Infeksi Post Partum

59
BAB 1 INFEKSI A. Definisi a. Infeksi postpartum adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat- alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas (Sarwono Prawirohardjo, 2005 : 689 ). b. Infeksi postpartum adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas (Mochtar Rustam, 1998 : 413). Jadi, yang dimaksud dengan infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genetalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga 38 C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam pertama. 1. Periode Nifas atau Postpartum a. Periode Immediate postpartum : terjadi dalam 24 jam pertama setelah melahirkan. b. Periode Early postpartum : terjadi setelah 24 jam postpartum sampai akhir minggu pertama sesudah melahirkan, dimana resiko sering terjadi pada ibu postpartum, hampir seluruh sistem tubuh mengalami perubahan secara drastic. c. Periode late postpartum : terjadi mulai minggu kedua sampai minggu keenam sesudah melahirkan, dan terjadi perubahan secara bertahap. 1

Transcript of Infeksi Post Partum

Page 1: Infeksi Post Partum

BAB 1

INFEKSI

A. Definisi

a. Infeksi postpartum adalah semua peradangan yang disebabkan oleh

masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu

persalinan dan nifas (Sarwono Prawirohardjo, 2005 : 689 ).

b. Infeksi postpartum adalah keadaan yang mencakup semua

peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas (Mochtar Rustam,

1998 : 413).

Jadi, yang dimaksud dengan infeksi postpartum adalah infeksi bakteri

pada traktus genetalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan

kenaikan suhu hingga 38 C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama

pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam pertama.

1. Periode Nifas atau Postpartum

a. Periode Immediate postpartum : terjadi dalam 24 jam pertama

setelah melahirkan.

b. Periode Early postpartum : terjadi setelah 24 jam postpartum sampai

akhir minggu pertama sesudah melahirkan, dimana resiko sering

terjadi pada ibu postpartum, hampir seluruh sistem tubuh mengalami

perubahan secara drastic.

c. Periode late postpartum : terjadi mulai minggu kedua sampai minggu

keenam sesudah melahirkan, dan terjadi perubahan secara

bertahap.

2. Adaptasi Fisiologis Postpartum

Akhir dari persalinan, hampir seluruh sistem tubuh mengalami

perubahan secara progresif. Semua perubahan pada ibu postpartum perlu

dimonitor oleh perawat, untuk menghindari terjadinya komplikasi.

Perubahan-perubahan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Sistem Respirasi

Penggunaan obat-obat anesthesia umum selama proses

pembedahan menyebabkan perubahan kecepatan frekuensi,

kedalaman dan pola respirasi. Setelah operasi mungkin terjadi

1

Page 2: Infeksi Post Partum

penumpukan secret pada jalan nafas yang menyebabkan perubahan

pola nafas, juga suara tambahan berupa rales. Hal ini tidak

ditemukan pada anesthesia spinal. Sedangkan peningkatan respirasi

mungkin terjadi sebagai respon klien terhadap adanya nyeri.

b. Sistem Cardiovaskuler

Selama masa kehamilan dan persalinan sistem

cardiovaskuler banyak mengalami perubahan antara lain :

1) Cardiak Output

Penurunan cardiac output menyebabkan bradikardi

(50-70x/menit) pada hari pertama setelah persalinan. Bila

frekuensi denyut nadi cepat mengindikasikan adanya

perdarahan, kecemasan, kelelahan, infeksi penyakit jantung,

dapat terjadi hipotensi orthostatik dengan penurunan tekanan

systolic kurang lebih 20 mmHg yang merupakan kompensasi

pertahanan tubuh untuk menurunkan resistensi vaskuler

sebagai akibat peningkatan tekanan vena. Biasanya ini terjadi

beberapa saat setelah persalinan, dan saat pertama kali

melakukan mobilisasi (ambulasi). Bila terjadi penurunan

secara drastic merupakan indikasi terjadinya perdarahan

uteri.

2) Volume dan Konsentrasi Darah

Pada 72 jam pertama setelah persalinan banyak

kehilangan plasma dari pada sel darah. Selama persalinan

erithropoesis meningkat menyebabkan kadar hemoglobin

menurun dan nilainya akan kembali stabil pada hari keempat

postpartum. Jumlah leukosit meningkat pada early

postpartum hingga nilainya mencapai 30.000/mm3 tanpa

adanya infeksi. Apabila peningkatan lebih dari 30 % dalam 6

jam pertama, maka hal ini mengindikasikan adanya infeksi.

Jumlah darah yang hilang selam persalinan sekitar

400-500 ml. Pada klien postpartum dengan seksio sesarea

kehilangan darah biasanya lebih banyak dibanding persalinan

normal (600-800 cc).

2

Page 3: Infeksi Post Partum

c. Sistem Gastrointestinal

Pada klien dengan postpartum seksio sesarea biasanya

mengalami penurunan tonus otot dan motilitas traktus gastrointestinal

dalam beberapa waktu. Pemulihan kontraksi dan motilitas otot

tergantung atau dipengaruhi oleh penggunaan analgetik dan

anesthesia yang digunakan, serta mobilitas klien. Sehingga

berpengaruh pada pengosongan usus. Secara spontan mungkin

terhambat hingga 2-3 hari. Selain itu klien akan merasa pahit pada

mulut karena dipuasakan atau merasa mual karena pengaruh

anesthesia umum. Sebagai akibatnya klien akan mengalami

gangguan pemenuhan asupan nutrisi serta gangguan eliminasi BAB.

Klien dengan spinal anesthesia tidak perlu puasa sebelumnya.

d. Sistem Reproduksi

1) Payudara

Setelah persalinan behubung lepasnya plasenta dan

berkurangnya fungsi korpus luteum, maka estrogen dan

progesterone berkurang, prolaktin akan meningkat dalam darah

yang merangsang sel-sel acini untuk memproduksi ASI. Keadaan

payudara pada dua hari pertama postpartum sama dengan

keadaan dalam masa kehamilan. Pada hari ketiga dan keempat

buah dada membesar, keras dan nyeri ditandai dengan sekresi

air susu sehingga akan terjadi proses laktasi. Laktasi merupakan

suatu masa dimana terjadi perubahan pada payudara ibu,

sehingga mampu memproduksi ASI dan merupakan suatu

interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik,

saraf dan berbagai macam hormon sehingga ASI dapat keluar.

2) Involusi Uterus

Segera setelah plasenta lahir, uterus mengalami kontraksi

dan retraksi ototnya akan menjadi keras sehingga dapat

menutup/menjepit pembuluh darah besar yang bermuara pada

bekas inplantasi plasenta. Proses involusi uterus terjadi secara

progressive dan teratur yaitu 1-2 cm setiap hari dari 24 jam

pertama postpartum sampai akhir minggu pertama saat tinggi

fundus sejajar dengan tulang pubis. Pada minggu keenam uterus

3

Page 4: Infeksi Post Partum

kembali normal seperti keadaan sebelum hamil kurang lebih 50-

60 gram. Pada seksio sesarea fundus uterus dapat diraba pada

pinggir perut. Rasa tidak nyaman karena kontraksi uterus

bertambah dengan rasa nyeri akibat luka sayat pada uterus

terjadi setelah klien sadar dari narkose dari 24 jam post operasi.

3) Endometrium

Dalam dua hari postpartum desidua yang tertinggal dan

berdiferensiasi menjadi 2 lapisan, lapisan superficial menjadi

nekrotik dan terkelupas bersama lochea. Sedangkan lapisan

basah yang bersebelahan dengan miometrium yang berisi

kelenjar tetap utuh dan merupakan sumber pembentukan

endometrium baru. Proses regenerasi endometrium berlangsung

cepat. Seluruhnya endometrium pulih kembali dalam minggu

kedua dan ketiga.

4) Cerviks, Vagina, Vulva, Perineum

Pada persalinan dengan seksio sesarea tidak terdapat

peregangan pada serviks dan vagina kecuali bila sebelumnya

dilakukan partus percobaan serviks akan mengalami peregangan

dan kembali normal sama seperti postpartum normal. Pada klien

dengan seksio sesarea keadaan perineum utuh tanpa luka.

