Transfer Pricing

10
ASPEK PERPAJAKAN DALAM PRAKTEK TRANSFER PRICING Indriyana Widyastuti STIE “AUB” Surakarta Abstraksi Transfer pricing merupakan suatu harga jual khusus yang dipakai dalam pertukaran antardivisional untuk mencatat pendapatan divisi penjual (selling division) dan biaya divisi pembeli (buying division). Transfer pricing bertujuan untuk mentransmisikan data keuangan di antara departemen-departemen atau divisi-divisi perusahaan pada waktu mereka saling menggunakan barang dan jasa satu sama lain. Oleh karena itu transfer pricing juga sering dikaitkan dengan suatu rekayasa harga secara sistematis yang ditujukan untuk mengurangi laba yang nantinya akan mengurangi jumlah pajak atau b ea dari suatu negara. Praktek transfer pricing sering digunakan oleh banyak perusahaan sebagai alat untuk meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar. Masalah transfer pricing dapat diatasi dengan memberikan wewenang kepada menteri keuangan dan dirjen pajak untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Selain itu untuk memeriksa adanya praktek transfer pricing , Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pajak menerbitkan Pedoman Pemeriksaan Pajak terhadap Wajib Pajak yang Mempunyai Hubungan Istimewa. Kata kunci : Harga Transfer, Otorisasi Fiskal, Advanced Pricing Agreement . PENDAHULUAN unia kini merupakan pasar tunggal. Bahan baku, tenaga kerja dan ketrampilan teknis berdatangan dari segenap penjuru dunia. Demikian pula pasar-pasar untuk produk dan jasa kini juga bersifat transnasional. Hal ini disebabkan karena lingkungan bisnis yang berubah secara cepat, baik secara domestic maupun global. Perubahan ini menuntut gerak cepat dari para pelaku bisnis untuk segera melakukan suatu proses adaptasi atau penyesuaian mengi - kuti gerak langkah perubahan lingkungan bisnis yang berubah tersebut. Dahulu sektor industri lebih bersifat padat karya atau lebih banyak memperkerjakan tenaga - tenaga manusia untuk melakukan proses pabrikasi. Namun sejalan dengan peru - bahan lingkungan, proses pabrikasi mulai dilakukan dengan menggunakan robot - robot yang ektensif dan perlengkapan yang dikendalikan oleh komputer. Sistem tradisional yang digunakan untuk membe - bankan secara akurat biaya-biaya sumber daya pendukung yang kemudian tergan - tikan dengan system yang lebih modern, misalnya Activity Base Costing atau suatu system biaya modern, dimana biaya yang timbul didasarkan pada setiap aktivitas yang terjadi. Fenomena globalisasi ini juga secara tidak langsung mendorong merebaknya konglomerasi dan divisionalisasi/ depar- temenisasi perusahaan. Dalam lingkungan perusahaan multinasional dan konglo- merasi serta divisionalisasi terjadi berbagai transaksi antar anggota (divisi) yang meliputi penjualan barang dan jasa, lisensi hak dan harta tak berwujud lainnya, penyediaan pinjaman dan lain sebagainya. Transaksi-transaksi yang terjadi dalam lingkungan perusahaan seperti ini nantinya akan menyulitkan dalam penentuan harga yang harus ditransfer. Penentuan harga atas berbagai transaksi antar anggota atau divisi tersebut lazim disebut dengan transfer pricing . D

description

e

Transcript of Transfer Pricing

Page 1: Transfer Pricing

ASPEK PERPAJAKAN DALAM PRAKTEK TRANSFER PRICING

Indriyana WidyastutiSTIE “AUB” Surakarta

Abstraksi

Transfer pricing merupakan suatu harga jual khusus yang dipakai dalam pertukaranantardivisional untuk mencatat pendapatan divisi penjual (selling division) dan biaya divisipembeli (buying division). Transfer pricing bertujuan untuk mentransmisikan data keuangan diantara departemen-departemen atau divisi -divisi perusahaan pada waktu mereka salingmenggunakan barang dan jasa satu sama lain. Oleh karena itu transfer pricing juga seringdikaitkan dengan suatu rekayasa harga secara sistematis yang ditujukan untuk mengurangilaba yang nantinya akan mengurangi jumlah pajak atau b ea dari suatu negara. Praktek transferpricing sering digunakan oleh banyak perusahaan sebagai alat untuk meminimalkan jumlahpajak yang harus dibayar.

Masalah transfer pricing dapat diatasi dengan memberikan wewenang kepada menterikeuangan dan dirjen pajak untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan penguranganserta menentukan utang sebagai modal untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajakbagi pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Selain itu untuk memeriksa adanya praktektransfer pricing, Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pajakmenerbitkan Pedoman Pemeriksaan Pajak terhadap Wajib Pajak yang Mempunyai HubunganIstimewa.

