Transcul Post Partum

8
ASKEP TRANSKULTURAL PADA IBU POST PARTUM Kasus Klien bernama Ny.M, berusia 25 tahun, beragama Islam, pendidikan terakhir SMA. Klien adalah seorang ibu rumah tangga. Suami klien Tn. W berumur 27 tahun, pendidikan terakhir SMK, bekerja di pabrik. Suku jawa, dan keluarga klien terutama mertua klien sangat kental dengan adat dan budaya jawa, Tn. W adalah satu-satunya tulang punggung keluarga. Selain tinggal dengan Tn. W klien juga tinggal dengan mertuanya. Seminggu yang lalu klien telah melahirkan anak pertamanya berjenis kelamin perempuan dengan berat 3500 gram, panjang 50 cm secara Sectio Caesarea atas indikasi panggul sempit, sehingga di perut klien terdapat luka jahitan Klien melahirkan di Rumah Sakit Suka Lahir. Klien merasa melahirkan adalah suatu anugerah, namun klien merasa belum menjadi seorang wanita yang sempurna, karena tidak dapat melahirkan secara normal. Setelah pulang dari rumah sakit, atas perintah mertuanya setiap pagi klien jalan-jalan dan membawa bayinya untuk berjemur mulai pukul 06.00-07.00 WIB dengan tujuan agar bayi hangat. Serta setelah melahirkan ibu di haruskan memakai stagen, Penggunaan stagen ini dipercaya akan membuat perut tidak bergelambir dan perut kembali langsing. Hal tersebut sudah di lakukan secara turun-temurun. Klien datang ke poli KIA RS. Suka Sehat untuk kontrol. Dari hasil kontrol di poli KIA RS. Suka Sehat, luka klien

description

pp

Transcript of Transcul Post Partum

Page 1: Transcul Post Partum

ASKEP TRANSKULTURAL

PADA IBU POST PARTUM

Kasus

Klien bernama Ny.M, berusia 25 tahun, beragama Islam, pendidikan terakhir SMA.

Klien adalah seorang ibu rumah tangga. Suami klien Tn. W berumur 27 tahun, pendidikan

terakhir SMK, bekerja di pabrik. Suku jawa, dan keluarga klien terutama mertua klien sangat

kental dengan adat dan budaya jawa, Tn. W adalah satu-satunya tulang punggung keluarga.

Selain tinggal dengan Tn. W klien juga tinggal dengan mertuanya.

Seminggu yang lalu klien telah melahirkan anak pertamanya berjenis kelamin

perempuan dengan berat 3500 gram, panjang 50 cm secara Sectio Caesarea atas indikasi

panggul sempit, sehingga di perut klien terdapat luka jahitan Klien melahirkan di Rumah

Sakit Suka Lahir. Klien merasa melahirkan adalah suatu anugerah, namun klien merasa

belum menjadi seorang wanita yang sempurna, karena tidak dapat melahirkan secara normal.

Setelah pulang dari rumah sakit, atas perintah mertuanya setiap pagi klien jalan-jalan dan

membawa bayinya untuk berjemur mulai pukul 06.00-07.00 WIB dengan tujuan agar bayi

hangat. Serta setelah melahirkan ibu di haruskan memakai stagen, Penggunaan stagen ini

dipercaya akan membuat perut tidak bergelambir dan perut kembali langsing. Hal tersebut

sudah di lakukan secara turun-temurun.

Klien datang ke poli KIA RS. Suka Sehat untuk kontrol. Dari hasil kontrol di poli KIA

RS. Suka Sehat, luka klien dinyatakan mengalami penyembuhan yang lambat. Luka bekas

sectio caesaria masih terlihat basah. Setelah mendengar pernyataan dari dokter, klien terlihat

cemas.

Kemudian dilakukan pengkajian oleh perawat untuk mengetahui penyebab luka yang

tidak kunjung mengering. Dari hasil pengkajian ternyata didapatkan hasil bahwa klien

mempunyai pantangan makan ikan dan telur karena ditakutkan akan menimbulkan rasa gatal

pada luka bekas jahitan, klien tidak boleh minum air terlalu banyak karna akan membuat luka

tetap basah ( luka tidak cepat kering ) serta klien menggunakan stagen yang terlalu kencang.