5) Lochea

Lochea adalah secret yang berasal dari dalam rahim

terutama luka bekas inplantasi plasenta yang keluar melalui

vagina. Lochea merupakan pembersihan uterus setelah

melahirkan yang secara mikroskopik terdiri dari eritrosit,

kelupasan desidua, sel-sel epitel dan bakteri yang dikeluarkan

pada awal masa nifas. Lochea dibagi berdasarkan warna dan

kandungannya yaitu :

a) Lochea Rubra

Keluar pada hari pertama sampai hari ketiga postpartum.

Warna merah terdiri dari darah, sel-sel desidua, vernik caseosa,

rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa-sisa selaput ketuban.

4

Page 5: Infeksi Post Partum

b) Lochea Serosa

Mengandung sel darah tua, serum, leukosit dan sisa-sisa

jaringan dengan warna kuning kecoklatan, berlangsung hari

keempat dan kesembilan postpartum.

c) Lochea Alba

Berwarna putih kekuningan, tidak mengandung darah,

berisi sel leukosit, sel-sel epitel dan mukosa serviks. Dimulai

pada hari ke-10 sampai minggu ke 2-6 postpartum (Cuningham,

195 : 288).

Perdarahan lochea menunjukan keadaan normal. Jika

pengeluaran lochea berkepanjangan, pengeluaran lochea

tertahan, lochea yang prulenta (nanah), aras nyeri yang

berlebihan, terdapat sisa plasenta yang merupakan sumber

perdarahan dan terjadi infeksi intra uterin.

e. Sistem Endokrin

Kaji kelenjar tiroid, adakah pembesaran pada kelenjar tiroid,

pembengkakan kelenjar getah bening dan kaji .juga pengeluaran ASI

dan kontraksi uterus.

f. Sistem Perkemihan

Pada klien seksio sesarea terutama pada kandung kemih

dapat terjadi karena letak blass berdempetan dengan uterus,

sehingga pengosongan kandung kemih mutlak dilakukan dan

biasanya dipasang folly kateter selama pembedahan sampai 2 hari

post operasi. Dengan demikian kmungkinan dapat terjadi gangguan

pola eliminasi BAK, sehingga klien perlu dilakukan bldder training.

Kaji warna urine yang keluar, jumlahnya dan baunya.

g. Sistem Persarafan

Sistem persarafan pada klien postpartum biasanya tidak

mengalami gangguan kecuali ada komplikasi akibat dari pemberian

anesthesia spinal atau penusukan pada anesthesi epidural dapat

menimbulkan komplikasi penurunan sensasi pada ekstremitas

bawah. Klien dengan spinal anesthesia perlu tidur flat selama 24 jam

pertama. Kesadaran biasanya

5

Page 6: Infeksi Post Partum

h. Sistem Integumen

Cloasma/hyperpigmentasi kehamilan sering hilang setelah

persalinan akibat dari penurunan hormon progesterone dan

melanotropin, namun pada beberapa wanita ada yang tidak

menghilang secara keseluruhan, kadang ada yang hyperpigmentasi

yang menetap. Pertumbuhan rambut yang berlebihan terlihat selama

kehamilan seringkali menghilang setelah persalinan, sebagai akibat

dari penurunan hormon progesterone yang mempengaruhi folikel

rambut sehingga rambut tampak rontok.

i. Sistem Muskuloskletal

Selama kehamilan otot abdomen teregang secara bertahap,

hal ini menyebabkan hilangnya kekenyalan otot pada masa

postpartum, terutama menurunnya tonus otot dinding dan adanya

diastasis rektus abdominalis. Pada dinding abdomen sering tampak

lembek dan kendur dan terdapat luka/insisi bekas operasi, secara

berangsur akan kembali pulih, selain itu sensasi ekstremitas bawah

dapat berkurang selama 24 jam pertama setelah persalinan, pada

klien postpartum dengan seksio sesaria, hal ini terjadi bila dilakukan

regio anestesi dapat terjadi pula penurunan kekuatan otot yang

disebabkan oleh peregangan otot.

B. Etiologi

Penyebab dari infeksi postpartum ini melibatkan mikroorganisme

anaerob dan aerob patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan

lahir atau mungkin juga dari luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50 %

adalah streptococcus dan anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai

penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi

postpartum antara lain :

a. Streptococcus haematilicus aerobic

Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat

yang ditularkan dari penderita lain , alat alat yang tidak steril , tangan

penolong , dan sebagainya.

b. Staphylococcus aurelis

Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan

sebagai penyebab infeksi di rumah sakit

6

Page 7: Infeksi Post Partum

c. Escherichia coli

Sering berasal dari kandung kemih dan rectum ,

menyebabkan infeksi terbatas

d. Clostridium welchii

Kuman anaerobik yang sangat berbahaya , sering ditemukan

pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar

rumah sakit.

C. Faktor Predisposisi

a. Faktor predisposisi infeksi postpartum

1) Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh,

seperti perdarahan, dan  kurang gizi atau malnutrisi

2) Partus lama, terutama partus dengan ketuban pecah lama.

3) Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.

4) Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan dara

5) Anemia, higiene, kelelahan

6) Proses persalinan bermasalah :

7) Partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang

baiknya proses pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan,

dapat berlanjut ke infeksi dalam masa nifas.

b. Cara Terjadinya infeksi

1) Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan

pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang

sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain

ialah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke

dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.

2) Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena

kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan

dokter atau petugas kesehatan lainnya. Oleh karena itu, hidung

dan mulut petugas yang bekerja di kamar bersalin harus ditutup

dengan masker dan penderita infeksi saluran pernafasan dilarang

memasuki kamar bersalin.

3) Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen,

berasal dari penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi.

Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara kemana-mana

7

Page 8: Infeksi Post Partum

termasuk kain-kain, alat-alat yang suci hama, dan yang

digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada

waktu nifas.

4) Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi

penting, kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.

5) Infeksi Intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala

pada waktu berlangsungnya persalinan. Infeksi intraparum

biasanya terjadi pada waktu partus lama, apalagi jika ketuban

sudah lam pecah dan beberapakali dilakukan pemeriksaan

dalam. Gejal-gejala ialah kenaikan suhu, biasanya disertai

dengan leukositosis dan takikardia; denyut jantung janin dapat

meningkat pula. Air ketuban biasanya menjadi keruh dan berbau.

Pada infeksi intra partum kuman-kuman memasuki dinding uterus

pada waktu persalinan, dan dengan melewati amnion dapat

menimbulkan infeksi pula pada janin.

D. Patofisiologi

Reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dan dapat pula terjadi reaksi

umum. Pada infeksi dengan reaksi umum akan melibatkan syaraf dan

metabolik pada saat itu terjadi reaksi ringan limporetikularis diseluruh tubuh,

berupa proliferasi sel fagosit dan sel pembuat antibodi (limfosit B).

Kemudian reaksi lokal yang disebut inflamasi akut, reaksi ini terus

berlangsung selama menjadi proses pengrusakan jaringan oleh trauma. Bila

penyebab pengrusakan jaringan bisa diberantas, maka sisa jaringan yang

rusak disebut debris akan difagositosis dan dibuang oleh tubuh sampai

terjadi resolusi dan kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reksi sel fagosit

kadang berlebihan sehingga debris yang berlebihan terkumpul dalam suatu

rongga membentuk abses atau bekumpul dijaringan tubuh yang lain

membentuk flegman (peradangan yang luas dijaringan ikat). (Sjamsuhidajat,

R, 1997 ).

.

8

Page 9: Infeksi Post Partum

E. Pathway infeksi postpartum.

Trauma persalinan,infeksi nosokomial

Daerah bekas insersio plasenta

Kuman tumbuh dalam tubuh wanita (serviks,vulva,perineum) lokhea

berbau busuk

Infeksi Postpartum

9

Demam tinggiMerangsang sel-sel

disekitar lukaTakikardi

Peningkatan suhu tubuh

Merangsang pegeluaran

mediator kimia

anoreksia

Mual, muntah

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Sensasi nyeri

Page 10: Infeksi Post Partum

F. Manifestasi Klinis

Infeksi postpartum dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu :

a. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan

endometrium.

b. b.Penyebaran dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan

limfe dan permukaan endometrium.