Kata kunci : Harga Transfer, Otorisasi Fiskal, Advanced Pricing Agreement .

PENDAHULUAN

unia kini merupakan pasar tunggal.Bahan baku, tenaga kerja danketrampilan teknis berdatangandari segenap penjuru dunia.

Demikian pula pasar-pasar untuk produkdan jasa kini juga bersifat transnasional.Hal ini disebabkan karena lingkungan bisnisyang berubah secara cepat, baik secaradomestic maupun global. Perubahan inimenuntut gerak cepat dari para pelakubisnis untuk segera melakukan suatuproses adaptasi atau penyesuaian mengi -kuti gerak langkah perubahan lingkunganbisnis yang berubah tersebut. Dahulusektor industri lebih bersifat padat karyaatau lebih banyak memperkerjakan tenaga -tenaga manusia untuk melakukan prosespabrikasi. Namun sejalan dengan peru -bahan lingkungan, proses pabrikasi mulaidilakukan dengan menggunakan robot -robot yang ektensif dan perlengkapan yangdikendalikan oleh komputer. Sistemtradisional yang digunakan untuk membe -

bankan secara akurat biaya-biaya sumberdaya pendukung yang kemudian tergan -tikan dengan system yang lebih modern,misalnya Activity Base Costing atau suatusystem biaya modern, dimana biaya yangtimbul didasarkan pada setiap aktivitasyang terjadi.

Fenomena globalisasi ini juga secaratidak langsung mendorong merebaknyakonglomerasi dan divisionalisasi/ depar-temenisasi perusahaan. Dalam lingkunganperusahaan multinasional dan konglo-merasi serta divisionalisasi terjadi berbagaitransaksi antar anggota (divisi) yangmeliputi penjualan barang dan jasa, lisensihak dan harta tak berwujud lainnya,penyediaan pinjaman dan lain sebagainya.Transaksi-transaksi yang terjadi dalamlingkungan perusahaan seperti ini nantinyaakan menyulitkan dalam penentuan hargayang harus ditransfer. Penentuan hargaatas berbagai transaksi antar anggota ataudivisi tersebut lazim disebut dengantransfer pricing.

D

Page 2: Transfer Pricing

Praktek transfer pricing ini dulunyahanya dilakukan oleh perusahaan semata -mata hanya untuk menilai kinerja antaranggota atau divisi perusahaan, tetapiseiring dengan perkembangan zamanpraktek transfer pricing sering juga dipakaiuntuk manajemen pajak yaitu sebuahusaha untuk meminalkan jumlah pajakyang harus di bayar.

Transfer pricing merupakan isu klasikdi bidang perpajakan, khususnya menyang -kut transaksi internasional yang dilakukanoleh korporasi multinasional. Dari sisipemerintahan, transfer pricing diyakinimengakibatkan berkurang atau hilangnyapotensi penerimaan pajak suatu negarakarena perusahaan multinasional cen -derung menggeser kewajiban perpa -jakannya dari negara-negara yang memilikitarif pajak yang tinggi (high tax countries)ke negara-negara yang menerapkan tarifpajak rendah (low tax countries). Di pihaklain dari sisi bisnis, perusahaan cenderungberupaya meminimalkan biaya -biaya (costefficiency) termasuk di dalamnya mini -malisasi pembayaran pajak perusahaan(corporateincome tax). Bagi korporasimultinasional, perusahaan berskala global(multi-national corporations ), transferpricing dipercaya menjadi salah satustrategi yang efektif untuk memenangkanpersaingan dalam memperebutkansumber-sumber daya yang terbatas.

Di tengah dua pandangan yangberlawanan tadi, ada yang coba ditawarkanUU Pajak Penghasilan yang berlaku (UUNomor 17 Tahun 2000) terhadap isuketidakwajaran harga transaksi yangberpengaruh signifikan dalam perhitunganpajak, terutama pajak penghasilan (PPh)badan, yaitu: Advance Pricing Agreement(APA). APA dijadikan salah satu upayapenanganan rekayasa transfer pricingdengan maksud untuk menyelaraskansistem perpajakan Indonesia denganperkembangan perpajakan internasional,disamping untuk mengatasi kebuntuansehubungan dengan kurangnya akses dataeksternal dan tidak efektifnya exchange ofinformation antar negara khususnya dalam

melaksanakan pemeriksaan pajak sehu -bungan dengan transaksi yang dilakukanoleh pihak-pihak yang memiliki hubunganistimewa dengan pihak-pihak di luarnegeri.