Perawat memberikan penjelasan bahwa makanan yang menjadi pantangan klien adalah

makanan yang mengandung tinggi protein yang baik untuk proses penyembuhan luka.

Makanan pantangan tersebut dapat digantikan dengan sumber protein lain seperti tahu,

tempe, sari kedelai, kacang-kacangan, dll dan air merupakan bagian penting dari struktur sel

dan jaringan sehingga dapat mempercepat pembentukan jaringan baru dalam proses

penyembuhan luka. Sementara dokter memberikan rawat luka dan terapi oral antibiotik.

Page 2: Transcul Post Partum

Klien menganggap anjuran perawat bertentangan dengan keyakinannya.

Asuhan Keperawatan Transkultural Nursing Pada Ibu Post Partum

A. Pengkajian

1. Faktor Teknologi

a. Klien melahirkan anak pertamanya berjenis kelamin perempuan dengan berat

3500 gram, panjang 50 cm secara Sectio Caesarea atas indikasi panggul sempit,

sehingga di perut klien terdapat luka jahitan Klien melahirkan di Rumah Sakit

Suka Lahir

b. Klien datang ke poli KIA RS. Suka Sehat untuk kontrol. Selain itu klien juga

membawa bayinya untuk di tindik dan disunatkan.

2. Faktor agama dan falsafah hidup

a. Agama yang dianut yaitu agama islam

b. Klien merasa melahirkan adalah suatu anugerah, namun klien merasa belum

menjadi seorang wanita yang sempurna, karena tidak dapat melahirkan secara

normal

c. Klien percaya seorang bayi perempuan disunat karena atas dasar syariat dalam

agamanya

3. Faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan

a. Nama : Ny. M

b. Umur : 25 tahun

c. Jenis kelamin : perempuan

d. Status : sudah menikah

e. Kelahiran : anak pertama

f. Pengambilan keputusan dalam anggota keluarga : ada pada pihak laki-laki

4. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup

a. Setiap pagi klien jalan-jalan dan membawa bayinya untuk berjemur, serta setelah

melahirkan ibu di haruskan memakai stagen, Penggunaan stagen ini dipercaya

akan cepat mengembalikan otot rahim dan mengencangkan otot perut sehingga

perut terlihat langsing,

Page 3: Transcul Post Partum

b. Klien mempunyai keyakinan setelah melahirkan ibu di haruskan memakai stagen

Penggunaan stagen ini dipercaya akan cepat mengembalikan otot rahim dan

mengencangkan otot perut sehingga perut terlihat langsing, Hal tersebut sudah di

lakukan secara turun-temurun.

c. Klien mempunyai pantangan makan ikan, daging, telur karena ditakutkan akan

menimbulkan rasa gatal pada luka bekas jahitan

d. Klien tidak boleh minum terlalu banyak karna akan membuat luka tetap basah

( luka tidak cepat kering )

5. Faktor politik

Kebijakan dan peraturan RS, yaitu:

a. Alasan mereka datang ke RS

Klien datang ke poli KIA RS. Suka Sehat untuk kontrol. Selain itu klien juga

membawa bayinya untuk di tindik dan disunatkan.

b. Kebijakan yang didapat di RS

Dokter memberikan tindakan rawat luka dan terapi oral antibiotik.