1. Infeksi perineum , vulva, vagina ,dan serviks :

a. Gejalanya berupa rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, kadang-

kadang perih saat kencing.

b. Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu

sekitar 38 derajat selsius dan nadi dibawah 100 per menit. Bila luka

yang terinfeksi, tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar,

demam bisa naik sampai 39-40 derajat selsius, kadang-kadang disertai

menggigil.

2. Endometritis :

a. Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta

dan selaput ketuban yang disebut lokiometra dan dapat menyebabkan

kenaikan suhu.

b. Uterus agak membesar, nyeri pada perabaan dan lembek.

3. Septikemia :

a. Sejak permulaan, pasien sudah sakit dan lemah.

b. Sampai 3 hari pasca persalinan suhu meningkat dengan cepat,

biasanya disertai menggigil.

c. Suhu sekitar 39-40 derajat selsius, keadaan umum cepat memburuk,

nadi cepat (140-160 kali per menit atau lebih).

d. Pasien dapat meninggal dalam 6-7 hari pasca persalinan.

4. Piemia :

a. Tidak lama pasca persalinan, pasien sudah merasa sakit, perut nyeri

dan suhu agak meningkat.

b. Gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah

kuman dengan emboli memasuki peredaran darah umum.

c. Ciri khasnya adalah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat

disertai menggigil lalu diikuti oleh turunnya suhu.

10

Page 11: Infeksi Post Partum

d. Lambat laun timbul gejala abses paru, pneumonia dan pleuritis.

5. Peritonitis :

a. Pada peritonotis umum terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan

kecil, perut kembung dan nyeri, dan ada defense musculaire.

b. Muka yang semula kemerah-merahan menjadi pucat, mata cekung, kulit

muka dingin; terdapat fasies hippocratica.

c. Pada peritonitis yang terbatas didaerah pelvis, gejala tidak seberat

peritonitis umum.

d. Peritonitis yang terbatas : pasien demam, perut bawah nyeri tetapi

keadaan umum tidak baik.

e. Bisa terdapat pembentukan abses.

6. Selulitis pelvik :

a. Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri di kiri

atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya

selulitis pelvika.

b. Gejala akan semakin lebih jelas pada perkembangannya.

c. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di

sebelah uterus.

d. Di tengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses dimana suhu

yang mula-mula tinggi menetap, menjadi naik turun disertai menggigil.

e. Pasien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri perut.

G. Pemeriksaan Diagnostik

Bila ada kemungkinan adanya akumulasi darah uterus/dalam vagina yang

tidak diketahui, maka pemeriksaan diagnostik perdarahan postpartum biasanya

dapat dijelaskan dengan inspekulum pada vagina, serviks, dan uterus.

(1) Golongan darah menentukan Rh, ABO, dan pencocokan silang

(2) Jumlah darah lengkap menunjukkan penurunan Hb/Ht dan

peningkatan jumlah sel darah putih (perpindahan ke kiri dan

peningkatan laju sedimentasi menunjukkan infeksi)

(3) Kultur uterus dan vagina mengesampingkan infeksi postpartum

(4) Urinalitas: memastikan kerusakan kandung kemih

(5) Profil koagulasi: peningkatan degradasi kadar produk fibrin/produk

split fibrin (FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen masa

tromboplastin parsial diaktivasi: masa trombloplastin partial

(APTT/PTT) masa protrombin memanjanag pada KID.

11

Page 12: Infeksi Post Partum

(6) USG: menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan

H. Jenis-jenis infeksi postpartum

a. Infeksi Payudara

1) Mastitis

a) Definisi

Infeksi Payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi pada

jaringan payudara. Pada infeksi yang berat atau tidak diobati,

bisa terbentuk abses payudara (penimbunan nanah di dalam

payudara).

b) Penyebab

Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang

banyak ditemukan pada kulit yang normal (Staphylococcus

aureus).

Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke

dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit

(biasanya pada puting susu).

Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan

paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan.

Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada

beberapa minggu pertama setelah melahirkan.

Pada wanita pasca menopause, infeksi payudara

berhubungan dengan peradangan menahun dari saluran air susu

yang terletak di bawah puting susu. Perubahan hormonal di

dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran air susu

oleh sel-sel kulit yang mati. Saluran yang tersumbat ini

menyebabkan payudara lebih mudah mengalami infeksi.

c) Gejala

Gejalanya berupa :

Nyeri payudara

Benjolan pada payudara

Pembengkakan salah satu payudara

Jaringan payudara membengkak, nyeri bila ditekan,

kemerahan dan teraba hangat

12

Page 13: Infeksi Post Partum

Nipple discharge (keluar cairan dari puting susu, bisa

mengandung nanah)

Gatal - gatal

Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang

sama dengan payudara yang terkena

Demam.

d) Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil

pemeriksaan fisik. Jika tidak sedang menyusui, bisa dilakukan

mammografi atau biopsi payudara.

e) Pengobatan

Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama

15-20 menit, 4 kali/hari. Diberikan antibiotik dan untuk mencegah

pembengkakan, sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan

air susu pada payudara yang terkena.

Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila

diberikan sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan

berkurang.

Sangga payudara.

Kompres dingin.

Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4

jam.

Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS.

Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan.

f) Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya mastitis bisa dilakukan

beberapa tindakan berikut

Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan

Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran,

kosongkan payudara dengan cara memompanya

Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk

mencegah robekan/luka pada puting susu

Minum banyak cairan

Menjaga kebersihan puting susu

Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.

13

Page 14: Infeksi Post Partum

2) Bendungan ASI

a) Definisi

Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena

penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar yang tidak

dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting

susu (Mochtar, 1996).

Menurut Huliana (2003) payudara bengkak terjadi karena

hambatan aliran darah vena atau saluran kelenjar getah bening

akibat ASI terkumpul dalam payudara. Kejadian ini timbul karena

produksi yang berlebihan, sementara kebutuhan bayi pada hari

pertama lahir masih sedikit.

b) Patologi

Faktor predisposisi terjadinya bendungan ASI antara lain :

Faktor hormon

Hisapan bayi

Pengosongan payudara

Cara menyusui

Faktor gizi

Kelainan pada puting susu

c) Patofisiologi

Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain

payudara penuh terasa panas, berat dan keras, terlihat

mengkilat meski tidak kemerahan.

ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara

yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri,

puting susu teregang menjadi rata.

ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut

untuk menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi

biasanya akan hilang dalam 24 jam (Mochtar, 1998).

d) Penatalaksanaan

Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah :

1. Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30

menit) setelah dilahirkan

2. Susui bayi tanpa jadwal atau ondemand

14

Page 15: Infeksi Post Partum

3. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi

melebihi kebutuhan bayi

4. Perawatan payudara pasca persalinan

Upaya pengobatan untuk bendungan ASI adalah :

1. Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek

2. Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah

ditangkap dan dihisap oleh bayi.

3. Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI

4. Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan

kompres dingin

5. Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening

lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari

putin kearah korpus. (Sastrawinata, 2004)

3) Abses Payudara

a) Definisi

Abses payudara berbeda dengan mastitis. Abses

payudara terjadi apabila mastitis tidak tertangani dengan baik,

sehingga memperberat infeksi.

b) Gejala

Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah.

Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah.

Benjolan terasa lunak karena berisi nanah.

Payudara yang tegang dan padat kemerahan.

Pembengkakan dengan adanya fluktuasi.

Adanya pus/nanah.

c) Penanganan

Teknik menyusui yang benar.

Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara

bergantian.

Meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui

bayinya.

Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.

Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses,

tetapi ASI harus tetap dikeluarkan.

15

Page 16: Infeksi Post Partum

Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah,

berikan antibiotik.

Rujuk apabila keadaan tidak membaik.

b. Infeksi Parineal

1) Definisi

Masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh melalui robekan dan

serambi liang senggama waktu bersalin, sehingga luka terasa nyeri

dan mengeluarkan nanah.

2) Penyebab

Disebabkan oleh keadaan yang kurang bersih dan tindakan

pencegahan infeksi yang kurang baik.