LANDASAN TEORI

A. Definisi Harga Transfer

Dalam arti luas harga transfermeliputi harga produk atau jasa yangditransfer antarpusat pertanggungjawabandalam perusahaan. Dengan demikianpengertian harga transfer ini meliputisemua bentuk alokasi biaya dari depar -temen pembantu dan departemenproduksi dan harga “jual” produk atau jasayang ditransfer antar pusat laba. Dalam artisempit harga transfer merupakan hargabarang dan jasa yang ditransfer antar pusatlaba dalam perusahaan yang sama. Karenamanajer pusat laba diukur kinerjanyaberdasarkan laba yang diperoleh, makasetiap transfer barang atau jasa antarpusat laba, selalu diperhitungkan didalamnya unsur laba.

Organization for EconomicCooperation and Development (OECD)mendefinisikan transfer pricing sebagaiharga yang ditentukan dalam transaksiantar anggota grup dalam sebuahperusahaan multinasional dimana hargatransfer yang ditentutkan tersebut dapatmenyimpang dari harga pasar wajarsepanjang cocok bagi grupnya. Merekadapat menyimpang dari harga pasar wajarkarena posisi mereka yang berada dalamkeadaan bebas untuk mengadopsi prinsipapapun yang tepat bagi korporasinya.

Simamora dalam Mangoting(2000:70), transfer pricing didefinisikansebagai nilai atau harga jual khusus yangdipakai dalam pertukaran antar d ivisionaluntuk mencatat pendapatan divisi penjual(selling division) dan biaya divisi pembeli(buying division). Transfer pricing jugadisebut dengan intracompany pricing,intercorporate pricing, interdivisional atauinternal pricing yang merupakan harga

Page 3: Transfer Pricing

yang diperhitungkan untuk keperluanpengendalian manajemen atas transferbarang dan jasa antaranggota. Transferpricing biasanya ditetapkan untuk produk -produk intermediet yang merupakanbarang-barang dan jasa yang dipasok olehdivisi penjual kepada divisi pembeli.

Tujuan penetapan harga transferadalah untuk mentransmisikan datakeuangan di antara departemen -depar-temen atau divisi-divisi perusahaan padawaktu mereka saling menggunakan barangdan jasa satu sama lain (Henry Simamora,1999:273). Selain tujuan tersebut, transferpricing terkadang digunakan untukmengevaluasi kinerja divisi dan memotivasimanajer divisi penjual dan divisi pembelimenuju keputusan-keputusan yang serasidengan tujuan perusahaan secarakeseluruhan.

B. Penentuan Harga TransferTentunya dalam penentuan harga

transfer manajemen tidak dapat samba-rangan menentukan harga, secara garisbesar harga tersebut sebisa mungkin tidakmerugikan salah satu pihak yang terlibat,selain itu harga transfer dalam praktiknyaharus terus diperhatikan agar tujuan mana-jemen sesuai dengan tujuan perusahaan.

Prinsip dasarnya adalah bahwa hargatransfer sebaiknya serupa dengan hargayang akan dikenakan seandainya produktersebut diual ke konsumen luar atau dibelidari pemasok luar. Namun hal tersebutdalam dunia nyata sangat sulit diterapkan,hanya sedikit perusahaan yang mene -tapkan prinsip ini.

Secara umum harga transfer dapatditentukan dengan menggunakan metode -metode berikut: (1) Harga transfer berda -sarkan pasar, (2) Harga transfer berda -sarkan biaya, (3) Harga transfer negoisasi.1. Harga Transfer Berdasarkan Harga

Pasar (Market-Based Transfer Prices)Harga transfer berdasarkan

harga pasar dipandang sebagai penen -tuan harga transfer yang palingindependen. Barang-barang yangdiproduksi unit penjual dihargai sama

dengan harga yang berlaku di pasar,pada sisi divisi penjual ada kemung -kinan untuk memperoleh profit, padasisi pembeli harga yang dibayarkanadalah harga yang sewajarnya.

Namun yang menjadi kele-mahan utama dari sistem ini adalahjika harga suatu produk ternyata tidaktersedia di pasar. Tidak semua barang -barang yang diperjual-belikan antardivisi tersedia di pasar, misalnya padasuatu industri yang terdeferensiasi danterintegrasi seperti industri kertas, jikadivisi penjual harus mengirim kertasyang setengah jadi ke divisi lain, pasartidak menyediakan harga kertasmentah atau setengah jadi.

Namun, jika harga pasartersedia atau dapat diperkirakan makaada baiknya menggunakan hargapasar. Meskipun demikian, jika tidakada cara untuk memperkirakan hargakompetitif, pilihan lainnya adalahmengembangkan harga transfer berda -sarkan biaya (cost-based transferprice).

