonim. Organ Transplant. Available at: http://www.en.wikipedia.com (Accessed: May 27, 2008)

2. Baxter, C. R. Heck,E.L.Petty, C.S. Transplantation Programs and Medicolegal Investigation.Psychiatry and Forensic Medicine.2001.

3. Dahlan, Sofwan. Ilmu Kedokteran Forensik: Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2007 4. Eser,L,E. Murat, T. Brain Death and Scintigraphy. Turk Geriatri Dergisi.Turki. 20045. Hanafiah, M. Jusuf dan Amri Amir. Etika Kedokteran dan Hukum Kedokteran. Edisi 3.Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1999. 6. http://dinkes-sulsel.go.id/new/images/Berita4/1.uu36-09-kesehatan.pdf 7. http://en.wikipedia.org/wiki/Transplantable_organs_and_tissues8. http://www.affaveti.org/wp-content/uploads/2010/09/uu23_1992_ind.pdf9. http://www.webmd.com/a-to-z-guides/organ-transplant-overview10. Kaldjian, L. Are Individuals Diagnosed With Brain Death Really Dead?.Available at: http://www.JHASIM.com (Accessed:May 30, 2008)

11. Karthi,L.P.Aghnihotri,A.K.Corneal Transplant. Available at: http://www.InternetJournalMedicine.org/transplantation (Accessed: May 29, 2008).12. Kasule, Omar Hasan. Available at: http://www. 9607-ORGAN TRANSPLANTATION ANALYSIS OF THE LEGAL AND ETHICAL ISSUES.htm (Accessed: September 11, 2011)

13. Plueckhahn,V,Cordner,S. Ethics, Legal Medicine & Forensic Pathology.Human Tissue Transplantation and The Law, 2nd Edition. Melbourne University Press. Melbourne.1991.

14. Suprapti, S.R. Etika Kedokteran Indonesia.Transplantasi. Edisi 2. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2001.

15. Teresa,L. Nilai Etika Transplantasi Organ. Available at: http://www./maranatha.com/transplantasi (Accessed: May 30, 2008)

16. Triana, N. Menengok Transplantasi Organ di China. Available at: http://www.jurnalnasional.com (Accessed: May 29,2008)17. Truog, R, D. The Ethics of Organ Donation by Living Donors. Available at: (Accessed: May 30, 2008) 6