3) Tanda / Gejala

a) Nyeri pada luka.

b) Luka pada perineal yang mengeras.

c) Demam.

d) Keluar pus / cairan.

e) Kemerahan.

f) Berbau busuk.

4) Penatalaksanaan

a) Bila didapati pus dan cairan pada luka, buka jahitan dan lakukan

pengeluaran serta kopmres antiseptic.

b) daerah jahitan yang terinfeksi dihilangkan dan lakukan

debridemen.

c) Bila infeksi sedikit tidak perlu antibiotika.

d) Bila infeksi relative superficial, berikan Ampisilin 500mg per oral

selama 6 jam dan Metronidazol 500 mg per oral 3 kali/hari selaa

5 hari.

e) Bila infeksi dalam dan melibatkan otot dan menyebabkan

nekrosis, beri Pennisilin G 2 juta U IV setiap 4 jam ( atau

Ampisilin inj 1 g 4x/hari ) ditambah dengan Gentamisin 5 mg/kg

berat badan per hari IV sekali ditambah dengan Metronidazol

500 mg IV setiap 8 jam, sampai bebas panas selama 24 jam.

Bila ada jaringan nekrotik harus dibuang, lakukan jahitan

sekunder 2 – 4 minggu setelah infeksi membaik.

16

Page 17: Infeksi Post Partum

f) Berikan nasihat kebersihan dan pemakaian pembalut yang

bersih dan sering diganti.

5) Pelaksanaan

a) Jika terdapat pus atau cairan, buka dan drain luka tersebut.

b) Angkat kulit yang nekrotik dan jahitan subkutis dan lakukan

debridement.

Jangan angkat jahitan fasia.

c) Jika infeksi hanya superficial dan tidak meliputi jaringan dalam,

atau akan timbulnya abses dan berikan antibiotika.

Ampisilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 5 hari.

d) Jika infeksi cukup dalam, meliputi otot dan menimbulkan nekrotik

atau berikan kombinasi antibiotika sampai pasien bebas panas

48 jam.

Penisilin G sebanyak 2 juta unit I.V setiap 6 jam.

Ditambah Gentamisin 5 mg/kgBB I.V setiap 24 jam.

Ditambah Metronidazol 500 mg per oral 3 kali sehari selaa 5

hari.

Jika sudah bebas demam 48 jam, berikan :

1. Ampisilin 500mg per oral 4 kali sehari selama 5 hari.

2. Ditambah Metronidazol 400 mg per oral 3 kali sehari

selama 5 hari.

Catatan : Fasilitas nekrotikan membutuhkan

debridement dan jahitan situasi. Lakukan jahitan

reparasi 2 – 4 minggu kemudian, bila luka sudah bersih.

3. Jika infeksi parah pada fasilitas nekrotikan, rawat pasien

untuk kompres 2 kali sehari.

c. Infeksi Uterus

1) Endometritis (Lapisan dalam rahim)

Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam

dari rahim). infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada

serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim

(Anonym, 2008).

17

Page 18: Infeksi Post Partum

Endometritis adalah infeksi yang berhubungan dengan

kelahiran anak, jarang terjadi pada wanita yang mendapatkan

perawatan medis yang baik dan telah mengalami persalinan melalui

vagina yang tidak berkomplikasi. Infeksi pasca lahir yang paling

sering terjadi adalah endometritis yaitu infeksi pada endometrium

atau pelapis rahim yang menjadi peka setelah lepasnya plasenta,

lebih sering terjadi pada proses kelahiran caesar, setelah proses

persalinan yang terlalu lama atau pecahnya membran yang terlalu

dini. Juga sering terjadi bila ada plasenta yang tertinggal di dalam

rahim, mungkin pula terjadi infeksi dari luka pada leher rahim, vagina

atau vulva.

Tanda dan gejalanya akan berbeda bergantung dari asal

infeksi, sedikit demam, nyeri yang samar-samar pada perut bagian

bawah dan kadang-kadang keluar dari vagina berbau tidak enak

yang khas menunjukkan adanya infeksi pada endometrium. Pada

infeksi karena luka biasanya terdapat nyeri dan nyeri tekan pada

daerah luka, kadang berbau busuk, pengeluaran kental, nyeri pada

perut atau sisi tubuh, gangguan buang air kecil. Kadang-kadang tidak

terdapat tanda yang jelas kecuali suhu tunbuh yang meninggi. Maka

dari itu setiap perubahan suhu tubuh pasca lahir harus segera

dilakukan pemeriksaan.

Infeksi endometrium dapat dalam bentuk akut dengan gejala

klinis yaitu nyeri abdomen bagian bawah, mengeluarkan keputihan,

kadang-kadang terdapat perdarahan dapat terjadi penyebaran

seperti meometritis (infeksi otot rahim), parametritis (infeksi sekitar

rahim), salpingitis (infeksi saluran tuba), ooforitis (infeksi indung

telur), dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar), pembentukan

pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung telur

(Anonym, 2008).

Terjadinya infeksi endometrium pada saat persalinan, dimana

bekas implantasi plasenta masih terbuka, terutama pada persalinan

terlantar dan persalinan dengan tindakan pada saat terjadi

keguguran, saat pemasangan alat rahim yang kurang legeartis

(Anonym, 2008).

18

Page 19: Infeksi Post Partum

Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta

dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiametra dan dapat

menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada endometritis agak

membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek.

Pada endometritis yang tidak meluas, penderita merasa

kurang sehat dan nyeri perut pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3

suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa

hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu minggu

keadaan sudah normal kembali.

Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-

kadang berbau. Hal ini tidak boleh dianggap infeksinya berat.

Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokia yang sedikit

dan tidak berbau.

Untuk mengatasinya biasanya dilakukan pemberian antibiotik,

tetapi harus segera diberikan sesegera mungkin agar hasilnya efektif.

Dapat pula dilakukan biakkan untuk menentukan jenis bakteri,

sehingga dapat diberikan antibiotik yang tepat.

2) Miometritis (infeksi otot rahim)

Miometritis adalah radang miometrium. Sedangkan

miometrium adalah tunika muskularis uterus. Gejalanya berupa

demam, uterus nyeri tekan, perdarahan vaginal dan nyeri perut

bawah, lokhea berbau, purulen.

Metritis akut biasanya terdapat pada abortus septik atau

infeksi postpartum. Penyakit ini tidak brerdiri sendiri akan tetapi

merupakan bagian dari infeksi yang lebih luas yaitu merupakan

lanjutan dari endometritis. Kerokan pada wanita dengan

endometrium yang meradang dapat menimbulkan metritis akut. Pada

penyakit ini miometrium menunjukkan reaksi radang berupa

pembengkakan dan infiltarsi sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi

lewat jalan limfe atau lewat tromboflebitis dan kadang-kadang dapat

terjadi abses.

Metritis kronik adalah diagnosa yang dahulu banyak dibuat

atas dasar menometroragia dengan uterus lebih besar dari bisa, sakit

pnggang, dan leukore. Akan tetapi pembesaran uterus pada

multipara umumnya disebabkan oleh pemanbahan jaringan ikat

19

Page 20: Infeksi Post Partum

akibat kehamilan. Terapi dapat berupa antibiotik spektrum luas

seperti amfisilin 2gr IV per 6 jam, gentamisin 5 mg kg/BB,

metronidasol mg IV per 8 jam, profilaksi anti tetanus, efakuasi hasil

konsepsi.

3) Parametritis (infeksi daerah di sekitar rahim).

Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig

latum. Radang ini biasanya unilatelar. Tanda dan gejala suhu tinggi

dengan demam tinggi, Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan

peritoneum, seperti muntah. Penyebab Parametritis yaitu :

a) Endometritis dengan 3 cara yaitu :

Per continuitatum : endometritis → metritis → parametitis

Lymphogen

Haematogen : phlebitis → periphlebitis → parametritis

b) Dari robekan serviks

c) Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD )

d. Peritonitis

Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis,

tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis

dan sellulitis pelvika. Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa abses pada

sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga peritoneum dan

menyebabkan peritonitis.

Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada

daerah pelvis. Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada

peritonitis umum. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan

umum tetap baik. Pada pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan

abses. Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus

dikeluarkan dengan kolpotomia posterior untuk mencegah keluarnya

melalui rektum atau kandung kencing.

Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen

dan merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi

cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire.

Muka penderita, yang mula-mula kemerah-merahan, menjadi pucat,

mata cekung, kulit muka dingin; terdapat apa yang dinamakan facies

hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi.

20

Page 21: Infeksi Post Partum

e. Tromboflebitis

1) Definisi

Perluasan infeksi nifas yang paling sering ialah perluasan

atau invasi mikroorganisme pathogen yang mengikuti aliran darah

disepanjang vena dan cabang – cabangnya sehingga terjadi

trobpoflebitis.

Tomboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh

darah disertai pembentukan pembekuan darah. Tomboflebitis

cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat

kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan

fibrinogen; dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh

tekanan keopala janin gelana kehamilan dan persalinan; dan

aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan,

statis dan membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah

(Adele Pillitteri, 2007).

2) Klasifikasi

a) Pelviotromboflebitis

Definisi

Yaitu infeksi nifas yang mengenai vena – vena dinding

uterus dan ligamentum latum, yaitu vena ovarika dekstra

karena infeksi pada tempat implantasi plasenta terletak di

bagian atas uterus ; proses biasanya unilateral. Perluasan

infeksi dari vena ovarika sinistra ialah ke vena renalis,

sedangkan perluasan infeksidari vena ovarika dekstra ialah ke

vena kafa inferior. Peritoneum yang menutupi vena ovarika

dekstra, mengalami imflamasi dan akan menyebabkan

perisalpingo – 00foritis dan periapendisitis. Perluasan infeksi

dari vena utruna ialah ke vena iliaka komunis.

Etiologi

Disebabkan oleh kurangnya gizi atau mal nutrisi,

anemia, kurang personal hygiene, trauma jalan lahir. Seperti

partus lama atau macet dan periksa dalam yang berlebihan.

Gejala

21

Page 22: Infeksi Post Partum

1. Nyeri, yang terdapat pada perut bagian bawah dan / atau

perut bagian samping, timbul pada hari ke 2 – 3 masa nifas

dengan atau tanpa panas.

2. Penderita tampak sakit berat dengan gambaran

karakteristik sebagai berikut :

a. Menggigil berulang kali. Menggigil inisial terjadi sangat

berat ( 30 – 40 menit ) dengan interval hanya

beberapa jam saja dan kadang – kadang 3 hari. Pada

waktu menggigil penderita ha[irtidak panas.

b. Suhu badan naik turun secara tajam ( 360C menjadi

400C ) yang diikuti dengan penurunan suhu dalam

waktu 1 jam ( biasanya subfebris seperti pada

endometritis ).

c. Penyakit dapat berlangsung selama 1 – 3 bulan.

d. Cenderung berbentuk pus, yang menjalar ke mana –

mana, terutama ke paru – paru.

3. Gambaran darah

a. Terdapat leukositosis ( meskipun setelah endotoksin

menyebar ke sirkulasi, dapat segera terjadi

leukopenia ).

b. Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat

sebelum mulainya menggigil. Meskipun bakteri

ditemukan di dalam darah selama menggigil, kultur

darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah

anaerob.

4. Pada periksa dalam hampir tidak ditemukan apa – apa

karena yang paling banyak terkena ialah vena ovarika yang

sukar dicapai dalam pemeriksaan.

Komplikasi

1. Komplikasi pada paru – paru : infark, abses, pneumonia.

2. Komplikasi pada ginjal sinistra, nyeri mendadak, yang

diikuti dengan proteinuria dan hematuria.

3. Komplikasi pada persendian, mara dan jaringan subkutan.

22

Page 23: Infeksi Post Partum

Penanganan

1. Rawat Inap

Penderita tirah baring untuk pemantauan gejala

penyakit yang dan mencegah terjadinya emboli pulmonum.

2. Terapi Medik

Pemberian antibiotika dan heparin jika terdapat

tanda – tanda atau dugaan adanya emboli pulmonum.

3. Terapi Operatif

Pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika

emboli septic terus berlangsung sampai mencapai paru –

paru, meskipun sedang dilakukan heparinisasi.

b) Tromboflebitis Femoralis

Definisi

Yaitu infeksi nifas yang mengenai vena – vena pada

tungkai, misalnya vena femoralis, vena poplitea dan vena

safvena.

Penilaian Klinik

1. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama

7 -10 hari, kemudian suhu mendadak naik kira – kira pada

hari ke 10 – 20, yang disertai dengan menggigil dan nyeri

sekali.

2. Pada salah satu kaki yang terkena biasanya kaki kiri,

akan meberikan tanda – tanda sebagai berikut :

a. Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi ke luar

serta sukar bergerak, lebih panas dibanding dengan

kaki lainnya.

b. Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa

tegang dank eras pada paha bagian atas.

c. Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha.

d. Reflektorik akan terjadi spasus arteria sehingga kaki

menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri dan dingin,

pulsasi menurun.

23

Page 24: Infeksi Post Partum

e. Edema kadang – kadang terjadi sebelum atau

setelah atau setelah nyeri dan pada uumnya terdapat

pada paha bagian atas, tetapi lebih sering dimulai

dari jari – jari kaki dan pergelangan kaki, kemudian

meluas dari bawah ke atas.

f. Nyeri pada betis, yang akan terjadi spontan atau

dengan memijit betis atau dengan meregangkan

tendo akhiles ( tanda Homan ).

Penanganan

1. Perawatan.

Kaki ditinggikan untuk mengurangi edema, lakukan

kompres pada kaki. Setelah mobilisasi kaki hendaknya

tetap dibalut elastik atau memakai kaos kaki panjang yang

elastic selama mungkin.

2. Mengingat kondisi ibu yang sangat jelek, sebaiknya jangan

menyusui.

3. Terapi medik : pemberian antibiotika dan analgetik.

24

Page 25: Infeksi Post Partum

I. Pengobatan Infeksi Kala Nifas

Pengobatan infeksi pada masa nifas antara lain:

a. Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan servik, luka

operasi dan darah, serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika

yang tepat.

b. Memberikan dosis yang cukup dan adekuat.

c. Memberi antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil laboratorium.

d. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus, transfusi

darah, makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh, serta

perawatan lainnya sesuai komplikasi yang dijumpai.

J. Pengobatan Kemoterapi dan Antibiotika Infeksi Nifas

Infeksi nifas dapat diobati dengan cara sebagai berikut:

a. Pemberian Sulfonamid – Trisulfa merupakan kombinasi dari sulfadizin

185 gr, sulfamerazin 130 gr, dan sulfatiozol 185 gr. Dosis 2 gr diikuti 1 gr

4-6 jam kemudian peroral.

b. Pemberian Penisilin – Penisilin-prokain 1,2 sampai 2,4 juta satuan IM,

penisilin G 500.000 satuan setiap 6 jam atau metsilin 1 gr setiap 6 jam

IM ditambah ampisilin kapsul 4×250 gr peroral.

c. Tetrasiklin, eritromisin dan kloramfenikol.

d. Hindari pemberian politerapi antibiotika berlebihan.

e. Lakukan evaluasi penyakit dan pemeriksaan laboratorium.

K. Komplikasi

a. Peritonitis (peradangan selaput rongga perut)

b. Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena panggul), dengan

resiko terjadinya emboli pulmoner.

c. Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri di

dalam darah. Syok toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang

berat dan bahkan kematian.

L. Penatalaksanaan

25

Page 26: Infeksi Post Partum

a. Pencegahan

1) Masa Persalinan

a) Hindari pemeriksaan dalam berulang, lakukan bila ada indikasi

dengan sterilitas yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.

b) Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.

c) Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat

harus suci hama.

d) Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik

pervaginam maupun perabdominal dibersihkan, dijahit sebaik-

baiknya dan menjaga sterilitas.

e) Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan

dengan penderita harus terjaga kesuci-hamaannya.

f) Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang

hilang harus segera diganti dengan transfusi darah.

g) Masa Nifas

h) Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi,

begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan

dengan alat kndung kencing harus steril.

i) Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam

ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat.

j) Tamu yang berkunjung harus dibatasi.