2. Harga Transfer Berdasarkan Biaya(Cost-based Transfer Prices)

Perusahaan menggunakanmetode penetapan harga transfer atasdasar biaya yang ditimbulkan olehdivisi penjual dalam memproduksibarang atau jasa, penetapan hargatransfer metode ini relatif mudahditerapkan namun memiliki beberapakekurangan. Pertama, penggunaanbiaya sebagai harga transfer dapatmengarah pada keputusan yang buruk,jika seandainya unit penjual tidakdapat memproduksi dengan optimalsehingga menghasilkan biaya yanglebih tinggi daripada harga pasar, makadapat terjadi kecenderungan pem -belian barang dari luar. Kedua, jikabiaya digunakan sebagai hargatransfer, divisi penjual tidak akanpernah menghasilkan laba dari setiaptransaksi internal. Ketiga, penentuanharga transfer yang berdasarkan biayaberarti tidak ada insentif bagi orang

Page 4: Transfer Pricing

yang bertanggung jawab mengen -dalikan biaya.

Umumnya perusahaan mene-tapkan harga transfer atas biayaberdasarkan biaya variabel dan ataubiaya tetap dalam bentuk: biaya penuh(full cost), biaya penuh ditambah mark-up (full cost plus markup) dangabungan antara biaya variabel dantetap (variable cost plus fixed fee) .

3. Harga Transfer Negoisasi (NegotiatedTransfer Prices)

Dalam ketiadaan harga, bebe-rapa perusahaan memperkenankandivisi-divisi dalam perusahaan yangberkepentingan dengan transferpricing untuk menegosiasikan hargatransfer yang diinginkan. Hargatransfer negoisasi memiliki b eberapakelebihan. Pertama, pendekatan inimelindungi otonomi divisi dankonsisten dengan semangat desen -tralisasi. Kedua, manajer divisi cende -rung memiliki informasi yang lebih baiktentang biaya dan laba potensial atastransfer dibanding pihak-pihak laindalam perusahaan.

Harga transfer negosiasianmencerminkan prespektif kontrola -bilitas yang inheren dalam pusat -pusatpertanggungjawaban karena setiapdivisi yang berkepentingan tersebutpada akhirnya yang akan bertanggungjawab atas harga transfer yang d ine-gosiasikan. Namun transfer pricing initidak begitu mudah untuk ditentukankarena posisinya pada situasi sulit yangbisa menimbulkan conflict of interestdiantara kedua belah pihak yangterlibat, yaitu divisi penjual dan divisipembeli. Artinya, tidak akan ada satumetode transfer price yang terbaik,yang akan diterima mutlak oleh keduabelah pihak.

C. Globalisasi Dan Tumbuhnya KorporasiMultinasional

Interdependensi antar negara yangdiikuti dengan semakin pesatnya hubunganperdagangan dan ekonomi khususnya dibidang permodalan telah menimbulkansuatu perkembangan tatanan baru dalamperekonomian dunia, yaitu munculnyaunifikasi ekonomi global dengan kecen -derungan ke arah regionalisasi maupunglobalisasi. Globalisasi ekonomi telahmembawa dampak semakin meningkatnyatransaksi internasional atau cross bordertransaction. Arus barang, orang, jasa, danpermodalan (investasi) antarnegara telahmenjadi berlipat ganda. Saat ini pergerakanmodal dan dana dari satu negara ke negaralain menjadi lebih besar dari sebelumnya.

Dalam lingkungan perusahaan multi -nasional, terjadi berbagai transaksi antaranggota yang meliputi penjualan barangdan jasa, lisensi hak dan harta tak ber -wujud lainnya, penyediaan pinjaman dansebagainya. Penentuan harga atas berbagaitransaksi antar anggota korporasi tersebutdikenal dengan sebut Dalam lingkunganperusahaan multinasional, terjadi berbagaitransaksi antar anggota yang meliputipenjualan barang dan jasa, lisensi hak danharta tak berwujud lainnya, penyediaanpinjaman dan sebagainya. Penentuanharga atas berbagai transaksi antaranggota dikenal dengan sebutan transferpricing (harga transfer). Di Indonesia,transaksi antaranggota perusa -haanmultinasional tidak luput dari rekayasatransfer pricing, terutama oleh wajib pajakpenanaman modal asing (PMA) dan cabangperusahaan asing di Indonesia yangtermasuk dalam kategori bentuk usahatetap (BUT).

Dari segi manajemen, investasi asinglangsung (foreign direct investment ),apakah berstatus sebagai perusahaan PMAyang didirikan berdasarkan hukumIndonesia dan berkedudukan di Indonesiamaupun cabang dari perusahaan yangdidirikan dan berkedudukan di luar negeriIndonesia dengan status BUT di Indonesia,tidak sedikit yang melakukan praktek -praktek transfer pricing.