6. Faktor ekonomi

a. Pekerjaan

Klien sebagai ibu rumah tangga.

b. Sumber biaya pengobatan

Klien mendapatkan sumber pembiayaan dari JPS

c. Sumber ekonomi yang dimanfaatkan klien

Klien memanfaatkan penghasilan suami.

d. Jumlah anak yang di tanggung satu

7. Faktor pendidikan

a. Pendidikan akhir klien SMA

b. Klien selalu mendapat nasehat dari mertuanya.

c. Klien masih sangat mempercayai adat dan budaya Jawa

B. Diagnosa

1. Data :

Page 4: Transcul Post Partum

Setiap pagi klien mempunyai kebiasaan jalan-jalan dan membawa bayinya untuk

berjemur, mulai pukul 06.00-07.00 WIB dengan tujuan agar bayi hangat

Masalah :

Potensial Peningkatan Kesehatan

2. Data :

Klien mempunyai keyakinan setelah melahirkan ibu di haruskan memakai

stagen Penggunaan stagen ini dipercaya akan cepat mengembalikan otot rahim dan

mengencangkan otot perut sehingga perut terlihat langsing, Hal tersebut sudah di

lakukan secara turun-temurun. Klien mempunyai pantangan makan ikan dan telur

karena ditakutkan akan menimbulkan rasa gatal pada luka bekas jahitan

Klien Klien menganggap anjuran perawat bertentangan dengan keyakinannya.

Masalah :

Keyakinan klien yang tidak sesuai dengan anjuran medis

3. Data :

Klien tidak boleh minum terlalu banyak karna akan membuat luka tetap basah

( luka tidak cepat kering )

Masalah : Lamanya proses penyembuhan luka karena pembatasan minum

C. Intervensi

Dx 1 : Potensial peningkatan kesehatan

Intervensi :

Mempertahankan budaya ( Maintenance )

1. Berikan penjelasan pada klien bahwa kebiasaan klien untuk jalan-jalan pagi dan

membawa bayi untuk berjemur adalah baik untuk kesehatan. Jalan-jalan pagi dapat

mengurangi kekakuan atau penegangan otot-otot di seluruh tubuh, memperlancar

sirkulasi darah dan mempercepat penyembuhan luka.

2. Dukung kebiasaan ibu membawa bayi berjemur pada pagi hari dibawah jam 7,

tujuannya untuk menghindarkan bayi dari penyakit kuning dan mengaktifkan

vitamin D yang membuat tulang bayi lebih kuat.

Dx 2 : Keyakinan klien tidak sesuai dengan anjuran medis

Intervensi :

Negosiasi budaya

Page 5: Transcul Post Partum

1. Berikan penjelasan bahwa makanan yang menjadi pantangan klien adalah makanan

yang mengandung tinggi protein yang baik untuk proses penyembuhan luka.

Makanan pantangan tersebut dapat digantikan dengan sumber protein lain seperti

tahu, tempe, sari kedelai, kacang-kacangan, dll dan air merupakan bagian penting

dari struktur sel dan jaringan sehingga dapat mempercepat pembentukan jaringan

baru dalam proses penyembuhan luka.

2. Berikan penjelasan pada klien bahwa dari segi medis pemakaian stagen pada post

SC tidak di anjurkan, dan sebenarnya pemakaian stagen tidak ada pengaruhnya pada

proses pengecilan uterus dan bergelambirnya perut tetapi justru penggunaan stagen

pada ibu post SC dapat memperlambat proses penyembuhan luka, tetapi jika klien

ingin tetap memakai, di sarankan lebih baik memakai gurita dengan catatan tidak

terlalu kencang, dan beri penjelasan bahwa saat ibu menyusui bayi nya dapat

merangsang kontraksi otot uterus sehingga mempercepat proses pengecilan uterus.

Dx 3 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan terbatasnya informasi

Intervensi :

Restrukturisasi budaya

1. Jelaskan pada klien dan keluarga bahwa mungkin maksud sebenarnya adalah ingin

memberikan yang terbaik selama perawatan namun terkadang harus di pahami

bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan kesehatan yang semestinya.

2. Berikan penjelasan kepada klien bahwa pemahaman tentang klien tidak boleh

minum air terlalu banyak karena akan membuat luka tetap basah, pemahaman

tersebut justru membuat penyembuhan luka menjadi lama, karena air merupakan

bagian penting dari struktur sel dan jaringan sehingga dapat mempercepat

pembentukan jaringan baru dalam proses penyembuhan luka.