2) Masa Kehamilan:

Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti

anemia, malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakit-

penyakit yang diderita ibu. Pemeriksaan dalam jangan dilakukan

kalau tidak ada indikasi yang perlu. Begitu pula koitus pada hamil

tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati

karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini terjadi

infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.

b. Pencegahan infeksi postpartum :

1) Anemia diperbaiki selama kehamilan. Berikan diet yang baik. Koitus

pada kehamilan tua sebaiknya dilarang.

2) Membatasi masuknya kuman di jalan lahir selama persalinan. Jaga

persalinan agar tidak berlarut-larut. Selesaikan persalinan dengan

trauma sesedikit mungkin. Cegah perdarahan banyak dan penularan

26

Page 27: Infeksi Post Partum

penyakit dari petugas dalam kamar bersalin. Alat-alat persalinan

harus steril dan lakukan pemeriksaan hanya bila perlu dan atas

indikasi yang tepat.

3) Selama nifas, rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat

pasien dengan tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita

sehat yang berada dalam masa nifas.

c. Penanganan umum

1) Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam

proses persalinan) yang dapat  berlanjut menjadi penyulit/komplikasi

dalam masa nifas.

2) Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang

mengalami infeksi nifas.

3) Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau

infeksi yang dikenali pada saat kehamilan ataupun persalinan.

4) Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui.

5) Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah

dan gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat

pertolongan dengan segera.

6) Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir,

dari ibu yang mengalami infeksi pada saat persalinan. Dan Berikan

hidrasi oral/IV secukupnya.

d. Pengobatan secara umum

1) Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dan sekret vagina,

luka operasi dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan

antibiotika yang tepat dalam pengobatan.,

2) Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat.

3) Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan

antibiotika spektrum luas (broad spektrum) menunggu hasil

laboratorium.

4) Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau

transfusi darah diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan

komplikasi yang dijumpai.

e. Penanganan infeksi postpartum :

1) Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari.

27

Page 28: Infeksi Post Partum

2) Berikan terapi antibiotik, Perhatikan diet. Lakukan transfusi darah

bila perlu, Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk

ke dalam rongga perineum.

M. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

Proses keperawatan adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis

untuk menentukan masalah klien, membuat perencanaan, untuk mengatasi,

serta pelaksanaan dan evaluasi keberhasilan secara efektif, terhadap masalah

yang diatasinya. (Effedi, Nasrul,1995: 3).

Proses keperawatan pada dasarnya adalah metode pelaksanaan asuhan

keperawatan yang sistematis yang berfokus pada respon manusia secara

individu, kelompok dan masyarakat terhadap perubahan kesehatan baik actual

maupun potesial.

Proses keperawatan terdiri dari empat tahap yaitu : Pengkajian,

Perecanaan, Implementasi dan Evaluasi, dimana masing-masing tahap saling

berkaitan dan berkesinambungan satu sama lain.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang

bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar

dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan

dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy,

1995 : 18).

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan awal dari pengkajian untuk

mengumpulkan informasi tentang klien yang akan dilakukan secara

sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan

kesehatan klien sehari-hari meliputi :

1) Identitas

a) Identitas klien terdiri dari : nama, umur, agama,

suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, golongan darah,

diagnosa medis, status marital, alamat.

b) Identitas penanggung jawab terdiri dari : nama, umur,

suku/bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan, agama,

hubungan dengan klien, alamat.

28

Page 29: Infeksi Post Partum

2) Status Kesehatan

a) Keluhan Utama

Merupakan keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji.

Biasanya klien akan mengeluh nyeri pada daerah luka.

b) Riwayat Kesehatan Sekarang

Merupakan pengembangan dari keluhan utama yang

dirasakan klien. Biasanya nyeri akan bertambah bila

bergerak/mengubah posisi, nyeri berkurang jika klien diam

atau istirahat, nyeri dirasakan seperti diiris-iris/disayat-

sayat, skala nyeri bervsariasi dari 2-4 (0-5). Dijabarkan

dengan PQRST.

c) Riwayat Kesehatan Yang Lalu

Yang perlu dikaji riwayat kesehatan dahulu ada apakah

pernah mengalami operasi sebelumnya, riwayat penyakit

infeksi, alergi obat-obatan, hypertensi, penyakit system

pernafasan, diabetes mellitus.

d) Riwayat Kesehatan Keluarga

Dikaji dalam keluarga apakah keluarga mempunyai

penyakit keturunan seperti diabetes mellitus, hypertensi,

jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat kelahiran

kembar dan riwayat penyakit mental.

3) Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum

Pada klien post operasi seksio sesarea hari kedua

biasanya klien masih lemah, tigkat kesadaran pada

umumnya compos mentis, tanda-tanda vital biasanya

sudah stabil, tingkat emosi mulai stabil dimana ibu mulai

masuk dalam fase taking hold. BB biasanya mendekati

BB sebelum hamil.

Sistem Respirasi

Respirasi kemungkinan meningkat sebagai respon

tubuh terhadap nyeri, perubahan pola nafas terjadi

apabila terdapat penumpukan secret akibat anesthesi.

Sistem Kardiovaskuler

29

Page 30: Infeksi Post Partum

Klien biasanya mengeluh pusing, tekanan darah

biasanya mengalami penurunan. Bila terjadi peningkatan

30 mmHg systolic atau 15 mmHg diastolic kemungkinan

terjadi pre eklampsia dan membutuhkan evaluasi lebih

lanjut. Observasi nadi terhadap penurunan sehingga

kurang dari 50x/menit kemungkinan ada shock

hypovolemik, kaji apakah konjungtiva anemis sebagi

akibat kehilangan darah operasi, kaji apakah ada

peningkatan JVP, kaji juga fungsi jantung. Pada tungkai

bawah kaji adanya tanda-tanda tromboemboli periode

post partum, seperti kemerah-merahan, hangat dan sakit

di sekitar betis perasaan tidak nyaman pada ekstremitas

bawah, kaji ada tidaknya tanda-tanda humans positif

dorso fleksi pada kaki.

Sistem Saraf

Kaji fungsi persarafan, kesadaran terutama

sensasi pada tungkai bawah pada klien dengan spinal

anesthesi.

Sistem Pencernaan

Kaji keadaan mulut, pada hari pertama dan kedua

keadaan mulut biasanya kering arena klien puasa pada

klien dengan anesthesi umum, fungsi menelan baik,

kecuali klien merasa tenggorokan terasa kering. Berbeda

pada klien dengan anesthesi spinal tidak perlu puasa, kaji

bising usus, apakah ada tanda distensi pada saluran

cerna, apakah klien sudah BAB, atau flatus.

Sistem Urinaria

Bagaimana pola berkemih klien, berapa kali

frekuensinya, kaji keadaan blass apakah ada distensi,

bagaimana pola BAK klien, kecuali terpasang kateter, kaji

warna urine, jumlah dan bau urine.

Sistem Reproduksi

Kaji bagaimana keadaan payudara, apakah

simetris, adakah hyperpigmentasi pada areola, putting

susu menonjol, apakah ASI sudah keluar.

30

Page 31: Infeksi Post Partum

Kaji tinggi fundus uteri pada pinggir abdomen,

karena pada bagian tengah abdomen terdapat luka, kaji

kontraksi uterus, perasaan mulas adalah normal karena

proses involusi. Tinggi fundus uteri pada post partum

seksio sesarea hari kedua adalah 1-2 jari dibawah

umbilicus atau pertengahan antara sympisis dan

umbilical.

Kaji pengeluaran lochea, jumlahnya, warna da

baunya. Biasanya lochea berwarna merah, bau amis dan

agak kental (lochea rubra). Kaji pengetahua klien tentang

cara membersihkannya, berapa kali mengganti pembalut

dalam sehari.

Sistem Integumen

Kebersihan rambut biasanya kurang, karena sejak

post operasi klien belum melakukan aktivitas seperti

biasa, kaji muka apakah ada hyperpigmentasi, kloasma

gravidarum, kaji keadaan luka operasi, balutan dan

kebersihannya, luka balutan biasanya dibuka pada hari ke

tiga.