Page 5: Transfer Pricing

D. Korporasi Multinasional Dan TransferPricing

Pengertian korporasi multinasionaloleh Gunadi didefinisikan sebagai peru -sahaan yang beroperasi di berbagai negaradengan membuka cabang, mengorganisasianak perusahaan atau melakukan kontrakkeagenan (Gunadi 2001) Transfer pricingyang dilakukan oleh perusahaan multi -nasional ini berdasarkan jangkauangeografis operasi perusahaannya tergolongke dalam transfer pricing trans-nasional.

Menurut Tsurumi, dalam Gunadi,transfer pricing adalah harga yang diper-hitungkan untuk keperluan pengendalianmanajemen atas transfer barang dan jasaantar pusat responsibilitas profit atau cost(Gunadi 1999:111). Dalam arti yang lebihluas, transfer pricing termasuk penentuanharga antara beberapa entitas, yang secarahukum pemiliknya bisa sama ataupunberbeda (Gunadi 1994:9).

Horngren & Foster dalam Gunadi(1994:9) memberikan pengertian tentangempat pusat responsibilitas, yaitu: (1)Pusat biaya (cost center). Suatu pusatresponsibilitas yang manajernya mem -punyai pengaruh (dan oleh karenanyabertanggung jawab) atas biaya, yang dapatditimbulkan oleh suatu center atauinvestasi yang mendatangkan penghasilan(2) Pusat penghasilan (revenue center).Suatu pusat responsibilitas yang mana -jernya bertanggung jawab atas pengen -dalian penghasilan yang diproduks i olehcenternya (3) Pusat laba (profit center).Suatu pusat responsibilitas yang mana -jernya bertanggung jawab untuk mengen -dalikan biaya maupun penghasilan (4)Pusat investasi (investment center). Suatupusat responsibilitas yang manajernyamempunyai pengaruh atas biaya, peng-hasilan dan perencanaan serta pengen -dalian investasi.

E. Otoritas Fiskal Dan Isu Transfer PricingMeskipun dari sisi korporasi multi -

nasional transfer pricing merupakan alatuntuk memobilisasi laba usaha untuktujuan usahanya, otoritas fiskal (aparat

perpajakan) selalu menginginkan transaksiyang terjadi antardivisi atau antar peru -sahaan dalam satu group tetap mengacupada harga pasar wajar.

Negara berkembang, termasukIndonesia, menyadari bahwa korporasimultinasional dengan berbaga i kelebi-hannya mempergunakan rekayasa transferpricing untuk mengalihkan potensi pajakIndonesia ke negara lain dengan berbagaidalih, alasan dan justifikasi atas rekayasatersebut. Oleh karenanya, otoritas fiskalsecara subyektif memandang tujuandilakukannya transfer pricing adalah untukmenghindari pajak, terutama terkaitdengan isu mengenai kelayakan alokasipenghasilan, keuntungan dan biaya diantara jurisdiksi pajak yang berbeda -bedadimana korporasi multinasional tersebutberoperasi. Terkait dengan isu transferpricing, secara umum otoritas fiskal harusmemperhatikan dua hal mendasar agarkoreksi pajak terhadap dugaan transferpricing mendapat justifikasi yang kuat.Kedua hal prinsipil tadi adalah: (1) afiliasi(associated enterprises ) atau hubunganistimewa (special relationship) dan (2)kewajaran atau arm’s length principle(Bhakti 2002:30-34).

Afiliasi (Associated Enterprises)Pengertian mengenai hubungan

istimewa menurut Pernyataan StandarAkuntansi Keuangan (PSAK No.7) adalahsebagai berikut: (a) perusahaan yangmelalui satu atau lebih perantara (inter -mediaries), mengendalikan, atau diken -dalikan oleh, atau berada di bawahpengendalian bersama, dengan peru -sahaan pelapor (termasuk holdingcompanies, subsidiaries dan fellowsubsidiaries) (b) perusahaan asosiasi(associated company) (c) perorangan yangmemiliki, baik secara langsung maupuntidak langsung, suatu kepentingan haksuara di perusahaan pelapor yang berpe -ngaruh secara signifikan, dan anggotakeluarga dekat dari perorangan tersebut(yang dimaksudkan dengan anggotakeluarga dekat adalah mereka yang dapat

Page 6: Transfer Pricing

diharapkan mempengaruhi atau dipe -ngaruhi perorangan tersebut dalamtransaksinya dengan perusahaan pelapor)(d) karyawan kunci, yaitu orang -orang yangmempunyai wewenang dan tanggungjawab untuk merencanakan, memimpindan mengendalikan kegiatan perusahaanpelapor yang meliputi anggota dewankomisaris, direksi dan manajer dariperusahaan serta anggota keluarga dekatorang-orang tersebut (e) perusahaan dimana suatu kepentingan substansial da lamhak suara dimiliki baik secara langsungmaupun tidak langsung oleh setiap orangyang diuraikan dalam (c) atau (d), atausetiap orang tersebut mempunyaipengaruh signifikan atas perusahaantersebut. Ini mencakup perusahaan -perusahaan yang dimiliki anggo ta dewankomisaris, direksi atau pemegang sahamutama dari perusahaan pelapor danperusahaan-perusahaan yang mempunyaianggota manajemen kunci yang samadengan perusahaan pelapor.

Pengertian hubungan istimewamenurut Undang-Undang Pajak Peng-hasilan No. 17 Tahun 2000 (UU PPh)adalah: hubungan istimewa dianggap adaapabila: (a) Wajib Pajak mempunyaipenyertaan modal langsung atau tidaklangsung paling rendah 25% (dua puluhlima persen) pada Wajib Pajak lain, atauhubungan antara Wajib Pajak denganpenyertaan paling rendah 25% (dua puluhlima persen) pada dua Wajib Pajak ataulebih, demikian pula hubungan antara duaWajib Pajak atau lebih yang disebutterakhir; atau (b) Wajib Pajak menguasaiWajib Pajak lainnya atau dua atau lebihWajib Pajak berada di bawah penguasaanyang sama baik langsung maupun tidaklangsung; atau (c) terdapat hubungankeluarga baik sedarah maupun semendadalam garis keturunan lurus dan atau kesamping satu derajat.

Kewajaran (Arm’s Length Principle)Syarat yang kedua dari harga

transfer adalah kewajaran. Prinsip kewa -jaran berarti mengacu kepada sesuatu

yang dianggap wajar. Masalah yang timbuladalah acuan yang digunakan apakahdapat dikatakan sebanding. Menyangkutmasalah kewajaran, PSAK No.17, menye -butkan, bahwa pengakuan akuntansi suatupengalihan sumber daya secara normaldidasarkan pada suatu harga yang dise -pakati pihak yang bersangkutan. Hargayang berlaku antara pihak yang tidakmempunyai hubungan istimewa adalahharga pertukaran antara pihak yangindependen (arm's length price). Pihakyang mempunyai hubungan istimewamungkin mempunyai suatu tingkat kelu -wesan dalam proses penentuan harga,yang tidak terdapat dalam transaksi antarapihak yang tidak mempunyai hubunganistimewa. Sedangkan menurut UU PPhmenyebutkan hal-hal sebagai berikut:“Direktur Jenderal Pajak berwenang untukmenentukan kembali besarnya penghasilandan pengurangan serta menentukan utangsebagai modal untuk menghitung besarnyaPenghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajakyang mempunyai hubungan istimewadengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengankewajaran dan kelaziman usaha yang tidakdipengaruhi oleh hubungan istimewa”.

Menurut arm’s length principle ,harga-harga transfer seharusnya dite -tapkan supaya dapat mencerminkan hargayang disepakati sebagaimana transaksitersebut dilakukan oleh pihak-pihak yangtidak terkait yang bertindak secara bebas.Dapat dijelaskan bahwa apabila terjaditransaksi antara perusahaan yang memilikihubungan istimewa maka kondisi daritransaksi tersebut haruslah sama dengantransaksi antara pihak yang independen,sehingga ketidaksesuaian, dapat menye -babkan dilakukannya koreksi oleh pihakotoritas fiskal.

F. Modus Operandi Transfer PricingSecara universal transaksi antar

wajib pajak yang mempunyai hubunganistimewa yang dikenal dengan istilahtransfer pricing, dapat mengakibatkanterjadinya pengalihan penghasilan ataudasar pengenaan pajak dan/atau biaya dari

Page 7: Transfer Pricing

satu wajib pajak ke wajib pajak lainnya,yang dapat direkayasa untuk menekankeseluruhan jumlah pajak terhutang ataswajib pajak-wajib pajak yang mempunyaihubungan istimewa tersebut. Kekurangwajaran sebagaimana tersebut di atasdapat terjadi pada: (1) harga penjualan; (2)harga pembelian; (3) alokasi biaya admi -nistrasi dan umum (overhead cost); (4)pembebanan bunga atas pemberianpinjaman oleh pemegang saham(Shareholder loan); (5) pembayaran komisi,lisensi, franchise, sewa, royalti, imbalanatas jasa manajemen, imbalan atas jasateknik dan imbalan atas jasa lainnya; (6)pembelian harta perusahaan oleh peme -gang saham (pemilik) atau pihak yangmempunyai hubungan istimewa yang lebihrendah dari harga pasar; (7) penjualankepada pihak luar negeri melalui pihakketiga yang kurang/tidak mempunyaisubstansi usaha (misalnya dummycompany, letter box company ataureinvoicing center).