Sistem Muskuloskletal

Bagaimana keadaan klien apakah lemah, adakah

pergerakan klien kaku, apakah ekstremitas simetris,

apakah klien mampu melakukan pergerakan ROM, tonus

otot biasanya normal, tapi kekuatan masih lemah,

terutama karena klien dipuasakan pada saat operasi.

Pergerakan sendi-sendi biasanya tidak ada keterbatasan.

Kaji apakah ada diastasis rektus abdominalis.

Sistem Endokrin

Kaji apakah ada pembesaran tyroid, bagaimana

produksi ASI, pada post partum akan terjadi penurunan

hormone estrogen dan progesterone sehingga hormone

prolaktin meningkatyang menyebabkan terjadinya

produksi ASI dan hormone oksitosin yang merangsang

pengeluaran ASI. Sehingga pada masa ini akan terjadi

31

Page 32: Infeksi Post Partum

peningkatan produksi ASI dan akan terjadi

pembengkakan payudara bila bay tidak segera diteteki.

4) Pola Aktivitas sehari-hari

Pola aktivitas yang perlu dikaji adalah : sebelum hamil,

selama hamil, selama dirawat di rumah sakit.

a) Nutrisi

Kaji frekuensi makan, jenis makanan yang disukai dan

tidak disukai, apakah makanan pantangan atau alergi,

bagaimana nafsu makan klien, porsi makan (jumlah).

b) Eliminasi

Kaji frekuensi BAB, warna, bau dan kosistensi feses serta

masalah yang dihadapi klien saat BAB. Kaji frekuensi

BAK, warna, bau dan jumlah urine.

c) Pola tidur dan istirahat

Klien post partum seksio sesarea membutuhkan waktu

tidur yang cukup, tapi sering mengalami masalah tidur

karena perasaan yeri dan suasana rumah sakit.

d) Personal hygiene

Data yang perlu dikaji adalah mandi, gosok gigi, keramas

dan gunting kuku. Pada klien dengan post partum seksio

sesarea hari ke 1-2 masih memerlukan bantuan dalam

personal hygiene.

e) Ketergantungan fisik

Apakah klien suka merokok, minum-minuman keras, serta

kaji apakah klien mengkonsumsi obat-obatan terlarang.

5) Aspek Psikososial

a) Pola pikir dan persepsi

Yang perlu dikaji adalah hubungan ibu dan bayi, respon

ibu mengenai kelahiran, kaji pengetahuan klien tentang

kondisi setelah melahirkan/setelah seksio sesarea. Dan

hal apa yang perlu dilakukan setelah operasi seksio

sesarea, kaji pengetahuan klien tentang laktasi,

perawatan payudara dan perawatan bayi.

b) Persepsi diri

32

Page 33: Infeksi Post Partum

Kaji tingkat kecemasan dan sumber yang menjadi

pencetus kecemasan, kaji rencana ibu setelah pulang dari

rumah sakit untuk merawat bayi dan siapa yang

membantunya dalam merawat bayi di rumah.

c) Konsep diri

Terdiri dari body image, peran diri, identitas diri, harga diri

dan ideal diri klien setelah menjalani seksio sesarea.

d) Hubungan komunikasi

Kesesuaian antara yang diucapakan dengan ekspresi,

kebiasaan bahasa dan adat yang dianut.

e) Kebiasaan seksual

Kaji pengetahuan klien tentang seksual post partum,

terutama setelah seksio sesarea. Biasanya dapat

dilakukan setelah melewatiperiode nifas (40 hari).

f) Sistem nilai dan kpercayaan

Kaji sumber kekuatan klien, kepercayaan klien terhadap

sumber kekuatan, kaji agama yang klien anut, apakah

klien suka menjalankan ibadah selama sakit.

g) Pemeriksaan penunjang

Klien post partum dengan seksio sesarea perlu

pemeriksaan hemoglobin, hematokrit dan leukosit.

h) Therapi

Biasanya klien mendapatkan antibiotic, analgetik dan

vitamin.

b. Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan menigkatkan data dengan

menghubungkan data tersebut dengan data dari konsep teori serta

prinsip yang relevan untuk mebuat kesimpulan dan menentukan

masalah kesehatan dan rencana keperawatan pasien (Effendi, 1995 :

24).

Jadi analisa data adalah membuat kesimpulan dari data-data

yang terkumpul.

2. Diagnosa Keperawatan

33

Page 34: Infeksi Post Partum

Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau

status kesehatan klien yang nyata (actual) dan kemungkinan akan terjadi

(resiko) dimana pemecahannya dalam batas wewenang perawat. Diagnosa

yang mungkin muncul antara lain :

a. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan luka insisi, distensi

abdomen, after pains, distensi kandung kemih.

b. Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi

nasokomial.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake yang tidak adekuat, anoreksia, mual, muntah, dan pembatasan

medis.

d. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan terpasangnya kateter,

retensi urine.

e. Aktivitas intoleran berhubungan dengan efek anesthesia, terpasang

infus.

f. Kurang pengetahuan tentang cara perawatan diri dan bayi berhubungan

dengan kurang informasi.

g. Cemas berhubungan dengan kurang informasi tentang status kesehatan

bayi, peralihan sebagai orang tua.

3. Intervensi Keperawatan

Rencana keperawatan merupakan mata rantai penetapan kebutuhan

pasien dan pelaksanaan tindakan keperawatan. Dengan demikian rencana

asuhan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan secara

tepat mengenai rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien

sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa keperawatan, rencana

asuhan keperawatan pada klien post partum menurut (Dongoes, 1994 :

417).

a. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan luka insisi,

distensi abdomen, after pains, distensi kandung kemih.

Tujuan :

Dalam waktu 3 hari, rasa nyeri berkurang atau hilang

Kriteria evaluasi :

1) Tanda-tanda vital normal (nadi 60-80 x/menit, respirasi 18-24

x/menit),

34

Page 35: Infeksi Post Partum

2) Tidak meringis,

3) Kegiatan tidak terganggu dengan rasa nyeri.

Intervensi Rasional

1. Tentukan skala nyeri dan

intensitas nyeri, pantua tekanan

darah, nadi dan pernafasan

setiap 4 jam.

2. Anjurkan klien untuk

menggunakan teknik relaksasi

dan nafas dalam serta teknik

distraksi (untuk nyeri ringan dan

sedang).

3. Anjurkan posisi tidur miring.

4. Berikan obat analgetik sesuai

order

1. Untuk mengenal indikasi

kemajuan atau

penyimpangan dari hasil

yang diharapkan.

2. Relaksasi dan nafas dalam

dapat mengurangi

ketegangan otot dan

menghambat rangsang

nyeri serta menambah

pemasukan oksigen.

Distraksi mengganggu

stimulus nyeri tetapi tidak

mengubah intensitas nyeri,

paling baik untuk periode

pendek.

3. Mempermudah pengeluaran

gas

4. Analgetik bersifat

menghambat reseptor nyeri,

sehingga persepsi nyeri

berkurang/hilang

b. Resiko Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir,

dan infeksi nasokomial.

Tujuan :

Dalam 3 hari setelah proses persalinan, infeksi tidak terjadi

Kriteria evaluasi :

1) Tanda-tanda vital dalam batas normal (nadi 60-80 x/menit,

suhu tidak lebih dari 38 0C),

2) Insisi kering

3) Lochea tidak berbau busuk

35

Page 36: Infeksi Post Partum

4) Uterus tidak lembek

Intervensi Rasional

1. Lakukan perawatan luka

dengan teknik aseptic dan anti

septic.

2. Observasi adanya tanda-tanda

infeksi pada daerah luka : dolor,

kalor, rubor dan function laesa.

3. Berikan antibiotic sesuai order

dan kolaborasi untuk

pemeriksaan leukosit.

4. Anjurkan untuk makan

makanan tinggi protein, vitamin

C dan zat besi.

1. Akan meminimalkan dan

mencegah kontaminasi dan

atau masuknya

mikroorganisme.

2. Akan memudahkan

intervensi lebih dini dan

intervensi selanjutnya.

3. Antibiotik bersifat

bakterisida dan adanya

leukositosis merupakan

salah satu tanda infeksi.

4. Protein dan viatamin C

dibutuhkan untuk

pertumbuhan jaringan dan

zat besi untuk pembentukan

hemoglobin.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake yang tidak adekuat, anoreksia, mual, muntah, dan

pembatasan medis.

Tujuan :

Dalam Waktu 3 Hari nutrisi terpenuhi

Kriteria Evaluasi :

1) Nafsu makan bertambah

2) Asupan nutrisi adequate.

Intervensi Rasional

1. Berikan dan jaga

keseimbangan cairan dan

elektrolit dengan pemberian

infuse

1. Untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi bila lewat oral belum

memungkinkan atau bising

usus sangat lemah.

2. Bising usus normal antara

36

Page 37: Infeksi Post Partum

2. Buatkan makanan secara

bertahap dari cair , lunak dan

makanan bila bising usus sudah

normal

3. Anjurkan makan sedikit-sedikit

tapi sering.

6-12 x/menit, makanan baru

dapat dicerna.

3. Untuk menghindari mual,

sehingga intake adequate.

d. Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan terpasang

kateter, retensi urine.

Tujuan :

Dalam waktu 2 hari pola eliminasi urine tidak terganggu.

Kriteria Evaluasi :

1. Klien dapat Buang air kecil setelah diangkat kateter

2. Terhindar dari infeksi system urine.

Intervensi Rasional

1. Rawat perineum dan kateter

secara rutin dan teratur.

2. Tempatkan kantung kencing

bila dipasang kateter lebih

rendah dari pasien.

3. Ajarkan teknik merangsang

kencing setelah diangkat

kateter seperti siram daerah

kandung kemih dengan air dan

anjurkal klien duduk.

4. Angkat kateter sesuai

ketentuan biasanya 6-12 jam

post operasi

1. Mencegah agar tidak

mendukung pertumbuhan

bakteri.

2. Untuk mencegah refluk,

sehingga tidak tumbuh

bakteri

3. Klien biasanya bisa buang

air kecil setelah 6-8 jam

setelah pengangkatan

kateter. Posisi duduik

dapatmenimbulkan rasa

penuh sehingga klien

terangsang untuk kencing.

4. Untuk menghindari

pertumbuhan bakteri.

37

Page 38: Infeksi Post Partum

e. Aktifitas intoleran berhubungan dengan efek anesthesia, terpasang

infuse.

Tujuan :

Dalam waktu 3 hari aktivitas tidak terganggu.

Kriteria Evaluasi :

Klien dapat melakukan personal Hygiene (ADL)

Intervensi Rasional

1. Rubah posisi klien setiap 1 jam

sampai 2 jam sekali, anjurkan

nafas dalam dan latihan kaki

2. Bantu dan ajarkan klien dalam

memenuhi ADL

3. Kaji tipe anestesi jika epidural

anestesi anjurkan klien tidur 6-8

jam tanpa bantal

1. Untuk menghindari

komplikasi setelah bedah

seperti dekubitus dan

tromboemboli.

2. Meningkatkan kemandirian

klien dan memenuhi

kebutuhan klien

3. Untuk mencegah komplikasi

dan perasaan nyeri

f. Kurang pengetahuan tentang cara perawatan diri dan bayi

berhubungan dengan kurang informasi.

Tujuan :

Setelah dilakukan intervensi berupa penyuluhan dan

demonstrasi (minimal 3 kali pertemuan) pengetahuan klien

bertambah tentang perawatan diri dan bayi.

Kriteria evaluasi:

Klien mengetahui dan mendemontrasikan tentang perawatan

diri dan bayi

Intervensi Rasional

1. Berikan informasi tentang

perawatan diri seperti

perawatan vulva, perawatan

luka, dan kebersihan diri.

2. Berikan informasi perawatan

1. Untuk mencegah terjadinya

infeksi dan mempercepat

kesembuhan

2. Untuk meningkatkan

38

Page 39: Infeksi Post Partum

bayi seperti tali pusat dan

memandikan

3. Beri penjelasan dan ajarkan

tentang laktasi/menyusui dan

perawatan payudara

4. Beri penjelasan tentang

hubungan seksual post partum

dan pemakaian alat kontrasepsi

keterlibatan klien dengan

bayi

3. Meningkatkan minat untuk

memberikan laktasi dan

mencegah gangguan laktasi

4. Mencegah kehamilan terlalu

cepat

g. Cemas berhubungan dengan kurang informasi tentang status

kesehatan bayi, peralihan sebagai orang tua

Tujuan :

Setelah diberi penjelasan (minimal dalam 2 kali pertemua)

rasa cemas berkurang atau hilang.

Kriteria Evaluasi :

Klien dan keluarga mengungkapkan perasaannya dan

mempunyai cara untuk mengatasinya

Intervensi Rasional

1. Anjurkan untuk

mengungkapkan perasaanya

2. Berikan penjelasan tentang

kondisi klien dan bayinya.

3. Anjurkan dan bantu koping

untuk mengatasi masalah

1. Mendukung dan mendorong

emosi klien sehingga

merasa diperhatikan

2. Memberikan perasaan

tenang karena kondisinya

dan bayi dalam keadaan

baik

3. Membantu memfasilitasi

peran sebagai ibu baru

sehingga cemas berkurang

4. Implementasi

Kegiatan pada tahap ini merupakan pelaksaan dari rencana yang

telah ditetapkan. Dalam pelaksanaannya perawat menerapkan

pengetahuan, sikap dan keterampilan berdasarkan Ilmu-ilmu keperawatan

dan ilmu yang terkait secara terintegrasi.

39

Page 40: Infeksi Post Partum

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk

mengukur keberhasilan dari tujuan yang ingin dicapai selanjutnya dilakukan

penilaian tiap hari melalui catatan perkembangan

6. Dokumentasi

Setelah melakukan asuhan keperawatan setiap data, rencana

maupun tindakan serta evaluasi yang harus dilakukan harus

didokumentasikan.Hal ini dilakukan agar dapat diketahui bagaimana

perkembangan klien tiap harinya.

BAB III

40

Page 41: Infeksi Post Partum

PENUTUP

A. Kesimpulan

Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi

sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau

lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan

mengecualikan 24 jam pertama. Ini disebakan oleh kuman aerob juga kuman

anaerob. Infeksi bisa terjadi melalui tangan penderita, droplet infeksion, infeksi

rumah sakit (hospital infection), dalam rumah sakit, dan Koitus karena ketuban

pecah. Manifestasi yang muncul bergantung pada tempat-tempat infeksi, ada

infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium

kemudian bisa menyebar dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan

limfe dan permukaan endometrium. Bila menyebar maka manifestasi yang

muncul juga dapat memperburuk keadaan penderita.

Peristiwa terjadinya infeksi setelah persalinan yaitu dimana sewaktu

persalinan, bakteri yang mengkoloni servik dan vagina memperoleh akses ke

cairan amnion, dan postpartum bakteri-bakteri ini akan menginvasi jaringan mati

di tempat histerektomi. Kemudian terjadi seluletis para metrium dengan infeksi

jaringan ikat fibroareolar retroperitonium panggul. Hal ini dapat disbabkan oleh

penyebaran limfogen ogranisme dari tempat laserasi servik atau insisi/ laserasi

uterus yang terinfeksi. Dengan ini dapat mengakibatkan berbagai masalah

keperawatan seperti hipertemi dan nyeri, dan untuk intervensi keperawatannya

merujuk pada diagnose nanda, nic dan noc. .

B. Saran

Dengan makalah ini penulis berharap, mahasiswa dapat memahami

konsep teori beserta asuhan keperawatan pada infeksi postpartum, karena

infeksi postpartum rentan ditemui terutama pada wanita yang mengalami

gangguan pada sistem imun, sebagai tim medis harus berusaha semaksimal

mungkin untuk mencegah terjadinya infeksi pada postpartum, sehingga secara

tidak langsung dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas.

DAFTAR PUSTAKA

http://webforum.plasa.com/archive/index.php/t-39873.html

http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/01/askep-nifas-pada-ibu-dengan-infeksi.html

http://www.scribd.com/doc/6502571/Infeksi-nifas

41

Page 42: Infeksi Post Partum

42