Dengan perkembangan dunia usahayang demikian cepat, yang sering kalibersifat transnasional dan diperke -nalkannya produk dan metode usaha baruyang semula belum dikenal dalam bidangusaha (misalnya dalam bidang keuangandan perbankan), maka bentuk dan variasitransfer pricing dapat menjadi tidakterbatas. Namun demikian dengan penga -turan lebih lanjut ketentuan tentangtransaksi antar wajib pajak yang mem -punyai hubungan istimewa diharap dapatmeminimalkan atau mengurangi praktekpenghindaran/ penyelundupan pajakdengan rekayasa transfer pricing tersebut

G. Posisi Advanced Pricing Agreement(APA)

Berdasarkan penjelasan mengenaimodus-modus operandi transfer pricing,contoh kasusnya dalam praktik dilapangan, dan perlakuan perpajakan yangseharusnya diterapkan, penulis ber pen-dapat bahwa posisi APA harus lebihdipertegas mengingat begitu banyakasumsi-asumsi yang harus dipenuhi agar

setiap perlakuan perpajakan yang disa -rankan di dalam SE-04/PJ.7/1993 tanggal 3September 1993 menjadi valid untukdiaplikasikan terhadap indikasi ketidakwajaran harga transfer. Tidak adanyatindak lanjut pengaturan atas teknisprosedur pengajuan APA yang disepakatiantara wajib pajak dan DJP memungkinkanmunculnya sengketa pajak yang berke -panjangan atas penyelesaian kasus transferpricing yang melelahkan, baik dari segitenaga, biaya, dan waktu untuk keduabelah pihak.

Meskipun terdapat beberapakendala yang dihadapi Indonesia sebagainegara berkembang, dalam menerapkanAPA, ada baiknya prosedur teknispengajuan APA diterbitkan dengan ber -pedoman pada pengalaman-pengalamannegara-negara lain yang telah mene -rapkannya. Untuk kepentingan tersebut,berikut kami sarikan pengalaman pene -rapan APA yang terjadi di Inggris (Susan2000).

Secara garis besar APA memilikiempat tahap negosiasi utama, yaitu: (1)wajib pajak secara sukarela menunjukkanketertarikannya untuk menerapkan sistemAPA dengan cara mengajukan permintaankepada fiskus; (2) penyampaikan aplikasipermohonan secara formal yang ditandaidengan pemberian informasi yangekstensif mengenai operasi usaha sertametode transfer pricing apa yangdipergunakan guna memperoleh hargapasar wajar, dan mempersiapkan analisisyang mendalam mengenai perusahaan,pasar dan persaingan yang harus dihadapi;(3) dilakukannya evaluasi oleh fiskusdengan cara melakukan audit lunak(lenient audit) untuk memastikan apakahsemua perhitungan yang diajukan olehwajib pajak dapat diterima; (4) tercapainyaAPA diantara kedua belah pihak.Persetujuan ini kemudian akan berlakuselama jangka waktu tertentu, biasanya didalam keadaan normal, akan berlakuselama 3 (tiga) hingga 5 (lima) tahun, danapabila kesepakatan telah dicapai, APAdapat dipergunakan guna menyelesaikan

Page 8: Transfer Pricing

kasus-kasus transfer pricing yang terjadisaat ini maupun yang terjadi di tahun -tahun sebelumnya.

Mekanisme kontrol yang dilakukanfiskus di dalam penerapan APA adalahdengan cara mewajibkan wajib pajak untukmenyiapkan laporan tahunan dimana didalamnya wajib pajak memberikanpenjelasan mengenai: (i) bagaimana APAyang telah disepakati diterapkan di tahuntersebut; (ii) menyerahkan laporankeuangan yang menunjukkan hasil daripenerapan metode transfer pricing yangdisepakati; (iii) menyerahkan hasil rekon -siliasi pembukuan yang telah disesuaikandengan Undang-undang serta buktipembayaran PPh badan; dan (iv) apabilaterdapat kerugian yang dikompensasikan ditahun tersebut, wajib pajak harus dapatmendukungnya dengan data dan alasanyang kuat.

APA tidak akan berlaku lagi dikare -nakan dua alasan. Pertama, jika masaberlakunya telah habis dan pihak fiskussesuai dengan peraturan yang telahditetapkan, secara formal mencabutkesepakatan tersebut. Kedua, apabila salahsatu atau lebih dari persyaratan yangtertuang di dalam persetujuan tersebuttidak dipatuhi oleh salah satu dan/ataukedua belah pihak. Apabila terb ukti bahwaAPA dibentuk berdasarkan data daninformasi yang menyesatkan, makadianggap APA juga tidak pernah tercapai.Namun demikian, menyadari semakincepatnya perubahan yang terjadi di duniabisnis, APA memberikan fleksibilitas dankemudahan kepada pihak-pihak yangterkait.

KESIMPULAN

Transfer pricing didefinisikansebagai suatu harga jual khusus yangdipakai dalam pertukaran antardivisionaluntuk mencatat pendapatan divisi penjual(selling division) dan biaya divisi pembeli(buying division). Transfer pricing seringjuga disebut dengan intracompany pricing,intercorporate pricing, interdivisional atau

internal pricing yang merupakan hargayang diperhitungkan untuk keperluanpengendalian manajemen atas transferbarang dan jasa antar anggota (grupperusahaan). Tujuan transfer pricingadalah untuk mentransmisikan datakeuangan di antara departemen -depar-temen atau divisi-divisi perusahaan padawaktu mereka saling menggunakan barangdan jasa satu sama lain.

Tujuan harga transfer berubahapabila melibatkan multinational corpo-ration (MNC) serta barang yang ditransfermelalui batas-batas negara. Tujuanpenentuan harga transfer internasionalterfokus pada meminimalkan pajak, bea,dan risiko pertukaran asing, bersamadengan meningkatkan suatu kompetitifperusahaan dan memperbaiki hubu -ngannya dengan pemerintah asing.Walaupun tujuan domestik sepertimotivasi manajerial dan otonomi divisiselalu penting, namun seringkali menjadisekunder ketika transfer internasionalterlibat. Perusahaan akan lebih fokus padapengurangan pajak total atau memperkuatanak perusahaan asing. Oleh karena itutransfer pricing juga sering dikaitkandengan suatu rekayasa harga secarasistematis yang ditujukan untuk mengu -rangi laba yang nantinya akan mengurangijumlah pajak atau bea dari suatu negara.

Praktek transfer pricing seringdigunakan oleh banyak perusahaan sebagaialat untuk meminimalkan jumlah pajakyang harus dibayar. Adanya hubunganistimewa merupakan kunci dari dilaku -kannya praktek transfer pricing dalambidang perpajakan. Hubungan istimewadalam perpajakan ditandai dengan adanyahubungan antara dua atau lebih WajibPajak yang berada di bawah pemilikan ataupenguasaan yang sama baik secaralangsung maupun tidak langsung, adanyahubungan antara Wajib Pajak yangmempunyai penyertaan 25% atau lebihpada pihak yang lain. Hubungan istimewajuga ditandai dengan adanya hubungankeluarga baik sedarah dan semenda dalam

Page 9: Transfer Pricing

garis keturunan lurus dan/atau kesamping satu derajat.

Masalah transfer pricing ini diatasidengan memberikan wewenan g kepadamenteri keuangan dan dirjen pajak untukmenentukan kembali besarnya penghasilandan pengurangan serta menentukan utangsebagai modal untuk menentukanbesarnya Penghasilan Kena Pajak bagipihak yang mempunyai hubunganistimewa. Selain itu untuk mem eriksaadanya praktek transfer pricing ,Departemen Keuangan Republik IndonesiaDirektorat Jendral Pajak menerbitkanPedoman Pemeriksaan Pajak terhadapWajib Pajak yang Mempunyai HubunganIstimewa.

DAFTAR PUSTAKA

Gunadi, 1994, “Transfer Pricing : SuatuTinjauan Akuntansi Manajemen danPajak”, Jakarta, Bena Rena Pariwara

Gunadi, 1999, “Pajak Internasional”, Ed.Revisi, Jakarta, LPFEUI

Mangoting, Yenni, 2004, “Aspek Perpa -jakan Dalam Praktek TransferPricing”http://puslit2.petra.ac. id/ejournal/index.php/aku/article/.../15668/15660

Santoso, Iman, 2005, “Advance PricingAgreement Dan ProblematikaTransfer Pricing Dari PerspektifPerpajakan Indonesia” http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/aku/article/viewPDFInterstitial/16158/16150

Soeratman, 2003. “Penerapan HargaTransfer Di Bank Bri Wilayah JawaTengah”

http://pojokinfo.wordpress.com/2008/03/03/penetapan-harga-transfer-dalam-meningkatkan-laba-perusahaan/

Page 10: Transfer Pricing